Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN

KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL


STAF MEDIS
KATA PENGANTAR
Dengan disahkannya undang-undang rumah sakit yang baru di indonesia, salah
satunya adalah sumber daya manusia yang mempunyai peran paling utama dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah tenaga profesi medis. Oleh karena itu pihak
manajeman rumah sakit mengharapkan tenaga medis yang bekerja harus mempunyai mutu
yang baik. Maka dibuatlah “PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL STAF
MEDIS RS AR BUNDA LUBUKLINGGAU”.
Semoga pedoman ini bisa digunakan untuk membantu rumah sakit dalam melakukan
upaya melindungi keselamatan pasien melalui mekanisme kredensial dan rekredensial staf
medis yang baik. Pedoman ini tidaklah sempurna, jika ada kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi pedoman yang lebih baik dikemudian hari.
Lubuklinggau, 2015

Mengetahui, Tim Penyusun


Direktur Rs Ar Bunda Lubuklinggau
dr. Sarah Ainar Rahman
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS AR BUNDA LUBUKLINGGAU
NOMOR :
TENTANG
PANDUAN KREDENSIAL STAF MEDIS TENAGA KESEHATAN
DIREKTUR AR BUNDA LUBUKLINGGAU

Menimbang :
a. Bahwa untuk meningkatakan dan mengembangkan mutu pelayanan Rumah
Sakit, maka perlu diberlakukan panduan kredensial staf tenaga medis
b. Bahwa dalam menetapkan Surat Keputusan tersebut adalah menjadi bagian
dari tugas, hak , wewenang dan tanggung jawab Direktur.

Mengingat :
1. Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. ( Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 122, Tambahan Lembaga
Negara Republik Indonesia Nomor 5063).
2. Undang – undang Nomor 44 Tahun 2009. Tentang Rumah Sakit
BAB I

DEFINISI

1.1 Pengertian

Proses kredensial (credentialing) : proses evaluasi suatu rumah sakit terhadap seorang

untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis (kewenangan

klinis (clinical privilege)) menjalankan tindakan medis / keperawatan tertentu dalam

lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu periode tertentu.

Proses Re-Kredensial (Re-Credentialing) : proses re-evaluasi oleh rumah sakit

terhadap perawat yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis (kewenangan klinis

(clinical privilege)) di rumah sakit tersebut untuk menentukan apakah yang bersangkutan

masih layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu periode tertentu.

Kewenangan klinis (clinical privilege) : kewenangan klinis untuk melakukan tindakan

medis / keperawatan tertentu dalam lingkungan rumah sakit tertentu berdasarkan penugasan

yang diberikan direktur Rumah Sakit.

Surat Penugasan (clinical Appointment) : surat yang diterbitkan oleh kepala rumah

sakit kepada seorang paramedis untuk melakukan tindakan medis/keperawatan di rumah sakit

tersebut berdasarkan daftar kewenanganklinis yang ditetapkan baginya.

Tenaga staf medis : perawat dan tenaga professional kesehatan lain melakukan fungsi

tugas keperawatan dan pelimpahan kewenangan dari petugas

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Panduan ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi kesehatan pasien melalui

mekanisme kredensial perawat di rumah sakit.

Tujuan khusus

1. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-kredensial perawat di rumah sakit


2. Memberikan panduan bagi komite keperawatan untuk menyusun kewenangan klinis

(clinical privilege) bagi setiap perawat yang melakukan tindakan medis /keperawatan di

rumah sakit

3. Memberikan panduan badi kepala rumah sakit unruk menerbitkan kewenangan klinis

(clinical privilege) bagi setiap perawat untuk melakukan tindakan medis/keperawatan di

rumah sakit

4. Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas tenaga keperwatan dirumah sakit

5. Meningkatkan reputasi dan kredibilitas perawat dan institusi rumah sakit dihadapan

pasien, penyandang dana, dan stake holder rumah sakit lainnya


BAB II

RUANG LINGKUP

2.1 Gambaran Umum

Undang-undang tentang Rumah Sakit yang baru ditetapkan menuntut rumah sakit

untuk melindungi keselamatan pasien, antara lain dengan melaksanakan clinical governance

bagi para klinisntya. Setiap dokter dirumah sakit harus bekerja dalam koridor kewenangan

klinis (clinical privilege) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit. Adapun ruang lingkup

kredensial dan rekredensial staf medis, yaitu :

1. Staf Medis yaitu dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis

yang bergabung di Rumah AR Bunda Lubuklinggau.

2. Staf Medis yang sudah bekerja di Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau yang masa

kewenangan klinisnya berakhir sesuai kebijakan divisi medis yaitu setiap 3 (tiga) tahun.

2.2 Konsep Dasar Kredensial Staf Medis ( Perawat Dan Dokter)

a. Konsep Dasar Kredensial Perawat di Rumah Sakit

Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar

profesi dan kompetensi para perawat yang melakukan tindakan medis dan keperwatan

terhadap pasien di rumah sakit. Upaya ini dilakukan kompeten. Persyaratan dengan

cara mengatur agar setiap tindakan keperwatan yang dilakukan terhadap pasien hanya

dilakukan oleh tenaga paramedis yang benar-benar kompeten. Persyaratan kompeten

ini meliputi dua komponen :

1. Komponen kompetensi keprofesian yang terdiri dari pengetahuan,b ketrampilan,

dan perilaku profesional.

2. Komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik dan mental.


Walaupun seorang perawat telah mendapatkan pendidikan selama kuliah, namun

rumah sakit wajib melakukan verifikasi kembali kompetensi seseorang untuk melakukan

tindakan perawat dalam lingkup spesialisasi tersebut, hal ini dikenal dengan istilah

credentialing. Proses credentialing ini dilakukan dengan dua alasan utama :

 Alasan pertama, banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang

mendapatkan pendidikan. Perkembangan ilmu dibidang keperwatan untuk suatu tindakan

medis dan / keperwatan tertentu sangat pesat, sehingga kompetensi yang di peroleh dapat

berubah sewaktu waktu, bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi

pasien.

 Alasan kedua, kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakir tertentu atau

bertambahnya usia sehingga mengurangi keamanan tindakan medis yang dilakukan.

Kompetensi fisik dan mental dinilai melalui uji kelayakan keshatan baik fisik maupun

mental.

Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit disebut

sebagai mekanisme Re-credentialing, dan hal ini dilakukan demi keselamtan pasien ,

tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain untuk keamanan

pasiennya. Misalnya kompetensi profesi penerbang (pilot) yang senantiasa diperiksa secara

teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan penerbangan. Setelah seorang perawat

dinyatakan kompeten melalui sesuatu proses kredensial, rumah sakit menerbitkan suatu ijin

bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian tindakan-tindakan medis rumah sakit

tersebut, hal ini dikenal sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa adanya

kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut seorang perawat tidak diperkenankan untuk

melakukan tindakan medis dan / keperawatan dirumah sakit tersebut. Kewenangan klinik ini

akan dievaluasi oleh komite keperawatan dan pantia kredensial setiap 3 tahun sekali.hal ini

diharapkan tenaga keperawatan maupun memperoleh kewenangan klinis keperwatan yang


lebih tinggi / baik. Setelah perawat mengisi form pengajuan ini, komite keperawatan dan juga

panitia kredensial mengolah untuk kemudian muncul surat penugasan klinik bagi setiap

tenaga keperawatan di RS AR Bunda Lubuklinggau dengan mempertimbangkan masa kerja

perawat dan juga kompetensi melalui panitia kredensial maka tenaga keperawatan di RS AR

Bunda Lubuklinggau dikategorikan menjadi 3 tingkat yaitu : Perawat Senior, Perawat

Medior, dan juga Perawat Yunior, kategori ini nantinya akan ditetapkan oleh SK direktur RS

AR Bunda Lubuklinggau.

1. Kategori Perawat Senior :

a. Pegawai tetap dengan masa kerja diatas 5 tahun

b. Berijasah minimal D3 Keperawatan

c. Lulus uji kompetensi

d. Karu/PJ Shift dalam tugas dinas

2. Kategori Perawat Medior :

a. Pegawai tetap dengan masa kerja diatas 3-5 tahun

b. Berijasah minimal D3 Keperawatan

c. Lulus uji kompetensi

3. Kategori Perawat Yunior :

a. Pegawai tetap dengan masa kerja diatas 0-3 tahun

b. Berijasah minimal D3 Keperawatan

c. Lulus uji kompetensi

b. Konsep Dasar Kredensial Dokter di Rumah Sakit

Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar

profesi dan kompetensi para dokter yang melakukan tindakan medis dan keperwatan
terhadap pasien di rumah sakit. Upaya ini dilakukan kompeten. Persyaratan dengan

cara mengatur agar setiap tindakan keperwatan yang dilakukan terhadap pasien hanya

dilakukan oleh tenaga paramedis yang benar-benar kompeten. Persyaratan kompeten

ini meliputi dua komponen, (1) Komponen kompetensi keprofesian yang terdiri dari

pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku profesional, dan (2) Komponen kesehatan

yang meliputi kesehatan fisik dan mental.

Walaupun seorang dokter telah mendapatkan brevet spesialisasi dari kolegium

ilmu kedokteran yang bersangkutan, namun rumah sakit wajib melakukan verifikasi

kembali kompetensi seseorang untuk melakukan tindakan medis dalam lingkup

spesialisasi tersebut,hal ini dikenal dengan istilah credentialing. Proses credentialing

ini dilakukan dengan dua alasan utama. Alasan pertama, banyak faktor yang

mempengaruhi kompetensi setelah seseorang mendapatkan brevet spesialisasi dari

kolegium. Perkembangan ilmu dibidang kedokteran untuk suatu tindakan medis

tertentu sangat pesat, sehingga kompetensi yang di peroleh saat menerim brevet bisa

kadaluarsa, bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien.

Selain itu, lingkup suatu cabang ilmu kedokteran tertentu senantiasa berkembang dari

waktu kewaktu sehingga suatu tindakan yang semula tidak diajarkan pada penerima

brevet pada periode tertentu, dapat saja belakangan diajarkan pada periode

selanjutnya, bahkan dianggap merupakan suatu kemampuan yang standar. Hal ini

mengakibatkan bahwa sekelompok dokter yang menyandang brevet tertentu dapat

saja memiliki lingkup kompetensi yang berbeda-beda. Alasan kedua, keadaan

kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakir tertentu atau bertambahnya

usia sehingga mengurangi keamanan tindakan medis yang dilakukannya. Kompetensi

fisik dan mental dinilai melalui uji kelayakan keshatan baik fisik maupun mental.
Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit

disebut sebagai mekanisme credentialing, dan hal ini dilakukan demi keselamtan

pasien , tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain untuk

keamanan kliennya. Misalnya kompetensi profesi penerbang (pilot) yang senantiasa

diperiksa secara teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan penerbangan.

Setelah seorang dokter dinyatakan kompeten melalui sesuatu proses

kredensial, rumah sakit menerbitkan suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk

melakukan serangkaian tindakan- tindakan medis tertentu dirumah sakit tersebut, hal

ini dikenal sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan

klinis (clinical privilege) tersebut seorang perawat tidak diperkenankan untuk

melakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut. Luasnya lingkup kewenangan

klinis (clinical privilege) seseorang dokter spesialis dapat saja berbeda dengan

koleganya dalam spesialisasi yang sama, tergantung pada ketetapan komite medis

tentang kompetensi untuk melakukan tiap tindakan medis oelh yang bersangkutan

berdasarkan hasil proses kredensial. Dalam hal tindakan medis seorang dokter

membahayakan pasien maka kewenangan klinis (clinical privilege) seorang dokter

dapat saja dicabut sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan medis

tertentu dilingkungan dirumah sakit tersebut. Pencabutan kewenangan klinis (clinical

privilege) tersebut dilakukan melalui prosedur tertentu yang melibatkan komite medis.

Kewajiaban rumah sakit untuk menetapakan kewenangan klinis (clinical privilege)

tersebut telah diatur dengan tegas dalam Undang-undang tentang Rumah sakit. Dalam

Undang-undang Rumah Sakit pasal 29 ayat (1) butir telah ditetapkan bahwa setiap

rumah sakit wajib menyusun dan melaksanakan hospital bylaws, yang dalam

penjelasan undang- undang tersebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib

melaksanakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Hal ini harus
dirumuskan oleh setiap rumah sakit dalam peraturan staf medis Rumah Sakit (medical

staff bylaw) antara lain diatur kewenangan klinis (clinical privilege).

Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan

menimbulkan tanggung jawab hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi kecelakaan

tindakan medis. Setiap rumah sakit wajib melindungi pasiennya dari segala tindakan

medis yang dilakukan oleh setiap dokter di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal

sebagai the duty of due care. Tanggungjawab rumah sakit tersebut berlaku tidak

hanya terhadap tindakan dokter yang bukan berstatus pegawai (dokter tamu). Rumah

sakit wajib mengetahui dan menjaga keamanan setiap tindakan medis yang dilakukan

dalam lingkungannya demi keselamatan semua pasien yang dilayaninya sebagai

bagian dari the duty of due care.

2.3 Tugas Dan Peran Dalam Mekanisme

1) Tugas sub komite kredensial sebagai berikut :

a. Menyusun daftar rincian kewenangan klinis

b. Menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumen persyaratan

kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan keperawatan,

kebidanan setiap jenis pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai dengan standar

kompotensinya.

c. Verifikasi meliputi:

1. Ijazah

2. Surat Tanda Registrasi (STR)

3. Sertifikat kompetensi

4. Logbook yang berisi uraian capaian kinerja


5. Surat pernyataan telah menyelesaikan program orientasi rumah sakit atau

orientasi di unit tertentu

6. Surat hasil pemeriksaaan kesehatan

d. Merekomendasikan tahapan proses kredensial :

1. Perawat atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan

klinis kepada komite keperawatan

2. Ketua komite keperawatan menugaskan subkomite kredesial untuk melakukan

proses kredensial

3. Sub komite membentuk panitia adhoe untuk melakukan review

4. Sub komite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat

menentukan kewenangan klinis bagi setiap tenaga keperawatan

e. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis bagi setiap tenaa keperawatan

f. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan

g. Sub komite membuat laporan seluruh proses kredensial kepada ketua komite

keperawatan untuk diteruskan ke direktur rumah sakit.

Kewenangan

Sub Komite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi rincian

Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat Penugasan Klis (clinical appointment)

Mekanisme kerja

Untuk melaksanakan tugas sub komite kredensial, maka ditetapkan mekanisme kerja sebagai

berikut :

a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kompetensi sesuai area praktek

ditetapkan di rumah sakit.


b. Menyusun Kewenangan Klinis dengan criteria sesuai dengan persyaratan Kredensial

dimaksud

c. Melakukan assesmen Kewenangan Klinis dengan berbagai metode yang disepakati

d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi memperoleh

Penugasan Klinis dari kepala/direktur rumah sakit

e. Memberikan rekomendasi Kewenangan Klinis untuk memperoleh Penugasan Klinis dari

kepala/direktur Rumah Sakit dengan cara :

o Tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk memperoleh Kewenangan

Klinis kepada Ketua Komit Keperawatan

o Ketua Komite Keperawatan menugaskan sub komite Kredensial untuk melakukan

proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu/kelompok)

o Sub komite melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode,

forto folio, assesmen kompetensi

o Sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat menentukan

Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan

f. Melakukan pembinaan dan pemulihan Kewenangan Klinis secara berkal

g. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan

2.4 Peranan Komite Medik

Komite keperawatan memiliki peran sentral dalam mekanisme kredensial para

perawat karena tugas utamanya menjaga profesionalisme tenaga perawat dan melindungi

pasien rumah sakit untuk hal-hal yang berkaitan dengan tindakan medis dan keperawtan.

Ketua komite keperawatan bekerjasama dengan sub komite kredensial membentuk

panitia khusus yang berguna menyeleksi dan melakukan proses kredensial dan re-kredensial

terhadap perawat di rumah sakit. Evaluasi setiap 3 tahun dilakukan oleh panitia kredensial
untuk mengetahui perkembangan secara skill maupun attitude seorang perawat. Setiap

keputusan yang diambail akan dilakukan persetujuan langsung oleh direktur rumah sakit.

Lingkup komite keperwatan dan sub komite kredensial ini langsung dibawah

pengawasan direktur. Setiap kegiatan yang dilakukan harus mendapatkan persetujuan secara

tertulis oleh direktur. Harapan yang ingin dicapai dari panitia ini adalah membantu direktur

dalam hal ini rumah sakit mendapatakan tenaga perawat yang professional dan berkualitas

prima. Tumaha sakit melalui komite kperawatan menerapkan berbagai kompetensi yang

harus dimiliki oleh setiap petugas kesehatan, dalam hal ini adalah perawat. Penetapan dari

komite dan disetujui oleh direktur menjadikan tenaga keperawatan dirumah sakit baptis

secara tertulis mempunyai kewenangan klinis keperawatan.


BAB III

TATA LAKSANA

3.1 Proses Kredensial

Direktur Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau menetapkan berbagai kebijakan dan

prosedur bagi staf medis untuk memperoleh kewenangan klinis dengan berpedoman pada

peraturan internal staf medis ( medical staff by laws). Selain itu, direktur rumah sakit

bertanggung jawab atas tersedianya berbagai sumber dayay yang dibutuhkan agar kegiatan

ini dapat terselenggara. Untuk melaksanakan kredensial dibutuhkan beberapa instrumen,

antara lain, daftar rincian kewenangan klinis untuk setiap spesialisasi medis, mitra bestrai

yang mempresentasikan tiap spesialisasi medis dan putih (white paper) untuk setiap

pelayanan medis. Setiap rumah sakit mengembangkan instrumen tersebut sesuai dengan

kebutuhannya. Secara garis besar proses kredensial di Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau,

yaitu sebagai berikut :

1. Staf Medis yang telah dinyatakan baik hasil psikotest, MCU dan Interview oleh kepala

divisi medis diajukan kepada direktur untuk dilakukan kredensial.

2. Direktur membuat surat kepada Komite Medik dan diteruskan ke Sub Komite Kredensial

perihal permohonan untuk mengkredensial staf medis.

3. Berkas Permohonan staf medis yang telah lengkap diasmpaikan oleh direktur rumah

sakit kepada komite medik melalui sekretariat komite medik

4. Dilakukan proses kredensial mulai dari pemberkasan administrasi dan penilaian

kemampuan berdasarkan kewenangan klinis. Sekretariat komite medik melakukan

pengecekan berkas verifikasi berkas staf medis yang terdiri dari :

a. Ijazah Dokter umum dana atau dokter spesialis.

b. Surat Tanda Registrasi (STR) staf medis.


c. Sertifikat ACLS dan atau ATLS dan auatu Resusitasi Neonatus dan atau Hiperkes

(untuk dokter umum).

d. Surat Rekomendasi dari teman sejawat minimal 2 (dua) orang.

e. Sertifikat Kompetensi kolegium atau sertifikat pendukung lainnya.

5. Sebelum kredensial dimulai, staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis

kepada direktur dengan mengisi form daftar kewenangan klinis yang telah disediakan

Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau.

6. Pada Saat kredensial, sub komite kredensial menjadwalkan rapat penilian kredensial

terhadap tenaga medis dan membentuk panek atau panitia ad-hoc dengan melibatkan

mitra bestrai dari berbagai disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta.

7. Personalia/ Panitia Rekruitmen mempersiapkan bahan rapat penilaian kredensial

terhadap tenaga tenaga medis.

8. Permohonan kewenangan klinis yang diajukan oleh staf medis tersebut dikaji oleh sub

komite kredensial dan mitra bestrai tersebut meliputi cakupan derajat kompetensi dan

praktik yakni : Keterampilan (skill) bidang kedokteran, Perilaku (attitude) terhadap

pasien dan sesama teman kerja, Etik dan disiplin profesi selama proses rekruitmrent

sampai dengan proses kredensial.

9. Tahap penilaian kredensial dilakukan di ruang rapat RS AR Bunda Lubuklinggau dan

keputusan rapat penilain kredensial diambil secara musyawarah dan mufakat. Dalam hal

yang tidak mungkin, keputusan dapat diambil dengan pemungutan suara menurut suara

terbanyak.

10. Sub komite kredensial mengajukan rekomendasi kewenangan klinis staf medis kepada

komite medik

11. Komite medis merekomendasikan kewenangan klinis staf medis kepada direktur.
12. Direktur menerbitkan surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada staf medis

tersebut sudah bergabung dengan Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau

13. Berkas Kredensial dan Rekredensial dokter umum dan spesialis akan diserahkan kepda

staf SDM unuk dimasukan ke dalam file karyawan.

3.2 Penerbitan Surat Penugasan

Kepala rumah sakit menerbitkan surat penugasan kepada tenaga paramedis pemohon

berdasarkan rekomendasi tersebut. Kepala rumah sakit dapat saja meminta komite

keperawatan untuk mengkaji ulang rekomendasi tersebut memuat daftar sejumlah

kewenangan klinis untuk melakukan tindakan keperawatan bagi tenaga paramedis yang

memohon.

Daftar kewenangan klinis seorang tenaga paramedis dapta dimodifikasi setiap saat.

Seorang tenaga paramedis dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis yang tidak

dimiliki sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada kepala rumah sakit.

Selanjutnya komite keperawatan akan melakukan proses kredensial khusus untuk tindakan

tersebut dan akan memberikan rekomendasinya kepada kepala rumah sakit. Namun

sebaliknya, kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan (clinical appointment)

habis masa berlakunya atau dicabut oleh kepala rumah sakit. Surat penugasan untuk setiap

tenaga paramedis memiliki masa berlakunya untuk periode tertentu, misalnya dua tahun.

Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan re-

kredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana

diuraikan diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap perawat yang melakukan

tindakan keperawatan dirumah sakit tersebut. Penerbitan ulang surat penugasan

(reappointment). Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga paramedis tersebut

dinyatakan tidak kompeten untuk melakukan tindakan keperawatan tertentu. Walaupun


seorang tenaga paramedis pada awalnya telah memperoleh kewenangan itu dapat dicabut

oleh rumah sakit berdasarkan pertimbangan komite keperawatan. Pertimbangan pecabutan

kewenangan klinis tertentu tersebut didasarkan pada kinerja profesi tenaga paramedis yang

bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu, pencabutan

kewenangan klinis juga dapat dilakukan dengan terjadi kecelakaan medis yang di duga

karena inkompetensi atau tindakan disiplin dari komite keperawatan. Namun demikian,

kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga paramedis

tersebut dianggap telah pulih kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang

tenaga paramedis diakhiri, komite keperawatan akan meminta subkoomite peningkatan mutu

profesi untuk melakukan berbagi upaya pembinaan agar merekomendasikan kepada kepala

rumah sakit pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses

pembinaan.

Pada dasarnya kredensial tetap ditunjukan untuk menjaga keselamatan pasien, sambil

tetap membina kompetensi seluruh tenaga paramedis di rumah sakit. Dengan demikian

jelaslah bahwa komite keperawatan dan staf keperawatan memegang peranan penting dalam

proses kredensial dan pemberian kewenangan knilis untuk setiap tenaga keperawatan.

3.3 Proses Rekredensial

Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf medis (dokter umum, dokter gigi

umum, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis) yang telah memiliki kewenangan klinis

(clinical privilege) dan suart penugasan klinis (clinical appointment) untuk menentukan

kelayakan kembali pemberian kewenangan klinis tersebut. Walaupun seorang dokter telah

mendapatkan surat penugasan (clinical appointmen) dari direktur namun surat penugasan

tersebut mempunyai masa berlaku. Masa berlaku surat penugasan dari Direktur Rumah Sakit

AR Bunda Lubuklinggau yaitu selama 3 tahun, hal tersebut sesuai dengan kebijakan divisi
pelayanan medis. Selain itu, surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga medis

tersebut dinyatakan tidak kompeten utnuk melakukan tindakan medis tertentu. Pada akhir

masa berlakunya surat penugasan tersebut, rumah sakit harus melakukan rekredensial

terhadap tenaga medis. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses

krednsial awal sebagaimana diuraikan diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi

setiap dokter yang melakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut.

Proses Rekredensial mempertimbangkan :

a. Perawatan pasien –prakits menyediakan perawatan pasien dengan belas kasih, tepat, dan

efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, dan

perawatan pasien terminal.

b. Pengetahuan medis/klinis akan bidang biomedis, klinis dan ilmu sosial yang ada dan

berkembang serta aplikasi pengetahuan tersebut pada perawatan pasien dan menyalurkan

ilmu kepada orang lain.

c. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik dengan menggunakan bukti dan metode

ilmiah untuk menyelidiki, mengevaluasi dan memperbaiki praktik-praktik perawatan

pasien.

d. Keterampilan Interpersonal dan komunikasi yang memungkinkan mereka untuk

membangun dan mempertahankan hubungan profesional dengan pasien, dan anggota-

anggota tim perawatan kesehatan lainnya.

e. Profesionalisme tercermin dari komitmen untuk pengembangan profesional

berkelanjutan, praktik etis, pemahaman dan kepekaan terhadap keragaman, sikap

bertanggung jawab terhadap psien, profesi mereka, dan masyarakat.

f. Praktik berbasis sistem melalui pemahaaman konteks dan sistem dimana pelayanan

kesehatan disediakan.Proses rekredensial didokumentasikan dalam formulir penilain

kinerja dokter spesialis ( On Going Profesional Review).


Berdasarkan hasil kesepakatan dari komite Medis dan Sub Komite Kredensial,

secaragaris besar proses kredensial di Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau yaitu sebagai

berikut :

1. Direktur rumah sakit mengajukan permohonan kepada Komite Medik dan dilanjutkan

kepada Sub Komite Kredensial untuk melakukan rekredensial kepada staf medis.

2. Sub Komite Kredensial dan sekretariat komite medik mengumpulkan berkas para

kandidat rekredensial yaitu :

a. STR yang masih berlaku

b. Surat sehat atau hasil Medical Check Up

c. Surat rekomendasi dari Sub Komite Etik

d. Sertifikat terbaru sesuai kompetensi 3 (tiga) tahun terakhir

e. Salinan asuransi profesi yang dimiliki

f. Kandidat rekredensial mengajukan permohonan kewenangan klinis kembali

kepada direktur dengan megisi formulir daftar kewenangan klinis yang telah

disediakan Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau.

3. Berkas di evaluasi oleh Sub Komite Kredensial dan panitia mitra bestari (tim

rekredensial).

4. Tim rekredensial mengajukan rekomendasi penambahan atau pengurangan

kewenangan klinis staf medis tersebut kepada Ketua Komite Medik.

5. Komite Medik meneruskan dan merekomendasikan kewenangan klinis tersebut

kepada Direktur Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau untuk dijadikan penugasan

klinis.

6. Direktur Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau menetapkan dan menerbitkan

kembali surat penugasan klinis ( clinical appointment) kepada para staf medis

tersebut.
BAB IV

PENUTUP

Proses kredensial adalah proses pengakuan profesi yang diberikan kepada individu

atau organisasi dengan mempunyai otoritas atau dianggap kompeten dalam melakukan suatu

tindakan pelayanan medis atau kebijakan. Dengan adanya proses kredensial dan rekredensial

tenaga medis di RS AR Bunda lubuklinggau diharapkan mampu memberikan pelayanan

kepada pasien sesuai dengan standar mutu dan kewenangan klinis yang berlaku, serta dapat

mempertahankan standar pelayanan medis dengan melaksanakan proses kredensial dan

rekredensial yang ada di RS AR Bunda lubuklinggau. Adanya sistem kredensial dan

rekredensial di RS AR Bunda lubuklinggau diharapkan masyarakat dapat merasakan

pelayanan kesehatan yang paripurna.


BAB V

DOKUMENTASI

Semua proses kredensial dan rekredensial harus tercatat dan di simpan dalam file

masing - masing staf medis.

DAFTAR PUSTAKA

PERSI. 2009. Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis (clinical privilege) di

Rumah Sakit. Jakarta; PERSI.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 755/Menkes/Per/IV/2011

tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit

Dody Firmanda, 2010 workshop Penyusunan Prosedur Kredensial dan

Kewenangan Klinis

(Clinical Privilage) diselenggarakan oleh IMRS PERSI di Hotel Sultan Jakarta 4

Agustus 2010.

http:/www.scribd.com/doc/35296534/Dody-Firmanda-2010-PERSI-Workshop-

Format-Prosedur-Kredensial

Herry yudha,dr,2011, Rancangan prosedur kredensial tenaga medis

http://www.dokterbedahherryyudha.com/2011/09/rancangan-prosedur-kredensial

tenaga.html

peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 1796/menkes/per/viii/2011

tentang registrasi tenaga kesehatan

http://

Anda mungkin juga menyukai