TINJAUAN PUSTAKA
pembuatan
cikal
bakal
semen
ini.
Joseph
Aspdin,
insinyur
30
31
Menurut Austin (1996), salah satu sifat kimia batu kapur yaitu dapat
mengalami kalsinasi.
Reaksi : CaCO3(s)
T=600 800C
CaO(l) + CO2(g)
T = 800 900 C
2CaO.SiO2(l)(C2S)
2. 3CaO(l)+ Al2O3(l)
T = 900 1100 C
3CaO.Al2O3(l)(C3A)
T = 1100 1200 C
T = 1250 1450 C
4CaO.Al2O3.Fe2O3(l)(C4AF)
3CaO.SiO2(l)(C3S)
senyawa
ini
berpengaruh
terhadap
sifat-sifat
Semen
C3S
memberikan
pengaruh
terhadap kuat tekan awal, dan C2S memberikan pengaruh terhadap kuat
tekanakhir semen.
C4AF
memberikan
sedikit
32
2.2.1.
33
% Berat
40-55
1-15
1-6
0,2-5
0,2-4
0,2-1
<3
<0,1
Fase
: Padat
Warna
: Putih
Kadar air
Bulk density
Spesific gravity
: 2,49
Titik leleh
: 825 oC
Kuat tekan
: 31,6 N/mm2
Silika ratio
: 2,6
Alumina ratio
: 710% H2O
: 1,3 ton/m3
: 2,57
Menurut Austin (1996), salah satu sifat kimia batu kapur yaitu dapat
mengalami kalsinasi.
Reaksi: CaCO3 (S)
T=600 800C
34
Fase
: Padat
Warna
: Coklat kekuningan
Kadar air
Bulk density
Titik Leleh
: 1999 - 2032 oC
Spesific gravity
: 2,36
Silika ratio
: 2,9
Alumina ratio
: 18 25% H2O
: 1,7 ton/m3
: 2,7
35
Salah satu sifat kimia tanah liat yaitu dapat mengalami pelepasan air
hidrat bila dipanaskan pada suhu 500C.
Reaksinya:
Al2Si2O7.xH2O(s)
T = 500 C
2.2.2.
1. Copper Slag
Copper slag ini sebagai pembawa oksida besi. Copper slag digunakan
karena mempunyai kandungan besi yang tinggi sehingga menyebabkan
material ini mempunyai densitas yang tinggi dan juga berat jenis yang lebih
tinggi dibandingkan pasir alam. Material ini mempunyai sifat fisik yang
sangat keras dan porositas optimum. Cooper slag digunakan sebagai
pengganti pasir besi.
Menurut Purnomo (1994), sifat fisika cooper slag sebagai berikut:
Fase
: Padat
Warna
: Putih
Bulk density
: 1,8 ton/m3
Ukuran material
: 0 50 mm
36
5 - 10
2 5
85 - 95
05
Salah satu sifat kimia copper slag yaitu dapat bereaksi dengan Al2O3 dan
CaO membentuk calsium alumina ferrit.
Reaksi:
4CaO + Al2O3 + Fe2O3
T = 1095 1205 C
4CaO.Al2O3.Fe2O3
2. Pasir Silika
Bahan ini sebagai pembawa oksida silika yaitu Silika dioksida (SiO 2)
dengan kadar yang cukup tinggi yaitu sekitar 90%, dalam keadaan murni
berwarna putih sampai kuning muda. Selain mengandung SiO 2, pasir silika
juga mengandung oksida aluminium dan oksida besi.
Tabel 15.Komposisi Pasir Silika pada Pembuatan Semen Portland
Komponen Penyusun
% Berat
CaO
13
SiO2
85 95
Al2O3
Fe2O3
25
13
MgO
13
Alkali
L.O.I
(Sumber: Banerjea, 1980)
12
25
Fase
: Padat
Warna
: Coklat kemerahan
Kadar air
: 6% H2O
37
Bulk density
Spesific gravity
: 2,37
Silika ratio
: 5,29
Alumina ratio
: 1,45 ton/m3
: 2,37
Salah satu sifat kimia pasir silika yaitu dapat bereaksi dengan CaO
membentuk garam kalsium silikat.
Reaksi:
2CaO + SiO2
T = 700 800 C
2CaO.SiO2
2.2.3.
1. Gypsum (CaSO4.2H2O)
Menurut Austin (1996), gypsum adalah mineral yang terdapat dalam
endapan besar di seluruh dunia. Gypsum adalah hidrat kalsium sulfat
dengan rumus CaSO4.2H2O.Gypsum dapat diambil dari alam ataupun
secara sintetis. Gypsum terdapat didanau ataupun gunung, warna kristalnya
adalah putih. Gypsum berfungsi sebagai penghambat proses pengeringan
pada semen. Penambahan gypsum dilakukan pada penggilingan akhir.
Menurut Purnomo (1994), sifat fisika gypsum sebagai berikut:
Fase
: Padat
Warna
: Putih
Kadar air
: 9% H2O
38
Bulk density
: 1,7 ton/m3
Ukuran material
: 0-30 mm
Reaksi:
CaSO4.2H2O
T=500C
CaSO4.H2O + 1H2O
2. Trass (2CaO.SiO2)
Trass adalah bahan hasil letusan gunung berapi yang berbutir halus dan
banyak mengandung oksida silika amorf (SiO 2) yang telah mengalami
pelapukan hingga derajat tertentu. Trass digunakan sebagai bahan
campuran semen PPC sebagai pozzolan activity. Penambahan trass
bertujuan agar kadar freelime dapat direduksi sehingga kualitas semen
menjadi lebih baik dan memberikan kuat tekan awal yang kurang tetapi kuat
tekan akhir yang stabil. Penambahan trass dilakukkan di dalam Finish Mill
dengan gypsum dan terak.
Sifat Fisika:
Fasa
: Padat
Warna
: Putih ke abu-abuan
Bentuk
: Butiran
Ukuran material
: 0 30 mm
Spesific Gravity
: 2,68
Sifat Kimia:
39
Ca(OH)2(s)
Ca(OH)2(s) + SiO2(s)
CaO.SiO2.H2O(s)
Putra (1995), meninjau dari kadar air proses pembuatan semen dibagi
menjadi 4 proses, yaitu:
1.
2.
3.
4.
40
terjadi pada rantai atau chain section. Terak tersebut kemudian didinginkan dan
dicampur dengan gypsum untuk selanjutnya digiling dalam Finish Mill hingga
terbentuk semen. Proses ini diaplikasikan pertama kali oleh PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk, unit Gresik.
Proses ini boros, karena menggunakan panas sekitar1500-1900 kcal/kg
terak, dan biasanya mempunyai suhu gas keluar 150 250C.
Kelebihan dan kekurangan proses basah:
a) Kelebihan:
Kadar
alkalis(Na2O
dan
K2O)
tidak
Deposityang
tidak
homogen
tidak
Memerlukan
menjadi lumpur
air
proses
untuk
membentuk
material
41
2.
b) Kekurangan:
42
3.
Energi yang digunakan 1000 1200 kcal untuk setiap kilogram terak
b) Kekurangan:
Menghasilkan debu
Campuran
tepung
baku
kurang
homogen
karena
pada
saat
43
Pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling disertai pengeringan
dengan jalan mengalirkan udara panas ke dalam Raw Mill sampai diperoleh
tepung baku dengan kadar air 0,5-1,0%. Selanjutnya tepung baku yang telah
homogen ini diumpankan ke dalam Suspension Preheater sebagai pemanasan
awal, disini terjadi perpindahan panas melalui kontak langsung antara gas
panas dengan material dengan arah berlawanan (Counter Current). Adanya
sistem suspension preheater akan menghilangkan kadar air dan mengurangi
beban panas pada Kiln.
Material yang telah keluar dari Suspension Preheater siap menjadi umpan
Kiln dan diproses untuk mendapatkan terak. Terak tersebut kemudian
didinginkan secara mendadak agar terbentuk kristal yang bentuknya tidak
beraturan (amorf)agar mudah digiling. Selanjutnya dilakukan penggilingan di
dalam Finish Mill dan dicampur dengan gypsum dengan perbandingan 96 : 4.
Proses kering merupakan proses yang paling banyak diaplikasikan di
Indonesia seperti pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. unit Tuban, Semen
Holcim, Indocement dan lain sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan yang diperoleh dengan proses kering antara
lain:
a) Kelebihan:
b) Kekurangan:
44
2.3.2.
1.
45
a.
Pengeboran (Drilling)
Pengeboran dilakukan untuk membuat lubang pada batu kapur sebagai
Peledakan (Blasting)
Tahap ini dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan induknya.
Langkah pertama adalah mengisi lubang yang telah dibuat dengan bahan
peledak, tetapi tidak semua lubang diisi dengan bahan peledak.
Lubang-
lubang kosong ini untuk meredam getaran yang ditimbulkan akibat ledakan.
Bahan-bahan peledak yang digunakan adalah :
46
Detonator.
Peralatan-peralatan yang digunakan untuk peledakan adalah :
-
e.
shovel dan loader. Selanjutnya diangkut oleh dump truk menuju Crusher dan
Storage.
f.
oleh Crusher batu kapur adalah 1200 mm, maka batuan hasil ledakan yang
memiliki diameter lebih dari 1200 mm perlu dipecah lagi dengan menggunakan
alat pemecah, yaitu Rock Breaker.
2.
Pengolahan Bahan
Bahan pembuatan semen yang terdiri dari batu kapur, tanah liat, Copper
Slag dan pasir silika dengan komposisi tertentu diumpankan kedalam Raw Mill.
Di dalam Raw Mill bahan-bahan tersebut mengalami penggilingan dan
pencampuran serta pengeringan sehingga diperoleh produk Raw Mill dengan
kehalusan 90 persen lolos ayakan dengan ukuran 90 mikron dan kandungan
air kurang dari satu persen. Dari Raw Mill, tepung baku dimasukkan ke dalam
47
Blending Silo. Fungsi dari Blending Silo adalah sebagai tempat penampungan
sementara tepung baku sebelum diumpankan ke kiln, sekaligus untuk
menghomogenkan produk Raw Mill agar komposisi kimia dari produk tersebut
lebih merata sehinggga siap untuk diumpankan ke kiln.
3.
pembakaran
merupakan
bagian
terpenting,
karena
terjadi
H2O(g)
100 C
2.
3.
4.
2SiO2 + Al2O3
48
Tahapan penguapan CO2 dari limestone dan mulai calsinasi terjadi pada
suhu 700 900C.
Reaksi :
MgCO3(s)
MgO(l) + CO2(g)
700 900 C
CaCO3(s)
CaO(l) + CO2(g)
700 900 C
5.
6.
49
7.
Reaksi :
2CaO.SiO2(l) + CaO(l)
4.
Penggilingan Semen
Setelah klinker didinginkan di dalam cooler selanjutnya dilakukan
50
51
52
Penyiapkan bahan baku berupa batu kapur dan tanah liat sekaligus bahan
pembantu berupa pasir silika, copper slag dan gypsum dalam proses
pembuatan semen, mulai dari proses penambangan sampai proses pengecilan
ukuran dengan alat crusher, sehingga menjadi umpan yang siap diproses.
2.
Pengolahan Bahan
Pengolahan
bahan
baku
dan
bahan
pembantu
dengan
proses
Penggilingan Semen
Penggilingan clinker yang telah terbentuk pada unit pembakaran. Pada
1. Hidrasi Semen
53
Menurut I Ketut Arsha Putra, 1995, hidrasi semen merupakan reaksi yang
terjadi antara komponen semen dengan air yang ditambahkan ke dalam semen
tersebut sehingga menghasilkan senyawa pengikat hidrasi tersebut antara lain:
Hidrasi C3S dan C2S
Reaksi hidrasi C3S dan C2S dengan air akan membentuk kalsium silikat
hidrat dengan kebasaan yang tinggi. Kalsium Silikat Hidrat adalah kristal
yang bentuknya berupa padatan yang sering disebut tube morite gell.
Dengan adanya Ca(OH)2, pasta semen mempunyai pH 12,5.
Reaksi :
6(3CaO.SiO2) + 18H2O
5CaO.6SiO2.5H2O + 13Ca(OH)2
12(2CaO.SiO2) + 24H2O
2(5CaO.6SiO2.5H2O) + 14Ca(OH)2
Hidrasi C3A
Reaksi hidrasi C3A sangat cepat sehingga pasta semen cepat mengeras
yang disebut dengan false set. Untuk mencegah hal tersebut kedalam
klinker semen ditambah gypsum (CaSO4.2H2O). C3A dengan gypsum
bereaksi membentuk kalsium sulfat.
Reaksi :
3CaO.Al2O3.(s) + 3CaSO4(s) + 32H2O(l)
C3A.3CaSO4.32H2O(s)
3CaO.Al2O3.3H2O6(s)
54
4CaO.Al2O3.Fe2O3(s)
2Ca(OH)2(s)
4H2O(l)
3CaO.Al2O3.3H2O(s)
3CaO.Fe2O3.3H2O(s)
Dalam hal ini perlu diketahui kecepatan hidrasi akan menentukan waktu
pengikatan awal dan pengerasan semen. Kecepatan awal harus cukup
lambat agar adonan semen dapat dituang, atau sebaliknya sesuai
kebutuhan. Hidrasi semen juga dapat mengakibatkan semen tersebut
kurang baik mutunya, yaitu adanya senyawa kalsium bebas yang tidak
terjadi proses kalsinasi sehingga dapat mengeroposkan semen yang
sudah jadi.
2.
Durability
Durability adalah ketahanan semen terhadap senyawa-senyawa kimia,
Free lime adalah kapur (CaO) yang tidak ikut bereaksi selama pembentukan
terak. Kadar CaO (free lime) di dalam semen dibatasi max 1 persen. Kadar
free lime yang tinggi membuat beton memiliki kuat tekan yang rendah dan
membentuk gel yang akan mengembang (swelling) dalam keadaan basah
sehingga dapat menimbulkan keretakan pada beton.
55
4.
hilang akibat pemijaran adalah air dan CaO. Kristal-kristal tersebut mudah
terurai mengalami perubahan bentuk untuk jangka waktu yang panjang
sehingga dapat menimbulkan kerusakan beton setelah beberapa tahun. Oleh
karena itu kadar LOI perlu diketahui agar penguraian mineral dalam jumlah
yang besar dapat dicegah.
5.
Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang ditimbulkan saat semen bereaksi
dengan air. Besarnya panas hidrasi sangat tergantung dari komposisi semen,
kehalusan semen dan ratio air semen. Semen dengan kekuatan awal tinggi
dan panas hidrasi besar, kemungkinan terjadi retak-retak pada beton.
Disebabkan panas yang timbul sulit dilepaskan dan terjadi pemuaian,
kemudian pada proses pendinginan akan mengalami keretakan yang
diakibatkan oleh adanya penyusutan.
Panas hidrasi dari high early strenght cement adalah yang paling tinggi,
sedangkan moderate heat cement mempunyai panas hidrasi yang paling
rendah. Ordinary cement terdapat di antara keduanya.
2.6.2.
1.
Kehalusan (fineness)
Fineness semen disebut juga kehalusan semen yang dinyatakan dalam
cm2/gr atau m2/kg dan tergantung pada derajat grinding. Kehalusan sangat
56
pasta atau setelah di campur dengan air berubah menjadi kaku dan perlahanlahan berubah menjadi padatan. Waktu mulai terjadinya padatan atau
timbulnya kekakuan ini disebut dengan initial set, selanjutnya rongga yang ada
di dalam semen terisi oleh senyawa - senyawa hidrat dan membentuk titik - titik
kontak yang menghasilkan kekakuan. Proses ini berlangsung hingga semua
rongga terisi kristal dan akan semakin kaku akhirnya tercapai final set. Proses
pengerasan secara tetap (hardening) mulai terjadi.
3.
Penyusutan
Penyusutan akan naik pada saat naiknya C3A, akan tetapi masih
Kekuatan tekan
Kekuatan tekan atau kekuatan kompresi adalah sifat kemampuan semen
menahan suatu beban tekan. Kekuatan tekan semen sangat dipengaruhi oleh
komponen kimia semen yaitu; C3S dan C2S. Komponen C3S memberikan
kekuatan tekan awal pada semen sedangkan untuk C2S memberikan pengaruh
kekuatan tekan akhir pada semen yang hampir sama dengan semen
komponen C3S. Komponen C3A berpengaruh pada kecepatan pengerasan
semen dan C3AF berpengaruh pada warna semen.
57
5.
Kelembaban Semen
Kelembaban terjadi pada semen jika disimpan pada temperatur terbuka
atau ruang yang lembab. Semen mudah menyerap air dan CO2 sehingga akan
berakibat :
1.
2.
3.
Terbentuknya gumpalan-gumpalan
4.
5.
6.
7.
Penurunan tekanan
Pack Set
Pack set merupakan pengiriman semen ke LT (Langganan Tetap).
Masalah yang sering terjadi pada pack set adalah waktu terlambatnya
pengiriman semen dari pelabuhan ke distributor, biasanya hal ini dipengaruhi
karena alat transportasi dan cuaca jika pengiriman lewat jalur laut.
Keterlambatan
ini
merupakan
masalah
yang
cukup
penting,
karena
False Set
False Set adalah kekakuan yang cepat (Abnormal Premature Setting)
58
2.
3.
C3S bereaksi dengan udara (Airation) pada kelembaban yang tinggi dan
pada waktu penambahan air terjadi reaksi yang sangat cepat sehingga
menimbulkan false set.
(Walter.H.Duda,1983)
Hidraulic Modulus ( HM )
Yaitu perbandingan dari persentase CaO dengan total factor hydraulic
HM
CaO
SiO 2 Al2 O3 Fe2 O3
( 1 )
59
LSF
100 CaO
2,8 SiO 2 1,18 Al 2 O3 0,65 Fe2 O3
( 2 )
60
SR
SiO 2
Al 2 O3 Fe2 O3
.( 3 )
61
AR
Al 2 O3
Fe2 O3
.. ( 4 )
62