Anda di halaman 1dari 4

Hidrasi Semen

(Oleh: Yusi Arisandi, WI P4TK BOE Malang)

Semen merupakan salah satu material anorganik yang banyak dimanfaatkan karena sifat-

sifatnya yang memiliki kestabilan tinggi terhadap pengaruh fisis. Semen biasa digunakan

sebagai bahan bangunan, selain itu semen juga digunakan sebagai bahan campuran

pembuatan beton. Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping

sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir

berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, yang mengeras atau membatu pada pencampuran

dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium

oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang

mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3)

dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan

baku tersebut dibakar pada suhu yang sangat tinggi yaitu antara 1400 - 1600 °C

sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya,

yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang

sesuai.

Kandungan semen berturut-turut mulai dari yang terbanyak yaitu kalsium (II) oksida (CaO),

silika (IV) oksida (SiO2), aluminium (III) oksida (Al2O3), besi (III) oksida (Fe2O3)dan komponen

minor lainnya, salah satunya adalah kalsium (II) sulfat (CaSO4) (MacLaren, 2003). Akan tetapi,

karena proses pembuatan semen dari bahan-bahan bakunya menggunakan temperatur yang

sangat tinggi (melebihi 1200 oC), beberapa komponen tersebut bergabung dengan sesamanya

menghasilkan bermacam-macam campuran fase padat terutama trikalsium silikat (3CaO.SiO2),

dikalsium silikat (2CaO.SiO2), trikalsium aluminat (3CaO.Al2O3) dan tetrakalsium aluminoferit

(4CaO.Al2O3.Fe2O3) (MacLaren, 2003).Ahli kimia semen menggunakan penamaan yang


disingkat berdasarkan oksida dari beberapa unsur untuk menunjukkan rumus kimia dari

senyawa yang bersesuaian, misalnya C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, F = Fe2O3.

Berikut adalah komposisi kimia semen dalam bentuk oksida (tabel 1).

Tabel 1. Rumus kimia dan penamaan semen untuk zat-zat penyusun utama dari
semen portland.

Notasi singkatan: C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, F = Fe2O3.

Komposisi dalam
Mineral Rumus Kimia Singkatan
bentuk oksida

trikalsium silikat Ca3SiO5 3CaO.SiO2 C3 S

dikalsium silikat Ca2SiO4 2CaO.SiO2 C2 S

trikalsium aluminat Ca3Al2O5 3CaO.Al2O3 C3 A

tetrakalsium aluminoferit Ca4AlnFe2-nO7 4CaO.AlnFe2-nO3 C4AF

Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat

bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat pengikatan

semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Setelah semen dicampur dengan

air, komponen-komponen tersebut mengalami hidrasi menghasilkan bermacam-macam produk

reaksi, terutama 3CaO.2SiO2.nH2O(s), 3CaO.Al2O3.3CaSO4.nH2O(s), 3CaO.Al2O3.nH2O(s),

3CaO.Fe2O3.nH2O(s), dan CaOH2(aq) (MacLaren, 2003). Campuran dari semua produk reaksi ini

dan sisa pereaksi yang disebut CSH gel (MacLaren, 2003).

Setelah semen dicampur dengan air, komponen - komponen yang terkandung di dalam semen

mengalami hidrasi menghasilkan beberapa hasil reaksi sebagai berikut:


2(3CaO.SiO2) + 6H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2

2(2CaO.SiO2) + 4H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2

3CaO.Al2O3 + 3CaSO4.2H2O + 26H2O → 3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O

3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O + 2(3CaO.Al2O3) + 4H2O → 3(3CaO.Al2O3.CaSO4.12H2O)

3CaO.Al2O3 + 12H2O + Ca(OH)2 →

3CaO.Al2O3.Ca(OH)2.12H2O

4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 10H2O + 2Ca(OH)2 →

6CaO.Al2O3.Fe2O3.12H2O

Pada reaksi hidrasi semen, C3S dan C2S bereaksi dengan air membentuk Trikalsium silikat

hidrat yang disebut dengan gel tobermorite atau gel kalsium silikat hidrat (CSH gel) dan

Ca(OH)2. Reaksi hidrasi C3A dengan adanya kalsium sulfat membentuk kalsium

trisulfoaluminat hidrat (disebut dengan AFt atau ettringite), ataukalsium monosulfoaluminat

hidrat (disebut dengan AFm atau monosulfate). Tanpa adanya kalsium sulfat, C3A bereaksi

dengan air dan kalsium hidrosidamembentuk tetrakalsium aluminat hidrat. Dan C4AF bereaksi

dengan air membentuk kalsium aluminoferrit hidrat (Spence, 2005).

Proses hidrasi butir-butir semen berlangsung sangat lambat. Bila dimungkinkan penambahan

air masih diperlukan oleh bagian dalam butir-butir semen (terutama yang berbutir besar), untuk

menyempurnakan proses hidrasi. Proses dapat berlangsung sampai 50 tahun. Penelitian

terhadap silinder beton menunjukkan bahwa beton maih meningkat terus kekuatannya paling

tidak untuk jangka waktu 50 tahun. Kekuatan semen yang mengeras tergantung pada jumlah air

yang dapat dipakai waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang

diperlukan untuk proses hidrasi hanya kira-kira 35% dari berat semennya, penambahan jumlah

air akan mengurangi kekuatan setelah mengeras. Kelebihan air akan mengakibatkan jarak butir-

butir semen lebih jauh sehingga kurang kuat dan juga lebih “porous” (berongga). Air kelebihan

dari yang diperlukan untuk proses hidrasi pada umumnya memang diperlukan pada pembuatan
beton agar adukan beton dapat bercampur dengan baik diangkat dengan mudah dan dapat

dicetak tanpa rongga yang besar (tidak keropos).

Anda mungkin juga menyukai