Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH MATEMATIKA WAJIB

DIMENSI 3

DI SUSUN OLEH:
EFYCKA CAMMELYA (KETUA) (8)
DION PRATAMA PUTRA (7)
ANGELINE GABRIELLA (3)
IDA AYU WIDIARTINI DWIJAYANTI (19)
JOHAN CHRIS ANDREAN (22)
CLARA SILVIANA ANDRYANI RISFA (4)

SMAK KESUMA MATARAM


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah
Matematika Wajib kami yang membahas tentang “Dimensi 3” dengan waktu yang cukup
dan sesuai dengan jadwal pengumpulan yang diberikan. Kami mengucapkan terima kasih
kepada guru mata pelajaran atas pemberian dan petunjuk dalam mempersiapkan materi yang
dibahas, serta membantu dalam memberikan gambaran soal dan penyelesaiannya.
Adapun pembahasan materi yang menjelaskan tentang titik, garis, dan bidang dalam dimensi
ketiga, serta beberapa soal dan penyelesaiannya. Tujuan adanya makalah ini pula yaitu
memberikan gambaran (konsep) secara penuh tentang dimensi tiga dan memahami beberapa
soal yang telah di modelkan (dicontohkan) dalam makalah kepada siswa pelajar (pembaca).
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih memiliki banyak
kekurangan baik materi yang di sampaikan hingga penulisan atau penyampaian yang tidak
tepat. Maka dari itu, kami mohon saran dan kritikkan dari siswa atau pembaca sangat
diharapkan.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang telah dijalani dalam proses
pembuatan tugas ini. Semoga kerja hasil kelompok ini bermanfaaat bagi kita semua.
Salam dari kami,

Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 UNSUR-UNSUR DALAM GEOMETRI DIMENSI 3
A. Titik
B. Garis
C. Bidang
D. Titik Sudut
E. Rusuk
F. Diagonal Bidang
G. Diagonal Ruang
H. Bidang Diagonal
BAB 2 KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG
A. Kedudukan Titik Terhadap Garis
B. Kedudukan Titik Terhadap Bidang
C. Kedudukan Garis Dan Bidang
D. Kedudukan Dua Garis
E. Kedudukan Dua Bidang
BAB 3 JARAK DALAM RUANG DIMENSI 3
A. Jarak Titik ke Titik
B. Jarak Titik ke Garis
C. Jarak Titik ke Bidang
D. Soal dan Penyelesaian
BAB 4 SUDUT DALAM RUANG DIMENSI 3
A. Sudut antara Dua Garis
B. Sudut antara Dua Bidang
C. Sudut antara Garis dan Bidang
D. Soal dan Penyelesaian
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
UNSUR-UNSUR DALAM GEOMETRI DIMENSI 3

Titik

Menurut Stanley R. Clemens et al., (1984: 10-11), Point : location, no lenght, width or height. A
point as a part of a a physical object. A point as the smallest dot you can draw. A point is an idea, or
abstraction. Since a point cannot be defined using simpler terms, it is an undefined term. Sebuah
titik hanya dapat ditentukan oleh lokasi/letaknya, tidak mempunyai ukuran (panjang, lebar, dan
tinggi). Sebuah titik merupakan titik terkecil yang bisa digambar. Titik merupakan sebuah ide atau
abstraksi. Karena titik tidak dapat didefinisikan dengan istilah sederhana, maka sebuah titik
digambarkan menggunakan noktah dan ditulis menggunakan huruf kapital seperti P, Q, M, N, atau O.
Titik merupakan komponen bangun ruang yang tidak berbentuk dan tidak mempunyai ukuran. Suatu
titik digambarkan atau dimodelkan sebagai noktah dan penamaannya menggunakan huruf besar.
Contoh : Titik A A Titik M M b.

Garis

Menurut Stanley R. Clemens et al., (1984: 10-11), Line : unlimited length, straight, no thickness, no
endpoints. A line as part of a physical situation. A line as the thinnest streak you can draw. A line is
an idea or abstraction. Since a line cannot be defined using simpler term it is an undefined term.
Sebuah garis mempunyai panjang tak terbatas, lurus, tidak tebal, tidak ada titik akhir. Namun
mengingat terbatasnya bidang tempat gambar, sebuah garis hanya dilukiskan sebagian saja/sangat
tipis. Bagian ini disebut wakil garis. Garis hanya mempunyai ukuran panjang tetapi tidak mempunyai
ukuran lebar. Garis merupakan sebuah gagasan atau abstraksi. Karena titik tidak dapat didefinisikan
dengan istilah sederhana, maka nama sebuah garis dapat dinyatakan dengan menyebutkan wakil
dari garis tersebut menggunakan huruf kecil: l, g, k atau menyebutkan nama segmen garis dari titik
pangkal ke titik ujung. Garis merupakan komponen bangun ruang yang hanya mempunyai ukuran
panjang. Garis dapat dipandang sebagai himpunan titik-titik.

Selain itu untuk memberi nama sebuah garis, dapat memanfaatkan dua buah titik pada garis
tersebut, atau dengan sebuah huruf kecil. Cara menuliskannya: ⃖ ⃗ , ⃖ ⃗ , ⃖ ⃗ , ⃖ ⃗ , ⃖ ⃗ atau g. Misalnya
seperti gambar berikut:

Gambar 1 Pada gambar di atas garis g dapat dinyatakan sebagai garis ⃖ ⃗

, ⃖ ⃗ , ⃖ ⃗ , ⃖ ⃗ , ⃖ ⃗ , karena garis g melalui titik A, titik B, dan titik C. Lambang “ ⃖ ⃗ ,” artinya garis yang
melalui titik A dan titik B, atau garis yang memuat titik A dan titik B. Lambang “ ⃖ ⃗ ” artinya garis
yang melalui titik A dan titik C, atau garis yang memuat titik A dan titik C. Lambang “ ⃖ ⃗ ” artinya
garis yang melalui titik B dan titik C, atau garis yang memuat titik B dan titik C. Lambang “ ⃖ ⃗

” dan lambang “ ⃖ ⃗ ” maknanya sama, yaitu garis yang melalui titik A dan titik B, atau garis yang
memuat titik A dan titik B.
c. Bidang

Menurut Stanley R. Clemens et al., (1984: 10-11), Plane : no boundary, continues in all directions,
flat, not thickness. A plane as a part of a physical object. A plane as the thinnest slice you can cut.
Sebuah bidang dapat diperluas seluas-luasnya/tidak ada batas, terus kesegala arah, datar, tidak
tebal. Pada umumnya sebuah bidang hanya dilukiskan sebagian saja yang disebut sebagai wakil
bidang. Wakil suatu bidang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Gambar dari wakil bidang dapat
berbentuk persegi atau bujur sangkar, persegi panjang, atau jajargenjang. Nama dari wakil bidang
dituliskan di sudut bidang dengan memakai huruf α, β, γ atau H, U, V, W atau dengan menyebutkan
titik-titik sudut dari wakil bidang itu.

Sebuah bidang difikirkan sebagai suatu himpunan titik berderet dan berjajar secara rapat dan tak
terbatas, tetapi tidak memiliki ketebalan. Sebuah bidang direpresentasikan dengan gambar sebuah
jajargenjang, dan nama sebuah bidang dapat menggunakan sebuah huruf kapital atau huruf Yunani.
Bidang merupakan komponen bangun ruang yang mempunyai luas. Bidang dapat dipandang sebagai
himpunan titik-titik. Yang disebut bidang di sini adalah bidang datar, yaitu bangun yang dapat
digambarkan sebagai suatu yang datar dan mempunyai luas tidak terbatas. Bidang

ABCg

U U U

digambarkan dengan model terbatas yang mewakilinya. Bidang tersebut dinamakan bidang α atau
bidang ABC. Harus diingat, penamaan bidang dengan titik-titik yang dilaluinya minimal menggunakan
tiga titik.

Gambar 2

Pada gambar di atas bidang α memuat titik-titik A, B, C, D, E, F, G, (dikatakan ketujuh titik tersebut
terletak pada bidang-α); ⃖ ⃗ dan ⃖ ⃗ keduanya pada bidang- α dan berpotongan di F. ⃖ ⃗ memotong
(menembus) bidang- α di titik D. Dari Gambar 2 tersebut, dapat dituliskan antara lain: artinya titik
A pada bidang- α ; F ⃖ ⃗ , artinya titik F pada ⃖ ⃗ ; ⃖ ⃗

artinya ⃖ ⃗ pada bidang- ; F = ⃖ ⃗∩ ⃖ ⃗ , artinya titik F adalah titik potong ⃖ ⃗


⃖ ⃗ ; D = ∩ ⃖ ⃗ , artinya titik D adalah titik potong (titik tembus) ⃖ ⃗ pada bidang ; = bidang( ⃖ ⃗ , ⃖ ⃗ ),
artinya bidang adalah bidang yang memuat ⃖ ⃗ dan ⃖ ⃗ , dan sebagainya.

2. Aksioma dan Teorema Garis dan Bidang Aksioma 1 Melalui dua buah titik sebarang hanya dapat
dibuat sebuah garis lurus

Aksioma 2 Jika sebuah garis dan sebuah bidang mempunyai dua buah titik persekutuan, maka garis
itu seluruhnya terletak pada bidang.

KL

Aksioma 3 Melalui tiga buah titik sebarang hanya dapat dibuat sebuah bidang Teorema 1 Sebuah
bidang ditentukan oleh tiga titik sebarang.

Teorema 2 Sebuah bidang ditentukan oleh sebuah garis dan sebuah titik (titik tidak terletak di garis).

Teorema 3 Sebuah bidang ditentukan oleh dua buah garis berpotongan. Teorema 4 Sebuah bidang
ditentukan oleh dua buah garis sejajar.

3. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang a. Kedudukan Titik Terhadap Garis dan Titik Terhadap Bidang 1.
Kedudukan Titik Terhadap Garis i). Titik terletak pada garis Jika titik S dilalui oleh garis g, maka titik
S dikatakan terletak pada garis g. ii). Titik tidak terletak pada garis Titik T tidak dilalui oleh garis
h, maka titik T dikatakan tidak terletak pada garis h. 2. Kedudukan Titik Terhadap Bidang i) Titik
terletak pada bidang Jika titik A dilalui oleh bidang U, maka dikatakan titik A terletak pada bidang U.
ii) Titik tidak terletak pada bidang Jika Titik B tidak dapat dilalui oleh bidang V, maka dikatakan titik B
tidak terletak pada bidang V.
P

PQ

b. Kedudukan Garis Terhadap Garis dan Garis Terhadap Bidang 1. Kedudukan Garis Terhadap Garis
Lain i) Berpotongan Dua buah garis dikatakan berpotongan jika kedua garis itu terletak pada sebuah
bidang dan mempunyai tepat satu titik persekutuan. ii) Berimpit Garis g berimpit dengan garis h
jika tiap titik di garis g juga terletak di garis h, dan sebaliknya. Syarat cukup untuk dua garis berimpit
adalah memiliki dua titik persekutuan. iii) Sejajar Dua buah garis dikatakan sejajar jika kedua garis
itu terletak pada satu bidang dan tidak mempunyai satupun titik persekutuan.

iv) Bersilangan Dua garis dikatakan bersilangan (tidak berpotongan dan tidak sejajar) jika kedua
garis tersebut tidak terletak pada suatu bidang.

Aksioma dua garis sejajar Aksioma 4 Melalui sebuah titik yang tidak terletak pada sebuah garis
hanya dapat dibuat sebuah garis yang sejajar dengan garis itu. Teorema-teorema tentang dua garis
sejajar Teorema 5 Jika garis k sejajar dengan garis l, garis l sejajar dengan garis m, maka garis k
sejajar dengan garis m. Teorema 6 Jika garis k sejajar dengan garis l dan memotong garis g, garis
l sejajar garis k dan juga memotong garis g, maka garis-garis k, l dan g terletak pada sebuah bidang.

A
h

Teorema 7 Jika garis k sejajar dengan garis l dan garis l menembus bidang α, maka garis k juga
menembus bidang α.

a) Kedudukan Garis Terhadap Bidang 1. Garis terletak pada bidang Sebuah garis g dikatakan terletak
pada bidang α, jika garis g dan bidang α sekurang-kurangnya mempunyai dua titik persekutuan. 2.
Garis sejajar bidang Sebuah garis m dikatakan sejajar pada bidang β, jika garis m dan bidang β tidak
mempunyai satupun titik persekutuan. 3. Garis memotong atau menembus Sebuah garis l dikatakan
memotong atau menembus bidang γ, jika garis l dan bidang γ tersebut hanya mempunyai sebuah
titik persekutuan. b) Kedudukan Dua Bidang 1. Dua bidang berimpit Bidang α dan bidang β
dikatakan berimpit, jika setiap titik yang terletak pada bidang α juga terletak pada bidang β,
atau sebaliknya . 2. Dua bidang sejajar Bidang α dan bidang β dikatakan sejajar jika kedua bidang itu
tidak mempunyai satu pun titik persekutuan.
3. Dua bidang berpotongan Bidang α dan bidang β dikatakan berpotongan jika kedua bidang itu
tepat memiliki sebuah garis persekutuan.

α, β
(,)

Teorema-teorema bidang terhadap bidang lain 1. Jika dua garis berpotongan, yang terletak pada
suatu bidang, sejajar dengan dua buah garis berpotongan pada bidang lain, maka kedua bidang itu
adalah sejajar. 2. Suatu bidang yang memotong salah satu dari dua bidang yang sejajar, maka bidang
tersebut memotong bidang yang satu lagi. 3. Suatu bidang yang memotong dua bidang yang sejajar,
maka garis – garis potong bidang tersebut adalah sejajar. Teorema-teorema dalam kesejajaran
Teorema 1 Jika garis a sejajar dengan garis b dan garis b terletak pada bidang V, maka garis a sejajar
dengan bidang α.

Teorema 2 Jika bidang α melalui garis a dan garis a sejajar bidang V, maka garis a sejajar dengan
garis perpotongan bidang α dengan bidang V.

Teorema 3 Jika bidang U dan bidang V sejajar dengan garis a, maka garis perpotongan kedua bidang
tersebut sejajar dengan garis a.

Teorema 4 Jika garis a berpotongan dengan garis b, garis c berpotongan dengan garis d, dan garis a
sejajar garis c, garis b sejajar garis d, maka bidang (a,b) sejajar bidang (c,d).

Ua

V
(U,V)

(α,V

Teorema 5 Jika bidang U sejajar bidang V dan keduanya dipotong oleh bidang α, maka garis (α,U)
sejajar garis (α,V).

Teorema 6 Jika garis a menembus bidang U yang sejajar dengan bidang V, maka garis a juga
menembus bidang V.

4. Garis Tegak Lurus pada bidang Definisi: Jika garis h tegak lurus pada bidang α maka garis h tegak
lurus dengan semua garis yang terletak pada bidang α.
Syarat garis k ⊥ bidang

Akibat: 1. Untuk membuktikan garis tegak lurus garis diusahakan salah satu garis itu tegak lurus pada
bidang yang mengandung garis lain. 2. Untuk melukiskan garis tegak lurus garis kita pertama-tama
melukis bidang tegak lurus yang diketahui.

(α,U)

(α,V) U

Teorema: sebuah garis tegak lurus pada sebuah bidang jika garis itu tegak lurus

pada dua buah garis berpotongan dan

a. Ada dua buah garis yang terletak pada bidang α (misal garis m dan l) b. Dua garis tersebut saling
berpotongan c. Masing-masing garis tegak lurus dengan garis k ( m⊥ k dan l ⊥ k )

αl

m
k

Contoh :

Diketahui kubus ABCD.EFGH. Tentukan : a. Titik yang berada pada garis DF b. Titik yang berada
diluar bidang BCHE c. Garis yang sejajar dengan CF d. Garis yang berpotongan dengan BE e. Garis
yang bersilangan dengan FG f. Bidang yang sejajar dengan bidang BDG Jawab : a. Titik D dan F b. Titik
A, D, F, G c. DE d. EA, EF, ED, EH e. AB, DC, AE, DH f. AFH

5. Proyeksi pada Bangun Ruang 1) Proyeksi titik pada garis Titik ′ adalah proyeksi titik P pada garis g.

2) Proyeksi garis pada garis ′ ′

adalah proyeksi pada garis g.

P’

Q
Q

ABCD

GH

10

3) Proyeksi titik pada bidang

Proyeksi titik P pada bidang adalah titik tembus garis yang tegak lurus dari P pada bidang (Titik P’
adalah hasil proyeksi titik P).

4) Proyeksi garis pada bidang a) Jika garis sejajar bidang ′ ′ merupakan proyeksi pada bidang .

b) Jika garis tegak lurus bidang tegak lurus terhadap bidang . Proyeksi

pada bidang merupakan sebuah titik yaitu titik Q. Jadi, titik Q adalah proyeksi pada bidang .

c) Jika garis memotong bidang memotong bidang di M. Proyeksi pada bidang adalah ′ .
6. Jarak Pada Bangun Ruang (1) Jarak Titik ke Titik Menentukan jarak titik A ke titik B dalam suatu
ruang dengan cara menghubungkan titik A dan titik B dengan ruas garis AB. Panjang ruas garis AB
adalah jarak titik A ke titik B.

(2) Jarak Titik ke Garis Jarak titik ke suatu garis ada jika titik tersebut terletak di luar garis. Langkah-
langkah menentukan jarak titik A ke garis g (titik A tidak terletak pada garis g) adalah sebagai berikut:
a. Buatlah bidang α yang melalui titik A dan garis g

A’ B’

P’

N’

Q
g

11

b. Buatlah garis AP yang tegak lurus dengan garis g pada bidang α c. Panjang ruas garis AP = jarak
titik A ke garis g. (3) Jarak Titik ke Bidang Jarak titik ke suatu bidang ada jika titik tersebut terletak di
luar bidang. Langkah-langkah menentukan jarak titik A ke bidang α (titik A tidak terletak pada
bidang α) adalah sebagai berikut. a. Buatlah garis g melalui titik A dan tegak lurus bidang α b. Garis
g menembus bidang α di titik D c. Panjang ruas garis AD = jarak titik A ke bidang α.

(4) Jarak dua garis sejajar Jarak antara dua garis sejajar (misal garis g dan garis h) dapat digambarkan
sebagai berikut. 1. Buatlah bidang α yang melalui garis g dan garis h (Teorema 4) 2. Buatlah garis l
yang memotong tegak lurus terhadap garis g dan garis h, misal titik potongnya berturut-turut di titik
A dan B 3. Panjang ruas garis AB = jarak antara garis g dan garis h yang sejajar.

(5) Jarak garis dan bidang yang sejajar Jarak antara garis dan bidang yang saling sejajar adalah
panjang ruas garis yang masingmasing tegak lurus terhadap garis dan bidang tersebut. Jarak antara
garis g dan bidang V yang sejajar dapat digambarkan sebagai berikut:
g

Og

1. Buatlah titik O pada garis g. 2. Buatlah garis l yang melalui titik O dan tegak lurus bidang V. 3. Garis
l memotong atau menembus bidang V di titik P. 4. Panjang ruas garis OP = Jarak antara garis g dan
bidang V yang sejajar.

12

(6) Jarak dua bidang sejajar Jarak antara bidang U dan bidang V yang sejajar dapat digambarkan
sebagai berikut.
(7) Jarak dua garis bersilangan Jarak antara dua garis yang bersilangan (misal garis a dan garis b)
dapat digambarkan sebagai berikut.

Bk
1. Buatlah garis a’, garis yang sejajar a dan memotong garis b. 2. Melalui garis a’ dan garis b dapat
dibuat sebuah bidang, yaitu bidang α. 3. Menentukan titik A yang terletak pada garis a. 4. Buatlah
ruas garis AB yang tegaklurus dengan garis a dan bidang α, titik B terletak pada bidang α. 5. Panjang
ruas garis AB merupakan jarak garis a ke bidang α. 6. Buatlah ruas garis A’B’ yang sejajar ruas garis
AB, titik A’ terletak pada garis a dan titik B’ terletak pada bidang α. 7. Panjang ruas garis A’B’
merupakan jarak garis a ke garis b.

a’

P A’

B’

1. Buatlah garis b’, garis yang sejajar b dan memotong garis a, sehingga melalui garis b’ dan garis a
dapat ditentukan satu bidang, yaitu bidang α. 2. Buatlah garis a’, garis yang sejajar a dan memotong
garis b, sehingga melalui garis a’ dan garis b dapat ditentukan satu bidang, yaitu bidang β. 3. Garis a’
sejajar garis a, garis b’ sejajar garis b, sehingga bidang α sejajar dengan bidang β. 4. Buatlah ruas
garis PQ yang tegaklurus terhadap bidang α dan bidang β, titik P terletak pada bidang α, sedangkan
titik Q terletak pada bidang β. 5. Panjang ruas garis PQ merupakan jarak bidang α ke bidang β. 6.
Buatlah ruas garis P’Q’ yang sejajar ruas garis PQ, titik P’ terletak pada garis a dan titik Q’ terletak
pada garis b. 7. Panjang ruas garis P’Q’ merupakan jarak garis a ke garis b.

a’

α b’

PaP’

Q’

1. Buatlah titik A pada bidang V. 2. Buatlah garis k yang melalui titik A dan tegak lurus bidang V. 3.
Garis k menembus bidang V di titik B. 4. Panjang ruas garis AB= Jarak antara bidang U dan bidang V
yang sejajar.

Cara II

Cara I

13
CONTOH Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 10 cm. Hitunglah jarak antara : a. Titik A
ke H b. Titik A ke P (P adalah perpotongan diagonal ruang) c. Titik A ke garis CE d. Titik A ke bidang
BCGF e. Titik A ke bidang BDHF f. Titik A ke bidang BDE g. Garis AE ke garis CG h. Garis AE ke garis CG
i. Bidang ABCD ke EFGH Jawab :

a. Jarak titik A ke H = AH AH = 2 2 DHAD = 100 100 = 200 = 2 10


cm b. Jarak titik A ke P = AP = ½ AG = 3 2 10 cm

c. Jarak A ke CE = AK Pada segitiga siku-siku CAE L CAE = ½.AC.AE = ½.CE.AK

3 10

3 210 310. 2 1 10.210. 2 1 .310.210.210.

21

AK

AK

AK

AK

d. Jarak titik A ke bidang BCGF = AB = 10 cm e. Jarak titik A ke bidang BDHF = AR (R titik tengah
garis BD)

AB

E
F

10

AC

GE

PR

14

AR = ½ AC = ½ 2 10 = 2 5 cm g. Jarak titik A ke bidang BDE

Perhatikan persegi panjang ACGE sbb : Garis AG berpotongan tegak lurus dengan Garis
ER dititik T, sehingga jarak A ke Bidang BDE adalah AT. ER = 2 2 AEAR = 100 50
= 150 = 6 5 cm.

L. ARE = ½. AR. AE = ½. RE. AT ½. 10 .25 = ½ . AT .65 2 50 = AT .65

AT =

65 250 = 3 3 10 cm h. Jarak AE ke CG = AC = 3 10 i. Jarak ABCD dan EFGH = AC = 10 cm


Tugas I 1. Diketahui kubus ABCD.EFGH denan panjang rusuk 6 cm. Hitunglah jarak antara : a. Titik H
ke garis AC b. Titik B ke garis AG c. Titik C ke BDG

AB

CD

AC

GE

15

d. garis AE dan CG e. garis AB dan CDHG f. bidang HFC dan DBE 2. Diketahui balok PQRS.TUVW
dengan PQ = 4 cm, QR = 3 cm, PT = 6 cm Hitung jarak antara : a. V ke RSTU b. Q ke PRVT 3. Diketahui
limas beraturan T.ABCD dengan AB = 10 cm, TA = 12 cm. Hitung jarak antara : a. titik B ke AT b. titik
T ke ABCD c. titik A ke TBC 4. Diketahui bidang empat beraturan T.ABC dengan panjang rusuk 8 cm.
Tentukan jarak T ke bidang ABC.

C. PROYEKSI 1. Proyeksi titik pada bidang Jika titik A diluar bidang H, maka proyeksi A pada bidang
H ditentukan sebagai berikut : a. Dari titik A dibuat garis g yang tegak lurus bidang H b. Tentukan titik
tembus garis g terhadap bidang H, misalnya titik B. Proyeksi titik A pada bidang H adalah B.
2. Proyeksi garis pada bidang Menentukan proyeksi garis pada bidang sama dengan menentukan
proyeksi dua buah titik yang terletak pada garis ke bidang itu, dan proyeksi garis tadi pada bidang
merupakan garis yang ditarik dari titik-titik hasil proyeksi. a. Jika sebuah garis tegak lurus pada
bidang maka proyeksi garis ke bidang itu berupa titik. b. Jika garis sejajar bidang maka proyeksi garis
ke bidang merupakan garis yang sejajar dengan garis yang diproyeksikan.

16

Contoh : Diketahui limas beraturan T. ABCD dengan AB = 5 cm dan TA = 8 cm. Hitunglah panjang
proyeksi : a. TB pada bidang ABCD b. TB pada bidang TAC

a. Proyeksi T pada bidang ABCD adalah titik O. Jadi proyeksi TB pada bidang ABCD = BO BO = ½ .AC
= ½ 2 2 BCAB = ½ 25 25 =½25
= 2 2 5 cm b. Proyeksi TB pada bidang TAC = TO TO = 2 2 BOTB

2 2564

2 103

= 206 2 1 cm

Tugas II 1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 10 cm. Tentukan dan hitung panjang proyeksi :

AB

CD

17

a. BG pada EFGH b. HF pada ACH c. GO pada BDE (O titik potong AC dan BD) 2. Diketahui limas
beraturan T.ABCD dengan AB = 10 cm dan tinggi limas 8 cm. Tentukan dan hitung panjang proyeksi :
a. TC pada ABCD b. TA pada TBD 3. Diketahui bidang empat beraturan T.ABC dengan panjang rusuk
6 cm. Titik P ditengah-tengah AB. Hitung panjang proyeksi : a. TB pada ABC b. TP pada ABC c. TB
pada TPC

D. SUDUT ANTARA GARIS DAN BIDANG 1. Sudut antara dua garis berpotongan Sudut antara dua
garis berpotongan diambil sudut yang lancip. Garis g berpotongan dengan garis h di titik A, sudut
yang dibentuk adalah .

2. Sudut antara dua garis bersilangan Sudut antara dua garis bersilangan ditentukan dengan
membuat garis sejajar salah satu garis bersilangan tadi dan memotong garis yang lain dan sudut
yang dimaksud adalah sudut antara dua garis berpotongan itu.
Garis g bersilangan dg h Garis h1 sejajar dengan h
Memotong g Sudut antara g dan h sama dg Sudut antara g dan h1

3. Sudut antara garis dan bidang Sudut antara garis dan bidang hanya ada jika garis menembus
bidang.

h1

18

Sudut antara garis dan bidang adalah sudut antara garis dan proyeksinya pada bidang itu.

Garis g menembus bidang H dititik A. Proyeksi garis g pada bidang H adalah g1


Sudut antara garis g dengan bidang H Adalah sudut yang dibentuk garis g dg g1

4. Sudut antara bidang dengan bidang Sudut antara dua bidang terjadi jika kedua bidang saling
berpotongan. Untuk menentukannya sbb : a. Tentukan garis potong kedua bidang b. Tentukan
sebarang garis pada bidang pertama yang tegak lurus garis potong kdua bidang c. Pada bidang
kedua buat pula garis yang tegak lurus garis potong kedua bidang dan berpotongan dengan garis
pada bidang pertama tadi. d. Sudut antara kedua bidang sama dengan sudut antara kedua garis tadi
Bidang G dan H berpotong pada garis (G,H). Garis g pada G tegak lurus gais (G,H). Garis h pada H
tegak lurus garis (G,H) Sudut antara bidang G dan H sama dengan sudut antara garis g dan h Contoh
: Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 5 cm. Tentukan : a. Besar sudut antara BG dan
bidang ABCD b. Cosinus sudut antara BH dan ABCD Jawab :

a. Sudut antara BG dengan ABCD adalah sudut CBG = 450 b. Cosinus sudut antara BH dengan ABCD
adalah Cos DBH = BH BD = 35 25 = 3 6

g1

(G,H)

5 cm A B

CD

EF

GH

19

Tugas III 1. ABCD.EFGH adalah sebuah balok. Nyatakan dan gambarkan kemudian beri nama sudut
antara: a. CH dan ABCD b. AG dan EFGH c. BH dan CDHG 2. T. ABCD adalah limas tegak beraturan.
Panjang rusuk alas 4 cm dan panjang rusuk tegak 8 cm. Hitunglah : a. Tan sudut antar TC dan ABCD
b. Cos sudut antara TQ dan ABCD dimana Q titik tengah AD 3. Diketahui limas beraturan T. ABCD
dengan AB = 6 cm dan TC = 5 3 cm. Hitung : a. Cosinus sudut antara bidang ABCD dan TDC b. Sinus
sudut antara TAB dan TCD 4. Diketahui limas segitiga T.ABC. TA tegak lurus bidang alas. Segitiga ABC
siku-siku di B. Panjang AB = 6 cm, BC = 8 cm. Panjang TA = 24 cm. O titik tengah BC. Hitunglah : a.
Panjang AC, TC, AO b. tan sudut antara TO dan bidang ABC
BAB 3

JARAK DALAM RUANG DIMENSI 3

1. Sudut Antara Dua Garis

Sudut antara dua garis garis adalah sudut lancip atau siku-siku antara kedua garis tersebut.
Dengan demikian maka sudut antara dua garis bersilangan adalah sudut lancip atau siku-siku
yang terbentuk oleh kedua garis bersilangan (tidak sebidang)
Jika a dan b dua garis bersilangan, maka besar sudut antara kedua garis sama dengan besar
sudut antara a ′ yang sebidang dengan b dan sejajar a, dengan b, atau sebaliknya, antara b ′ ′′ ′
yang sebidang dengan a dan sejajar b, dengan a .

Jika sudutnya 90o, dikatakan a menyilang tegaklurus b.

Pada Gambar 2.3, a dan b bersilangan. Besar sudut antara a dan b = ∠EDF = α .

Gambar 2.3

2. Sudut Antara Garis dan Bidang

a. Garis Tegaklurus Bidang

Seorang tukang batu menggunakan unting-unting untuk memeriksa tegak (vertikal) atau tidaknya
tiang. Bagaimana indikatornya bahwa sebuah tiang dinyatakan telah berdiri tegak?

Pengalaman di atas mempermudah kita dalam menerima definisi berikut:

Garis a dikatakan tegaklurus bidang H, jika garis a tegaklurus pada semua garis pada bidang H yang
melalui titik tembusnya.

Perhatikan Gambar 2.4 (ii). Garis-garis g ⊥ a1, g ⊥ a2, g ⊥ a3, …dengan a1, a2, a3, … pada bidang H ⇒
g ⊥ H.

Karena dua garis berpotongan menentukan keberadaan sebuah bidang (melalui 2 garis berpotongan
dapat dibuat tepat sebuah bidang), maka:

Jika garis g tegaklurus pada dua buah garis berpotongan pada bidang H , maka garis g ⊥ ⊥⊥ ⊥ H .

b. Garis Tidak Tegaklurus Bidang


Jika Gambar 2.2 disederhanakan, dan gambar garisnya tidak terbatas sampai bidang yang
ditembusnya, dapat diperoleh Gambar 2.5 (ii). Misal garis g menembus bidang H di titik T, dan garis-
garis pada bidang H yang melalui titik T adalah h1, h2, h3, ..., hn, (n → ∞) maka besar sudut antara
garis g dan garis-garis h1, h2, h3, ..., hn berturut-turut α 1, α 2, α 3,..., α n, dapat diukur.
Bagaimanakah besar sudut-sudut tersebut? (Coba lakukan beberapa di antaranya, misalnya untuk
garis g dapat digunakan pensil dan bidangnya adalah meja).

Untuk memberikan nilai besar sudut (dan juga jarak) antara dua unsur ruang dipilih ukuran
terkecilnya. Dalam hal ini sudut yang dimaksud adalah sudut terkecil antara garis g garis-garis hn (n =
1, 2, 3, ... , n).

Karena itu maka besar sudut antara garis a dan bidang H, dengan a tidak tegaklurus H, ditentukan
oleh besar sudut antara garis a dan a′ yang merupakan proyeksi garis a pada bidang H.

Pada Gambar 2.6 (i), A dan B pada garis a. Proyeksi A pada H adalah A = A′, proyeksi B pada H adalah
B′, sehingga hasil proyeksi garis a pada H yaitu a′ adalah garis ↔ 'AB . Sudut antara garis a dan H =
sudut antara a dan a′ yaitu α . Jika pada bidang pemroyeksi dibuat garis k║a (Gambar 2.6 (ii)), maka
k′ = a′. Untuk menggambarkan besar sudut antara k dan a′, dalam hal titik tembusnya tidak tampak,
dapat digambar garis a′′║a′ pada bidang pemroyeksi sehingga besar sudut antara garis k dan bidang
H dapat diwakili oleh α ′, yaitu ∠(k, a′′).

c. Sifat Ketegaklurusan Misalkan garis g ⊥ H dan g memotong H di titik P. Jika sebarang garis an (pada
bidang H) melalui P, maka g ⊥ an. Untuk sebarang n, setiap garis bn pada bidang H pastilah sejajar
dengan salah satu dari garis an, karenanya maka g ⊥ bn. Dengan kata lain:

Jika garis g ⊥ ⊥⊥ ⊥ bidang H , maka g tegaklurus pada setiap garis pada bidang H .

3. Sudut Antara Dua Bidang (yang berpotongan)

Seberapa jauh terbukanya pintu, seberapa kemiringan atap terhadap kedudukan langit-langit
rumah, dan masih banyak lagi, terkait dengan ukuran besar sudut antara dua bidang.
Idealisasinya sebagai berikut: Misalkan bidang V dan W berpotongan pada

garis

↔ AB (bidang V = bidang ABCD, bidang W = bidang ABEF, sehingga (V, W) =

↔ AB ). Jika sebuah bidang K memotong tegaklurus garis potong antara bidang V dan W, maka
bidang K dinamakan bidang tumpuan antara bidang V dan W. Karena bidang K ⊥ V dan K ⊥ W,
maka bidang K ⊥ (V, W), sehingga:diperoleh bahwa (V, W) ⊥ (K, V) dan (V, W) ⊥ (K, W). Sudut
antara garis (K, V) dan (K, W) dinamakan sudut tumpuan antara bidang V dan W. Besar sudut antara
bidang V dan W ditentukan oleh besar sudut tumpuan antara kedua bidang. Pada Gambar 2.7, sudut
yang dimaksud adalah sudut PTQ. Jadi untuk menentukan besar sudut antara dua bidang V dan W
dapat dilakukan sebagai berikut:

Tentukan (V, W) (dalam Gambar 2.7:

↔ AB ) (1) Pilih sembarang titik T pada (V, W)

(2) Pada bidang V tarik garis

↔ TQ⊥ (V, W)

(3) Pada bidang W tarik garis

↔ TP ⊥ (V, W)

maka besar ∠(V, W) = ∠PTQ

Jika besar ∠ ∠∠ ∠( V , W ) = 90o, dikatakan V ⊥ ⊥⊥ ⊥ W

Misalkan sebuah garis g ⊥ bidang H di P (Gambar 2.8), dan sebuah bidang V melalui g. Melalui titik P
pada bidang H dilukis garis h ⊥ (H, V). Maka sudut tumpuan antara bidang H dan V adalah sudut
antara g dan h. Karena g ⊥ H maka g ⊥ h. Jadi besar sudut tumpuan tersebut 90o. Dapat dinyatakan
pula bahwa V ⊥ H. Jadi:

Jika garis g ⊥ ⊥⊥ ⊥ bidang H , maka setiap bidang V yang melalui g ⊥ ⊥⊥ ⊥ H

Contoh 1

Pada kubus ABCD.EFGH (Gambar 2.9):

a. Sudut antara

↔ AH dan ↔ BF = sudut antara ↔ AH dan↔ DH (karena ↔ DH ║↔ BF ) = 45o (karena ∆ADH


siku-siku sama kaki).

b. Jika sudut antara bidang AFH dan CFH = α , berapakah cos α ?

Jawab: (AFH, CFH) = ↔ FH . ∆AFH sama sisi dan S titik tengah FH .

Jadi ↔ AS ⊥ ↔ FH ………(1) ∆CFH sama sisi dan S titik tengah FH .


Jadi ↔ CS ⊥ ↔ FH ………

(2) Jadi sudut tumpuan antara bidang AFH dan CFH adalah ∠ASC, besarnya = α .

Pada ∆ASC: cos α = CSAS ACCSAS ..2 222 −+; misalkan AB = 2a,

maka AC = 2a√2, AS = CS = a√6 = 662 866 2 22 aa aaa ×× − = 2 2 12 4 a a = 3 1

Jadi cos ∠(AFH, CFH) = 3 1

Contoh 2

T.ABCD adalah sebuah limas segi-4 beraturan (Gambar 2.10): AB = 6 cm, tinggi limas = 6 cm.
Tentukan

sin ∠(↔ TC , ABCD) dan tan ∠(TBC, ABCD) Jawab: M = proyeksi T pada bidang ABCD dan C =
proyeksi C pada bidang ABCD

Gambar. 2.10

A B

α αα α

Q M

S
R

A B Gambar. 2.9

PAKET FASILITASI PEMBERDAYAAN KKG/MGMP MATEMATIKA

Pembelajaran Sudut Dan Jarak Dalam Ruang Dimensi Tiga 12 1122 12

Jadi proyeksi TCpada bidang ABCD adalah MC sehingga ∠(

↔ TC , ABCD) = ∠ TCM;

MC = 2 1 AC = 2 1 × 6√2 cm = 3√2 cm.

TC = 2 2 MCTM + = ( )2 2 2 36 + = 54 1836 = + = 3√6 (cm)

sin ∠TCM =

TC TM =

63 6 =

3 1√6. Jadi sin ∠(

↔ TC , ABCD) =

3 1√6

(TBC, ABCD) =

↔ BC ; Q pada

↔ BC ,

↔ QT pada bidang TBC tegaklurus

↔ BC ,

↔ QP pada

bidang ABCD tegaklurus

↔ BC Sudut tumpuan antara bidang TBC dan ABCD adalah ∠PQT,

tan ∠PQT =

3 6=
MQ TM = 2

Jadi tan ∠(TBC, ABCD) = 2.

Misalkan terdapat garis g dan h. Jika kedua garis belum berpotongan, maka geser salah satu (atau
keduanya) sehingga kedua garis berpotongan. Dalam menggeser garis harus tetap sejajar dengan
posisi garis awalnya. Sudut yang terbentuk adalah pada perpotongan kedua garis yang dibatasi
kedua garis. (baik garis awal maupun garis pergeserannya)

Langkah-langkah Menentukan Sudut Antara Dua Garis pada Dimensi Tiga:

1). Jika kedua garis belum berpotongan, maka geser sehingga berpotongan.

2). Hubungakan kedua ujung garis sehingga terbentuk segitiga.

3). Ada dua kemungkinan besar sudutnya, yaitu :

(i). Besar sudut langsung bisa ditebak

a). Segitiga sama sisi, besar sudutnya 60°

b). Sudut siku-siku, besar sudutnya 90°

c). Segitiga siku-siku sama kaki, besar sudutnya 45°

(ii). Sudut tidak bisa langsung ditebak, ada dua cara yaitu:

a). terbentuk segitiga siku siku . perhitunggan sudutnya menggunakan perbandinggan


trigonometri dasar yaitu sin=de/mi,cos=sa/mi,dan tan=de/sa

b).bukan segitiga siku siku perhitungganya menggunakan atyran cosines yaitu:

Contoh soal:

1). Pada kubus ABCD.EFGH, tentukan besarnya sudut antara BG dan CH? Penyelesaian

*)Karena BG dan CH belum berpotongan, geser salah satu, misal kita geser CH ke BE (CH BE sejajar),
sehingga sudutnya sama dengan BG dan BE.

*). Hubungkan kedua ujung garis yaitu E ke G sehingga terbentuk segitiga EBG. sehingga

<(BG,CH)=<(BG,BE)=<EBG

*). Karena segitiga EBG sama sisi, maka besar sudutnya 60 Jadi, besar sudut BG dan CH adalah 60°.
Catatan kita juga bisa menggeser BG ke AH sehingga sudutnya AHC=60 derajat

2).pada kubus ABCD.EFGH,tentukan besarnya sudut antara AE dan FG?

*). Karena AE dan FG belum berpotongan, geser salah satu, misal kita geser FG ke AD (FG dan AD
sejajar), sehingga sudutnya sama dengan AE dan AD. <(AE, FG) =<(AE, AD) =<EAD

*). Karena AE dan AD tegak lurus, maka besar sudutnya 90 Jadi, besar sudut AE dan FG adalah 90.
Catatan kita juga bisa menggeser AE ke FB sehingga sudutnya BFG 90derajat
3). Pada kubus ABCD.EFGH, panjang rusuk 8 cm. α adalah sudut antara garis AD dengan garis
AH.Tentukan nilai tan α dan α

Ambil segitiga ADH dengan siku-sikunya di titik D

tan α = sisi depan : sisi samping = DH : AD

tan α = 8 cm : 8 cm = 1

Sudut dengan nilai tan sama dengan satu adalah 45°

4). Pada kubus ABCD.EFGH, panjang rusuk 8 cm. α adalah sudut antara garis AD dengan garis
diagonal ruang HB. Tentukan nilai tan α, sin α dan cos α

Mana sudutnya, geser dulu garis AD ke garis tempat BC.Jadi sudut antara AD dengan HB sama
dengan sudut antara garis BC dengan HB. Tambahkan garis bantu agar terbentuk suatu segitiga
dengan siku di titik C.

Dengan demikian tan α, sin α dan cos α berturut-turut adalah

5). Kubus ABCD.EFGH memiliki rusuk 4 cm. Sudut antara AE dan bidang AFH adalah α. Nilai sin α = ....

Ambil segitiga AEP dengan siku di titik E.

Panjang EP adalah setengah dari panjang diagonal sisi yaitu 2 √ 2 cm. Panjang AP

Sinus sudut α dengan demikian adalah

D. SUDUT ANTARA GARIS DAN BIDANG 1. Sudut antara dua garis berpotongan Sudut antara dua
garis berpotongan diambil sudut yang lancip. Garis g berpotongan dengan garis h di titik A, sudut
yang dibentuk adalah .
2. Sudut antara dua garis bersilangan Sudut antara dua garis bersilangan ditentukan dengan
membuat garis sejajar salah satu garis bersilangan tadi dan memotong garis yang lain dan sudut
yang dimaksud adalah sudut antara dua garis berpotongan itu.

Garis g bersilangan dg h Garis h1 sejajar dengan h


Memotong g Sudut antara g dan h sama dg Sudut antara g dan h1

3. Sudut antara garis dan bidang Sudut antara garis dan bidang hanya ada jika garis menembus
bidang.

h1

18

Sudut antara garis dan bidang adalah sudut antara garis dan proyeksinya pada bidang itu.

Garis g menembus bidang H dititik A. Proyeksi garis g pada bidang H adalah g1


Sudut antara garis g dengan bidang H Adalah sudut yang dibentuk garis g dg g1

4. Sudut antara bidang dengan bidang Sudut antara dua bidang terjadi jika kedua bidang saling
berpotongan. Untuk menentukannya sbb : a. Tentukan garis potong kedua bidang b. Tentukan
sebarang garis pada bidang pertama yang tegak lurus garis potong kdua bidang c. Pada bidang
kedua buat pula garis yang tegak lurus garis potong kedua bidang dan berpotongan dengan garis
pada bidang pertama tadi. d. Sudut antara kedua bidang sama dengan sudut antara kedua garis tadi
Bidang G dan H berpotong pada garis (G,H). Garis g pada G tegak lurus gais (G,H). Garis h pada H
tegak lurus garis (G,H) Sudut antara bidang G dan H sama dengan sudut antara garis g dan h Contoh
: Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 5 cm. Tentukan : a. Besar sudut antara BG dan
bidang ABCD b. Cosinus sudut antara BH dan ABCD Jawab :

a. Sudut antara BG dengan ABCD adalah sudut CBG = 450 b. Cosinus sudut antara BH dengan ABCD
adalah Cos DBH = BH BD = 35 25 = 3 6

g1

(G,H)

5 cm A B

CD

EF

GH

19

Tugas III
1. ABCD.EFGH adalah sebuah balok. Nyatakan dan gambarkan kemudian beri nama sudut antara:

a. CH dan ABCD

b. AG dan EFGH

c. BH dan CDHG

2. T. ABCD adalah limas tegak beraturan. Panjang rusuk alas 4 cm dan panjang rusuk tegak 8 cm.
Hitunglah :

a. Tan sudut antar TC dan ABCD

b. Cos sudut antara TQ dan ABCD dimana Q titik tengah AD

3. Diketahui limas beraturan T. ABCD dengan AB = 6 cm dan TC = 5 3 cm. Hitung :

a. Cosinus sudut antara bidang ABCD dan TDC

b. Sinus sudut antara TAB dan TCD

4. Diketahui limas segitiga T.ABC. TA tegak lurus bidang alas. Segitiga ABC siku-siku di B. Panjang AB =
6 cm, BC = 8 cm. Panjang TA = 24 cm. O titik tengah BC. Hitunglah :

a. Panjang AC, TC, AO

b. tan sudut antara TO dan bidang ABC


DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/Gabungan%20semua%20file/New%20folder%20(jangan%20dihapuus)/tugasku/tugas%20cl
ara/modul-dimensi-tiga.pdf

www.belajar-matematika.com – 1

Anda mungkin juga menyukai