DISUSUN OLEH:
Kelompok 11
PENDAHULUAN
Mutu buah dan sayuran pada umumnya akan menurun selama penyimpanan.
Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan komposisi penyusun dinding sel
maupun komponen makro lainnya. Perubahan mutu ini disebabkan karena buah
dan sayuran yang telah dipanen masih hidup dan masih melakukan proses
metabolismenya. Proses metabolisme ini apabila tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan susut pascapanen, baik susut kualitas maupun susut kuantitas.
Proses metabolisme produk pascapanen dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
internal maupun eksternal.
Penggunaan pengemasan juga merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
dalam melindungi produk pascapanen selama masa pengangkutan dan
penyimpanan dari kerusakan yang disebabkan oleh faktor internal ataupun
eksternal. Penggunaan kemasan diharapkan dapat membatasi transpirasi yang
dihasilkan dari produk pascapanen baik sayuran maupun buah – buahan. Buah
setelah lepas dari induknya masih melakukan proses pernapasan atau respirasi
dan kondisi ini apabila tidak dikendalikan maka akan menjadi pemicu kerusakan
buah selama masa penyimpanan.
90.000
80.000
Kontrol
Plastik Tanpa Lubang
70.000
Plastik degan Lubang
60.000
50.000
Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
60.000
50.000
Kontrol
40.000
Plastik Tanpa Lubang
Plastik dengan Lubang
30.000
20.000
10.000
Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
3.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada tabel diatas mengenai perubahan berat
jeruk pada suhu ruang dapat diketahui bahwa perubahan berat jeruk awal atau
sebagai kontrol pada suhu ruang, setelah 4 hari cenderung menurun secara stabil
yaitu kurang lebih 2 gram, sedangkan pada plastik tanpa lubang berat jeruk
selama 4 hari berturut-turut menurun stabil namun hanya beberapa gram saja
kurang lebih 0,1 gram saja, sedangkan pada plastik yang berlubang berat jeruk
naik turun tidak menentu, terbukti pada hari kedua berat jeruk naik cukup drastis
lalu hari ketiga dan keempat menurun lagi. Hal ini membuktikan adanya plastik
sebagai pembungkus pada komoditi jeruk berpengaruh terhadap berat jeruk itu
sendiri serta perlakuan pada plastik tersebut misalnya diberi lubang atau tidak
diberi lubang.
Pada perubahan tekstur menggunakan texture analyzer didapatkan hasil
yang tidak stabil baik kontrol, plastik tanpa lubang maupun plastik dengan lubang.
Peningkatan nilai tekstur pada kontrol dan plastik tanpa lubang di hari ke-2
cenderung tidak terlalu tinggi sedangkan pada jeruk yang dibungkus plastik
berlubang kenaikan bilangan tekstur dihari kedua cukup tinggi. Pada perubahan
tekstur secara visual dari ketiga perlakuan termasuk kontrol rata- rata mengalami
penurunan dari yang sangat tegar menjadi tegar lalu menjadi agak layu, hal ini
menunjukkkan bahwa perlakuan plastik berlubang maupun tidak berlubang
pengaruhnya sama saja terhadap tekstur visual komoditi jeruk.
Pada perubahan warna, terjadi penurunan nilai dari ketiga sampel jeruk
yang diberi perlakuan berbeda, namun pada kontrol cenderung lambat sedangkan
pada perlakuan diberi plastik berlubang, perubahan warna pada jeruk lebih cepat
terjadi. Hal ini menandakan bahwa dengan adanya pemberian plastik apalagi yang
berlubang dapat mempercepat perubahan warna pada buah jeruk.
Pada tabel ada tidaknya air pada buah jeruk dari ketiga perlakuan termasuk
kontrol menunjukan hasil yang berbeda, air paling banyak yang terdapat pada
jeruk yaitu dengan perlakuan diberi plastik tanpa lubang, setiap harinya uap air
cenderung bertambah. Sedangkan pada plastik dengan lubang, uap air ditemukan
pada hari keempat saja. Hal ini menunjukan pengaruh nyata dari pemberian
plastik terhadap jeruk yang menyebabkan karbondioksida terperangkap dan
menghasilkan uap air pada jeruk itu sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN
Ifmalinda. 2017. Jurnal Teknologi Pertanian vol. 21, no.1. EISSN 2579-
4019. Universitas Andalas.
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-4