Anda di halaman 1dari 29

Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis LKS


terhadap Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Kelas VII-3 SMP Negeri 4 Singaraja

Oleh
1. Harris Pujo Laksono
2. Ni Kadek Dwi Puspita Wardani
3. Ni Ketut Istari Alitari
4. Gusti Ayu Santi Padma Dewi
5. Ni Made Lisa Dwi Anjani
6. Kadek Aristya Sudiasta Putri
7. Made Septya Harsini Utami
8. Ni Putu Sri Lestari
9. Putu Lia Puspitayanti
10. I Putu Surya Negara
11. Teo Ramdhani
12. Oktin Mega Liani
13. Mia Agustina Devy
14. Ni Luh Sinta Suryanti
15. Kadek Arya Setiawan

(1313011086)
(1313011089)
(1313011090)
(1313011092)
(1313011093)
(1313011098)
(1313011101)
(1313011106)
(1313011111)
(1313011114)
(1313011117)
(1313011119)
(1313011123)
(1313011125)
(1313011127)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016

A. Judul Penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis
LKS terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa kelas VII-3 SMP Negeri
4 Singaraja.
B. Identitas Peneliti
Kelompok 2
C. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
pokok dalam kehidupan manusia. Sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh
Tuhan Yang Maha Esa dengan suatu bentuk akal dan pikiran pada diri manusia.
Dengan adanya pendidikan, manusia mampu mengembangkan akal dan pikiran
yang dimilikinya. Ini berarti bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membuat
manusia mengembangkan akal dan pikiran yang dimiliki ke arah yang lebih
sempurna. Dalam arti yang luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha
dari

generasi

tua

untuk

mengalihkan

pengetahuannya,

pengalamannya,

kecakapannya, dan keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha


menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun
rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk
dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan
mampu

menimbulkan

tanggung

jawab

moril

dari

segala

perbuatannya

(Poerbakawatja dan Harahap, 1981).


Matematika dalam dunia pendidikan memiliki manfaat yang sangat besar
sebagai alat dalam perkembangan pendidikan dan kecerdasan akal. Dengan
mempelajari matematika akan dapat membantu dalam memahami bidang studi lain.
Dengan demikian matematika memainkan peranan penting dalam menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Mengingat pentingnya peranan matematika
dalam kehidupan dan pengembangan pengetahuan, sudah sepantasnya penguasaan
terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus
dipahami dengan benar sejak dini. Ini dikarenakan dalam pembelajaran matematika
terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau
konsep selanjutnya. Konsep-konsep dalam matematika merupakan rangkaian sebab
akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan
menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya. Jadi jika ada pemahaman konsep

yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat kepada kesalahan pemahaman
terhadap konsep-konsep selanjutnya.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan
dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit
(tersembunyi). Pengertian belajar menurut pandangan konstruktivis adalah suatu
proses pembentukan pengatahuan. Menurut Piaget, ada tiga bentuk pengetahuan
yaitu : 1) Pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada
di luar dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal. Sumber pengetahuan fisik
terutama terdapat dalam benda itu sendiri, yaitu dalam cara benda itu memberikan
pada subjek kesempatatn-kesempatan untuk pengamatan. 2) Pengetahuan logikomatematik

terdiri

atas

hubungan-hubungan

yang

diciptakan

subjek

dan

diintroduksikan pada objek-objek, dan 3) Pengetahuan sosial seperti fakta bahwa


hari Minggu anak-anak tidak bersekolah, didasarkan pada perjanjian sosial, suatu
perjanjian atau kebiasaan guru ke pikiran siswa, sedangkan pengetahuan fisik dan
logiko-matematik harus dibangun sendiri oleh anak (Sagala, 2012:28).
Salah satu masalah dalam pembelajaran matematika di SMP adalah rendahnya
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang dikemas dalam
bentuk soal yang lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan konsep suatu
pokok bahasan tertentu. Mengacu pada pedoman penilaian Puskur-PLP (2004),
penilaian hasil belajar matematika siswa meliputi 3 aspek yaitu : pemahaman
konsep, penalaran dan kominikasi, dan pemecakan masalah. Kemampuan siswa
yang rendah dalam aspek pemahaman konsep merupakan hal penting yang harus
ditindaklanjuti.
Kasus seperti ini juga merupakan fenomena yang terjadi di SMPN 4 Singaraja.
Pada saat melakukan observasi awal di SMP tersebut diperoleh informasi dari guru
matematika bahwa dalam proses pembelajaran matematika masih banyak ditemui
permasalahan. Diketahui bahwa proses pembelajaran umumnya menggunakan
metode diskusi, ceramah , dan Tanya jawab. Namun sebagian besar siswa masih
enggan untuk bertanya tentang apa yang belum diketahuinya. Sebagian besar siswa
hanya dapat menjawab soal-soal yang sudah pernah dijelaskan oleh guru serta
mempunyai bentuk yang hamper sama. Jika soal tersebut divariasikan maka siswa
langsung kesulitan dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Padahal konsep
pengerjaannya sama saja dengan soal sebelummnya. Selama pembelajaran, tidak

ada kegiatan yang menuntut siswa untuk menanyakan pada dirinya sendiri tentang
sejauh mana pemahaman mereka tentang konsep yang baru dibahas. Biasanya guru
yang menanyakan sejauh mana pemahaman mereka. Namun sebagian besar siswa
lebih memilih diam. Apa yang dipaparkan di atas mengindikasikan kurangnya
pemahaman konsep terhadap mata pelajaran matematika.
Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan diatas, maka perlu
dicarikan solusinya sehingga oleh peneliti dipandang perlu melakukan suatu
penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran
Group Investigation dalam pembelajaran, guna meningkatkan pemahaman konsep
siswa, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks karena memadukan beberapa landasan pemikiran,
yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok
belajar kooperatif. Dalam tahap pengelompokan setiap siswa dikelompokan dalam
kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar.
Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Dalam tahap
penyelidikan setiap siswa saling mengumpulkan informasi, menganalisis data dan
membuat simpulan antar kelompoknya
Berdasarkan pemaparan hasil observasi terkait model pembelajaran inovatif
yang berkenaan dengan upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis LKS Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-3 SMPN 4 Singaraja

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation
berbasis LKS, pemahaman konsep matematika siswa kelas VII-3 SMPN 4
Singaraja dapat ditingkatkan ?

2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Kooperatif tipe Group


Investigation berbasis LKS yang diterapkan di kelas ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian
yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII-3 SMPN 4
Singaraja melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation
2.

berbasis LKS.
Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Kooperatif tipe Group
Investigation berbasis LKS.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi guru, melalui penelitian ini guru dapat mengetahui model
pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas
sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun oleh guru dapat
2.

dikurangi.
Manfaat bagi siswa, dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep

3.

dalam pembelajaran matematika.


Manfaat bagi peneliti yaitu melalui penelitian tindakan kelas ini dapat diketahui
secara langsung permasalahan pembelajaran matematika yang ada di kelas,
khususnya dalam hal meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa.
Selain itu, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian
tindakan kelas.

G. Definisi Operasional
G.1 Model Pembelajaran Grup Investigation
Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang dirancang
untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai
cakrawala mengenai masalah tersebut, mengumpulkan data yang relevan,
mengembangkan dan menguji hipotesi. Model ini dipandang sebagai proses
pembentukan (constructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi
pengetahuan serta tanggung jawab individu yang merupakan kunci keberhasilan
pembelajaran.
Slavin (2008) mengemukakan dalam menerapkan model pembelajaran Group
Investigation terdapat enam fase, diantaranya (1) Tahap Pengelompokan (Grouping);

(2) Tahap Perencanaan (Planning); (3) Tahap Penyelidikan (Investigation); (4) Tahap
Pengorganisasian (Organizing); (5) Tahap Presentasi (Presenting); (6) Tahap
Evaluasi (Evaluating).
G.2 Pembelajaran Berbasis (LKS terstruktur)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran yang berisi materi ajar yang
sudah dikenal sedemikian rupa dan pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan
yang terprogram yang bermanfaat bagi siswa untuk melakukan kegiatan agar siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai. LKS biasanya
dicetak sebagi bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat
pendidikan tertentu.
Setiap LKS biasanya berisikan uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/
bahan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, langkah kerja pertanyaanpertanyaan untuk didiskusikan, hasil diskusi, dan latihan ulangan. Sehingga bisa
dikatakan LKS sebagai perangsang pikiran bagi peserta didik untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. LKS digunakan untuk latihan atau sarana berpikir peserta
didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
G.3 Pemahaman Konsep Matematika
Seorang siswa dapat dikatakan memiliki pemahaman konsep jika memenuhi
indikator pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep tersebut diantaranya
yaitu : (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasikan objek menurut
sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (3) memberi contoh dan bukan contoh
dari suatu konsep; (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis; (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; (6)
menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah; dan (7)
mengaplikasikan konsep tersebut pada pemecahan masalah.
Dalam penelitian ini, pemahaman konsep matematika siswa yang akan
ditekankan adalah kemampuan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan serta
memilih prosedur atau operasi tertentu dan mengaplikasikan konsep atau algoritma
pada pemecahan masalah.
H. Kajian Pustaka

H.1 Hakikat Matematika


Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins mengungkapkan matematika dapat
dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab,
dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang
termasuk dalam matematika (Suherman, 2003).
Elea Tinggih mengartikan matematika sebagai ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh
tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas
dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil
observasi atau eksperiment disamping penalaran (Suherman, 2003).
James dan James mengatakan matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan
yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis, dan geometri. Namun ada pula kelompok lain yang beranggapan
bahwa matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri
(Suherman, 2003).
Ilmu adalah untuk ilmu, dan matematika adalah ilmu yang dikembangkan
untuk kepentingan sendiri. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat
deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, dan ketat.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan
ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan lambanglambang atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalam pemecahan
masalah yang berkaitan dengan bilangan.
Matematika disebut sebagai sebagai ratu ilmu dimaksudkan bahwa matematika
adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak sekali cabang ilmu pengetahuan
yang pengembangan teori-teorinya didasarkan pada pengembangan konsep
matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari fisika dan
kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus,
khususnya tentang persamaan differensial. Contoh lain, teori ekonomi mengenai
permintaan dan penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus
tentang differensial dan integral.

Dari kedudukan matematika sebagai pelayan ilmu pengetahuan, tersirat bahwa


matematika sebagai suatu ilmu yang berfungsi pula untuk melayani ilmu
pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa,Matematika tumbuh dan berkembang untuk
dirinya sendiri sebagai suatu ilmu dan sebagai penyedia jasa layanan untuk
pengembangan ilmu-ilmu yang lain pula (Suherman, dkk, 2003:29).
Sesuai dengan Peraturan Menteri No 22 Tahun 2006 tentang tujuan
pembelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efesien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika

dalam

membuat

generalisasi,

menyusun

bukti,

atau

menjelaskan gagasan atau pernyataan metematika.


3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Belajar matematika merupakan suatu aktivitas mental untuk memahami arti
dan struktur-struktur, hubungan-hubungan atau simbol-simbol, serta manipulasi
konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi dunia nyata, sehingga menyebabkan
perubahan. Jadi hakekat pembelajaran matematika berkenaan dengan ide-ide,
struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut aturan yang logis.
H.2 Group Investigation
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan metode
pembelajaran dengan siswa belajar secara kelompok. Kelompok belajar terbentuk
berdasarkan topik yang dipilih siswa. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur
yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Dalam
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok dengan anggota 5-6 orang siswa yang heterogen. Kelompok memilih topik
untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih,
selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan di depan kelas.
Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
kompleks dan paling sulit untuk diterapkan (Trianto, 2012). Model ini dikembangkan
pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan
dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan jigsaw,
siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya
penyelidikan mereka. Pembelajaran ini memerlukan norma dan struktur kelas yang
lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga
memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang
baik.
Dalam implementasi tipe Group Investigation guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa
memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas
topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya
kepada seluruh kelas.
1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Menurut Asma (dalam Devi, 2013) pengembangan pembelajaran kooperatif
bertujuan:
1. Pencapaian hasil belajar. para ahli berpendapat bahwa strategi ini
unggulan dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep
yang sulit.
2. Penerimaan terhadap keragaman. efek penting dalam pembelajaran
kooperatif adalah terbentuknya sikap menerima perbedaan ras, agama,
budaya, kelas sosial, dan kemampun dan perbedaan yang lainnya.
3. Pengembangan keterampilan sosial. Pempelajaran kooperatif dapat
mengajarkan keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
2. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Menurut Rusman (dalam devi, 2013) keunggulan model pembelajaran
kooperatif tipe GI sebagai berikut.
1. Dapat dipakai untuk tanggung jawab dan kreatifitas siswa, baik secara
perorangan maupun individu.

2. Membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa


mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia
sosial.
3. Memberikan kesempatan berkolaborasi dengan teman sebaya dalam
bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah.
4. Serta mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang diberikan
guru sehingga dapat membangun pengetahuan siswa.
3. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Group Investigation (GI)
Slavin (2008) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif Group Investigation adalah sebagai berikut :
a. Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topic yang akan diinvestigasi serta
membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4
sampai 5 orang. Pada tahap ini : (1) siswa mengamati sumber, memilih
topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan; (2) siswa
bergabung pada kelompok-kelompok belajar; (3) guru membatasi jumlah
anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan
keterampilan dan keheterogenan.
b. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada
tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang : (1) Apa yang
mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan
apa? (4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
c. Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa.
Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: (1) siswa
mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan
terkait dengan permasalahan-permasalahn yang diselidiki; (2) masingmasing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan
kelompok; (3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan
mempersatukan ide dan pendapat.
d. Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai
berikut: (1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam
proyeknya masing-masing; (2) anggota kelompok merencanakan apa yang
akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya; (3) wakil

dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam


presentasi investigasi.
e. Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan
pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1) penyajian
kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk
penyajian; (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif
sebagai pendengar; (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan
mengajukan pernyatan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
f. Tahap Evaluasi (Evaluating).
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.
Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai
berikut: (1) siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya,
pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalamanpengalaman efektifnya; (2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi
tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan; (3) penilaian hasil belajar
haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
Tabel 01. Rancangan Sintaks Model GI di Kelas

Fase
Kegiatan Guru
Mempusatkan a)
Memotivasi
siswa
perhatian siswa.
(memfokuskan perhatian siswa)
dengan cara Tanya jawab
berkaitan dengan materi dalam
kehidupan sehari-hari.
b)
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
Mengidentifikasi a)
Guru memberikan kesempatan
a)
topic
dan bagi siswa untuk memberikan
membagi siswa ke kontribusi apa yang akan mereka
dalam kelompok
selidiki
b)
Kelompok
dibentuk
berdasarkan heterogenitas
b)
Merencanakan
Mempersiapkan dan menata
tugas
sumber belajar sebagai sarana
siswa berfantasi agar dapat
berinvestigasi secara optimal

Membuat
penyelidikan

Memfasilitasi, membimbing serta


mengawasi siswa yang sedang
berfantasi dan berinvestigasi agar
setiap kelompok dpaat bekerja
optimal

Kegiatan Siswa
Menjawab
pertanyaan
guru dan memfokuskan
pikiran pada satu pokok
materi/bahasan
yang
ingin di bahas hari ini.
Memberikan masukkan
terhadap topik yang akan
diteliti dan diinvestigasi
sesuai materi yang akan
dipelajari
Membentuk kelompok
Kelompok akan membagi
subtopk kepada seluruh
anggota.
Kemudian
membuat
perencanaan
dari masalah yang akan
diteliti bagaimana proses
dan sumber apa yang
akan dipakai
Siswa
berfantasi
mengumpulkan,
menganalisi
dan
mengevaluasi informasi
membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian
mereka
ke
dalam
pengetahuan baru dalam
mencapai sebuah masalah
kelompok
Siswa memprentasikan
hasil kerjanya. Kelompok
lain
memberikan
tanggapan

Mempresentasikan
a)
Memberikan reinforcement
tugas akhir
pada
kelompok
yang
penampilannya
baik
dan
memberikan
motivais
pada
kelompok yang kurang baik
b)
Memberikan
penegasan
terhadap masing-masing bahasan
dari setiap kelompok
Evaluasi
a)
Membantu siswa melakukan
a)
Menyimpulkan materi
pembelajaran
refleksi terhadap pembelajaran pembelajaran yang telah
yang telah dipelajari yang telah dipelajari
dipelajat sekali
b)
Menjawab teori yang
b)
Bersama siswa menyimpulkan diberikan guru titik
pembelajaran
c)
Mengevaluasi pembelajaran
yang telah dilakukan dengan
menggunaka tes hasil belajar

H.3 Lembar Kerja Siswa


Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran
matematika yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu peserta didik
menemukan serta mengembangkan konsep matematika. Materi ajar dalam LKS
dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut
secara mandiri. LKS menjadi salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif
antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam
peningkatan prestasi belajar.
Dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas,
dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan. Dengan menggunakan
LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab
penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan LKS
sebagai alat bantu pengajaran akan dapat mengaktifkan siswa.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah
lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa
agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau
mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk
mencapai tujuan pengajaran.
1.

Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11-12), tujuan Lembar Kerja
Siswa (LKS), antara lain:

Dapat mempercepat proses belajar mengajar dan hemat waktu mengajar.

Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena siswa dapat
menggunakan alat bantu secara bergantian.

2. Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS)


Azhar (1993) : 78) mengatakan bahwa LKS dibuat bertujuan untuk menuntun
siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses
berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai
urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun

ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan.


Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11), tujuan Lembar Kerja Siswa
(LKS), antara lain:

Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar.

Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih
sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam
mempelajari LKS tersebut.

3. Langkah-Langkah Penulisan LKS

Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,


dan materi pembelajaran.

Menentukan judul LKS

Menulis LKS

Menentukan alat penilaian

4. Struktur LKS
Adapun struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut :
1. Judul, mata pelajaran, semester, dan tempat
2. Petunjuk belajar
3. Kompetensi yang akan dicapai
4. Indikator
5. Informasi pendukung
6. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
7. Penilaian
H.4 Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan
memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran
diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki

bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran,
komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat
mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran
dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau
mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu
pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang
tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Menurut Sanjaya (2009) mengatakan apa yang di maksud pemahaman konsep
adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran,
dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang
dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang
sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Jadi dapat disimpulkan definisi pemahaman konsep adalah Kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik
dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut
benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan
Carpenter (dalam Dafril: 2011). Pengajaran yang menekankan kepada pemahaman
mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:Menurut Hiebert dan Carpenter (dala
1. Pemahaman memberikan generative artinya bila seorang telah memahami suatu
konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang lain karena
adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga setiap
pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya.
2. Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah dipahami
dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuanpengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema atau pengetahuan secara
lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga pengetahuan itu lebih
mudah diingat.
3. Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya jalinan yang
terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam struktur kognitif
siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman merupakan jalinan yang
sangat baik.

4. Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya pemahaman suatu konsep


matematika akan diperoleh siswa yang aktif menemukan keserupaan dari
berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu siswa untuk menganalisis
apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu kondisi tertentu.
5. Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa artinya siswa yang memahami
matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang positif yang
selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan matematikanya.
Menurut Sanjaya (2009) indikator yang termuat dalam pemahaman konsep
diantaranya:
1. Mampu menerangka secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya
2. Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta
mengetahui perbedaan,
3. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau
tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut,
4. Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,
5. Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang
dipelajari,
6. Mampu menerapkan konsep secara algoritma,
7. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
Pendapat diatas sejalan dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor
506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 tentang rapor pernah diuraikan
bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu :
1. Menyatakan ulang sebuah konsep,
2. Mengklasifikasi objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya,
3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu,
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
H.5 Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian yang akan dilaksanakan saat ini. Penelitian terkait penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation telah banyak dilakukan.
Berikut disajikan beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hasratuddin (2010) bahwa pembelajaran


matematika dengan metode Investigasi Kelompok dapat diimplementasikan
dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa.
2. Winda Oktavia dan Elly Arliani (2012) dalam penelitiannya juga
menyimpulkan pembelajaran kooperatif tipe Investigasi Kelompok efektif
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi
faktorisasi suku aljabar.
3. Begitu juga dengan Beny Novrando (2013) yang juga menyimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Investigasi Kelompok efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Dari beberapa penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti hasil dari penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis LKS terhadap Pemahaman
Konsep Matematika Siswa.
H.6 Kerangka Berfikir
Proses belajar merupakan hal penting yang sangat mempengaruhi hasil dan
perkembagan belajar siswa. Dalam pembelajaran, kesulitan dalam memahami dan
kemampuan pemecahan masalah yang diakibatkan karena kurangnya kemampuan
siswa terhadap pemahaman konsep suatu pokok bahasan tertentu. Hal tersebut akan
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Maka dari itu, dalam pembelajaran matematika
sangat penting untuk siswa meningkatkan kemampuan terhadap pemahaman konsep
matematika. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika
khususnya kelas VII-3 SMPN 4 Singaraja terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap
konsep matematika siswa masih rendah. Siswa takut untuk bertanya atau
berpendapat, kurangnya interaksi siswa dengan siswa lain berkaitan dengan
pembelajaran matematika, kurang diikutsertakannya siswa dalam membuat
kesimpulan serta hasil belajar siswa yang kurang baik selama maupun setelah proses
pembelajaran berlangsung. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
masih didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung pasif. Oleh karena itu,
diperlukan usaha perbaikan yang dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga dapat
membantu meningkatkan pemahaman terhadap konsep matematika.

INPUT
Kemampuan pemecahan masalah
matematika rendah karna kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
matematika

PROSES
Penerapan model pembelajaran Kooperatif Group
Investigation berbasis LKS terhadap pemahaman
konsep matematika

OUTPU
T
Kemampuan
pemecahan
masalah matematika tinggi
Siswa dapat memahami
konsep matematika dengan
baik

Upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep matematika


adalah membuat siswa aktif dan menemukan pemahaman konsep dalam
berkelompok, sehingga dapat mengemukakan pendapat serta bertanya dengan lebih
leluasa. Hal ini dapat diatasi dengan mengubah model pembelajaran. Salah satu
model pembelajaran yang relevan digunakan model pembelajaran Kooperatif Group
Investigation berbasis LKS. Dalam model pembelajaran investigasi berbasis
kelompok ini, siswa melakukan pembelajaran secara berkelompok. Dengan model
pembelajaran ini siswa dapat belajar sambil berlatih, siswa juga dapat memahami
betapa pentingnya adanya tutor sebaya dalam proses pembelajaran atau dengan kata
lain ketergantungan dengan orang lain pasti ada sehingga muncul sikap saling
membutuhkan dan kerjasama. Dengan begitu hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation
berbasis LKS ini siswa dilatih untuk mengidentifikasi topik dalam pengumpulan
informasi, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi

berupa mengumpulkan informasi, manganalisis data, serta membuat kesimpulan.


Siswa juga dapat bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua
gagasan dalam kelompok serta dapat mempresentasikan hasil diskusi. Dengan
demikian siswa sangat berperan dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa.
I. Metode Penelitian
I.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang secara umum
bertujuan meningkatkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas yang
bermuara pada peningkatan pemahaman konsep Matematika siswa. Penelitian ini
dilaksanakan dengan strategi siklus yang berangkat dari identifikasi masalah, dimana
setiap siklus pada penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.
I.2 Subjek dan Tempat Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa VII-3 SMPN 4 Singaraja semester
genap tahun ajaran 2015/2016. Alasan pengambilan subyek penelitian ini karena di
kelas tersebut karena masih menggunakan model pembelajaran konvensional serta
ditemukan permasalahan permasalah seperti yang dipaparkan pada latar belakang.
I.3 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pemahaman konsep
matematika siswa dan respon siswa kelas VII-3 SMPN 4 Singaraja semester genap
tahun ajaran 2015/2016.
I.4 Desain Penelitian
Penelitian ini diawali dengan pendahuluan dan dilanjutkan dengan tindakan
yang berlangsung dalam beberapa siklus. Dalam hal ini yang disebut siklus adalah satu
putaran kegiatan beruntun yang kembali kegiatan semula, diman setiap siklus terdiri
dari empat langkah sebagai berikut.
a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapat
perhatian khusus untuk dilakukan pengamatan, kemudian peneliti membuat instrument
pengamatan untuk mengetahui fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
b. Tindakan
Tahap tindakan merupakan implementasi dari isi rancangan yang telah dibuat,
yaitu melaksanakan tindakan kelas.
c. Observasi
Tahap observasi dilakukan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan
mendokumentasikan semua tindakan yang terjadi. Kegiatan observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk
perbaikan pada siklus selanjutnya.
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan suatu tahap mengintrospeksi kembali kegiatan yang
sudah dilakukan dalam tahap tahap sebelumnya. Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan dan dianalisis untuk dapat diketahui apakah kegiatan yang telah
dilaksanakan sudah mencapai indikator yang ditentukan atau masih diperlukan
perbaikan untuk kemudian dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Apabila hasil analisis data dan refleksi pada Siklus I belum menunjukan
ketercapaian indikator, maka penelitian akan dilanjutkan ke Siklus II dan begitu juga
seterusnya dengan melakukan perbaikan perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari
siklus sebelumnya. Secara rinci pelaksanaan PTK disajikan dalam bagan berikut.
Tabel 2. Prosedur Pelaksanaan PTK

Seperti yang telah dipaparkan di awal, penelitian ini diawali dengan penelitian
pendahuluan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus dengan setiap siklus terdiri
dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Adapun uraian rencana tahapan tahapan kegiatan penelitian, sebagai berikut.
1) Penelitian Pendahuluan
Pada tahapan ini dilakukan observasi langsnung ke kelas, pencatatan dan analisis
dokumen serta wawancara dengan guru maupun siswa untuk mengidentifikasi masalah
yang terdapat di kelas VII-3 SMP Negeri 4 Singaraja. Melalui kegiatan observasi,
pencatatan dan analisis dokumen serta wawancara peneliti dapat mengetahui keadaan
awal mengenai proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VII-3 SMP Negeri 4
Singaraja, peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan permasalahan yang terjadi
dlm proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini dipandang perlu mendapat
penanganan dengan ditingkatkannya keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas
VII-3 SMP Negeri 4 Singaraja. Kemudian, peneliti dan guru mata pelajaran matematika
di kelas VII-3 mendapat suatu kesepakatan bahwa untuk menangani masalah seperti apa
yang telah diurikan pada latar belakang masalah, dilakukan penerapan model
pembelajaran investigasi kelompok berbasis LKS.

Adapun tahap-tahap yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Siklus I
1) Perencanaan Siklus I
Rencana pelaksanaan tindakan disusun dalam langkah-langkah sebagai berikut:

Mensosialisasikan kepada guru Matematika yang mengajar di kelas VII-3 SMP


Negeri 4 Singaraja mengenai pelaksanaan penelitian di kelas.

Pengembangan Bahan ajar yaitu validasi bahan ajar, validasi butir soal dan
reliabilitas butir soal.

Membuat RPP dan LKS untuk materi keliling dan luas daerah persegi dan
persegi panjang. RPP dan LKS disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dosen
pembimbing dan guru matematika yang mengajar.

Memberikan tes awal pada siswa, siswa yang nilainya tertinggi dijadikan ketua
kelompok.

Pembagian kelompok berdasarkan ketertarikan siswa, mereka dibebaskan untuk


memilih bergabung dikelompok yang mereka senangi, dan pembagian kelompok
secara heterogen.

Menyiapkan beberapa model bangun persegi dan persegi panjang yang telah
dibuat sebelumnya.

Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun.

Guru mengamati pekerjaan siswa dan mengamati langkah mana yang dianggap
sulit oleh siswa. Di ambil dua kelompok masing-masing satu kelompok
mewakili persegi dan satu kelompok mewakili persegi panjang, yang
pekerjannya benar untuk presentasi.

Pada tahap evaluasi guru membahas tentang hasil investigasi siswa dan memberi
tekanan pada langkah-langkah yang tergolong sulit bagi sebagian siswa.
Kemudian guru memberikan latihan.

Tes akhir siklus.

2) Pelaksanaan Tindakan
Sebelum melaksanakan penelitian untuk siklus I, siswa diberi tes awal. Hasil
dari tes awal ada tujuh siswa yang nilainya tertinggi dan mereka menjadi ketua
kelompok. Siswa lain dibebaskan untuk bergabung di kelompok siapa. Pada
pelaksanaan

pembelajaran

guru

melaksanakan

pembelajaran

dengan

model

pembelajaran investigasi kelompok, dengan tahap-tahap: Pengelompokan, Perencanaan,


Investigasi, Pengorganisasian , Presentasi dan Evaluasi.
3) Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan dan
hasil tindakan.
Untuk pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pembelajaran, guru mengamati
langkah mana mereka yang mengalami kesulitan saat menyelesaikan permasalahan dan
melihat sejauh mana hasil yang dicapai dari pekerjaan itu. Sedangkan untuk melihat
hasil tindakan diakhir siklus mereka diberi evaluasi untuk melihat kemampuan mereka
dalam memecahkan masalah matemtika.
4) Refleksi
Dari yang diperoleh oleh peneliti kemudian dianalisis. Langkah selanjutnya
adalah refleksi terhadap data yang relah dianalisis, untuk mengetahui sejauh mana
tindakan yang telah dilakukan telah mencapai sasaran. Kendala-kendala yang dijumpai
dijadikan bekal untuk membuat rencana siklus II.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Rencana pelaksanaan tindakan disusun dalam langkah-langkah sebagai berikut.

Membuat RPP dan LKS untuk siklus II.

Dipilih tujuh siswa yang nilainya tertinggi pada tes siklus II sebagai ketua
kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan ketertarikan siswa, dan heterogen.

Menyiapkan beberapa model bangun trapesium dan jajargenjang.

Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun.

Guru mengamati pekerjaan siswa dan mengamati langkah mana yang dianggap
sulit oleh siswa.

Guru memilih dua kelompok untuk tampil presentasi.

Pada tahap evaluasi guru membahas tentang hasil investigasi siswa dan memberi
tekanan pada langkah-langkah yang tergolong sulit bagi sebagian siswa.

Kemudian guru memberikan latihan.

Tes akhir siklus.

2) Tindakan
Pelaksanaan siklus II pada prinsipnya sama dengan siklus I, hanya saja
pelaksanaan kegiatan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I.
3) Pengamatan
Pengamatan pada siklus II dilaksanakan seperti pengamatan pada siklus I.
4) Refleksi
Hasil pengamatan pada siklus II dianalisis, kemudian digunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan tujuan akhir penelitian.
I.5 Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

data mengenai aspek

pemahaman konsep observasi luas dan keliling persegi dan persegi panjang siswa dan
respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kelompok investigasi dalam
pembelajaran matematika. Data mengenai respon siswa terhadap penerapan model
pembelajaran kelompok investigasi dalam

pembelajaran matematika dapat diukur

dengan tes.
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data pemahaman Konsep Siswa
Data pemahaman konsep matematika siswa diperoleh melalui pemberian tes
pemahaman konsep matematika yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Adapun
rubrik penskoran untuk soal tes sebagai berikut pada table 3.
Tabel 3: Rubrik Penilaian Pemahaman Konsep Matematika
Kemampuan
Interpretasi

No
a
b
c

Pengubahan
d
e

Skor Kategori
0
Tidak mengubah bentuk soal
menjadi model matematika
(notasi/symbol)
1
Mengubah
bentuk
soal
menjadi model matematika
(notasi/symbol) tetapi salah
2
Mengubah
bentuk
soal
menjadi model matematika
(notasi/symbol) dan benar
0
Tidak menuliskan konsep
yang digunakan
1
Memilih konsep yang benar
untuk menjawab soal tanpa

penjelasan dgn bahasa sendiri


f

Ekstrapolasi

g
h

0
1

Memilih konsep yang benar


untuk menjawab soal disertai
penjelasan dengan bahasa
sendiri
Tidak membuat perhitungan
Membuat
perhitungan
dengan
langkah-langkah
yang tidak mencerminkan
konsep dan hasil salah
Membuat
perhitungan
dengan
langkah-langkah
yang tidak mencerminkan
konsep tetapi hasil benar
Membuat
perhitungan
dengan
langkah-langkah
yang mencerminkan konsep
tetapi hasil salah
Membuat
perhitungan
dengan
langkah-langkah
yang mencerminkan konsep
dan hasil benar

Nomor a sampai dengan c menyatakan rubrik penskoran kemampuan


pengubahan siswa , nomor a sampai dengan f menyatakan rubrik penskoran kemampuan
interprestasi siwa dan nomor

a sampai dengan k menyatakan rubrik penskoran

kemampuan ekstrapolasi siswa skor maksimal yang dapat diperoleh siswa untuk setiap
butir soal adalah 8..
Nilai pemahaman konsep siswa adalah =

skor total setiap siswa


x100
skor maksimum

C. Data respon siswa terhadap model Group Investigation


Untuk memperoleh data mengenai respon siswa dengan diterapkannya model
kelompok investigasi pada pembelajaran luas dan keliling persegi dan persegi panjang
dilakukan dengan menggunakan angket dan disebarkan kepada siswa pada akhir siklus
II. Angket respon siswa akan diukur dengan menggunakan skala Likert. Kemudian setip
pernyataan akan diberikan skor seperti ada table 5 berikut.

Table 5 . Penskoran Angket Respon Siswa


Untuk pernyataan

skor

Untuk pernyataan

skor

positif
Sangat setuju (SS)
Setuju (S)

5
4

negatif
Sangat setuju (SS)
Setuju (S)

1
2

Kurang Setuju (KS)


Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju

3
2
1

Kurang Setuju (KS)


Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju

3
4
5

( STS)

( STS)

Berdasrkan kriteria penskoran respon siswa , maka skor masing-masing siwa diperoleh
dengan rumus berikut :
skor siswa

jumlah skor per item angeket


x100
skor maksimum

2. Teknik Analisis Data


A. Analisis Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Data pemahaman konsep siswa dianalisis dengan menentukan rata-rata skor
pemahaman konsep matematika siswa dengan rumus
n

X
i 1

Keterangan :
X

= Rata-rata nilai pemaham konsep matematika siswa

X
i 1

= jumlah nilai pemahaman konsep matematika siswa

n = banyak siswa
rata-rata skor pemahaman siswa

yang diperoleh dicocokan dengan criteria

penggolongan sebagai berikut :


Tabel 6. Kriteria penggolongan rata-rata nilai pemahaman konsep matematika
siswa
No

Rentangan siswa

Criteria

1
2
3
4
5

X MI 1,8SDI

MI+ 0,6 SDI X <MI+1,8 SDI


MI-0,6 SDI X <MI+0,6 SDI
MI-1,8SDI X <MI-0,8SDI
X <MI-1,8 SDI

Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Sangat kurang baik

Dengan :
1
( skor maksimum ideal + skor minimum ideal )
2

MI =
SDI =

1
( skor maksimum ideal - skor minimum ideal )
6

Pemahaman konsep matematika siswa dikatakan meningkat jika rata-rata nilai tes
pemahaman konsep matematik pada siklus II lebih dari siklus I dan rata-rata nilai tes
pemahaman konsep matematika siswa pada siklus III lebih dari siklus II. Adapun
presentase peningkatan rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
X i 1 X i
x100
Xi

Pi

Keterangan :
P i : presentase peningkatan rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa
X i 1
Xi

: rata-rata nilai pemahaman konsep pada siklus ke i+1

: rata-rata nilai pemahaman konsep pada siklus ke i

3. Analisis Data tentang Respon Siswa


Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika setelah
diterapkan model

kelompok investigasi akan dilakukan dengan metode analisis

deskritif terhadap pendapat siswa yang dituangkan dalam angket respon siswa. Data
respon siswa dianalisis berdasarkan rata-rata skor respon siswa
dan Standar Deviasi Ideal (SDI).
Rata-rata skor respon siswa dihitung dengan rumus
n

i 1

n
Keterangan:
: Rata-rata skor respon siswa
R

( R) ,

mean ideal (MI),

R
i 1

: Jumlah skor respon siswa

: banyak siswa
Adapun penggolongan respon siswa menggunakan kriteria sebagai berikut,
Tabel 7. Kriteria penggolongan rata-rata respon siswa
No
Rentangan
R MI 1,8SDI
1
MI 0,6 SDI R MI 1,8SDI
2
MI 0,6SDI R MI 0,6SDI
3
MI 1,8SDI R MI 0,6 SDI
4
R MI 1,8SDI
5
Dengan :
1
MI
( skor maksimum ideal + skor maksimum ideal)
2
SDI

Kriteria
Sangat Positif
Positif
Cukup Positif
Kurang Positif
Sangat Kurang Positif

1
(Skor maksimum ideal Skor minimum ideal)
6

D. Indikator Keberhasilan
sebagai Indikator keberhasilan penilaian ini adalah jika materi pelajaran telah
dipahami secara klasikal dan minimal 85% proses pelaksanaan tindakan telah sesuai
dengan scenario pembelajaran. Seorang siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan
belajar secara perorangan apabila siswa tersebut telah memperoleh nilai maksimal 7,0.
Daftar Pustaka
Anita, N. M. Y. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation terhadap Self-Efficacy Siswa. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA (Volume 3 Tahun 2013).
Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning: teori, riset, dan praktik. Terjemahan Narulita
Yusron. Cooperative Learning: theory, research, and practice. 2005. Bandung:
Nusa Media.

Trianto.

2007.

Model-model

Pembelajaran

Inovatif

Berorientasi

Inovatif

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.


Degeng, I N.S. 2001. Landasan dan Wawasan Kependidikan. Malang: Lembaga
Pengembangan dan Pendidikan (LP3) Universitas Negeri Malang.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Hamzah. 200. Pembelajaran Matematika I. Jakarta: Bumi Aksara.
Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mursell, J, Dkk. 1995. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara.
Nur Mohammad. 2004. Strategi-strategi Belajar. Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika Sekolah Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai