Anda di halaman 1dari 73

BAB I

DASAR DASAR GEOMETRI 1

A. Unsur-unsur Yang Tidak Terdefinisi


Menurut Euclid dalam bukunya The Element ada yang disebut
primitif. Istilah primitif ditujukan untuk konsep-konsep sederhana
yang mudah dipahami dan sulit dibuatkan batasannya. Yang
kemudian oleh para ahli geometri modern konsep-konsep tersebut
dikelompokkan ke dalam istilah-istilah yang tidak didefinisikan
(undefined). Unsur yang tidak didefinisikan adalah konsep primitif
yang mudah dipahami tetapi menjadi blunder (berbelit/melingkar)
apabila kita mencoba membuat definisinya.1 Misalnya kita akan
membuat definisi untuk titik, seperti titik adalah sesuatu yang
menempati tempat. Kemudian kita harus mendefinisikan lagi
sesuatu yang menempati tempat itu apa, misalnya noktah yang ada
pada bidang. Kemudian kita harus mendefinisikan tentang noktah
itu apa, dan seterusnya. Oleh karena itu, para ahli geometri
mengelompokkan semua konsep yamg memiliki sifat demikian
(titik, garis, dan bidang) ke dalam kategori unsur yang tidak
didefinisikan atau disebut pengertian pangkal.
1. Titik
Dalam geometri, titik merupakan konsep abstrak yang
hanya mempunyai posisi yang tak berwujud atau tidak
berbentuk, tidak mempunyai ukuran, tidak mempunyai berat,
atau tidak mempunyai panjang, lebar, maupun tinggi. Hal
tersebut mengisyaratkan bahwa “titik” adalah sebuah hal yang
paling mendasar untuk mempelajari geometri. Untuk keperluan
berkomunikasi yang berhubungan dengan titik, maka diperlukan

1
Goenawan Roobyanto, Geometri pengukuran dan statistika (Malang : Gunung Samudra, 2014)
hlm.3.

GEOMETRI 1
simbol atau model. Gambar simbol atau model untuk titik
digunakan noktah (dot) seperti di bawah ini.
• • •
Gambar 1.1 titik
Gambar atau model sebuah titik biasanya diberi nama.
Nama untuk sebuah titik umumnya menggunakan huruf kapital
yang diletakkan dekat titik tersebut, misalnya seperti contoh
dibawah ini menggambarkan titik A, titik P, dan titik Z.2

•A • P •Z

Gambar 1.2 titik

2. Garis
Garis merupakan garis lurus yang dapat kita bayangkan
sebagai kumpulan titik-titik yang memanjang secara tak
terhingga kedua arah. Dapat disimpulkan garis adalah ide atau
gagasan abstrak yang bentuknya lurus, memanjang, kedua arah,
tidak terbatas atau tidak bertitik akhir, dan tidak tebal. Sebuah
garis mempunyai panjang yang tidak terbatas, lebar nol, dan
tinggi nol. Karena itu garis juga dikelompokan kedalam unsur
yang tidak di definisikan.

Gambar 1.3 garis

2
Ibid , hlm.5.

GEOMETRI 2
Menamai sebuah garis dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara. Pertama dengan menggunakan sebuah
huruf kecil pada salah satu ujung garis (gambar 1.4). Kedua
dengan menggunakan dua huruf besar yang diletakkan pada dua
titik pada garis tersebut (gambar 1.5). 3Dibawah ini adalah dua
cara memberi nama terhadap garis.

g
Gambar 1.4 garis
B

A Gambar 1.5 garis

Garis yang paling atas adalah garis g dan yang garis paling
bawah adalah garis AB. Notasi untuk menyatakan garis AB
ditulis dengan AB. Garis juga disebut sebagai unsur geometri
satu dimensi. Karena garis adalah konsep yang hanya memiliki
unsur panjang saja (linier).4
3. Bidang
Bidang dapat dikatakan sebagai kumpulan titik yang
jumlahnya tak terhingga yang membentuk permukaan rata yang
melebar ke segala arah sampai tak terhingga. Sebuah bidang
mempunyai panjang tak terbatas, lebar tak terbatas, dan tinggi
nol. Bidang termasuk kedalam bangun dua dimensi, karena
bidang dibentuk oleh dua unsur yaitu panjang dan lebar. Sebuah
bidang, biasanya digambarkan dengan gambar segi empat, dan

3
Goenawan Roobyanto, Geometri pengukuran dan statistika (Malang : Gunung Samudra, 2014)
hlm.6.
4
Ibid, hlm 7.

GEOMETRI 3
diberi nama dengan satu huruf besar.5 Untuk membedakannya
dengan titik, biasanya ditulis kata bidang didepan huruf besar
yang menjadi namanya. Atau mnggunakan huruf-huruf besar
yang disimpan di ttik-titik sudut bidang tersebut. Berikut adalah
cara memberi nama sebuah bidang,
B C

R
A A D

Bidang R (gambar 1.6) Bidang ABCD (gambar 1.7)

B. Unsur-unsur Yang Terdefinisi


Unsur-unsur yang didefinisikan adalah konsep yang
mempunyai definisi atau batasan. Sehingga dengan definisi konsep-
konsep tersebut menjadi jelas, tidak ambigu atau tidak bermakna
ganda. Syarat sebuah definisi adalah harus singkat, padat, jelas, dan
tidak mengandung pengertian ganda. 6Unsur yang didefinisikan
adalah konsep-konsep yang dikembangkan dari unsur-unsur yang
tidak didefinisikan. Misalnya sinar garis, ruas garis, segitiga,
lingkaran dikembangkan dari konsep garis sebagai usur yang tidak
didefinisikan.
1. Ruas Garis
Ruas garis adalah potongan-potongan sebuah garis yang
memiliki sebuah titik ujung. Ruas garis diberi nama menurut
kedua titik ujung.7

5
Edkohn ms, cliffs Quick Review tmGeometry,( Bandung : pakar raya, 2003) hlm.5.
6
Goenawan Roobyanto, Geometri pengukuran dan statistika,(Malang:Gunung Samudra, 2014)
hlm.3.
7
Edkohn ms, cliffs Quick Review tmGeometry,( Bandung : pakar raya, 2003) hlm.7.

GEOMETRI 4
Jika ruas garis dibagi menjadi bagian-bagian:
a. Panjang keseluruhan ruas garis sama dengan jumlah dari
panjang semua bagian
b. Panjang keseluruhan ruas garis lebih panjang dari bagian
manapun.
c. Dua ruas garis yang panjangnya sama maka disebut
kongruen
Gambar 1.1 mengilustrasikan sebuah garis AB untuk
melambangkan sebuah ruas garis yaitu terdapat garis diatas huruf
ujung

Ruas garis AB ( )

Gambar 1.8 garis


2. Sinar garis
Sinar garis ialah bagian dan sebuah garis yang memiliki satu titik
ujung biasa disebut titik pangkal. Symbol sinar garis dapat ditulis
dengan memberi tanda panah diatas huruf titik ujung .8
Gambar 1.9 mengilustrasikan sinar garis

A B
Gambar 1.9 garis

Bagian yang tidak terkena tanda panah dari symbol garis terletak
diatas titik ujung.

8
Ricky, 2015, Matematika Asik , http://matematikaasikbanget.blogspot.co.id/2016/09/geometri-
bidang-titik-garis-sudut-bidang.html , diakses pada 27 Oktober 2017 pukul 14.42

GEOMETRI 5
3. Titik tengah
Titik tengah ialah titik yang membagi dua ruas garis sama
panjang titik tengah bagian dari ruas garis. 9Gambar 1.3
mengilustrasikan titik tengah.

Gambar 1.10 garis


C merupakan titik tengah dari
AC = ½.AB BC = ½.AB

Contoh :
H I J K L M N O P

5 10 15 20 25 30 35 40 45
HP = P+ H
= 45+ 5
= 50
Titik tengah HO = ½.HP
= ½.50
= 25 satuan
Jadi titik tengah HP berada di titik L.
4. Lingkaran
Lingkaran adalah himpunan semua titik pada bidang dalam jarak
tertentu yang disebut jari-jari dari suatu titik tertentu yang

9
Ricky, 2015, Matematika Asik , http://matematikaasikbanget.blogspot.co.id/2016/09/geometri-
bidang-titik-garis-sudut-bidang.html , diakses pada 27 Oktober 2017 pukul 14.42

GEOMETRI 6
disebut pusat10. Lingkaran adalah contoh dari kurva tertutup
sederhana, membagi bidang menjadi bagian dalam dan bagian
luar.
C. Aksioma atau Postulat
Aksioma adalah pendapat yang dijadikan pedoman dasar dan
merupakan dalil pemula, sehingga kebenarannya tidak perlu
dibuktikan lagi, atau suatu pernyataan yang diterima sebagai
kebenaran dan bersifat umum, tanpa memerlukan pembuktian.11
Contoh Aksioma :
1. Melalui dua titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis
lurus.
2. Jika sebuah garis dan sebuah bidang mempunyai dua titik
persekutuan, maka garis itu selruhnya terletak pada bidang.
3. Melalui tiga buah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah
bidang.
4. Melalui sebuah titik yang berada diluar sebuah garis tertentu,
hanya dapat dibuat sebuah garis yang sejajar dengan garis
tertentu tersebut.
Postulat adalah pernyataan yang diterima tanpa ada yang
menyamakan postulat dengan aksioma sehingga mereka dapat
dipertukarkan.
Ada yang berpendapat bahwa ada harapan pada suatu saat
postulat dapat dibuktikan.

10
Goenawan Roobyanto, Geometri pengukuran dan statistika,(Malang:Gunung Samudra, 2014)
hlm.28.
11
Micco, Pengantar Aksioma dan postulat, https://pendidikan.id/main/forum/diskusi-
pendidikan/mata-pelajaran/508-pengertian-aksioma-dan-teorema , diakses pada 27 November 2017
pukul 14.45

GEOMETRI 7
Contoh Postulat:
1. Postulat Geometri
Dengan mistar dan jangka:
a) Dapat dilukis garis lurus dari suatu titik ke titik yang
lain
b) Dapat dihasilkan garis lurus terhingga dengan
sembarang panjang
c) Dapat dilukis lingkaran dengan sembarang titik
sebagai pusat dan jari-jari sembarang panjang.
2. Postulat Ekivalensi Massa
a) Hukum lembam Newton menggunakan massa
lembam,m G=ma
b) Hukum gravitasi Newton menggunakan massa
gravitasi, m dan M
c) Postulat : massa lembam m=massa gravitasi m dapat
diterangkan oleh Einstein
3. Postulat Robert Koch ( berupa etiologi spesifik )
a) Mikroba tertentu menyebabkan penyakit tertentu
[setelah Pasteur menemukan mikroba].
b) Dengan kata lain : setiap penyakit disebakan oleh satu
sebab mikroba tertentu.
D. Teorema atau Dalil atau Rumus
Teorema adalah suatu pernyataan matematika yang masih
memerlukan pembuktian dan pernyataanya dapat ditunjukkan nilai
kebenarannya atau bernilai benar.12
a) Teorema 1.1 : Jika dua garis saling memotong, maka
perpotongannya adalah sebuah titik.

12
Micco, Pengantar Aksioma dan postulat, https://pendidikan.id/main/forum/diskusi-
pendidikan/mata-pelajaran/508-pengertian-aksioma-dan-teorema , diakses pada 27 November 2017
pukul 14.45

GEOMETRI 8
b) Teorema 1.2 : Jika sebuah titik berada di luar garis, maka
terdapat tepat satu bidang yang melalui garis dan titik
tersebut.
c) Teorema 1.3 : Jika dua garis saling memotong, maka
terdapat tepat satu bidang yang melalui kedua garis tersebut.
Misalnya adalah "Jika dua sudut masing-masing sudut siku-siku
maka kedua sudut itu kongruen", dan "Jika dua sudut masing-
masing besuplemen dengan suatu sudut (yang sama) maka mereka
kongruen”.
Rumus-Rumus dasar Geometri

Segitiga
Luas = ½ × b × h
b = Dasar h = Tinggi lurus
gambar 1.11 segitiga

Persegi Panjang
Luas = w × h
w = Lebar
h = Tinggi gambar 1.12 persegi panjang

Persegi
Luas = a2
a = Sisi
gambar 1.13 persegi
Jajaran genjang
Luas = b × h
b = dasar
h = Tinggi
gambar 1.14 jajar genjang

GEOMETRI 9
Lingkaran
Luas = π × r2
Keliling = 2 × π × r
r = radius
gambar 1.15 lingkaran
Sektor
Luas = ½ × r2 × θ
r = radius
θ = angle in radian
gambar 1.16 sektor
E. Hubungan Titik, Garis, dan Bidang
1. Hubungan antara titik dan garis
Hubungan antara titik dan garis dapat terjadi dalam dua
kondisi. Pertama, titik pada garis dan kedua, titik di luar garis.
Letak titik pada garis apabila titik tersebut ada pada garis, atau
titik tersebut menjadi bagian dari garis. Apabila titik tersebut
diiriskan (∩) dengan garis hasilnya adalah titik itu sendiri
(gambar kanan). Sedangkan gambar kiri adalah letak titik di luar
garis. Titik di luar garis apabila titik tersebut tidak menjadi
bagian dari garis, atau apabila titik tersebut diiriskan (∩) dengan
garis hasilnya himpunan kosong (ø).13 Berikut gambar hubungan
titik dengan garis.

•P •Q

ℓ ℓ

Gambar 1.17 garis Gambar 1.18 garis

13
Nanang Ajim, Hubungan Antara, titik, garis, dan bidang
http://www.mikirbae.com/2017/02/hubungan-antara-titik-garis-dan-bidang.html diakses pada 27
November 2017 pukul 14.45

GEOMETRI 10
Sebuah titik yang terletak pada sebuah garis memisahkan
titik-titik pada garis menjadi tiga bagian yaitu, pertama titik-titik
di sebelah kiri garis, kedua titik-titik di sebelah kanan garis (dua
buah setengah garis) dan ketiga titik itu sendiri. Seperti pada
gambar di atas titik Q pada garis ℓ yang memisahkan titik-titik
pada ℓ menjadi tiga bagian pertama titik-titik dari Q ke kanan
atas, kedua titik-titik dari Q ke kiri bawah, dan ketiga titik Q itu
sendiri.
2. Hubungan antara titik dengan bidang
Keadaan di atas berlaku pula untuk hubungan titik dengan
bidang. Titik terletak pada bidang apabila irisan titik dengan
bidang menghasilkan titik itu sendiri. Atau titik tersebut menjadi
bagian bidang. Sedangkan titik tidak pada bidang apabila
irisannya himpunan kosong.

.B
.A
Gambar 1.19 persegi panjang
Titik A pada bidang persegi panjang, sedangkan titik B pada
bidang tersebut.
3. Hubungan antara garis dan bidang
Hubungan antara garis dan bidang dapat diklasifikasikan
menjadi: (1) garis terletak pada bidang, (2) garis tidak pada
bidang, dan (3) garis menembus/memotong bidang. Garis
terletak pada bidang apabila garis menjadi bagian dari bidang,
atau irisan garis dengan bidang menghasilkan garis itu sendiri.14

14
Nanang Ajim, Hubungan Antara, titik, garis, dan bidang
http://www.mikirbae.com/2017/02/hubungan-antara-titik-garis-dan-bidang.html diakses pada 27
November 2017 pukul 14.45

GEOMETRI 11
Gambar 1.20 : Letak garis g pada bidang membagi titik-titik
pada bidang menjadi dua setengah bidang dan garis itu sendiri.
Titik-titik di setengah bidang pertama berada di sebelah atas
garis g, titik-titik di setengah bidang kedua terletak disebelah
bawah garis g, dan ketiga titik-titik pada garis itu sendiri.
Gambar 1.21 : Letak garis di luar bidang apabila garis tidak
menjadi bagian bidang, atau irisan garis dengan bidang
merupakan himpunan kosong. Gambar 1.22 : Adapun garis
menembus/memotong bidang apabila persekutuan antara garis
dan bidang adalah sebuah titik. Berikut tiga kondisi/hubungan
antara garis dengan bidang.

g
Gambar 1.20 Gambar 1.21

Gambar 1.22

GEOMETRI 12
BAB II
DASAR-DASAR GEOMETRI 2
A. Sudut
Sudut dalam geometri adalah besaran rotasi suatu ruas garis dari
satu titik pangkalnya ke posisi yang lain.15 Selain itu dalam bangun
dua dimensi yang beraturan, sudut dapat pula diartikan sebagai
ruang antara dua buah ruas garis lurus yang saling berpotongan.
Adapun simbol untuk sudut adalah ∠ sedangkan istilah lain sudut
yaitu verteks (titik sudut).16
Bagian-bagian sudut antara lain :
1. Kaki sudut, sinar garis yang membentuk suatu titik sudut.
2. Titik sudut, titik potong pangkal sinar dari kaki sudut.
3. Daerah sudut, daerah yang terbentuk antara dua kaki sudut.
A

Daerah Sudut Kaki sudut


B

Titik Sudut C
Gambar 2.1 Bagian-bagian Sudut
Menghitung Besar Sudut
Besar sudut tergantung pada seberapa besar satu sisi sudut
harus dirotasi atau diputar terhadap titik sudutnya, sampai sisi ini
bertemu dengan sisi yang lain.

15
Galih Pambudi. http://galihpambudi22.blogspot.co.id/2015/06/sudut-pengertian-sudut-sudut-
dalam_20.html
diakses pada 05 September 2017 pukul 11.30.
16
Barnett Rich, Geometri (Jakarta:Erlangga,2004),hlm.4.

GEOMETRI 13
Gambar 2.2 Besar Sudut17
Dengan ketentuan titik sudut terletak pada pusat busur tersebut
dan satu sisinya berada disepanjang diameter 00-1800. Besar sudut
tidak akan berubah jika sisi-sisinya diperpanjang atau
diperpendek. Dengan demikian sudut tersebut akan membentuk
berbagai jenis sudut yaitu :
1. Sudut lancip (acute angle) adalah sudut yang besarnya kurang
dari 900.

Gambar 2.3 Sudut Lancip


2. Sudut siku-siku (right angle) adalah sudut yang besarnya 900.
A

B C
Gambar 2.4 Sudut Siku-Siku

3. Sudut tumpul (obtuse angle) adalah sudut yang besarnya lebih


dari 900 dan kurang dari 1800

17
Putu Darmayasa. http://1.bp.blogspot.com/-
hK4HAf4_0_Y/Vl_TSH5oiII/AAAAAAAAChE/EKxtkDUs4JU/s1600/langkah-
langkah_pengukuran_besar_sudut.PNG diakses pada 05 September 2017 pukul 12.45.

GEOMETRI 14
A

O B
Gambar 2.5 Sudut Tumpul
4. Sudut lurus (straight angle) adalah sudut yang besarnya 1800.
Dengan sisi-sisi sudut lurus terletak pada garis lurus yang
sama. Tetapi jangan campur-adukan sudut lurus dengan garis
lurus.

Gambar 2.6 Sudut Lurus


5. Sudut refleks (reflex angle) adalah sudut yang besarnya lebih
1800 dan kurang dari 3600.

Gambar 2.7 Sudut Refleks


Fakta-fakta mengenai sudut :
1. Sudut kongruen adalah sudut-sudut yang mempunyai derajat
yang sama. Dengan kata lain m∠A = m∠B
2. Garis- bagi (garis pembagi- dua), suatu sudut akan membagi
sudut tersebut menjadi dua bagian yang kongruen.
3. Tegak lurus adalah garis-garis, sinar-sinar, atau ruas garis-
ruas garis yang saling bertemu dan membentuk sudut siku-
siku. Simbol untuk tegak lurus adalah ┴.

GEOMETRI 15
4. Garis-berat (garis-bagi tegak lurus), suatu ruas garis tertentu
bersifat tegak lurus terhadap dan membagi-dua ruas garis
tersebut.18
B. Jenis-jenis Pasangan Sudut
1. Sudut-sudut berdampingan: sudut-sudut berdampingan adalah
dua sudut yang dipisahkan oleh sinar garis dan mempunyai titik
sudut yang sama.
B
D

A C
Gambar 2.8 Sudut Berdampingan
2. Sudut-sudut vertikal (bertolak belakang), terbentuk ketika dua
garis saling memotong dan membentuk empat sudut. Setiap dua
sudut dari keempat sudut ini yang bukan merupakan sudut
berdampingan disebut sudut bertolak belakang19.

2
1 3
4

Gambar 2.9 Sudut Vertikal

18
Op.cit.,hlm.6-7.
19
Ed Kohn,MS.CliffsQuickReviewTM Geometri,(Bandung:Pakar Raya,2003),hlm.16.

GEOMETRI 16
3. Sudut-sudut komplementer (berpenyiku), sudut-sudut berpenyiku
adalah dua sudut yang jumlahnya sudutnya 900,
m 1 + m 2 = 900.20
R

y0
Q x0 P
Gambar 2.10 Sudut Komplementer
4. Sudut-sudut suplementer (pelurus), sudut-sudut pelurus adalah
dua sudut yang jumlahnya 1800.21

3a0 2a0
Gambar 2.11 Sudut Suplementer
C. Prinsip- prinsip Pasangan Sudut
1. Prinsip 1: Jika sudut c0 dibagi menjadi dua sudut berdampingan
a0 dan b0 maka a0+b0= c0
2. Prinsip 2: sudut- sudut vertikal bersifat kongruen. Jadi, jika AB
dan CD adalah garis-garis lurus.
3. Prinsip 3: jika dua sudut komplementer mengandung a0 dan b0,
maka a0 + b0= 900.
4. Prinsip 4: sudut- sudut berdampingan bersifat komplementer jika
sisi- sisi luar (eksterior)-nya saling tegak lurus.

20
Op.,cit.hlm.17.
21
Op.,cit.hlm.18.

GEOMETRI 17
5. Prinsip 5: jika dua sudut suplementer mengandung a0 dan b0
maka a0+ b0= 1800.
6. Prinsip 6: sudut-sudut berdampingan bersifat suplementer jika
sisi-sisi luar (eksterior)-nya terletak pada garis lurus yang sama.
7. Prinsip 7: jika sudut-sudut suplementer bersifat kongruen, maka
masing-masingnya merupakan sudut siku-siku. (Sudut-sudut
suplementer yang sama merupakan sudut siku-siku).22
D. Sudut istimewa dan cara melukisnya
1. Sudut Istimewa
Sudut istimewa adalah nilai fungsi trigonometrinya bisa
diperoleh melalui perhitungan sederhana. Dalam trigonometri
sudut-sudut istimewa ada 5 sudut, yaitu 00 , 300 , 450 , 600 , dan
900 .
1) Sudut 450
B

450
A 450 D
Gambar 2.12 Sudut 450
Berawal dari segi satuan (yaitu panjang sisinya satu
satuan) ABCD. Kita mendapatkan segitiga siku-siku ABC
dengan siku-siku di C dan dengan menggunakan dalil phytagoras
kita mendapatkan panjang sisi miring adalah √ . dengan mudah
kita ketahui besar sudut A adalah 450 . Seperti yang diperoleh
dalam sin, cos, dan tan.
Sin 450 = = √

22
Barnett Rich, Geometri, (Jakarta:Gelora Aksara Pratama,2004), hlm. 12-14

GEOMETRI 18
Cos 450 = = √

Tan 450 = = 1
2) Sudut 300 dan 600
Sudut 300 Sudut 600
B

A 300 D
Gambar 2.13 sudut 300 Gambar 2.14 sudut 600
Berawal dari segitiga sama sisi yang panjang sisinya adalah
dua satuan yang namanya segitiga sama sisi besar setiap
sudutnya adalah 600 . kemudian kita potong di garis tinggi,
sehingga kita mendapatkan segitiga siku-siku yang besar sudut
non siku-sikunya 300 dan 600. Dengan menggunakan garis
phytagoras maka panjang garis tingginya adalah √ jadi dapat
diperoleh dalam sin, cos, dan tan.

Sin 600 = sedangkan sin 300 =

Cos 600 = sedangkan cos 300 =

Tan 600 = = √ sedangkan tan 300 =

3) Sudut 00 dan 900
Misalkan a adalah sudut antara sisi miring dengan sisi alas.
Apa yang terjadi jika α = 00 ? yang akan terjadi sisi miring akan
berhimpit/menempel dengan sisi alas. Dengan kata lain sisi
miring = sisi alas, misalkan saja panjangnya α satuan. Itu berarti
sisi depannya panjang nya adalah 0. Jadi dapat di peroleh melalui
sin, cos, dan tan.

GEOMETRI 19
Sin 00 = = 0
Cos 00 = =1
Tan 00 = = 0
Selanjutnya apa yang akan terjadi jika α=900 ? yang akan
terjadi sisi miring akan terhimpit/menempel dengan sisi
depan. Dengan kata lain sisi miring=sisi depan.Itu berarti sisi
alasnya panjangnya adalah 0 jadi dapat diperoleh melalui
sin, cos, tan.

Sin 900 = = 1
Cos 900 = =1
Tan 900 =
2. Cara Melukis Sudut
a. Melukis sudut 900

Gambar 2.15 sudut 900


1. Tarik garis AB, kemudian letakkan titik C pada AB.
2. Buat busur dengan pusat titik C, sehingga memotong AB
di titik P dan Q.
3. Buat busur lingkaran dengan pusat titik P dan Q, sehingga
kedua busur itu berpotongan di titik R.
4. Hubungkan titik C dan R, yaitu garis CR, maka terlukislah
sudut 900, yaitu ∠DRCA = ∠DRCD = 900

GEOMETRI 20
Begitu juga dengan sudut-sudut yang lain, caranya sama
seperti melukis sudut 900 , bedanya nomer 4 garisnya di
buat lancip.

b. Melukis sudut 450

Gambar 2.16 sudut 450


1. Buat busur lingkaran berpusat dititik A, sehingga busur
itu memotong AB di P dan AC di Q.
2. Hubungkan A dengan R, yaitu garis AR. Garis AR
membagi sudut BAC menjadi 2 sudut sama besar, jadi
0
∠BAR = ∠CAR = 45 .
c. Melukis 300

Gambar 2.17 sudut 300


1. Buat busur berpusat di A, sehingga memotong AB di P
dan memotong AC di Q.
2. Buat busur lingkaran berpusat di P dan Q, sehingga
kedua sudut itu berpotongan dititik S.
3. Garis AS membagi ∠DAC menjadi 2 sama besar, maka
terjadi sudut 300.

GEOMETRI 21
d. Melukis 600

Gambar 2.18 sudut 600


1. Buatlah garis g dengan titi A terletak pada garis g.
2. Dari A buat busur lingkaran memotong garis g di B.
3. Dari B dibuat busur lingkaran dengan jari-jari AB.
4. Kedua busur bepotongan di C.
5. Tarik dari titik A garis lurus melalui titik C, menjadi
0 23
∠CAB adalah 60 .

23
Truns Aria.2016.Sudut Sudut Istimewa. https://ariaturns.com/2016/02/05/sudut-sudut-
istimewa/comment-page-1.2017/04/09

GEOMETRI 22
BAB III
DASAR-DASAR GEOMETRI 3

A. Garis Sejajar, Memotong, Tegak Lurus dan Cara Melukisnya


1. Garis sejajar
Garis sejajar adalah garis-garis lurus yang terletak pada
bidang yang sama dan tidak berpotongan sejauh apapun garis-
garis tersebut diperpanjang. Simbol untuk garis sejajar adalah //.
Pada gambar dibawah, garis m // garis l.24

Gambar 3.1 Garis Sejajar


Cara melukis garis sejajar : Garis sejajar akan dilukis
dengan menggunakan prinsip bahwasanya setiap titik pada
masing-masing garis akan memiliki jarak yang sama. Prinsip ini
disebut dengan equidistant. Dalam melukis garis sejajar
menggunakan prinsip ini dikenal dengan equidistant method
(equi = equal = sama, distant = jarak, method = metoda atau
cara). Langkah-langkah:

Gambar 3.2 Cara Melukis Garis Sejajar

24
Barnett Rich, Schaum’s Easy Outlines Geometri, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm.32.

GEOMETRI 23
Diketahui sebuah garis m dan titik P. Lukis sebuah garis
yang tegak lurus dengan garis m dan melalui titik P. Perpotongan
garis m dan garis yang baru saja dibuat beri nama Q. Dalam
melukis ini bisa memanfaatkan jangka, atau dengan teknik 2
penggaris. Untuk teknik 2 penggaris, ikuti sisi garis m dengan
penggaris pertama, lalu tempatkan penggariske-dua melewati
titik m sehingga ujung penggaris ke-dua ini (bagian lebar) akan
berhimpit dengan sisi penggaris pertama.

Gambar 3.3 Cara Melukis Garis Sejajar


Ambil sebuah sembarang titik pada garis m dan beri nama
R. Kemudian dilanjutkan dengan melukis garis yang melalui R
dan tegak lurus dengan garis m. Garis tersebut beri nama n.

Gambar 3.4 Cara Melukis Garis Sejajar


Menggunakan jangka, posisikan titik S pada n. Posisi P dan
S berada pada sisi yang sama dari m. Pada akhirnya di dapat

GEOMETRI 24
PQ=RS. Kemudian hubungakan P dan S menjadi sebuah garis
PS. Garis PS ini adalah garis yang sejajar dengan garis m.25
2. Garis memotong
Garis memotong adalah dua atau lebih garis yang bertemu
pada satu titik. Titik tersebut akan berada pada setiap garis-garis
itu. Pada gambar di bawah, garis l dan garis m berpotongan di
Q.26

Gambar 3.5 Garis Memotong


Cara melukis garis memotong :
Lukis dua garis lurus sembarang menggunakan penggaris
yang bisa menghasilkan satu titik potong.
3. Garis Tegak Lurus
Garis tegak lurus adalah dua garis yang berpotongan dan
membentuk sudut tegak lurus. Simbol ⊥ digunakan untuk
menunjukkan garis tegak lurus. Pada gambar dibawah, garis l ⊥
garis m.27

Gambar 3.6 Garis Tegak Lurus

25
Martha Yuanda, 2016, Langkah Melukis Garis Sejajar,
http://sejarahmatematika1.blogspot.co.id/2016/09/cara-mudah-melukis-garis-sejajar.htm, di akses
tanggal 4 September 2017.
26
Ed Kohn MS, Cliffs Quick Review™ Geometry, (Bandung: Pakar Raya, 2003), hlm.19.
27
Ibid.

GEOMETRI 25
Cara melukis garis tegak lurus menggunakan jangka :
Langkah 1: Rentangkan jangka dengan jari-jari yang tidak terlalu
panjang tetapi juga tidak terlalu pendek. Setelah itu, letakkan
ujung jangka yang sebagai pusat pada garis yang diketahui.
Kemudian, buat busur lingkaran yang memotong garis tersebut.

Gambar 3.7 Cara Melukis Garis Tegak Lurus


Langkah 2: Tandai titik perpotongan antara busur lingkaran
dengan garis. Kemudia jadikan titik tersebut sebagai pusat dan
buat busur lingkaran lain dengan jari-jari sama ke arah
berlawanan dengan yang pertama.

Gambar 3.8 Cara Melukis Garis Tegak Lurus


Langkah 3: Tandai titik perpotongan antara dua busur.
Kemudian tariklah garis yang melalui kedua titik tersebut dengan
menggunakan penggaris.

Gambar 3.9 Cara Melukis Garis Tegak Lurus

GEOMETRI 26
Garis hijau inilah yang merupakan garis lain yang tegak lurus
terhadap garis awal yang diberikan. Selesai!28

Gambar 3.10 Cara Melukis Garis Tegak Lurus


B. Postulat Sejajar dan Akibatnya
1. Bunyi Postulat Sejajar
Postulat 3.1 (Postulat sejajar) berbunyi “Jika dua garis
sejajar terpotong oleh garis melintang, maka besar sudut–sudut
yang terbentuk adalah sama”.
Sudut –sudut sehadap besarnya sama yang terbentuk ketika
dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis melintang.

Gambar 3.11 Dua Garis Sejajar Terpotong Oleh Sebuah Garis Melintang
Postulat 3.1 mengatakan jika m // n, maka:
a. m1 = n1
b. m2 = n2
c. m3 = n3
d. m4 = n4
28
Aan Hendroanto, 2016, Cara Menggambar Sudut Siku-Siku dan Garis Tegak Lurus Menggunakan
Jangka Dan Penggaris, http://aanhendroanto.blogspot.co.id/2016/02/cara-menggambar-sudut-siku-
siku-dan-garis-tegak-lurus-menggunakan-jangka-dan-penggaris.html, diakses tanggal 5 September
2017.

GEOMETRI 27
2. Akibat-Akibat Postulat Sejajar
Postulat 3.1 bisa digunakan untuk memperoleh teorema
tambahan sehubungan dengan garis sejajar yang terpotong oleh
garis melintang. Pada gambar 3.11, Karena n1 + n2 = 180
dan m1 + m2 = 180( karena sudut-sudut berdampingan
yang sisi searahnya terletak pada satu garis adalah sudut
pelurus), dan karena m2 = m4 ( karena sudut-sudut bertolak
belakang besarnya sama). Semua teorema ini bisa dibuktikan
sebagai akibat dari postulat sejajar.
Teorema 3.1: Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis
melintang, maka sudut dalam berseberangan besarnya sama.
Teorema 3.2: Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis
melintang, maka sudut-sudut luar berseberangan besarnya sama.
Teorema 3.3: Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis
melintang, maka sudut-sudut dalam sepihaknya akan berupa
sudut pelurus (jumlahnya 180).
Teorema 3.4: Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis
melintang, maka sudut-sudut luar sepihaknya akan berupa sudut
pelurus.
Postulat dan teorema-teorema di atas bisa diringkas menjadi
teorema-teorema berikut ini
Teorema 3.5: Jika dua garis sejajar terpotong oleh sebuah
garis melintang, maka setiap pasang sudut yang terbentuk akan
sama atau berupa sudut pelurus.
Teorema 3.6: Jika sebuah garis melintang tegak lurus
dengan salah satu dari gua garis sejajar, maka akan juga tegak
lurus dengan garis yang satunya.
Berdasarkan Postulat 3.1 dan teorema-teorema yang
mengikutinya, kondisi-kondisi di bawah ini adalah benar jika
m//n.

GEOMETRI 28
Dua garis sejajar yang terpotong oleh sebuah garis
melintang.

Gambar 3.12 Dua Garis Sejajar Terpotong Oleh Sebuah Garis Melintang
Dalam gambar, tanda panah tunggal atau ganda pada
sepasang garis menunjukkan kalau kedua garis tersebut sejajar.
Berdasarkan Postulat 3.1:
a. m1=n2
b. m2=n1
c. m3=n4
d. m4=n3
Berdasarkan Teorema 3.1:
a. m3=n1
b. m4=n2
Pembuktian:

Gambar 3.13 Pembuktian Teorema 3.1


m3=n1
A=C ?

GEOMETRI 29
Dari gambar diketahui AB=CD dan panjang AC pada
segitiga ABC dan segitiga ACD adalah sama.
Maka segitiga ABC  segitiga ACD.
Maka benar A=C
Berdasarkan Teorema 3.2:
a. m1=n3
b. m2=n4
Berdasarkan Teorema 3.3:
a. m4 dan n1 adalah sudut pelurus
b. m3 dan n2 adalah sudut pelurus
Berdasarkan Teorema 3.4:
a. m1 dan n4 adalah sudut pelurus
b. m2 dan n3 adalah sudut pelurus.
Berdasarkan Teorema 3.5:
a. m1  m2  m4 + m3 karena berupa sudut pelurus
b. n1  n2  n4 + n3 karena berupa sudut pelurus
Berdasarkan Teorema 3.6:
a. Jika l ┴ m, maka l ┴ n. 29
C. Bidang Sejajar Dan Tegak Lurus
1. Bidang Sejajar
Bidang sejajar adalah bidang yang tidak saling berpotongan.30

Gambar 3.14 Bidang Sejajar


Bidang P ∕∕ Bidang Q.

29
Ed Kohn MS, Cliffs Quick Review™ Geometry, (Bandung: Pakar Raya, 2003), hlm.26-28.
30
Ibid., hlm.20.

GEOMETRI 30
Teorema 3.7: Jika dua bidang sejajar dengan bidang yang sama,
maka kedua bidang tersebut sejajar.

Gambar 3.15 Bidang Sejajar


Bidang Q // bidang R, bidang S // R, maka bidang Q // bidang S.
2. Bidang Tegak Lurus
Bidang tegak lurus adalah dua bidang yang tegak lurus jika
kedua bidang itu berpotongan.
Dari dasar pernyataan sederhana di atas yang dapat kita
buktikan, kita akan menginterpretasikan definisi tegak lurus :
Saat dua garis saling tegak lurus, semua sudut yang terbentuk
90˚ (sudut siku-siku) dan kongruen. Lebih jelas nya perhatikan
gambar dibawah.

Gambar 3.16 Bidang Tegak Lurus


Teorema 3.8: Jika dua bidang tegak lurus dengan bidang yang
sama, maka kedua bidang tersebut akan berpotongan atau sejajar.
Dua bidang memotong yang tegak lurus dengan bidang yang
sama.

GEOMETRI 31
Gambar 3.17 Bidang Tegak Lurus
Bidang B ┴ bidang A, bidang C ┴ bidang A, sedangkan bidang
B dan bidang C memotong di sepanjang garis l.31

31
Ed Kohn MS, Cliffs Quick Review™ Geometry, (Bandung: Pakar Raya, 2003), hlm.20.

GEOMETRI 32
BAB IV SEGITIGA

A. Pengertian Segitiga
Segitiga adalah bangun geometri yang di bentuk oleh tiga buah
ruas garis melalui tiga buah titik tidak kolinear yang setiap
sepasangnya berpotongan disatu titik. Sehingga dalam sebuah segitiga
terdapat tiga buah sisi yang berbentuk ruas garis – ruas garis. Selain
itu pada segitiga terdapat tiga buah sudut yang dibentuk oleh
sepasang ruas garis, dan tiga buah titik sudut yang merupakan
perpotongan setiap dua ruas garis. Jadi dalam sebuah segitiga terdapat
sisi, sudut dan titik sudut yang banyaknya masing- masing tiga
buah.32
Simbol untuk segitiga adalah . Segitiga diberi nama degan
menggunakan tiga huruf pada ketiga titik sudutnya (Gambar 4.1).
33

Gambar 2.1 segitiga ABC


B. Pengelompokkan Segitiga Berdasarkan Sisi dan Sudutnya
Berdasarkan sisinya, segitiga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Segitiga sama sisi (scalene triangle)
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga sisi
yang kongruen/sama.34 Pada gambar 4.2, segitiga ABC memiliki
sisi yang sama, AB=BC=AC.

32
Anglin, Mathematics: A Concise History and Philosophy. (New York: Springer- verlag New
York, Inc.), hlm. 3
33
https://aimprof08.files.wordpress.com/2016/03/segitiga_lancip.png
34
Barnett Rich, Geometri, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), hlm. 8

GEOMETRI 33
35

Gambar 4.2 segitiga sama sisi


2. Segitiga sama kaki (isosceles triangle)
Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi
yang kongruen.36 Sisi-sisi yang sama dinamakan kaki-kaki
segitiga sama kaki, sisi yang lainnya dinamakan dasar. Sudut-
sudut di kanan kiri dasar disebut dengan sudut dasar, sudut
dihadapan dasar disebut dengan sudut verteks. (Gambar 4.3)

37

Gambar 4.3 segitiga sama kaki


3. Segitiga sembarang (equilateral triangle)
Segitiga sembarang atau segitiga tidak sama sisi adalah
segitiga yang tidak memiliki sisi-sisi yang kongruen.38 Pada
segitiga sembarang ABC, . (Lihat gambar 4.4)

35
http://fismath.com/sifat-sifat-segitiga-sama-sisi/
36
Barnett, op.cit, hlm.8
37
https://blogstudymath.wordpress.com/tag/segitiga-sama-sisi/
38
Barnett, op.cit, hlm. 8

GEOMETRI 34
39

Gambar 4.4 segitiga sembarang


Berdasarkan sudutnya, segitiga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Segitiga siku-siku
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya
90 . Pada segitiga ABC (gambar 4.5), sudut B adalah sudut siku-
siku. Sisi b yang berhadapan dengan siku-siku disebut
hipotenusa(sisi miring).40 Sisi-sisi yang saling tegak lurus a dan
c disebut dengan lengan segitiga siku-siku.
Pada setiap segitiga siku-siku berlaku aturan (teorema)
Pythagoras yang berbunyi “kuadrat sisi miring sama dengan
jumlah kuadrat sisi siku-sikunya”.41 Apabila sisi miring adalah c,
dua sisi siku-siku lainnya adalah a dan b, maka hubungannya
adalah c2 = a2 + b2. Pada gambar di bawah ini menurut
Pythagoras berlaku hubungan AC2 = AB2 + BC2.

Gambar 4.5 segitiga siku-siku

39
http://www.kimiamath.com/pembuktian-rumus-luas-segitiga/
40
Barnett, op.cit, hlm. 9
41
Bob Underhill, Teaching Elementary School Mathematics, (Toronto: Merril Publishing Company,
1981), hlm. 7

GEOMETRI 35
Tiga buah bilangan asli yang memenuhi teorema Pythagoras
dinamakan dengan triple Pythagoras.42 Misalkan 3; 4; 5,
merupakan bilangan triple Pythagoras karena ketiga bilangan
tersebut memenuhi hubungan 32 + 42 = 52.
2. Segitiga tumpul
Segitiga tumpul adalah segitiga yang memiliki sudut antara
. (Gambar 4.6)

43

Gambar 4.6 segitiga tumpul


3. Segitiga lancip
Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya kurang
dari . (Gambar 4.7)
C

A B44
Gambar 4.7 segitiga lancip
4. Segitiga sama sudut
Segitiga sama sudut adalah segitiga yang ketiga sudutnya
sama. Masing-masing memiliki sudut , karena jumlah semua
sudut segitiga adalah . Dapat dibuktikan dengan teorema
berikut ini:

42
Bob, op.cit, hlm.7
43
https://aimprof08.wordpress.com/2016/05/29/menentukan-jenis-segitiga/
44
https://abinyafathafathi.wordpress.com/2014/04/21/bangun-datar-segi-tiga/

GEOMETRI 36
Teorema 4.1: Setiap sudut segitiga sama sudut memiliki
sudut yang sama, yaitu berukuran .45 (Gambar 4.8)

A B46
Gambar 4.8 segitiga sama sudut

C. Garis Tinggi, Garis Bagi dan Garis Berat


1. Garis Tinggi
Garis tinggi adalah ruas garis tegak lurus dari suatu sudut ke
sisi yang berada di hadapannya dan membentuk sudut siku-siku.
(Gambar 4.9)
Setiap segitiga mempunyai tiga garis tinggi. Pada segitiga
siku-siku, setiap kaki dapat berfungsi sebagai garis tinggi.47 Pada
segitiga tumpul, garis tinggi di kanan dan kiri sudut tumpul akan
berada di luar segitiga. (Gambar 4.10) B

48
Gambar 4.9 garis tinggi segitiga

45
Ed Khon, Seri Matematika Keterampilan Geometri, (Bandung: Pakar Raya, 2003), hlm.38
46
http://icukuk.blogspot.co.id/2015/07/sudut-dan-segi-tiga.html
47
Ed Khon, op.cit, hlm. 40
48
http://mathkuuipozulia.blogspot.co.id/2011/04/garis-tinggi-garis-bagi-garis-sumbu-dan.html

GEOMETRI 37
49

Gambar 4.10 garis tinggi pada segitiga tumpul


2. Garis Bagi
Garis bagi adalah garis lurus yang menghubungkan satu titik
sudut segitiga ke ke sisi di hadapannya dan membagi sudut
tersebut menjadi dua sama besar. (Gambar 4.11)

50

Gambar 4.11 garis bagi segitiga


3. Garis Berat
Garis berat adalah garis yang ditarik dari sudut puncak
sampai titik tengah sisi yang berlawanan, sehingga membagi sisi
tersebut menjadi dua sama panjang. (Gambar 4.12)51

49
https://alewoh.com/aturan-sinus.php
50
http://mathkuuipozulia.blogspot.co.id/2011/04/garis-tinggi-garis-bagi-garis-sumbu-dan.html
51
http://blajar-pintar.blogspot.co.id/2012/03/garis-istimewa-dalam-segitiga.html

GEOMETRI 38
Gambar 4.12 garis berat
D. Cara Melukis Segitiga
Untuk melukis segitiga, kita membutuhkan sebuah jangka,
penggaris dan busur. Berikut beberapa cara melukis segitiga:
1. Melukis segitiga jika diketahui panjang sisi ketiganya (si, si, si)
a. Diberikan tiga sisi yang belum diketahui panjangnya, seperti
dibawah ini:
Sisi 1 :

Sisi 2 :

Sisi 3 :
b. Selanjutnya pindahkan sisi pertama menggunakan jangka
lalu beri nama pada kedua titiknya A dan B.
c. Buat busur pada titik A dan B sesuai dengan panjang sisi
kedua sehingga terdapat titik potong, lalu dihubungkan dari
titik A.
d. Begitu pula dengan sisi yang ketiga, caranya seperti poin c.
Namun, dihubungkan dari titik B.
e. Sehingga terbentuklah segitiga. (Gambar 4.13)

GEOMETRI 39
C

A B

Gambar 4.13 cara melukis segitiga yang diketahui ketiga sisinya

2. Melukis segitiga jika diketahui sudut, sisi, sudut (sd, si, sd)
a. Diberikan sudut dan sisi yang belum diketahui besar serta
panjangnya, seperti:
Sudut 1 :

Sisi 2 :
Sudut 3 :

b. Selanjutnya pindahkan sisinya terlebih dahulu dengan


menggunakan jangka, beri nama AB di kedua titik.
c. Ukurlah sudut tersebut menggunakan jangka, lalu
pindahkan ke titik A.
d. Dari perpotongan antara sisi dengan busur tersebut, buatlah
busur lagi sesuai dengan ukuran sudut yang telah diberikan.
e. Begitu pula dengan sudut yang ketiga, caranya seperti
diatas. (Gambar 4.14)

GEOMETRI 40
C

A B

Gambar 4.14 cara melukis segitiga yang diketahui sudut, sisi, sudut

3. Melukis segitiga jika diketahui sisi, sudut, sisi (si, sd, si)
a. Diberikan sisi dan sudut yang belum diketahui panjang dan
besarnya, seperti dibawah ini:
Sisi 1 :

Sudut 2 :
Sisi 3 :
b. Selanjutnya pindahkan sisi dengan menggunakan jangka.
c. Ukurlah sudut tersebut menggunakan jangka, lalu
pindahkan ke titik A, busurkan sampai memotong sisi AB.
d. Dari perpotongan antara sisi dengan busur tersebut, buatlah
busur lagi sesuai dengan ukuran sudut yang telah diberikan.
e. Yang terakhir dengan memindahkan sisi ketiga sesuai
ukuran menggunakan alat bantu jangka. (Gambar 4.15)

A B

Gambar 4.15 cara melukis segitiga yang diketahui sisi, sudut, sisi

GEOMETRI 41
4. Melukis segitiga jika diketahui sisi, sisi, sudut (si, si, sd)
a. Diberikan sisi dan sudut yang belum diketahui panjang dan
besarnya, seperti dibawah ini:
Sisi 1 :
Sisi 2 :
Sudut 3 :

b. Selanjutnya pindahkan sisi pertama tersebut menggunakan


jangka dan berilah nama A dan B di kedua titik tersebut.
c. Pindahkan sisi kedua dengan membuat busur sesuai dengan
ukuran yang telah diberikan, jangkakan dari titik A dan B.
d. Pindahkan sudut tersebut menggunakan jangka, lalu
jangkakan dari titik C sesuai dengan besar sudutnya, sampai
memotong sisi AB.
e. Dari perpotongan antara sisi dengan busur tersebut, buatlah
busur lagi sesuai dengan ukuran sudut yang telah diberikan.
(Gambar 4.16)

A B

Gambar 4.16 cara melukis segitiga yang diketahui sisi, sisi, sudut

GEOMETRI 42
BAB V
BANGUN DATAR

A. Sifat-Sifat Bangun Datar


1. Persegi
Persegi adalah sebuah bangun datar yang dibatasi 4 buah
sisi yang sama panjangnya.52

Gambar 5.1 Persegi


Sifat-sifat persegi
a. Dibatasi oleh 4 buah sisi yang sama panjang dan sisi
yang berhadapan saling sejajar.
AB=BC=CD=AD
AB//DC dan AD//BC
b. Mempunyai 4 buah sudut siku-siku
∠A, ∠B, ∠C, ∠D, siku-siku
c. Mempunyai 4 buah sumbu simetri yaitu:
Garis yang melalui AC
Garis yang melalui BD
Garis yang melalui tengah-tengah AD dan BC
Garis yang melalui tengah-tengah AB dan DC
d. Mempunyai 2 garis diagonal yang saling berpotongan
tegak lulus pada titik O

52
Joko Untoro, Buku pintar Matematika SMP, (Jakarta: Wahyu Media, 2006), hlm. 337.

GEOMETRI 43
e. Mempunyai 4 buah sumbu simetri
f. Mempunyai 4 buah simetri putar
g. Mempunyai 4 buah simetri lipat
2. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah sebuah bangun datar yang dibatasi
oleh 4 buah sisi, dengan sisi yang saling berhadapan sama
panjang dan sejajar, sedangkan sisi yang bersebelahan saling
tegak lulus (siku-siku).53

Gambar 5.2 Persegi Panjang


Sifat-sifat persegi panjang meliputi
a. Dibatasi oleh 4 buah sisi. Dengan sisi-sisi yang
berhadapan sama panjang dan sejajar.
AB=DC dan AB//DC
AD=BC dan AD//BC
b. Mempunyai 4 buah sudut siku-siku
∠A, ∠B, ∠C, ∠D, siku-siku
c. Mempunyai 2 buah garis diagonal yang sama panjang.
d. Mempunyai 2 buah sumbu simetri yaitu: EF & GH
e. Mempunyai 2 buah simetri putar
f. Mempunyai 2 buah simetri lipat
3. Jajar Genjang
Jajar genjang adalah suatu bangun datar yang dibatasi oleh
4 buah sisi, dengan sisi-sisi yang saling berhadapan sama

53
Joko Untoro, Buku pintar Matematika SMP, (Jakarta: Wahyu Media, 2006), hlm. 338.

GEOMETRI 44
panjang dan sejajar, tetapi sisi-sisi yang saling bersebelahan
tidak saling tegak lurus54

Gambar 5.3 Jajar Genjang


Sifat-sifat jajar genjang meliputi:
a. Dibatasi oleh 4 buah sisi. Dengan sisi-sisi yang
berhadapan sama panjang dan sejajar.
PQ=SR dan PQ//SR
PS=QR dan PS//QR
b. Sudut yang berhadapan sama besar
∠P = ∠R, ∠Q = ∠S
c. Sudut yang berdekatan jumlahnya 180°
∠P + ∠Q =180°, ∠Q + ∠R =180°, ∠R + ∠S =180°, ∠S +
∠P =180°
d. Mempunyai 2 buah diagonal yang tidak sama panjang
e. Mempunyai 2 buah simetri putar
f. Tidak mempunyai sumbu simetri
g. Tidak mempunyai simetri lipat
4. Belah ketupat
Belah ketupat adalah suatu bangun datar yang dibatasi oleh
4 buah sisi yang sama panjang dengan sisi-sisi yang
berhadapan saling sejajar, tetapi sisi-sisi yang bersebelahan
tidak saling tegak lurus.55

54
Joko Untoro, Buku pintar Matematika SMP, (Jakarta: Wahyu Media, 2006), hlm. 339
55
Joko Untoro, Buku pintar Matematika SMP, (Jakarta: Wahyu Media, 2006), hlm. 341.

GEOMETRI 45
Gambar 5.4 Belah Ketupat
Sifat-sifat belah ketupat meliputi:
a. Dibatasi oleh 4 buah sisi yang sama panjang dan sisi-
sisi yang berhadapan saling sejajar
AB = BC = CD = AD
AB//DC dan AD//BC
b. Mempunyai 4 sudut dan sudut berhadapan sama besar
∠A = ∠C, ∠B = ∠D
c. Mempunyai 2 buah diagonal yang sama panjang dan
saling berpotongan tegak lurus
d. Mempunyai 2 buah sumbu simetri
e. Mempunyai 2 buah simetri lipat
f. Mempunyai 2 buah simetri putar
5. Layang-layang
Layang-layang adalah suatu bangun datar segi empat yang
bentuk oleh dua buah segitiga sama kaki yang alasnya sama
panjang dan berhimpit.56

Gambar 5.5 Layang-Layang


Sifat-sifat layang-lanyang
a. Dibatasi oleh 4 buah sisi, dan sepasang sisinya sama
panjang
BA=BC, DA=DC
56
Joko Untoro, Buku pintar Matematika SMP, (Jakarta: Wahyu Media, 2006), hlm. 342.

GEOMETRI 46
b. Dibentuk oleh 2 buah segitiga sama kaki
c. Mempunyai 2 diagonal yang tidak sama panjang,
berpotongan, saling tegak lurus.
d. Mempunyai sebuah sumbu simetri
e. Mempunyai sebuah simetri lipat
f. Tidak mempunyai simetri putar
6. Trapesium
Trapesium adalah bangun segiempat dengan sisi yang
berhadapan sejajar57. Ada beberapa jenis trapesium :
a. Trapesium Sama kaki
Trapesium sama kaki adalah trapesium yang
mempunyai sepasang kaki tidak sejajar yang sama
panjang, mempunyai sebuah sumbu simetri,
mempunyai sebuah simetri lipat, dan tidak mempunyai
simetri putar.

Gambar 5.6 Trapesium Sama Kaki


AB // CD
AD = BC, AC = BD
∠DAB = ∠CBA
∠ADC = ∠BCD
b. Trapesium Siku-siku
Trapesium siku-siku adalah trapesium yang
mempunyai sepasang sudut 90º, tidak mempunyai
sumbu simetri, simetri lipat, dan simetri putar.

57
Joko Untoro, Buku pintar Matematika SMP, (Jakarta: Wahyu Media, 2006), hlm. 343.

GEOMETRI 47
Gambar 5.7 Trapesium Siku-Siku
AB // CD
AD CD, AD BA
∠CDA = ∠DAB = 90
c. Trapesium Sembarang
Trapesium sembarang adalah trapesium yang tidak
mempunyai sudut 90 dan sepasang sisi yang sama
panjang, tidak mempunyai sumbu simetri, simetri
lipat, dan simetri putar.

Gambar 5.8 Trapesium Sembarang


AB // CD
Panjang sisi tidak ada yang sama.
7. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang memiliki tiga sisi dan
tiga sudut. Ada beberapa jenis segitiga:
a. Segitiga Samasisi
Segitiga samasisi yaitu segitiga yang ketiga sisinya sama
panjang.

GEOMETRI 48
Gambar 5.9 Segitiga Samasisi
Sifat-sifat segitiga samasisi
1) Ketiga sisinya sama panjang
2) Sudut-sudutnya sama besar, yaitu masing-masing 60°
3) Mempunyai 3 buah sumbu simetri yang berpotongan
tepat di satu titik
4) Mempunyai 3 buah simetri lipat
5) Mempunyai 3 buah simetri putar
b. Segitiga Samakaki
Segitiga samakaki yaitu segitiga yang panjang dua
sisinya sama.

Gambar 5.10 Segitiga Samakaki


Sifat-sifat segitiga samakaki
1) Dua buah sisinya sama panjang
2) Mempunyai dua buah sudut sama besar
3) Mempunyai sebuah sumbu simetri
4) Mempunyai sebuah simetri lipat
5) Tidak mempunyai simetri putar

GEOMETRI 49
c. Segitiga Sembarang
Segitiga sembarang yaitu segitiga yang panjang
ketiga sisinya berlainan.

Gambar 5.11 Segitiga Sembarang


Sifat-sifat segitiga sembarang
1) Panjang ketiga sisinya berlainan.
2) Besar ketiga sudutnya tidak sama.
3) Tidak mempunyai sumbu simetri, simetri lipat,
dan simetri putar.

B. Keliling dan Luas Bangun Datar serta pembuktiannya


1. Persegi
a) Keliling Persegi

Gambar 5.12 Persegi


K=s+s+s+s
K = 4.s
Jadi, terbukti bahwa
K Persegi = 4.s

GEOMETRI 50
b) Luas Persegi
Perhatikan persegi pada gambar berikut. Setiap
kotak menggambarkan satu satuan luas.

Gambar 5.13 Persegi


Jika dihitung secara manual, ada 100 kotak pada
persegi di atas. Sehingga luasnya adalah 100 satuan.
Ternyata nilai 100 tersebut merupakan hasil kali panjang
sisi persegi dengan sisi lainnya yang tegak lurus. Karena
sisi-sisinya sama panjang, jadi dapat disimpulkan bahwa
nilai 100 ini adalah kuadrat dari panjang sisi persegi,
yaitu 10.
L = 10 x 10 = 100
L = sisi x sisi
L=sxs
L = s²
Jadi, terbukti bahwa
L Persegi = s²
2. Persegi Panjang
a) Keliling Persegi Panjang

Gambar 5.14 Persegi Panjang

GEOMETRI 51
K=p+l+p+l
K = 2p + 2l
K = 2 (p + l)
Jadi, terbukti bahwa
K Persegi panjang = 2 (p + l)
b) Luas Persegi Panjang
Luas persegi panjang bisa dicari dengan
mengalikan sisi yang lebih panjang dengan sisi lain yang
lebih pendek.

Gambar 5.15
L Persegi = S x S
(a + b)² = L1 + L2 + L3 + L4
a² + 2ab + b² = L1 + a² + b² + L4
2ab = L1 + L4
2ab = L1 + L4
2ab = 2L1
L1 = ab
Pada persegi panjang di atas, a adalah panjang dan b
adalah lebar. Jadi, terbukti bahwa
L Persegi Panjang = p x l

GEOMETRI 52
c) Jajar Genjang
1. Keliling Jajar Genjang

Gambar 5.16 Jajar Genjang


Keliling Jajar genjang = jumlah ke-4 sisinya
= AB + BC + CD + AD
Karena : AB = DC = panjnag
BC = AD = lebar
Jadi, terbukti bahwa
K Jajar genjang = 2 (p + l)
2. Luas Jajar Genjang
Buat garis diagonal yang membagi jajar genjang
menjadi dua buah segitiga.

Gambar 5.17 Jajar Genjang


Dari gambar di atas terlihat bahwa luas jajar
genjang sama dengan jumlah luas kedua segitiga.
Maka dapat dinyatakan :
L Jajar Genjang = L1 + L2
L Jajar Genjang = ½ a.t + ½ a.t
L Jajar Genjang = a.t
Jadi, terbukti bahwa
L Jajar Genjang = a.t

GEOMETRI 53
d) Belah Ketupat
1. Keliling Belah Ketupat

Gambar 5.18 Belah Ketupat


Keliling Belah Ketupat = jumlah panjang sisi-sisinya
= AB + BC + CD + AD
Karena AB = BC = CD = AD = sisi
Jadi, terbukti bahwa
K Belah Ketupat = 4
2. Luas Belah Ketupat

Gambar 5.19 Belah Ketupat


Luas belah ketupat diperoleh dengan
menjumlahkan luas kedua segitiga. Maka dapat
dinyatakan :
L ABCD = L ABC + L ACD
L ABCD = ½ . AC. OB + ½ . AC . OD
L ABCD = ½ . AC (OB + OD)
L ABCD = ½ . AC. BD
Pada gambar di atas, AB dan BD adalah
diagonal belah ketupat, sehingga terbukti bahwa
L Belah Ketupat = ½ .d1 .d2

GEOMETRI 54
e) Layang-layang
1. Keliling Layang-layang

Gambar 5.20 Layang-Layang


Keliling Layang-layang = jumlah ke-4 sisinya
= AB + BC + CD + AD
Karena : AB = AD = sisi panjang
BC = CD = sisi pendek
Jadi, terbukti bahwa
K Layang-layang = 2 (sisi panjang + sisi pendek)
2. Luas Layang-layang

Gambar 5.21 Layang-Layang


L ABCD = L ABC + L ACD
L ABCD = ½ . AC. OB + ½ . AC . OD
L ABCD = ½ . AC (OB + OD)
L ABCD = ½ . AC. BD
Pada gambar di atas, AB dan BD adalah
diagonal layang-layang, sehingga terbukti bahwa
L layang-layang = ½ .d1 .d2

GEOMETRI 55
f) Trapesium
1. Keliling Trapesium

Gambar 5.22 Trapesium


Keliling Layang-layang = jumlah ke-4 sisinya
= AB + BC + CD + AD
2. Luas Trapesium

Gambar 5.23 Trapesium


Dari gambar di atas terlihat bahwa luas
trapesium sama dengan jumlah luas kedua segitiga.
Luas Trapesium = L1 + L2
Luas Trapesium = ½ . a . t + ½ . b. t
Luas Trapesium = ½ . t (a + b)
Pada trapesium di atas, a dan b merupakan sisi
sejajar, sehingga terbukti bahwa
L Trapesium = ½ . t . jumlah sisi yang sejajar
g) Segitiga
1. Keliling Segitiga

Gambar 5.24 Segitiga

GEOMETRI 56
Keliling Segitiga = jumlah ke-3 sisinya
= AB + BC + CA
2. Luas Segitiga

Gambar 5.25 Persegi Panjang


Bangun ABCD adalah persegi panjang,
sehingga AB=CD dan BC=AD. Akibatnya bangun
ABD dan BCD kongruen (L ABD = L BCD).
L ABCD = L ABD + L BCD
AD . AB = 2 L ABD
½ AD . AB = L ABD
Pada segitiga ABD, AB adalah sisi alas dan
AD adalah tinggi segitiga. Jadi, terbukti bahwa.
L segitiga = ½ .a . t

GEOMETRI 57
BAB VI
SEGITIGA KONGRUEN DAN SEBANGUN

A. Kesebangunan
Dua bangun datar atau lebih dengan perbandingan panjang sisi
yang senilai dan sudut yang bersesuaian maka bangun datar tersebut
sebangun.58 Segitiga dapat dikatakan sebangun dengan segitiga yang
lain jika memenuhi syarat- syarat berikut :
Perhatikan gambar!

Gambar 6.1 Bangun Datar Sebangun


”Jika dua segitiga sama sudut, maka sisi-sisi yang bersesuaian adalah
sebanding”.59
Jika ∠A = ∠D
∠B = ∠E
∠C = ∠F
Maka
Jika sisi-sisi dua segitiga sebanding, maka sudut- sudut yang
bersesuaian sama besar.60
Jika

Agus Suharjana, “Geometri Datar dan Ruang”, diakses


58

darihttps://kelaskita.com/media/static/55500ef2d446dc75c8df8ee0/2015-05-11-09-11-
19.077282_geometri.pdf, pada tanggal 27-09-2017.

59
Munal Hani’ah. Ada Apa di Balik Segitiga?. Klaten: PT. Intan Pariwara. 2008. Hlm. 17.
60
Ibid. Hlm.18.

GEOMETRI 58
Maka ∠A = ∠D
∠B = ∠E
∠C = ∠F
Secara umum, untuk membuktikan dua segi banyak sebangun,
harus menunjukkan bahwa semua pasang sudut searah dan semua
rasio pasang sisi searahnya sama. Akan tetapi, untuk segitiga tidak
memerlukan hal ini.
Postulat 17 (postulat kesamaan SdSd) : Jika dua sudut dari
sebuah segitiga sama dengan dua sudut segitiga yang lain, maka
kedua segitiga tersebut sebangun.61
Perhatikan gambar dibawah ini!

Gambar 6.2 Segitiga Sebangun


Pada ΔABC,
m∠A+ m∠ B+m∠C= 180°
m∠ A + 100°+ 30°= 180°
m∠A+ 130°= 180°
m∠A= 180° - 130°
m∠A= 50°
Jadi dapat disimpulkan bahwa;
m∠A = m∠ D
Dengan Postulat 17, Postulat kesamaan SdSd, ΔABC~ΔBDE.
Karena kedua ini sebangun, maka:
m∠ C = m∠F
dan = =

61
Kohn. CliffsQuickReview Geometri. Bandung. PT. Intan Sejati. 2003. hlm. 90.

GEOMETRI 59
B. Kekongruenan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata kongruen memiliki
arti keadaan dua bangun datar yang sama dan sebangun. Semua
bangun datar yang sebangun belum tentu kongruen, tapi semua
bangun datar yang kongruen sudah pasti sebangun.
Dalam pembahasan kongruensi pada bangun segitiga memiliki
beberapa syarat :
1. Syarat- syarat Segitiga Kongruen
a. Satu sisi dan dua sudut pada sisi tersebut sama.

Gambar 6.3 Segitiga Satu Sisi, Dua Sudut


b. Ketiga sisinya sama.

Gambar 6.4 Tiga Sisi

c. Dua buah sisi dan sudut yang diapit sama.

Gambar 6.5 Segitiga Satu Sudut, Dua Sisi

GEOMETRI 60
d. Satu sisi, satu sudut pada sisi tersebut, dan satu sudut
yang berada didepannya sama.62

Gambar 6.6 Segitiga Satu Sisi, Dua Sudut


C. Rasio Dan Perbandingan
1. Rasio
Rasio adalah konsep yang mungkin sudah tidak asing
lagi dalam perbandingan pelajaran matematika. Rasio memiliki
arti perbandingan ukuran,63 misal rasio dari dua bilangan a dan b
adalah , yang biasanya ditulis dalam bentuk yang
disederhanakan. Bentuk lain dari rasio juga dapat ditulis
dengan tanda bagi (:), bentuk bagi seperti ini seringkali
digunakan dalam pembagian tiga bilangan atau lebih. Dalam
pembahasan rasio ini maka berlaku sifat bilangan rasional yaitu
bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dan b ≠ 0.
Dapat dicontohkan dalam tabel berikut :
Rasio Bentuk Tulisan
a= 2 dan b= 5 atau 2: 5
1 banding 8 1: 8: 7
banding 7

62
Hani’ah, Munal. Ada Apa di Balik Segitiga?. Klaten. PT. Intan Pariwara. 2008. hlm.
63
Kohn. CliffsQuickReview Geometri. Bandung. PT. Intan Sejati. 2003. hlm. 84

GEOMETRI 61
2. Perbandingan
Perbandingan adalah persamaan yang menyatakan
bahwa dua rasio sama.64 Dalam pembahasan ini terdapat dua
istilah yang perlu diketahui, yaitu ekstrem dan mean. Ekstrem
adalah istilah dalam suatu perbandingan yang terpisah paling
jauh ketika perbandingan ditulis dengan bentuk titik dua (a: b= c:
d).65 Sedangkan mean adalah istilah dalam suatu perbandingan
yang terpisah paling dekat ketika perbandingan ditulis dengan
bentuk titik dua (a: b= c: d).
mean ekstrem a : b= c: d
b = c disebut mean
a = d disebut ekstrem
Sifat- sifat perbandingan
a. Sifat mean - ekstrem, atau sifat hasil dikali silang.
Jika = , maka ad = bc
Penerapan : Jika = , maka 6 x 3 = 9 x 2
Contoh 6.1
Carilah nilai a jika = !
Jawab: a x 8 = 2 x 4
8a= 8
a=1
b. Sifat perubahan mean atau ekstrem.
Jika = , maka dan adalah perbandingan
Penerapan : Jika = , maka = dan =

64
Kohn. CliffsQuickReview Geometri. Bandung. PT. Intan Sejati. 2003. hlm. 86
65
Ibid. hlm. 86.

GEOMETRI 62
Contoh 6.2
Diketahui = , carilah rasio dari !
Jawab : Pertama, gunakan sifat (b), 4 dan y
=
c. Sifat kebalikan atas bawah.
Jika = , maka =
Penerapan : Jika = maka =
Contoh 6.3
Diketahui, 5a = 6b ≠ 0. Carilah rasio !
Jawab : Pertama, ubahlah kedalam sifat (a).
=
Kedua, ubahlah kedalam sifat (c)
=
d. Sifat penjumlahan/ pengurangan penyebut.66
Jika = , maka = , atau =
Penerapan : Jika = , maka = , atau =
Contoh 6.4

Gambar 6.7 Segitiga Siku-siku


Diketahui, CD = 7 dan DE = 3.
Jika =

66
Ibid, hlm. 87.

GEOMETRI 63
Maka =
Jadi =

GEOMETRI 64
BAB VII
LINGKARAN

A. Bagian-Bagian Lingkaran
Lingkaran adalah sebuah bangun yang terdiri atas titik-titik
dengan jarak yang sama dari titik pusatnya.67

Gambar 7.1 Bagian-Bagian Lingkaran 68


a. Titik pusat
Merupakan titik yang terletak tepat di tengah-tengah
lingkaran di mana jarak titik tersebut dengan titik yang
melingkar berjarak sama. Perhatikan gambar lingkaran di
atas. Titik O adalah titik pusat lingkaran. Jarak titik O
dengan titik sembarang B dan D adalah sama.
b. Jari-jari
Merupakan garis yang ditarik dari titik pusat lingkaran
ke lengkungan lingkaran/keliling lingkaran. Misalnya, pada
gambar di atas, jari-jari lingkaran adalah OA, OB, OC, dan
OD.
c. Diameter
Merupakan garis lurus yang menghubungkan dua titik
pada keliling lingkaran di mana garis tersebut melalui titik

67
Ed Kohn MS, Cliffs Quick ReviewTM Geometry, (Bandung: Pakar Raya, 2003) hlm. 118.
68
Rumus Matematika. http://rumushitung.com/2014/12/20/mengenal-bagian-bagian-lingkaran/ di
akses pada tanggal 4 November 2017.

GEOMETRI 65
pusat. Diameter dapat dikatakan dua kali dari jari-jari
lingkaran. Pada gambar lingkaran di atas, diameter lingkaran
adalah garis AD.
d. Busur
Merupakan garis berbentuk lengkung pada tepian
lingkaran. Misalnya busur AB, BC, atau busur CD. Jadi
busur dapat dikatakan sebagai potongan dari keliling
lingkaran. Dalam penulisannya, biasanya menggunakan garis
lengkung di atas nama dua titik.
e. Tali busur
Merupakan garis lurus pada lingkaran yang
menghubungkan dua titik pada lengkung lingkaran dimana
garis tersebut tidak melalui titik pusat. Misanya tali busur
AC.
f. Juring
Jika busur adalah bagian atau potongan dari keliling
lingkaran lain, halnya dengan juring. Juring lingkaran adalah
potongan atau bagian dari luas lingkaran jadi, juring adalah
luasan yang dibatasi busur dengan buah jari-jari. Misalnya,
juring COD. Untuk mencari luas juring cukup mudah hanya
perlu membagi sudut apit jari-jari yang membentuk juring
dengan 360o dan mengalikannya dengan luas lingkaran.
Luas juring = ∠ apit/360 x Luas lingkaran.
g. Tembereng
Merupakan luas daerah yang di batasi oleh busur dan tali
busur. Bentuknya mirip denganl ampung kapal. Untuk
menentukan luas juring bisa mengurangi juring lingkaran
dengan segitiga yang dibentuk dari dua jari-jari dengan tali
busur. Misanya tembereng ABC (warna kuning).

GEOMETRI 66
Gambar 7.2 Tembereng70
h. Apotema
Apotema adalah bagian lingkaran berupa garis
penghubung yang paling pendek yang menghubungkan tali
busur dengan pusat lingkaran. Karena paling pendek maka
bisa dipastikan apotema akan selalu tegak lurus dengan tali
busur. Misalnya EO.
B. Sudut Pusat dan Busur lingkaran
a. Sudut Pusat
Sudut pusat adalah sudut yang terbentuk oleh dua jari-
jari lingkaran. Titik sudutnya adalah pusat lingkaran.69

Gambar 7.3 Sudut Pusat70


b. Busur Lingkaran
Busur adalah bagian kontinu dari suatu lingkaran.
Setengah lingkaran adalah suatu busur yang berukuran
setengah keliling lingkaran, jadi mencakup 180o.
Ada tiga jenis busur, yaitu:
1.) Setengah lingkaran: sebuah busur yang titik-titik
ujungnya adalah titik-titik ujung diameter.

69
Ed Kohn MS, Cliffs Quick ReviewTM Geometry, (Bandung: Pakar Raya, 2003) hlm. 121.
70
Rumus Matematika. http://rumushitung.com/2014/12/20/mengenal-bagian-bagian-lingkaran/ di
akses pada tanggal 4 November 2017

GEOMETRI 67
Gambar 7.4 Busur Setengah Lingkaran
2.) Busur kecil : sebuah busur yang kurang dari
setengah lingkaran. Busur kecil diberi nama dengan
hanya menggunakan dua titik ujung busur.
Perhatikan gambar dibawah.
3.) Busur besar : sebuah busur yang lebih dari setengah
lingkaran. Dinamakan 3 titik. Titik pertama dan titik
ketiga adalah titik-titik ujung dan tengahnya adalah
setiap titik pada busur diantara titik-titik ujung.
Perhatikan gambar di bawah.

Gambar 7.5 Busur Besar dan Busur Kecil


C. Pengertian Busur dan Sudut Keliling
Sudut-sudut bisa terletak pada keliling lingkaran, atau dibentuk
oleh tali busur dan yang saling berpotongan bentuk. Sudut yang
terbentuk oleh dua tali busur dengan titik sudut pada lingkaran
dinamakn sudut keliling. Sedangkan busur berhadapan adalah busur
yang menghadap ke suatu sudut, busur berhadapan merupakan

GEOMETRI 68
bagian lingkaran yang terletak di bagian dalam sudut bersama
dengan titik-titik ujung busur.
Berikut gambar sudut keliling dan busur berhadapan.

Gambar 7.6 Sudut Keliling dan Busur Behadapan


Pada gambar di atas ∠ABC adalah sudut keliling dan AC adalah
busur.
Teorema 7.1 : Besar sudut keliling pada suatu lingkaran sama
ukurannya dengan setengah ukuran busur berhadapannya.
Teorema 7.2 : Jika dua sudut keliling pada sebuah lingkaran
menghadap busur yang sama atau busur dengan ukuran sama,
maka kedua sudut keliling tersebut mempunyai ukuran yang
sama.
Teorema 7.3 : Jika sebuah sudut keliling menghadap ke setengah
lingkaran, maka ukurannya 90o.
Teorema 2 dan 3 berhubungan langsung dengan Teorema 1.

Gambar 7.7 Teorema 7.1


Teorema 7.1
m∠C= ½ (m BD)

GEOMETRI 69
Gambar 7.8 Teorema 7.2
Teorema 7.2:
m∠A = m∠B

Gambar 7.9 Teorema 7.3


Teorema 7.3:
m∠R = 900
D. Pembuktian Keliling dan Luas Lingkaran
a. Keliling Lingkaran
Keliling lingkaran adalah jarak yang mengelilingi sebuah
lingkaran.71 Keliling ini mencakup 3600. Bagaimana menghitung
keliling lingkaran? Misalkan, diketahui sebuah lingkaran yang
terbuat dari kawat. Keliling tersebut dapat dihitung dengan
mengukur panjang kawat yang membentuk lingkaran tersebut.
Selain dengan cara tersebut, keliling sebuah lingkaran dapat juga
ditentukan menggunakan rumus. Akan tetapi, rumus ini
bergabung pada sebuah nilai, yaitu π (phi).
71
Trevor Johnson dan Huge Neill, Swadidik Matematika, (Bandung: Pakar Raya, 2010), hlm. 157

GEOMETRI 70
Dengan K sebagai keliling lingkaran dan d sebagai garis
tengahnya (diameter), maka dapat dituliskan,

K=
K=
K=2
Atau dengan cara:

Gambar 7.10 Pembuktian Keliling Lingkaran73


Diketahui, jari-jari (r) dan keliling ½ lingkaran ( . Maka,
K lingkaran = K persegi panjang
K lingkaran =p+l+p+l
= 2(p +l)
= 2( + r)
=2 + 2.0
=2
Jadi, terbukti bahwa: K lingkaran = 2
b. Luas Lingkaran
Luas lingkaran merupakan luas daerah yang dibatasi
oleh keliling lingkaran.

GEOMETRI 71
Gambar 7.11 Pembuktian Luas Lingkaran a

Luas Lingkaran = 8 × Luas Segitiga


=8×½×a×t
=8×½× ×t
=½K×t
=½×K×r
=½×2 r×r
= r2
Atau dengan cara

Gambar 7.12 Pembuktian Luas Lingkaran72


L lingkaran = L persegi panjang
=pxl
= xr
2
=
Jadi, terbukti bahwa:
L lingkaran = r2

72
Ibid

GEOMETRI 72
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suharjana, “Geometri Datar dan Ruang”,


https://kelaskita.com/media/static/55500ef2d446dc75c8df8ee0/2015
-05-11-09-11-19.077282_geometri.pdf. 27-09-2017
Dirga, Yohanes. 2010. Rangkuman Pelajaran Matematika Lengkap.
Yogyakarta: Messemedia
Hani’ah, Munal. Ada Apa di Balik Segitiga?. Klaten. PT. Intan Pariwara.
2008.
John, Ed MS. 2003. Cliffs Quick Review™ Geometry. Bandung: Pakar
Raya
Johnson, Trevor dan Huge Neill, 2010, Swadidik MATEMATIKA,
Bandung: Pakar Raya.
Kohn Ed, 2003, Cliffts Quick Review Geometry, Bandung: Pakar Raya.
Rich, Barnett. 2004. SCHAUM’S Easy OUTLINES Geometri. Jakarta:
Erlangga.
Untoro, Joko. 2006. Buku Pintar Matematika. Jakarta: Wahyu Media

GEOMETRI 73

Anda mungkin juga menyukai