Ektum 2
Ektum 2
Keanekaragaman jenis
Keragaman jenis adalah suatu sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat-tingkat
keragaman jenis organisme yang dinyatakan dengan indeks keragaman. Indeks
keragaman adalah jumlah kelimpahan jenis yang dihitung secara matematik dan dapat
digunakan untuk mengetahui baik buruknya kualitas suatu wilayah tertentu. Suatu
komunitas yang mempunyai keragaman jenis yang tinggi akan terjadi interaksi jenis
yang melibatkan transfer energi (jaring makanan), predasi, kompetisi, dan bagian
relung yang lebih kompleks (Odum, 1971).
Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam komunitas
berdasarkan organisasi bilogisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi
jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama
dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan
jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya
rendah.Keanekaragaman ( diversity ) adalah jumlah jenis tumbuhan atau hewan yang
hidup pada suatu tempat tertentu. Dihutan Kalimantan misalnya dalam satu hektar
teradapat pohon (dengan diameter lebih dari 10 cm ) sebanyak kurang lebih 400-
500 yang tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap jenis hanya mempunyai
kurang lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya dikawasan beriklim sedang
dan dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya terdapat 10-20 jenis saja, bahkan
kurang dari itu(Umar, 2013).
Ada dua cara untuk menentukan angka indeks ini yaitu menggunakan indeks
keanekaragaman Simpson (D) atau dengan indeks keanekaragaman Shanon- Wiener
(H′).
D = S - 1/ln N
dimana,
D=indeks keanekaragaman
S=jumlah spesies
N= totaljumlahorganisme
H = - Σ pi ln pi
dimana,
Pi = peluang kepentingan untuk tiap spesies (ni/N)
Kelimpahan spesies
Kelimpahan adalah jumlah individu per satuan volume atau suatu area. Kelimpahan
individu dapat dijadikan indikator tingkat kesuburan pada suatu daearah. Kesuburan
suatu daerah dikatakan baik, apabila nilai keragaman tinggi dan kelimpahan jenis
rendah, ini berhubungan dengan prinsip kompetisi. Sebaliknya, suatu daerah yang
kurang subur adalah keragamanya rendah dan kelimpahan per individu tinggi.
IV. Spesies Kunci
Keystone adalah stone (batu) pada puncak suatu archa yang menyokong batu-
batu lain dan menjaga seluruh archa dari kerubuhan. Keystone species adalah
spesies di mana keberadaan sebagian besar spesies lain yang ada dalam suatu
ekosistem tergantung. Jika suatu keystone spesies hilang atau musnah dari suatu
sistem, spesies yang tergantung kepadanya juga akan hilang. Keystone species
bisa berasal dari top carnivores (karnivora puncak) yang menjadi penjaga
keberadaan mangsa, herbivora besar yang membentuk suatu sistem dengan spesies
lain, tumbuhan tertentu yang menyokong kehidupan serangga tertentu yang
menjadi mangsa burung, kelelawar yang menyebarluaskan biji-bijian tanaman,
dan banyak lagi organisme lain. Keystone species adalah spesies yang
keberadaannya menyumbangkan suatu keragaman hidup dan yang kepunahannya
secara konsekuen menimbulkan kepunahan bentuk kehidupan lain. Keystone
species adalah spesies yang dampaknya terhadap komunitas dan ekosistem tempat
dia hidup sangat besar, dan tak seimbang dengan kelimpahannya. Mereka
memainkan peran yang besar dalam struktur komunitas.. Keystone species adalah
spesies yang memperkaya fungsi ekosistem dalam suatu cara yang unik dan nyata
melalui aktivitasnya, dan efeknya adalah ketidakseimbangan terhadap kelimpahan
numeriknya. Kepunahan atau diambilnya spesies ini menyebabkan bermulanya
perubahan pada struktur ekosistem dan selalu mengurangi keragaman (diversitas).
Keystone species memiliki beberapa aspek khusus yang membuat mereka lebih
berarti dalam suatu ekosistem. Sebagai contoh, tumbuhan dengan jumlah
biomassa yang besar (kanopi yang rimbun) adalah penting, bukan merupakan
suatu keystone species. Tetapi di ekosistem sub-tidal, kepunahan atau
pengambilan bintang laut secara besar-besaran dapat menyebabkan predator lain
berkembang pesat dan menyapu bersih berbagai jenis alga yang hidup di
ekosistem itu
Tumbuhan memberikan unsur hara esensial dan energi untuk hewan yang
memakan tunas atau memamah daun-daunnya dan, akhirnya, karnivora memakan
herbivora ini. Bila tumbuhan dan hewan mati, fungi, mikroba, dan organisme lain
menambang unsur hara dari jaringan yang mati dan mengembalikan unsur kimia
ke tanah. Terjadi pengayaan baru, tanah menjadi siap kembali menyokong
generasi lain dari tumbuhan dan hewan.Tumbuhan dan hewan saling terkait pada
banyak paras dan dalam cara yang hampir tak terbatas. Berbagai spesies
tumbuhan, misalnya, menyandarkan diri kepada hewan – serangga, kelelawar,
hewan pengerat dan yang lainnya – untuk membawa pollen dan pembuahan biji.
Dan, berbagai hewan mengharapkan tumbuhan sebagai shelter (tempat berteduh)
– percabangan untuk tempat meletakkan sarang atau tumbuhan yang tinggi untuk
menghindari diri dari predator atau penyergapan mangsa. Begitu pula, akar
menahan tanah untuk melawan erosi, menjaga terjadinya pelumpuran masuk ke
aliran dan air tetap jernih untuk kehidupan ikan dan organisme lain.
Di dalam suatu habitat, setiap spesies berhubungan dengan dan tergantung
pada spesies lain, dan masing-masing spesies menyumbang kepada integritas
seluruh habitat itu. Beberapa spesies memberikan layanan esensial yang juga unik
terhadap habitatnya. Tanpa kerja dari spesies kunci ini, perubahan habitat akan
terlihat nyata dan berpengaruh. Pakar ilmu pengetahuan menyebut spesies yang
memainkan peran amat penting ini dengan nama “keystone species”. Kepunahan
atau lenyapnya suatu keystone dari ekosistem akan memicu hilangnya spesies
residen yang lain, dan hubungan yang rumit diantara spesies residen yang tinggal
menjadi terlepas dan terurai. Dalam efek domino ini, spesies akan hilang seperti
mengalirnya air, hilangnya satu spesies akan diikuti oleh spesies lain.
Perlu digaris bawahi bahwa kita mengusulkan keystone species hanya spesies
yang populasinya menyokong atau secara esensial mengubah pola vegetasi
ekosistem. Di bawah pemahaman seperti itu, misalnya, hanya pohon yang dapat
dianggap sebagai keystone species komunitas hutan (detritus ecosystem), dan
bison yang dapat dipandang sebagai keystone species komunitas padang rumput
(pasture ecosystem). Tipe ekosistem akan berubah bila keystone species hilang
karena beberapa sebab, atau bila keystone baru yang lebih kuat datang ke
ekosistem itu.
Mozaik suksesi pada tumbuhan dihasilkan dari kehancuran biotik dan abiotik
pada skala spatiotemporal yang berbeda. Hirarki kehancuran vegetasi ini
dihasilkan dalam suatu pola hirarki mozaik populasi tumbuhan. Contoh
kehancuran dalam skala yang relatif besar pada daerah sedang (temperata) adalah
(1) catastrophic event (bencana besar) (seperti kebakaran, angin ribut/topan);(2)
pathogens (seperti fungi atau insekta); dan (3) pola makan mammalia (seperti
bison atau berang-berang).
Kesehatan lingkungan selalu diukur dari keberadaan, ketidakberadaan, atau
kelimpahan suatu spesies indikator pada suatu tipe habitat. Suatu spesies indikator
adalah spesies yang memiliki kisaran toleransi ekologis sempit yang keberadaan
dan ketidakberadaannya adalah indikasi yang baik terhadap kondisi lingkungan.
Beberapa spesies diketahui memiliki peran yang besar yang tak sebanding dalam
menentukan stuktur komunitas secara keseluruhan dalam suatu ekosistem. Spesies
ini disebut keystone species.Salah satu kontribusi penting yang fundamental
konsep keystone species adalah perhatian terhadap studi ini dapat
menggambarkan kekuatan interaksi yang berbeda dalam jaring makanan
komunitas. Kontribusi penting yang kedua dari paradigma keystone adalah
implikasinya yang hanya spesies minoritas memiliki interaksi kuat yang
mempengaruhi komposisi komunitas. Di awal 1960an, pakar-pakar ekologi
mengakui adanya “keystone groups”, atau “functional groups”. Peneliti-peneliti
menjelaskan banyak sistem dimana kelompok spesies berfungsi sebagai satu unit,
secara kolektif memainkan peran yang nyata sebagai suatu keystones species
dalam sistem yang lain Di dalam kelompok fungsional ini, peran-peran tertentu
diisi oleh satu dari beberapa spesies secara dipertukarkan; ini adalah redundansi
---“ecosystem insuranca”.
V. Analisis Vegetasi
A. Pengertian Analisa Vegetasi
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu
kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur
vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk
keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil
agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan
jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat
mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan.
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan
diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan
atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
B. Sifat dalam Pengambilan Analisis Vegetasi
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang
diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak di lapangan.
C. Komponen Penyusun Analisis Vegetasi
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen
penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus
dalam pengukuran vegetasi.
Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari:
Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-
parasit.
Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar
tangkai daun.
Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang
dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu
atau belukar.
Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut
yang kadang-kadang keras.
Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 30 cm.Untuk
tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
o Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang
dari 1.5 m.
o Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
o Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada
komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari
segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila
langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman.
Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai
“systimatic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada
keadaan tertentu.
D. Ragam Metode Analisis Vegetasi
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode
ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien
ketidaksamaan . Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola
vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model
geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan
komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling
berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat
pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan
faktor lingkungan.
Dalam analisa vegetasi ini terdapat banyak ragam metode analisa diantaranya
yaitu:
1) Dengan cara petak tunggal
2) Dengan cara petak berganda
3) Dengan cara jalur (Transek) dengan cara garis berpetak
4) Dengan cara-cara tanpa petak
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis dan metode tanpa
plot.
Metode Kuadran
Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi
bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.Ada dua macam metode
yang umum digunakan :
a. Point-quarter
Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan
disepanjang garis transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan
secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari
arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-
masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan
satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula
jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran(Polumin,1990).
b. Wandering-quarter
Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan
menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan
kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90°) yang berpusat pada titik awal
tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian
dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon
terdekat dengan titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan
metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang
bersifat kuantitatif(Polumin,1990) .
Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi
hutan adalah sebagai berikut:
o Semai : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang
dari 1,5 m.
o Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter
kurang dari 10 cm.
o Pohon : Pohon berdiameter 10 cm atau lebih.
o Tumbuhan bawah : Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput,
herba dan semak belukar.
Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah
sebagai berikut:
o Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.
o Pancang : 5 x 5 m.
o Pohon : 10 x 10 m.
Kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran
tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat
persegi, persegi panjang atau lingkaran(Swarnamo,2009). Metode kuadrat juga
ada beberapa jenis:
o Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat
o Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di
dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang
diselidiki(Swarnamo,2009).
o Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi
persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk
memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap
spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari
vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman.
Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur
diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada) (Swarnamo,2009).
o Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf.
Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi
vegetasi dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya tidak
begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf
diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang
dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas
bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya
Metode Titik
Metode titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat
dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang
disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam
menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan,
dominansi, dan frekuensi.
Metode Garis