Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGUAT AUDIO,VIDEO DAN INFORMASI

AHMAD NAFA
XII EDK 1/04
Penguat Audio
PA kelas A
Contoh dari penguat class A adalah adalah rangkaian dasar common emiter(CE) transistor.
Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di titik tertentu yang ada
pada garis bebannya. Sedemikian rupa sehingga titik Q ini berada tepat di tengah garis beban
kurva VCE-IC dari rangkaian penguat tersebut dan sebut saja titik ini titik A. Gambar berikut
adalah contoh rangkaian common emitor dengan transistor NPN Q1.

gambar 1 : rangkaian dasar kelas A


Garis beban pada penguat ini ditentukan oleh resistor Rc dan Re dari rumus VCC = VCE + IcRc +
IeRe. Jika Ie = Ic maka dapat disederhanakan menjadi VCC= VCE + Ic (Rc+Re). Selanjutnya
pembaca dapat menggambar garis beban rangkaian ini dari rumus tersebut. Sedangkan resistor
Ra dan Rb dipasang untuk menentukan arus bias. Pembaca dapat menentukan sendiri besar
resistor-resistor pada rangkaian tersebut dengan pertama menetapkan berapa besar arus Ib yang
memotong titik Q.

gambar 2 : Garis beban dan titik Q kelas A


Besar arus Ib biasanya tercantum pada datasheet transistor yang digunakan. Besar penguatan
sinyal AC dapat dihitung dengan teori analisa rangkaian sinyal AC. Analisa rangkaian AC
adalah dengan menghubung singkat setiap komponen kapasitor C dan secara imajiner
menyambungkan VCC ke ground. Dengan cara ini rangkaian gambar-1dapat dirangkai
menjadi seperti gambar-3. Resistor Ra dan Rc dihubungkan ke ground dan semua kapasitor
dihubung singkat.

gambar 3 : rangkaian imajimer analisa ac kelas A


Dengan adanya kapasitor Ce, nilai Re pada analisa sinyal AC menjadi tidak berarti. Pembaca
dapat mencari lebih lanjut literatur yang membahas penguatan transistor untuk mengetahui
bagaimana perhitungan nilai penguatan transistor secara detail. Penguatan didefenisikan
dengan Vout/Vin= rc / re`, dimana rc adalah resistansi Rc paralel dengan beban RL (pada penguat
akhir, RL adalah speaker 8 Ohm) dan re` adalah resistansi penguatan transitor. Nilai re` dapat
dihitung dari rumus re` = hfe/hie yang datanya juga ada di datasheet transistor. Gambar-4
menunjukkan ilustrasi penguatan sinyal input serta proyeksinya menjadi sinyal output terhadap
garis kurva x-y rumus penguatan vout = (rc/re) Vin.

gambar 4 : kurva penguatan kelas A


Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada daerah aktif. Penguat
tipe class A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal
masih bekerja di daerah aktif, bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan sinyal input.
Namun penguat kelas A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% – 50%. Ini
tidak lain karena titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak ada sinyal input (atau
ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan arus bias konstan.
Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar dari sumber catu daya terbuang menjadi
panas. Karena ini juga transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra
seperti heatsink yang lebih besar.
PA kelas B
Panas yang berlebih menjadi masalah tersendiri pada penguat kelas A. Maka dibuatlah penguat
kelas B dengan titik Q yang digeser ke titik B (pada gambar-5). Titik B adalah satu titik pada
garis beban dimana titik ini berpotongan dengan garis arus Ib = 0. Karena letak titik yang
demikian, maka transistor hanya bekerja aktif pada satu bagian phase gelombang saja. Oleh
sebab itu penguat kelas B selalu dibuat dengan 2 buah transistor Q1 (NPN) dan Q2 (PNP).

gambar 5 : titik Q penguat A, AB dan B


Karena kedua transistor ini bekerja bergantian, maka penguat kelas B sering dinamakan sebagai
penguat Push-Pull. Rangkaian dasar PA kelas B adalah seperti pada gambar-6. Jika sinyalnya
berupa gelombang sinus, maka transistor Q1 aktif pada 50 % siklus pertama (phase positif 0o-
180o) dan selanjutnya giliran transistor Q2 aktif pada siklus 50 % berikutnya (phase negatif
180o – 360o). Penguat kelas B lebih efisien dibanding dengan kelas A, sebab jika tidak ada sinyal
input ( vin = 0 volt) maka arus bias Ib juga = 0 dan praktis membuat kedua trasistor dalam
keadaan OFF.

gambar 6 : rangkaian dasar penguat kelas B


Efisiensi penguat kelas B kira-kira sebesar 75%. Namun bukan berarti masalah sudah selesai,
sebab transistor memiliki ke-tidak ideal-an. Pada kenyataanya ada tegangan jepit Vbe kira-kira
sebesar 0.7 volt yang menyebabkan transistor masih dalam keadaan OFF walaupun arus Ib telah
lebih besar beberapa mA dari 0. Ini yang menyebabkan masalah cross-over pada saat transisi dari
transistor Q1 menjadi transistor Q2 yang bergantian menjadi aktif. Gambar-7 menunjukkan
masalah cross-over ini yang penyebabnya adalah adanya dead zone transistor Q1 dan Q2 pada
saat transisi. Pada penguat akhir, salah satu cara mengatasi masalah cross-over adalah dengan
menambah filter cross-over (filter pasif L dan C) pada masukan speaker.

gambar 7 : kurva penguatan kelas B


PA Kelas AB
Cara lain untuk mengatasi cross-over adalah dengan menggeser sedikit titik Q pada garis beban
dari titik B ke titik AB (gambar-5). Ini tujuannya tidak lain adalah agar pada saat transisi sinyal
dari phase positif ke phase negatif dan sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q1 dan Q2.
Pada saat itu, transistor Q1 masih aktif sementara transistor Q2 mulai aktif dan demikian juga
pada phase sebaliknya. Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efesiensi (sekitar 50% –
75%) dengan mempertahankan fidelitas sinyal keluaran.

gambar 8 : overlaping sinyal keluaran penguat kelas AB


Ada beberapa teknik yang sering dipakai untuk menggeser titik Q sedikit di atas daerah cut-
off. Salah satu contohnya adalah seperti gambar-9 berikut ini. Resistor R2 di sini berfungsi untuk
memberi tegangan jepit antara base transistor Q1 dan Q2. Pembaca dapat menentukan berapa
nilai R2 ini untuk memberikan arus bias tertentu bagi kedua transistor. Tegangan jepit pada R2
dihitung dari pembagi tegangan R1, R2 dan R3 dengan rumus VR2 = (2VCC) R2/(R1+R2+R3). Lalu
tentukan arus base dan lihat relasinya dengan arus Ic dan Ie sehingga dapat dihitung relasiny
dengan tegangan jepit R2 dari rumus VR2 = 2×0.7 + Ie(Re1 + Re2). Penguat kelas AB ternyata
punya masalah dengan teknik ini, sebab akan terjadi peng-gemukan sinyal pada kedua
transistornya aktif ketika saat transisi. Masalah ini disebut dengan gumming.

gambar 9 : rangkaian dasar penguat kelas AB


Untuk menghindari masalah gumming ini, ternyata sang insinyur (yang mungkin saja bukan
seorang insinyur) tidak kehilangan akal. Maka dibuatlah teknik yang hanya mengaktifkan salah
satu transistor saja pada saat transisi. Caranya adalah dengan membuat salah satu transistornya
bekerja pada kelas AB dan satu lainnya bekerja pada kelas B. Teknik ini bisa dengan memberi
bias konstan pada salah satu transistornya yang bekerja pada kelas AB (biasanya selalu yang
PNP). Caranya dengan menganjal base transistor tersebut menggunakan deretan dioda atau
susunan satu transistor aktif. Maka kadang penguat seperti ini disebut juga dengan penguat kelas
AB plus B atau bisa saja diklaim sebagai kelas AB saja atau kelas B karena dasarnya adalah PA
kelas B. Penyebutan ini tergantung dari bagaimana produk amplifier anda mau diiklankan.
Karena penguat kelas AB terlanjur memiliki konotasi lebih baik dari kelas A dan B. Namun yang
penting adalah dengan teknik-teknik ini tujuan untuk mendapatkan efisiensi dan fidelitas yang
lebih baik dapat terpenuhi.
PA kelas C
Kalau penguat kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja dengan baik, maka ada penguat yang
disebut kelas C yang hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang memang hanya
memerlukan 1 phase positif saja. Contohnya adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot,
rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya pada
phase positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan.
Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat
kelas C adalah seperti pada rangkaian berikut ini.
gambar 10 : rangkaian dasar penguat kelas C
Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang sengaja dibuat bekerja
pada daerah saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian tersebut akan ber-resonansi dan ikut
berperan penting dalam me-replika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan frekuensi
yang sama. Rangkaian ini jika diberi umpanbalik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang
sering digunakan pada pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai
100%, namun tingkat fidelitasnya memang lebih rendah. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi
bukan menjadi tujuan dari penguat jenis ini.
PA kelas D
Penguat kelas D menggunakan teknik PWM (pulse width modulation), dimana lebar dari pulsa
ini proporsioal terhadap amplituda sinyal input. Pada tingkat akhir, sinyal PWM men-drive
transistor switching ON dan OFF sesuai dengan lebar pulsanya. Transistor switching yang
digunakan biasanya adalah transistor jenis FET. Konsep penguat kelas D ditunjukkan pada
gambar-11. Teknik sampling pada sistem penguat kelas D memerlukan sebuah generator
gelombang segitiga dan komparator untuk menghasilkan sinyal PWM yang proporsional
terhadap amplituda sinyal input. Pola sinyal PWM hasil dari teknik sampling ini seperti
digambarkan pada gambar-12. Paling akhir diperlukan filter untuk meningkatkan fidelitas.

gambar 11 : konsep penguat kelas D


gambar 12 : ilustrasi modulasi PWM penguat
kelas D
Beberapa produsen pembuat PA meng-klaim penguat kelas D produksinya sebagai penguat
digital. Secara kebetulan notasi D dapat diartikan menjadi Digital. Sebenarnya bukanlah persis
demikian, sebab proses digital mestinya mengandung proses manipulasi sederetan bit-bit yang
pada akhirnya ada proses konversi digital ke analog (DAC) atau ke PWM. Kalaupun mau disebut
digital, penguat kelas D adalah penguat digital 1 bit (on atau off saja).
PA kelas E
Penguat kelas E pertama kali dipublikasikan oleh pasangan ayah dan anak Nathan D dan Alan D
Sokal tahun 1972. Dengan struktur yang mirip seperti penguat kelas C, penguat kelas E
memerlukan rangkaian resonansi L/C dengan transistor yang hanya bekerja kurang dari
setengah duty cycle. Bedanya, transistor kelas C bekerja di daerah aktif (linier). Sedangkan pada
penguat kelas E, transistor bekerja sebagai switching transistor seperti pada penguat kelas D.
Biasanya transistor yang digunakan adalah transistor jenis FET. Karena menggunakan transistor
jenis FET (MOSFET/CMOS), penguat ini menjadi efisien dan cocok untuk aplikasi yang
memerlukan drive arus yang besar namun dengan arus input yang sangat kecil. Bahkan dengan
level arus dan tegangan logik pun sudah bisa membuat transitor switching tersebut bekerja.
Karena dikenal efisien dan dapat dibuat dalam satu chip IC serta dengan disipasi panas yang
relatif kecil, penguat kelas E banyak diaplikasikan pada peralatan transmisi mobile semisal
telepon genggam. Di sini antena adalah bagian dari rangkaian resonansinya.
PA kelas T
Penguat kelas T bisa jadi disebut sebagai penguat digital. Tripath Technology membuat desain
digital amplifier dengan metode yang mereka namakan Digital Power Processing (DPP).
Mungkin terinspirasi dari PA kelas D, rangkaian akhirnya menggunakan konsep modulasi PWM
dengan switching transistor serta filter. Pada penguat kelas D, proses dibelakangnnya adalah
proses analog. Sedangkan pada penguat kelas T, proses sebelumnya adalah manipulasi bit-bit
digital. Di dalamnya ada audio prosesor dengan proses umpanbalik yang juga digital untuk
koreksi timing delay dan phase.
PA kelas G
Kelas G tergolong penguat analog yang tujuannya untuk memperbaiki efesiensi dari penguat
kelas B/AB. Pada kelas B/AB, tegangan supply hanya ada satu pasang yang sering dinotasikan
sebagai +VCC dan –VEE misalnya +12V dan –12V (atau ditulis dengan +/-12volt). Pada penguat
kelas G, tegangan supply-nya dibuat bertingkat. Terutama untuk aplikasi yang membutuhkan
power dengan tegangan yang tinggi, agar efisien tegangan supplynya ada 2 atau 3 pasang yang
berbeda. Misalnya ada tegangan supply +/-70 volt, +/-50 volt dan +/-20 volt. Konsep ranagkaian
PA kelas G seperti pada gambar-13. Sebagai contoh, untuk alunan suara yang lembut dan
rendah, yang aktif adalah pasangan tegangan supply +/-20 volt. Kemudian jika diperlukan untuk
men-drive suara yang keras, tegangan supply dapat di-switch ke pasangan tegangan supply
maksimum +/-70 volt.

gambar 13 : konsep penguat kelas G dengan tegangan supply yang bertingkat


PA kelas H
Konsep penguat kelas H sama dengan penguat kelas G dengan tegangan supply yang dapat
berubah sesuai kebutuhan. Hanya saja pada penguat kelas H, tinggi rendahnya tegangan supply
di-desain agar lebih linier tidak terbatas hanya ada 2 atau 3 tahap saja. Tegangan supply
mengikuti tegangan output dan lebih tinggi hanya beberapa volt. Penguat kelas H ini cukup
kompleks, namun akan menjadi sangat efisien.

PENGUAT VIDEO
Penguat Video IF
Penguat Video IF merupakan sebuah Band Pass Amplifier yang berfungsi untuk mempekuat
frekuensi menengah atau IF (Intermediate Frequency) sinyal pembawa gambar yang berasal dari
keluaran Tuner agar levelnya mencukupi untuk dideteksi oleh bagian video detektor. Untuk
sistim PAL BG seperti di Indonesia spektrum frekuensi penguat video IF menggunakan center
pada frekuensi 38.9 Mhz untuk IF sinyal pembawa gambar (video carrier) dan 33.4 Mhz untuk
sinyal IF pembawa suara (sound carrier).

Bagian penguat Video IF sangat penting karena menentukan kualitas-kualitas, seperti :


a. Sensitivitas penerimaan atau kemampuan menerima sinyal dari antena yang lemah tetapi tetap
dapat memberikan kualitas gambar yang bersih dari noise.
b. Selektivitas penerimaan atau kemampuan untuk memisahkan gangguan dari chanel yang
berdekatan
c. Kualitas gambar atau kemampuan untuk memberikan detail (resolusi) gambar yang tajam.

Sistem Penerima (Receicer) Superheterodin


Penerima radio yang langsung memilih frekuensi yang diterima antena, memperkuat sinyal yang
diterima dan kemudian langsung dideteksi dinamakan penerima “stright” atau penerima
langsung. Sistem penerima seperti ini mempunyai banyak kelemahan antara lain karena kurang
sensitif dan tidak selektif.
Sistem penerimaan yang dinamakan superheterodin diperkenalkan oleh Edwin Armstrong pada
tahun 1918 untuk memperbaiki cacat penerima stright, dimana sistim ini hingga sekarang terus
digunakan. Pada sistimsuperheterodin sinyal yang diterima antena dirubah dahulu menjadi
frekwensi IF (frekwensi menengah) dengan menggunakan sirkit RF osilator dan mixer.
Besarnya frekuensi IF untuk penerima :
 AM receiver 455/450 Khz
 FM receiver 10.7 Mhz
 TV receiver ada beberapa sistem yaitu 38.0/38.9/45.75/Mhz. Televisi sistem PAL BG/DK
menggunakan center frekuensi IF 38.9 Mhz.
 TV satelit receicer 70 Mhz
 Radar receiver 30 Mhz
 Komunikasi receiver dengan gelombang mikro 70/250 Mhz

Blok Diagram Tv

Bagian-bagian dari penguat video IF


a. Sirkit penyesuai impedansi input
b. Penguat pre-amp transistor
c. SAW filter
d. Penguat IF
e. AGC (Autimatic Gain Control)
f. AFT (Automatic Fine Tuning)
g. PLL atau VCO video detector
h. Noise inverter
i. Video Indentification
Fungsi Rangkaian AGC, AFT, AFC, ACC, ABL
- AGC (Automatic Gain Control)
Rangkaian AGC berfungsi mengatur penguatan pesawat secara otomatis, sehingga dihasilkan
output yang setabil, jika sinyal yang diterima oleh antenna cukup kuat, maka AGC akan
menurunkan tingkat penguatan RF Amp dan IF Amp, begitu pula sebaliknya. Pengaturan AGC
yang kurang tepat dapat menghasilkan kualitas gambar yang kurang baik (fading), yaitu
perubahan kuat sinyal yang ditangkap oleh penerima.

- AFT (Automatic Fine Tune)


Dalam blok skema rangkaian televisi terdapat AFT (Automatic Fine Tune), berfungsi untuk
mengunci channel/gelombang yang tertala/tertangkap oleh tuner. Pada tuner TV terdapat pin VT,
yaitu pin yang berfungsi sebagai pin masukan untuk tegangan kontrol tuning (untuk menggeser
frekuensi tuning/talaan). Juga terdapat pin AFT yang berfungsi untuk menggeser “sedikit” (naik
atau turun) terhadap frekuensi yang ditala oleh pin VT.

- AFC (Automatic Frequency Control)


Fungsi utama AFC adalah untuk menyetabilkan frekuensi osilasi horisontal, karena sistemnya
yang otomatis dan ‘terkunci/terkontrol’ tersebut maka pulsa sampel dari output osilator lebih
sering disebut sebagai sinyal AFC (automatic frequency control) atau H SYNC.

Sinyal AFC pada perangkat TV umumnya mengambil/menyadap dari salah satu sekunder FBT.
Besar level pulsa harus tetap dijaga agar cukup untuk ‘memandu’ pelukisan gambar dan warna.
Terganggunya pulsa AFC horisontal dapat menyebabkan tidak terkuncinya osilator horisontal
sehingga gambar tidak bisa tercetak (ngolat-ngolet, karena kordinat titik gambar tidak diketahui),
warna tidak bisa ditampilkan, OSD tidak ada dan lain-lain.

- ACC (Automatic Color Control)


Rangkaian ACC digunakan untuk mengontrol sinyal warna agar tetap konstan dengan cara
mendeteksi amplitudo burs warna dengan detektor, dan penguatan penguat bandpass dikontrol
oleh tegangan searah yang berasal dari detektor ACC tersebut.

- ABL (Automatic Brightnees Level)


Di dalam rangkaian penguat video terdapat pula rangkaian ABL (Automatic Brightnees Level)
atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi
dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahayapada layar kaca

Noise Inverter
Sirkit noise inverter dipasang sesudah sirkit video detektor. Digunakan untuk menghilangkan
gangguan noise frekuensi tinggi. yang ada pada sinyal gambar (video).
Ada 2 macam gangguan frekwensi tinggi, yaitu
a. Black noise yaitu gangguan noise yang berupa garis-garis pendek berwarna hitam.
b. White noise yaitu gangguan noise yang berupa garis-garis pendek berwarna putih.
Dinamakan noise inverter, karena pada sirkit ini untuk menghilangkan noise digunakan sebuah
sirkit inverter. Suatu sirkit filter frekuensi tinggi digunakan untuk menyaring agar hanya
frekuensi tinggi yang berisi noise saja yang dapat lewat. Kemudian frekuensi tinggi ini phasanya
dibalik 180 derajat. Sinyal frekuensi tinggi yang phasanya dibalik ini kemudian dicampur
(mixing) dengan sinyal video yang masih mengandung noise. Hasilnya sinyal frekuensi tinggi
yang phasenya dibalik akan saling menghilangkan dengan noise frekuensi tinggi yang dibawa
sinyal video, karena phasenya berlawanan. Maka keluaran dari noise inverter akan merupakan
sinyal video yang bebas dari noise.

Video Indentifikasi (ID)


Istilah lainnya adalah SD (Sync Detect) atau HS (Hor Sync). Merupakan sirkit yang akan meng-
output-kan tegangan pulsa dc jika bagian penguat video IF menerima siaran televisi. Sinyal ini
sebenarnya merupakan sinyal “sinkronisasi horisontal”.
Sinyal ini digunakan untuk membedakan antara sinyal televisi dari gangguan sinyal lainnya yang
mungkin diterima antena, misalnya harmonic dari siaran amatir dan berfungsi untuk :
a) Sebagai refernsi sinyal stop pada saat manual/auto search dengan sinyal tegangan AFT. Pada
saat manual/auto search pin-video indentifikasi akan berubah sesaat dari nol menjadi “high”
ketika pas terima siaran.
b) Sebagi kontrol sinyal video-mute (blue back). Jika tidak terima siaran maka pin-video
indentifikasi tegangannya nol. Tegangan ini diiputlan ke mikrokontrol dan selanjutnya
mikrokontrol akan melakukan audio/video mu

Penguat sinyal
Penguat Sinyal (inggris=repeater) adalah sebuah perangkat elektronik yang menerima
isyarat dan mentransmisikan kembali isyarat tersebut dengan daya yang lebih tinggi,
sehingga isyarat tersebut dapat menjangkau area yang lebih luas.

Deskripsi
enguat isyarat (repeater) berasal dari istilah telegrafi dan merujuk ke perangkat elektromekanis
yang digunakan oleh tentara untuk regenerasi isyarat telegraf. Penggunaan istilah terus dalam
komunikasi telepon dan data. dalam industri komunikasi nirkabel adalah suatu alat penguat
isyarat yang berfungsi untuk meningkatkan daya tangkap isyarat telepon genggam dalam suatu
wilayah. Penguat isyarat terdiri dari antena penerima, penguat sinyal, dan antena pengirim sinyal.

Tujuan Penguat Sinyal


memudahkan para pengguna seluler dan jaringan telekomunikasi untuk mendapatkan isyarat
yang baik dan kuat dengan jaringan nirkabel atau wireless, sehingga komunikasi menjadi lebih
lancar dan lebih baik.

Jenis-Jenis Penguat Sinyal


penguat isyarat di bagi menjadi 3 frekuensi:

 GSM
Untuk komunikasi bergerak, penguat isyarat bekerja pada frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz
(GSM). Oleh karena hambatan yang terjadi antara base station dengan mobile station, misalnya
karena struktur bangunan, material penghalang lain atau jarak yang jauh, isyarat yang diterima
oleh perangkat seluler dapat mempunyai kualitas yang rendah. Kualitas yang rendah ini dapat
mengakibatkan komunikasi menjadi tergganggu, mulai dari putus-putus sanpai drop call. Dengan
penggunaan "GSM Repeater" maka isyarat yang lemah ini diambil dan dikuatkan dengan
bantuan antena yagi untuk outdoor antenna kemudian diteruskan melalui coaxial ke unit
"repeater". Unit "repeater" ini difilter dengan band pass filter di frekuensi 800 atau 1800.
Kemudian disalurkan ke indoor antenna melalui coaxial untuk dipancarkan ulang di dalam
ruangan. Syarat utama penggunaan GSM repeater ini harus terdapat minimal input sinyal.

 CDMA
cdma yang bergerak pada frekuensi 800Mhz, dan bekerja pada teknologi 2G.
frekuensi CDMA memang kurang memiliki isyarat yang baik jika di bandingkan dengan isyarat
GSM. Code division multiple access (CDMA) adalah sebuah bentuk pemultipleksan (bukan
sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi kanal
tidak berdasarkan waktu (seperti pada TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA), namun
dengan cara mengkodekan data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan tiap
kanal yang ada dan menggunakan sifat-sifat interferensi konstruktif dari kode-kode khusus itu
untuk melakukan pemultipleksan. Dengan penggunaan "CDMA Repeater" maka isyarat yang
lemah ini diambil dan dikuatkan dengan bantuan antena yagi untuk outdoor antenna kemudian
diteruskan melalui coaxial ke unit "repeater". Unit "repeater" ini difilter dengan band pass filter
di frekuensi 800Mhz. Kemudian disalurkan ke indoor antenna melalui coaxial untuk dipancarkan
ulang di dalam ruangan.

 3G
3G (dari bahasa Inggris: third-generation technology) merupakan sebuah standar yang ditetapkan
oleh International Telecommunication Union (ITU) yang diadopsi dari IMT-2000[1] untuk
diaplikasikan pada jaringan telepon seluler. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada
perkembangan teknologi telepon nirkabel versi ke-tiga. Melalui 3G, pengguna telepon seluler
dapat memiliki akses cepat ke internet dengan bandwidth sampai 384 kilobit setiap detik ketika
alat tersebut berada pada kondisi diam atau bergerak secepat pejalan kaki. Akses yang cepat ini
merupakan andalan dari 3G yang tentunya mampu memberikan fasilitas yang beragam pada
pengguna seperti menonton video secara langsung dari internet atau berbicara dengan orang lain
menggunakan video. 3G mengalahkan semua pendahulunya, baik GSM maupun GPRS.
Beberapa perusahaan seluler dunia akan menjadikan 3G sebagai standar baru jaringan nirkabel
yang beredar di pasaran ataupun negara berkembang.

Anda mungkin juga menyukai