Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

SISTEM UTILITAS

Pengolahan Limbah Industri Semen

Oleh :

Afdhol Ardiansyah (1907155618)


Diesa Ryan Saputri (1907155785)
Gaby Diva Alianda (1907155693)
Hasyim Asyari (1907155780)
Johan Sitanggang (1907155655)
Ria Angelia S (1907155886)

Dosen Pengampu :

Dr. Maria Peratenta Sembiring, ST. MT.


NIP: 19710128 199701 2 001

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA SI


FAKULTASTEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,


tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-
batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau bahan lainnya.

I.2 Tujuan

i.2.1 Mengetahui karakteristik bahan baku semen

i.2.2 Menjelaskan tentang metrode pengolahan buangan pada industry semen

i.2.3 Mengetahui standar baku mutu pada semen


BAB 11

PEMBAHASAN

I.1 Pengertian Semen

Semen (cement) adalah suatu campuarn senyawa kimia yang bersifat


hidrolisis dan merupakan hasil industri dari paduan bahan baku berupa batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang
proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.

I.2 Bahan Baku Semen

Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Kalsium


Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 )
dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil
akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg
atau 50 kg (Bernasconi, G. 1995 ).

1.2.1 Komponen utama : Oksida silica


Dengan penambahan air mampu mengikat bahan lain
Campuran terpenting :
Tricalcium silicat 3CaO.SiO2 atau C3S
Dicalcium silicat 2CaO.SiO2 atau C2S
Tricalcium alumina 3CaO.Al2O3 atau C3A
Tetracalcium alumina ferrit 4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF
MgO
1.2.2 Bahan Baku
Batu kapur CaCO3
Tanah liat Al2O3.2SiO2.xH2O
Pasir besi Fe2O3
Pasir kwarsa SiO2

Reaksi
CaCO3 + Al2O3.2SiO2.xH2O + Fe2O3 + SiO2 3CaO.SiO2 + 2CaO.SiO2 +
3CaO.Al2O3 + 4CaO.Al2O3.Fe2O3

I.3 Karakteristik Semen


I.3.1 Hiderasi Semen
Adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.Untuk
mengetahui hiderasi semen harus mengenal hiderasi dari senyawa-senyawa yang
terkandung dalam semen (C2S, C3S, C3A, C4AF) ((Bernasconi, G. 1995 ).
a) Hiderasi kalsium Silikat (C2S, C3S)
Kalsium silikat dalam air akan terhidrolisis menjadi kalsium hidroksida dan
kalsium silikat hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) pada suhu 300 C.
2(3CaO.2SiO2) + 6H2O → 3CaO.2SiO23H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.2SiO2) + 4H2O → 3CaO.2SiO22H2O + Ca(OH)2
Kalsium silica hidrat (CSH) adalah silikat di dalam Kristal yang tidak
sempurna, bentuknya padatan berongga yang sering disebut TOBERMORITE
GEL.Adanya kalsium hidroksida akan membuat pasta semen bersifat basa
kuat (pH=12,5). Hal ini dapat menyebabkan pasta semen sensitive terhadap
asam kuat tapi dapat mencegah baja terhadap korosi.

b) Hiderasi C3A
Hidrasi C3A dengan air yang berlebi pada suhu 300C akan menghasilkan
kalsium alumina hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) yang mana kristalya berbentuk
kubus, didalam semen karena adanya gypsum maka hasil hiderasi C3A sedikit
berbeda.Mula-mula C3A akan bereaksi dengan gypsum menghasilkan sulfo
aliminate yang kristalnya berbrntuk jarum dan biasa disebut ettringite. Namun
pada akhirnya gypsum bereaksi semua, baru terbentuk kalsium aluminate
hidrat (CAH)
 Hiderasi C3A tanpa gypsum :
3CaO. Al2O3 + 6H2O → 3CaO. Al2O3.6H2O
 Hiderasi C3A dengan gypsum :
3CaO. Al2O3 + 3CaSO4 + 32H2O → 3CaO. Al2O3.6H2O. 3CaSO4. 32H2O
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda pengikatan,
hal ini disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaan-
permukaan Kristal C3A sehingga dapat menunda dehidrasi C3A.
c) Hiderasi C4aF (30 0C H2O)
4CaO. Al2O3. Fe2O3 + 2Ca(OH)2 + 10 H2O → 3CaO. Al2O3.6H2O + 3CaO.
Fe2O3. 6H2O

1.3.2 Setting dan Hardening


Adalah pengikatan dan pengerasan semen setelah terjadi reaksi hiderasi.
Semen apabila dicampur dengan air akan menghasilkan pasta yang plastis dan dapat
dibentuk sampai beberapa waktu. Karakteristik dari pasta tidak berubah dan periode
ini disebut Dorman Period (Periode Tidur).Pada tahapan berikutnya pasta mulai
menjadi kaku walau masih ada yang lemah, namun sudah tidak dapat
dibentuk.Kondisi ini disebut Initial Set, sedangkan waktu yang diperlukan mulai
dibentuk (ditambah air) sampai kondisi Initial Set disebut Initial Setting Time(waktu
pengikatan awal). Proses pengerasan berjalan terus seiring dengan waktu akan
diperoleh kekuatan. Proses ini dikenal dengan nama Hardening.Waktu pengikatan
pengikatan awal dan akhir semen dalam prakteknya sangat penting, sebab waktu
pengikatan awal akan menentukan panjangnya waktu dimana campuran semen masih
bersifat plastic.waktu pengikatan awal minimum 45 menit sedangkan waktu
pengikatan akhir maksimum 8 jam.
Reaksi pengerasan :
C2s + 5 H2O → C2S. 5H2O
6C3S + 18H2O → C5S65H2O + 13Ca(OH)2
C3A + 3CS + 32H2O → C3A.3CS.32H2O
C4AF + 7H2O → C3A.6H2O + CF.H2O
MgO + H2O → Mg(OH)2

1.3.3 Penyusutan (Shringkage)


Ada 3 macam penyusutan yang terjadi didalam semen :
 Drying Shringkage (karena pengeringan)
 Hideration Shiringkage (karena hiderasi)
 Carbonation Shringkage (karena karbonasi)
Yang paling berpengaruh pada permukaan beton adalah drying shringkage.
Penyusutan ini terjadi karena penguapan selama proses setting dan hardening. Bila
besaran kelembapan dapat dijaga, maka keratakan beton dapat dihindari. Penyusutan
ini juga dipengaruhi kadar C3A yang terlalu tinggi.

1.3.4 Panas Hiderasi


Adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses hiderasi.
Jumlah panas hiderasi yang terjadi tergantung tipe semen, kehalusan semen, dan
perbandingan antar air dengan semen.Kekerasan awal yang tinggi dan panas hiderasi
yang besar kemungkinan terjadi retak-retak pada beton, yang disebabkan oleh fosfor
yang timbul sukar dihilangkan sehingga terjadi pemuaian ada proses pendinginan.
1.3.5 Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO 2 dalam jumlah
banyak sehingga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal kualitasnya akan
menurun karena bertambahnya loss on ignation (LOI) dan menurunnya spesifik
grafity sehingga kekuatan semen menurun, waktu pengikatan dan pengerasan makin
lama, dan terjadinya false set.
a. Loss On Ignation (hilang pijar)
Untuk mencegah adanya mineral-mineralyang terurai pada saat pemijaran,
dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada batu setelah beberapa tahun
kemudian.
b. Spesifik Grafity
Merupakan informasi yang sangat penting dalam perancangan beton. Di
dalam pengontrolan kualitas, spesifik grafity digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh kesempurnaan pembakaran klinker, juga bapakah klinker
tercampur dengan impurities.
c. False set
Merupakan proses yang terjadi bila adonan mengeras dalam waktu
singkat.False set dapat dihindari dengan melindungi semen dari pengaruh
udara luar, sehingga alkali karbonat tidak terbentuk di dalam semen.

1.3.6 Warna semen


Warna semen ditentukan oleh dua hal yaitu :
1. Kandungan MgO
Makin banyak kandungannya , maka warna semen semakin gelap
2. Kandungan Fe2Al3
Semakin banyak kadarnya juga dapat menggelapkan warna semen
1.4 Metode Pengolahan Buangan

Dibanding sektor industri yang lain, industri semen relatif tidak menghasilkan
limbah cair mengingat penggunaan teknologi berbasis proses kering dalam
pembuatan semen, tidak menyertakan penggunaan air. Hanya sebagian kecil saja air
limbah yang dihasilkan dalam bentuk air limpasan dari proses pendinginan, yang
dialirkan kembali ke empat penampungan melalui mekanisme sirkulasi tertutup untuk
kemudian digunakan kembali (Anonim, 2011).

Pada dasarnya limbah padat bukan B3 yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis,
yakni material rusak, sampah domestik, dan barang-barang avfal (rusak atau bekas
pakai). Material rusak adalah material dari proses produksi pembuatan semen yang
gagal, sehingga pengelolaannya dilaksanakan dengan cara pemanfaatan kembali
melalui proses daur ulang.

Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya berbentuk pelumas bekas,


kami memiliki prosedur penanganan dan pengelolaan yang ketat. Sebagian besar
pelumas bekas dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan peralatan
pabrik, yang tidak memerlukan minyak pelumas berkualitas bagus dalam prosedur
perawatan/pemeliharaan. Sedangkan pelumas bekas yang tidak dapat digunakan
kembali dan grease atau minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil
sludge untuk dibakar dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar.

1.4.1 Pengolahan Limbah Terpusat dan Elektropanting

Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa


pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan. Suatu
perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber
pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan
jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Ada
limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah
diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang
begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang ( Jejak Langkah, 2011).

Pengolahan limbah umumnya melibatkan tiga tahap, yaitu : Primer, Sekunder


dan Tersier. Selain pengolahan, dikenal juga istilah pengobatan untuk limbah
industri. Pengobatan berarti metode, teknik, atau proses yang dirancang untuk
mengubah karakter fisik, kimia atau biologi atau komposisi dari setiap bantalan
logam, berminyak, atau limbah organik untuk menetralisir limbah tersebut atau untuk
memulihkan logam, minyak, atau konten organik dari limbah.

1. Pengolahan Limbah Terpusat


Pengolahan limbah terpusat merupakan sebuah fasilitas yang dirancang untuk
menangani pengolahan limbah berbahaya tertentu dari industri dengan
wastestreams. Pada air limbah yang mengandung bahan berbahaya yang
diangkut ke fasilitas untuk penyimpanan yang tepat, pengobatan, dan
pembuangan.
2. Elektroplating
Elektroplating adalah proses pelapisan di mana ion logam dalam larutan
digerakkan oleh medan listrik untuk melapisi elektroda. Digunakan juga
untuk menyimpan lapisan bahan misalnya, abrasi dan ketahanan aus, korosi
perlindungan dan pelumasan

Air limbah elektroplating biasanya berasal dari mencuci, membilas kesedahan


dan pada pH rendah ~ 3-5 dan berisi bentuk larut dari berbagai logam. Proses ini
melibatkan pretreatment (pembersihan, degreasing, dan lainnya langkah persiapan),
plating, pembilasan, pasivator, dan pengeringan.

Metode khas untuk mengurangi dan menghilangkan logam larut dari air
limbah elektroplating adalah sebagai berikut :
1. Hujan dan Pembekuan

2. Flash Mix

3. Flokulasi

4. Clarifier, Plat Inclined

5. Sludge Penanganan clarifier

6. Sludge Dewatering

Limbah terbesar dari industri semen adalah limbah gas dan limbah pertikel.
Limbah yang diproduksi pabrik keluar dan bercampur dengan udara. Secara alamiah
udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, CO2, H2, NO2 dan lainnya. Zat
pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu gas dan partikel.

a. Limbah Gas
Limbah gas akan mengganggu kandungan alami udara dan akan menurunkan
kualitas udara. Pencemaran berbentuk gas dapat dirasakan melalui penciuman (gas
tertentu) maupun akibat langsung. Gas-gas tersebut antara lain CO, CO2, SO3,
hidrokarbon dan lainnya. Gas tertentu yang lepas ke udara dalam konsentrasi tertentu
akan membunuh manusia. Dalam kadar rendah, tidak berbau dan bila kadar
bertambah menyebabkan bau yang tidak sedap dan gejalanya cepat menimbulkan
pusing, mabuk dan batuk. Uap yaitu bentuk gas dari zat tertentu tak terlihat dan
dalam ruangan berdifusi mengisi seluruh ruang. Yang perlu diketahui adalah jenis
uap yang terdapat dalam ruangan karena untuk setiap zat berbeda daya reaksinya.
Zat-zat yang mudah meguap adalah chlor, amoniak, nitrat, nitrit dan lainnya. Bahan-
bahan yang bersifat gas dan uap akan mengakibatkan:
1) Terganggunya pernafasan
2) Merusak susunan saraf
3) Merusak susunan darah
4) Merusak alat-alat dalam tubuh

b. Limbah Partikel
Partikel merupakan butiran halus dan masih sedikit terlihat langsung oleh
mata seperti uap air, asap, kabut dan debu. Debu adalah partikel zat padat yang timbul
pada proses industri seperti penghancuran, peledakan dan pengolahan, baik yang
berasal dari dari bahan organik maupun anorganik. Karena sifat debu yang ringan,
menyebabkannya melayang di udara dan turun karena daya tarik bumi (gravitasi).
Akibat lingkungan yang mengandung debu, penimbunan debu dalam paru-paru pada
manusia dilingkungan bekerja atau tempat tinggal. Kerusakan kesehatan akibat debu
tergantung pada lamanya kontak yang terjadi, konsentrasi debu di udara, jenis debu
dan lainnya.
Asap adalah partikel dari zat karbon yang keluar dari cerobong asap industri
karena pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung [137]
karbon. Asap bercampur dengan kabut atau uap air di malam hari akan turun ke bumi
menempel pada dedaunan ataupun diatas atap rumah.
Menurut sifatnya bahan yang yang bersifat partikel akan menimbulkan:
1. Rangsangan saluran pernafasan
2. Alergi
3. Fibrosis
4. Penyakit demam
5. Kematian karena bersifat racun
Untuk menghindari dampak yang diakibatkan limbah melalui udara, maka dari
itu dilakukan pengendalian dengan penetapan nilai ambang batas. Nilai ambang batas
adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang diperkenankan, sehingga
manusia[140] dan makhluk hidup lainnya tidak mengalami gangguan penyakit atau
menderita karena zat tersebut. Selain penetapan nilai ambang batas juga dilakukan
teknologi pengolahan emisi pencemaran udara. Teknologi pengolahan emisi
pencemaran udara industri telah berkembang lama, yang digunakan untuk
mengurangi, menurunkan dan menghilangkan kadar pencemaran unsur-unsur limbah
proses yang dihasilkan. Teknologi yang diterapkan yaitu peralatan untuk partikel dan
aerosol seperti dengan cara scrubber, filter, electrostatic precipitator dan
pengendapan.

1. Pengertian Semen
Semen (cement) adalah suatu campuarn senyawa kimia yang bersifat hidrolisis
dan merupakan hasil industri dari paduan bahan baku berupa batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan
hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses
pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.

2. Bahan Baku Semen


Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Kalsium
Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3
) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil
akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg
atau 50 kg.

A. Komponen utama : Oksida silica


Dengan penambahan air mampu mengikat
bahan lain Campuran terpenting :
Tricalcium silicat 3CaO.SiO2 atau
C3S Dicalcium silicat 2CaO.SiO2
atau C2S Tricalcium alumina
3CaO.Al2O3 atau C3A
Tetracalcium alumina ferrit 4CaO.Al2O3.Fe2O3
atau C4AF MgO

B. Bahan Baku
Batu kapur CaCO3
Tanah liat
Al2O3.2SiO2.xH2O
Pasir besi Fe2O3
Pasir kwarsa SiO2

Reaksi
CaCO3 + Al2O3.2SiO2.xH2O + Fe2O3 + SiO2 3CaO.SiO2 +
2CaO.SiO2 + 3CaO.Al2O3 + 4CaO.Al2O3.Fe2O3

3. Metode Pengolahan Buangan


Dibanding sektor industri yang lain, industri semen relatif tidak menghasilkan
limbah cair mengingat penggunaan teknologi berbasis proses kering dalam
pembuatan semen, tidak menyertakan penggunaan air. Hanya sebagian kecil saja air
limbah yang dihasilkan dalam bentuk air limpasan dari proses pendinginan, yang
dialirkan kembali ke empat penampungan melalui mekanisme sirkulasi tertutup untuk
kemudian digunakan kembali.
Pada dasarnya limbah padat bukan B3 yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis,
yakni material rusak, sampah domestik, dan barang-barang avfal (rusak atau bekas
pakai). Material rusak adalah material dari proses produksi pembuatan semen yang
gagal, sehingga pengelolaannya dilaksanakan dengan cara pemanfaatan kembali
melalui proses daur ulang.
Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya berbentuk pelumas bekas,
kami memiliki prosedur penanganan dan pengelolaan yang ketat. Sebagian besar
pelumas bekas dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan peralatan
pabrik, yang tidak memerlukan minyak pelumas berkualitas bagus dalam prosedur
perawatan/pemeliharaan. Sedangkan pelumas bekas yang tidak dapat digunakan
kembali dan grease atau minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil
sludge untuk dibakar dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar.

 Pengolahan Limbah Terpusat dan Elektropanting


Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa
pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan. Suatu
perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber
pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan
jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Ada limbah
yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah diolah
dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang begitu keluar
dari pabrik langsung diambil dan dibuang.

Pengolahan limbah umumnya melibatkan tiga tahap, yaitu : Primer, Sekunder dan
Tersier. Selain pengolahan, dikenal juga istilah pengobatan untuk limbah industri.
Pengobatan berarti metode, teknik, atau proses yang dirancang untuk mengubah karakter
fisik, kimia atau biologi atau komposisi dari setiap bantalan logam, berminyak, atau limbah
organik untuk menetralisir limbah tersebut atau untuk memulihkan logam, minyak, atau
konten organik dari limbah.

1. Pengolahan Limbah Terpusat


Pengolahan limbah terpusat merupakan sebuah fasilitas yang dirancang untuk
menangani pengolahan limbah berbahaya tertentu dari industri dengan wastestreams. Pada
air limbah yang mengandung bahan berbahaya yang diangkut ke fasilitas untuk
penyimpanan yang tepat, pengobatan, dan pembuangan.
2. Elektroplating
Elektroplating adalah proses pelapisan di mana ion logam dalam larutan
digerakkan oleh medan listrik untuk melapisi elektroda. Digunakan juga untuk
menyimpan lapisan bahan misalnya, abrasi dan ketahanan aus, korosi perlindungan dan
pelumasan

Air limbah elektroplating biasanya berasal dari mencuci, membilas kesedahan dan
pada pH rendah ~ 3-5 dan berisi bentuk larut dari berbagai logam. Proses ini melibatkan
pretreatment (pembersihan, degreasing, dan lainnya langkah persiapan), plating,
pembilasan, pasivator, dan pengeringan.
Metode khas untuk mengurangi dan menghilangkan logam larut dari air limbah
elektroplating adalah sebagai berikut :
1. ujan dan Pembekuan
2. Flash Mix
3. Flokulasi
4. Clarifier, Plat Inclined
5. Sludge Penanganan clarifier
6. Sludge Dewatering
o Sistem Pengolahan Limbah B3
Sistem pengelolaan limbah Perseroan berdasarkan SOP Pengendalian Operasional K3 dan LH
tahun 2018.
1. Manajemen kelola Limbah B3 Padat
Unit kerja penghasil limbah B3 berkewajiban terhadap akumulasi Limbah B3 padat
(kemasan padat terkontaminasi 83, Lampu Ti bekas Bahan Kimia bekas/kadaluarsa,
majun Terkontaminasi B3, Filter bekas, Limbah elektronik) untuk diserahkan ke unit
kerja K3LH selanjutnya diletakkan di TPS limbah B3 setelah berkoordinasi dengan Unit
Kerja Gudang. Unit kerja K3LH menerima limbah B3 dan dicatat pada lembar kegiatan
pemanfaatan Limbah Berbahaya dan Beracun. Ka. Unit kerja K3LH dan Ka. Unit kerja
Gudang merekap laporan pengelolaan limbah B3 padat setiap bulannya secara periodik
setiap 3 (tiga) bulan sekali yang disepakati kepala Biro Pemeliharaan mesin dan diketahui
oleh Kepala Departemen Operasi/Kepala Pabrik sebagai bahan laporan pengelolaan
Limbah B3 ko Badan Lingkungan Hidup Kota, Provinsi dan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dan PPE Sumatera.
2. Pengelolaan Limbah B3
Cair Unit kerja penghasil limbah 83 memiliki tanggung jawab dalam pengumpulan
limbah 83 cair (oli bekas, bahan kimia. bekas/kadaluarsa Grease (Gemuk Bekas)) untuk
diserahkan ke Unit Kerja K3LH selanjutnya diletakan di TPS Limbah 83 setelah
erkordinasi dengan unit kerja Gudang. Unit kerja K3LH setiap limbah 83 Cair disimpan
di TPS limbah 83 dan dicatat pada lembar kegiatan pemanfaatan limbah berbahaya dan
beracun. Setiap 3 (tiga) bulan sekali, Unit Kerja K3LH dan kepala Unit Kerja Gud
merekap laporan pengelolaan limbah B3 cair yang disetujui oleh kepala biro
pemeliharaan mesin dan diketahui oleh Kepala De Operasi/ Kepala Pabrik sebagai bahan
laporan pengelolaan limbah B3 ke Badan Lingkungan Hidup Kota. Provinsi dan Kem
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan PPE sementara.
3. Pengelolaan Fly Ash
Tanggung jawab Kepala Unit Kerja Gudang adalah menerima penyimpanan Fly Ash.
Fly Ash dibawa menggunakan mobil khusus dan tertutup untuk selanjutnya diletakan di
TPS Fly Ash sebelum dimanfaatkan. Kepala Unit Kerja Gudang setiap bulan melaporkan
penerimaan dan stok Fly Ash ke Unit Kerja K3LH sebagai Laporan Pengelolaan Limbah
83 ke KLH dan Instansi terkait.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor 421/KPTS/ DLHK/2017 Tentang
Pemberian Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Bahaya dan Beracun Kepada PT
Semen Baturaja (Persero) Tbk Pabrik Palembang, Perseroan telah diberikan izin untuk
melakukan penyimpanan sementara Limbah 83 yang dihasilkan, yaitu oli bekas, kemasan
bekas B3, kain majun terkontaminasi B3, limbah elektronik, bahan kimia kadaluarsa, pelarut
kimia bekas, filter bekas pengendali debu, kemasan bekas tinta dan sludge IPAL. Kami
melakukan Pengelolaan Limbah B3 dengan mengumpulkan dan mendata setiap limbah B3
secara berkala untuk kemudian melakukan penyimpanan sementara di TPS Limbah B3.
Setiap periode, seluruh material tersebut diserahkan kepada pihak ketiga.
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Palembang Plant juga melakukan upaya pemanfaatan
limbah hasil pembakaran batu bara dari industri pembangkit listrik yaitu Fly Ash dengan cara
dijadikan bahan ketiga dalam proses penggilingan semen di Cement Mill.

Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan


Industri semen menyebabkan dampak kerusakan lingkungan sebagai berikut:
a. Lahan
Perubahan tata guna tanah akibat kegiatan penambangan dan penyerapan lahan serta
pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitarnya.
b. Air
Kualitas air menurun karena limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air
dari kegiatan penambangan. Kemudian menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi
dan pendangkalan dasar sungai, yang akhirnya akan menimbulkan banjir pada musim hujan.
Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan
akan mengakibatkan penyerapan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim
kemarau dan banjir pada musim hujan karena tanah tidak lagi mampu menyerap air.
c. Udara
Debu yang terlihat dikawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu
menimbulkan pencemaran udara. Suhu udara disekitar pabrik meningkat. Gas yang dihasilkan
oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara berupa gas CO, CO 2, SO3 dan gas
lainnya yang mengandung hidrokarbon serta belerang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. pengolahan buangan industri. http : // missikamaryanie. blogspot.


Com / 2011 /11/ resume-pengolahan-buangan-industri.html Diakses 1 November
2021

Anonim, 2012. Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. hukum. unsrat. ac.id/
lh/ menlh_13_1995.pdf Diakses 1 November 2021

Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Terjemahan Dr. Ir. Lienda Hanjojo, M Eng.
Pt Prandnya Paramitha, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai