Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN PELAYANAN DI POLI MTBS

PUSKESMAS SUKAHAJI

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di satu wilayah
kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang difungsikan sebagai Gate Keeper dalam
pelayanan kesehatan, harus dapat memberikan jaminan terhadap penyelenggara pelayanan
kesehatan masyarakat dan perorangan yang paripurna, adil, merata, berkualitas dan memuaskan
masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Dalam rangka memberikan Pelayanan kesehatan yang bermutu , maka di Poli mtbs perlu
dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan khususnya pasien poli mtbs puskesmas
SUKAHAJI ,Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan poli mtbs
harus berdasarkan standar pelayanan poli MTBS Puskesmas Sukahaji.

B. TUJUAN
Sebagai bahan pedoman untuk melaksanakan kegiatan pelayanan di Poli MTBS pada
pasien anak usia 2 bulan -5 tahun, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang cepat
dan tepat dan memberikan kepuasan pada masyarakat.
C. SASARAN
1. Sasaran Populasi/Kasus - Bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan (MTBM) - Bayi/anak
umur 2 bulan sampai 5 tahun (MTBS)
2. Sasaran pelaksana Tenaga kesehatan unit rawat jalan di fasilitas kesehatan tingkat dasar
(puskesmas ) yaitu paramedis (perawat, bidan) serta dokter puskesmas.

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan Poli MTBS meliputi : Dimulai dari memanggil pasien sesuai
urutan antrian hingga pelaksanaan Mnajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada seluruh balita
sakit diwilayah kerja Puskesmas Sukahaji.
E. BATASAN OPERASIONAL
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Interited Management of Childhood
Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana
balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0 – 59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara
penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh
organisasi kesehatan dunia WHO ( World Health Organizations ) merupakan suatu bentuk
strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian,
kesakitan dan kecacatan bayi dan balita di negara-negara berkembang. Derajat kesehatan
merupakan pencerminan kesehatan perorangan, kelompok,maupun masyarakat yang
digambarkan dengan umur harapan hidup,
Mortalitas dan morbiditas dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup
pengertian yang luas. Yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga tercapai keadaan
kesehatan baik fisik, sosial dan mental.
Ada tiga komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu :
1. Komponen I : meningkatakan keterampialn petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
2. Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih
efektif
3. Komponen III ; memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit ( meningkatakan pemberdayaan
keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis
masyarakat )

F. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
5. Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.1691 tahun 2011 tentang keselamtan pasien
rumah sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Poli MTBS adalah :

No Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan


Formal
1 Penanggung Dokter Umum
Jawab Poli
MTBS
2 Koordinator Poli DIII Kebidanan
MTBS
3 Pelaksanan D III kebidanan
Kegiatan

B. JADWAL PELAYANAN
Jadwal pelayanan Poli MTBS Puskesms Sukahaji dilakukan setiap hari kerja , yaitu
Senin - Sabtu mulai pukul 07.30- 12.00 WIB.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG

WAST SAMPAH
AFEL MEDIS

L
SAMPAH
NON
MEDIS

LEMARI
ARSIP

TROLY
PENIMBANG
AN

MEJA ANAMNESA

B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas & Sarana
Poli MTBS berlokasi di lantai 1 gedung Puskesmas Sukahaji. Ruangan terdiri dari 1 (satu
) meja pemeriksaan dan mempunyai fasilitas air mengalir untuk cuci tangan.

Peralatan poli mtbs adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan di Poli MTBS :
1) Set Pemeriksaan Kesehatan Anak
a. Alat pengukur panjang bayi
b. Pengukur tinggi badan anak
c. Steteskop Pediatric
d. Termometer anak
e. Timbangan anak
f. Timbangan bayi
g. Otoscope
h. Spatula lidah
i. ARI timer
j. Meteran
k. Pen light

2) Bahan Habis Pakai


a. Kasa/ kapas
b. MAsker wajah
c. Sabun Tangan/ antiseptic
d. Sarung tangan non steril
3) Meubelair
a. Kursi kerja
b. Lemari arsip
c. Meja tulis 1/2 biro
4) Pencatatan dan Pelaporan
a. Buku register pelayanan
b. Formulir informed consent
c. Formulir rujukan
d. Form mtbs / mtbm
e. Kertas resep
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PELAYANAN POLI MTBS

1. Petugas Penanggung Jawab

Perawat/ bidan poli

2. Perangkat Kerja

a. Status Medis

b. Timbangan

c. Microtoa

d. Form MTBS/MTBM

3. Tata Laksana Pelayanan poli mtbs

a. Memanggil pasien sesuai nomer urut

b. Mengukur Berat Badan dan Tinggi badan

c. Melakukan anamnese dan mencatat di rekam medis

d. Pemeriksaan fisik dan vital sign pasien

e. Klasifikasi sesuai umur (< 5 tahun atau > 5 tahun)

f. Jika < 5 tahun klasifikasikan penyakit dan lakukan tindakan sesuai dengan buku

panduan MTBS/ MTBM Dan catat di form MTBS dan MTBM

g. Bila tidak diperlukan tindakan lainnya pasien diberi resep dan bisa langsung pulang

h. Pasien dianjurkan kontrol kembali sesuai dengan saran petugas.


B. TATA LAKSANA SISTEM RUJUKAN

1. Petugas Penanggung Jawab

a. Dokter

b. Perawat/ bidan

2. Perangkat Kerja

a. Formulir persetujuan tindakan

b. Formulir rujukan

3. Tata Laksana Sistim Rujukan

a. Rujukan luar gedung

Pasien/ keluarga pasien dijelaskan oleh petugas mengenai keadaan pasien untuk dirujuk ke rs

guna pemeriksaan lebih lanjut.

b. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan

laboratorium , bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed consent

2) Petugas mengisi formulir pemeriksaan dan diserahkan ke petugas laboratorium

c. Rujukan dalam gedung

1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan/ tindakan lanjutan

2) Bila keluarga setuju, jika rujukan perlu tidakan maka harus mengisi inform consent

3) Petugas mengisi formulir rujukan antar poli dan pasien diantar ke poli tujuan
BABV
LOGISTIK

A. Bahan dan obat


1. Parasetamol sirup 1
2. Parasetamol tablet
3. Vitamin A 200.000 iu
4. Vitamin A 100.000 iu
5. Oralit
6. Gelas
7. Sendok
8. Teko tempat air
Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui gudang obat. Kebutuhan obat,
bahan habis pakai dihitung tiap 1 bulan. berdasarkan analisis kebutuhan obat dan bahan habis
pakai satu bulan yang lalu dengan cadangan 10 %.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Keselamatan Pasien ( Patient Safety )


Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal
ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh Kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. Tujuan
Penerapan keselamatan paisen adaah terciptanya budaya keselamtan pasien,
meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap apsien dan masyarakat, menurunkan
kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas, terlaksananya program- program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. Puskesmas Sukahaji wajib menerapkan standar keselamtan pasien yang meliputi :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
D. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien di Puskesmas Sukahaji adalah :
1. Membangun kesdaran akan nilai keselmatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung
ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang
belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit
ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan
Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial
yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Poli MTBS Puskesmas Sukahaji dalam memberikan
pelayanan adalah
1. waktu tunggu Poli MTBS≤ 30 menit
2. Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien selesai mendaftar sampai
dilayani di poli
3. kepuasan pelanggan ≥ 90%
4. Kepuasan adalh pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan.
5. Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan di poli jam buka 07. 30 s.d 12.00
WIB setiap hari kerja .
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman penyelenggaraan pelayanan Poli MTBS ini dibuat sebagai acuan
pelayanan bagi petugas di puskesmas Sukahaji. Mudah - mudahan dengan adanya pedoman
pelayanan ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
kegiatan dan pelayanan intenal maupun eksternal.

Anda mungkin juga menyukai