Oleh
1. Harris Pujo Laksono
2. Ni Kadek Dwi Puspita Wardani
3. Ni Ketut Istari Alitari
4. Gusti Ayu Santi Padma Dewi
5. Ni Made Lisa Dwi Anjani
6. Kadek Aristya Sudiasta Putri
7. Made Septya Harsini Utami
8. Ni Putu Sri Lestari
9. Putu Lia Puspitayanti
10. I Putu Surya Negara
11. Teo Ramdhani
12. Oktin Mega Liani
13. Mia Agustina Devy
14. Ni Luh Sinta Suryanti
15. Kadek Arya Setiawan
(1313011086)
(1313011089)
(1313011090)
(1313011092)
(1313011093)
(1313011098)
(1313011101)
(1313011106)
(1313011111)
(1313011114)
(1313011117)
(1313011119)
(1313011123)
(1313011125)
(1313011127)
A. Judul Penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis
LKS terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa kelas VII-3 SMP Negeri
4 Singaraja.
B. Identitas Peneliti
Kelompok 2
C. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
pokok dalam kehidupan manusia. Sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh
Tuhan Yang Maha Esa dengan suatu bentuk akal dan pikiran pada diri manusia.
Dengan adanya pendidikan, manusia mampu mengembangkan akal dan pikiran
yang dimilikinya. Ini berarti bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membuat
manusia mengembangkan akal dan pikiran yang dimiliki ke arah yang lebih
sempurna. Dalam arti yang luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha
dari
generasi
tua
untuk
mengalihkan
pengetahuannya,
pengalamannya,
menimbulkan
tanggung
jawab
moril
dari
segala
perbuatannya
yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat kepada kesalahan pemahaman
terhadap konsep-konsep selanjutnya.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan
dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit
(tersembunyi). Pengertian belajar menurut pandangan konstruktivis adalah suatu
proses pembentukan pengatahuan. Menurut Piaget, ada tiga bentuk pengetahuan
yaitu : 1) Pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada
di luar dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal. Sumber pengetahuan fisik
terutama terdapat dalam benda itu sendiri, yaitu dalam cara benda itu memberikan
pada subjek kesempatatn-kesempatan untuk pengamatan. 2) Pengetahuan logikomatematik
terdiri
atas
hubungan-hubungan
yang
diciptakan
subjek
dan
ada kegiatan yang menuntut siswa untuk menanyakan pada dirinya sendiri tentang
sejauh mana pemahaman mereka tentang konsep yang baru dibahas. Biasanya guru
yang menanyakan sejauh mana pemahaman mereka. Namun sebagian besar siswa
lebih memilih diam. Apa yang dipaparkan di atas mengindikasikan kurangnya
pemahaman konsep terhadap mata pelajaran matematika.
Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan diatas, maka perlu
dicarikan solusinya sehingga oleh peneliti dipandang perlu melakukan suatu
penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran
Group Investigation dalam pembelajaran, guna meningkatkan pemahaman konsep
siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks karena memadukan beberapa landasan pemikiran,
yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok
belajar kooperatif. Dalam tahap pengelompokan setiap siswa dikelompokan dalam
kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar.
Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Dalam tahap
penyelidikan setiap siswa saling mengumpulkan informasi, menganalisis data dan
membuat simpulan antar kelompoknya
Berdasarkan pemaparan hasil observasi terkait model pembelajaran inovatif
yang berkenaan dengan upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis LKS Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-3 SMPN 4 Singaraja
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation
berbasis LKS, pemahaman konsep matematika siswa kelas VII-3 SMPN 4
Singaraja dapat ditingkatkan ?
berbasis LKS.
Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Kooperatif tipe Group
Investigation berbasis LKS.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi guru, melalui penelitian ini guru dapat mengetahui model
pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas
sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun oleh guru dapat
2.
dikurangi.
Manfaat bagi siswa, dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep
3.
G. Definisi Operasional
G.1 Model Pembelajaran Grup Investigation
Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang dirancang
untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai
cakrawala mengenai masalah tersebut, mengumpulkan data yang relevan,
mengembangkan dan menguji hipotesi. Model ini dipandang sebagai proses
pembentukan (constructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi
pengetahuan serta tanggung jawab individu yang merupakan kunci keberhasilan
pembelajaran.
Slavin (2008) mengemukakan dalam menerapkan model pembelajaran Group
Investigation terdapat enam fase, diantaranya (1) Tahap Pengelompokan (Grouping);
(2) Tahap Perencanaan (Planning); (3) Tahap Penyelidikan (Investigation); (4) Tahap
Pengorganisasian (Organizing); (5) Tahap Presentasi (Presenting); (6) Tahap
Evaluasi (Evaluating).
G.2 Pembelajaran Berbasis (LKS terstruktur)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran yang berisi materi ajar yang
sudah dikenal sedemikian rupa dan pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan
yang terprogram yang bermanfaat bagi siswa untuk melakukan kegiatan agar siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai. LKS biasanya
dicetak sebagi bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat
pendidikan tertentu.
Setiap LKS biasanya berisikan uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/
bahan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, langkah kerja pertanyaanpertanyaan untuk didiskusikan, hasil diskusi, dan latihan ulangan. Sehingga bisa
dikatakan LKS sebagai perangsang pikiran bagi peserta didik untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. LKS digunakan untuk latihan atau sarana berpikir peserta
didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
G.3 Pemahaman Konsep Matematika
Seorang siswa dapat dikatakan memiliki pemahaman konsep jika memenuhi
indikator pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep tersebut diantaranya
yaitu : (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasikan objek menurut
sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (3) memberi contoh dan bukan contoh
dari suatu konsep; (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis; (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; (6)
menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah; dan (7)
mengaplikasikan konsep tersebut pada pemecahan masalah.
Dalam penelitian ini, pemahaman konsep matematika siswa yang akan
ditekankan adalah kemampuan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan serta
memilih prosedur atau operasi tertentu dan mengaplikasikan konsep atau algoritma
pada pemecahan masalah.
H. Kajian Pustaka
dalam
membuat
generalisasi,
menyusun
bukti,
atau
kelompok dengan anggota 5-6 orang siswa yang heterogen. Kelompok memilih topik
untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih,
selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan di depan kelas.
Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
kompleks dan paling sulit untuk diterapkan (Trianto, 2012). Model ini dikembangkan
pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan
dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan jigsaw,
siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya
penyelidikan mereka. Pembelajaran ini memerlukan norma dan struktur kelas yang
lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga
memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang
baik.
Dalam implementasi tipe Group Investigation guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa
memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas
topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya
kepada seluruh kelas.
1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Menurut Asma (dalam Devi, 2013) pengembangan pembelajaran kooperatif
bertujuan:
1. Pencapaian hasil belajar. para ahli berpendapat bahwa strategi ini
unggulan dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep
yang sulit.
2. Penerimaan terhadap keragaman. efek penting dalam pembelajaran
kooperatif adalah terbentuknya sikap menerima perbedaan ras, agama,
budaya, kelas sosial, dan kemampun dan perbedaan yang lainnya.
3. Pengembangan keterampilan sosial. Pempelajaran kooperatif dapat
mengajarkan keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
2. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Menurut Rusman (dalam devi, 2013) keunggulan model pembelajaran
kooperatif tipe GI sebagai berikut.
1. Dapat dipakai untuk tanggung jawab dan kreatifitas siswa, baik secara
perorangan maupun individu.
Fase
Kegiatan Guru
Mempusatkan a)
Memotivasi
siswa
perhatian siswa.
(memfokuskan perhatian siswa)
dengan cara Tanya jawab
berkaitan dengan materi dalam
kehidupan sehari-hari.
b)
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Mengidentifikasi a)
Guru memberikan kesempatan
a)
topic
dan bagi siswa untuk memberikan
membagi siswa ke kontribusi apa yang akan mereka
dalam kelompok
selidiki
b)
Kelompok
dibentuk
berdasarkan heterogenitas
b)
Merencanakan
Mempersiapkan dan menata
tugas
sumber belajar sebagai sarana
siswa berfantasi agar dapat
berinvestigasi secara optimal
Membuat
penyelidikan
Kegiatan Siswa
Menjawab
pertanyaan
guru dan memfokuskan
pikiran pada satu pokok
materi/bahasan
yang
ingin di bahas hari ini.
Memberikan masukkan
terhadap topik yang akan
diteliti dan diinvestigasi
sesuai materi yang akan
dipelajari
Membentuk kelompok
Kelompok akan membagi
subtopk kepada seluruh
anggota.
Kemudian
membuat
perencanaan
dari masalah yang akan
diteliti bagaimana proses
dan sumber apa yang
akan dipakai
Siswa
berfantasi
mengumpulkan,
menganalisi
dan
mengevaluasi informasi
membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian
mereka
ke
dalam
pengetahuan baru dalam
mencapai sebuah masalah
kelompok
Siswa memprentasikan
hasil kerjanya. Kelompok
lain
memberikan
tanggapan
Mempresentasikan
a)
Memberikan reinforcement
tugas akhir
pada
kelompok
yang
penampilannya
baik
dan
memberikan
motivais
pada
kelompok yang kurang baik
b)
Memberikan
penegasan
terhadap masing-masing bahasan
dari setiap kelompok
Evaluasi
a)
Membantu siswa melakukan
a)
Menyimpulkan materi
pembelajaran
refleksi terhadap pembelajaran pembelajaran yang telah
yang telah dipelajari yang telah dipelajari
dipelajat sekali
b)
Menjawab teori yang
b)
Bersama siswa menyimpulkan diberikan guru titik
pembelajaran
c)
Mengevaluasi pembelajaran
yang telah dilakukan dengan
menggunaka tes hasil belajar
Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11-12), tujuan Lembar Kerja
Siswa (LKS), antara lain:
Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena siswa dapat
menggunakan alat bantu secara bergantian.
Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih
sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam
mempelajari LKS tersebut.
Menulis LKS
4. Struktur LKS
Adapun struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut :
1. Judul, mata pelajaran, semester, dan tempat
2. Petunjuk belajar
3. Kompetensi yang akan dicapai
4. Indikator
5. Informasi pendukung
6. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
7. Penilaian
H.4 Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan
memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran
diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki
bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran,
komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat
mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran
dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau
mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu
pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang
tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Menurut Sanjaya (2009) mengatakan apa yang di maksud pemahaman konsep
adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran,
dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang
dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang
sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Jadi dapat disimpulkan definisi pemahaman konsep adalah Kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik
dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut
benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan
Carpenter (dalam Dafril: 2011). Pengajaran yang menekankan kepada pemahaman
mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:Menurut Hiebert dan Carpenter (dala
1. Pemahaman memberikan generative artinya bila seorang telah memahami suatu
konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang lain karena
adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga setiap
pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya.
2. Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah dipahami
dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuanpengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema atau pengetahuan secara
lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga pengetahuan itu lebih
mudah diingat.
3. Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya jalinan yang
terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam struktur kognitif
siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman merupakan jalinan yang
sangat baik.
INPUT
Kemampuan pemecahan masalah
matematika rendah karna kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika
PROSES
Penerapan model pembelajaran Kooperatif Group
Investigation berbasis LKS terhadap pemahaman
konsep matematika
OUTPU
T
Kemampuan
pemecahan
masalah matematika tinggi
Siswa dapat memahami
konsep matematika dengan
baik
Pada tahap ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapat
perhatian khusus untuk dilakukan pengamatan, kemudian peneliti membuat instrument
pengamatan untuk mengetahui fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
b. Tindakan
Tahap tindakan merupakan implementasi dari isi rancangan yang telah dibuat,
yaitu melaksanakan tindakan kelas.
c. Observasi
Tahap observasi dilakukan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan
mendokumentasikan semua tindakan yang terjadi. Kegiatan observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk
perbaikan pada siklus selanjutnya.
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan suatu tahap mengintrospeksi kembali kegiatan yang
sudah dilakukan dalam tahap tahap sebelumnya. Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan dan dianalisis untuk dapat diketahui apakah kegiatan yang telah
dilaksanakan sudah mencapai indikator yang ditentukan atau masih diperlukan
perbaikan untuk kemudian dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Apabila hasil analisis data dan refleksi pada Siklus I belum menunjukan
ketercapaian indikator, maka penelitian akan dilanjutkan ke Siklus II dan begitu juga
seterusnya dengan melakukan perbaikan perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari
siklus sebelumnya. Secara rinci pelaksanaan PTK disajikan dalam bagan berikut.
Tabel 2. Prosedur Pelaksanaan PTK
Seperti yang telah dipaparkan di awal, penelitian ini diawali dengan penelitian
pendahuluan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus dengan setiap siklus terdiri
dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Adapun uraian rencana tahapan tahapan kegiatan penelitian, sebagai berikut.
1) Penelitian Pendahuluan
Pada tahapan ini dilakukan observasi langsnung ke kelas, pencatatan dan analisis
dokumen serta wawancara dengan guru maupun siswa untuk mengidentifikasi masalah
yang terdapat di kelas VII-3 SMP Negeri 4 Singaraja. Melalui kegiatan observasi,
pencatatan dan analisis dokumen serta wawancara peneliti dapat mengetahui keadaan
awal mengenai proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VII-3 SMP Negeri 4
Singaraja, peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan permasalahan yang terjadi
dlm proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini dipandang perlu mendapat
penanganan dengan ditingkatkannya keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas
VII-3 SMP Negeri 4 Singaraja. Kemudian, peneliti dan guru mata pelajaran matematika
di kelas VII-3 mendapat suatu kesepakatan bahwa untuk menangani masalah seperti apa
yang telah diurikan pada latar belakang masalah, dilakukan penerapan model
pembelajaran investigasi kelompok berbasis LKS.
Adapun tahap-tahap yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Perencanaan Siklus I
Rencana pelaksanaan tindakan disusun dalam langkah-langkah sebagai berikut:
Pengembangan Bahan ajar yaitu validasi bahan ajar, validasi butir soal dan
reliabilitas butir soal.
Membuat RPP dan LKS untuk materi keliling dan luas daerah persegi dan
persegi panjang. RPP dan LKS disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dosen
pembimbing dan guru matematika yang mengajar.
Memberikan tes awal pada siswa, siswa yang nilainya tertinggi dijadikan ketua
kelompok.
Menyiapkan beberapa model bangun persegi dan persegi panjang yang telah
dibuat sebelumnya.
Guru mengamati pekerjaan siswa dan mengamati langkah mana yang dianggap
sulit oleh siswa. Di ambil dua kelompok masing-masing satu kelompok
mewakili persegi dan satu kelompok mewakili persegi panjang, yang
pekerjannya benar untuk presentasi.
Pada tahap evaluasi guru membahas tentang hasil investigasi siswa dan memberi
tekanan pada langkah-langkah yang tergolong sulit bagi sebagian siswa.
Kemudian guru memberikan latihan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Sebelum melaksanakan penelitian untuk siklus I, siswa diberi tes awal. Hasil
dari tes awal ada tujuh siswa yang nilainya tertinggi dan mereka menjadi ketua
kelompok. Siswa lain dibebaskan untuk bergabung di kelompok siapa. Pada
pelaksanaan
pembelajaran
guru
melaksanakan
pembelajaran
dengan
model
Dipilih tujuh siswa yang nilainya tertinggi pada tes siklus II sebagai ketua
kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan ketertarikan siswa, dan heterogen.
Guru mengamati pekerjaan siswa dan mengamati langkah mana yang dianggap
sulit oleh siswa.
Pada tahap evaluasi guru membahas tentang hasil investigasi siswa dan memberi
tekanan pada langkah-langkah yang tergolong sulit bagi sebagian siswa.
2) Tindakan
Pelaksanaan siklus II pada prinsipnya sama dengan siklus I, hanya saja
pelaksanaan kegiatan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I.
3) Pengamatan
Pengamatan pada siklus II dilaksanakan seperti pengamatan pada siklus I.
4) Refleksi
Hasil pengamatan pada siklus II dianalisis, kemudian digunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan tujuan akhir penelitian.
I.5 Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
pemahaman konsep observasi luas dan keliling persegi dan persegi panjang siswa dan
respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kelompok investigasi dalam
pembelajaran matematika. Data mengenai respon siswa terhadap penerapan model
pembelajaran kelompok investigasi dalam
dengan tes.
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data pemahaman Konsep Siswa
Data pemahaman konsep matematika siswa diperoleh melalui pemberian tes
pemahaman konsep matematika yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Adapun
rubrik penskoran untuk soal tes sebagai berikut pada table 3.
Tabel 3: Rubrik Penilaian Pemahaman Konsep Matematika
Kemampuan
Interpretasi
No
a
b
c
Pengubahan
d
e
Skor Kategori
0
Tidak mengubah bentuk soal
menjadi model matematika
(notasi/symbol)
1
Mengubah
bentuk
soal
menjadi model matematika
(notasi/symbol) tetapi salah
2
Mengubah
bentuk
soal
menjadi model matematika
(notasi/symbol) dan benar
0
Tidak menuliskan konsep
yang digunakan
1
Memilih konsep yang benar
untuk menjawab soal tanpa
Ekstrapolasi
g
h
0
1
kemampuan ekstrapolasi siswa skor maksimal yang dapat diperoleh siswa untuk setiap
butir soal adalah 8..
Nilai pemahaman konsep siswa adalah =
skor
Untuk pernyataan
skor
positif
Sangat setuju (SS)
Setuju (S)
5
4
negatif
Sangat setuju (SS)
Setuju (S)
1
2
3
2
1
3
4
5
( STS)
( STS)
Berdasrkan kriteria penskoran respon siswa , maka skor masing-masing siwa diperoleh
dengan rumus berikut :
skor siswa
X
i 1
Keterangan :
X
X
i 1
n = banyak siswa
rata-rata skor pemahaman siswa
Rentangan siswa
Criteria
1
2
3
4
5
X MI 1,8SDI
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Sangat kurang baik
Dengan :
1
( skor maksimum ideal + skor minimum ideal )
2
MI =
SDI =
1
( skor maksimum ideal - skor minimum ideal )
6
Pemahaman konsep matematika siswa dikatakan meningkat jika rata-rata nilai tes
pemahaman konsep matematik pada siklus II lebih dari siklus I dan rata-rata nilai tes
pemahaman konsep matematika siswa pada siklus III lebih dari siklus II. Adapun
presentase peningkatan rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
X i 1 X i
x100
Xi
Pi
Keterangan :
P i : presentase peningkatan rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa
X i 1
Xi
deskritif terhadap pendapat siswa yang dituangkan dalam angket respon siswa. Data
respon siswa dianalisis berdasarkan rata-rata skor respon siswa
dan Standar Deviasi Ideal (SDI).
Rata-rata skor respon siswa dihitung dengan rumus
n
i 1
n
Keterangan:
: Rata-rata skor respon siswa
R
( R) ,
R
i 1
: banyak siswa
Adapun penggolongan respon siswa menggunakan kriteria sebagai berikut,
Tabel 7. Kriteria penggolongan rata-rata respon siswa
No
Rentangan
R MI 1,8SDI
1
MI 0,6 SDI R MI 1,8SDI
2
MI 0,6SDI R MI 0,6SDI
3
MI 1,8SDI R MI 0,6 SDI
4
R MI 1,8SDI
5
Dengan :
1
MI
( skor maksimum ideal + skor maksimum ideal)
2
SDI
Kriteria
Sangat Positif
Positif
Cukup Positif
Kurang Positif
Sangat Kurang Positif
1
(Skor maksimum ideal Skor minimum ideal)
6
D. Indikator Keberhasilan
sebagai Indikator keberhasilan penilaian ini adalah jika materi pelajaran telah
dipahami secara klasikal dan minimal 85% proses pelaksanaan tindakan telah sesuai
dengan scenario pembelajaran. Seorang siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan
belajar secara perorangan apabila siswa tersebut telah memperoleh nilai maksimal 7,0.
Daftar Pustaka
Anita, N. M. Y. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation terhadap Self-Efficacy Siswa. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA (Volume 3 Tahun 2013).
Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning: teori, riset, dan praktik. Terjemahan Narulita
Yusron. Cooperative Learning: theory, research, and practice. 2005. Bandung:
Nusa Media.
Trianto.
2007.
Model-model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Inovatif