Anda di halaman 1dari 6

JSIP 1 (2) (2012)

Journal of Social and Industrial Psychology


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KESEJAHTERAAN


PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN OUTSOURCING

Bambang Nopiando 

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kesejahteraan psikologis karyawan merupakan aspek penting yang menentukan efektifitas suatu perusahaan tak
Diterima September 2012 terkecuali perusahaan jasa outsourcing. Kesejahteraan psikologis karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
Disetujui Oktober 2012 satunya adalah terpenuhinya kebutuhan rasa aman terkait kepastian masa depannya. Penelitian ini
dilatarbelakangi kenyataan bahwa tidak adanya jaminan kepastian masa depan pada karyawan outsourcing
Dipublikasikan
membuat karyawan outsourcing berpotensi mengalami job insecurity. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Nopember 2012
hubungan antara job insecurity dengan kesejahteraan psikologis pada karyawan outourcing. Subjek penelitian
________________ adalah 140 karyawan pada perusahaan outsourcing PT. MPI cabang Kudus yang mendapatkan penempatan di
Keywords: PT. HIT dengan pengambilan sampel menggunakan metode quota sampling. Pengambilan data dalam penelitian
Job insecurity; psychological ini dilakukan dengan menggunakan skala job insecurity dan skala kesejahteraan psikologis.Hasil analisis data
well-being; outsourcing penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan negatif antara job insecurity dan kesejahteraan psikologis
____________________ pada karyawan outsourcing. Hal ini dipahami bahwa perusahaan perlu mengurangi munculnya job insecurity
sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan psikologis pada karyawannya.

Abstract
___________________________________________________________________
Psychological wellbeing of employees is an important aspect that determines the effectiveness of a company. Psychological
wellbeing of employees is affected by several factors, one of which is the requirement for security-related certainty its future. The
research was based on the fact that there is no guarantee of future outsourcing on employees making outsourcing potential
employees experiencing job insecurity. This study aims to determine the relationship between job insecurity with psychological
well-being of employees outourcing. Subjects were 140 employees in the outsourcing company PT. MPI cabang Kudus getting
placement in PT. HIT by sampling using quota sampling method. Collecting data in this study using a job insecurity scale
and psychological well-being scale. Results of correlation analysis showed that there is a negative relationship between job
insecurity and psychological well-being on the outsourcing employees. It is understood that the company needs to reduce the
appearance of job insecurity as efforts to achieve psychological well-being of its employees.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6838
Gedung A1 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: kampret.balab@gmail.com

1
Bambang Nopiando / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

PENDAHULUAN Tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan


psikologis seorang karyawan dipengaruhi oleh
Kesejahteraan psikologis seseorang dalam proses evaluasi pengalaman hidup selama ia
dunia kerja merupakan suatu topik yang penting menjadi karyawan. Realita kondisi kerja baik
dalam membentuk perilaku seseorang ataupun yang sifatnya menyenangkan maupun tidak,
suatu keadaan di lingkungan kerja. Penelitian ditangkap sebagai suatu konsepsi pengalaman
Harter et al. 2003 dalam Robertson dan Cooper psikologis dalam diri seorang karyawan.
(2011:16) terhadap 8000 unit kerja di 36 Berdasarkan hasil penelitian Nuzulia (2008:131)
perusahaan mendapatkan kesimpulan bahwa menyatakan core evaluations berperan positif
ada hubungan signifikan antara tingkat dalam membentuk kondisi kesejahteraan
kesejahteraan psikologis pekerja yang diteliti psikologis karyawan. Hal ini mengindikasikan
dengan tingkat hasil kerja seperti kepuasaan peran interpertasi posisi individu terhadap
konsumen, produktifitas, turnover pekerja dan realitas lingkungan kerja dapat mempengaruhi
tingkat ketidakhadiran pekerja karena sakit. kesejahteraan seseorang karyawan secara
Hasil ini didukung oleh penelitian Haryanto dan psikologis. Interpertasi pengalaman yang positif
Suyasa (2007: 91) menunjukkan hasil adanya akan menimbulkan kepuasan dalam diri
hubungan positif psychological well-bieng terhadap karyawan sebagai pondasi optimalisasi fungsi
performance karyawan. Kondisi ini membuktikan kesejahteraan psikologis. Salah satu evaluasi
bahwa tingkat kesejahteraan psikologis akan karyawan adalah tingkat ketidakamanan kerja
mempengaruhi keuntungan perusahaan secara (job insecurity) pada pekerjaan yang tengah
keseluruhan. Menurut Warr (dalam Razulzada, digeluti.
2007:28) tingginya tingkat kesejahteraan Job insecurity merupakan kondisi
psikologis pekerja akan diikuti pula kenaikan psikologis seorang karyawan yang merasa
produktifitas dan keuntungan perusahaan. terancam atau khawatir akan kelangsungan
Kesejahteraan psikologis (psychological pekerjaannya dimasa yang akan datang.
well-being) merupakan kondisi tercapainya Menurut Svergke et al (2004:41) menyatakan job
kebahagiaan tanpa adanya gangguan psikologis insecurity sebagai timbulnya ketakutan atau
yang ditandai dengan kemampuan individu kekhawatiran dalam hubungannya dengan
mengoptimalkan fungsi psikologisnya. Ryff dan persepsi subjektif terkait dengan kemungkinan
Singer dalam Snyder dan Lopez (2002:543) kehilangan pekerjaan dimasa yang akan datang.
menguraikan kesejahteraan psikologis Sementara Burchell, Ladipo dan Wilkinson
merupakan fungsi optimal dari fungsi psikologis (2002:62) mengartikan job insecurity sebagai
seseorang. Robertson dan Cooper memberikan perasaan subyetif terhadap resiko kehilangan
pengertian tentang kesejahteraan psikologis pekerjaan sebagai ekpresi dari pekerja itu sendiri
ditempat kerja sebagai tingkat perasaan dan Tingkat job insecurity seorang karyawan
tujuan psikologis yang dirasakan seseorang di dapat diketahui dari kondisi aspek job insecurity.
tempat kerja (Robertson dan Cooper, 2011:54) Hellegren et al (1999) dalam Sverke et al
Tingkat kesejahteraan psikologis dapat (2004:63) membedakan aspek dimensi dari job
terlihat dari kondisi dimensi kesejahteraan insecurity menjadi dua, yaitu aspek kuantitatif
psikologis seseorang. Penelitian ini meninjau dan kualitatif. Aspek kuantitatif dari job insecurity
tingkat kesejahteraan psikologis karyawan dari adalah kekhawatiran tentang kehilangan
delapan dimensi kesejahteraan psikologis yang pekerjaan. Aspek kualitatif berintikan
dirumuskan peneliti mengacu pada pendapat kekhawatiran yang dirasakan karyawan
Robertson dan Cooper meliputi kebahagian dan terhadap kemungkinan kehilangan fitur
kepuasan, emosi positif, penerimaan diri, pekerjaan yang dinilai penting bagi seorang
hubungan positif dengan orang lain, otonomi, karyawan.
penguasaan lingkungan, tujuan hidup, serta Karakteristik job insecurity dimana
pertumbuhan pribadi. terdapat suatu kondisi mengancam yang
2
Bambang Nopiando / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

dirasakan oleh seseorang terhadap kelangsungan dan sangat tidak sesuai (STS). Skala psikologi
hubungan kerja yang disebabkan oleh yang digunakan yaitu skala job insecurity dan
perubahan-perubahan lingkungan (faktor skala kesejahteraan psikologis. Skala job
eksternal) dan mental seseorang (faktor insecurity terdiri dari 43 item dan disusun
internal), maka golongan pekerja yang rentan berdasarkan dua aspek job insecurity dari
mengalami job insecurity salah satunya adalah Hellegren et al. yaitu aspek kuantitatif dan aspek
pekerja kontrak atau karyawan outsourcing. kualitatif. Skala kesejahteraan psikologis terdiri
Hubungan kerja karyawan outsourcing yang dari 56 item yang mengukur delapan dimensi
bersifat sementara berakibat pada kesejahteraan psikologis meliputi kebahagian
ketidakberdayaan mereka melanjutkan dan kepuasan, emosi positif, penerimaan diri,
hubungan kerja dengan perusahaan. Tidak ada hubungan positif dengan orang lain, otonomi,
jaminan seorang karyawan outsourcing dapat penguasaan lingkungan, tujuan hidup, serta
bekerja kembali diperusahaan yang sama setelah pertumbuhan pribadi.
kontrak tersebut selesai. Pada penelitian ini teknik analisis data
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti yang digunakan adalah teknik korelasi product
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai moment dari Pearson. Teknik ini digunakan
”Hubungan antara job insecurity dengan untuk mencari hubungan variabel satu dengan
kesejahteraan psikologis pada karyawan variabel yang lain.
outsourcing ”
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Hasil
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif korelasional. Jenis Hasil uji korelasi antara skala job
pendekatan penelitian ini bertujuan untuk insecurity dengan skala kesejahteraan psikologi
menyelidiki sejauhmana variasi pada satu diperoleh koefisien korelasi rxy= -0,440 dengan
variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau taraf signifikansi : 0,000 (r hitung > r tabel)
lebih variabel lain, berdasarkan koefisien sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
korelasi (Azwar, 2012:8). Secara khusus dalam hubungan antara job insecurity dengan
penelitian ini akan menyelidiki hubungan antara kesejahteraan psikologi. Tanda negatif (-) pada
job insecurity dan kesejahteraan psikologis pada koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang
karyawan outsourcing. negatif antara job insecurity dengan kesejahteraan
Populasi penelitian ini adalah seluruh psikologis pada karyawan outsourcing. Tingginya
karyawan outsourcing PT. Mitra Pengusaha tingkat job insecurity akan diikuti tingkat
Indonesia cabang Kudus yang mendapatkan kesejahteraan psikologis karyawan yang rendah
penempatan di PT. HIT Kudus berjumlah 702 dan sebaliknya, tingkat job insecurity yang rendah
orang. Penentuan subyek yang menjadi sampel akan diikuti tingkat kesejahteraan psikologis
penelitian meggunakan metode quota sampling yang tinggi.
dengan besar 20 % dari total populasi sehingga
diambil 140 orang karyawan sebagai responden Pembahasan
penelitian.
Teknik pengumpulan data yang Hasil uji hipotesis diperoleh kesimpulan
digunakan adalah menggunakan skala bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian
psikologi.. Skala psikologi dalam penelitian ini ini dapat diterima. Hasil analisis korelasi dengan
disusun dalam bentuk suatu pernyataan menggunakan teknik korealasi product moment
favorabel dan unfavorabel. Setiap item dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi
pernyataan terdapat empat pilihan jawaban sebesar -0,44. Hasil korelasi ini menunjukkan
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), ada hubungan negatif antara job insecurity
3
Bambang Nopiando / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

dengan kesejahteraan psikologis pada karyawan Selain memicu masalah psikologis seperti
outsourcing. Tingginya tingkat job insecurity akan kecemasan dan depresi, job insecurity juga
diikuti tingkat kesejahteraan psikologis berpengaruh terhadap kepuasan hidup terutama
karyawan yang rendah dan sebaliknya, tingkat kepuasan kerja. Job insecurity berakibat pada
job insecurity yang rendah akan diikuti tingkat rendahnya kepuasan kerja karyawan (Ashford,
kesejahteraan psikologis yang tinggi. 1989:819). Job insecurity merupakan sumber
Hasil penelitian di atas membuktikan ketidakpuasan dalam diri karyawan karena
bahwa adanya hubungan negatif diantara kedua karyawan merasa tidak mempunyai kepastian
varibel tersebut. Hasil ini sesuai dengan akan masa depannya. Kondisi munculnya
pendapat dari Nolan, Wichert dan Burchell ketidakpuasan dalam diri seseorang mengurangi
dalam Heery dan Salmon (2002:183) yang tingkat kesejahteraan psikologis secara umum.
menyatakan hubungan antara job insecurity dan Hasil penelitian Tengara et al. (2008:114)
kesejahteraan psikologis merupakan korelasi memperlihatkan adanya hubungan positif yang
negatif. Hasil yang tak jauh beda diungkapkan signifikan antara kepuasan kerja dengan
oleh Emberland dan Rudmo (2010:546) dalam kesejahteraan psikologis.
hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa job Job insecurity tidak hanya berhubungan
insecurity sebagai prediktor kesejahteraan dengan dimensi kebahagiaan dan kepuasan,
psikologis yang bersifat negatif. tetapi juga berhubungan dengan dimensi emosi
Job insecurity dari sudut pandang positif dan dimensi penguasaan lingkungan dari
kesehatan mental merupakan kondisi yang kesejahteraan psikologis. Munculnya rasa
menghalangi tercapainya mental yang sehat kekhawatiran dan ketakutan sebagai inti dari job
secara psikologis. Pendapat Maslow dan insecurity merupakan emosi positif yang rendah.
Multimen dalam Notosoedirdjo dan Latiput Seorang pekerja yang mengalami job insecurity
(2005:28) menyatakan mental yang sehat berarti ia tidak memiliki keyakinan terhadap
ditandai dengan adanya rasa aman yang kemampuannya bertahan menghadapi
memadai. Ancaman berupa potensi kehilangan ketidakpastian hubungan kerja.
pekerjaan yang dirasakan responden Hadirnya job insecurity sebagai perasaan
menandakan responden kurang memiliki rasa tidak berdaya erat kaitannya dengan tingkat
aman yang memadai. optimalisasi dimensi penguasaan lingkungan
Kegagalan memperoleh rasa aman pekerja yang kurang. Penguasaan lingkungan
berakibat pada timbulnya job insecurity pada diri merupakan kemampuan individu menciptakan,
karyawan sehingga menimbulkan masalah mengontrol, dan memanipulasi lingkungan
terhadap psikologis karyawan. Job insecurity untuk kepentingan hidupnya (Hidalgo et al.
merupakan pemicu munculnya stres di dalam Wells, 2010:83). Kepentingan seorang
lingkungan kerja yang berakibat pada pekerja adalah mendapatkan jaminan masa
penurunan tingkat kesejahteraan psikologis depan pekerjaan sebagai bentuk jaminan sumber
(Wichert dalam Burchell, Ladipo dan biaya hidup (Anoraga, 2006:3).
Wilkinson, 2002:92). Munculnya stres Ketidakmampuan mengontrol lingkungan kerja
merupakan tanda penurunan tingkat berdampak ganda selain mengurangi
kesejahteraan psikologis. Pendapat senada kesejahteraan psikologis juga memperparah
diungkapkan Warr (1987) dalam Wichert dalam tingkat job insecurity yang dirasakan pekerja.
Burchell, Ladipo dan Wilkinson, (2002:92) yang Kondisi di lapangan memperlihatkan
menyebutkan penurunan tingkat kesejahteraan sebagai karyawan dengan status kerja sebagai
psikologis ditandai dengan meningkatnya karyawan outsourcing, responden akan selalu
kecemasan dan depresi, rasa tidak berguna, mengalami bentuk kekhawatiran dengan
penurunan kepercayaan diri dan ketidakpuasan ketidakjelasan masa depan terutama setiap akhir
terhadap diri dan lingkungan. masa kontraknya. Responden tidak bisa
memastikan apakah ia mendapatkan
4
Bambang Nopiando / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

perpanjangan kontrak atau tidak. yang terbuka berdasarkan kondisi obyektif dari
Pemberitahuan mendapatkan perpanjangan kinerja karyawan yang bersangkutan.
kotrak biasanya hanya beberapa hari sebelum
kontrak mereka habis. Kondisi inilah yang UCAPAN TERIMAKASIH
mengakibatkan munculnya kekhawatiran berupa
job insecurity. Peneliti menyadari bahwa penyusunan
Keadaan munculnya job insecurity dari artikel ini tidak lepas dari bantuan berbagai
kacamata psikologi dianggap sebagai kondisi pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala
yang menghalangi tercapainya kondisi sehat kerendahan hati, peneliti sampaikan ucapan
secara psikologis atau dengan kata lain tidak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
dapat mencapai kesejahteran psikologis. (1) Rulita H., S.Psi., M. Si., dan Drs. Sugiyarta
Menurut Maslow orang yang sejahtera secara SL, M. Si., selaku dosen pembimbing yang
psikologis diartikan sebagai orang yang mampu telah memberikan arahan selama proses
mengatualisasikan diri (Ryf dan Singger dalam penelitian berlangsung.
Snyder dan Lopes, 2002:542). Aktualisasi (2) PT. MPI cabang Kudus yang berkenan
tercapai manakala semua dorongan kebutuhan memberikan kesempatan kepada peneliti
telah terpenuhi mulai dari kebutuhan fisiologis, untuk melaksanakan penelitian.
rasa aman, cinta dan memiliki, sampai dengan (3) Semua pihak yang tidak dapat peneliti
kebutuhan penghargaan. Kondisi responden sebutkan satu persatu, yang telah membantu
penelitian sebagai karyawan outsourcing yang terlaksanakanya proses penelitian ini.
memiliki tingkat job insecurity dengan kategori
sedang memperlihatkan masih belum DAFTAR PUSTAKA
terpenuhinya kebutuhan rasa aman secara
tuntas. Hal ni tentu saja mengganggu Anoraga, Panji. 2006. Psikologi kerja. Jakarta:
pemenuhan kebutuhan lain, apalagi kebutuhan Rineka Cipta.
aktualisasi diri. Asford, Susan., et al. 1989. Content, Causes,
and Consequence of Job insecurity: a
SIMPULAN Theory-based Meansure and Substantive
Test. Academy of Management Journal. Vol
Berdasarkan hasil penelitian dan 32 No.4 Page 803-829.
pembahasan pada bab sebelumnya dapat Azwar, Syaifudin. 2012. Metode Penelitian.
diambil simpulan bahwa terdapat hubungan Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.
negatif antara job insecurity dengan kesejahteraan Penyusunan Skala Psikologi Yogyakarta:
psikologis pada responden karyawan Pustaka Pelajar.
outsourcing PT. Mitra Pengusaha Indonenesia Burchell, Brendan., D. Ladipo dan F.
cabang Kudus. Hal ini berarti munculnya job Wilkinson. 2002. Job insecurity and Work
insecurity berhubungan dengan turunnya tingkat Intensification. New York: Routledge.
kesejahteraan psikologis pada diri responden. Emberland, J.S., & T. Rundmo. 2010
Hasil simpulan di atas digunakan peneliti Implications of Job insecurity Perceptions
sebagai dasar memberikan masukkan kepada and job insecurity Responsesfor
perusahaan agar dapat menciptakan kondisi Psychological Well-being, Turnover
kesejahteraan psikologis pada diri karyawan Intentions and Reported Risk Behavior.
dengan cara mengurangi timbulnya job insecurity Safety Science No.48 Page 452–459.
pada karyawan. Upaya yang dapat ditempuh Haryanto, Rudi dan P.T. Suyasa. 2007. Persepsi
dengan membuat peraturan yang jelas tentang terhadap Job Characteristic Model,
kriteria sebagai syarat memperoleh Psychological Well-Being and
perpanjangan kontrak serta melakukan penilaian Performance (Study Pada Karyawan PT.

5
Bambang Nopiando / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

X ). Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi


Industri dan Organisasi. Vol.9 No. 1, 67-92.
Heery, Edmund & J. Salmon. 2000. The Insecure
Workforce. New York: Routledge.
Nazir, Moh,. 2011. Metode Penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Notosoedirjo, Moeloyono. dan Latipun. 2005.
Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan.
Malang: UMM Press.
Nuzulia, Siti. 2009. Peran Core Evaluations
Terhadap Kepuasan Kerja dan
Psychological Well-being. Jurnal Intuisi. Vol
1 No. 2 hal 125-131.
Razulzada, Farida. 2007. Organizational
Creativity and Paychological Well-being
(Contextual Aspect Creativity and
Psychological Well-being from an Open System
Prespective). Sweden: Depertemen of
Psychology Lund University.
Robertson, Ivan & C. Cooper. 2011. Well-Being
Productivity and Happiness at Work.
London: Palgrave Macmillan.
Sverke, Magnus. et al. 2004. Job insecurity and
Union Membership European Unions in the
Wake of Flexible Production. Brusel: P.I.E,-
Peter Lang S.A.
Snyder, C.R., & S.J. Lopez. 2002. Hanbook of
Positive Psychology. New York: Oxford
University Press.
Wells, Ingrid E. 2010. Psychological Well-Being.
New York: NOVA Science Publiser.
Tenggara. Henry et al. 2008. Kepuasan Kerja
dan Kesejahteraan Psikologis Karyawan.
Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri,
Vol.10, No 1, 96-115.

Anda mungkin juga menyukai