Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATERI 3B

TEORI BELAJAR

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Asep Suharta, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

DODI BENAMMI BARUS


(6233111041)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN JASMANI, REKREASI DAN


KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur pada Yang Maha Kuasa atas limpahan dan rahmatNya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas materi 3 tentang Teori Belajar. sebagai salah satu tugas yang
diberikan oleh Dosen saya.
Tugas ini merupakan salah satu metode perkuliahan yang sangat bermanfaat untuk
mengetahui materi dalam perkuliahan. Dalam pembuatan tugas ini banyak pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, arahan serta motivasi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
mendukung.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu saya berharap kritik dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan
tugas ini. Atas perhatiannya saya mengucapkan banyak terimakasih.

Medan, 15 September 2023

Dodi Benammi Barus


TUGAS MATERI 3B
1. Apa saja yang anda ketahui tentang teori belajar Vygotsky?
Jawab:
Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan
sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial
yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang
dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses
belajar akan terjadi secara evisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif
dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive),
dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa. Dengan
hadirnya teori konstruktivisme Vygotsky ini, banyak pemerhati pendidikan yang
megembangkan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran peer interaction,
model pembelajaran kelompok, dan model pembelajaran problem poshing.
Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan
eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran.
Menurut teori Vigotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-
masing individu dalam konteks budaya. Vigotsky juga yakin bahwa pembelajaran
terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-
tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada
dalam zona of proximal development mereka.

2. Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu:


pengenalan,analisis,pengurutan, dedukasi,dan akurasi. Jelaskan secara singkat
Jawab:
Teori Belajar Van Hiele dikembangkan dalam geometri. Van Hiele adalah seorang
pengajar matematika Belanda yang telah mengadakan penelitian di lapangan, melalui
observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam disertasinya
pada tahun 1954. Penelitian yang dilakukan Van Hiele melahirkan beberapa
kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami
geometri. Menurut Van Hiele mterdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu:
pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan akurasi. Berikut ini tahap-tahap
perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri yang bisa dikembangkan
dalam pembelajaran lainnya.
a) Tahap Visualisasi (Pengenalan)
Pada tingkat ini, siswa memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu
keseluruhan (holistic). Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan komponen-
komponen dari masing-masing bangun. Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini
siswa sudah mengenal nama sesuatu bangun, siswa belum mengamati ciri-ciri
dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu suatu bangun
bernama persegipanjang, tetapi ia belum menyadari ciri-ciri bangun
persegipanjang tersebut.
b) Tahap Analisis (Deskriptif)
Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri- ciri
dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah
terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati
sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut. Sebagai contoh, pada tingkat
ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa suatu bangun merupakan persegi panjang
karena bangun itu “mempunyai empat sisi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar, dan
semua sudutnya siku-siku.”

c) Tahap Deduksi Formal (Pengurutan atau Relasional)


Pada tingkat ini, siswa sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu
dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa
sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat sisi-sisi yang
berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu sama panjang. Di samping
itu pada tingkat ini siswa sudah memahami pelunya definisi untuk tiap-
tiap bangun. Pada tahap ini, siswa juga sudah bisa memahami hubungan
antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini
siswa sudah bisa memahami bahwa setiap persegi adalah juga persegi panjang,
karena persegi juga memiliki ciri-ciri persegipanjang.

d) Tahap Deduksi
Pada tingkat ini (1) siswa sudah dapat mengambil kesimpulan secara deduktif,
yakni menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus, (2) siswa mampu
memahami pengertian-pengertian pangkal, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan
terorema-teorema dalam geometri, dan (3) siswa sudah mulai mampu menyusun
bukti-bukti secara formal. Ini berarti bahwa pada tingkat ini siswa sudah
memahami proses berpikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan mampu
menggunakan proses berpikir tersebut.

Sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa jumlah sudut-sudut dalam jajargenjang


adalah 360° secara deduktif dibuktikan dengan menggunakan prinsip
kesejajaran. Pembuktian secara induktif yaitu dengan memotong-motong sudut-
sudut benda jajargenjang, kemudian setelah itu ditunjukkan semua sudutnya
membentuk sudut satu putaran penuh atau 360° belum tuntas dan belum tentu
tepat. Seperti diketahui bahwa pengukuran itu pada dasarnya mencari nilai
yang paling dekat dengan ukuran yang sebenarnya. Jadi, mungkin saja dapat keliru
dalam mengukur sudut- sudut jajargenjang tersebut. Untuk itu pembuktian secara
deduktif merupakan cara yang tepat dalam pembuktian pada matematika.

Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau
problem, dan teorema. Anak pada tahap ini belum memahami kegunaan
dari suatu sistem deduktif. Oleh karena itu, anak pada tahap ini belum
dapat menjawab pertanyaan: “mengapa sesuatu itu perlu disajikan dalam bentuk
teorema atau dalil?”
e) Tahap Akurasi (tingkat metamatematis atau keakuratan)
Pada tingkat ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-
prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Sudah memahami mengapa
sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil. Dalam matematika kita tahu bahwa
betapa pentingnya suatu sistem deduktif. Tahap keakuratan merupakan tahap
tertinggi dalam memahami geometri.

Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit, siswa
mampu melakukan penalaran secara formal tentang sistem-sistem matematika
(termasuk sistem-sistem geometri), tanpa membutuhkan model-model yang konkret
sebagai acuan. Pada tingkat ini, siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya
lebih dari satu geometri. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa menyadari
bahwa jika salah satu aksioma pada suatu sistem geometri diubah, maka seluruh
geometri tersebut juga akan berubah. Sehingga, pada tahap ini siswa sudah
memahami adanya geometri-geometri yang lain di samping geometri Euclides.

3. Apa yang anda ketahui tentang teori belajar Ausabel


Jawab:
Yang saya ketahui, dimana dalam teori nya menekankan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai. Teori nya Ausubel juga menekankan pentingnya
pembelajaran yang bermakna daripada hafalan. Ia menyatakan bahwa teorinya hanya
berlaku untuk pembelajaran reception di lingkungan sekolah. Ausubel percaya bahwa
pemahaman konsep, prinsip, dan ide-ide dicapai melalui penalaran deduktif. Teori
belajar bermakna David Ausubel dipengaruhi ajaran Jean Piaget. Mirip dengan ide-ide
Piaget tentang skema konseptual, Ausubel menghubungkan dengan penjelasannya
tentang bagaimana orang memperoleh pengetahuan.

4. Bagaimana penerapan teori belajar ausabel dalam pembelajaran?


Jawab:
Adapun sejumlah langkah yang perlu dilakukan dalam menerapkan teori ausubel
adalah sebagai berikut.
 Guru perlu menentukan tujuan pembelajaran terlebih dahulu sebelum
menyusun materi.
 Guru mengidentifikasi setiap karakter siswa dan menyesuaikan materi serta
bahan ajar dengan kebutuhan peserta didik.
 Memilih materi dengan menyesuaikannya terhadap identifikasi yang
dilakukan sebelumnya dan membentuknya menjadi konsep inti.
 Menentukan topik secara keseluruhan dan menyampaikan kepada peserta
didik mengenai seluruh materi yang akan dipelajari nanti. Hal ini diperlukan
agar peserta didik siap secara mental dan tidak kaget.
 Menjelaskan materi sesuai konsep inti dan mengaitkannya dengan kehidupan
di sekitar kita.
5. Bruner mengemukakan terhadap tiga system keterampilan untuk menyatakan
kemampuan-kemampuan secara sempurna. Sebutkan dan jelaskan ketiganya secara
ringkas!
Jawab:
(1) Tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan
atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
(2) Tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai
menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini,
peserta didik tidak memanipulasi langsung objek-objek, melainkan sudah dapat
memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek. Pengetahuan disajikan oleh
sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37).
(3) Tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan
tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan
penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem
berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan
dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan
diproses untuk mencapai pemahaman.

6. Apa kritik anda terhadap materi 3?


Jawab:
Kritik mengenai materi 3 ini adalah dimana setiap mahasiswa harus mampu untuk
mengetahui dan menerapakan atau mengimplementasikan kepada siswa mengenai
materi yang harus mahasiswa pahami, yang nantinya akan menjadi calon guru. Dan
sekiranya mahasiswa dituntut untuk memahami materi yang dijelaskan oleh dosen
pada pertemuan ke-3 ini terkhususnya mengenai Teori Behavioristic.

Anda mungkin juga menyukai