Anda di halaman 1dari 11

Analisis Laporan Keuangan Internasional Komparatif

1. Diversitas Akuntansi dan Masalah yang ditimbulkan

Diversitas akutansi berdampak pada analisis laporan keuangan. Masalah

penting yang harus dibahas adalah mengenai dampak diversitas akuntansi

tersebut terhadap penaksiran laba dan arus kas masa mendatang serta resiko

dan ketidakpastian yang terkait.

Penaksiran tersebut adalah penting bagi investor portofolio dalam

melakukan penilaian saham. Penaksiran tersebut juga penting bagi perusahaan

yang melakukan investasi nondomestik langsung (FDI), foreign direct

investment), yang berkaitan dengan penilaian terhadap akuisisi yang

direncanakan dan juga penting untuk joint ventures atau pengadaan modal atau

listing trading saham pada bursa saham asing. Semakin lama semakin banyak

korporasi yang listing secara internasional.

Dari perspektif analisis laporan keuangan, diversitas akuntansi

internasional menimbulkan sejumlah problem.

1) Dalam menilai sebuah korporasi nondomistik, terdapat tendensi untuk

melihat laba dan informasi keuangan yang lain dari perspektif yurisdiksi

analis, dan ini berbahaya karena cenderung mengabaikan diversitas

akuntansi.

2) Pemahaman mengenai diversitas akuntasi mendorong timbulnya

kebutuhan mengenai pemahaman mengenai prinsip-prinsip akuntansi

nondomestik agar dapat lebih memahami informasi laba dalam konteks di

mana pengukuran laba tersebut dilaksanakan.


3) Isu-isu komparabilitasdan konvergensi internasional menjadi lebih jelas

ketika investor menggunakan informasi keuangan di dalam

mempertimbangkan berbagai alternatif kesempatan investasi.

Dalam sebuah penelitian mengenai bagaimana para partisipan pasar modal

menanggapi diversitas akuntansi, Choi dan Levich mengambil contoh

pendapat-pendapat investor-investor institusional, MNC yang menerbitkan

saham, bank yang underwriting sekuritas internasional, dan badan-badan

regulatori. Hanya 48% dari mereka yang diwawancarai yang menyatakan

terpengaruh oleh diversitas akuntansi, tetapi 52% dari responden yang

menyatakan tidak terpengaruh diversitas akuntansi sebenarnya melakukan

berbagai upaya yang meliputi:

1) Statement- ulang statement keuangan berdasarkan PABU mereka

masing-masing

2) Mengembangkan pemahaman mengenai PABU asing

3) Menggunakan sumber-sumber informasi lain

4) Menggunakan pendekatan investasi lain, seperti misalnya pendekatan

ekonomi makro “top down” dalam memilih Negara tujuan investasi

yang dibarengi dengan diversifikasi saham dalam sebuah Negara yang

dipilih.

2. Perbedaan Pokok Prinsip-prinsip Akuntansi di Dunia

Dalam analisis laporan keuangan, analis harus waspada terhadap dampak

keragaman akuntansi tersebut. Dengan berfokus pada isu-isu pengukuran

pokok di sejumlah Negara, akan diperoleh wawasan mengenai keragaman


prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan yang mempunyai dampak yang

berbeda-beda terhadap laba dan asset. Negara-negara tersebut yang akan

dibahas di sini adalah : AS, Uni Eropa (UE) (yang meliputi Inggris, Belanda,

Perancis, dan Jerman), Brasil, Swiss, Cina, dan Jepang.

Dalam hubungannya dengan basis pengukuran yang digunakan, aplikasi

konservatif dari cost historis (Hystorical Costs) pada umumnya dilaksanakan di

AS, Swiss, Brasil, Cina, dan Jepang. Tetapi di Negara-negara Uni Eropa ada

kecenderungan untuk menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel, terutama

di Inggris dan Belanda. Di kedua Negara tersebut cost historis sering

dimodifikasi dengan revaluasi (penilaian ulang) terhadap nilai pasar atau cost

pengganti, terutama dalam kasus tanah dan bangunan atau dalam kasus pabrik

dan kelengkapan.

Akuntansi depresiasi di AS dan UE terutama Inggris berbasis pada konsep

umur ekonomis yang bermanfaat, sementara di Perancis, Jerman, Swiss, dan

Jepang biasanya aturan-aturan pajak mendorong penggunaan metoda-metoda

depresiasi yang lebih dipercepat.

Di Negara-negara Anglo-American dan Negara-negara kelompok

Jermanik (yaitu : Jerman, Austria, Swiss, dan Israel), cost penelitian dan

pengembangan (R&D costs) biasanya langsung dibebankan sebagai biaya

(Expenses), walaupun di Brasil biasanya digunakan pendekatan yang lebih

fleksibel.
Perlakuan benefit pensiun biasanya didasarkan pada benefit accrual atau

benefit proyeksian yang merupakan hutang kepada karyawan. Sementara di

Brasildan Cona lebih menggunakan basis kas.

Perlakuan perpajakan merupakan area perbedaan utama karena ukuran-

ukuran laba akuntansi di Perancis, Jerman, Brasil, dan Swiss sangat dipegaruhi

oleh aturan pajak sementara di Negara-negara lain tidak.

Pada umumnya, yang diisyaratkan adalah metoda pembelian (purchase

method) tetapi, penggunaan metoda ini menimbulkan kontroversi antar Negara

yaitu mengenai perlakuan terhadap goodwill. Di Brasil, Cina dan Jepang,

dituntut penggunaan metoda amortisasi dalam valuasi goodwill tersebut;

sementara di AS dan Inggris metoda amortisasi tidak diisyaratkan, tetapi

valuasinya dikaitkan dengan tingkat keusangannya.

Isu mengenai valas adalah penting karena pengukuran laba dipengaruhi

oleh pilihan antara kurs rerata atau kurs penutupan. Nampaknya secara umum

terdapat fleksibilitas, dimana baik kurs actual maupun kurs rerata diijinkan.

3. Perspektif Internasional dalam Pengukuran Laba

Bukti-bukti yang ada menyatakan bahwa laba yang diukur berdasarkan

prinsip-prinsip akuntansi Inggris cenderung lebih tinggi atau kurang

konservatif di banding dengan laba tersebut seandainya diukur berdasarkan

prinsip-prinsip akuntansi AS.

Perbandingan prinsip-prinsip akuntansi Anglo-American terhadap laba

dengan prinsip-prinsip akuntansi Eropa dan Jepang.


3.1 Eropa Kontinental

Penelitian mengenai dampak prinsip-prinsip akuntansi Jerman dan Prancis

dibandingkan dengan dampak prinsip-prinsip akuntansi Inggris telah dilakukan

dalam sebuah studi empiris oleh Grey (1980 dalam Radebaugh dkk., 2006)

terhadap 15 perusahaan prancis, 28 perusahaan Jerman, dan 29 perusahaan

Inggris untuk periode 1972-1975. Dari hasil penelitian tersebut, dengan

menggunakan indeks konservatisma, dapat diketahui bahwa laba cenderung

lebih konservatif atau dinyatakan lebih rendah (under stated) di Prancis dan

Jepang dibanding dengan Inggris. Sementara itu terlihat bahwa tida ada

perbedaan signifikan antara Prancis dan Jerman. Dengan menggunakan data

yang lebih baru, Weetman dan Grey (1991) menguji dampak diversitas

akuntansi terhadap laba yang dilakukan di Belanda, Swedia dan Inggris. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa Belanda berada di ujung spectrum kurang

konservatif, tetapi yang lebih ekstrim adalah Inggris, sementara Swedia lebih

konservatif daripada AS.

3.2 Jepang

Walaupun konvergensi akuntansi juga berlangsung di Jepang, tetapi

pengaruh perpakjakan, kepentingan kreditor, dan budaya yang konservatif

mendorong pengukuran laba relative lebih rendah dibanding dengan AS.

Penelitian oleh Aron (1991) dalam Radebaugh, 2006, mengumpulkan bahwa

laba Jepang tahun 1990 secara rerata, dinyatakan terlalu rendah sebesar 33,9 %

dibandingkan dengan laba yang diukur dengan menggunakan PABU AS.

Setelah dilakukan penyesuaian dengan adanya kepemilikan-silang dan


perbedaan dalam kapitalisasi, disimpulkan bahwa rerata PER (price-earnings

ratio, yaitu rasio antara harga saham dengan laba) Jepang adalah 12,51 dan

bukan 34,30 seperti yang dilaporkan oleh Morgan Stanley Capital International

Perspective. Jadi misteri rasio price-earnings Jepang yang relative tinggi

sampai tingkat tertentu terpecahkan.

4. Analisis Internasional Komparatif

Menurut Radebugh (2006), hasil penelitian menyatakan bahwa prinsip-

prinsip akuntansi AS secara signifikan lebih konservatif dari pada Inggris,

tetapi kurang konservatif disbanding Jepang dan jumlah Negara Eropa

continental dalam hal dampaknya terhadap laba. Artinya, laba sebuah

perusahaan yang dihitung dengan PABU AS akan lebih kecil dibandingkan

dengan laba perusahaan tersebut jika dihitung berdasarkan PABU Inggris,

tetapi masih lebih besar dibandingkan laba perusahaan tersebut jika dihitung

sesuai dengan PABU Eropa continental. Jika AS digunakan sebagai satuan

ukur (yardistik) dengan indeks 100, maka indeks beberapa Negara adalah: 125

untuk Inggris, 97 untuk Prancis, 91 untuk Belanda, 88 untuk Belgia, 87 untuk

Jerman, 85 untuk Spanyol dan 65 untuk Jepang (Radebugh 2006). Dari Negara-

negara tersebut, Inggris secara signifikan paling tidak konservatif, sementara

Jepang paling konservatif. Sebaliknya Negara-negara Eropa continental berada

dalam satu kelompok yang secara signifikan lebih konservatif disbanding AS

dan kurang konservatif dibanding Jepang.


5. Diversitas Akuntansi dan Pasar Saham

Penelitian mengenai hal ini masih terbatas sehingga belum dapat diambil

kesimpulannya memang, beberapa penelitian awal telah dilakukan oleh Meek

(1983, dalam Radebugh dkk, 2006). Hasilnya menunjukkan bahwa harga

saham bereaksi terhadap laba yang didasarkan pada PABU asing. Penelitian

yang dilakukan kemudian oleh Pope dan Rees (1992, dalam Redebugh dkk,

2006) menyatakan bahwa dalam kasus perusahaan Inggris yang terdaftar di AS

dan juga membuat laporan berdasarkan PABU AS, terdapat tambahan

penjelasan mengenai informasi laba yang didasarkan pada PABU AS.

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Amir, Harris dan Venuti (1993,

dalam Radebugh dkk, 2006) terhadap perusahaan-perusahaan di 20 negara

mendukung relevansi nilai dari informasi PABU AS. Tetapi, penelitian

berikutnya yang dilakukan oleh Rees (1995 dan 1996, dalam Radebugh dkk

2006), Barth dan Clinch (1996, dalam Redebugh dkk 2006), serta Fulkerson

dam Meek (1998, dalam Radebugh dkk, 2006) memberikan hasil yang kurang

jelas.

6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perbedaan Pengukuran

Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan pengukuran dapat berupa

faktor-faktor lingkungan dan budaya yang memengaruhi prinsip-prinsip

akuntansi pada masing-masing Negara. Di AS dan Inggris, pasar saham

mempunyai pengaruh yang dominan, di mana kebutuhan informasi para

inventor mendorong diadopsinya pandangan yang lebih optimis tentang laba

sehingga harga saham juga lebih tinggi. Prinsip-prinsip akuntansi yang ada
relative fleksible, profesi akuntansi relative independen terhadap pemerintah,

dan aturan-aturan pajaknya hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap

praktik akuntansi. Nilai-nilain budaya yang mendasarinya memotivasi dan

mendukung pendekatan pengukuran yang kurang konservatif.

Sebaliknya, di Eropa kontinental dan Jepang, perpajakan dan sumber-

sumber keuangan mempunyai pengaruh-pengaruh yang relative besar

disbanding dengan pasar saham.

7. Konvergensi Akuntansi Internasional

Meskipun sejumlah organisasi di seluruh dunia, termasuk Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa (UE), telah tertarik kepada upaya

konvergurasi akuntansi international, tetapi badan yang berperan paling penting

adalah International Accounting Standards Board (IASB), yang merupakan

restrukturisasi dari International Accounting Standards Commite (IASC) yang

didirikan pada tahun 1973. IASB ini menetapkan standar-standar pelaporan

keuangan international (international financial reporting standards, IFRS)

Alasan utama penyusunan standar akuntansi international adalah untuk

meningkatkan komparabilitas informasi keuangan yang lebih tinggi dalam

perspektif international yang akan membantu para investor lintas-batas dalam

pengambilan keputusan dan juga mengurangi biaya penyusunan laporan

keuangan oleh emiten yang menginginkan sumber dana nondomestik.

Semula, standar-standar international disusun dengan mengijinkan adanya

fleksibilitas untuk mengadopsi kepentingan-kepentingan nasional yang


berbeda-beda. Sejak akhir tahun 1980-an, muncul tekanan yang lebih besar

untuk menyusun standar yang lebih seragam untuk memfasilitasi pendaftaran

dipasar saham dan penarikan dana lintas Negara. Upaya ini dilaksanakan

dengan bekerjasama dengan IOSCO dan selesai tahun1998. Bulan Mei 2000,

IOSCO merekomendasi penerimaan standar-standar international. Sekarang ini

banyak perusahaan memilih mengikuti standar-standar internasional, seperti:

UE memutuskan mengadopsi IAS/IFRS untuk semua perusahaan yang terdaftar

di pasar saham yang efektif mulai tahun 2005, China mengisyaratkan

perusahaan public untuk menggunakan IFRS pada tahun 2007, Rusia

memutuskan mengadosi IFRS tahun2010, dan Kanada beralih ke IFRS tahun

2011.

8. Analisis Laporan Keuangan International

Analisis Keuangan bertujuan untuk mengevaliasi kinerja sekarang dan

masa lalu, dan memprediksi kinerja masa mendatang. Analisis rasio dan

analisis arus kas merupakan alat yang penting dalam analisis keuangan.

Analisis rasio meliputi perbandingan rasio-rasio sebuah perusahaan dengan

perusahaan–perusahaan lain dalam suatu industry, pembandingan rasio-rasio

sebuah perusahaan untuk sejumlah periode, atau pembandingan rasio-rasio

terhadap sebuah patok duga (benchmark) tertentu. (Choi dan Meek, 2008).

Analisis arus kas berfokus pada laporan arus kas, yang memberikan

informasi mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar sebuah perusahaan

yang diklasifikasikan menjadi kegiatan-kegiatan operasi, investasi, dan

pendanaan, serta disklosur mengenai kegiatan-kegiatan investasi nonkas.


8.1. Analisis Rasio

Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

lintas Negara dalam profitabilitas, daya ungkit (leverage), dan jumlah serta

rasio-rasio laporan keuangan yang lain yang dihasilkan baik dari faktor-

faktor akuntansi maupun non akuntansi.

8.2. Analisis Arus Kas

Laporan arus kas yang sangat rinci diisyaratkan di dalam PABU AS,

PABU Inggris, IFRS, dan standar-standar akuntansi di negara-negara lain

yang jumlahnya semakin banyak (Choi dan Meek, 2008). Ukuran-ukuran

tersebut tidak terlalu terpengaruh oleh perbedaan prinsip-prinsip akuntansi

disbanding dengan ukuran-ukuran yang berbasis laba.


Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai