Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan pendidikan masa BJ HABBIE............................... 3
B. Perkembangan Sosial dan Budaya masa BJ HABBIE................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 5
B. Saran............................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia, sebuah negara kepulauan yang memiliki sejarah cukup panjang sebelum menjadi
bentuknya seperti sekarang ini. Walaupun masih jauh lebih muda jika di bandingkan dengan negara
kekaisaran seperti China atau Jepang dan kerajaan Inggris yang telah mencapai peradaban sekitar
500 bahkan 1000 tahun silam.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam budaya, suku bangsa,
etnis dan bahasa. Sehingga implikasinya, Indonesia harus memiliki seorang pemimpin yang mampu
menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di dalamnya. Makalah ini di buat untuk memenuhi
salah satu tugas dari mata kuliah Kepemimpinan yang akan membahas mengenai sosok-sosok di balik
berdirinya negara Indonesia, khususnya para pemimpin yang pernah atau sedang menjabat sebagai
presiden Republik Indonesia serta membahas mengenai karakteristik dan sisi humanisasi presiden
tersebut.
Khususnya kami akan membahas presiden ke-3 Repuplik Indonesia yaitu B.J Habibie. BJ
Habibie adalah seorang insinyur konstruksi pesawat terbang dan doktor teknologi tinggi. Pikiran tenaga
dan waktunya, seharusnya bisa tercurah penuh di bidang teknologi. Akan tetapi pada perjalanannya
BJ Habibie harus membaginya pada bidang yang benar-benar baru baginya, yaitu dunia politik. BJ
Habibie yang brilian dibidang teknologi, ”diseret” untuk belajar politik mulai dari Nol, seperti layaknya
anak TK yang baru masuk sekolah. Ini terjadi ketika BJ Habibie diangkat menjadi wakil presiden pada
tahun 1997 dan menggantikan Presiden Soeharto karena mengundurkan diri pada 21 Mei
1998. Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjabat menjadi presiden berada pada masa transisi, masa
reformasi. Dimana masyarakat meminta begitu banyak kebebasan.
Dalam makalah ini, kami mencoba menuliskan sisi-sisi yang bukan hanya sisi politik seorang
presiden tetapi juga sisi manusiawi dari sosok tersebut. Karena, tidak dapat di pungkiri bahwa
kepribadian dan karakteristik seseorang akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan atau tindakan
yang di ambilnya. Selain itu, kami juga mencoba menjelaskan bahwa presiden pun seorang manusia
yang tidak akan lepas dari kesalahan dan kesubjektifannya dalam mengambil suatu tindakan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan pendidikan pada masa B.j. Habibie ?
2. Bagaimana perkembangan sosial budaya pada masa B.J. Habibie ?
BAB II
PEMBAHASAN
Sebenarnya agak sulit memisahkan era Habibe dan era Soeharto, karena dari kacamata krisis dan
kebijakan, era ini adalah kelanjutan dari era Soeharto. Itulah sebabnya lebih tepat bila dikatakan
bahwa era ini adalah era ekonomi pasca 21 Mei. Upaya untuk melihat perkembangan ekonomi di
era Habibie mungkin bisa dilihat dari beberapa indikator berikut.Nilai tukar dan pasar modal, uang
beredar, defisit anggaran dan inflasi. Ada faktor lain yang juga berperan, seperti kekuatiran terhadap
masalah politik dan keamanan [19]
Di dalam Magna Carta of European Universities yang ditandatangani pada 1988 oleh para rektor
dari Universitas terbaik se-Eropa dikatakan bahwa universitas merupakan lembaga yang otonom
di tengah-tengah masyarakat yang sangat beragam, baik secara geografis maupun budaya.
Universitas adalah produsen utama hampir seluruh produk sosial, politik, dan budaya yang
bersinggungan langsung dengan kehidupan masyarakat. Karena itu, keseluruhan proses belajar
mengajar di universitas secara moral dan intelektual haruslah independen dan terlepas dari
semua kepentingan politik dan kekuasaan. Kebebasan dalam menjalankan proses belajar
mengajar dan melakukan riset secara terbuka merupakan pilihan strategis dan fundamental bagi
universitas dalam rangka menjaga independensinya di tengah-tengah masyarakat. Karena itu,
universitas harus secara konsisten dan konsekuen menjaga prinsip-prinsip otonomi seperti: (1)
Hak untuk mempekerjakan dan memecat staf akademis yang melanggar etika dan tidak dapat
mengembangkan kapasitas akademisnya, (2) hak untuk memutuskan apa dan bagaimana
proses belajar mengajar harus dijalankan, (3) hak untuk menyeleksi mahasiswa dan
mengevaluasi performance mereka secara mandiri dan bertanggung jawab, serta (4) hak untuk
memilih topik-topik riset yang mereka inginkan tanpa harus takut akan intervensi pihak luar.
Isu otonomi pendidikan sebenarnya hak bagi setiap institusi untuk memutuskan apa yang baik bagi
sebuah institusi tanpa ada gangguan dari pihak luar.
Konsep ini jelas datang dari semangat kebebasan akademis, ketika hak-hak akademis individu untuk
mengekspresikanopini mereka terjamin. Di dalam Magna Carta of European Universities yang
ditandatangani pada 1988 oleh para rektor dari Universitas terbaik se-Eropa dikatakan bahwa
universitas merupakan lembaga yang otonom di tengah-tengah masyarakat yang sangat beragam,
baik secara geografis maupun budaya. Universitas adalah produsen utama hampir seluruh
produk sosial, politik, dan budaya yang bersinggungan langsung dengan kehidupan masyarakat.
Di samping soal otonomi, beberapa isu penting soal bagaimana seharusnya sebuah universitas
merespons perkembangan sosial budaya masyarakat juga harus diperhatikan.Isu tentang strategi
kolaborasi yang harus dijalankan oleh universitas, strategi pendanaan,dan pentingnya memikirkan
segmentasi yang bersinergi dengan bursa kerja merupakan keharusan yang perlu dipikirkan,
direncanakan, dan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan (Zusman, 1999).
Dalam rangka menarik minat pasar, pendidikan tinggi di Indonesia, mau tidak mau dan suka atau
tidak suka, harus membuka program-program pelatihan, sertifikasi, serta kuliah jarak jauh yang
dikelola dengan logika kolaboratif, yaitu ketersambungan dunia bisnis dan pendidikan. Networking
atau jejaring adalah kata kunci yang harus dikembangkan secara terus-menerus oleh setiap
universitas dalam rangka mencari pola partnership yang tepat antara universitas dan lembaga
keuangan (bisnis, entertainer) dan lembaga riset.Selain itu, universitas diharapkan juga jeli dalam
menjalin kolaborasi dengan sekolah menengah umum tertentu sebagai basis input-nya dan
universitas lain terutama dalam rangka pemanfaatan sumber daya dan teknologi.
B. Perkembangan Sosial Budaya Pemerintahan BJ. HABIBIE
Setelah diangkat menjadi presiden , situasi Negara masih kacau balau pasca
pengunduran diri Soeharto . Hal tersebut membuat keadaan ekonomi Indonesia
yang mengalami keterpurukan yang otomatis menyebabkan kesejahteraan rakyat
makin menurun.
Pembahasan:
Pada bulan Maret 1998 Suharto menunjuk Habibie ke wakil presiden, dan dua bulan
kemudian, setelah terjadinya kekerasan berskala besar di Jakarta, Suharto
mengumumkan pengunduran dirinya. Tanpa diduga mendahului posisi teratas
negara tersebut, Habibie segera mulai melakukan reformasi besar. Dia menunjuk
kabinet baru; memecat putri sulung Suharto sebagai menteri urusan sosial dan juga
teman lamanya sebagai menteri perdagangan dan industri; menamai sebuah komite
untuk merancang undang-undang politik yang kurang restriktif; mengizinkan pers
bebas; mengatur pemilihan parlementer dan presiden gratis tahun berikutnya; dan
menyetujui batas waktu presiden (dua periode lima tahun). Dia juga memberikan
amnesti kepada lebih dari 100 tahanan politik.
Pada tahun 1999 Habibie mengumumkan bahwa Timor Timur, bekas koloni
Portugis yang telah diserang oleh Indonesia pada tahun 1975, dapat memilih antara
otonomi dan kemerdekaan khusus; wilayah memilih kemerdekaan. Indonesia
mengadakan pemilihan umum bebas (yang pertama sejak 1955) pada bulan Juni,
seperti yang dijanjikan. Belakangan tahun itu Habibie mencalonkan diri sebagai
presiden, namun dia menarik pencalonannya sesaat sebelum pemilihan bulan
Oktober, yang dimenangkan oleh Abdurrahman Wahid. Setelah Wahid menjabat,
Habibie secara esensial keluar dari dunia politik, walaupun pada tahun 2000 ia
mendirikan Habibie Centre, sebuah lembaga penelitian politik.
Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie
membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan.
Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-
unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, dan PDI.
• Merekapitulasi perbankan
• Manaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat hingga di bawah
Rp.10.000,-
1. Bidang Ekonomi
c) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah Rp. 10.000,00
2. Bidang Politik
3. Bidang Pers
Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUPP
untuk memberikan kebebasan terhadap pers, sehingga muncul berbagai macam
media massa cetak, baik surat kabar maupun majalah.
4. Bidang Hukum
oleh Presiden Habibie untuk mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik dari
berbagai
produk hukum atau undang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru, maka
tampak dengan
jelas adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak. Selama pemerintahan Orde
Baru, karakter
yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bisa dikatakan
tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, produk hukum dari masa pemerintahan Orde
Baru sangat tidak mungkin untuk dapat menjamin atau memberikan perlindungan
terhadap Hak-hak Asasi Manusia (HAM),berkembangnya demokrasi serta
munculnya kreativitas masyarakat.
3. Bidang Hankam