Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi


Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama
di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng

Tim Pengusul :

1. Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT. NIP. 195312311986021004


2. I Ketut Mudra, ST., MT. NIP. 196811201995031001

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA


SEPTEMBER 2015

No. SPK : 2230.1/UN14.1.31/PN/2015 Tanggal 8 Juni 2015


No. SP.DIPA-042.04.2.400107/2015 Tanggal 15 April 2015

i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

Judul Penelitian : Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan


Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng
.

Ketua Tim Peneliti :


a. Nama Lengkap : Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.
b. NIDN / NIP : 0031125330 / 195312311986021004
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Nomor HP / e-mail : (+62) 89601304858 / bagus.bupala@gmail.com

Anggota Peneliti :
a. Nama Lengkap : I Ketut Mudra, ST., MT.
b. NIDN / NIP : 0020116801 / 196811201995031001
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Nomor HP / e-mail : (+62) 818558516 / ikmudra@yahoo.com

Biaya Penelitian : - diusulkan ke Jurusan Rp. 10.000.000,-


- dana institusi lain Rp. 0
- inkind sebutkan -

Bukit Jimbaran, 03 September 2015


Menyetujui,
Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti

Ir. I Made Suarya, MT. Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.
NIP. 195610151986011001 NIP. 195312311986021004

ii
Ringkasan

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional, maka pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tentunya akan
meningkatkan kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan
rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan
tetapi juga ditemui juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung rawatan rumah sakit
tidak sebanding dengan jumlah penduduk di sekitarnya. Kondisi ini sering membuat
persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas
pelayaann yang akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan segala keterbatasannya.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah
satu upaya Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah tersebut.
Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan ketentuan, maka Pemerintah Kabupaten Buleleng merencanakan pembangunan
sebuah Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt. Oleh karena itu, usulan
penelitian ini akan mencoba melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomi terhadap
rencana pembangunan rumah sakit di atas, sehingga dapat menyediakan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian yang menggunakan metode kuantitatif.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi ke lokasi rencana rumah sakit
dengan pengukuran dan dokumentasi (foto). Data-data sekunder diperoleh melalui
literatur/buku-buku kepustakaan, dokumen tata ruang terkait, dan internet. Kegiatan
klasifikasi dan kompilasi data dilakukan untuk memudahkan dalam menyusun hasil
penelitian. Keluaran penelitian ini adalah berupa kelayakan teknis dan ekonomi terhadap
rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam
menyusun gambar/dokumen perencanaan.

iii
Prakata

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karunia-
Nyalah Laporan Akhir Penelitian yang berjudul “Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi
Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng”
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah melakukan studi kelayakan terhadap rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari rencana
pembangunan rumah sakit tersebut di atas dari aspek teknis dan ekonomi, sehingga dapat
dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen
perencanaan. Kegiatan penelitian ini dibiayai dari dana PNBP Universitas Udayana Tahun
2015.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu memberikan informasi dan kesempatan untuk melaksanakan
kegiatan penelitian ini.
Sangat disadari, bahwa Laporan Akhir Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
segala bentuk saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi kesempurnaannya.
Semoga Laporan Penelitian ini dapat memenuhi tujuan yang diharapkan dan bermanfaat
bagi para pembaca.

Bukit Jimbaran, 03 September 2015


Ketua Tim Peneliti

Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.


NIP. 195312311986021004

iv
Daftar Isi

Halaman Judul ................................................................................................................ i


Lembar Pengesahan ........................................................................................................ ii
Ringkasan........................................................................................................................ iii
Prakata............................................................................................................................. iv
Daftar Isi ......................................................................................................................... v
Daftar Gambar................................................................................................................. vi
Daftar Tabel..................................................................................................................... vii

BAB 1 Pendahuluan................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Permasalahan .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................... 4
1.4. Target dan Luaran ............................................................................ 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka........................................................................................ 6


2.1. Pengertian Kesehatan dan Sarana Kesehatan.................................... 6
2.2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan........... 7
2.3. Sistem Kesehatan Nasional (SKN).................................................... 9
2.4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit....... 10
2.5. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama.............. 14
2.6. Agenda Prioritas Bidang Kesehatan dalam RPJP Kabupaten
Buleleng............................................................................................. 20

BAB 3 Metode Penelitian........................................................................................ 22


3.1. Pendekatan Penelitian........................................................................ 22
3.2. Metode Kegiatan Penelitian.............................................................. 22
3.3. Teknik Kegiatan Penelitian............................................................... 23
3.4. Tahapan Kegiatan Penelitian............................................................. 23
3.5. Kerangka Pikir Penelitian.................................................................. 24

BAB 4 Hasil dan Pembahasan................................................................................ 26


4.1. Kondisi Kesehatan di Kabupaten Buleleng....................................... 26
4.2. Analisis Situasi.................................................................................. 28
4.3. Analisis Permintaan........................................................................... 46
4.4. Analisis Kebutuhan........................................................................... 50
4.5. Kelayakan Teknis.............................................................................. 62
4.6. Kelayakan Ekonomi.......................................................................... 69

BAB 5 Kesimpulan dan Saran............................................................................... 82


5.1. Kesimpulan........................................................................................ 82
5.2. Saran.................................................................................................. 83

Daftar Pustaka............................................................................................................... 84
Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas.............................. 86

v
Daftar Gambar

Gambar 1 : Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di


Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng ................................................. 3
Gambar 2 : Kerangka Pikir Penelitian......................................................................... 25
Gambar 3 : Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D................................... 44
Gambar 4 : Kelayakan Lokasi Rencana RS Kelas D Pratama.................................... 63
Gambar 5 : Rancangan Block Plan RS Kelas D Pratama............................................ 64
Gambar 6 : Rancangan Lay Out Plan RS Kelas D Pratama........................................ 69
Gambar 7 : Matrik Perhitungan Proyeksi Pendapatan dan Biaya RS Kelas D
Pratama..................................................................................................... 78

vi
Daftar Tabel

Tabel 1 : Persyaratan Minimal Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama........... 16


Tabel 2 : Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Buleleng............................ 26
Tabel 3 : Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Kabupaten Buleleng................ 27
Tabel 4 : Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Kabupaten Buleleng Tahun 2007-2011.................................................... 27
Tabel 5 : Proyeksi Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2011 - 2031................................................................................... 30
Tabel 6 : Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Menurut Agama
Tahun 2007............................................................................................... 32
Tabel 7 : Proyeksi Jumlah Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2023............................................................................................... 39
Tabel 8 : Persentase Penduduk Kabupaten Buleleng Menurut Jenis Keluhan
Kesehatan Tahun 2011............................................................................. 40
Tabel 9 : Jumlah Penderita Penyakit Menular di Kabupaten Buleleng Tahun
2011.......................................................................................................... 40
Tabel 10 : 10 Besar Penyakit di Kabupaten Buleleng Tahun 2011........................ 41
Tabel 11 : Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual Lainnya
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas di Kabupaten
Buleleng Tahun 2011............................................................................... 41
Tabel 12 : Kebutuhan Jenis dan Luasan Ruang RS Kelas D Pratama....................... 51
Tabel 13 : Kebutuhan Peralatan Ruang Rawat Inap.................................................. 54
Tabel 14 : Kebutuhan Peralatan Unit Gawat Darurat (UGD).................................... 54
Tabel 15 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Vaksinasi............................................... 55
Tabel 16 : Kebutuhan Peralatan Ruang Tindakan..................................................... 55
Tabel 17 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Penyakit Dalam..................................... 56
Tabel 18 : Kebutuhan Peralatan Ruang Obgyn......................................................... 56
Tabel 19 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Anak...................................................... 57
Tabel 20 : Perhitungan Biaya Struktur dan Arsitektur.............................................. 71
Tabel 21 : Aspek yang Ditinjau dalam Analisis Cash Flow...................................... 79

vii
Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional, maka pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah selama ini, telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna, meskipun belum dapat dinikmati secara
merata oleh seluruh penduduk di Indonesia, khususnya masyarakat yang bermukim di
lokasi-lokasi terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-pulau kecil dan daerah
pemekaran. Padahal di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
secara tegas mengamanatkan kepada pemerintah untuk bertanggung jawab merencanakan,
mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehataan saat ini
lebih mengedepankan pemerataan dan keterjangkauan masyarakat mengakses pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan rujukan.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tentunya akan


meningkatkan kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan
rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan
tetapi juga ditemui juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung rawatan rumah sakit
tidak sebanding dengan jumlah penduduk di sekitarnya. Kondisi ini sering membuat
persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas
pelayaann yang akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan segala keterbatasannya.

1
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit
di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, daerah bermasalah kesehatan, daerah
pemekaran baru dan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, di
mana belum tersedianya fasilitas kesehatan tersebut atau sarana pelayanan yang ada masih
belum dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut, maka dilakukan kerjasama antara
pemerintah dengan pemerintah daerah untuk menyediakan sarana pelayanan kesehatan
rumah sakit yang bermutu dan melayani seluruh lapisan masyarakat.

Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah satu upaya Kementerian Kesehatan
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
daerah tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan


antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota mengamanatkan bahwa urusan kesehatan merupakan salah satu urusan
pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan, yang penyelenggaraannya oleh
Pemerintah dapat ditugaskan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas
pembantuan, dan secara bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan Pemerintah
Daerah yang bersangkutan apabila Pemerintah Daerah telah menunjukkan kemampuan
untuk memenuhi norma, standar, prosedur dan kriteria yang dipersyaratkan.

Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas, maka Pemerintah Kabupaten
Buleleng merencanakan pembangunan sebuah Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan
Seririt. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomi
terhadap rencana pembangunan rumah sakit di atas, sehingga dapat menyediakan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

1.2. Permasalahan

Sehubungan dengan rencana Pemerintah Kabupaten Buleleng yang akan membangun


Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt dan memperhatikan ketentuan dan
peraturan yang berlaku, maka terlebih dahulu sangat dibutuhkan adanya sebuah Studi
Kelayanan (Feasibility Study). Studi kelayakan ini merupakan kajian atau analisis yang
komprehensif dari berbagi komponen rencana kegiatan pembangunan sarana dan

2
prasarana, baik secara ekonomi, sosial budaya, teknis teknologis, lingkungan, dan lain-
lain.

Salah satu unsur objek yang dirasakan masih menemui permasalahan adalah dalam hal
standarisasi pelayanan yang tentu merujuk kepada ketersediaan fasilitas/sarana. Dilihat dari
aspek sosial kependudukan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan sekitar lokasi dan
masyarakat Buleleng pada umumnya merupakan masyarakat dengan lingkungan yang
agamais serta menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut merupakan salah satu
dasar dan landasan dalam rangka perencanaan suatu wilayah agar pembangunan yang
dihasilkan tidak mengurangi atau menyalahi nilai dan norma sosial di wilayah Buleleng.

Jika dilihat dari keberadaan lokasi peruntukan rumah sakit sangat berpotensi dan strategis
untuk dikembangkan, karena terletak di sisi jalan pusat Kota Seririt, Kabupaten Buleleng
yang dapat meningkatkan kawasan tersebut menjadi lebih hidup dan memberikan fasilitas
bagi masyarakat setempat dan masyarakat luas akan kebutuhan kesehatan. Dilihat dari
kondisi eksisting di sekitar lokasi peruntukan rumah sakit bahwa penggunaan lahan di sisi
jalan sudah terbangun beberapa macam aktivitas/kegiatan dalam bidang perdagangan dan
jasa, serta diperuntukkan sebagai permukiman penduduk.

Peta Orientasi Kabupaten Buleleng

Gambar 1 : Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama


di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng
Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan potensial yang sangat baik jika
dikembangkan, akan tetapi dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari
berbagai faktor sebagai bahan pertimbangan yang menunjang perkembangan tersebut.

3
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah : 1) Faktor lingkungan; 2) Faktor sosial
ekonomi; 3) Faktor kependudukan; 4) Faktor infrastruktur; 5) Faktor daya dukung dan
daya tampung lahan; dan 5) Faktor kelembagaan dan pembiayaan.

Hal lain yang menjadi pertimbangan pengembangan suatu lahan adalah aspirasi
masyarakat terhadap perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi tersebut terhadap
daya serap dan daya tarik terhadap masyarakat, juga memperhatikan kemungkinan
masalah-masalah yang akan muncul dan berdampak negatif terhadap perkembangan
penduduk di masa yang akan datang, serta keberadaan lokasi objek tersebut khususnya.
Akan tetapi yang perlu dicermati, bahwa perencanaan diciptakan untuk menjadikan suatu
kawasan menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil guna yang dapat dimanfaatkan bagi
daerah setempat dan masyarakat luas pada umumnya.

Mengingat kompleksnya komponen yang harus di-studi dengan waktu yang relatif terbatas,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini akan dibatasi pada aspek teknis
dan ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan
Seririt, Kabupaten Buleleng. Hal ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan, apakah
secara teknis dan ekonomi rumah sakit tersebut memang layak atau tidak dibangun?

1.3. Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan studi kelayakan terhadap rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari rencana
pembangunan rumah sakit tersebut di atas dari aspek teknis dan ekonomi, sehingga dapat
dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen
perencanaan.

1.4. Target dan Luaran

Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah studi kelayakan teknis dan ekonomi
rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng. Luaran sebagai hasil penelitian ini adalah :
a. Kelayakan teknis, terdiri atas :
1) Lokasi;
2) Situasi; .

4
3) Block Plan;
4) Struktur dan bahan;
5) Prasarana dan utilitas;
6) Tampilan bangunan;
7) Ruang dalam;
8) Ruang luar (landscaping); dan
9) Schematic design.

b. Kelayakan ekonomi, terdiri atas :


1) Rencana investasi dan sumber dana;
2) Proyeksi pendapatan dan biaya;
3) Proyeksi Cash Flow;
4) Nilai Break Event Point (BEP);
5) Nilai Internal Rate of Return (IRR); dan
6) Nilai Net Present Value (NPV).

5
Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian Kesehatan dan Sarana Kesehatan

Pengertian kesehatan menurut wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sedangkan Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Pada tahun
1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa
pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup
Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta
kemampuan fisik.

Untuk mendukung pengertian di atas, maka Haryanto (2012) menguraikan beberapa


pemahaman, definisi, dan kondisi terkait dengan kesehatan yang dirangkum dari berbagai
sumber, yaitu :

1) Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan


kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk
kehamilan dan persalinan.
2) Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan
pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang
lain.
3) Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya
yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang
dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif
bagi kesehatan.
4) Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak
mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang
pemeliharaan kesehatan, seperti Askes, Taspen, dan Jamsostek.
5) Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan
adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang.

6
6) Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam
manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi
juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri

Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan,


bahwa sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.

2.2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Bab I,
Pasal 1, angka 1). Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan
kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama (Bab II, Pasal
2).

Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah


pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya kesehatan sebagai berikut :

a. Asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilandasi atas
perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak
membedakan golongan agama dan bangsa.
b. Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilaksanakan antara
kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan
sipiritual.
c. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga
negara.
d. Asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat memberikan
pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
e. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan kesehatan
dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan
kedudukan hukum.

7
f. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan
yang terjangkau.
g. Asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan tidak
membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki
h. Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan
menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.

Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis (Bab II, Pasal 3).

Pengaturan Fasilitas Pelayanan Kesehatan diatur dalam Pasal 30, dimana menurut jenis
pelayanan terdiri dari :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan sub spesialistik.

Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah
daerah dengan mempertimbangkan (Pasal 35 Ayat 2) :

a. luas wilayah;
b. kebutuhan kesehatan;
c. jumlah dan persebaran penduduk;
d. pola penyakit;
e. pemanfaatannya;
f. fungsi sosial;
g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Pemerintah dan


Pemerintah Daerah, dimana fasilitas pelayanan kesehatan wajib :

a. Memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan di bidang
kesehatan; dan

8
b. Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah
atau menteri.

Pada pasal 32 dinyatakan bahwa :

a. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,
wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
b. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

2.3. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Sekalipun SKN 1982 secara nyata telah berhasil digunakan sebagai acuan dalam
menetapkan berbagai kebijakan kesehatan di Indonesia, namun jika ditinjau dari
pencapaian dan kinerjanya, SKN 1982 tersebut masih belum begitu menggembirakan.
Sesuai dengan laporan WHO tahun 2000 (the World Health Report 2000) tentang “Health
Systems Improving Performance”, tercatat indikator pencapaian dan indikator kinerja
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Indonesia masih terhitung rendah.

Indikator pencapaian SKN ditentukan oleh dua determinan. Pertama, status kesehatan
yakni yang menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai oleh SKN yang
dihitung dengan menggunakan disability adjusted life expectancy (DALE). Kedua, tingkat
ketanggapan (responsiveness) sistem kesehatan yakni yang menunjuk pada kemampuan
SKN dalam memenuhi harapan masyarakat tentang bagaimana mereka ingin diperlakukan
dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hasil yang diperoleh untuk indikator ini
menempatkan Indonesia pada urutan ke 106 dari 191 negara anggota WHO yang dinilai.

Indikator kinerja SKN ditentukan oleh tiga determinan. Pertama, distribusi tingkat
kesehatan di suatu negara ditinjau dari kematian Balita. Kedua, distribusi ketanggapan
(responsiveness) sistem kesehatan ditinjau dari harapan masyarakat. Ketiga, distribusi
pembiayaan kesehatan ditinjau dari penghasilan keluarga. Hasil yang diperoleh untuk
indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan ke 92 dari 191 negara anggota WHO
yang dinilai.

Karena indikator pencapaian SKN menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai
dan tingkat ketanggapan SKN, maka indikator ini terutama dipengaruhi oleh upaya
kesehatan yang diselenggarakan di suatu negara. Jika upaya kesehatan tersebut tidak

9
tersedia dan tidak dapat dijangkau oleh masyarakat, maka sulit diharapkan meningkatnya
taraf kesehatan masyarakat.

2.4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan
hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur
Rumah Sakit dengan Undang-Undang. Untuk itu, guna memberikan pemahaman secara
umum tentang rumah sakit sebagai dasar penyusunan Studi Kelayakan, maka akan
diuraikan beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.

1) Ketentuan Umum, Asas dan Tujuan Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.

Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai


kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial.

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan :

a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;


b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah
sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah
sakit, dan Rumah Sakit.

2) Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara


paripurna.

Untuk menjalankan tugas di atas, Rumah Sakit mempunyai fungsi :

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar


pelayanan rumah sakit;

10
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3) Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk :

a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;


b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau
orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;
d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab;
e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit sesuai dengan
jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;
g. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana dan
kejadian luar biasa;
i. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan
j. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan
bernilai tinggi.

Tanggung jawab sebagaimana dimaksud di atas, dilaksanakan berdasarkan kewenangan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Persyaratan Rumah Sakit

a. Ketentuan Umum :
(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
(2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta.

11
(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus
berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan,
Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan
Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.

b. Persyaratan Lokasi :
(1) Persyaratan lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.
(2) Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan menyangkut Upaya
Pemantauan Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(3) Ketentuan mengenai tata ruang dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang
diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
(4) Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit harus didasarkan pada studi
kelayakan dengan menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan
efektivitas, serta demografi.

c. Persyaratan Bangunan :
Dalam Bab V Bagian Ketiga; Bangunan, Pasal 8, disebutkan bahwa :
(1) persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
(2) persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Selanjutnya, persyaratan bangunan Rumah Sakit juga mengatur tentang :
 Persyaratan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna,
pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan.
 Persyaratan minimal ruang yang harus tersedia.

12
 Persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit diatur dengan Peraturan Menteri.

d. Persyaratan Prasarana, SDM, Kefarmasian dan Peralatan


Hal-hal yang terkait dengan Persyaratan Prasarana, SDM, Kefarmasian, dan Peralatan
dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit diatur pada Bab V
Pasal 11 sampai dengan Pasal 16.

5) Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam
Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
(2) Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit.
(3) Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya, Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan
Rumah Sakit privat.
(1) Rumah Sakit Publik :
 Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan
hukum yang bersifat nirlaba.
 Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat
dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
(2) Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
Perseroan Terbatas atau Persero.
Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi
persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan, antara lain :
 Rumah Sakit pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan
Menteri yang membidangi urusan pendidikan.
 Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi

13
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan
lainnya.
 Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring Rumah
Sakit Pendidikan.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Klasifikasi Rumah Sakit diatur dalam Bab V Pasal 24, yaitu :
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.
(2) Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas :
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D.
(3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A;
b. Rumah Sakit khusus kelas B;
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi diatur dengan Peraturan Menteri.

2.5. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama

Rumah Sakit (RS) Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya
menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga) yang memberikan pelayanan gawat
darurat, pelayanan rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk
peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan
perorangan.

1) Persyaratan
a. Lokasi
Dalam menentukan lokasi/lahan untuk mendirikan RS Kelas D Pratama perlu
dilakukan kajian masalah kesehatan, kebutuhan pelayanan kesehatan, dan skala

14
prioritas daerah yang membutuhkan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah,
rencana tata bangunan dan lingkungan.

Lokasi RS Kelas D Pratama harus bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor, dan
tidak berdekatan dengan tempat bongkar muat barang, fasilitas umum, fasilitas
pendidikan, daerah industri, dan areal limbah pabrik. Diperlukan studi kelayakan
dalam penentuan lokasi pembangunan RS Kelas D Pratama.

Di samping persyaratan umum di atas, terdapat persyaratan lain yaitu :


(1) Kriteria Daerah :
 Rumah sakit sulit dijangkau atau belum tersedia.
 Daerah terpencil.
 Daerah tertinggal.
 Daerah perbatasan.
 Daerah pulau-pulau kecil terluar.
 Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi.
(2) Lahan, Akses, Keamanan dan Fasilitas Penunjang.
b. Sarana dan Prasarana
(1) Sarana :
 Massa bangunan dan block plan.
 Bentuk bangunan dan fasilitas bangunan.
 Zonasi.
 Program ruang dan persyaratan teknis ruang.
(2) Prasarana :
 Sistem tata udara.
 Sistem kelistrikan.
 Sistem pencahayaan.
 Sistem proteksi kebakaran.
 Sistem komunikasi.
 Sistem gas medik dan vakum medik.
 Sistem sanitasi.
 Sistem pengendalian terhadap kebisingan.
 Jalur sirkulasi.
 Aksesibilitas penyandang cacat (disable).

15
(3) Fasilitas :
RS Kelas D Pratama mempunyai kapasitas minimal 10 tempat tidur sesuai dengan
kebutuhan pelayanan atau dapat mengacu pada standar WHO 1 TT/1.000
penduduk.
c. Sumber Daya Manusia
Penyediaan sumber daya manusia RS Kelas D Pratama diupayakan oleh
penyelenggara pelayanan rumah sakit baik dari pemerintah, pemerintah daerah,
maupun masyarakat. Kekurangan tenaga yang dibutuhkan dapat dikoordinasikan
dengan kementerian kesehatan atau institusi pendidikan kesehatan.

Penyelenggara RS Kelas D Pratama dapat melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit


Umum Pusat maupun Rumah Sakit Umum Daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan yang dibutuhkan.

Keterangan RS Kelas D Pratama paling sedikit terdiri dari tenaga medis, keperawatan,
penunjang kesehatan, dan tenaga non-kesehatan. Dokter gigi yang bekerja di RS kelas
D Pratama di antaranya harus menjadi pimpinan rumah sakit.

Kebutuhan minimal ketenagaan baik tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan


dalam rangka penyelenggaraan palayanan di RS Kelas D Pratama sebagai berikut :

Tabel 1 : Persyaratan Minimal Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama


JUMLAH
NO. JENIS TENAGA TENAGA
1 Tenaga Dokter/Dokter Kewenangan Tambahan* 4
2 Tenaga Dokter Gigi* 1
3 Tenaga Keperawatan
- Perawat anastesi* 1
- Perawat 8
- Bidan 2
4 Tenaga Kesehatan Non Keperawatan
- Asisten apoteker* 1
- Radiografer* 1
- Penata Labkes* 1
5 Tenaga penunjang 10
6 Manajerial/Administrasi
- Direktur 1
- Seksi 2
- Subbag TU 1
- Tenaga administrasi 2
Keterangan :
 Apabila rumah sakit mepekerjakan tenaga kesehatan dengan kualifikasi lebih tinggi sesuai dengan kewenangan
sebagaimana ditentukan peraturan perudang-undangan yang berlaku, tenaga kesehatan tersebut pada saat itu atau
secara otomatis (yang tidak/belum sesuai dengan ketentuan) wajib menyerahkan kewenangannya kepada tenaga
kesehatan yang tertinggi kewenangannya tanpa syarat.

16
Jumlah sumber daya manusia disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan
ketersediaan sarana dan prasarana. Pelayanan medik spesialis dasar yang sekurang-
kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan
penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri ginekologi. Pelayanan medik
spesialis dasar dapat dilaksanakan oleh dokter dengan kewenangan tambahan sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki selama tidak ada dokter spesialis dengan bidang
kompetensi yang sama.

d. Peralatan
Peralatan kesehatan dan non-kesehatan dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
pelayanan RS Kelas D Pratama dengan minimal 10 tempat tidur. Peralatan ini dikuasai
atau dimiliki dan dapat dibuktikan keberdaannya di ruang/tempat masing-masing di
dalam dan/atau di lingkungan rumah sakit.

e. Manajemen
(1) Perizinan :
 Izin mendirikan RS Kelas D Pratama diberian oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
bidang kesehatan pada pemerintah daerah kabupaten/kota.
 Izin operasional RS Kelas D Pratama diberian oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
(2) Administrasi :
Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah harus
berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas di bidang kesehatan,
instansi tertentu, atau lembaga teknis daerah dengan pengelolaan badan layanan
umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang perumahsakitan.

(3) Organisasi :
Organisasi dan tata kerja RS Kelas D Pratama disusun berdasarkan prinsip hemat
struktur dan kaya fungsi, menggambarkan kewenangan, tanggung jawab, dan tata
hubungan kerja dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan administrasi
manajemen sesuai kebutuhan.

17
Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur
rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan medis serta administrasi
umum dan keuangan. Penetapan organisasi dan tata kerja rumah sakit menjadi
wewenang pemilik rumah sakit dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.

2) Penyelenggaraan
Pelayanan RS Kelas D Pratama sebagaimana rumah sakit, yang mencakup pelayanan
dasar dan pelayanan spesialistik. Pelayanan ditujukan untuk kepentingan terbaik
pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang sesuai SOP dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan RS Kelas D Pratama terdiri atas :
(1) Pelayanan Medik Umum.
(2) Pelayanan Medik Spesialistik Dasar.
(3) Pelayanan Gawat Darurat.
(4) Pelayanan Pemulihan Pascatindakan.
(5) Pelayanan Keperawatan.
(6) Pelayanan Laboratorium.
(7) Pelayanan Radiologi.
(8) Pelayanan Farmasi.
(9) Pelayanan Gizi.
(10) Pelayanan Sterilisasi.
(11) Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif Komplementer.
(12) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS).

b. Kerjasama Operasional
Untuk menjamin mutu dan ketersediaan pelayanan RS Kelas D Pratama, diperlukan
kerjasama operasional dengan rumah sakit yang memiliki klasifikasi yang lebih tinggi.
Kerjasama operasional yang dilaksanakan RS Kelas D Pratama diantaranya kerjasama
dengan rumah sakit pemerintah atau swasta yang lokasinya terdekat sebagai rumah
sakit pengampu.

Pelaksanaan kerjasama RS Kelas D Pratama dengan rumah sakit pengampu harus


dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang disetujui kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota di wilayah RS Kelas D Pratama berada.

18
Kerjasama operasional yang diberikan rumah sakit pengampu dapat berupa
penyediaan dokter spesialis dasar konsulen, pelatihan tenaga kesehatan, pelatihan
manajemen rumah sakit, dan kerjasama lainnya.

Kerjasama dapat dijalin dengan institusi lain seperti institusi pendidikan kedokteran,
BKKBN, dan lembaga lainnya. Kerjasama pembiayaan pelayanan kesehatan dapat
dilakukan dengan Jamkesmas, PT Askes dan lembaga pembiayaan kesehatan lainnya.

c. Klasifikasi
Pengelompokan kelas pelayanan RS Kelas D Pratama diklasifikasikan pada kelas D
Pratama. Dalam proses pengembangan pelayanan rumah sakit, RS Kelas D Pratama
dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit umum kelas D atau kelas yang lebih tinggi.

d. Pembiayaan Operasional
Pembiayaan operasional RS Kelas D Pratama menjadi tanggung jawab pemilik rumah
sakit.

e. Tarif
Pada tarif ditetapkan Menteri Kesehatan dan besaran tarif RS Kelas D Pratama
ditetapkan oleh pemilik rumah sakit. Penentuan besaran tarif disesuaikan dengan tarif
kelas III dan harus memperhitungkan kemampuan perekonomian daerah setempat.

f. Peraturan Internal Rumah Sakit


Peraturan internal rumah sakit atau “hospital bylaws” merupakan konstitusi rumah
sakit yang mengatur secara administratif peran, tugas dan wewenang pemilik rumah
sakit, direktur rumah sakit, dan staf medis. Peraturan internal rumah sakit ditetapkan
oleh pemilik rumah sakit atau perwakilannya.

g. Komite Medik
Seluruh dokter merangkap sebagai anggota komite medik dan salah satunya menjadi
ketua komite. Ketua komite medik tidak boleh dijabat oleh direktur rumah sakit.

h. Penelitian dan Pengembangan dalam Bidang Kedokteran Komunitas dan


Humaniora Kesehatan
RS Kelas D Pratama dapat merupakan bagian dari institusi yang mengembangkan
penelitian dan pengembangan dalam bidang kedokteran komunitas dan humaniora
kesehatan yang bekerjasama dengan institusi pendidikan, institusi/lembaga kesehatan
masyarakat lainnya. Diprioritaskan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan
di wilayah kerja setempat.

19
i. Pendidikan Tenaga Kesehatan dan SDM Kesehatan Lainnya
Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya diupayakan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan medik yang dibutuhkan RS Kelas D Pratama.
Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya merupakan bagian dari
kerjasama operasional yang dilakukan RS Kelas D Pratama.

3) Pembinaan dan Pengendalian


Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
melaksanakan pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan RS Kelas D Pratama
dalam bentuk penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta melakukan
supervisi, konsultasi, evaluasi dan bimbingan teknis. Pembinaan dan pengendalian
kegiatan pelayanan RS Kelas D Pratama dapat lakukan oleh pemerintah daerah dan
organisasi profesi serta asosiasi perumahsakitan sesuai dengan fungsi masing-masing.

RS Kelas D Pratama wajib melaporkan hasil penyelenggaraan pelayanan laporan


kinerja setiap triwulan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi.

Laporan sebagaimana di maksud di atas mencakup antara lain kelahiran, morbiditas,


dan kualitas hidup. Laporan mortalitas mencakup data tentang penyebab kematian.

2.6. Agenda Prioritas Bidang Kesehatan dalam RPJP Kabupaten Buleleng

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Buleleng tahun 2005-2025


secara umum menyebutkan bahwa visi pembangunan daerah Kabupaten Buleleng adalah
“Buleleng Kerta Raharja Mengantarkan Bali Dwipa Jaya Berlandaskan Tri Hita Karana”.
Di mana misi dari RPJP Kabupaten Buleleng adalah :

1. Mewujudkan masyarakat Buleleng yang unggul, kompetitif, dan bertaqwa kepada


Tuhan, dengan jalan membangun sumberdaya manusia yang berkualitas, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki daya saing, melalui penyelengaraan
pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk semua warga masyarakat;
2. Mewujudkan masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidup, dengan jalan
melaksanakan pembangunan bidang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dan
pemerataan pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran dan kemiskinan;
3. Mewujudkan keamanan daerah dan masyarakat, dengan menyelenggarakan
pemerintahan yang baik, memperkuat sistem keamanan, meningkatkan peran

20
masyarakat sipil, mendorong pengarusutamaan gender, menegakkan budaya hukum dan
politik, dan memantapkan pelaksanaan otononomi daerah;
4. Mewujudkan kebudayaan yang responsif terhadap perkembangan zaman dan
lingkungan global, melalui pelestarian, pewarisan dan pengembangan nilai-nilai budaya
yang dijiwai oleh agama Hindu, pemantapan kelembagaan, dan aktivitas budaya;
5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, dengan jalan melaksanakan
pembangunan yang seimbang antar lapisan masyarakat, antar sektor, dan antar wilayah,
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan lingkungan untuk menopang
pembangunan, sehingga pembangunan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini
dengan tidak mengurangi hak generasi berikutnya akan sumberdaya alam.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, RPJP Kabupaten Buleleng memberikan arahan
agenda prioritas setiap tahap pembangunan lima tahun. Arahan prioritas pembangunan
bidang kesehatan lima tahun tahap I terdapat pada point 4), yaitu : Agenda peningkatan
aksesibilitas dan kualitas kesehatan: meningkatkan kuantitas dan kualitas personil
paramedis; meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan;
meningkatkan pelayanan gizi; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan; mencegah dan
memberantas penyakit menular; meningkatkan kesehatan ibu dan anak; meningkatkan
pembangunan kesehatan dan pembangunan manajemen kesehatan.

21
Bab 3. Metode Penelitian

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini pada hakekatnya merupakan sebuah studi tentang kelayakan teknis dan
ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan
Seririt, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan permasalahan, tujuan serta target dan luaran
yang telah diuraikan pada sub bab 1.2., 1.3., dan 1.4. di depan, maka penelitian ini
dirancang sebagai sebuah penelitian menggunakan metode kuantitatif.

Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena-


fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur
dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukan ke dalam
penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode : deskriptif, survai,
ekspos facto, komparatif, korelasional dan penelitian tindakan (https://karobby.wordpress.com/
2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-penelitian).

3.2. Metode Kegiatan Penelitian

Untuk mencapai tujuan serta target dan luaran yang diharapkan, maka dalam penelitian ini
dilakukan langkah dan metode sebagai berikut :

1) Melakukan studi literatur terhadap pemahaman tentang kesehatan, sarana kesehatan,


peraturan perundang-undangan tentang kesehatan, rumah sakit, dan Rumah Sakit Tipe
D Pratama, kebijakan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Buleleng
terkait pembangunan bidang kesehatan, metode perhitungan kelayakan teknis dan
ekonomi sebuah rumah sakit, dan hal-hal yang berkorelasi dengan rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng dari sumber/pustaka berupa buku-buku dan dokumen tata ruang, serta oleh
peneliti terdahulu.
2) Melakukan survey (observasi) lapangan untuk mendapatkan kondisi terkini tentang
sarana, prasarana, dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Buleleng serta lokasi tapak
dari rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt yang
selanjutnya dilakukan pengukuran dan dokumentasi untuk mendapatkan data fisik dan
non fisik wilayah penelitian.

22
3) Melakukan interview (wawancara) dengan para stakeholder yaitu pejabat teknis
terkait, pelaku kesehatan, dan masyrakat sekitar lokasi rencana pembangunan rumah
sakit untuk mengetahui kecenderungan perkembangan kesehatan dan kebutuhan
pelayanan kesehatan.

3.3. Teknik Kegiatan Penelitian

1) Penelitian lapangan (field research) merupakan teknik yang akan digunakan untuk
melakukan identifikasi dan dokumentasi. Kunjungan lapangan secara langsung akan
dilakukan sebanyak tiga kali dengan kegiatan pengukuran dan pemotretan.
2) Kegiatan diskusi dengan para stakeholder di wilayah penelitian untuk mengetahui
segala hal yang terkait dengan pelayanan kesehatan di Kabupaten Buleleng khususnya
di Kecamatan Seririt.

3.4. Tahapan Kegiatan Penelitian

1) Persiapan :
a Membuat program kerja, kerangka pikir dan jadwal kegiatan penelitian.
b Menyusun program survey.
2) Pengumpulan Data :
a Data Primer, dengan melakukan survey ke lapangan dan wawancara untuk
mengumpulkan data lapangan yang mencakup aspek situasi (eksternal dan internal),
aspek permintaan (lahan dan lokasi, klasifikasi rumah sakit, kapasitas tempat tidur),
dan aspek kebutuhan (kebutuhan ruang, kebutuhan lahan, peralatan medis dan non
medis, sumber daya manusia, organisasi dan uraian tugas) dalam konteks
pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.
b Data Sekunder, melalui survey ke dinas/instansi terkait dan studi literatur ke
perpustakaan dan ruang baca untuk mencari materi/bahan bacaan yang berkorelasi
langsung maupun tidak langsung dengan judul penelitian.
3) Pengolahan Data :
a Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer maupun
sekunder sebagai bahan analisis.
b Melakukan strukturisasi, klasifikasi, kompilasi, dan tabulasi data merujuk kepada
hasil studi literatur, survey lapangan maupun wawancara yang dilakukan.

23
4) Hasil dan Pembahasan :
a. Menguraikan keseluruhan hasil tabulasi data secara terstruktur dan sistematis, baik
data kuantitatif maupun kualitatif yang mendukung penjelasan kondisi kekinian
pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.
b. Melakukan studi kelayakan terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D
Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng yang meliputi : 1) Studi
kelayakan teknis yaitu tentang lokasi, situasi, block plan, struktur dan bahan,
prasarana dan utilitas, tampilan bangunan, ruang dalam, ruang luar (landscaping),
dan schematic design; dan 2) Studi kelayakan ekonomi meliputi rencana investasi
dan sumber dana, proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi Cash Flow, nilai Break
Event Point (BEP), nilai Internal Rate of Return (IRR), dan nilai Net Present Value
(NPV).
c. Merumuskan hasil studi berupa layak atau tidak secara teknis dan ekonomi rencana
pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng sebagai landasan dalam menentukan langkah selanjutnya.
5) Kesimpulan dan Saran :
a Menarik sebuah kesimpulan berdasarkan rumusan hasil dan pembahasan tentang
kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama
di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng sebagai bahan rujukan dan pedoman
bagi pemerintah selaku pemangku kepentingan, guna melanjutkan pembuatan
gambar desain/dokumen perencanaan rumah sakit.
b Mengajukan beberapa opsi sebagai saran dalam menyikapi hasil studi kelayakan
yang telah dirumuskan agar rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng dapat diwujudkan dan mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai kepada masyarakat secara berkelanjutan.

3.5. Kerangka Pikir Penelitian

Pemahaman terhadap aspek situasi, aspek permintaan, dan aspek kebutuhan dalam konteks
pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng akan sangat menentukan tujuan
serta target dan luaran dari penelitian ini.

Untuk itu, pada gambar 2 di bawah akan dijabarkan kerangka pikir penelitian tentang studi
kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

24
Kebijakan
Nasional di Bidang Analisis situasi : aspek
Kesehatan eksternal dan internal Kelayakan teknis : lokasi,
situasi, block plan, struktur
dan bahan, prasarana dan
utilitas, tampilan bangunan,
Pedoman Nasional Analisis permintaan : lahan ruang dalam, ruang luar
Memberi informasi tentang Rumah dan lokasi, klasifikasi rumah (landscaping), schematic
Judul penelitian : tentang layak atau tidak Sakit sakit, kapasitas tempat tidur design Rencana pembangunan Rumah
Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi secara teknis dan Sakit Tipe D Pratama di
ekonomi rencana Kecamatan Seririt, Kabupaten
Rencana Pembangunan Rumah Sakit
pembangunan Rumah Buleleng secara teknis dan
Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Sakit Tipe D Pratama
Kabupaten Buleleng ekonomi layak atau tidak
di Kecamatan Seririt, Gambaran Umum Analisis kebutuhan : Kelayakan ekonomi :
Kabupaten Buleleng Kabupaten kebutuhan ruang, kebutuhan rencana investasi dan
Buleleng lahan, peralatan medis dan sumber dana, proyeksi
non medis, sumber daya pendapatan dan biaya,
manusia, organisasi dan proyeksi Cash Flow, nilai
uraian tugas Break Event Point (BEP),
RPJP Kabupaten nilai Internal Rate of Return
Buleleng di Bidang (IRR), nilai Net Present
Kesehatan Value (NPV)

Gambar 2 : Kerangka Pikir Penelitian

25
Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Kondisi Kesehatan di Kabupaten Buleleng

Kesehatan merupakan salah satu tolok ukur dalam mendukun pencapaian Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), sehingga untuk itu pembangunan sektor kesehatan
mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah.Dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat di Kabupaten Buleleng, pemerintah disamping secara
berkesinambungan melaksanakan pembinaan kesehatan, juga membangun dan menyiapkan
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, baik yang dibangun oleh pemerintah maupun dari
pihak swasta serta menyiapkan tenaga medis maupun non medis.

Pembangunan sarana prasana kesehatan ini terus ditingkatkan, khusus dalam meningkatkan
pelayanan RSUD Singaraja, telah dibangun Ruang Bedah Sentral dan ICU. Peningkatan
kapasitas dan kualitas pelayanan RSUD Singaraja dimaksudkan untuk mampu memberikan
pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat Buleleng yang selama ini sering berobat ke
Denpasar, demikian juga untuk menampung pasien-pasien dari perbatasan kabupaten
(Karangasem, Bangli dan Tabanan). Adapun data fasilitas kesehatan di Buleleng tersaji
pada tabel berikut :

Tabel 2 : Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Buleleng


Fasilitas Kesehatan
No Kecamatan Puskesmas
Rumah Sakit Puskesmas Poliklinik
Pembantu
1. Gerokgak - 2 5 -
2. Seririt 1 3 7 -
3. Busungbiu - 2 9 -
4. Banjar - 2 9 -
5. Sukasada - 2 12 -
6. Buleleng 5 3 6 2
7. Sawan - 2 7 -
8. Kubutambahan - 2 12 -
9. Tejakula - 2 8 -
Kabupaten Buleleng 6 20 75 2
Sumber : Buleleng Dalam Angka Tahun 2012

Tenaga Medis dan Para Medis merupakan sumber daya manusia bidang kesehatan yang
sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan.Sebaran tenaga kesehatan
sangat mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan. Adapun jumlah dan sebaran tenaga
kesehatan secara rinci tersaji pada tabel berikut :

26
Tabel 3 : Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Kabupaten Buleleng
Dokter Paramedis
Kecamatan Dokter Umum
Gigi Bidan Perawat
Gerokgak 3 2 13 23
Seririt 3 3 23 21
Busungbiu 2 1 17 22
Banjar 4 1 22 15
Sukasada 3 2 19 12
Buleleng 5 3 35 35
Sawan 2 2 17 15
Kubutambahan 3 1 13 17
Tejakula 3 2 22 16
Jumlah 28 17 186 173
Sumber :Buleleng Dalam AngkaTahun 2012

Pelaksanaan program kegiatan pembangunan kesehatan ini telah mampu meningkatkan


drajat/kualitas kesehatan masyarakat, tercermin dari indikator kesehatan masyarakat
seperti :

1. Angka kematian bayi mencapai 7,9 per 1.000 kelahiran hidup, jauh dibawah angka
Provinsi Bali yang sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup.
2. Angka kematian ibu melahirkan hanya 9 orang dari 9.422 kelahiran, sedangkan angka
rata-rata nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.
3. Jumlah kasus Demam Berdarah rata-rata 200 penderita pertahun secara signifikan
belum dapat ditekan, namun Angka Kematian oleh karena Demam Berdarah (CFR)
dapat ditekan dari tahun ketahun.
4. Tingkat kesembuhan penyakit TB Paru 89,1% di atas target Nasional 85,71%.
5. Kasus Kurang Energi Protein (KEP) pada balita dari tahun ketahun dapat ditekan dari
9,17% menjadi 8,32% meskipun masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 9,34%

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan selain diukur dari nilai Angka Usia
Harapan Hidup, juga dapat dilihat dari Angka Kelangsungan Bayi Hidup dan Persentase
Balita Gizi Buruk. Nilai indikator-indikator tersebut tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 : Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan Kabupaten Buleleng


Tahun 2007-2011
Tahun
No. Indikator Kesehatan
2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Angka kelangsungan hidup Bayi : - - - - -
1.1 Angka kematian bayi/Infant Mortality Rate 7,1 5,36 4,96 2,81 5,6
(IMR) /1000 KH
1.2 Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu 76 77 68 99 66
1.3 Jumlah kelahiran bayi pada tahun tertentu 3 83 62 51 84
2. Angka usia harapan hidup (thn) 68,65 68,78 68,96 69,15 69,34

27
3. Persentase balita gizi buruk (%) 0,4 0,01 0,01 0,02 0,03
3.1 Jumlah balita gizi buruk (balita) 11 3 7 12 7
Sumber : Dinkes Kab. Buleleng, Tahun 2011

Pada tabel di atas tampak bahwa Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup
berfluktuasi selama lima tahun terakhir, dengan kisaran antara 2,81-7,1. Nilai angka
kematian bayi tersebut cukup memprihatinkan.Selain menghadapai pesoalan masih cukup
tingginya Angka Kematian Bayi, Kabupaten Buleleng juga masih menghadapi
permasalahan berupa adanya balita menderita gizi buruk. Oleh karena itu dalam lima tahun
kedepan, Angka Kematian Bayi dan indikator-indikator kesehatan lainnya akan
diupayakan diperbaiki secara signifikan melalui perbagai upaya promotif, preventif
maupun kuratif, dengan mendekatkan pelayanan kesehatan paripurna kepada seluruh
masyarakat dan memaksimalkan upaya kesehatan lingkungan.

4.2. Analisis Situasi

Analisis situasi dilakukan terhadap aspek eksternal sebagai peluang ataupun ancaman serta
aspek internal yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan, sehingga dapat diketahui
kecenderungan yang harus dilakukan dalam pembangunan rumah sakit.

1) Aspek Eksternal
a. Kebijakan
Salah satu penjabaran isu pokok pembangunan kesehatan nasional yang tertuang dalam
RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2005 adalah terbatasnya aksesibilitas
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama pada kelompok rentan seperti
penduduk miskin, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan kepulauan terdepan.
Untuk mengatasi isu pokok tersebut, maka ditetapkan visi, misi, dan tujuan berupa
terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam
rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan di atas kemudian didukung dengan Prioritas Nasional Bidang Kesehatan yang
dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan Kementerian Kesehatan 2010-2014,
yaitu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada upaya promotif–preventif.

Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pembangunan kesehatan dan
meningkatkan pelayanan kesehatan adalah menyediakan Rumah Sakit berdasarkan

28
kebutuhan masyarakat serta menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Secara lokal, Pemerintah Provinsi Bali menempatkan bidang kesehatan sebagai program
prioritas pembangunan. Bahkan dalam RPJMD Provinsi Bali, urusan kesehatan
dikelompokkan ke dalam urusan wajib program prioritas pembangunan, di samping
urusan wajib lainnya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng. Beberapa
kebijakan bidang kesehatan yang telah ditetapkan antara lain :

1) RPJPD Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2025; agenda peningkatan aksesibilitas dan


kualitas kesehatan: meningkatkan kuantitas dan kualitas personil paramedis;
meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan; meningkatkan
pelayanan gizi; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan; mencegah dan
memberantas penyakit menular; meningkatkan kesehatan ibu dan anak;
meningkatkan pembangunan kesehatan dan pembangunan manajemen kesehatan.
2) RPJM Kabupaten Buleleng Tahun 2012-2017 :
 Tujuan; meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas serta
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
 Sasaran; meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
 Agenda Prioritas; peningkatan aksesibilitas dan kualitas kesehatan.
Jika dikaji berdasarkan kebijakan pembangunan bidang kesehatan di atas, baik secara
nasional maupun di lingkup daerah (Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng) kiranya
sangat dibutuhkan pembangunan fasilitas kesehatan (rumah sakit) non kelas agar dapat
melayani seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, pembangunan sebuah RS Kelas D
Pratama di Kabupaten Buleleng menjadi hal yang sangat mendesak.

Dalam operasionalnya, RS Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang


mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis
dasar yang hanya menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga). Tujuan
pembangunannya diarahkan untuk memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan
rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk peningkatan akses
bagi masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan.

29
b. Demografi
Lokasi rencana pembangunan RS Kelas D Pratama termasuk ke dalam wilayah Desa
Tangguwisia, Kecamatan Seririt. Analisis pertumbuhan demografi sebagai segmen
pasar dari layanan rumah sakit yang direncanakan tentunya juga harus melihat
kecenderungan pertumbuhan penduduk di kecamatan sekitar (tetangga) yaitu
Kecamatan Gerokgak di sebelah barat, Kecamatan Banjar di sebelah timur, dan
Kecamatan Busungbiu di sebelah selatan.

Dalam RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, disebutkan bahwa rata-rata


pertambahan jumlah penduduk Kabupaten Buleleng adalah 1,77% per tahun, sedangkan
pertumbuhan penduduk per tahun untuk masing-masing kecamatan berkisar antara 0 –
3%. Rata-rata pertumbuhan penduduk di wilayah empat kecamatan di atas secara
berturut-turut dari yang paling tinggi adalah Kecamatan Gerokgak 2,36%, Kecamatan
Seririt 1,82%, Kecamatan Busungbiu 1,29% dan Kecamatan Banjar 0,07%.

Berdasarkan angka rata-rata pertumbuhan tersebut, maka proyeksi penduduk empat


kecamatan hingga Tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5 : Proyeksi Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng


Tahun 2011 – 2031
No. Tahun Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sa
1 2007 77.524 74.091 45.014 67.650 69.415 119.446 6
Rata-rata 0,02355 0,01815 0,01292 0,000740 0,022180 0,01322 0,
e 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,7
2 2008 79.371 75.448 45.599 67.700 70.972 121.036 6
3 2009 81.263 76.830 46.192 67.750 72.564 122.646 6
4 2010 83.199 78.237 46.793 67.800 74.191 124.278 7
5 2011 85.182 79.670 47.401 67.851 75.855 125.932 7
6 2012 87.212 81.129 48.018 67.901 77.556 127.608 7
7 2013 89.290 82.615 48.642 67.951 79.296 129.306 7
8 2014 91.418 84.128 49.275 68.001 81.074 131.027 7
9 2015 93.596 85.669 49.916 68.052 82.892 132.771 7
10 2016 95.826 87.238 50.565 68.102 84.751 134.538 8
11 2017 98.110 88.836 51.222 68.152 86.652 136.328 8
12 2018 100.448 90.463 51.888 68.203 88.596 138.142 8
13 2019 102.841 92.120 52.563 68.253 90.583 139.981 8
14 2020 105.292 93.807 53.247 68.304 92.614 141.844 8
15 2021 107.801 95.526 53.939 68.354 94.691 143.731 8
16 2022 110.370 97.275 54.640 68.405 96.815 145.644 9
17 2023 113.000 99.057 55.351 68.456 98.986 147.582 9
18 2024 115.693 100.871 56.071 68.506 101.207 149.546 9
19 2025 118.450 102.719 56.800 68.557 103.476 151.536 9
20 2026 121.272 104.600 57.538 68.608 105.797 153.553 9
21 2027 124.162 106.516 58.287 68.659 108.170 155.596 10
22 2028 127.121 108.467 59.045 68.709 110.596 157.667 10
23 2029 130.150 110.453 59.812 68.760 113.076 159.765 10
24 2030 133.251 112.476 60.590 68.811 115.612 161.891 10
25 2031 136.427 114.537 61.378 68.862 118.205 164.046 10

Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 (diolah)

30
Di samping pertambahan penduduk akibat faktor kelahiran dan kematian, analisis
demografi juga mempertimbangkan faktor migrasi yaitu jumlah penduduk yang datang
dan pindah dari wilayah perencanaan. Secara umum, migrasi penduduk di Kabupaten
Buleleng berfluktuasi dengan penduduk yang datang lebih banyak dibandingkan
penduduk yang pergi.

c. Geografi
Letak secara geografis akan sangat berpengaruh tehadap posisioning rumah sakit yang
direncanakan. Karena posisi lahan rumah sakit terhadap kondisi lingkungan sekitar
beserta kondisi sarana, prasarana, dan aksesibilitas akan sangat menentukan posisioning
rumah sakit yang akan dibangun maupun dalam melakukan pengembangan peningkatan
layanan kesehatan.

Jika dikaji dari dari aspek di atas, maka lokasi lahan rencana RS Kelas D Pratama secara
geografis sangat menguntungkan dan akan sangat mendukung dalam pengembangan
layanan kesehatan. Dengan kontur lahan yang relatif datar dan aksesibilitas yang mudah
dari jalan utama, memberi keleluasaan dalam penataan areal rumah sakit. Demikian
juga dengan kondisi lingkungan sekitar serta sarana dan prasarana yang ada akan sangat
mendukung operasional rumah sakit.

d. Sosial Ekonomi
Kajian sosial ekonomi sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi perekonomian
penduduk dan perekonomian daerah pada lokasi rencana RS Pratama, karena akan
menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam menentukan kelayakan pembangunan
secara ekonomis. Salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan
perkembangan ekonomi pada suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dikatakan semakin baik jika dari waktu ke
waktu nilai PDRB daerah yang bersangkutan semakin bertambah. Agar kesejahteraan
ekonomi penduduk semakin meningkat, dalam periode yang sama tingkat pertumbuhan
PDRB harus lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduknya. Secara lebih nyata
peningkatan taraf ekonomi masyarakat dapat dilihat dari pendapatan perkapitanya.

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pendapatan perkapita


penduduk Kabupaten Buleleng juga semakin tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh
dari materi RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, diketahui bahwa pendapatan

31
perkapita penduduk atas dasar harga konstan pada tahun 2006 sebesar Rp 4.505.719,76
dan meningkat sebanyak Rp 194.600,99 menjadi Rp 4.700.320,75 di tahun 2007.

Merujuk pada kenyataan di atas, maka secara umum pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan
pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Buleleng dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Peningkatan ini kiranya akan sangat mendukung rencana pembangunan RS
Kelas D Pratama dan memberi peluang dalam pengembangan pelayanan kesehatan
rumah sakit.

e. Sosial Budaya
Kajian sosal budaya akan melihat kondisi dan kecenderungan jumlah penduduk
Kabupaten Buleleng secara umum dan khususnya wilayah pelayanan RS Kelas D
Pratama yang direncanakan berdasarkan agama, serta pengaruhnya terhadap kebiasaan,
budaya, dan pola hidup masyarakat sekitar.

Materi RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, menyebutkan bahwa di


Kabupaten Buleleng jumlah pemeluk agama terbesar/mayoritas adalah pemeluk agama
Hindu yaitu sebanyak 586.920 jiwa atau 91,24% pada Tahun 2007, sedangkan agama-
agama lain seperti Islam sebanyak 49.702 jiwa (7,73%), Budha 3.258 jiwa (0,51%),
Protestan sebanyak 2.208 jiwa (0,34%) dan Katholik 1186 jiwa (0,18%).

Untuk wilayah empat kecamatan (Gerokgak, Seririt, Busungbiu, dan Banjar) yang
diprediksi akan terdampak langsung dari rencana pembangunan RS Kelas D Pratama,
komposisi penduduk menurut agama disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 : Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Menurut Agama Tahun 2007

No Kecamatan Islam Katholik Protestan Hindu Budha


1 Gerokgak 17.474 71 185 59.738 56
2 Seririt 4.443 33 147 69.307 161
3 Busungbiu 150 - 28 44.836 -
4 Banjar 1.497 9 125 65.769 250
Jumlah 23.564 113 485 239.650 467
Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 (diolah)

Jika dilihat dari data di atas, mayoritas penduduk di wilayah empat kecamatan ini adalah
pemeluk agama Hindu. Seperti halnya di Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng, maka
pengaruh agama Hindu dalam kehidupan masyarakat sangat besar. Ajaran pokok agama
Hindu yang terkandung dalam tiga kerangka dasar, yaitu Tatwa (filsafat keagamaan),

32
Susila (moral keagamaan), dan Upacara (upacara keagamaan), menjadi landasan utama
dan memberikan corak khas bagi identitas masyarakat.

Dalam keseharian, implementasi ajaran agama ini akan tercermin dalam kehidupan
sosial budaya masyarakat dan berpengaruh penting terhadap integrasi dan pengendalian
masyarakat. Kehidupan sosial budaya masyarakat yang bersifat komunal dan guyub
sangat mendukung khususnya penyebaran informasi tentang budaya bersih, kebiasaan
hidup sehat, dan akan berimplikasi positif terhadap rencana pembangunan RS Kelas D
Pratama.

f. SDM Kesehatan
Kajian ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)/Ketenagakerjaan di bidang
kesehatan sangat dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis layanan
kesehatan RS Kelas D Pratama terutama dikaitkan dengan layanan unggulan. Karena
keberadaan SDM yang padat karya dan berkualitas tinggi, disertai kesadaran akan
pengabdian kepada kepentingan masyarakat merupakan salah satu unsur utama
pendukung terciptanya iklim kesehatan yang baik.

Untuk maksud tersebut, di bawah ini ditampilkan review terhadap hasil analisis sumber
daya kesehatan dalam Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng
Tahun 2013 yang secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja


Tenaga kesehatan di Kabupaten Buleleng tersebar pada beberapa unit kerja. Dari 180
tenaga medis, sebagian besar bertugas di Rumah Sakit yaitu 96 (53%). Dari 969
perawat/bidan sebagian besar bertugas pada Rumah Sakit Umum yaitu 548 orang
(56,55%). Dari 46 tenaga farmasi sebagian besar bertugas di RSU yaitu 32 orang
(69,57%). Dari 62 tenaga Gizi, sebagian besar bertugas di RSU yaitu 28 orang (45,16
%), Dari 50 tenaga teknisi medis sebagian besar bertugas di RSU yaitu 40 orang
(80%). Dari 67 tenaga sanitasi sebagian besar bertugas di Puskesmas yaitu 43 orang
(64,18%).
2) Rasio Dokter Spesialis per 100.000 Penduduk
Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 berjumlah 41 orang
yang terdiri dari dokter spesialis laki-laki berjumlah 37 dan dokter spesialis
perempuan sebanyak 4 orang. Rasio dokter spesialis di Kabupaten Buleleng pada

33
tahun 2012 adalah 6,2 per 100.000 penduduk, masih di bawah target tahun 2014
yaitu 12 per-100.000 penduduk.
3) Rasio Dokter umum per 100.000 penduduk
Jumlah dokter umum di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 yang tersebar di
puskesmas, RSU Pemerintah dan RSU Swasta berjumlah 102 orang yang terdiri dari
dokter laki-laki sebanyak 60 dan dokter perempuan 42 orang. Sehingga rasio dokter
umum di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 15,4 per 100.000 penduduk.
Rasio dokter umum di Kabupaten Buleleng masih dibawah rata-rata rasio dokter
umum provinsi Bali sebesar 24,2 per 100.000. Rasio dokter umum ini juga masih di
bawah standar yang ditetapkan SPM yaitu sebesar 30 per 100.000.
4) Rasio Dokter Gigi per 100.000 Penduduk
Jumlah dokter gigi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 berjumlah 33 orang yang
tersebar di puskesmas, Rumah Sakit pemerintah dan Rumah Sakit swasta. Dari 33
orang dokter gigi diketahui dokter gigi laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan
18 orang. Rasio dokter laki-laki terhadap penduduk sebesar Sehingga rasio dokter
gigi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 5 per 100.000 penduduk. Angka
ini masih jauh di bawah rata-rata provinsi Bali dimana 7 per 100.000 penduduk dan
di bawah standar SPM yaitu 20 per 100.000 penduduk.
5) Rasio Tenaga Kefarmasian per 100.000 Penduduk
Tenaga kefarmasian yang ada di Kab. Buleleng terdiri dari tenaga apoteker, sarjana
farmasi, D3 farmasi dan asisten apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten
Buleleng pada tahun 2011 berjumlah 46 orang yang tersebar di puskesmas 11 orang,
rumah sakit 32 orang, dan dinas kesehatan 3 orang. Sehingga rasio tenaga
kefarmasian di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 6,49 per 100.000
penduduk. Dari 46 orang tenaga kefarmasian yang ada dapat diketahui bahwa
sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 38 orang dan sisanya 8
orang laki-laki. Juga masih di bawah target tahun 2014 yaitu untuk apoteker 12 per-
100.000 penduduk dan asisten apoteker 24 per-100.000 penduduk.
6) Rasio Ahli Gizi per 100.000 Penduiduk
Jumlah tenaga Gizi di Kabupaten Buleleng tahun 2012 berjumlah 62 orang yang
tersebar di Puskesmas dan Rumah sakit masing-masing sebanyak 28 orang, dan di
dinas kesehatan sebanyak 6 orang. Sehingga rasio Tenaga Gizi di Kabupaten
Buleleng pada tahun 2012 adalah 8,45 per 100.000 penduduk, di bawah target tahun
2014 yaitu 24 per-100.000 penduduk.

34
7) Rasio Perawat per 100.000 Penduduk
Jumlah perawat di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 berjumlah 675 orang yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 256 orang dan perempuan sebanyak 419 orang.
Sehingga rasio Perawat di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 101,82 per
100.000 penduduk.
Rasio perawat di kabupaten Buleleng merupakan yang terendah dari seluruh
Kabupaten yang terdapat di wilayah Provinsi Bali. Hal ini menjadi salah satu indikasi
bahwa belum cukup adanya SDM perawat di kabupaten Buleleng.
8) Rasio Bidan per 100.000 Penduduk
Jumlah Bidan di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 yang tersebar di Puskesmas
dan Rumah Sakit berjumlah 386 orang. Sehingga rasio Bidan di Kabupaten Buleleng
pada tahun 2011 adalah 58,23 per 100.000 penduduk.
Rasio bidan di Kabupaten Buleleng juga belum menunjukkan angka yang signifikan.
Rasio bidan di kabupaten Buleleng masih di bawah standar rata-rata provinsi Bali
sebesar 61.3 per 100.000 penduduk.
9) Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 Penduduk
Jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Buleleng di Kabupaten Buleleng
tahun 2011 berjumlah 16 orang yang terdiri dari ahli kesmas laki-laki sebanyak 5
orang dan ahli kesmas perempuan sebanyak 11 orang. Sehingga rasio Ahli Kesehatan
Masyarakat di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 2,41 per 100.000
penduduk.
10) Rasio Ahli Sanitasi per 100.000 Penduduk
Jumlah tenaga Sanitasi di Kabupaten Buleleng tahun 2012 berjumlah 54 orang yang
tersebar di puskesmas, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan. Sehingga rasio tenaga
sanitasi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 adalah 8,15 per 100.000 penduduk.
Dari 54 orang tenaga sanitasi yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang dan
perempuan 28 orang.
11) Rasio Tenaga Teknis Medis per 100.000 Penduduk
Jumlah Teknisi Medis di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 berjumlah 50 orang
yang tersebar Puskesmas dan RSU. Rasio tenaga teknis medis terhadap jumlah
penduduk tahun 2012 adalah 7,54 per 100.000 penduduk. Dari 50 orang tenaga
teknisi medis yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang dan perempuan 20
orang.

35
Menyimak review terhadap hasil analisis di atas, maka keberadaan
SDM/ketenagakerjaan di bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng secara umum masih
kurang, baik dilihat dari target yang dicanangkan tahun 2014, rata-rata Provinsi Bali
maupun Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kondisi ini menjadi tantangan dalam
pembangunan RS Kelas D Pratama khususnya penyediaan SDM bidang kesehatan
sesuai standar yang ditetapkan. Tidak hanya untuk menunjang operasional RS Kelas D
Pratama, penyediaan SDM bidang kesehatan secara kualitas dan kuantitas juga akan
membantu kekurangan tenaga kesehatan di Kabupaten Buleleng secara umum.

g. Derajat Kesehatan
Dalam penyusunan Studi Kelayakan (FS) RS Kelas D Pratama, kajian ini sangat
dibutuhkan untuk melihat kecenderungan derajat kesehatan masyarakat pada kawasan
perencanaan, sehingga dalam menyiapkan fasilitas kesehatan sesuai dengan
kecenderungan yang terjadi. Derajat kesehatan optimal akan dilihat dari unsur kualitas
hidup serta unsur-unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya seperti morbiditas dan
status gizi. Untuk kualitas hidup yang digunakan sebagai indikator adalah angka
kelahiran hidup, sedangkan untuk mortalitas yakni angka kematian bayi per-1.000
kelahiran hidup, angka kematian balita per-1.000 kelahiran hidup dan angka kematian
ibu per-100.000 kelahiran hidup.

Data dan analisis status kesehatan dalam Rencana Induk Pembangunan Kesehatan
Kabupaten Buleleng Tahun 2013 menunjukkan perkembangan sebagai berikut :

1) Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 adalah
5,6/1.000 Kelahiran Hidup (KH), lebih rendah dari target Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yaitu 17/1.000 KH maupun target MDGs yaitu 23/1.000 KH.
2) Angka kematian balita (AKABA) pada tahun 2011 adalah 7,2/ 1.000 KH, sudah
lebih rendah dari target MDGs 32/1.000 KH. Angka kematian Balita yang rendah
menggambarkan kondisi perinatal yang sudah sehat oleh para ibu dan atau
merupakan akibat dari lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan balita
seperti gizi, sanitasi dan penyakit menular.
3) Angka kematian ibu (AKI) merupakan jumlah ibu hamil yang meninggal karena
hamil,melahirkan dan nifas disuatu wilayah tertentu per-100.000 KH pada tahun
yang sama. Target MDGs untuk AKI pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 KH.
Jumlah kematian ibu tahun 2007 sebanyak 13 orang dan mengalami peningkatan

36
pada tahun 2008 menjadi 18 orang. Kemudian menurun lagi menjadi 9 orang pada
tahun 2009. Pada tahun 2010 jumlah kematian ibu kembali meningkat menjadi 12
orang dan pada tahun 2011 menurun menjadi 11 orang. Sehingga AKI di Kabupaten
Buleleng berdasarkan data tahun 2011 sudah berada di angka 94,1/ 100.000 KH.
4) Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 yaitu 69,34
tahun dan UHH ini terus meningkat sejak tahun 2007. UHH Kabupaten Buleleng
masih lebih rendah dari target UHH Nasional (tahun 2014) yaitu 72 tahun.
Sedangkan angka kesakitan (morbiditas) dan penanganan penyakit menular dapat di
lihat dari data kesakitan di bawah ini :

1) Angka AFP penduduk usia < 15 tahun sebesar 3,24 per 100.000, sudah lebih dari
target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota yaitu>1 per 100.000
penduduk usia < 15 tahun.
2) Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) baru mencapai 84,04 % , lebih rendah dari
SPM yang ditetapkan sebesar > 85 %.
3) Persentase balita pneumonia ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100%
4) Persentase HIV/AIDS ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100%.
5) Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS sudah mencapai target SPM
yaitu 100%.
6) Persentase balita diare yang ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100%
7) Angka kesakitan malaria sebesar 0,006 per 1.000 penduduk, belum mencapai target
SPM yaitu 0 per 1.000 penduduk.

Data angka dan analisis status kesehatan menunjukkan bahwa derajat kesehatan
masyarakat di Kabupaten Buleleng berkembang ke arah positif secara signifikan.
Namun demikian, masih terdapat indikator status kesehatan seperti angka kematian bayi
(AKB), Umur Harapan Hidup (UHH), angka kesembuhan TB Paru BTA (+), dan angka
kesakitan malaria yang belum mencapai target SPM maupun lebih rendah dari target
nasional dan Millennium Development Goals (MDGs). Hal ini tentunya akan menjadi
dasar pertimbangan dalam menentukan penyediaan fasilitas kesehatan pada RS Kelas D
Pratama yang direncanakan, sehingga dapat membantu pencapaian standar dan target
yang ditetapkan.

37
2) Aspek Internal
Kajian aspek internal dibutuhkan guna melihat kekuatan bagi RS Kelas D Pratama yang
direncanakan agar dapat survive dalam melaksanakan operasional. Mengurangi ancaman
yang terjadi, serta melihat kelemahan yang perlu diantisipasi agar ke depan tidak menjadi
suatu hambatan di dalam kegiatan operasional rumah sakit.

a. Sarana Kesehatan
Kajian sarana kesehatan di sekitar wilayah jangkauan pelayanan RS Kelas D Pratama
yang akan dibangun bertujuan untuk mendapatkan kecenderungan dalam hal pangsa
pasar serta pola penentuan sistem tarif di rumah sakit. Berdasarkan data statistik, sarana
kesehatan yang terdapat di Kabupaten Buleleng terdiri atas Rumah Sakit 6 buah,
Puskesmas 20 buah, Puskesmas Pembantu 75 buah, dan Poliklinik 2 buah sedangkan
untuk BKIA, kegiatannya sudah tergabung dalam Poliklinik.

Untuk mengetahui tingkat pelayanan sarana kesehatan di suatu wilayah didasarkan atas
Standar SNI 03-1733-2004 yang meliputi :

Rumah sakit : 1 unit/240.000 jiwa = 0,000004


Puskesmas : 1 unit/120.000 jiwa = 0,000008
Puskesmas Pembantu : 1 unit/30.000 jiwa = 0,00003
Posyandu : 1 unit/1.250 jiwa = 0,0008
Balai Pengobatan Warga /Poliklinik : 1 unit/2.500 jiwa = 0,0004
Apotik/Toko Obat : 1 unit/30.000 jiwa = 0,00003

Berdasarkan standar di atas, tingkat pelayanan sarana kesehatan di Kabupaten Buleleng


termasuk dalam kategori baik, hanya pada jumlah poliklinik yang kurang tingkat
pelayanannya, oleh karena itu dalam pengembangannya peningkatan sarana kesehatan
perlu diprioritaskan dalam peningkatan kualitasnya (Rencana Induk Pembangunan
Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013).

Dari perkiraan jumlah penduduk, dapat dihitung perkiraan kebutuhan sarana kesehatan
di wilayah perencanaan dengan menggunakan standar perencanaan yang berlaku.
Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di Kabupaten Buleleng berkaitan dengan jenis
sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan
minimal, radius pencapaian serta lokasi, seperti ditunjukkan oleh Tabel 7.

38
Tabel 7 : Proyeksi Jumlah Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2023
Standarisasi
Jumlah sarana eksisting
No. Nama Desa jumlah penduduk Luas (m2)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Gerokgak 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 5 0
2 Seririt 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 3 7 1
3 Busungbiu 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 9 0
4 Banjar 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 9 0
5 Sukasada 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 12 0
6 Buleleng 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 2 3 6 5
7 Sawan 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 7 0
8 Kubutambahan 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 12 0
9 Tejakula 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 8 0
Total 2 20 75 6

Jumlah Kebutuhan Sarana Kesehatan Tahun 2033 Kekurangan Sarana Kesehatan Tahun 2033
Penduduk Unit luas (m2) Unit luas (m2)
tahun 2023 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
99415 40 1 3 0 11929.8 0 300 0 6 0 0 2 1925.1 0 0 15000
94175 38 1 3 0 11301.0 0 0 0 2 0 0 1 615.1 0 0 7500
53447 21 0 2 0 6413.6 0 0 0 5 0 0 0 1454 0 121 0
78685 31 1 3 0 9442.2 0 0 0 2 0 0 2 705.5 0 59 15000
84778 34 1 3 0 10173.3 0 0 0 3 0 0 1 814 0 68 7500
139691 56 1 5 1 16763.0 0 0 7500 4 0 0 1 1096.8 0 91 7500
80107 32 1 3 0 9612.8 0 300 0 6 0 1 2 1932 0 161 15000
70499 28 1 2 0 8459.9 0 0 0 5 0 0 2 1459.2 0 122 15000
80528 32 1 3 0 9663.4 0 0 0 5 0 1 0 1500.0 0 156 0
781325 313 7 26 1 93759.0 0 600 7500 38 0 3 11 11501.7 0 778 82500
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013
Keterangan :
1 = Poliklinik
2 = Puskesmas
3 = Puskesmas Pembantu
4 = Rumah Sakit

Terlihat dari tabel di atas, sampai dengan tahun 2023 sarana kesehatan di Kabupaten
Buleleng sudah cukup memadai, hanya saja perlu penambahan 350 unit Poliklinik guna
menambah kelengkapan sarana kesehatan untuk pelayanan masyarakat.

Kekurangan 350 unit Poliklinik berdasarkan hasil analisis kebutuhan sarana kesehatan dalam
Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013 merupakan peluang
dalam pembangunan RS Kelas D Pratama. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Poliklinik
tentunya akan dapat disediakan di RS Kelas D Pratama walaupun dengan jenis dan
jumlah yang terbatas. Hal ini setidaknya akan dapat menambah jenis pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.

b. Pola Penyakit dan Epidemologi


Kajian pola penyakit dan epidemologi dibutuhkan untuk melihat kecederungan jenis
penyakit yang banyak terjadi di masyarakat. Berdasarkan kecenderungan ini akan dapat
disusun dan dirumuskan jenis pelayanan unggulan yang akan diberikan pada RS Kelas
D Pratama yang direncanakan.

39
Data yang ada menunjukkan, bahwa kasus penyakit yang dominan di Kabupaten
Buleleng berdasarkan data jenis keluhan kesehatan adalah penyakit panas, batuk, pilek,
sesak napas, diare dan sakit kepala berulang, seperti yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 : Persentase Penduduk Kabupaten Buleleng Menurut Jenis Keluhan


Kesehatan Tahun 2011
No. Jenis Keluhan Kesehatan 2009 2010 2011
1 Panas 48,19 31,11 18,10
2 Batuk 49,52 30,93 18,70
3 Pilek 43,81 48,02 15,80
4 Asma/Sesak Napas 7,00 7,92 3,30
5 Diare/Buang Air 6,05 4,03 3,50
6 Sakit Kepala Berulang 25,23 28,06 10,70
7 Sakit Kepala Berulang 6,36 6,8 2,80
8 Sakit Kepala Berulang 50,57 48 27,10
Persentase penduduk yang mengalami
61,84 60,65 60
keluhan kesehatan sebulan yang lalu
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013

Untuk kasus penyakit menular dengan angka penderita yang paling tinggi adalah pada
penyakit Gastro/Enteritis/Diare dengan jumlah penderita sebanyak 6.092 jiwa pada
Tahun 2011, seperti yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 : Jumlah Penderita Penyakit Menular di Kabupaten Buleleng Tahun 2011


Dinas/Puskesmas/ BTA Demam Gastro/Enteritis
Tersangka TBC Kolera Malaria Kusta Rabies
Puskesmas Pembantu Positif Berdarah /Diare
1. Puskesmas Tejakula I 22 21 - - 1 - 14 398
2. Puskesmas Tejakula II 19 11 - - 2 2 5 248
3. Puskesmas Kubutambahan I 17 9 - - - - 3 147
4. Puskesmas Kubutambahan II 21 1 - - - - 10 -
5. Puskesmas Sawan I 26 17 - - - - 18 209
6. Puskesmas Sawan II 16 3 - - - - 11 267
7. Puskesmas Buleleng I 35 46 - - - - 124 -
8. Puskesmas Buleleng II 14 8 - - - - 42 304
9. Puskesmas Buleleng III 28 22 - - 1 - 76 328
10. Puskesmas Sukasada I 31 8 - - 2 - 30 303
11. Puskesmas Sukasada II 15 3 - - - - 9 289
12. Puskesmas Banjar I 29 11 - - - 2 14 309
13. Puskesmas Banjar II 15 2 - - - - 8 823
14. Puskesmas Seririt I 20 20 - - - 2 41 237
15. Puskesmas Seririt II 19 10 - - - - 11 823
16. Puskesmas Seririt III 10 4 - - - - 3 198
17. Puskesmas Busungbiu I 29 2 - - - - 5 752
18. Puskesmas Busungbiu II 21 - - - - - 2 29
19. Puskesmas Gerokgak I 19 21 - - - - 16 -
20. Puskesmas Gerokgak II 10 18 - - - - 9 328
21. Rumah Sakit - 106 - - - - - 100
Jumlah 416 343 - - 4 6 451 6.092
Sumber : Rencana Induk2010 2.572 Kesehatan
Pembangunan 312 Kabupaten
- -Buleleng
2 Tahun -2013 (diolah)
531 9.410
2009 2.572 312 - - 2 - 531 9.410
2008 1.782 233 - - 5 - 559 3.885
2007 1.793 206 - - 2 - 404 10.002
40
Urutan 10 besar penyakit di Kabupaten Buleleng pada Tahun 2011 seperti yang disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10 : 10 Besar Penyakit di Kabupaten Buleleng Tahun 2011
No Nama Penyakit Jumlah
1 Hipertensi Primer 29.177
2 Rhematoid Arthritis lain 24.596
3 Infeksi akut lain pada saluran pernafasan 23.332
4 Pharingitis 12.644
5 Dermatitis lain 9.046
6 Nasopharingitis (common cold) 8.245
7 Kecelakaan 8.075
8 Gastritis 7.682
9 Penyakit Gusi dan Jaringan Periodental 7.642
10 Asma 7.324
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013

Buleleng merupakan kabupaten dengan penduduk terinfeksi HIV nomor dua terbesar di
Provinsi Bali. Rata-rata 23 kasus ditemukan tiap bulan berdasarkan data Tahun 2011,
dan kasus menyebar di setiap kecamatan se-kabupaten Buleleng.

Dengan dilengkapinya VCT diharapkan dasar dari kasus HIV/AIDS yang diibaratkan
sebagai fenomena gunung es bisa didapatkan. Kasus baru HIV, AIDS, dan penyakit
menular seksual lainnya di masing-masing kecamatan tahun 2011 dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11 : Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan, dan Puskesmas di Kabupaten Buleleng Tahun 2011
JUMLAH KASUS BARU
JUMLAH KEMATIAN AKIBAT
INFEKSI MENULAR SEKSUAL
NO KECAMATAN PUSKESMAS HIV AIDS AIDS
LAINNYA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Tejakula Tejakula I 0 0 0 - - 31 0 0 0 0 0 0
Tejakula II 0 0 0 - - 8 0 0 0 0 0 0
2 Kubutambahan Kubutambahan I 0 0 0 - - 11 0 0 0 0 0 0
Kubutambahan II 0 0 0 - - 10 0 0 0 0 0 0
3 Sawan Sawan I 0 0 0 - - 29 0 0 0 0 0 0
Sawan II 0 0 0 - - 0 0 0 0 0 0 0
4 Buleleng Buleleng I 0 0 0 - - 29 0 0 0 0 0 0
Buleleng II 0 0 0 - - 2 0 0 0 0 0 0
Buleleng III 0 0 0 - - 28 0 0 0 0 0 0
5 Sukasada Sukasada I 0 0 0 - - 7 0 0 0 0 0 0
Sukasada II 0 0 0 - - 22 0 0 0 0 0 0
6 Banjar Banjar I 0 0 0 - - 23 0 0 0 0 0 0
Banjar II 0 0 0 - - 2 0 0 0 0 0 0
7 Seririt Seririt I 0 0 0 - - 17 0 0 0 0 0 0
Seririt II 0 0 0 - - 10 0 0 0 0 0 0
Seririt III 0 0 0 - - 4 0 0 0 0 0 0
8 Busungbiu Busungbiu I 0 0 0 - - 8 0 0 0 0 0 0
Busungbiu II 0 0 0 - - 2 0 0 0 0 0 0
9 Gerokgak Gerokgak I 0 0 0 - - 19 0 0 0 0 0 0
Gerokgak II 0 0 0 - - 10 0 0 0 0 0 0
Praktek Swasta 0 0 0 - - 9 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 - - 281 0 0 0 0 0 0
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013

Keterangan : Jumlah kasus baru adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk
kasus yang ditemukan di RS

41
Data-data di atas menunjukkan jenis penyakit dominan yang diderita masyarakat
Kabupaten Buleleng termasuk kasus HIV/AIDS. Kondisi ini merupakan dasar dalam
menentukan jenis pelayanan yang akan dikembangkan di RS Kelas D Pratama yang
direncanakan. Dengan demikian, rencana pengembangan jenis-jenis pelayanan dalam
RS Kelas D Pratama akan memberi manfaat lebih besar dalam menanggulangi masalah
kesehatan masyarakat Kabupaten Buleleng.

c. Teknologi
Dalam rangka pengembagan layanan kesehatan dan kesiapan SDM bidang kesehatan di
RS Kelas D Pratama, maka kajian terhadap aspek kemajuan teknologi mutlak
diperlukan terutama terkait dengan peralatan kesehatan (Alkes) yang terus menerus
mengalami perkembangan. Dalam dokumen Rencana Induk Pembangunan Kesehatan
Kabupaten Buleleng Tahun 2013, upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) kesehatan dijelaskan sebagai berikut :

1) Penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan akan terus dikembangkan secara


terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk
mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan
dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan.
2) Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan
kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian penting dari
pembangunan kesehatan daerah.
3) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli
Indonesia, pemberantasan penyakit dan perbaikan lingkungan.
4) Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta.
5) Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan
gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada.

Upaya peningkatan Iptek kesehatan yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten


Buleleng memberi peluang dalam pembangunan RS Kelas D Pratama khususnya
pengembangan Alkes yang akan digunakan. Sejalan dengan perkembangan Iptek
kesehatan dan kecenderungan pola penyakit, maka penggunaan Alkes di RS Kelas D
Pratama tentunya harus terus dikembangkan termasuk SDM bidang kesehatan yang
akan mengoperasikannya.

42
d. SDM/Ketenagakerjaan Rumah Sakit
Kajian keberadaan SDM/ketenagakerjaan di bidang kesehatan secara eksternal telah
menyimpulkan, bahwa di Kabupaten Buleleng secara umum kondisinya masih kurang.
Hal ini menjadi tantangan dalam pembangunan RS Kelas D Pratama khususnya
penyediaan SDM bidang kesehatan sesuai standar yang ditetapkan, baik untuk
menunjang operasional rumah sakit yang direncanakan maupun membantu kekurangan
tenaga kesehatan di Kabupaten Buleleng.

Kajian terhadap SDM/ketenagakerjaan di rumah sakit secara internal dimaksudkan


untuk mengkaji kesiapan SDM/ketenagakerjaan khususnya di RS Pratama. Hasilnya
diharapkan dapat menentukan jenis layanan kesehatan yang akan diberikan kepada
masyarakat sesuai dengan segmentasi dan posisioning rumah sakit.

Merujuk kepada Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama, maka ketentuan


ketenagaan di RS Kelas D Pratama ditetapkan sebagai berikut :
1) Tenaga Dokter paling sedikit 4 (empat) orang dan 1 (satu) orang Dokter Gigi.
2) Tenaga Keperawatan paling sedikit 11 orang.
3) Tenaga Kesehatan Non Keperawatan paling sedikit 3 (tiga) orang.
4) Tenaga Penunjang paling sedikit 10 orang.
5) Tenaga Manajerial/Administrasi terdiri dari paling sedikit 1 (satu) orang Direktur, 2
(orang) orang Seksi, 1 (satu) orang Subbag TU, dan 2 (dua) orang tenaga
administrasi.

Berdasarkan data dan ketentuan di atas, penyediaan SDM/ ketenagakerjaan pada


rencana pembangunan RS Kelas D Pratama akan ditetapkan berdasarkan ketentuan
minimal jenis dan jumlah tenaga, jenis layanan kesehatan yang diberikan, serta jumlah
tempat tidur yang akan disediakan. Jenis dan jumlah tenaga di RS Kelas D Pratama ini
akan terus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kubutuhan pelayanan masyarakat,
perkembangan jenis penyakit, dan perkembangan Iptek kesehatan.

e. Organisasi
Organisasi dan tata kerja RS Kelas D Pratama disusun berdasarkan prinsip hemat
struktur dan kaya fungsi, menggambarkan kewenangan, tanggung jawab, dan tata
hubungan kerja dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan administrasi
manajemen sesuai kebutuhan.

43
Dalam Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama ditetapkan bahwa struktur
organisasi RS Kelas D Pratama paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau
direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan medis serta
administrasi umum dan keuangan. Penetapan organisasi dan tata kerja rumah sakit
menjadi wewenang pemilik rumah sakit dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.

Kajian terhadap organisasi rumah sakit tentunya akan berpengaruh terhadap kegiatan
operasional yang berdampak terhadap kinerja rumah sakit. Bentuk organisasi RS Kelas
D Pratama akan disesuaikan dengan ketentuan dan jenis layanan yang disediakan.

Terkait dengan organisasi rumah sakit, maka hal yang perlu digarisbawahi dari
Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama adalah ketentuan tentang
pengelompokan kelas pelayanan RS Kelas D Pratama diklasifikasikan pada kelas D
Pratama. Dalam proses pengembangan pelayanan rumah sakit, RS Kelas D Pratama
dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit umum kelas D atau kelas yang lebih tinggi.

Untuk itu, kajian terhadap organisasi RS Kelas D Pratama akan didekati dari Permenkes
No. 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan Bab IV Bagian Kelima Pasal 14 yang mengatur
Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D yaitu :
1) RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
2) Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.
3) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
4) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Struktur organisasi RSU Kelas D sesuai Permenkes di atas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 : Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D


Sumber : Permenkes No. 1045/Menkes/Per/XI/2006

44
Melalui pendekatan struktur organisasi ini, diharapkan kegiatan operasional RS Kelas D
Pratama yang direncanakan dapat berjalan dengan baik dan secara bertahap dapat
ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas D.

f. Kinerja dan Keuangan


Pembinaan dan pengendalian rumah sakit dalam Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D
Pratama ditetapkan sebagai berikut :
1) Pembinaan dan pengendalian kegiatan pelayanan RS Kelas D Pratama dapat lakukan
oleh pemerintah daerah dan organisasi profesi serta asosiasi perumahsakitan sesuai
dengan fungsi masing-masing.
2) RS Kelas D Pratama wajib melaporkan hasil penyelenggaraan pelayanan laporan
kinerja setiap triwulan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi.

Sejalan dengan hal di atas, Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten


Buleleng Tahun 2013 menetapkan program Peningkatan Kebijakan dan Manajemen
Pembangunan Kesehatan berupa :
1) Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan
terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor
kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan
serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya
kesehatan yang terdiri dari perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengendalian,
dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan
yang terpadu dan menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi
ynag handal guna menghasilkan pengambilan keputusan dan cara kerja yang efisien.
2) Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat
melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan
pengawasan upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan manajemen tersebut
dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan
pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut pula didukung oleh tersedianya
pembiayaan kesehatan yang memadai.

Kajian kinerja dan keuangan RS Kelas D Pratama yang direncanakan akan mengkaji
pendapatan dan pengeluaran rumah sakit. Kajian ini diharapkan dapat melihat
kecenderungan dan potensi perkembangan kinerja dan pendapatan rumah sakit dimasa
mendatang, sehingga mendapatkan gambaran kekuatan atau kelemahan rencana

45
pembangunan RS Kelas D Pratama. Untuk itu, kajian terhadap aspek ekonomi akan
dibahas dalam Sub Bab 6.2. yang menganalisis tentang rencana investasi dan sumber
dana, proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi cash flow, dan analisis keuangan (BEP,
IRR, NPV).

4.3. Analisis Permintaan


Analisis permintaan akan membahas tentang kajian terhadap posisi kelayakan RS Kelas D
Pratama dari 5 (lima) aspek yaitu aspek lahan dan lokasi, klasifikasi rumah sakit, kapasitas
tempat tidur, jenis layanan, dan layanan unggulan. Kajian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) serta peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang akan menjadi
pertimbangan tehadap kelayakan pembangunan RS Kelas D Pratama. Hasilnya digunakan
sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya
memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang serta secara bersamaan berusaha
untuk meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman.

1) Lahan dan Lokasi


RS Kelas D Pratama hanya dapat didirikan di daerah perkotaan dengan kepadatan
penduduk yang tinggi atau di daerah yang akses pelayanan rumah sakit sulit dijangkau.
Kajian kelayakan lahan dan lokasi akan terkait dengan letak geografis, kondisi wilayah di
sekitarnya dilihat dari aspek penggunaan lahan, infrastruktur dan aksesibilitas, serta
kondisi demografi di wilayah perencanaan RS Kelas D Pratama. Berdasarkan hasil kajian
terhadap aspek-aspek tersebut pada sub bab 5.1. maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :

a) Lokasi lahan rencana pembangunan RS Kelas D Pratama secara geografis akan sangat
menguntungkan dan sangat mendukung pengembangan layanan kesehatan.
b) Kontur lahan yang relatif datar dan aksesibilitas yang mudah dari jalan utama, memberi
keleluasaan dalam penataan areal rumah sakit.
c) Kondisi lingkungan sekitar serta sarana dan prasarana yang ada akan sangat mendukung
operasional rumah sakit.
d) Kondisi demografi di wilayah empat kecamatan yang termasuk ke dalam lingkup mikro
pelayanan RS Kelas D Pratama dalam materi RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-
2033 adalah :

46
 Proyeksi jumlah penduduk tahun 2014 Kecamatan Gerokgak 91.418 jiwa,
Kecamatan Seririt 84.128 jiwa, Kecamatan Busungbiu 49.275 jiwa dan Kecamatan
Banjar 68.001 jiwa.
 Pertambahan penduduk per tahun berturut-turut dari yang paling tinggi adalah
Kecamatan Gerokgak 2,36%, Kecamatan Seririt 1,82%, Kecamatan Busungbiu
1,29% dan Kecamatan Banjar 0,07%.
e) Proyeksi jumlah penduduk 20 tahun mendatang (tahun 2034) adalah Kecamatan
Gerokgak 145.617 jiwa, Kecamatan Seririt 120.552 jiwa, Kecamatan Busungbiu 63.699
jiwa dan Kecamatan Banjar 69.015 jiwa.

Data dan kajian di atas menunjukkan bahwa dari aspek lahan dan lokasi, rencana RS Kelas
D Pratama layak untuk dibangun. Kelemahan dan ancaman hanya terjadi pada faktor
demografi yaitu pertambahan jumlah penduduk di wilayah empat kecamatan yang menjadi
lingkup mikro pelayanan rumah sakit hingga tahun 2034 yang mencapai total 398.883
jiwa. Hal ini akan menjadi tantangan bagi RS Kelas D Pratama terutama dalam memenuhi
tuntutan kebutuhan jenis dan jumlah layanan kesehatan dimasa mendatang, serta
penyediaan tempat tidur untuk pelayanan rawat inap.

2) Klasifikasi Rumah Sakit


Secara umum, kelayakan klasifikasi/kelas rumah sakit akan mengkaji tentang
kecenderungan jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat, sehingga diperoleh gambaran
tentang klasifikasi/kelas rumah sakit yang direncanakan agar sesuai dengan jenis layanan
dan kesiapan SDM kesehatan yang dimiliki.

Hal yang perlu dicermati adalah ketentuan yang menetapkan bahwa RS Kelas D Pratama
merupakan rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan pelayanan
perawatan kelas 3 (tiga) yang memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan,
dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk peningkatan akses bagi
masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan.

Artinya, RS Kelas D Pratama yang direncanakan di Kecamatan Seririt, Kabupaten


Buleleng adalah rumah sakit kelas 3 (tiga). Dalam perkembangannya, sesuai dengan
Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama, maka rumah sakit yang direncanakan ini
secara bertahap kiranya akan ditingkatkan menjadi RSU Kelas D sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

47
3) Kapasitas Tempat Tidur
Menurut ketentuan, salah satu pelayanan kesehatan yang wajib disediakan oleh RS Kelas
D Pratama adalah pelayanan rawat inap. Adanya kewajiban untuk menyediakan pelayanan
rawat inap membawa konsekuensi perlunya kajian terhadap perhitungan kapasitas Tempat
Tidur (TT) yang harus disiapkan oleh RS Kelas D Pratama. Prakiraan kebutuhan jumlah
TT berdasarkan standar WHO yaitu rasio ideal jumlah TT rumah sakit terhadap jumlah
penduduk adalah 1 TT untuk 1.000 orang.

Jika mengacu kepada standar WHO di atas, maka hingga tahun 2034 dengan proyeksi
jumlah penduduk Kecamatan Seririt sebanyak 120.552 jiwa dibutuhkan minimal 120 TT.
Apalagi kalau RS Pratama juga harus melayani tambahan tiga kecamatan lainnya
(Gerokgak, Busungbiu dan Banjar) dengan proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2034
sebanyak 398.883 jiwa, akan dibutuhkan minimal 398 TT. Kebutuhan kapasitas TT yang
demikian besar tentunya menjadi masalah apabila tidak diperhitungkan keberadaan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang sudah ada maupun yang akan dibangun
dan dikembangkan di lokasi lain hingga tahun 2034 mendatang.

Oleh karena itu, perhitungan kebutuhan kapasitas TT yang akan disediakan di RS Kelas D
Pratama tetap mengacu kepada upaya menambah pelayanan rawat inap kepada masyarakat
dengan perawatan kelas 3 (tiga) dan kemampuan keuangan Pemerintah saat ini. Di
samping itu, beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar dalam penentuan jumlah TT
yang akan disediakan di RS Kelas D Pratama adalah sebagai berikut :

a) Luas lahan yang tersedia untuk pembangunan RS Kelas D Pratama.


b) Pelayanan kesehatan minimal yang wajib disediakan oleh sebuah RS Kelas D Pratama.
c) Jenis pelayanan kesehatan yang menjadi prioritas untuk segera disediakan sesuai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.
d) Ketentuan yang mengatur tentang tata ruang dan bangunan di wilayah rencana
pembangunan RS Kelas D Pratama seperti KDB, KLB, GSB, KDH, dan ketentuan
teknis lain yang mengatur persyaratan bangunan fasilitas kesehatan (rumah sakit).

a. Jenis Layanan
Jenis layanan sebuah rumah sakit umumnya berupa pelayanan medik, penunjang medik,
administrasi dan servis. Melalui pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
masyarakat dan ketentuan yang berlaku, maka jenis layanan yang akan disediakan di RS
Kelas D Pratama adalah :

48
1) Pelayanan Medik :
a) Unit Gawat Darurat
b) Rawat Inap
c) Rawat Jalan :
 Poliklinik Penyakit Menular.
 Poliklinik Gigi.
 Poliklinik Gizi.
 Poliklinik THT.
 Poliklinik Anak.
 Poliklinik Umum.
 Poliklinik Penyakit Dalam.
 Poliklinik Kebidanan dan Vaksinasi.
2) Pelayanan Penunjang Medik :
a) PMI.
b) Rekam Medik.
c) Deservasi.
d) Obgyn.
e) Rebusitasi.
f) Radiologi.
g) OP.
h) USG.
i) Apotik dan Gudang Farmasi.
j) Kamar Jenazah.
3) Administrasi :
a) Administrasi.
b) Manajemen.
4) Servis :
a) Satpam.
b) Tempat Suci.
c) Ambulance.
d) Linen (Laundry)
e) Kantin.
f) Toilet.

49
b. Layanan Unggulan
Layanan unggulan sebuah rumah sakit umumnya disiapkan atas dasar kecenderungan
pola penyakit yang terjadi di wilayah tempat rumah sakit tersebut berada. Karena RS
Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar, maka layanan unggulan yang
akan dikembangkan di RS Kelas D Pratama ini didasarkan atas jenis penyakit yang
dominan diderita oleh masyarakat dan kebutuhan Fasyankes.

Berdasarkan data yang ada menunjukkan, bahwa kasus penyakit yang dominan di
Kabupaten Buleleng adalah penyakit panas, batuk, pilek, sesak napas, diare dan sakit
kepala berulang. Analisis kebutuhan sarana kesehatan mengindikasikan hingga tahun
2023 di Kabupaten Buleleng perlu penambahan 350 unit Poliklinik guna menambah
kelengkapan sarana kesehatan untuk pelayanan masyarakat.

Data dan hasil analisis di atas memberikan gambaran tentang jenis layanan unggulan
yang dapat dikembangkan di RS Kelas D Pratama yaitu layanan rawat jalan dengan
fasilitas 8 (delapan) Poliklinik yaitu Pol. Penyakit Menular, Pol. Gigi, Pol. Gizi, Pol.
THT, Pol. Anak, Pol. Umum, Pol. Penyakit Dalam, dan Pol. Kebidanan & Vaksinasi.

4.4. Analisis Kebutuhan


Sesuai dengan fungsi dari RS Kelas D Pratama di Kecamatan Seririt yang disiapkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kecamatan Seririt khususnya dan
daerah Kabupaten Buleleng bagian Barat pada umumnya dengan kondisi kependudukan,
sosial budaya dan perekonomian yang ada, maka diharapkan RS Kelas D Pratama ini dapat
menjadi tumpuan kesehatan bagi masyarakat. Untuk itu, dalam perwujudannya dilakukan
analisis kebutuhan terhadap beberapa aspek penting antara lain kebutuhan ruang,
kebutuhan lahan, peralatan medis dan non medis, sumber daya manusia, serta organisasi
dan uraian tugas.

1) Kebutuhan Ruang
Ruang-ruang yang dibutuhkan dalam pembangunan RS Kelas D Pratama yang
direncanakan dapat dilihat pada Tabel 12.

50
Tabel 12 : Kebutuhan Jenis dan Luasan Ruang RS Kelas D Pratama

Jumlah Luasan
No Jenis Ruang
Ruang (M²)
I RUANG PERAWATAN/RUANG UTAMA
1 Ruang Perawatan I (1) @7 TT 7 320.60
2 Ruang Perawatan I (2) @11TT 1 91.60
3 Poliklinik Penyakit Menular 1 39.00
4 Poliklinik Gigi 1 42.00
5 Poliklinik Gizi 1 42.00
6 Poliklinik THT 1 42.00
7 Poliklinik Anak 2 84.00
8 Poliklinik Umum 1 42.00
9 Poliklinik Penyakit Dalam 1 35.00
10 Poliklinik Kebidanan & Pol Vaksinasi 1 35.00
11 Ruang PMI 1 22.50
12 Ruang Rekam Medik 1 22.50
13 Ruang Deservasi 1 45.50
16 Ruang Obgyn 1 30.80
17 Ruang Rebusitasi 1 15.00
18 Ruang Radiologi 1 28.60
Ruang Ganti (Rg Radiologi) 1 6.30
19 Ruang OP 1 35.00
Ruang Scrub 1 6.00
Ruang Ganti (OP) 1 4.00
Ruang PreOP 1 18.00
Area Steril 1 17.50
20 Ruang USG 1 20.25
21 Ruang Tindakan 1 45.00
22 Ruang Triage 1 28.00
23 Apotik 1 12.50
24 Ruang Obat 1 6.80
25 Ruang Rekam Medik 1 10.00
26 Ruang Mayat 1 22.50
27 Ruang Tunggu (1) 1 18.00
Ruang Tunggu (2) 1 31.50
Jumlah 1,219.45
II RUANG STAFF & PARAMEDIS
28 Ruang Direktur 1 44.20
29 Ruang Dokter 1 21.30
30 Ruang Pertemuan Dokter 1 12.25
31 Ruang Jaga Dokter (1) 1 12.25
32 Ruang Jaga Dokter (2) 1 21.75
33 Ruang Jaga Perawat (1) 1 24.80
34 Ruang Jaga Perawat (2) 1 21.75
35 Nurse Station (1) 1 21.00
Nurse Station (2) 1 8.00
36 Ruang Staff 1 44.20
37 Ruang Gas Medis 1 15.75
38 Ruang CS (1) 1 7.88
Ruang CS (2) 1 8.75

51
39 Ruang Persiapan 1 49.00
40 Ruang Operator (1) 1 10.00
Ruang Operator (2) 1 18.00
41 Ruang Pendaftaran (1) 1 6.25
Ruang Pendaftaran (2) 1 10.20
Ruang Pendaftaran & Pembayaran (3) 1 9.80
42 Ruang Gelap 1 6.25
43 Ambulance Driver Station 1 12.90
44 Kantin Dokter & Paramedis 1 31.50
45 Dapur Kantin 1 17.50
46 Ruang Satpam 1 3.00
47 Ruang Racik Obat 1 6.25
Jumlah 444.53

III RUANG SERVIS (INDOOR)


48 Ruang Linen 1 13.50
49 Gudang Linen 1 11.25
50 Gudang Alat (1) 1 9.00
Gudang Alat (2) 1 8.75
51 Spoel Hock (1) 1 8.75
Spoel Hock (2) 1 9.00
52 Gudang Obat (1) 1 5.00
Gudang Obat (2) 1 17.50
Gudang Obat (3) 1 13.75
53 Locker 1 16.10
54 Pantry 1 8.40
TOILET PASIEN
55 Toilet Pasien Wanita (1) 2 11.90
56 Toilet Pasien Pria (2) 2 16.90
57 Toilet Pasien (3) 1 10.00
58 Toilet Pasien (4) 2 5.94
59 Toilet Rg Obgyn 1 3.20
60 Toilet (Rg Radiologi) 1 3.60
TOILET STAFF
61 Toilet Rg Pendaftaran 1 3.00
62 Toilet (Rg Perawatan) (1) 7 3.20
Toilet (Rg Perawatan) (2) 2 6.40
63 Toilet (Rg Jaga Perawat) (1) 1 3.20
Toilet (Rg Jaga Perawat) (2) 1 3.00
64 Toilet (Rg Staff) 1 4.80
65 Toilet (Rg Direktur) 1 4.80
66 Toilet (Rg Dokter) 1 3.20
67 Toilet Rg Jaga Dokter 1 3.00
68 Toilet Ambulance Driver 1 3.60
69 Toilet (Rg Linen) 2 18.00
70 Ruang Sirkulasi Dalam 390.20
71 Ruang Hijau di Dalam 3 562.70
72 Ruang Servis 8 273.00
Jumlah 891.94

52
IV RUANG LUAR
73 Tempat Suci (1) 1 35.00
74 Tempat Suci (2) 1 10.50
75 Ambulance Station 1 64.25
76 Parkir 1,013.70
77 Ruang Luar #####
Jumlah 4242,07
TOTAL RUANG DALAM 2,665,67
TOTAL RUANG LUAR 1.576,4
Luas Site yang dibutuhkan 10.605.15
Site yang tersedia 11,155.25

2) Kebutuhan Lahan
Sesuai hasil analisis kebutuhan ruang untuk RS Kelas D Pratama di atas, maka luas lahan
yang dibutuhkan adalah 10.605,15 M2. Luas lahan (site) yang tersedia lebih kurang
11.155,25 M2 dan penggunaan KDB 40%. Dalam analisis ini, bangunan hanya
diperhitungkan berlantai 1 (satu) dan prediksi proyeksi pelayanan rumah sakit sampai
dengan 20 tahun mendatang. Dengan demikian, pertimbangan secara teknis untuk
mengembangkan bangunan ke atas/ke arah vertikal (menambah lantai) menjadi sangat
penting, mengingat proyeksi pertumbuhan penduduk Kecamatan Seririt yang akan dilayani
cukup pesat, apalagi bila ditambahkan dengan pelayanan terhadap tiga kecamatan lainnya
yaitu Gerokgak, Busungbiu, dan Banjar.

Sesuai dengan data kependudukan, jumlah penduduk Kecamatan Seririt pada Tahun 2014
adalah sebanyak 84.128 jiwa dan proyeksi 20 tahun mendatang (Tahun 2034) menjadi
120.552 jiwa. Jika dikaji berdasarkan standar WHO bahwa rasio ideal jumlah tempat tidur
(TT) rumah sakit terhadap jumlah penduduk adalah 1 TT untuk 1.000 orang, maka saat ini
saja (Tahun 2014) selayaknya RS Kelas D Pratama menyiapkan minimal 84 TT.

Berdasarkan luas lahan yang tersedia dan analisis kebutuhan ruang, maka jumlah TT untuk
pelayanan rawat inap yang direncanakan di RS Pratama saat ini adalah lebih kurang 75%
dari kebutuhan yaitu sebanyak 60 TT. Penyediaan jumlah 60 TT ini dengan asumsi bahwa
25% kebutuhan pelayanan rawat inap masyarakat di Kecamatan Seririt dilayani oleh
Puskesmas dan Rumah Sakit (Pemerintah/Swasta) yang ada di Kabupaten Buleleng.

Untuk mengantisipasi kebutuhan TT untuk pelayanan rawat inap hingga Tahun 2034, baik
pelayanan bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Seririt maupun tiga kecamatan di
sekitarnya, diupayakan melalui pengembangan ke arah vertikal yaitu penambahan jumlah
lantai maksimal sesuai ketentuan yang berlaku. Pengembangan juga memungkinkan

53
secara horizontal yaitu dengan menambah luas areal lahan rumah sakit, mengingat lahan di
sekitarnya merupakan tanah milik Pemprov Bali. Hal ini tentunya membutuhkan
komunikasi dan koordinasi yang baik antara Pemkab Buleleng dengan Pemprov Bali guna
mendukung pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.

3) Peralatan Medis dan Non Medis


Sesuai dengan tipenya, RS Kelas D Pratama membutuhkan peralatan medis dan non medis
sebagaimana diuraikan pada Tabel 13 sampai dengan Tabel 19 di bawah.
Tabel 13 : Kebutuhan Peralatan Ruang Rawat Inap
No Nama Alat Merk Type Qty
1 Bed Pasien 3 Crank Manual OneMed ABS 60
2 Overbed Table OneMed 60
3 Bedside Cabinet OneMed 60
4 Trolley Makan/Stainless Food Trolley MAK 35203 6
5 Trolley Baju Bersih/Steel Linen Hamper MAK 35302B 6
6 Trolley Baju Kotor/Laundry Trolley MAK 35301 6
7 Trolley Memandikan/Dressing Trolley MAK 35102 6
8 Pispot Stainless OneMed 6
9 Urinal Stainless OneMed 6

Tabel 14 : Kebutuhan Peralatan Unit Gawat Darurat (UGD)


No Nama Alat Merk Type Qty
1 Bed Periksa Stainless Steel OneMed SS 6
2 Branchard Dorong Beroda SS + Tempat O2 OneMed SS 6
3 Trolley Instrument OneMed 2 Tingkat 4
4 Suction Portable 2000 OneMed 1
5 EKG 3 Channel Commen 1
6 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 2
7 Tensimeter Air Raksa Riester 1
8 Timbangan dan Tinggi Badan Riester 1
9 Tensimeter Beroda OneMed 1
10 Stetoskop Dewasa OneMed 1
11 Hecting Set OneMed 2
12 Film Viewer Double OneMed Supertin 1
13 Tong Spatel OneMed SS 1
14 Reflex Hammer OneMed Tylor 1
15 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1
16 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1
17 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1
18 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1
19 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1
20 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1
21 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1
22 Penlight OneMed 1
23 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1
24 Bedah Minor Set OneMed 2
25 Lampu Periksa Halogen OneMed LED 1
26 Defribilator Benedhearth Mindray D3 1
27 Patient Monitor AM 1400 AM 2
28 Trolley Emergency OneMed 1

54
Tabel 15 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Vaksinasi

No Nama Alat Merk Type Qty


1 Bed Periksa Stainless Steel OneMed SS 1
2 Trolley Instrument OneMed 2 Tingkat 1
3 EKG 3 Channel Commen 1
4 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1
5 Tensimeter Air Raksa Riester 1
6 Stetoskop Dewasa Riester 1
7 Nebulizer CE-28 Omron CE-28 1
8 Film Viewer Double OneMed Supertin 1
9 Tong Spatel OneMed SS 1
10 Reflex Hammer OneMed Tylor 1
11 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1
12 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1
13 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1
14 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1
15 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1
16 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1
17 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1
18 Penlight OneMed 1
19 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1
20 Vaksin Box OneMed 5L 1
21 Freezer OneMed 2

Tabel 16 : Kebutuhan Peralatan Ruang Tindakan

No Nama Alat Merk Type Qty


1 Bed Periksa Stainless Steel OneMed SS 1
2 Trolley Instrument OneMed 2 Tingkat 1
4 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1
5 Tensimeter Air Raksa Riester 1
6 Stetoskop Dewasa Riester 1
7 Hecting Set OneMed 2
8 Film Viewer Double OneMed Supertin 1
9 Tong Spatel OneMed SS 1
10 Reflex Hammer OneMed Tylor 1
11 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1
12 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1
13 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1
14 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1
15 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1
16 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1
17 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1
18 Penlight OneMed 1
19 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1
20 Bedah Minor Set OneMed 2
21 Lampu Periksa Halogen OneMed LED 1
22 Double Bowl Standar OneMed 1

55
Tabel 17 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Penyakit Dalam

No Nama Alat Merk Type Qty


1 Bed Periksa Stainless Steel OneMed SS 1
2 Trolley Instrument OneMed 2 Tingkat 1
3 EKG 3 Channel Commen 1
4 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1
5 Tensimeter Air Raksa Riester 1
6 Stetoskop Dewasa Riester 1
7 Nebulizer CE-28 Omron CE-28 1
8 Film Viewer Double OneMed Supertin 1
9 Tong Spatel OneMed SS 1
10 Reflex Hammer OneMed Tylor 1
11 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1
12 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1
13 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1
14 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1
15 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1
16 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1
17 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1
18 Penlight OneMed 1
19 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1

Tabel 18 :. Kebutuhan Peralatan Ruang Obgyn

No Nama Alat Merk Type Qty


1 Meja Periksa Obgyn OneMed SS 1
2 IUD Kit OneMed 1
3 Doppler Hi Baby 1
4 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1
5 Tensimeter Air Raksa Riester 1
6 Stetoskop Dewasa Riester 1
7 Hecting Set OneMed 2
8 Vaginal Speculum S,M,L OneMed SS 1
9 Tong Spatel OneMed SS 1
10 Reflex Hammer OneMed Tylor 1
11 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1
12 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1
13 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1
14 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1
15 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1
16 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1
17 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1
18 Penlight OneMed 1
19 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1
20 Timbangan & Tinggi Badan OneMed 1
21 Lampu Periksa Halogen OneMed LED 1
22 Fetal Monitor AM 700 Bionet 1

56
Tabel 19 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Anak

No Nama Alat Merk Type Qty


1 Bed Pasien SS OneMed SS 1
2 Timbangan Bayi OneMed 1
3 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1
4 Tensimeter Air Raksa Riester 1
5 Stetoskop Pediatric Riester 1
6 Nebulizer Ultrasonic Omron NE-U 17 1
7 Tong Spatel OneMed SS 1
8 Reflex Hammer OneMed Tylor 1
9 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1
10 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1
11 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1
12 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1
13 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1
14 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1
15 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1
16 Penlight OneMed 1
17 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1
18 Masker Nebulizer Anak & Dewasa Besmed 2
19 Lampu Periksa Halogen OneMed LED 1

4) Sumber Daya Manusia


Dalam rancangan sistem kesehatan nasional khususnya dalam subsistem sumber daya
manusia kesehatan, perencanaan sumber daya manusia kesehatan merupakan salah satu
unsur utama dari subsistem tersebut yang menekankan pentingnya upaya penetapan jenis,
jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan. Sehingga dalam hal pemenuhan ketenagaan atau SDM kesehatan
di RS Kelas D Pratama yang direncanakan, perlu mempertimbangkan/memperhitungkan
tenaga seefisien dan seefektif mungkin agar menjadikan manajemen pengelolaan rumah
sakit dapat berlangsung secara optimal.

Rencana penyediaan SDM kesehatan secara makro (eksternal) bertujuan menambah


kekurangan tenaga kesehatan di Fasyankes yang terdapat di Kabupaten Buleleng
berdasarkan rasio pelayanan per 100.000 penduduk. Sedangkan secara mikro (internal)
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan SDM kesehatan di RS Kelas D Pratama agar dapat
beroperasi dengan baik.

Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama telah menetapkan ketentuan ketenagaan


minimal yang harus tersedia di sebuah RS Kelas D Pratama. Di samping ketentuan
tersebut, penyediaan SDM/ketenagaan di RS Kelas D Pratama ini juga didasarkan atas
jenis dan jumlah pelayanan yang direncanakan, jumlah TT untuk pelayanan rawat inap,

57
serta peralatan medis dan non medis yang digunakan. Untuk itu, kebutuhan SDM di RS
Kelas D Pratama adalah sebagai berikut :

1) Kepala/Direktur RS; 1 orang dokter/dokter gigi.


2) Tenaga Dokter; menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 262 Tahun 1979
menetapkan bahwa rasio Dokter : Tempat Tidur (TT) untuk Rawat Inap adalah 1 :
(4~7). Dengan rencana penyediaan 60 TT, maka kebutuhan minimal Tenaga Dokter
Umum adalah sebanyak (1 Dokter : 7 TT) x 60 TT = 8,57 ≈ 9 orang.
3) Tenaga Dokter Spesialis; sesuai dengan jumlah layanan Poliklinik yang disediakan,
maka dibutuhkan minimal tenaga dokter spesialis sebanyak 8 orang.
4) Tenaga Paramedis Perawat; menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 262 Tahun 1979
menetapkan bahwa rasio Tenaga Paramedis Perawat : Tempat Tidur (TT) untuk Rawat
Inap adalah (3~4) : 2. Dengan rencana penyediaan 60 TT, maka kebutuhan minimal
Tenaga Paramedis Perawat adalah sebanyak (3 Paramedis Perawat : 2 TT) x 60 TT = 90
orang.
5) Tenaga Paramedis Non Perawat; menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 262 Tahun
1979 menetapkan bahwa rasio Tenaga Paramedis Non Perawat : Tempat Tidur (TT)
untuk Rawat Inap adalah 1 : 3. Dengan rencana penyediaan 60 TT, maka kebutuhan
Tenaga Paramedis Non Perawat adalah (1 Paramedis Non Perawat : 3 TT) x 60 TT = 20
orang.
6) Tenaga Non Medis/Karyawan; menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 262 Tahun
1979 menetapkan bahwa rasio Tenaga Non Medis/Karyawan : Tempat Tidur (TT) untuk
Rawat Inap adalah 1 : 1. Dengan rencana penyediaan 60 TT, maka kebutuhan Tenaga
Non Medis/Karyawan adalah (1 Karyawan : 1 TT) x 60 TT = 60 orang.

Perhitungan kebutuhan SDM/tenaga di atas adalah dalam jumlah minimal dan sudah
termasuk tenaga keamanan dan tenaga servis yang disediakan oleh RS Kelas D Pratama.
Hal yang perlu diingat adalah kebijakan pemerintah melalui Kemenkes yang
mengisyaratkan agar RS Kelas D Pratama secara bertahap harus ditingkatkan menjadi RSU
Kelas D. Dengan demikian, maka kebutuhan jumlah, jenis, dan kualifikasi tenaga juga
semakin bertambah sejalan dengan peningkatan klasifikasi rumah sakit.

5) Organisasi dan Uraian Tugas


Orginasasi rumah sakit adalah suatu organisasi yang dibangun untuk mempermudah dan
mempercepat masyarakat agar lebih efisien dalam memperoleh pelayanan di rumah sakit.
Hal ini akan memudahkan masyarakat dalam mengikuti prosedur yang ada, sehingga

58
pasien dapat dengan cepat ditangani. Tidak hanya memudahkan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, organisasi rumah sakit yang baik juga akan
membantu menciptakan iklim kerja yang sehat dan mendukung perkembangan kinerja
operasional rumah sakit.

Sebagai sebuah rumah sakit milik pemerintah, maka setiap tenaga di RS Kelas D Pratama
memiliki tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang jelas, sesuai bagian/bidangnya masing-
masing. Secara umum, uraian tugas masing-masing tenaga di RS Pratama dapat dijelaskan
sebagai berikut, yaitu :

a) Direktur
Direktur Rumah Sakit mempunyai Tugas Pokok : Membantu dalam pengelolaan Rumah
Sakit dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur RS mempunyai fungsi sebagai berikut :
 Perumusan kebijakan Rumah Sakit
 Penyusunan Rencana Strategik Rumah Sakit.
 Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang kesehatan.
b) Bagian Tata Usaha
Kepala Bagian Tata Usaha
Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai Tugas Pokok : Memberikan pelayanan teknis
dan administrasi kepada semua unsur dilingkungan kantor Rumah Sakit.
Dalam menyelenggarakan tugas, Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi sebagai
berikut :
 Penyusunan kebijakan bidang teknis administrasi perencanaan, adminstrasi umum
dan kepegawaian serta adminstrasi keuangan dan aset Rumah Sakit.
 Pembinaan, pengkoordinasian , pengendalian, pengawasan program dan kegiatan
bagian tata usaha.
Kepala Seksi Pelayanan Medik
Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan perumusan dan
fasilitasi medis di Rumah Sakit.
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Medik mempunyai tugas :
 Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik.
 Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik.
 Pembinaan, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Pelayanan
Medik.

59
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan
perumusan dan fasilitasi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan mempunyai
tugas :

 Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan.


 Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan.
 Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi Pelayanan Keperawatan.
Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik, mempunyai Tugas Pokok :
menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Medik dan Non Medik di Rumah
Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
mempunyai tugas :
 Penyusunan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.
 Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.
 Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi. .
c) Bidang Pelayanan
Kepala Bidang Pelayanan
Kepala Bidang Pelayanan, mempunyai Tugas Pokok : Merencanakan operasionalisasi,
memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan
penyelenggaraan tugas bidang pelayanan.

Dalam menyelenggarakan tugas, Kepala Bidang Pelayanan mempunyai fungsi :


 Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan medik.
 Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan keperawatan.
 Penyelenggaraan dan pengadaan perlengkapan medik dan non medik.
Kepala Seksi Pelayanan Medik
Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan perumusan dan
fasilitasi medis di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Medik mempunyai tugas :

60
 Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik.
 Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik.
 Pembinaan, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Pelayanan
Medik.
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan
perumusan dan fasilitasi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan mempunyai


tugas :
 Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan.
 Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan.
 Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi Pelayanan Keperawatan.
Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik, mempunyai Tugas Pokok :
menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Medik dan Non Medik di Rumah
Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
mempunyai tugas :
 Penyusunan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.
 Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.
 Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.
d) Bidang Penunjang
Kepala Bidang Penunjang
Kepala Bidang Penunjang, mempunyai Tugas Pokok : Merencanakan operasionalisasi ,
memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan
penyelenggaraan tugas bidang penunjang.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Bidang Penunjang mempunyai tugas:


 Penyelenggaraan program dan kegiatan logistik dan diagnostik.
 Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan sarana dan Prasarana.
 Penyelenggaraan program dan kegiatan pengendalian instalasi.
 Penyusunan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik.

61
 Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik.
Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik
Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan
perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Logistik dan Diagnostik di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik mempunyai


tugas :
 Penyusunan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik.
 Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik.
 Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi Logistik dan Diagnostik.
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan perumusan
dan fasilitasiPerlengkapan sarana dan Prasarana di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas :
 Penyusunan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana.
 Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana.
 Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi Sarana dan Prasarana.
Kepala Seksi Pengendalian Instalasi
Kepala seksi Pengendalian Instalasi, mempunyai Tugas Pokok : Mempersiapkan,
memperbaiki, dan memelihara sarana dan prasarana Instalasi Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pengendalian Instalasi mempunyai tugas :


 Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Pengendalian Instalasi.
 Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
Pengendalian Instalasi.

4.5. Kelayakan Teknis


a. Lokasi
Sebagai fasilitas pelayanan publik, sudah selayaknya lokasi Rumah Sakit (RS) Kelas D
Pratama di Kecamatan Seririt berada di tengah-tengah wilayah yang akan dilayani baik
secara makro maupun mikro, untuk memberikan jangkauan pelayanan yang merata atau
hampir merata dari aspek jarak layanan.

62
Lokasi site yang ada, sangat sesuai dengan misi dari pelayanan ini karena diharapkan
mampu melayani masyarakat yang terdapat di wilayah Kecamatan Gerokgak, Kecamatan
Busungbiu, dan Kecamatan Banjar seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4 : Kelayakan Lokasi Rencana RS Kelas D Pratama

b. Sirkulasi
Sistem sirkulasi di dalam tapak (site) RS Pratama Kelas D secara umum dirancang untuk
menciptakan pergerakan pemakai yang cepat, efektif dan efisien serta memberikan rasa
aman kepada seluruh pemakai. Secara khusus, sirkulasi dirancang sebagai berikut :
1) Sistem sirkulasi di dalam RS Kelas D Pratama dirancang untuk menciptakan pergerakan
pemakai secara aman dan cepat yang dibuat dengan meletakan fasilitas bersama pada
satu tempat dan hanya dihubungkan dengan jalur pedestrian (jalan untuk pejalan kaki)
dan membuat sirkulasi kendaraan di bagian luar.

2) Di samping untuk melayani pasien, fasilitas sirkulasi ini juga dirancang untuk melayani
pengunjung, sehingga pencapaiannya dari arah luar dibuat mudah dikenal. Dengan
demikian, penyediaan fasilitas pelayanan yang bersifat komersial dapat dipakai sebagai
sumber pendapatan sekunder, guna memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi
operasional RS Kelas D Pratama.

c. Block Plan
Merancang block plan merupakan pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh
gambaran umum (makro) mengenai distribusi ruang ke dalam bentuk dan komposisi massa
bangunan dalam site RS Pratama. Secara makro, luas peruntukan, kelompok, dan
hubungan funsional ruang diplot ke dalam built up area (BUP) site RS Pratama.
Pengaturan (adjusment) dilakukan dengan mengikuti modul yang telah ditetapkan. Modul
63
ini ditentukan berdasarkan ukuran standar bahan yang akan dipakai, dengan maksud untuk
menekan terbuangnya bahan (waste materials) yang berlebihan.

Block plan dibuat untuk mengetahui, apakah keseluruhan sistem dalam perancangan telah
terakomodasi, dan seberapa besar penyimpangan yang terjadi antara konsep yang
dirumuskan dengan penerapannya ke dalam site sebagai wadah. Dengan block plan,
rancangan detail dari sistem dapat ditentukan dan dioptimalkan, misalnya di mana tangga
dan tanggul diperlukan, bagaimana pola pertamanan yang akan diterapkan, seberapa
banyak cut and fill yang harus dikerjakan, ke mana arah (jalur) drainage yang paling
efektif dan sebagainya.

Rancangan Block Plan RS Kelas D Pratama di Kecamatan Seririt secara grafis disajikan
pada Gambar 5 :

Gambar 5 : Rancangan Block Plan RS Kelas D Pratama

d. Struktur dan Bahan

RS Kelas D Pratama merupakan bangunan sederhana yang dibangun di atas site dengan
kondisi tanah yang relatif baik. Hal ini menyebabkan sistem struktur yang digunakan tidak
rumit, bahkan dapat dikatakan sangat sederhana. Di samping merupakan bangunan dengan
katagori kelas B, biaya konstruksi memang harus ditekan sampai pada batas yang paling
memadai, karena RS Kelas D Pratama bukan merupakan usaha yang berorientasi pada
perolehan keuntungan (non profit oriented). Artinya, antara kesanggupan calon pemakai

64
untuk membayar sewa harus berimbang dengan penyediaan fasilitas yang diberikan,
berimbang pula dengan tingkat pengembalian investasi, dan yang paling penting adalah
berlangsungnya operasional fungsi sesuai dengan tujuan pembangunannya.

RS Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan kesehatan dasar yang tidak membedakan kelas perawatan dalam upaya
menjamin peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan
upaya kesehatan perorangan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam,
pelayanan rawat jalan, dan rawat inap. Dari pengertian di atas, maka rancangan sosok
bangunan dapat dibuat lebih kecil dan sederhana, sehingga pemilihan sistem struktur yang
dipakai juga tidak menjadi rumit dan mahal.

Berdasarkan pada kriteria pemilihan sistem struktur bangunan, yaitu: 1) kekakuan; 2)


fleksibelitas ruang; 3) pengadaan bahan; 4) teknik pelaksanaan; dan 5) estetika, maka
konsep struktur dan bahan yang akan diterapkan pada bangunan RS Pratama adalah
sebagai berikut :

a) Sistem struktur bangunan yang paling tepat untuk bangunan RS Pratama adalah sistem
struktur rangka, karena dengan sistem struktur ini fleksibelitas dalam pengaturan ruang
dalam (interior) dapat dicapai secara optimal. Bukaan dinding untuk penerangan dan
ventilasi alami dapat dibuat secara leluasa.

b) Beton bertulang merupakan bahan struktur yang paling efektif digunakan, karena
memiliki umur keawetan (umur fungsional) relatif lebih lama, dibandingkan dengan
bahan struktur lainnya, asalkan metode dan teknik pengerjaannya sesuai dengan
persyaratan yang ada (SNI 2000 mengenai Beton Bertulang). Kelebihan lain yang
dimiliki oleh bahan struktur ini adalah :
 kekuatannya dapat dirancang sesuai dengan yang diinginkan;
 hampir tidak mengalami pelapukan oleh cuaca;
 pengadaannya sangat mudah (untuk di Bali);
 pengerjaannya mudah (untuk bentuk struktur bangunan RS Pratama yang sederhana)
sehingga tidak membutuhkan tenaga ahli khusus; dan
 mudah dalam pemeliharaan.

c) Untuk bahan rangka atap, ada tiga pilihan, yaitu beton bertulang, baja atau kayu.
Penentuan salah satu yang dipakai dapat dilakukan setelah mengadakan evaluasi secara

65
keseluruhan, volume, harga, keawetan, pengerjaan/pelaksanaan, pemeliharaan dari
bahan-bahan tersebut. Tetapi evaluasi tersebut tidak akan dibahas dalam analisis ini.

d) Penutup atap menggunakan bahan genteng lokal, bahan dinding dari batako (concrete
block) dan di beberapa bagian dapat digunakan partisi dari kayu dengan penutup asbes
semen atau plywood di-finishing dengan cat, kecuali dinding pada tempat yang selalu
basah (dapur, ruang cuci, kamar mandi/WC) menggunakan keramik/porselin (forceline).

e) Lapisan penutup lantai digunakan ubin keramik dari kelas yang lebih rendah asalkan
toleransi presisinya masih dapat dipenuhi. Pada dasarnya penentuan pemakaian bahan,
dapat dilakukan dengan mengadakan evaluasi terhadap alternatif bahan melalui
beberapa faktor yaitu :
 fungsi;
 umur/keawetan;
 kekuatan;
 pengerjaan;
 pengadaan; dan
 estetika.

e. Prasarana dan Utilitas


Bangunan RS Kelas D Pratama tidak menuntut adanya prasarana dan sistem utilitas
bangunan yang rumit, karena sifatnya yang sangat sederhana. Tetapi bagaimanapun sistem
dan jaringan instalasinya harus dikerjakan secara benar dan cermat sesuai peraturan yang
ada, untuk memudahkan operasional, dan menekan biaya pemeliharaan serta perbaikannya.
Bangunan RS Kelas D Pratama dilengkapi dengan prasarana dan sistem utilitas sebagai
berikut :
a) Sistem tata udara.
b) Sistem kelistrikan.
c) Sistem pencahayaan.
d) Sistem proteksi kebakaran.
e) Sistem komunikasi.
f) Sistem Gas Medik dan Vakum Medik.
g) Sistem sanitasi terdiri atas :
 Sistem air bersih dan air minum.
 Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.

66
 Sistem pembuangan kotoran dan sampah medis dan non medis.
h) Sistem pengendalian terhadap kebisingan.
i) Aksesibilitas penyandang cacat (disable).

f. Tampilan Bangunan
Sosok bangunan RS Kelas D Pratama harus tampil sebagai sebuah bangunan fasilitas
kesehatan pada umumnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
selaras dengan bangunan-bangunan yang telah ada di sekitarnya. Secara khusus, konsep
tampilan bangunan diarahkan sebagai berikut :
a) RS Kelas D Pratama tampil sebagai bagian komunitas fasilitas sosial di Kecamatan
Seririt, sehingga sosok bangunannya dibuat dengan menampilkan bentuk, proporsi,
skala, ornamen, dan dekorasi bangunan yang selaras, serasi, dan bernuansa yang sama
dengan bangunan di sekitarnya.

b) Bentuk bangunan dibuat sederhana, sebagaimana halnya bentuk bangunan tradisional


Bali. Bentuk dasar segi empat sangat tepat untuk mencapai kesederhanaan bentuk,
dengan berbagai variasi penataannya. Hampir semua bahan bangunan yang ada
(pabrikasi), mempunyai bentuk dasar segi empat, sehingga sangat sejalan dengan
pemakaian bahan. Bentuk furniture yang dipakai kebanyakan bentuk standar pabrikasi
yang hampir semuanya memiliki bentuk dasar segi empat. Sehingga ruang-dalam yang
terbentuk pun merupakan bentuk dasar segi empat. Dengan bentuk dasar yang persegi
empat, ruang terbuang (useless space) dapat diminimalkan.

c) Skala dan proporsi bangunan dibuat tidak mendominasi bangunan-bangunan yang telah
ada, karena RS Kelas D Pratama yang dibangun di Kecamatan Seririt merupakan
fasilitas sosial yang disediakan oleh negara/pemerintah. Ornamen dan dekorasi
ditampilkan secara sederhana, sehingga RS Kelas D Pratama tetap memiliki
karakteristik yang kuat, sebagai pencerminan arsitektur lokal.

g. Ruang Dalam
Penataan peralatan dan furniture, keleluasaan gerak pelaku aktifitas, serta kebutuhan
psikologis pelaku baik mengenani kenyamanan maupun keamanan, akan membentuk ruang
dalam secara optimal. Untuk itu, konsep ruang dalam RS Kelas D Pratama ditetapkan
sebagai berikut :

67
a) Fleksibelitas penataan peralatan/furniture diberikan untuk menciptakan variasi agar
tidak membosankan. Hal ini sangat perlu diperhatikan, walaupun pemakai menempati
ruangan hanya sementara. Variasi dapat memberikan kesegaran, meningkatkan kinerja
pemakai dalam melaksanakan tugasnya atau dapat memberikan sugesti bagi pasien
untuk dapat lebih cepat sembuh. Dengan demikian, penataan ruang dalam juga dapat
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan rumah sakit.

b) Penyekat ruang (partisi) pada bagian ruang yang memungkinkan, dapat dibuat dengan
partisi rangka kayu yang ditutup plywood atau calsiboard. Ini dapat dilakukan pada
ruang-ruang tertentu, dengan maksud untuk mengurangi biaya sehingga dapat menekan
biaya stuktur bangunan.

c) Pemakaian bentuk furniture dan warna disesuaikan dengan fungsi bangunan (ruang),
dan cenderung memakai bentuk-bentuk dan warna yang berkesan ringan dan sesuai
dengan standar rumah sakit. Hal ini dimaksudkan karena bentuk dan warna dapat
berpengaruh secara psikologis terhadap pemakai serta warna juga dapat memberikan
rangsangan tertentu terhadap kondisi emosional pemakainya.

h. Ruang Luar (Landscaping)


Keberhasilan rancangan dan pemeliharaan pertamanan (landscaping) RS Kelas D Pratama
akan dapat dijadikan kebanggaan bagi mereka yang tinggal di dalamnya. Kebanggaan
pemakai yang tinggal di RS Kelas D Pratama merupakan media yang paling potensial
untuk mempromosikan dan menarik pasien lain untuk berobat. Kebanggaan ini akan terus
terpelihara, bila di dalam RS Kelas D Pratama terwujud komunikasi dan interaksi sosial
yang positif antar pemakai, sehingga dapat memacu peningkatan prestasi pelayanan
kesehatan yang diberikan.

Untuk mencapai tujuan di atas, maka pertamanan RS Kelas D Pratama dirancang dengan
mempertimbangkan kondisi alam setempat, karakteristik perilaku kegiatan terutama
pasien yang sangat membutuhkan kesegaran dan keindahan lingkungan. Penyediaan
fasilitas tempat untuk menunggu dari keluarga pasien sesuai dengan sistem kekerabatan
yang berkembang di masyarakat setempat, sehingga perlu disediakan ruang tunggu untuk
kelompok-kelompok kecil (2 sampai 6 orang) dan ditempatkan pada ruang terbuka yang
teduh.

68
i. Schematic Design
Rencana penataan RS Kelas D Pratama akan menampilkan gambar sketsa (schematic
design) berupa gambar lay out plan (Gambar 6.3). Gambar tersebut merupakan salah satu
alternatif, yang ditransformasikan dari rumusan konsep penataan, dipakai sebagai acuan
dalam membuat perhitungan estimasi biaya RS Kelas D Pratama.

Gambar 6 : Rancangan Lay Out Plan RS Kelas D Pratama

6.1. Kelayakan Ekonomi


1) Rencana Investasi dan Sumber Dana
Pembahasan mengenai rencana investasi, menyangkut keseluruhan biaya yang dibutuhkan
untuk pembangunan RS Kelas D Pratama sampai siap operasi, tetapi tidak termasuk biaya
pembelian lahan. Yang termasuk dalam perhitungan estimasi biaya RS Kelas D Pratama
yaitu : 1) biaya konstruksi, yang terdiri dari biaya struktur dan finishing, dan biaya utilitas
(MEP); 2) biaya pertamanan (landscaping), termasuk pedestrian way; 3) biaya furniture
(peralatan/ perlengkapan operasional fungsi ruang); 4) biaya pengelolaan proyek; 5) biaya
perencanaan/konsultan, perijinan, dan pajak.

a. Dasar Perhitungan dan Acuan yang Dipakai


1) Besarnya biaya tiap M2 luas lantai bangunan akan diambil dari biaya standar
bangunan gedung negara, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor 45/PRT/2007 tentang “Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara” dan standar harga bangunan sesuai dengan SEB (Surat
Edaran Bersama) Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran, Deptartemen
Keuangan Nomor : 654/D.VI/02/1998, SE – 36/A/21/0298 tanggal 10 Pebruari 1998.
69
2) Estimasi perhitungan biaya bangunan RS Kelas D Pratama akan memperhitungkan
tingkat inflasi dan suku bunga Bank sebagai patokan dasar yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan (kondisi harga bahan bangunan di Singaraja pada bulan Juni 2014),
khususnya kondisi harga kayu, semen dan besi untuk konstruksi.
3) Dari pengamatan di lapangan dan analisis terhadap komposisi kandungan bahan-
bahan tersebut (kayu, semen dan besi) pada bangunan yang sejenis, bangunan
katagori kelas C berlantai 1, dengan harga satuan per M 2 luas lantai adalah
Rp.4.041.844,- termasuk semua komponen biaya Sipil, Struktur, dan Arsitektur yang
terkait.
4) Dengan kenaikan harga masing-masing jenis bahan bangunan dan prosentase
kandungan bahan tersebut dalam bangunan, diperoleh kenaikan harga satuan
bangunan per M2 luas lantai, kurang lebih sebesar 12% / tahun dari harga pada tahun
2013 pada bulan yang sama. Hasil perhitungan tersebut dipakai sebagai dasar
perhitungan estimasi biaya RS Kelas D Pratama.

b. Kebutuhan Biaya
1) Biaya Lahan
Adalah biaya yang dibutuhkan untuk pematangan lahan, di mana pada rencana
proyek ini ditaksir sekitar Rp. 72.500 per M2 termasuk pengurugan setinggi satu
meter, sehingga total biaya yang dibutuhkan lebih kurang Rp 808.755.509,-
2) Biaya Studi Kelayakan
Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membuat Studi Kelayakan sangat tergamtung
dari identifikasi proyek, tingkat kerumitan/ kompleksitas proyek dan kesediaan
sumber daya manusia. Dalam hal ini biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan studi
kelayakan lebih kurang sebesar Rp. 164.481.650,-
3) Biaya Desain
Yang termasuk dalam biaya desain adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk
membuat desain, termasuk site plan, desain arsitektur, desain sipil dan struktur,
desain mekanikal, elektrikal dan plumbing, jaringan data dan lainnya, termasuk
semua perhitungan dan pembuatan spesifikasi dari masing-masing desain yang
bersangkutan. Tergantung dari tingkat kerumitan dan kompleksitasnya, secara
keseluruhan biaya desain untuk rencana RS Kelas D Pratama ini diasumsikan sebesar
Rp. 394.605.121,-

70
4) Biaya Pelaksanaan Konstruksi
Adalah biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi yang secara umum
terdiri dari :
a) Biaya Persiapan dan Pelaksanaan Tender, Negosiasi dan Kontrak
Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan tender, negosiasi dan
pembuatan kontrak dengan pihak kontraktor pelaksana diperkirakan sebesar
Rp.16.161.302,-
b) Biaya Struktur dan Arsitektur
Harga per M2 bangunan RS Kelas D Pratama (dengan katagori gedung negara
kelas C - sederhana) untuk pekerjaan struktur dan finishing diasumsikan
berdasarkan perhitungan kenaikan harga sebesar 12% dari harga satuan bangunan
pada tahun 2013 adalah seperti pada Tabel 20.
Tabel 20 : Perhitungan Biaya Struktur dan Arsitektur

Jumlah Luasan Harga Jumlah Harga


No Jenis Ruang
Ruang (M²) Satuan/M² (Rp)
RUANG PERAWATAN/
I
RUANG UTAMA
1 Ruang Perawatan I (1) 7 320.60 4,250,000 1,362,550,000
2 Ruang Perawatan I (2) 1 91.60 4,250,000 389,300,000
3 Pol Penyakit Menular 1 39.00 4,250,000 165,750,000
4 Pol Gigi 1 42.00 4,250,000 178,500,000
5 Pol Gizi 1 42.00 4,250,000 178,500,000
6 Pol THT 1 42.00 4,250,000 178,500,000
7 Pol Anak 2 84.00 4,250,000 357,000,000
8 Pol Umum 1 42.00 4,250,000 178,500,000
9 Pol Penyakit Dalam 1 35.00 4,250,000 148,750,000
Pol Kebidanan &
10 4,250,000 148,750,000
Vaksinasi 1 35.00
11 Ruang PMI 1 22.50 4,250,000 95,625,000
12 Ruang Rekam Medik 1 22.50 4,250,000 95,625,000
13 Ruang Deservasi 1 45.50 4,250,000 193,375,000
16 Ruang Obgyn 1 30.80 4,250,000 130,900,000
17 Ruang Rebusitasi 1 15.00 4,250,000 63,750,000
18 - Ruang Radiologi 1 28.60 4,250,000 121,550,000
Ruang Ganti (Ruang
- 4,250,000 26,775,000
Radiologi) 1 6.30
19 - Ruang OP 1 35.00 4,250,000 148,750,000
- Ruang Scrub 1 6.00 4,250,000 25,500,000
- Ruang Ganti (OP) 1 4.00 4,250,000 17,000,000
- Ruang PreOP 1 18.00 4,250,000 76,500,000
- Area Steril 1 17.50 4,250,000 74,375,000
20 Ruang USG 1 20.25 4,250,000 86,062,500
21 Ruang Tindakan 1 45.00 4,250,000 191,250,000
22 Ruang Triage 1 28.00 4,250,000 119,000,000
23 Apotik 1 12.50 4,250,000 53,125,000
24 Ruang Obat 1 6.80 4,250,000 28,900,000
25 Ruang Rekam Medik 1 10.00 4,250,000 42,500,000
26 Ruang Mayat 1 22.50 3,500,000 78,750,000

71
27 Ruang Tunggu (1) 1 18.00 3,500,000 63,000,000
Ruang Tunggu (2) 1 31.50 3,500,000 110,250,000
Jumlah 1,219.45 5,128,662,500
RUANG STAFF &
II
PARAMEDIS
28 Ruang Direktur 1 44.20 4,150,000 183,430,000
29 Ruang Dokter 1 21.30 4,150,000 88,395,000
30 Ruang Pertemuan Dokter 1 12.25 4,150,000 50,837,500
31 Ruang Jaga Dokter (1) 1 12.25 4,150,000 50,837,500
32 Ruang Jaga Dokter (2) 1 21.75 4,150,000 90,262,500
33 Ruang Jaga Perawat (1) 1 24.80 4,150,000 102,920,000
34 Ruang Jaga Perawat (2) 1 21.75 4,150,000 90,262,500
35 - Nurse Station (1) 1 21.00 4,150,000 87,150,000
- Nurse Station (2) 1 8.00 4,150,000 33,200,000
36 Ruang Staff 1 44.20 4,150,000 183,430,000
37 Ruang Gas Medis 1 15.75 4,150,000 65,362,500
38 - Ruang CS (1) 1 7.88 4,150,000 32,681,250
- Ruang CS (2) 1 8.75 4,150,000 36,312,500
39 Ruang Persiapan 1 49.00 4,150,000 203,350,000
40 - Ruang Operator (1) 1 10.00 4,150,000 41,500,000
- Ruang Operator (2) 1 18.00 4,150,000 74,700,000
41 - Ruang Pendaftaran (1) 1 6.25 4,150,000 25,937,500
- Ruang Pendaftaran (2) 1 10.20 4,150,000 42,330,000
Ruang Pendaftaran &
- 1 9.80 4,150,000 40,670,000
Pembayaran (3)
42 Ruang Gelap 1 6.25 3,750,000 23,437,500
43 Ambulance Driver Station 1 12.90 3,750,000 48,375,000
Kantin Dokter &
44 1 31.50 3,750,000 118,125,000
Paramedis
45 Dapur Kantin 1 17.50 3,750,000 65,625,000
46 Ruang Satpam 1 3.00 3,750,000 11,250,000
47 Ruang Racik Obat 1 6.25 4,150,000 25,937,500
Jumlah 444.53 1,816,318,750

III RUANG SERVIS (INDOOR)


48 Ruang Linen 1 13.50 3,750,000 50,625,000
49 Gudang Linen 1 11.25 3,750,000 42,187,500
50 - Gudang Alat (1) 1 9.00 3,750,000 33,750,000
- Gudang Alat (2) 1 8.75 3,750,000 32,812,500
51 - Spoel Hock (1) 1 8.75 3,750,000 32,812,500
- Spoel Hock (2) 1 9.00 3,750,000 33,750,000
52 - Gudang Obat (1) 1 5.00 3,750,000 18,750,000
- Gudang Obat (2) 1 17.50 3,750,000 65,625,000
- Gudang Obat (3) 1 13.75 3,750,000 51,562,500
53 Locker 1 16.10 4,500,000 72,450,000
54 Pantry 1 8.40 4,000,000 33,600,000
TOILET PASIEN
55 Toilet Pasien Wanita (1) 2 11.90 4,500,000 53,550,000
56 Toilet Pasien Pria (2) 2 16.90 4,500,000 76,050,000
57 Toilet Pasien (3) 1 10.00 4,500,000 45,000,000
58 Toilet Pasien (4) 2 5.94 4,500,000 26,730,000
59 Toilet Rg Obgyn 1 3.20 4,500,000 14,400,000
60 Toilet (Rg Radiologi) 1 3.60 4,500,000 16,200,000
TOILET STAFF
61 Toilet Rg Pendaftaran 1 3.00 4,500,000 13,500,000
62 - Toilet Rg Perawatan (1) 7 3.20 4,500,000 14,400,000

72
- Toilet Rg Perawatan (2) 2 6.40 4,500,000 28,800,000
63 - Toilet Rg Jaga Perawat (1) 1 3.20 4,500,000 14,400,000
- Toilet Rg Jaga Perawat (2) 1 3.00 4,500,000 13,500,000
64 Toilet (Rg Staff) 1 4.80 4,500,000 21,600,000
65 Toilet (Rg Direktur) 1 4.80 4,500,000 21,600,000
66 Toilet (Rg Dokter) 1 3.20 4,500,000 14,400,000
67 Toilet Rg Jaga Dokter 1 3.00 4,500,000 13,500,000
68 Toilet Ambulance Driver 1 3.60 4,500,000 16,200,000
69 Toilet (Rg Linen) 2 18.00 4,500,000 81,000,000
70 Ruang Sirkulasi Dalam 390.20 4,000,000 1,560,800,000
71 Ruang Hijau di Dalam 3 562.70 200,000 112,540,000
72 Ruang Servis 8 273.00 3,000,000 819,000,000
Jumlah 891.94 3,445,095,000

IV RUANG LUAR
73 Tempat Suci (1) 1 35.00 3,500,000 122,500,000
74 Tempat Suci (2) 1 10.50 3,500,000 36,750,000
75 Ambulance Station 1 64.25 3,500,000 224,875,000
76 Parkir 1,013.70 425,000 430,822,500
77 Ruang Luar 9,578.85 164,651 1,577,169,805
Jumlah 109.75 384,125,000
TOTAL RUANG
DALAM : 2,666 10,774,201,250
TOTAL RUANG LUAR
: 11,155.25 2,120,532,305
Biaya Rata-rata per M²
Luas Site 11,155.25 (Pekerjaan Sipil, Arsitektur &
Struktur) : Rp. 4,041,844

Dengan total ruang dalam seluas 2666 M2 dan biaya pekerjaan sipil, struktur dan
arsitektur sebesar Rp.10.774.201.250,- maka diperoleh biaya rata-rata tiap 1M2
luas bangunan adalah sebesar Rp.4.041.844,-

c) Biaya Jaringan Utilitas, Peralatan dan Perlengkapan


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
45/PRT/2007, biaya jaringan, peralatan dan perlengkapan utilitas untuk bangunan
kelas C, diasumsikan 25% dari biaya struktur dan finishing, sehingga menjadi
sebesar : 0,25 x Rp. 10.774.201.250,- = Rp. 2.693.550.313,-

d) Biaya Pertamanan (Landscaping)


Penataan landscaping baik berupa perkerasan (hardscape) maupun pertamanan
(softscape) direncanakan pada seluruh areal rumah sakit. Oleh karena pertamanan
(landscaping) tidak memerlukan tanaman yang bernilai mahal dan sebagian besar
memanfaatkan tanaman lokal, maka biaya landscape, penataan pedestrian dan
areal parkir, diasumsikan sebesar 12.5% dari biaya pekerjaan struktur dan
arsitektur yaitu sebesar Rp.1.346.775.156,-

73
e) Biaya Perlengkapan Interior (Furniture)
Biaya perlengkapan (furniture) dapat dimasukan sebagai biaya modal operasional.
Akan tetapi dalam hal ini biaya furniture diperhitungkan sebagai investasi,
walaupun bukan merupakan biaya konstruksi (construction cost).
Biaya furniture diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan operasional fungsi. Jenis
dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan untuk setiap ruang. Sesuai dengan
estimasi perhitungan biaya furniture yang dibuat, diperoleh jumlah biaya untuk
furniture adalah kurang lebih 9 % dari biaya untuk pekerjaan struktur dan
arsitektur, yaitu sebesar : Rp. 969.678.113,-
Biaya di atas sudah termasuk perlengkapan seperti kain tirai jendela, kelengkapan
tempat tidur dan perlengkapan lainnya.

f) Biaya Pekerjaan Tambah Kurang


Adalah sebagai antisipasi pengeluaran biaya akibat perubahan desain dan atau
adanya kondisi yang tidak dapat diduga, sehingga mengakibatkan terjadinya
perubahan desain baik bentuk, material maupun kualitas. Untuk mengantisipasi
hal ini, maka perlu disiapkan biaya tambahan yang besarnya lebih kurang aebesar
2% atau sebesar Rp. 215.484.025.

g) Biaya Test dan Comisioning


Semua peralatan yang dipakai harus diuji coba (test & commisioning) untuk
mengetahui kinerja dari peralatan yang dipasang, dan harus di tes sampai pada
batas maksimum beban operasionalnya, terutama pada komponen mekanikal,
elektrikal dan pemipaan. Untuk itu dibutuhkan biaya yang besarnya lebih kurang
0.5% dari biaya untuk komponen MEP atau sama dengan Rp 53.871.006,-

h) Biaya Pengawasan dan/atau Manajemen Konstruksi (MK)


Untuk mendapatkan kualitas bangunan seperti yang diharapkan, baik seperti
bagaimana yang tertera dalam gambar/desain maupun sebagaimana disyaratkan
dalam spesifikasi, maka diperlukan biaya untuk menyewa pengawasan
Manajemen Konstruksi (MK) yang nilainya diasumsikan sebesar 2.5% dari biaya
konstruksi yaitu sebesar Rp. 394.605.121,-

74
5) Biaya Operasional Tahun Pertama
a) Biaya Pengadaan Alat Kesehatan/Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sebagaimana diketahui biaya untuk peralatan, sarana dan prasarana RS Kelas D
Pratama sudah ditentukan oleh peraturan tentang sarana dan prasarana yang
ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini juga tergantung dari model, jenis, dan
kapasitas pelayanan yang akan diberikan kepada pemakai, dalam hal ini adalah
masyarkat di wilayah Kabupaten Buleleng secara umum dan Kecamatan Seririt
khususnya.

Analisis kebutuhan jenis, jumlah, dan luasan ruang telah diuraikan pada Tabel
5.8. Demikian juga kebutuhan jenis peralatan pendukung dan penunjang kegiatan
operasional rumah sakit telah dijelaskan pada Tabel 5.9 sampai dengan Tabel
5.15. Berdasarkan analisis tersebut, maka kebutuhan biaya pengadaan alat
kesehatan/sarana dan prasarana kesehatan RS Kelas D Pratama diperkirakan
sebesar Rp. 2.424.195.281,-

b) Biaya Pelatihan (Training) dan Pemasaran/Promosi


Untuk memperoleh kinerja yang optimal dalam pelayanan rumah sakit, semua
komponen yang menjalankan sistem pelayanan harus dilatih (training) terlebih
dahulu, sehingga diperoleh tenaga operasional yang dapat menjalankan tugas
secara profesional. Untuk itu dibutuhkan biaya lebih kurang 5% dari biaya
konstruksi atau sebesar Rp. 789.210.242,-

c) Biaya Manajemen Pengelolaan Awal (6 sampai 12 bulan)


Biaya operasional tahun pertama juga harus diperhitungkan sesuai dengan
kapasitas pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat, yang
jumlahnya lebih kurang sebesar 10% dari biaya konstruksi atau sebesar
Rp.1.578.420.483,-

6) Biaya Lain-Lain
a) Biaya Perijinan
Biaya perijinan terdiri dari : ijin lokasi dan ijin prinsip, ijin mendirikan bangunan,
ijin mengoperasikan peralatan, dan ijin operasional bangunan. Keseluruhan biaya
perijinan ini diperkirakan sebesar 3% dari biaya konstruksi bangunan, yang
besarnya lebih kurang Rp. 404.032.547,-

75
b) Biaya Pajak
Biaya pajak dan biaya retribusi lainnya diperhitungkan sebagi beban modal, yang
diasumsikan sebesar Rp. 2,622,352,276,-

c) Biaya Darurat (Contingencies)


Biaya tak terduga juga diperhitungkan dalam membuat estimasi investasi, yang
pada proyek RS Kelas D Pratama ini diasumsikan sebesar Rp. 67,338,758,-

7) Biaya Keseluruhan Proyek


Total biaya RS Pratama sampai siap untuk beroperasi termasuk PPN 10% adalah
Rp. 25.717.718.152,-. Tetapi jika ada salah satu fasilitas kelengkapan yang
dikurangi, akan terjadi beberapa alternatif biaya RS Kelas D Pratama. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai besarnya investasi yang
diperlukan, serta seberapa besar pendapatan yang diperlukan untuk
pengembaliannya, terkait dengan penentuan besarnya biaya rawat inap serta ruang-
ruang pelayanan lainnya, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi
(pendapatan) pada RS Kelas D Pratama yang dibebankan kepada masyarakat, atau
yang harus disubsidi oleh Pemerintah.
Dari dana yang terhitung di atas, maka diharapkan tidak sepenuhnya diperoleh dari
Pemkab Buleleng melalui ABPD, juga diharapkan dapat diperoleh dari dana
pinjaman bank pemerintah. Dengan demikian, besarnya investasi dapat diasumsikan
mempunyai komposisi 81,28% loan (dana pinjaman) dan 18,72% equity (dana
pemilik) dengan interest rate 12% dan roe 15%. Untuk menghitung besarnya
pendapatan rumah sakit yang direncanakan agar dapat beroperasi dengan layak,
maka akan diperhitungkan nilai investasi pada akhir konstruksi atau pada awal tahun
kedua, dengan asumsi lama waktu pelaksanaan konstruksi proyek tidak lebih dari 1
(satu) tahun. Dengan demikian, besarnya investasi yang diperhitungkan sebagai dasar
perhitungan pengembalian investasi adalah nilai investasi pada akhir pelaksanaan
konstruksi atau pada awal operasional RS Kelas D Pratama. Sehingga besarnya
investasi yang diperhitungkan untuk pengembaliannya menjadi Rp. 29.118.807.983,-
sesuai dengan periode dan waktu pencairannya, serta interest rate dan DR on Equity
yang diperhitungkan (tabel terlampir).

76
c. Proyeksi Pendapatan dan Biaya
Perhitungan proyeksi pendapatan yang diharapkan berbasis pada beberapa hal penting
yaitu :

1) Luas efektif properti, yaitu luas ruang yang bisa memperoleh pendapatan, misalnya
ruang rawat inap, poliklinik dan ruang lainnya serta perbandingannya dengan luas
keseluruhan bangunan (proyek) beserta semua equipment dan requirment sehingga
proyek dapat beroperasi secara sempurna sesuai dengan yang diharapkan
2) Komposisi modal antara modal sendiri (equity) dan modal dari pinjaman (loan)
berikut DRE (Discout Rate of Equity) dan suku bunga pinjaman (interest rate).
3) Lama waktu dikonstruksi (pelaksanaan pembangunannya), berkaitan dengan waktu
mulai proyek beroperasi, semakin cepat semakin baik karena investasi yang ditanam
tidak membengkak sesuai dengan DRC (Dicount Rate of Capital).
4) Umur efektif properti (proyek) yang diperhitungkan.
5) Periode pencairan investasi, yang juga berpengaruh besar terhadap perhitungan
pendapatan yang diharapkan.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, akan diperoleh hasil perhitungan dengan matrik
seperti terlihat pada Gambar 7.

PENDEKATAN HARAPAN PENDAPATAN RS PRATAMA


Diasumsikan Pinjaman selama 20 th dengan pengembalian diangsur selama 228 bulan
Luas lahan 11,155 M2
Luas Lantai Dasar Bangunan yang diijinkan (KDB
=60%) 4,462 M2
Luas Lantai Bangunan 2,666 M2
Luas lantai efektif (yang diharapkan memperoleh
pendapatan) 980 M2
Biaya (Rp) per M2 luas bangunan (Pek. Sipil &
Arst) 4,041,844 /M2
Asumsi Terdiri dari 4 tipe ruang Efektif :
42 Klinik 1 = 9 Jumlah Luas (M2) = 378
49 R Pwatan = 10 Jumlah Luas (M2) = 490
49 R persiapan = 1 Jumlah Luas (M2) = 49
63 R Lain = 1 Jumlah Luas (M2) = 63
Luas lantai disewakan (M2)
(fasilitas hunian saja) = 980
Pendekatan harga sewa/unit kamar dicari dari besarnya investasi yang dibutuhkan/unit kamar, dengan
membagi jumlah total investasi dengan luas yang disewakan dikalikan luas unit kamar :
----> dianggap Investasi per tipe kamar.
Diperoleh investasi per M2 luas lantai yang
memperoleh pendapatan (Rp) = 26,242,570

Investasi untuk :
Klinik 1 = 1,102,187,921
R Perawatan = 1,285,885,908
R persiapan = 1,285,885,908
R Lain = 1,653,281,881
Dicari Harga pengembalian Annual (PMT) dengan rumus pengembalian modal :
Biaya keseluruhan Property pada akhir thn I (setelah masa konstruksi) Rp.
(termasuk pajak dan lain-lain) = 29,118,807,983 29,118,807,983

Investasi Harga satuan bangunan/M2


menjadi (Rp) ----> = 29,713,069

77
Shg Investasi utk: Klinik 1 = 1,247,948,914
R Perawatan = 1,455,940,399 641,027,747
R persiapan = 1,455,940,399
R Lain = 1,871,923,370
PMT Capital dengan ROC = 12.56% 639,949,853
Komposisi modal pada akhir tahun I : (diperhitungkan dari nilai investasi pada akhir tahun I)
Loan (dengan bunga/interest) 12.00% = 81.28% 23,536,885,434 228 PMT(angs/bln) 499,863,682
Modal sendiri (dgn rate of Pendpt
equity (ROE )) 15.00% = 18.72% 5,581,922,549 228 Equity/bln 141,164,065

Kapasitas TT RS Pratama direncanakan = 60


Terdiri dari tipe : Luas/unit (M2) Jumlah unit
42 Klinik 1 42 = 9 Jumlah Luas (M2) = 378
49 R Perawatan 49 = 10 Jumlah Luas (M2) = 490
49 R persiapan 49 = 1 Jumlah Luas (M2) = 49
63 R Lain 63 = 1 Jumlah Luas (M2) = 63
Luas lantai yang memperoleh Pendapatan (M2)
(Ruang Efektif saja) = 980
Pendekatan harga sewa/unit kamar dicari dari besarnya investasi yang dibutuhkan/unit kamar, dengan
membagi jumlah total investasi dengan luas yang disewakan dikalikan luas unit kamar :
----> dianggap Investasi per tipe kamar.
Diperoleh investasi per M2 luas lantai yang
disewakan (Rp) = 29,713,069 Harapan Pendapatan/Hari/Ruang
pada titik impas (BEP)
Investasi untuk satu unit : Harapan Pendapatan/Hari/Ruang terdiri dari
Klinik 1 1,247,948,914 914,214 8 jenis 476,459
R Pwatan 1,455,940,399 1,066,583 @ 7 TT 555,869
R persiapan/
R tindakan, dll 1,455,940,399 1,066,583 R Operasi 555,869
R Lain 1,871,923,370 1,371,321 dll 714,688

Gambar 7 : Matrik Perhitungan Proyeksi Pendapatan dan Biaya RS Kelas D Pratama


Sumber : Hasil Analisis (2015)

Dengan memperhitungkan anual pengembalian modal sebesar Rp 639.949.853,- maka


diperoleh asumsi besarnya harapan pendapatan untuk setiap ruang efektif adalah
sebagai berikut :

1) Klinik sebesar Rp. 914.214,- pada kondisi normal, dan Rp. 476.459,- pada kondisi
BEP. Jika menggunakan standar tarif yang tercantum pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013, tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
yaitu antara Rp. 8.000,- sampai dengan Rp. 10.000,- maka masing-masing klinik
harus dapat melayani paling sedikit 48 orang dalam sehari.

2) Ruang Rawat Inap Rp. 1.066.583,- pada kondisi normal dan Rp. 555.869,-pada
kondisi BEP, sehingga jika setiap Ruang Rawat Inap berkapasitas 7 (tujuh) tempat
tidur (TT), maka untuk setiap TT hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp.
79.410,-. Jadi masih berada di bawah standar tarif yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 yang besarnya Rp.
100.000,- per hari.

78
3) Ruang Persiapan/Tindakan diasumsikan sama dengan di atas yaitu sebesar Rp.
1.066.583,- pada kondisi normal dan Rp. . 555.869,- pada kondisi BEP. Biaya yang
dibebankan kepada masyarakat pada penanganan di ruang tindakan (emergency,
operasi dan ruang lainnya) biasanya sangat beragam, sehingga tidak dapat diprediksi.
Tetapi dalam operasionalnya diharapkan ruang-ruang ini dapat memberikan
kontribusi pengembalian investasi sebesar Rp. 1.066.583,- ditambah Rp. 1.371.321,-
setiap hari. Jika mengacu pada standar tarif yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 yang rata-rata tarifnya sebesar
Rp. 200.000,- (pada pelayanan kesehatan kebidanan dan neonatal), maka Ruang
Persiapan/Tindakan diharapkan dapat melayani setidaknya 12 orang pasien setiap
hari.

d. Proyeksi Cash Flow


Untuk membuat proyeksi Cash Flow pada studi kelayakan ekonomi RS Kelas D
Pratama ini akan digunakan metode yang paling banyak dipakai saat ini yaitu metode
"Discounted Cash Flow", yang memanfaatkan rumus-rumus yang ada dengan
menentukan asumsi-asumsi yang berdasarkan pada data hasil survey serta analisis yang
dibuat. Aspek yang harus ditinjau dalam membuat proyeksi cash flow adalah seperti
terlihat pada Tabel 21 di bawah.

Tabel 21 : Aspek yang Ditinjau dalam Analisis Cash Flow


URAIAN ASUMSI KENAIKAN
+ Pendapatan dari RS Pratama Naik 5% per tahun
+ Pendapatan pelayanan lain-lain : Naik 5% per tahun
(kantin, foto copy, apotik, dll)
= Jumlah pendapatan kotor

- Vacancy dan pengeluaran lain-lain (5%) Naik 5% per tahun


= Pendapatan efektif

- Biaya operasional (10% x JPK=jml pend kotor) Naik 5% per tahun


= Pendapatan bersih

- Tambahan modal (untuk perbaikan) 10% tiap 5 tahun (simultan)


- Modal awal
- Pengembalian pinjaman (angsuran)
= Cash flow sebelum pajak
/ Tingkat pengembalian modal (DR) 12.56%
= Discounted Cash Flow (DCF)

79
Berdasarkan Tabel 21 di atas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut, yaitu :
 Pendapatan RS Kelas D Pratama adalah pendapatan setiap hari dari semua pelayanan
yang diberikan (pada ruang efektif) yang telah diutarakan di atas, dijumlahkan dalam
satu tahun. Dari penjumlahan ini diperoleh pendapatan sebesar Rp. 7.679.398.234,-
yang diasumsikan akan naik sebesar 5% dalam setahun secara simultan.
 Jumlah pendapatan yang diperoleh dari pelayanan jasa dan perdagangan (kantin, foto
copy, apotik, dll) diasumsikan sebesar Rp. 420.000,- per hari, sehingga dalam satu
tahun berjumlah Rp. 153.300.000,- yang juga diasumsikan akan naik sebesar 5% dalam
setahun secara simultan.
 Vacancy dan pengeluaran lain-lain adalah sebesar 5% dari pendapatan kotor, yang
juga diasumsikan naik 5% setahun secara simultan.
 Biaya operasional diasumsikan sebesar 10% dari pendapatan kotor, yang juga
diasumsikan naik secara simultan sebesar 5% setiap tahun.
 Tambahan modal, juga diperlukan setiap 5 tahun untuk biaya perbaikan/
pemeliharaan/penggantian, yang besarnya diasumsikan 10% dari besarnya investasi
dan naik 10% setiap 5 tahun secara simultan.

Dengan metode matrik yang dibuat (terlampir) dapat disajikan proyeksi cash flow yang
diinginkan dengan tingkat pengembalian modal (DRC) sebesar 12,56%. Metode ini juga
dapat dengan cepat memperlihatkan besarnya nilai dari Break Event Point (BEP), Internal
Rate of Return (IRR), dan Net Present Value (NPV).

e. Nilai Break Event Point (BEP)


Sebagaimana telah disampaikan di atas, maka dengan metode matrik (terlampir) yang
dipakai, diperoleh nilai Break Event Point (BEP) pada jumlah pendapatan sebesar 52,12%
dari pendapatan normal atau sama dengan Rp. 4.002.255.553,- ditambah pendapatan lain-
lain sebesar Rp. 153.300.000,- atau sama dengan Rp. 4.155.555.553,- setahun.

Dengan nilai BEP pada 52,12% ini diperoleh besarnya Net Present Value (NPV) = 0; nilai
Internal Rate of Return (IRR) = 12,56% sama dengan DR/DRC (Discount Rate of Capital);
dan Benefit Cost Ratio (BCR) = 1, yaitu jumlah pendapatan dibagi 1+i atau DRC secara
simultan.

n
Bt
t-0 (1+i) t
BCR =
C

80
f. Nilai Internal Rate of Return (IRR)
Besarnya nilai Internal Rate of Return (IRR) yang secara umum dibuat dengan rumus :
NPV
i
IRR = 1 +
NPV1 - NPV2

Pada analisis discounted cash flow yang dibuat, dengan aspek-aspek dan nilai yang
disebutkan di atas, dapat memperlihatkan besarnya nilai Internal Rate of Return (IRR)
dalam kondisi normal adalah sebesar 25,898%, yang jauh lebih besar dari DR/DRC yang
besarnya hanya 12,56%, sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini dinyatakan sangat
"layak" untuk dibangun.

g. Nilai Net Present Value (NPV)


Besarnya merupakan jumlah pendapatan setiap tahun yang dibagi dengan 1 ditambah
besarnya DR/DRC secara simultan selama tahun proyeksi dikurangi modal (investasi)
awal.
n
Bt - Ct
NPV =
t-1 (1+i) n-1

Dari perhitungan dengan memakai metode matrik discounted cash flow, diperoleh
besarnya Net Present Value (NPV) adalah sebesar Rp. 31.047.585.660,-. Dengan demikan,
besarnya Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 2,0662, sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini
juga dapat dinyatakan "layak" untuk dibangun.

81
Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan
Hasil analisis situasi dari aspek eksternal (kebijakan, demografi, geografi, sosial ekonomi,
sosial budaya) menunjukkan bahwa kondisinya sangat mendukung rencana pembangunan
RS Kelas D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Demikian juga dari aspek
internal (sarana kesehatan, pola penyakit dan epidemologi, teknologi,
SDM/ketenagakerjaan rumah sakit, organisasi, kinerja dan keuangan) menyatakan bahwa
rencana pembangunan RS Kelas D Pratama ini sangat dibutuhkan.

Analisis permintaan dari aspek lahan dan lokasi, menyatakan cukup strategis untuk
pembangunan RS Kelas D Pratama yang direncanakan menyediakan 60 Tempat Tidur
(TT) atau sebesar + 75% dari kebutuhan minimal 84 TT di Kecamatan Seririt tahun 2014.
Dari aspek teknis, lahan rencana lokasi pembangunan rumah sakit tidak dijumpai adanya
kendala, sehingga secara teknis pembangunan RS Kelas D Pratama ini layak untuk
dilanjutkan dengan mengikuti konsep dan rancangan rencana penataan site dan bangunan
yang telah dirumuskan. Untuk kebutuhan peralatan medis, SDM, serta organisasi dan
uraian tugas dijabarkan melalui pendekatan jenis pelayanan kesehatan dan jumlah TT yang
disediakan.

Berdasarkan metode matrik yang dipakai, diperoleh nilai Break Event Point (BEP) pada
jumlah pendapatan sebesar 52,12% dari pendapatan normal atau sama dengan Rp.
4.002.255.553,- ditambah pendapatan lain-lain sebesar Rp. 153.300.000,- atau sama
dengan Rp. 4.155.555.553,- setahun. Dengan nilai BEP pada 52,12% ini diperoleh
besarnya Net Present Value (NPV) = 0; nilai Internal Rate of Return (IRR) = 12,56%
sama dengan DR/DRC (Discount Rate of Capital); dan Benefit Cost Ratio (BCR) = 1, yaitu
jumlah pendapatan dibagi 1+i atau DRC secara simultan.

Pada analisis discounted cash flow yang dibuat, dapat memperlihatkan besarnya nilai
Internal Rate of Return (IRR) dalam kondisi normal adalah sebesar 25,898%, yang jauh
lebih besar dari DR/DRC yang besarnya hanya 12,56%, sehingga proyek RS Kelas D
Pratama ini dinyatakan sangat layak untuk dibangun.

Untuk nilai Net Present Value (NPV) besarnya merupakan jumlah pendapatan setiap tahun
yang dibagi dengan 1 ditambah besarnya DR/DRC secara simultan selama tahun proyeksi

82
dikurangi modal (investasi) awal. Dari perhitungan dengan memakai metode matrik
discounted cash flow, diperoleh besarnya Net Present Value (NPV) adalah sebesar Rp.
31.047.585.660,-. Dengan demikan, besarnya Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 2,0662,
sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini juga dapat dinyatakan layak untuk dibangun.

5.2. Saran
Untuk saat ini, RS Kelas D Pratama direncanakan menyediakan fasilitas dan kemampuan
pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan
pelayanan perawatan kelas 3 (tiga). Sejalan dengan perkembangan penduduk, ke depan
pelayanan rumah sakit ini perlu dikembangkan jangkauan pelayanannya untuk penduduk di
tiga wilayah kecamatan sekitar Seririt yaitu Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Busungbiu,
dan Kecamatan Banjar. Pelayanan kesehatan yang diberikan juga harus ditingkatkan
kuantitas dan kualitasnya, sehingga dapat menjalankan fungsi sosial dan menghasilkan
pendapatan (profit), agar mampu membiayai operasional rumah sakit secara
berkesinambungan. Untuk itu, beberapa saran yang dapat diajukan antara lain adalah :

 Pengembangan rumah sakit secara vertikal, yaitu penambahan jumlah lantai/lapis


(Koefisien Lantai Bangunan) bangunan secara maksimal sesuai ketentuan yang berlaku.
Konsekuensinya adalah desain RS Kelas D Pratama ini harus dirancang agar secara
teknis dapat dilakukan penambahan/ pembangunan ruang ke atas secara bertahap.

 Pengembangan rumah sakit secara horizontal, yaitu dengan menambah luas areal lahan
(site) RS Kelas D Pratama, mengingat lahan di sekitar rencana pembangunan rumah
sakit ini merupakan tanah milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali. Hal ini tentunya
membutuhkan komunikasi dan koordinasi yang baik antara Pemkab Buleleng dengan
Pemprov Bali, guna mendukung pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten
Buleleng.

83
Daftar Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng, Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng, Rencana Induk
Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2012), Buleleng Dalam Angka.
Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Profil Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2011.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2012, Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama.
Haryanto (2012), Pengertian Kesehatan.
Ka Robby https://karobby.wordpress.com/2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-
penelitian.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 228/MENKES/SK/III/2002,
tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang
Wajib Dilaksanakan Daerah.
Pemerintah Kabupaten Buleleng, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2025.
Pemerintah Kabupaten Buleleng, Draft Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Kabupaten Buleleng Tahun 2012-2017.
Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2013, tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/MENKES/PER/XI/ 2006,
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/ 2008,
tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/I/ 2010,
tentang Perijinan Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/ 2010,
tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013, tentang Kriteria
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang Tidak Diminati.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013, tentang Standar
Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 45/PRT/2007, tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota.

84
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013, tentang Jaminan
Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
World Health Organization (WHO) 1986, Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan.

85
Lampiran
Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.
b. Jenis Kelamin : L
c. NIP : 195312311986021004
d. Disiplin Ilmu : Arsitektur-Manajemen Konstruksi
e. Pangkat/Golongan : Penata / IIIc
f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor
g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik /Jurusan Arsitektur
h. Waktu penelitian : 16 jam/minggu

2. Anggota Peneliti :
a. Nama Lengkap : I Ketut Mudra, ST., MT.
b. Jenis Kelamin : L
c. NIP : 196811201995031001
d. Disiplin Ilmu : Arsitektur-Perancangan Kota
e. Pangkat/Golongan : Penata Tk. I / IIId
f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor
g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik /Jurusan Arsitektur
h. Waktu penelitian : 14 jam/minggu

3. Tenaga Laboran/Teknisi :
a. Nama Lengkap : Desak Made Sukma Widiyani, ST., MT.
b. Keahlian : Arsitek/Auto-Cad

4. Pekerja Lapangan/Pencacah : Made Ratna Witari, ST.

5. Tenaga Administrasi : Putu Yudhi Indra Nugraha

86

Anda mungkin juga menyukai