Anda di halaman 1dari 23

Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik

WallBoard Dari Gypsum

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi sangat berpengaruh terhadap kebutuhan produksi


dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan di dunia konstruksi. Dimana nantinya akan
menghasilkan pembangunan dengan berbagai keanekaragaman yang lebih baik dan
berinovasi yang disebabkan oleh ide kreatif dari para industri bisnis.

Salah satu contoh yang menjadi pusat perhatian adalah metode dalam
pembangunan rumah. Dalam pembangunan rumah harus mempertimbangkan aspek
keamanan dan kenyamanan. Kebakaran dan kebisingan suara menjadi hal yang
harus diperhatikan dalam membangun rumah. Sehingga perlu adanya solusi untuk
mengatasi masalah tersebut, dengan membuat bangunan benar-benar kedap suara
dan tidak mudah terbakar.

Di sisi lain, industri yang ada di Indonesia berkembang dengan begitu pesat,
namun perkembangan tersebut diiringi dengan permasalahan yaitu permasalahan
limbah. Sebagai contoh pabrik pupuk PT. Petrokimia Gresik dapat menghasilkan
limbah padat sebanyak ±0,45 juta ton/tahun dan akan berpotensi terjadi pencemaran
lingkungan (Detiknews, 2012).

Melihat kondisi yang seperti ini, peneliti mencoba memberikan suatu solusi
yaitu pemanfaatan limbah gipsum sebagai bahan pembuat wallboard. Selain dapat
meningkatkan nilai jual hasil samping dari pembuatan asam sulfat PT. Petrokimia
Gresik, namun dapat juga mengatasi permasalahan pembangunan rumah yang
membutuhkan keamanan dan kenyamanan. Karena wallboard memiliki beberapa
keunggulan diantaranya adalah tahan terhadap api dan kedap suara.

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

1
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Pengaruh variasi ketebalan wallboard terhadap karakteristik (kuat lentur


dan kuat tekan) wallboard
2. Pengaruh variasi prosentase Gypsum berdasarkan perbandingan komposisi
(% berat) terhadap karakteristik (daya serap air, kuat lentur, kuat tekan dan
kuat tekan dalam) wallboard
3. Pengaruh variasi prosentase bahan isian (serbuk gergaji) berdasarkan
perbandingan komposisi (% berat) terhadap karakteristik (daya serap air,
kuat lentur, kuat tekan dan kuat tekan dalam) wallboard

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh variasi campuran wallboard dan serbuk gergaji


terhadap karakteristik wallboard (daya serap air, kuat lentur, kuat tekan
dan kuat tekan dalam)
2. Mengetahui pengaruh pengaruh variasi ketebalan wallboard terhadap
karakteristik wallboard (kuat tekan dan kuat lentur)
1.4 Variabel Penelitian
1. Papan wallboard divariasi dengan ketebalan sebesar 6 mm, 9 mm, 12 mm,
15 mm dan 18 mm
2. Jumlah gypsum yang dipakai dalam pembuatan wallboard yaitu: 60%, 70%,
80% dan 90%
3. Jumlah bahan isian (serbuk gergaji) yang dipakai dalam pembuatan
wallboard yaitu: 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

2
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

1.5 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Gypsum yang digunakan adalah gypsum yang sudah melewati tahap
kalsinasi dengan merk dagang A plus
2. Pengaruh prosentase gypsum dengan serbuk gergaji berdasarkan
perbandingan komposisi (% berat) gypsum dengan serbuk gergaji terhadap
karakteristik (daya serap air, kuat lentur, kuat tekan dan kekerasan)
wallboard

1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 Gypsum

Gipsum adalah suatu mineral dengan rumus CaSO4.2H2O dan mempunyai


kekerasan 2 Mosh sebagai salah satu standart kekerasan. Di alam gipsum
didapatkan dalam bentuk lembaran pipih, kristalin, batu gamping dan fumarole.
Konsep utama terbentuknya gips adalah terdapatnya Ca+2 dan SO4-2, yang berasal
dari belerang (S) atau pirit (FeS2). Adanya reduksi dari daerah sedimentasi yang
bersifat karbonatan (misal pada batu lempung) akan menghasilkan gipsum yang
berlembar pipih. Adanya fumarol dari batuan yang bersifat karbonatan akan
menghasilkan gips kristal (Sukandarrumidi, 2009).
Tabel 1. Komposisi gypsum
Komposisi kimia %
Kalsium (Ca) 23,28
Hidrogen (H) 2,34
Kalsium oksida (CaO) 32,57
Air (H2O) 20,93
Sulfur (S) 18,62

(Sinaga, S, 2009)

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

3
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Berdasarkan macamnya gypsum dibagi menjadi dua jenis yaitu :


1. Gypsum alam, yaitu merupakan mineral hidrous sulfat yang yang
mengandung dua molekul air dengan rumus kimia CaSO4.2H2O, dimana jenis
batuannya adalah satinspar, alabaster, gypsite dan selenit, dengan warna
bervariasi mulai dari putih,kekuning-kuningan sampai abu-abu.
2. Gypsum sintetis, yaitu gypsum yang diperoleh dengan memproses air laut dan
air kawah yang banyak mengandung sulfat dengan menambahkan unsur
kalsium kedalamnya dan sumber lainnya adalah gypsum sebagai produk
sampingan pembuatan asam fosfat, asam sulfat dan asam sitrat.
Gypsum dapat terbentuk karena proses segregasi dan evaporasi selain itu,
dapat terbentuk karena proses hidrothermal. Sifat fisik gypsum antara lain:
berwarna putih, kuning, abu-abu, merah jingga atau hitam, bila tidak murni dapat
bersifat lunak maupun pejal. Kekerasan gypsum antara l,5 – 2 Mohs dan mempunyai
kilap sutera. Kelarutan dalam air adalah 2,1 gr/l pada suhu 40oC; 1 gr/l pada 0oC
dan 1,9 gr/l pada suhu 70o - 90oC. Kelarutan bertambah dengan penambahan HCI
atau HNO3. Pada umumnya gypsum mempunyai komposisi CaO: 32,6%; SO32-;
46,5% dan H2O: 20.9%. Pengolahan gypsum mempunyai tujuan untuk
menghilangkan mineral pengotor yang terkandung didalamnya serta untuk
mendapatkan spesifikasi yang diperlukan. Pada prinsipnya, pengolahan gypsum
terdiri dari 3 tahap yaitu; preparasi (pengecilan ukuran, pengayakan dan lain-lain)
kalsinasi dan formulasi.
Untuk Penggunaan gypsum dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Tidak melalui proses kalsinasi
Dipergunakan dalam pembuatan semen Portland dan sebagai pupuk.
Jenis ini meliputi 28% dari seluruh volume perdagangan.
2. Melalui proses kalsinasi
Sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan, flester paris,
bahandasar untuk pembuatan kapur, bedak, untuk cetakan alat
keramik,tuangan logam, gigi dan sebagainya. Jumlah tersebut meliputi
72% dariseluruh volume perdagangan (Sukandarrumidi,2009).

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

4
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Gips adalah kalsium sulfat dihidrat, CaSO4.2H2O. Saat mengeras, dimana


suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi
kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O dan pada temperatur lebih tinggi, anhidrat
dibentuk sebagaimana bertikut;
 Gipsum sampai 130o CaSO4.2H2O
 Hemihidrat sampai 200o (CaSO4)2.H2O
 Anhidrat CaSO4
Gipsum mempunyai sifat cepat mengeras adalah sekitar 10 menit. Karena
itu dalam pembuatan papan gipsum harus menggunakan bahan kimia untuk
memperlambat proses pengerasan tanpa mengubah sifat gipsum sebagai perekat.
Perlambatan tersebut dimaksudkan agar tersedia cukup waktu mulai dari tahap
pencampuran bahan sampai tahap pengempaan. Waktu pengerasan gipsum
bervariasi tergantung pada kandungan bahan dan airnya. Dalam proses pengerasan
gipsum setelah dicampur dengan air maka terjadi hidratasi yang menyebabkan
kenaikan suhu. Kenaikan suhu tersebut tidak boleh melebihi suhu 40 oC. Suhu yang
lebih tinggi lagi akan mengakibatkan pengeringan gipsum dalam bentuk
CaSO4.2H2O sehingga mengurangi bobot air hidratasi (Moslemi,1994).
1.6.2 Phosphogypsum

Phosphogypsum terbentuk sebagai produk sampingan dari produksi pupuk


dari batuan fosfat. Phosphogypsum terdiri dari setidaknya 75% kalsium sulfat
dihidrat (CaSO4.2H2O), yang umumnya dikenal sebagai gypsum. Phosphogypsum
biasanya masih mengandung kotoran dengan konsentrasi yang rendah, seperti
fosfat, fluor, dan silika.

Phosphogypsum adalah produk samping dari produksi asam fosfat dengan


memperlakukan bijih fosfat (apatit) dengan asam sulfat menurut reaksi berikut:

Ca5(PO4)3X + 5 H2SO4 + 10 H2O → 3 H3PO4 + 5 CaSO4.2H2O + HX

di mana X dapat mencakup OH, F, Cl, atau Br

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

5
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Phosphogypsum adalah semyawa radioaktif ,karena kehadiran alami


uranium dan thorium. Deposit fosfat laut biasanya memiliki tingkat yang lebih
tinggi radioaktivitas dari deposit fosfat beku, karena uranium hadir dalam air laut.
Phosphogypsum juga dapat mengandung kadar tinggi cadmium (Craig,1992).

Phosphogypsum memiliki sifat sebagai berikut:


Rumus Molekul : CaSO4.2H2O
Kandungan : 94%
Berat molekul : 172.17
Warna : putih kecoklatan
Bentuk : batuan monoclinic
Specific gravity : 2.32
% CaO : 30%
%SO3 : 44%
%P2O5 : 1,00%
Kelarutan : larut dalam alkali
(Data laboraturium Operasi Pabrik Gypsum, 2014)

1.6.3 Wallboard

Papan dinding pada umumnya terdiri dari bahan utama yang bersifat tahan api,
yaitu gypsum (CaSO4.H2O). Pada pembuatannya, papan dinding mempunyai
campuran bahan berserat. Bahan utama yang berupa gypsum sebagian besar pada
pembuatannya telah mengalami dehidrasi (CaSO4.1/2H2O) (Field,1958).
Gypsum board atau papan gypsum juga memiliki berbagai macam merek antara
lain, gypsum jayaboard, gypsum elephant, gypsum knauf dan gypsum aplus,
dengan jenis sebagai berikut:

 Tipe X, memiliki ketahanan terhadap panas atau api


 Jenis Vapor Barrier, biasanya dilengkapi dengan foil untuk menahan
kelembaban
 Inti papan gypsum anti air, biasa digunakan di dapur dan kamar mandi

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

6
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

 Papan gypsum Exteror , untuk digunakan di langit-langit eksterior, sofit dan


atap

Panel yang akan dipasang dikenal sebagai papan gypsum, wallboard, eternit
(merk dagang AS, Inggris, Irlandia, Spanyol, Australia), Gibraltar GiB papan atau
dinding dan langit-langit lapisan (merk dagang Selandia Baru, merek dagang dari
Winstone Wallboards), Rock Lath, Sheetrock (merek dagang dari USG
Corporation), Rigips (merk dagang Jerman dan Eropa Tengah). Pada saat ini, papan
gypsum yang dijual dipasaran hanya berbahan baku gypsum dan memiliki serat
fiber maupun campuran pulp.

Ketebalan umum yang digunakan adalah 12,5 mm (setara dengan 1/5″),


biasanya digunakan untuk dinding (partisi), dan 9,5 mm (setara dengan 3/8″),
biasanya digunakan untuk langit-langit (plafon). Papan tebal 15 mm biasanya juga
tersedia.

Papan gypsum umumnya dibuat dengan salah satu dari dua tepi yang
berbeda perawatan - ujung runcing, di mana sisi panjang dari papan yang runcing
dengan lebar bevel di depan untuk memungkinkan bahan jointing rata dengan sisi
papan utama, dan dataran tepi, digunakan di mana seluruh permukaan akan
menerima lapisan tipis (skim coat) dari plaster finishing (compound) (SNI 03-6384-
2000).

Standar Wallboard di Indonesia belum ada ketentuan, sehingga sifat-sifat


Wallboard mengacu kepada sifat - sifat papan semen partikel. Plafon yang terbuat
dari gypsum, harus memiliki kadar air maksimal 30%. Sifat papan semen partikel
secara lengkap menurut paten (Bison 1975) adalah sebagai berikut:

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

7
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Tabel 2. Sifat fisik papan semen Bison


Sifat Fisik Ketetapan
Keteguhan patah 90-150 kg/cm2
Modulus elastisitas 30.000-50.000 kg/cm2
Keteguhan tekan 150 kg/cm2
Keteguhan tarik tegak lurus 4-6 kg/cm2
Kuat pegang sekrup untuk
90-120 kg/cm2
panil dengan tebal 12-24 mm

Sifat-sifat papan semen partikel ditentukan oleh dua komponen dasar, yaitu
kayu atau bahan berlignoselulosa sebagai bahan baku dan semen sebagai
perekatnya. Papan semen partikel ini bisa dilapisi dengan bahan lain yang
mempunyai kekuatan yang baik (Bison 1975).

1.6.4 Semen Putih

Semen sebagai bahan pengikat partikel memiliki ketahanan yang istimewa


terhadap perusakan dan pembusukan, serangga dan api, sehingga papan partikel
yang menggunakan perekat semen cocok untuk permukaan dinding- dinding
eks terior dan interior (Haygreen & Bowyer 1989). Untuk campuran pada
pembuatan papan, semen memiliki tujuan untuk mengurangi daya serap air, selain
itu semen juga akan menngkatkan nilai kuat tekan, karena semen memiliki sifat
keras.

Semen portland adalah sejenis bahan ikat hidrolisis yang dihasilkan oleh
pabrik. Semen portland diperoleh dari hasil pembakaran bahan- bahan dasar yang
terdiri dari batu kapur (yang mengandung CaO), tanah geluh atau serpih (yang
mengandung H2O dan SiO2) dan tambahan bahan lain sesuai dengan jenis semen
yang diinginkan. Campuran dari bahan tersebut selanjutnya dibakar pada
temperatur tinggi dalam tanur bakar hingga diperoleh butir–butir klingkar,
kemudian klingkar digiling halus secara mekanis sambil ditambahkan gypsum tak

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

8
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

terbakar dan hasilnya berbentuk tepung kering yang dikemas dalam kantong
semen (Purwoko TB. 1980).

Semen portland sebagai perekat hidrolis dapat mengeras apabila


bersenyawa dengan air dan akan membentuk benda padat yang tidak larut dalam
air. Jumlah air yang digunakan untuk sejumlah semen menentukan kualitas
adukan campuran yang dihasilkan (Purwoko TB. 1980). Semen Portland
cenderung lebih tahan terhadap air dan sifat mengeras lebih cepat dibandingkan
dengan jenis semen yang lain, sehingga umum dipakai dalam pembuatan papan
semen partikel ( Simatupang 1974).

Menurut Moslemi (1994), secara umum komposisi bahan kimia yang


terdapat dalam semen portland adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Komposisi bahan kimia semen portland


Nomor Komposisi bahan kimia Jumlah (%)
1 Kapur (CaO) 60
-
2 Silikat (SiO2) 19
8
3 Alumina (Al2O3) 0-
3,0
2
4 Besi oksida (Fe2O3) 4-
0,7
7,0
-
5 Magnesia (MgO) 1,5
3,0
-
6 Sulfur trioksida (SO3 ) 0,0
7,2
-
7 Soda (Na2O) 0,1
1,0
-
8 Potasium (K2O) 0,3
1,5
-
Sumber : Moslemi (1994) 0,6

1.6.5. Serbuk Gergaji

Serbuk gergaji atau serbuk kayu merupakan limbah industri penggergajian


kayu. Selama ini limbah serbuk kayu banyak menimbulkan masalah dalam
penanganannya yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar
yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga
penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

9
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah dengan teknologi aplikatif


dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada masyarakat.

Pemanfaatan utama dari serbuk gergaji adalah sebagai bahan campuran


pembuatan papan partikel di mana serbuk gergaji disatukan dengan lem membentuk
papan. Serbuk gergaji juga bisa diolah menjadi pulp yang lalu diolah kertas. Dalam
pertanian, serbuk gergaji dapat menjadi mulsa (material penutup tanaman budidaya
yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan
gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tumbuh dengan baik). Serbuk
gergaji juga bisa menjadi penyerap cairan sehingga cairan yang tumpah dapat lebih
mudah dibersihkan (Felman ,2005).

Selain itu, serbuk gergaji dapat diolah dengan dibentuk menjadi bahan bakar
briket yang kemudian diarangkan. Pemanfaatan ini pertama kali dilakukan secara
komersial oleh Henry Ford dari serbuk gergaji dan kayu bekas yang dihasilkan
pabrik mobilnya (Green,2006).
Di dalam pembuatan papan komposit penambahan serbuk gergaji akan
memberikan beberapa manfaat diantaranya:
1. Memiliki berat yang realtif ringan sehingga cocok digunakan untuk
bahan bangunan
2. Memiliki daya hantar panas dan listrik relatif rendah
3. Mempunyai isolasi dan akuistik sehingga bahan ini cocok untuk bahan
kedap suara
4. Relatif lebih tahan terhadap rayap dan jamur dibanding dengan papan
kayu
5. Serbuk gergaji akan mengisi rongga - rongga pada papan, sehingga
dalam jumlah tertentu akan menambah kepadatan papan.
Dalam penelitian pembuatan wallboard ini digunakan serbuk gergaji dengan
ukuran halus (30 mesh) dan kasar (3/4 mesh) yang dicampurkan.

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

10
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

1.6.6 Pembuatan Papan Semen

Menurut paten (Bison 1975) pembuatan papan semen partikel dapat


dijabarkan sebagai berikut :

1. Persiapan flake (flake preparation)

Pada tahapan awal ini , kayu dibersihkan dari kulit dan


disimpan selama beberapa bulan yang bertujuan untuk mengurangi
kadar air sekaligus mengurangi zat-zat penghambat ikatan antara
semen dengan partikel-partikel kayu.

2. Pembuatan partikel

Kayu dipotong -potong menjadi ukuran yang lebih kecil yaitu


sekitar 50 cm dengan chain saw, kemudian dimasukkan dalam flaker.
Hasilnya berupa partikel berukuran panjang 30- 40 mm dengan tebal
0,2- 0,3 mm. Partikel yang ukurannya lebih besar dari (panjang 30-
40 mm dan tebal 0,2- 0,3 mm) secara otomatis dipisahkan dan
kemudian digiling kembali lalu disimpan dalam storage bin.

3. Pengendalian kadar air

Pengendalian dan pengukuran kadar air dalam flake


dilakukan di storage bin secara kontinyu. Variasi kadar air
dikompensasi dengan cara penambahan air pada tahap pengolahan
selanjutnya.

4. Perimbangan dan pembuatan adonan (proportioning and mixing)

Pembuatan adonan dilakukan didalam tangki pencamur


(mixing station) dimana bahan-bahan dalam pembuatan papan semen
partikel seperti semen, kayu, air dan zat kimia tambahan sebelum
dicampur harus melalui tahap penimbangan sesuai dengan kebutuhan.

5. Pembuatan lembaran (mats forming)


M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

11
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Kualitas lapik dipengaruhi oleh ukuran tebal akhir panil,


sehingga diperlukan penyebaran adonan secara merata diatas plat
cetakan. Penyebaran adonan yang homogen dalam cetakan sangat
berpengaruh terhadap kerapatan lapik.

6. Pengempaan (pressing )

Tingkat tekanan tergantung pada ukuran dan ketebalan papan


serta jumlah papan. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama
karena harus berjalan dengan pelan dan hati hati.

7. Pengerasan awal, pematangan dan pengkondisian (hardening,


maturing, dan conditioning)

Untuk tahap pengerasan awal, panil diberi tekanan dan panas


yang dikontrol. Pemberian panas dilakukan selama 6-- 8 jam.
Pematangan papan semen dengan partikel kayu memerlukan waktu
minimal 18 hari. Sehingga panil mencapai kekuatan yang optimal.
Lembaran -lembaran panil ditumpuk digudang atau diletakkan
berdiri tegak dan diberi celah supaya sirkulasi udara baik, sehingga
kadar air panil dengan lingkungan sesuai.

8. Penyelesaian (finishing )

Penyelesaian dilakukan dengan cara pengamplasan panil


pada satu sisi atau dua sisi sesuai permintaan
konsumen.Pengamplasan pada satu atau dua sisi harus
memperhatikan tingkat ketebalan. Pada umumnya untuk meratakan
tepi papan menggunakan mesin pemotongan manual yang
digunakan pada industri papan partikel (Bison,1975).

1.7 Landasan Teori

1.7.1 Kalsinasi

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

12
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Kalsinasi merupakan proses penghilangan air, karbon dioksida atau gas lain
yang mempunyai ikatan kimia dengan bijih. Kalsinasi adalah pemanasan yang
dilakukan terhadap bijih dalam hal ini gypsum agar terjadi dekomposisi dan juga
untuk mengeleminasi senyawa yang berikatan secara kimia dengan gypsum yaitu
karbon air. Proses yang dilakukan adalah pemanggangan dengan temperatur yang
bervariasi bergantung dari jenis senyawa karbonat. Kalsinasi adalah proses yang
endotermik, yaitu memerlukan panas. Panas diperlukan untuk melepas ikatan kimia
dari air kristal karena dengan panas maka ikatan kimia akan menjadi renggang dan
pada temperatur tertentu atom-atom yang berikatan akan bergerak sangat bebas
menyebabkan terputusnya ikatan kimia.

Untuk produk cement retarder dalam bentuk hemihydrate dilakukan dengan


kalsinasi pada suhu antara 150oC-160oC dimana pada suhu 128oC gypsum
kehilangan 1.5 % molekul air. Reaksi yang terjadi adalah :

CaSO4.2H2O(s) CaSO4. ½ H2O(s) + 1 ½ H2O (G)

( Kirk Othmer, 1962)

Apabila produk yang diinginkan adalah calcium sulfate anhydrate, maka


proses kalsinasi gypsum dilakukan pada suhu lebih tinggi. Calcium sulfate
anhydrate terdiri dari 2 macam produk yaitu calcium sulfate anhydrate soluble dan
calcium sulfate anhydrate insoluble. Untuk calcium sulfate anhydrate soluble
proses kalsinasi dilakukan pada suhu 140 0C sampai dengan 200 0C. Untuk calcium
sulfate anhydrate insoluble dapat diperoleh dengan proses kalsinasi pada suhu 900
0
C selama 1 jam. Reaksi yang terjadi :

CaSO4.2H2O(s) CaSO4(s) + 2H2O (g)


(Kirk Othmer, 1962)

Untuk tahap proses kalsinasi,gypsum harus diubah bentuk atau dilakukan


size reduction, kemudian dikalsinasi pada temperatur 97 oC menghasilkan gypsum
hemi hidrat (stucco/plaster paris) : CaSO4. 0,5 H2O.
 Pada temp 170oC berubah menjadi ß hemihidrat.

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

13
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

CaSO4.2H2O CaSO4 0,5 H2O + 1,5 H2O


 Pada temperatur 200 oC akan terbentuk plaster anhidrous kalsium sulfat, bersifat
kurang plastis, keras dan kuat.
CaSO4.2H2O CaSO4 + H2O`
 Pada temp. 500oC dihasilkan insoluble anhidrit atau dead burning gypsum. Bila
ditambah accelerator akan dihasilkan plaster
CaSO5.2H2O CaO + SO3 + 2 H2O
 Pada temp 900 oC dihasilkan masa sangat padat, keras, ketahanan tinggi.

1.7.2 Densitas

Densitas didefinisikan sebagai: massa per satuan volum. Dinyatakan dalam


persamaan sederhana:

(1)

Keterangan :
ρ = Densitas (Kilogram/Liter)
m = Massa (Kilogram)

V = Volume (Liter)
(Perry’s,1997)

Dalam kenyataannya terdapat sampel yang mempunyai ukuran dan bentuk


yang tidak teratur, sehingga pada volume mengalami kesulitan pengukuran serta
kerapatannya diragukan. Pengukuran kerapatan massa memberikan hasil yang lebih
akurat dapat dilakukan dengan metode Archimedes. Dalam pengukuran
Archimedes bahannya dilapisi lilin agar pori-pori yang terbentuk tidak terisi oleh
air.

1.7.3 Kuat Lentur

Nilai kuat lentur (fr) dapat dihitung menggunakan persamaan (Dieter,1981)

3𝑃𝐿
𝑓𝑟 = (2)
2𝐵𝐻 2

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

14
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Dengan P adalah beban patah maksimum (kg),L adalah jarak tumpuan (cm), B
adalah lebar rata-rata benda uji (cm), H adalah tebal rata-rata benda uji (cm) dan fr
adalah kuat lentur benda uji (kg/cm2).

1.7.3.A (Metode A-Laju Pembebanan Tetap)

Metode uji ini menyediakan prosedur evaluasi kuat lentur panel atau papan
gips. Metode uji ini digunakan untuk menetapkan kesesuaian dengan spesifikasi
panel atatu papan gips. Hubungan antara metode uji ini dengan kinerja pelaksanaan
belum ditentukan (SNI 03-6384-2000).
Dalam prosedur pengujiannya, untuk benda uji yang menggunakan bahan
permukaan sejajar serat maupun tegak lurus serat, pengujian dilakukan terhadap
masing-masing permukaan atas dan bawah. Meletakkan setiap benda uji di atas
dua tumpuan tetap yang sejajar dan berjarak 356 mm. penerapan beban dilakukan
di tengah kedua perletakan tersebut melalui tumpuan tetap yang serupa. Semua
tumpuan dan permukaan beban harus rata, dan harus menyangga lebar benda uji
sepenuhnya, serta harus berbentuk bulat dengan jari-jari 3,2 mm. terapkan beban
uji dengan tingkat pertambahan beban yang seragam sebesar 4,45 N/detik dengan
penyimpangan yang diizinkan sebesar ±10%. Beban diberikan melalui suatu alat
control tingkat pertambahan beban secara manual (gambar 1) yang independen
selama dilakukannya pengujian untuk masing-masing contoh uji dan dapat
mempertahankan tingkat pembebanan tertentu dalam selang waktu tertentu selama
pengujian. Beban ditentukan pada waktu terjadinya kegagalan melintang pada
kertas dan lapisan inti melalui ketebalan dari panel. Benda uji harus tidak
memperlihatkan lepasnya ikatan antara lapisan permukaan dengan lapisan iti
sebelum terjadinya kegagalan melintang pada panel (SNI 03-6384-2000).

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

15
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Gambar 1. Sketsa alat uji kuat lentur secara manual


dengan pembebanan tetap
1.7.3.B (Metode B-laju Kecepatan Tetap)
Metode pengujian ini, dapat diterapkan pada mesin uji universal Testing
Machine. Alat ini sering menggunakan load cell elektronik dan alat pencatat data
untuk mengumpulkan informasi dari benda yang sedang diuji. Alat ini biasanya
menggunakan pembebenan pada kecepatan yang tetap untuk mendapatkan
perubahan bentuk pada pengontrol kecepatan pembebanan benda uji, yang
merupakan nilai tetap dari renggangan alat.

Gambar 2. Susunan mesin uji

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

16
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Dalam prosedur pengujian, menempatkan benda uji dengan menghadap ke


atas atau ke bawah sesuai keperluannya di atas penumpu-penumpu. Ujung benda
uji harus menonjol ke arah luar penumpu kira-kira 25 mm. penempatan papan gips
yang berlubang harus sedemikian rupa sehingga beban uji tidak dapat berada di
bagian lubang tersebut. Setelah benda uji ditempatkan, indikator penunjuk beban
harus dinolkan. Selanjutnya terapkan beban pada kecepatan regangan 25 mm/detik
±5 detik sampai terjadi kegagalan melintang pada kertas pelapis dan lapisan inti di
seluruh tebal benda uji (gambar 3) (SNI 03-6384-2000).

Gambar 3. Mesin uji kelenturan (Universal) dengan laju kecepatan tetap


Pada pengujian wallboard yang digunakan yaitu menggunakan pengujian
dengan kecepatan tetap yaitu 0.5 mm/s, hal ini dikarenakan

1.7.4 Kuat Tekan


Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan
persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.
Semakin tinggi kekuatan struktur dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton
yang dihasilkan (Mulyono, 2004).
Tata cara pengujian yang umumnya dipakai adalah standar ASTM C39-86.
Kuat tekan masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan tertinggi (fc’)
yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan
(Dipohusodo, 1999).

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

17
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

s
Gambar 4. Metode pengujian kuat tekan
Rumus yang digunakan pada persamaan (3-1) untuk mendapatkan nilai
kuat tekan beton berdasarkan percobaan di laboratorium adalah sebagai berikut
(Dieter,1981):
𝑃
𝑓𝑐′ = (3)
𝐴

Dimana fc’ = kuat tekan (MPa)


P = beban tekan (N)
A = luas penampang benda uji (mm2)
Beton akan mempunyai kuat tekan yang tinggi jika tersusun dari bahan lokal
yang berkualitas baik. Bahan penyusun beton yang perlu mendapat perhatian adalah
agregat, karena agregat mencapai 70-75% volume beton (Dipohusodo, 1996). Oleh
karena kekuatan agregat sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton, maka hal-
hal yang perlu diperhatikan pada agregat adalah:
a. Permukaan dan bentuk agregat
b. Gradasi agregat
c. Ukuran maksimum agregat

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

18
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

1.7.5 Daya Serap Air


Pengukuran daya serap merupakan persentase perbandingan antara selisih
massa basah dengan massa kering dengan massa kering. Untuk rumus daya serap
air merujuk pada SNI 01-4449-2006 didapatkan persamaan:

𝑚𝑏−𝑚𝑘
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟 (%) = 𝑥 100% (4)
𝑚𝑘

Dimana : mk adalah berat kering (gram)


mb adalah berat basah (gram)

Untuk mendapatkan berat basah maka bahan yang akan diuji harus
direndam terlebih dahulu dalam air kurang lebih 24 jam.

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

19
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Bahan
1. Gypsum
Diperoleh dari PT. APLUS Pacific
2. Semen Putih
Diperoleh dari PT. Indocement Tunggal Perkasa
3. Serbuk Gergaji (campuran ukuran 30 mesh dan ¾ mesh)
Diperoleh dari pengrajin kayu jati
4. Air

2.2 Rangkaian Alat

Gambar 5. Rangkaian alat pembuatan wallboard

Keterangan :
a. Adonan
b. Cetakan ukuran 30 x 30 cm
c. Plastik
d. Alas (seng/keramik)

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

20
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

A
B

Gambar 6 Rangkaian Universal Testing Machine


Keterangan :
a. Komputer
b. Penekan
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Pembuatan Wallboard
Pembuatan wallboard ini mengacu pada pembuatan papan semen
menurut patent (Bison 1975) yang dimulai dengan menyiapkan cetakan
ukuran 30 x 30 cm yang diletakkan diatas plastik beralaskan
keramik/seng. Kemudian menimbang gypsum dan semen putih dengan
perbandingan 9 : 1 dan 5 % serbuk gergaji dari berat total gypsum dan
semen. Campuran kering tersebut lalu diaduk agar merata lalu
ditambahkan air sebanyak 65% dari berat total campuran. Kemudian
diaduk hingga homogen hingga terbentuk sludge. Selanjutnya
menuangkan adonan kedalam cetakan dan menggetarkan cetakan agar
adonan merata. Setelah cetakan terisi penuh, adonan dipress
menggunakan dongkrak saat adonan mulai mengering. Percobaan

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

21
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

diulangi dengan variasi massa sebuk gergaji sebesar 10%, 15%, 20% dan
25 %. Dan mengulangi percobaan tersebut dengan perbandingan gypsum
: semen putih sebesar (8 : 2), (7 : 3), dan (6 : 4) seperti langkah
sebelumnya.
2.3.2 Proses Pengeringan Wallboard
Wallboard yang telah mengeras kemudian dilepaskan dari
cetakan. Setelah terlepas, wallboard kemudian di jemur menggunakan
sinar matahari, sampai wallboard benar benar sudah tidak basah lagi.
Setelah wallboard kering oleh sinar matahari, kemudian wallboard
dikeringkan lebih lanjut menggunakan oven dengan suhu 70oC selama 5
jam dan dikeringkan lebih lanjut dengan sinar matahari selama 1 minggu.

2.4 Diagram Alir Pembuatan Wallboard


Bahan baku gypsum : semen = 9 : 1 dan
serbuk gergaji 5% dari berat total

Air 65% dari berat Pencampuran bahan baku


total adonan kering

Pengadukan adonan dengan mixer dan


penuangan ke dalam cetakan

Pengepressan menggunakan dongkrak

Pengeri material penutup tanaman


budidaya yang dimaksudkan untuk
menjaga kelembaban tanah serta

Pengeringan lanjut menggunakan sinar Pengujian


matahari selama 1 minggu Hasil

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

22
Pengaruh Komposisi Bahan Tehadap Sifat isik
WallBoard Dari Gypsum

Pengujian Hasil : 1. Pengujian Kuat lentur


2. Pengujian Kuat tekan
3. Pengujian Kuat Tekan dalam
4. Pengujian Daya Serap Air
2.5 Analisa Hasil
2.5.1 Pengujian Daya Serap Air
Wallboard dipotong dengan ukuran 10 x 10 cm , kemudian dioven
selama 2 jam dengan suhu 100oC, sampai beratnya konstan dan dianggap
sebagai berat mula-mula. Wallboard yang telah dioven kemudian direndam
di dalam air selama 24 jam. Berat setelah perendaman dianggap sebagai
berat akhir. Daya serap air dapat dihitung dengan rumus
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

2.5.2 Pengujian kuat Lentur dan Kuat Tekan


Wallboard yang sebelumnya berukuran 30 x 30 cm dipotong dengan
ukuran tebal : panjang yaitu 1 : 20 cm dengan lebar 10 cm. Pengujian kuat
lentur dan kuat tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal
Testing Machine, dimana alat bekerja secara otomatis dengan sistem
komputer. Pembeban pada alat UTM untuk pengujian kuat tekan dan kuat
lentur berbentuk plat ukuran 10 cm dengan menekan lebar papan pada
bagian tengah. Pada pengujian ini, papan diberi penyangga pada kedua
ujungnya dan penekan akan menekan pada bagian tengah papan
dengan kecepatan tertentu
.
2.5.3 Pengujian Kekerasan
Untuk pengujian kekerasan, sampel harus berukuran minimal 5 x 5
x 5 cm. Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat Universal
Testing Machine. Untuk pengujian kekerasan, penekan berbetuk plat
silinder. Pada pengujian ini, kubus diletakan pada plat datar lalu ditekan
dengan penekan yang diatur dengankecepatan tertentu.

M. Fadrian Doeano P.N ( 121140097 )

23

Anda mungkin juga menyukai