Anda di halaman 1dari 9

Metode dan Pendekatan Pembelajaran Matematika oleh Van Hiele

Resume

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan dan Pembelajaran Matematika
SD yang Dibimbing oleh Wuli Oktiningrum, M. Pd.

Disusun oleh Semester 6 :

Novika Rifdayanti 1886206049

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG

MARET 2021
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Van Hiele


Teori van Hiele yang dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina van
Hiele-Geldof sekitar tahun 1950-an telah diakui secara internasional (Martin dkk.,
1999) dan memberikan pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri sekolah.
Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah contoh negara yang telah mengubah
kurikulum geometri berdasar pada teori van Hiele (Anne, 1999). Pada tahun 1960-an,
Uni Soviet telah melakukan perubahan kurikulum karena pengaruh teori van Hiele
(Crowley, 1987:1 dan Anne, 1999). Sedangkan di Amerika Serikat pengaruh teori van
Hiele mulai terasa sekitar permulaan tahun 1970-an (Burger & Shaughnessy, 1986:31
dan Crowley, 1987:1). Sejak tahun 1980-an, penelitian yang memusatkan pada teori
van Hiele terus meningkat (Gutierrez, 1991:237 dan Anne, 1999).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa penerapan teori
van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran geometri. Bobango
(1993:157) menyatakan bahwa pembelajaran yang menekankan pada tahap belajar
van Hiele dapat membantu perencanaan pembelajaran dan memberikan hasil yang
memuaskan. Senk (1989:318) menyatakan bahwa prestasi siswa SMU dalam menulis
pembuktian geometri berkaitan secara positif dengan teori van Hiele. Mayberry
(1983:67) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa konsekuensi teori van
Hiele adalah konsisten. Burger dan Shaughnessy (1986:47) melaporkan bahwa siswa
menunjukkan tingkah laku yang konsisten dalam tingkat berpikir geometri sesuai
dengan tingkatan berpikir van Hiele. Susiswo (1989:77) menyimpulkan bahwa
pembelajaran geometri dengan pembelajaran model van Hiele lebih efektif daripada
pembelajaran konvensional. Selanjutnya Husnaeni (2001:165) menyatakan bahwa
penerapan model van Hiele efektif untuk peningkatan kualitas berpikir siswa.
Van Hiele adalah seorang pengajar matematika Belanda yang telah
mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian
hasil penelitiannya ditulis dalam disertasinya pada tahun 1954. Penelitian yang
dilakukan Van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap
perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Van Hiele (dalam Ismail,
1998) menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu: Tahap
pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan. Lima Tahapan
Pemahaman Geometri yaitu:
1. Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa hanya baru mengenal bangun-bangun geometri seperti
bola, kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun geometri lainnya. Seandainya
kita hadapkan dengan sejumlah bangun-bangun geornetri, anak dapat memilih dan
menunjukkan bentuk segitiga. Pada tahap pengenalan anak belum dapat
menyebutkan sifat-sifat dari bangun-bangun geometri yang dikenalnya sifat-sifat
dari bangun-bangun geometri yang dikenalnya itu. Sehingga bila kita ajukan
pertanyaan seperti "apakah pada sebuah persegipanjang, sisi-sisi yang berhadapan
panjangnya sama?", "apakah pada suatu persegipanjang kedua diagonalnya sama
panjang?". Untuk hal ini, siswa tidak akan bisa menjawabnya. Guru harus
memahami betul karakter anak pada tahap pengenalan, jangan sampai, anak
diajarkan sifat-sifat bangun-bangun geometri tersebut, karena anak akan
menerimanya melalui hafalan bukan dengan pengertian.
2. Tahap Analisis
Bila pada tahap pengenalan anak belum mengenal sifat-sifat dari
bangunbangun geometri, tidak demikian pada tahap Analisis. Pada tahap ini anak
sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun-bangun geometri. Pada tahap ini
anak sudah mengenal sifat-sifat bangun geometri, seperti pada sebuah kubus
banyak sisinya ada 6 buah, sedangkan banyak rusuknya ada 12. Seandainya kita
tanyakan apakah kubus itu balok?, maka anak pada tahap ini belum bisa
menjawab pertanyaan tersebut karena anak pada tahap ini belum memahami
hubungan antara balok dan kubus. Anak pada tahap analisis belum mampu
mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun
geometri lainnya.
3. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih meningkat lagi dari
sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifatsifatnya,
maka pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara
suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Anak yang berada pada
tahap ini sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya, siswa
sudah mengetahui jajargenjang itu trapesium, belah ketupat adalah layang-layang,
kubus itu adalah balok. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu untuk melakukan
penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap awal artinya belum
berkembang baik. Karena masih pada tahap awal siswa masih belum mampu
memberikan alasan yang rinci ketika ditanya mengapa kedua diagonal persegi
panjang itu sama, mengapa kedua diagonal pada persegi saling tegak lurus.
4. Tahap Deduksi
Pada tahap ini anak sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil
kesimpulan secara deduktif. Pengambilan kesimpulan secara deduktif yaitu
penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus. Seperti kita ketahui
bahwa matematika adalah ilmu deduktif. Matematika, dikatakan sebagai ilmu
deduktif karena pengambilan kesimpulan, membuktikan teorema dan lain-lain
dilakukan dengan cara deduktif. Sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa
jumlah sudut-sudut dalam jajargenjang adalah 360o secara deduktif dibuktikan
dengan menggunakan prinsip kesejajaran. Pembuktian secara induktif yaitu
dengan memotong-motong sudut-sudut benda jajargenjang, kemudian setelah itu
ditunjukkan semua sudutnya membentuk sudut satu putaran penuh atau 360°
belum tuntas dan belum tentu tepat. Seperti diketahui bahwa pengukuran itu pada
dasarnya mencari nilai yang paling dekat dengan ukuran yang sebenarnya. Jadi,
mungkin saja dapat keliru dalam mengukur sudut-sudut jajargenjang tersebut.
Untuk itu pembuktian secara deduktif merupakan cara yang tepat dalam
pembuktian pada matematika.
Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem,
dan teorema. Anak pada tahap ini belum memahami kegunaan dari suatu sistem
deduktif. Oleh karena itu, anak pada tahap ini belum dapat menjawab pertanyaan
“mengapa sesuatu itu disajikan teorema atau dalil.”
5. Tahap Keakuratan
Tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri
adalah tahap keakuratan. Pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya
ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Anak pada
tahap ini sudah memahami mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil.
Dalam matematika kita tahu bahwa betapa pentingnya suatu sistem deduktif.
Tahap keakuratan merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Pada
tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu,
jarang atau hanya sedikit sekali anak yang sampai pada tahap berpikir ini
sekalipun anak tersebut sudah berada di tingkat SMA.

Selain mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam


memahami geometri, Van Hiele juga mengemukakan beberapa teori berkaitan dengan
pembelajaran geometri. Teori yang dikemukakan Van Hiele antara lain adalah sebagai
berikut:

Tiga unsur yang utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi


pembelajaran dan metode penyusun yang apabila dikelola secara terpadu dapat
mengakibatkan meningkatnya kemampuan berpikir anak kepada tahap yang lebih
tinggi dari tahap yang sebelumnya.

Bila dua orang yang mempunyai tahap berpikir berlainan satu sama lain,
kemudian saling bertukar pikiran maka kedua orang tersebut tidak akan mengerti.
Sebagai contoh, seorang anak tidak mengerti mengapa gurunya membuktikan bahwa
jumlah sudut-sudut dalam sebuah jajargenjang adalah 360o , misalnya anak itu berada
pada tahap pengurutan ke bawah. Menurut anak pada tahap yang disebutkan,
pembuktiannya tidak perlu sebab sudah jelas bahwa jumlah sudut-sudutnya adalah
360°. Contoh yang lain, seorang anak yang berada paling tinggi pada tahap kedua atau
tahap analisis, tidak mengerti apa yang dijelaskan gurunya bahwa kubus itu adalah
balok, belah ketupat itu layang-layang. Gurunya pun sering tidak mengerti mengapa
anak yang diberi penjelasan tersebut tidak memahaminya. Menurut Van Hiele seorang
anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah tidak mungkin dapat mengerti atau
memahami materi yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dari anak tersebut.
Kalaupun anak itu dipaksakan untuk memahaminya, anak itu baru bisa memahami
melalui hafalan saja bukan melalui pengertian.

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu anak memahami geometri


dengan pengertian, kegiatan belajar anak harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak atau disesuaikan dengan taraf berpikirnya. Dengan demikian
anak dapat memperkaya pengalaman dan berpikirnya, selain itu sebagai persiapan
untuk meningkatkan tahap berpikirnya kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap
sebelumnya.

B. Karakteristik Teori Van Hiele


Teori van Hiele mempunyai karakteristik, yaitu (1) tahap-tahap tersebut
bersifat hirarki dan sekuensial, (2) kecepatan berpindah dari tahap ke tahap berikutnya
lebih bergantung pada pembelajaran, dan (3) setiap tahap mempunyai kosakata dan
sistem relasi sendiri-sendiri (Anne,1999). Burger dan Culpepper (1993:141) juga
menyatakan bahwa setiap tahap memiliki karakteristik bahasa, simbol dan metode
penyimpulan sendirisendiri.
Clements & Battista (1992:426-427) menyatakan bahwa teori van Hiele
mempunyai karakteristik, yaitu (1) belajar adalah proses yang tidak kontinu,
terdapat “Lompatan” dalam kurva belajar seseorang, (2) Tahap – tahap tersebut
bersifat terurut dan hirarki, (3) konsep yang dipahami secara implisit pada suatu tahap
akan dipahami secara ekplisit pada tahap berikutnya, dan (4) setiap tahap mempunyai
kosakata sendiri-sendiri. Crowley (1987:4) menyatakan bahwa teori van Hiele
mempunyai sifat-sifat berikut (1) berurutan, yakni seseorang harus melalui tahap-
tahap tersebut sesuai urutannya; (2) kemajuan, yakni keberhasilan dari tahap ke tahap
lebih banyak dipengaruhi oleh isi dan metode pembelajaran daripada oleh usia; (3)
intrinsik dan ekstrinsik, yakni obyek yang masih kurang jelas akan menjadi obyek
yang jelas pada tahap berikutnya; (4) kosakata, yakni masing-masing tahap
mempunyai kosakata dan sistem relasi sendiri; dan (5) mismacth, yakni jika seseorang
berada pada suatu tahap dan tahap pembelajaran berada pada tahap yang berbeda.
Secara khusus yakni jika guru, bahan pembelajaran, isi, kosakata dan lainnya berada
pada tahap yang lebih tinggi daripada tahap berpikir siswa.
Setiap tahap dalam teori van Hiele, menunjukkan karakteristik proses berpikir
siswa dalam belajar geometri dan pemahamannya dalam konteks geometri. Kualitas
pengetahuan siswa tidak ditentukan oleh akumulasi pengetahuannya, tetapi lebih
ditentukan oleh proses berpikir yang digunakan.
Tahap-tahap berpikir van Hiele akan dilalui siswa secara berurutan (Keyes,
1997 dan Anne, 1999). Dengan demikian siswa harus melewati suatu tahap dengan
matang sebelum menuju tahap berikutnya. Kecepatan berpindah dari suatu tahap ke
tahap berikutnya lebih banyak bergantung pada isi dan metode pembelajaran daripada
umur dan kematangan (Crowley, 1987:4; Schoen & Hallas, 1993:108 dan Keyes,
1997). Dengan demikian, guru harus menyediakan pengalaman belajar yang cocok
dengan tahap berpikir siswa.

C. Kelebihan dan Kelemahan Teori Van Hiele


a. Kelebihan teori Van Hiele
1. Membantu siswa memahami geometri dengan belajar melalui pengalaman.
2. Siswa dituntut untuk mengetahui terlebih dahulu materi geometri yang akan
diajarkan, sehingga siswa akan menemukan sendiri pengetahuannya melalui
proses belajar yang mereka lakukan.
3. Kecepatan pemahaman bergantung pada metode pembelajaran yang dilakukan
guru daripada usia dan kematangan berfikir siswa.
b. Kekurangan teori Van Hiele
1. Siswa tidak dapat memahami geometri dengan baik apabila setiap tahapan
tidak dikuasai secara berkesinambungan.
2. Menuntut guru untuk kreatif dalam pengajaran dan harus menentukan startegi
yang tepat sesuai tingkat berpikir siswa.

D. Contoh Aplikasi Teori Van Hiele


Implementasi Teori Belajar Van Hiele dalam Pemebelajaran Matematika.
Untuk meningkatakan suatu tahap berfikir yang lebih tinggi, Van Hiele mengajukan
pembelajaran yang melibatkan lima fase, yaitu informasi (information), orientasi
langsung (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free
orientation), dan integrasi (integration).
1. Fase 1: Informasi (information)
Pada awal fase ini, guru dan siswa menggunakan tanya jawab dan kegiatan
tentang obyek-obyek yang dipelajari pada tahap berpikir yang bersangkutan. Guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi. Tujuan
kegiatan ini adalah:
1) Guru mempelajari pengetahuan awal yang dipunyai siswa mengenai topik
yang dibahas.
2) Guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan
pembelajaran yang selanjutnya yang akan diambil.
2. Fase 2: Orientasi Langsung (sirected orientation)
Siswa menggali topik yang dipelajari dengan cermat melalui alat-alat yang
disiapkan guru. Aktifitas ini akan berangsur-angsur menampakkan kepada siswa
struktur yang memberi ciri-ciri untuk tahap berpikir ini. Jadi, alat ataupun bahan
dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus.
3. Fase 3: Penjelasan (explication)
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang
muncul mengenai struktur yang diobservasi. Disamping itu untuk membantu
siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan
seminimal mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap
berpikir ini mulai tampak nyata.
4. Fase 4: Orientasi Bebas (free orientation)
Pada tahap ini siswa ditantang untuk menghadapi tugas-tugas yang lebih
kompleks yaitu tugas yang memerlukan banyak langkah penyelesaian. Pada tahap
ini siswa mendapatkan pengalaman menyelesaikan permasalahan dengan cara
mereka sendiri. Peran guru adalah memilih materi dan soal-soal geometri yang
sesuai untuk mendapatkan pembelajaran yang memungkinkan performance siswa.
5. Fase 5: Integrasi (integration)
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat
membantu dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survey secara global
terhadap apa-apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini
tidak menunjukkan sesuatu yang baru.

Dalam pembelajaran matematika terdapat banyak materi yang harus dipelajari


siswa. Namun diantara materi yang dipelajari, banyak materi yang dianggap sulit dan
kurang disenangi oleh siswa. Salah satu materi yang sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari yang terdapat dalam pelajaran matematika adalah geometri.

Pembelajaran geometri di SD hendaknya mengajak siswa untuk memahami


konsep-konsep dan aturan-aturan dari materi serta mampu menghubungkan konsep
yang baru diterima dengan konsep yang telah dipelajari. Untuk itu dibutuhkan
tahapan-tahapan yang sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa sekolah
dasar.

Melihat kebutuhan pembelajaran siswa di SD, guru seharusnya tidak hanya


menggunakan model konvensional, tetapi juga menggunakan model lain yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini memberikan
alternatif pembelajaran matematika dengan menerapkan teori belajar Van Hiele. Teori
ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir sesuai dengan tahap-tahap
perkembangannya, sehingga membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan
pemahamannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Mubassiroh. S. 2016. KEEFEKTIFAN PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE.


(Online). http://lib.unnes.ac.id/28300/1/1401412595.pdf Diakses tanggal 7 Maret 2021

PEMBELAJARAN GEOMETRI SESUAI TEORI VAN HIELE. (Online).


https://media.neliti.com/media/publications/148324-ID-pembelajaran-geometri-sesuai-
teori-van-h.pdf Diakses tanggal 7 Maret 2021

Unit 4 Teori Belajar Van Hiele. (Online).


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132303693/pendidikan/PengembanganPembelajaranM
atematika_UNIT_4_0.pdf Diakses tanggal 7 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai