Anda di halaman 1dari 52

BANGUN RUANG

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam Mata Kuliah Telaah II Dosen Pembimbing: Abu Syafik, M. Pd

Disusun oleh : Kelompok 1 / 4H Nama Anggota: 1. Heru Sujatmiko Nugroho 2. Iin Rachmadiyanti 3. Indah Prawesti 4. Khotmiyatun Marifah 5. M. Khotim Ansori 6. Nur Aeni (102144056) (102144057) (102144058) (102144059) (102144060) (102144061)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2012-2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada suatu halangan apapun. Laporan ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Abu Syafik, M.Pd., selaku dosen pembimbing mata kuliah Telaah II yang telah membimbing dengan teliti dan penuh kesabaran. 2. Kedua orang tua tercinta yang telah mendidik dan membimbing penulis dari kecil. 3. Teman-teman yang telah membantu serta mendukung penulis dalam proses pembuatan makalah ini. Namun, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan para pembaca serta merupakan salah satu bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Purworejo, Oktober 2012

Penulis

DIMENSI TIGA

A. Macam-macam Bangun Ruang : 1. Kubus :

Ciri-ciri Kubus : 1. Jumlah bidang sisi ada 6 buah yang berbentuk bujur sangkar (ABCD, EFGH, ABFE, BCGF, CDHG, ADHE,) 2. Mempunyai 8 titik sudut (A, B, C, D, E, F, G, H) 3. Mempunyai 12 rusuk yang sama panjang (AB, CD, EF, GH, AE, BF, CG, DH, AD, BC, EH, FG) 4. Semua sudutnya siku-siku 5. Mempunyai 4 diagonal ruang dan 12 diagonal bidang 4 diagonal ruang = garis AG, BH, CE, DF. 12 diagonal bidang = garis AC,BD,EG,FH,AH,DE,BG,CF,AF,BE,CH,DG) Volume (V) = s x s x s = s3 Luas (L) = 6 x s x s = 6 s2 Keliling = 12 x s Panjang diagonal bidang = s2 + s2 = 2s2 = s Panjang diagonal ruang = s2 + s2 + s2 = 3s2 = s 3

2. Balok:

Ciri-ciri Balok : 1. Alasnya berbentuk segi empat 2. Terdiri dari 12 rusuk 3. Mempunyai 6 bidang sisi 4. Memiliki 8 titik sudut 5. Seluruh sudutnya siku-siku 6. Mempunyai 4 diagonal ruang dan 12 diagonal bidang Volume = p x l x t Luas = 2 x {(pxl) + (pxt) + (lxt) } Keliling = 4 x (p+ l + t) Diagonal Ruang =

3. Limas

Ciri-ciri : Nama Limas Limas Segitiga Limas Segiempat Limas Segilima Limas Segienam Luas alas = alas x tinggi Volume = Luas alas x tinggi Luas = Luas alas + (3 x luas tegak segitiga) Sisi 4 5 6 7 Rusuk 6 8 10 12 Titik Sudut 4 5 6 1

4. Kerucut

Ciri-ciri : 1. Mempunyai 2 bidang sisi (1 bidang sisi lingkaran dan 1 bidang sisi selimut) 2. Mempunyai 2 rusuk dan 1 titik sudut Luas selimut = x r x s Luas alas = x r2 Luas Permukaan kerucut = Luas alas + Luas Selimut = x r2 + x r x s = r (r + s) Volume = x Luas alas x tinggi = x x r2 x t

5. Bola

Ciri-ciri : 1. Hanya mempunyai 1 bidang sisi 2. Tidak mempunyai sudut dan tidak mempunyai rusuk

Volume = r 3 Luas = 4 r 2

Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam Ruang


Benda berdemensi tiga memiliki tiga unsur, yakni : a. Titik merupakan sesuatu yang tidak memiliki ukuran (tak berdemensi) dan hanya ditentukan oleh letaknya saja. Titik disimbolkan dengan noktan () dan biasanya diberi nama dengan huruf besar (kapital), misalnya A, B, C, D dan lain sebagainya b. Garis adalah kumpulan atau himpunan titik yang membentuk kurva lurus. Garis merupakan bangun berdemensi satu, karena ukuran (demensi) yang dimiliki hanya satu yaitu panjang, garis biasanya diberi nama dengan huruf kecil, misalnya: p. q, r dan lain sebagainya c. Bidang disebut bangun berdemensi dua, karena memeliki dua demensi yakni demensi panjang dan demensi lebar, bidang tidak memeiliki dimensi ketebalan.

1. Kedudukan Titik Terhadap Garis Dan Bidang


a. Kedudukan titik terhadap garis

h B

Jika diperhatikan gambar di atas maka kedudukan titik terhadap garis ada dua, yakni : Titik terletak di garis atau garis yang melalui titik tertentu, seperti titik A terletak di garis g, atau garis g melalui titik A.

Titik yang terletak di luar garis, atau titik tidak terletak di garis atau
dengan kata lain garis tidak melalui titik tertentu, contohnya titik B tidak terletak di garis h, atau garis h tidak melalui titik B.

b. Kedudukan titik terhadap bidang


1) Titik Terletak pada Bidang Sebuah titik dikatakan terletak pada bidang, jika titik tersebut dapat dilalui oleh bidang.

Titik B terletak Pada Bidang 2) Titik di Luar Bidang Sebuah titik dikatakan terletak di luar bidang, jika titik tersebut tidak dapat dilalui oleh bidang.

Titik B tidak terletak Pada Bidang

2. Kedudukan Dua Garis


a. Dua Garis Sejajar Dua buah garis dikatakan sejajar, jika dua buah garis tersebut sebidang dan tidak mempunyai titik persekutuan.

Garis k dan l sejajar

b.

Dua Garis Berpotongan Dua buah garis dikatakan berpotongan, jika dua buah garis tersebut sebidang dan mempunyai satu titik persekutuan, yang dinamakan titik potong.

Garis k dan l berpotongan

c.

Dua Garis Berimpit Dua garis dikatakan berimpit, jika jarak antara kedua garis tersebut adalah nol.

Garis k dan l berimpit

d.

Dua Garis Bersilangan Dua buah garis dikatakan bersilangan, jika dua buah garis tersebut tidak sebidang atau melalui kedua garis tersebut tidak dapat dibuat sebuah bidang datar.

Garis g dan h bersilangan

3. Kedudukan Garis dan Bidang


a. Garis Terletak pada Bidang
Sebuah garis dikatakan terletak pada bidang, jika setiap titik pada garis tersebut juga terletak pada bidang.

Garis g terletak pada bidang b. Garis Sejajar Bidang


Sebuah garis dikatakan sejajar bidang, jika garis dan bidang tidak mempunyai satu pun titik persekutuan.

Garis g sejajar bidang

c. Garis Memotong (Menembus) Bidang


Sebuah garis dikatakan memotong (menembus) bidang, jika garis dan bidang mempunyai satu titik persekutuan yang dinamakan titik potong atau titik tembus.

Garis g memotong bidang di titik A

6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga Yang dimaksud dengan jarak antara dua buah bangun adalah panjang ruas garis penghubung terpendek yang menghubungkan dua titik pada bangun-bangun tersebut.

A G1

B G2

Jika G1 dan G2 adalah bangun-bangun geometri. Maka G1 dan G2 dapat dipikirkan sebagai himpunan titik-titik. Sehingga dapat dilakukan pemasangan satu-satu antara titik-titik pada G1 dan G2. Jika adalah yang terpendek antara semua ruas garis penghubung titik-titik itu, maka panjang ruas garis disebut jarak antara bangun G1 dan G2. Konsep jarak yang pernah dipelajari dalam geometri bidang di antaranya adalah: Jarak titik A ke titik B dapat digambar dengan cara menghubungkan titik A dan titik B dengan ruas garis AB (diperlihatkan pada gambar (a)). Jika d adalah jarak titik A( ) ke titik B( ) maka jarak d dapat ditentukan

dengan menggunakan hubungan:

A( )

B( )

Gambar (a)

Jarak titik P ke garis g dapat digambarkan dengan cara membuat garis dari titik P dan tegak lurus ke garis g (diperlihatkan pada gambar (b)). Jika d adalah jarak titik P( ) ke garis ; maka jarak d

dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan: | |

P ( )

Gambar (b)

Konsep jarak yang pernah dipelajari dalam geometri bidang itu selanjutnya akan diperluas untuk menggambar dan menghitung jarak dalam geometri ruang. Cara menggambar jarak adlam geometri ruang pada dasarnya sama dengan cara menggambar jarak dalam geometri bidang, yaitu cara menggambar garis hubung terpendek. Perhitungan jarak dalam geometri ruang lebih banyak menggunakan hubungan Teorema Pythagoras dab sifat-sifat bangun ruang. Berikut ini pembahasan bagaimana cara menghitung jarak-jarak dalam ruang: A. Jarak titik ke titik Jarak titik A ke titik B dalam suatu ruang daoat digambarkan dengan cara menghubungkan titik A dan titik B dengan ruas garis AB. Jarak titik A ke titik B ditentukan oleh panjang ruas garis AB.

Contoh: Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan


E F D C A B H G

panjang rusuk 5 cm. Titik P pertengahan rusuk CG. Hitunglah jarak a) titik A ke titik G b) titik A ke titik P c) titik B ke titik P

Jawab: a) Jarak titik A ke titik G = panjang ruas garis AG = panjang diagonal ruang AG = cm
H E F
P

b) Jarak titik A ke titik P = panjang ruas garis AP ( c) Jarak titik B ke titik P = panjang ruas garis BP (
A B

) )

) ( )

D C

( (

) )

( ( )

B. Jarak titik ke garis Jika sebuah titik berada diluar garis, maka ada jarak antara titik ke garis itu. Jarak titik A ke garis g (titik A berada diluar garis g) dapat digambarkan dengan menggunakan langkah-langkah berikut: Buatlah bidang yang melalui titik A dan garis g. Pada bidang tersebut buatlah garis AP tegak lurus terhadap garis g. Ruas garis AP merupakan jarak titik A ke garis g yang diminta.

A d
g

Contoh: Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan


E F D C A B H G

panjang rusuk 5 cm. Titik P pertengahan rusuk CG. Hitunglah jarak a) Titik A ke garis FG b) Titik C ke garis FH c) Titik F ke garis BD

Jawab: a) Jarak titik A ke garis FG adalah AF = b) Jarak titik C ke garis FH adalah CO, dengan O adalah pertengahan FH Perhatikan CO ( siku-siku di O, CF = ) ( )
E F
P

dan OF =
H
O

.
G

D
R

Jadi, jarak titik C ke garis FH adalah CO c) Jarak titik P ke garis BD adalah PR, dengan R pertengahan BD Perhatikan siku-siku di C, RC = ( Jadi, jarak titik P ke garis BD adalah ( ) ) ( ) ( ) , dan PC =

C. Jarak titik ke bidang Jarak sebuah titik berada diluar bidang, maka ada jarak antara titik ke bidang itu. Jarak titik A ke bidang (titik A berada diluar bidang ) dapat digambarkan menggunakan langkah-langkah berikut: Buatlah garis g melalui titik A dan tegak lurus bidang . Garis g menembus bidang di titik Q. Ruas garis AQ merupakan jarak titik A ke bidang yang diminta.
A

Contoh: Perhatikan gambar dibawah ini. Diketahui balok ABCD.EFGH dengan AB = 10 cm, AD = 8 cm, dan AE = 6 cm. Titik O adalah titik potong diagonal-diagonal bidang alas AC dan BD. Hitunglah jarak a) titik A ke bidang CDHG b) titik O ke bidang ABFE c) titik O ke bidang BCGF Jawab: a) Jarak titik A ke bidang CDHG adalah AD = 8 cm, sebab AD tegak lurus bidang CDHG. b) Jarak titik O ke bidang ABFE adalah OP = c) Jarak titik O ke bidang BCGF adalah OR = ( ) ( )
A B E F D C H G

D. Jarak dua garis sejajar Misalkan diketahui garis g dan garis h sejajar. Jarak antara garis g dan garis h yang sejajar itu dapat digambarkan dengan menggunakan langkah-langkah berikut: Buatlah bidang yang melalui garis g dan garis h. Buatlah garis k yang memotong tegak lurus terhadap garis g dan garis h, misalnya titik-titik potong itu berturut-turut adalah titik A dan titik B. Panjang ruas garis AB ditetapkan sebagai jarak antara garis g dan garis h yang sejajar.

B d

g A

E. Jarak dua garis bersilangan Misalkan garis g dan garis h bersilangan. Jarak antara garis g dan garis h yang bersilangan itu dapat digambarkan dengan langkah-langkah berikut: Buatlah garis g sejajar garis g sehingga memotong garis h. gais g dan h membentuk bidang . Buatlah garis k yang tegak lurus terhadap g dan h. garis k dan h membentuk bidang dan bidang ditembus oleh garis g di titik P. Buatlah garis melalui P dan sejajar garis k sehingga memotong garis h di titik Q. PQ tegak lurus terhadap garis g dan juga terhadap garis h, sehingga panjang ruas garis PQ ditetapkan sebagai jarak garis g dan garis h yang bersilangan.

F. Jarak garis dan bidang yang sejajar Misalkan garis g dan bidang sejajar. Jarak antara garis g dan bidang yang sejajar itu dapat digambarkan melalui langkah-langkah sebagai berikut: Ambil sebarang titik P pada haris g. Buatlah garis k yang melalui titik P dan tegak lurus bidang . Garis k memotong atau menembus bidang di titik Q. Panjang ruas garis PQ ditetapkan sebagai jarak antara garis g dan bidang yang sejajar.
g

TITIK, GARIS DAN BIDANG DALAM RUANG 1. Uraian dan Contoh Tiga unsur pangkal dalam geometri, yaitu titik, garis, dan bidang. Ketiga unsur tersebut, dapat juga disebut sebagai tiga unsur yang tak didefinisikan. Sebuah titik dipikirkan sebagai suatu tempat/posisi dalam ruang. Titik tidak memiliki panjang maupun ketebalan. Sebuah titik direpresentasikan dengan sebuah noktah dan diberinama dengan suatu huruf kapital. Sebuah garis dipikirkan sebagai suatu himpunan titik berderet yang panjang tak terbatas, tetapi tidak memiliki lebar. Seutas benang yang diregangkan, goresan pensil mengikuti tepi sebuah penggaris dapat difikirkan sebagai model sebuah garis. Untuk memberinama sebuah garis, dapat memanfaatkan dua buah titik pada garis tersebut, atau dengan sebuah huruf kecil. Cara menuliskannya: , misalnya seperti pada gambar berikut:
g A B Gambar 1 C

Sebuah bidang difikirkan sebagai suatu himpunan titik berderet dan berjajar secara rapat dan tak terbatas, tetapi tidak memiliki ketebalan. Permukaan sebuah meja, atau permukaan selembar kertas putih polos, yang dibentang ke segala arah tak terbatas, dapat difikirkan sebagai model fisik sebuah bidang. Sebuah bidang direpresentasikan dengan gambar sebuah jajargenjang, dan nama sebuah bidang dapat menggunakan sebuah huruf kapital atau huruf Yunani. Seperti yang ditampilkan pada gambar 2 berikut ini:

A C F E H Gambar 2 B D

KEDUDUKAN TITIK, GARIS DAN BIDANG DALAM RUANG 1. Kedudukan dua titik Definisi dari dua titik berimpit adalah dua titik yang sama. Dua buah titik dapat terjadi keduanya berimpit atau keduanya berlainan. Dua buah titik yang berimpit dapat dipikirkan sebagai sebuah titik yang memiliki dua nama. Misalnya seperti disajikan pada Gambar 3 berikut:
A G D E F

Gambar 3

2. Kedudukan titik dan garis Definisi dari titik-titik segaris (kolinear) adalah titik-titik yang terletak pada satu garis (titik-titik yang tidak terletak pada satu garis disebut titiktitik tak segaris (non-kolinear)). Sebuah titik dan sebuah garis dapat terjadi sebuah titik tersebut terletak pada sebuah garis tersebut atau sebuah titik tersebut tidak terletak pada sebuah garis tersebut. Jika sebuah titik terletak pada suatu garis, maka dapat juga dikatakan garis tersebut melalui sebuah titik. Jika sebuah titik tidak terletak pada suatu garis, maka dapat dikatakan sebuah titik di luar sebuah garis.
K g M O N L S Q

Gambar 4

3. Kedudukan titik dan bidang Sebuah titik dapat terletak pada suatu bidang atau sebuah titik tidak terletak pada sebuah bidang. Jika sebuah titik A terletak pada suatu bidang, maka dapat dikatakan pula bidang- melalui titik A atau titik A pada bidang. Aksioma Sebarang tiga buah titik terletak pada sekurang-kurangnya satu bidang. Sebarang tiga buah titik non-kolinear terletak pada tepat satu buah bidang. Definisi coplanar Titik-titik dikatakan koplanar (coplanar) atau sebidang jika dan hanya jika ada suatu bidang yang memuat semua titik tersebut.
T

R S V

Gambar 5 Pada Gambar 5, titik R, titik S, dan titik T merupakan tiga buah titik yang non-kolinear, dan ketiganya terletak pada satu bidang, yaitu bidang. Dengan demikian, titik R, titik S, dan titik T dikatakan sebagai tiga buah titik yang koplanar. Sedangkan titik V tidak terletak pada bidang- . Oleh karena itu titik R, titik S, titik T, dan titik V, merupakan empat buah titik yang non-koplanar. 4. Kedudukan dua buah garis. Dua buah garis dapat terjadi keduanya sebidang atau tak-sebidang. Jika dua garis sebidang, maka dapat terjadi keduanya berpotongan atau sejajar. Jika dua buah garis tak-sebidang, maka keduanya dikatakan bersilangan. Dua buah garis berbeda dikatakan saling sejajar jika dan hanya jika keduanya koplanar dan tidak berpotongan, dan dua buah garis berbeda dikatakan saling bersilangan jika dan hanya jika keduanya non-koplanar. Jika dua buah garis berbeda berpotongan, maka keduanya terletak pada tepat satu bidang. 5. Kedudukan garis dan bidang. Jika ada suatu garis dan suatu bidang, maka kejadian yang dapat terjadi, yaitu garis tersebut memotong/menembus bidang tersebut, garis

tersebut sejajar dengan bidang tersebut, atau garis tersebut terletak pada bidang tersebut. 6. Kedudukan dua buah bidang. Jika ada dua buah bidang, maka kejadian yang dapat terjadi, yaitu: kedua bidang tersebut berpotongan atau kedua bidang tersebut saling sejajar. Dua buah bidang dikatakan berpotongan, jika keduanya bersekutu tepat pada sebuah garis. Dengan demikian garis yang berekutu merupakan himpunan semua titik yang terletak pada ke dua bidang . Dua buah bidang dikatakan sejajar, jika keduanya tidak bersekutu pada satu titik pun.

7. Kedudukan tiga buah bidang. Jika ada tiga buah bidang, yang ketiganya berbeda, maka kejadian yang dapat terjadi, yaitu ketiganya berpotongan atau ketiganya saling sejajar. Jika ketiga bidang tersebut berpotongan, maka dapat terjadi ketiganya berpotongan di satu titik, ketiganya berpotongan di satu garis, atau sepasang-sepasang dari ketiganya berpotongan pada satu garis dan terbentuk tiga buah garis yang saling sejajar.

MENENTUKAN LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG Dalam menentukan volume bangun ruang menggunakan pendekatan dengan mengaitkannya dengan daerah segi banyak. Dengan cara membagi bangun ruang itu menjadi bagian-bagian yang lebih keci. 1. Kubus

s s

Volume: Luas:

2. Balok

Volume:
t

Luas:
p ( ) (

l )

( ( *(

) ) )

( ( (

) ) )

( ( ( )+

) )

3. Prisma Dalam bangun ruang prisma terdapat banyak sekali macamnya, diantaranya prisma segi empat, prisma segi tiga, prima segi lima, prisma segi enam dll. Volume:

Pada rumus volume prisma untuk menentukan luas alas tergantung dari bentuk alas. Luas:
( ) ( )

4. Limas Bangun ruang limas memiliki banyak macamnya, diantaranya limas segi tiga, limas segi empat dll. Volume:

Luas:

5. Kerucut Volume:

Luas:
( )

di mana untuk mencari S

6. Bola
A

O D

Volume:
,dengan r adalah jari-jari bola

Luas:

7. Tabung
r

Volume:

Luas:
( )

MENENTUKAN PROYEKSI TITIK DAN GARIS PADA BIDANG 1. Proyeksi titik pada bidang
P g P

Dari titik P di luar bidang H ditarik garis g menembus bidang H di titik P. titik P adalah proyeksi titik P di bidang H. 2. Proyeksi garis pada bidang
B

g H

Proyeksi sebuah garis ke sebuah bidang dapat diperoleh dengan memproyeksikan titik yang terletak pada garis itu ke bidang. Jadi proyeksi garis g pada bidang H adalah g. Fakta-fakta: Proyeksi garis pada bidang umumnya berupa garis. Jika garis g tegak lurus h maka proyeksi garis g pada bidang h berupa titik. Jika garis g sejajar bidang h maka g yaitu proyeksi garis g pada h dan sejajar garis g.

BEBERAPA ISTILAH DALAM GAMBAR BANGUN RUANG A. Bidang Gambar Bidang gambar adalah sebuah bidang sebagai tempat untuk menggambar atau melukis bangun ruang. Contohnya adalah kertas gambar, buku tulis atau papan tulis. Pada gambar di bawah ini, bidang gambar diwakili oleh bidang S.
S H E F G

D A B

B. Bidang Frontal Bidang frontal adalah bidang gambar atau bidang-bidang lain yang sejajar dengan bidang gambar. Pada gambar 7.64, bidang-bidang frontalnya di wakili oleh bidang ABFE dan bidang DCGH. Kekhususan bidang frontal Unsur-unsur ruang (garis dan bidang) yang terletak pada bidang frontal digambar dengan bentuk dan ukuran ang sebenarnya. Sebagai contoh, bidang sisi ABFE adalah bidang frontal. Oleh karena itu, bidang sisi ABFE dilukis menurut bentuk dan ukuran yang sebenarnya pada gambar ruangnya, yaitu berbentuk persegi atau bujur sangkar dengan panjang sisi 3 cm. C. Bidang Ortogonal Bidang ortogonal adalah bidang yang tegak lurus terhadap bidang frontal. Pada gambar 7.64, bidang-bidang orthogonal diwakili oleh bidangbidang ABCD,ADHE,BCGF, dan EFGH. Bentuk dan ukuran bidang

ortogonal pada gambar ruang tidak sama dengan bentuk dan ukuran sebenarnya. Misalnya pada bidang orthogonal ADHE, bidang ADHE sebenarnya berbentuk persegi dengan panjang sisi 3 cm, tetapi dalam gambar ruang dilukis kurang dari 3 cm. Sudut-sudut yang sebenarnya gambar ruang dilukis sebagai sudut lancip ( kurang dari ( D. Garis Frontal Garis frontal adalah garis-garis yang terletak pada bidang frontal. Pada gambar 7.64, garis frontalnya adalah AE, BF, CG, dan DH (disebut garis frontal vertical) serta garis-garis AB, DC, EF, dan HG (disebut garis frontal horizontal) E. Garis Ortogonal Garis ortogonal adalah garis-garis yang tegak lurus terhadap bidang frontal. Panjang garis orthogonal yang dilukis dalam gambar ruang tidak sama dengan panjang garis yang sebenarnya. Panjang garis orthogonal yang dilukis dalam gambar ruang ditentukan oleh nilai perbandingan orthogonal. Pada gambar 7.64, garis orthogonal diwakili oleh garis-garis AD, BC, EH, dan FG. F. Sudut Surut Sudut surut adalah sudut dalam gambar ruang yang besarnya ditentukan oleh garis frontal horizontal ke kanan dengan garis orthogonal ke belakang. Sudut surut menunjukkan seberapa jauh miringnya garis orthogonal terhadap garis frontal horizontal. Oleh karena itu, sudut surut juga disebut sebagai sudut miring atau sudut menyisi. Pada gambar 7.64, sudut surutnya adalah <BAD dan <FEH. Besar < BAD dan < FEH yang sebenarnya sama dengan 900 , tetapi dalam gambar ruang dilukis kurang dari 900 atau lebih dari 900. G. Perbandingan Ortogonal ) atau sudut tumpul ) , tetapi dalam dilukis

Perbandingan orthogonal adalah perbandingan antara panjang garis orthogonal yang digambar dengan panjang garis orthogonal yang sebenarnya. Pada gambar 7.64, perbandingan orthogonal dapat ditentukan sebagai berikut: Perbandingan orthogonal Panjang garis orthogonal yang digambar seolah-olah merupakan proyeksi dari panjang garis orthogonal yang sebenarnya. Oleh karena itu, perbandingan orthogonal sering disebut sebagai perbandingan proyeksi.

Menjelaskan garis dan bidang dalam ruang a. Garis Suatu garis merupakan himpunan titik-titik tidak terbatas banyaknya. Garis dikatakan berdimensi satu karena hanya memiliki satu ukuran saja. Suatu garis biasanya dilukiskan terbatas dan disebut juga dengan segmen garis (ruang garis) dan dinotasikan dengan huruf kecil. Luas garis itu sendiri dinotasikan dengan menyebut titik pangkal dan titik ujung garis tersebut, sebagai contoh, garis g,h,l atau ruas garis AB, PQ. Contoh: B
A P B Q

b. Bidang Bidang merupakan himpunan titik-titik yang mempunyai panjang dan luas, oleh karena itu bidang dikatakan berdimensi dua. Penotasian suatu bidang diwakili oleh , , atau titik-titik sudut bidang itu.
C

Type equation here

A B

(a) Bidang

(b) bidang ABCD

Menggambar dan menghitung sudut antara dua garis pada bangun ruang Kita masih ingat bahwa kedudukan garis g dan garis h dalam ruang dapat berpotongan, berimpit, sejajar, atau bersilangan. Berdasarkan kedudukan garis g dan garis h dalam ruang itu, dapat diamati faktafakta: 1. Dalam hal garis g berimpit dengan garis h atau garis g sejajar garis h, maka sudut yang dibentuk oleh kedua garis itu sama dengan nol. 2. Dalam hal garis g berpotongan dengan garis h atau garis g bersilangan dengan garis h, maka terdapat sudut yang dibentuk oleh kedua garis itu. Cara mengukur menggambar dan menghitung) sudut antara dua garis yang saling berpotongan dan dua sudut antara dua garis yang bersilangan. a. Sudut antara dua garis berpotongan Misalkan garis g dan garis h berpotongan di titik P sehingga kedua garis itu terletak pada sebuah bidang . Sudut antara garis g dan garis h yang berpotongan dapat digambarkan melalui langkah-langkah sebagai berikut: Ambil sebarang titik A pada garis g daan sebarang B pada titik h.

Besar sudut APB ditetapkan sebagai ukuran sudut antara garis g dan garis h yang berpotongan.

Proses menentukan sudut antara garis g dan garis h yang berpotongan itu dapat divisualisasikan dengan gambar ruang sebagaimana diperhatikan pada gambar 7-89a. b. Sudut antara dua garis bersilangan besar sudut antara dua garis yang bersilangan dapat ditentukan dengan menggunakan pertolongan sifat sudut dalam geometri bidang datar. Sifat yang dimaksud dikemukakan sebagai berikut. Sifat: dua garis yang sama besar Dua buah sudut dikatakan sama besar, jika kaki-kaki kedua sudut itu sejajar dan searah. Misalkan diketahui garis g dan garis h bersilanga. Garis g menembus bidang di P dan garis h terletak pada bidang . Sudut antara garis g dan garis h yang bersilangan itu dapat digambarkan melalui langkah-langkah sebagai berikut: Ambil sebarang titik O pada bidang . Melalui titik O, buatlah garis g' sejajar dengan garis g dan garis h sejajar dengan garis h. Sudut yang dibentuk oleh garis g' dan h' ditetapkan sebagai ukuran besar sudut antara garis g dan gasih h yang bersilangan. Proses menentukan sudut antara garis g dan garis h yang bersilangan itu dapat divisualisasikan pada gambar 7-89b.

B A A

g'

P O

h h'

Catatan: 1. Sudut antara garis g dengan garis h dilambangkan dengan <(g,h) 2. Jika besar sudut <(g,h) = 90 serta a. g dan h berpotongan, maka garis g daan garis h dikatakan berpotongan tegak lurus. b. g dan h bersilangan, maka garis g dan garis h dikatakan bersilangan tegak lurus. Dalam menggambarkan sudut antara dua garis g dan garis h yang bersilangan, lebih praktis apabila titik O diambil salah satu garis (garis g atau garis h). 1) misalkan titik O diambil pada garis g (titik O diambil tepat berimpit dengan titik P) melalui titik O, buatlah garis h yang sejajar dengan garis h. sudut yang dibentuk oleh garis g dan h merupakan ukuran besar sudut anatara garis g dan garis h yang bersilangan. Hal ini dapat diperhatikan dengan gambar ruang pada gambar 7-90a. 2) misalkan titik O diambil pada garis h melalui titik O, buatlah garis g' yang sejajar dengan sudut yang dibentuk oleh garis g' dengan garis h merupakan ukuran besar sudut antara garis g dan garis h yang bersilangan. Hal ini dapat diperhatikan dengan gambar ruang pada gambar 7-90b.

g'

O h

h'

P O

Sebagai contoh, aplikasikan bagaimana cara menentukan sudut antara dua garis yang bersilangan dengan menggunakan konsep-konsep yang telah dijelaskan di atas, simaklah ilustasi berikut ini. 1. Pada kubus ABCD.EFGH dalam Gambar 7-91a, garis AD dan garis BG merupakan dua garis yang bersilangan. Sudut antara garis AD dan garis BG yang bersilangan itu ditentukan oleh sudut antara garis AD dan garis AH (yaitu <DAH), sebab garis AH sejajar dengan garis BG. Garis BC dan garis AH juga merupakan dua garis yang bersilangan itu ditentukan oleh sudut BC dan garis BG. Sudut antara garis BC dan garis BG (yaitu <CBG), sebab garis BG sejajar dengan garis AH. Perhatikan bahwa besar <DAH = besar <CBG. Mengapa demikian? 2. Pada limas segiempat beraturan T.ABCD dalam gambar 791b, garis TA dan garis DC merupakan dua garis bersilangan. Sudut antara garis TA dan garis DC yang bersilangan itu ditentukan oleh sudut antara garis TA dan garis AB (yaitu <CBG), sebab garis AB sejajar dengan garis DC.

T H E F D D A B C A B C G

Menggambar dan menghitung sudut antara garis dan bidang pada bangun ruang

Kita ingat kembali bahwa kedudukan antara garis dan bidang dalam ruang kemungkinannya adalah: 1. Garis terletak pada bidang, 2. Garis sejajar bidang, dan 3. Garis memotong atau menembus bidang. jika sebuah garis memotong atau menembus bidang, maka terdapat ukuran sudut yang dibentuk oleh garis atau bidang itu. Misalkan bahwa garis g memotong bidang di titik tembus P. sudut antara garis g dan bidang yang berpotongan dapat ditentukan melalui langkahlangkah sebagai berikut: a. Ambil sebarang titik Q pada garis g. b. Melalui titik Q, buatlah garis h yang tegak lurus terhadap bidang . Garis h ini menembus bidang di titik Q'. c. Sudut QPQ' ditetapkan sebagai ukuran besar sudut antara garis g dan bidang yang berpotongan.
g Q

P g' h

Proses menentukan sudut antara garis g dan bidang yang berpotongan itu dapat divisualisasikan dengan gambar ruang sebagaimana diperlihatkan pada gambar 7-93. Catatan: 1. Garis g' yang melalui P dan Q' pada gambar 7-93 disebut proyekssi garis g pada bidang .

2. Sudut antara garis g dan bidang dilambangkan dengan <(g, bidang )


Berdasarkan paparan di atas, sudut antara garis dan bidang yang berpotongan dapat didefinisikan sebagai berikut. Defiisi: sudut antara garis dan bidang yang berpotongan sudut antara garis g dan bidang adalah sudut lancip yang dibentuk oleh garis g dengan proyeksinya pada bidang . sebagai contoh aplikasi bagaimana cara menentukan ukuran sudut ruang yang dibentuk oleh garis dan bidang yang berpotongan, simaklah ilustrasi berikut ini. 1. Kubus ABCD,EFGH pada Gambar 7-94a, garis diagonal BH memotong bidang alas ABCD. Sudut antara garis BH dengan bidang alas ABCD atau <(BH, bidang ABCD), ditentukan oleh sudut yang dibentuk oleh garis BH dan garis BD (yaitu <BDH), sebab garis BD merupakan proyeksi dari garis BH pada bidang alas ABCD.
T H E D A B F D C A B C G

2. Limas segiempat beraturan T.ABCD pada gambar 7-94b, rusuk sisi TB memotong bidang alas ABCD. Sudut antara garis TB dengan bidang alas ABCD atau <(TB, bidang ABCD) ditentukan oleh sudut yang dibentuk oleh garis TB dan garis BO (yaitu <TBO), sebab garis BO merupakan proyeksi dari garis TB pada bidang alas ABCD.

Contoh soal 36: Kubus ABCD-EFGH dengan panjang rusuk 6cm. a) Hitunglah besar <(AH, bidang ABCD) b) Jika sudut antara diagonal ruang AG dengan bidang alas ABCD adalah , hitunglah: i. ii. iii. Jawab: a) <(AH, bidang ABCD) = <DAH, yaitu sudut yang dibentuk oleh gari AH dengan garis AD, sebab AD adalah proyeksiAH pada bidang ABCD (perhatikan Gambar 7-95a). b) ADH adalah segitiga siku-siku sama kaki sehingga <DAH = 45. Sin Cos Tan

c) <(AG, bidang ABCD) = < CAG, yaitu sudut yang dibentuk oleh garis AG dan garis AC, sebab AC adalah proyeksi AG pada bidang ABCD (perhatikan gambar 7-95a). d) AG = merupakan segitiga siku-siku di C dengan AC = dan CG = 6 cm. ,

Dengan mengambil sinus, cosines, dan tangent sudut pada , diperoleh: (i) Sin = = =

(ii)

Cos =

(iii)

Tan

H E F

G E

H F

D A B

C A

D B

Menggambar Dan Menghitung Sudut Antara Dua Bidang Pada Bangun Ruang

Kita ingat kembali bahwa kedudukan dua bidang dalam ruang kemungkinannya adalah: 1. Dua bidang berimpit 2. Dua bidang sejajar 3. Dua bidang berpotongan Jika dua bidang berimpit atau dua bidang sejajar, maka sudut yang dibentuk oleh dua bidang yang berimpit atau dua bidang yang sejajar itu sama dengan nol. Tetapi jika dua bidang itu berpotongan, maka terdapat ukuran sudut yang dibentuk oleh dua bidang yang berpotongan itu. Misalkan bahwa bidang dan bidang berpotongan pada garis potong (,). Sudut antara bidang dan bidang yang bepotongan dapat diteentukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Ambil sebarang titik P pada garis potong (,).

b. Melalui titik P, buatlah garis PQ pada bidang dan PR pada bidang yang masing-masing tegak lurus dengan garis potong (,). c. Sudut PQR ditetapkan sebagai ukuran sudut antara bidang dan bidang yang berpotongan. Perhatikan bahwa sudut PQR merupakan sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis PQ dengan garis PR.
Q

(,) ((,

Berdasarkan papararan di atas, sudut antara dua bidang yang berpotongan dapat didefinisikan sebagai berikut. Definisi: sudut antara dua bidang berpotongan Sudut antara dua bidang yang berpotongan adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis yang berpotongan (sebuah garis pada bidng pertama dan sebuah garis lagi pada bidang kedua), garis-garis itu tegak lurus terhaadap garis potong antara kedua bidang tersebut. Dalam menentukan sudut antara bidang dan bidang (bidang dan bidang berpotongan) yang telah dibicarakan di atas, ada beberapa istilah dan ketentuan yang perlu dipahami. Beberapa istilah dan ketentuan itu diantaranya adalah:

1. Sudut QPR yang menyatakan ukuran sudut antara bidang dan bidang yang berpotongan dinamakan sebagai sudut tumpuan. Bidang PQRS yang memuat sudut tumpuan dinamakan sebagai bilangan tumpuan. 2. Jika mewakili bidang ABC dan mewakili bidang BCD, maka sudut tumpuan antara kedua bidang itu dituliskan sebagai <A(BC)D atau <A.BC.D 3. Jika besar sudut antara bidang dan bidang yang berpotongan itu sama dengan 90, maka dikatakan bidang tegak lurus bidang dan sebaliknya atau kedua bidang saling tegak lurus sesamanya. 4. Jika sudut antara dua bidang yang saling berpotongan itu bukan sudut istimewa, maka yang dihitung cukup nilai perbandingan trigonometri (sinus, kosinus, atau tangent) dari sudut itu. 5. Rumus-rumus perbandingan trigonometri dan hubungan teorema PPhytagoras sering digunakan sebagai pertolongan untuk

menentukan besarsudut antara dua bidang yang saling berpotongan itu.

B. Menggambar irisan bangun ruang a. Melukis bidang datar pada bangun ruang Irisan atau penampang terjadi karena suatu bidang memotong suatu bangun ruang. Bidang irisan yang dimaksud kemudian disebut dengan bidang alpha (). Definisi 1: Penampang atau irisan adalah suatu daerah bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis potong bidang itu dengan sisi dari bangun ruang. Penampang atau irisan membagi bangun ruang menjadi dua bagian.

Definisi 2: Sumbu afinitas (garis dasar) adalah garis potong antara bidang irisan dengan alas bangun ruang yang diirisnya. Gambar 1. Ilustrasi bidang irisan Pertanyaan konsep: Manakah alas dari sebuah kerucut? Manakah alas dari sebuah limas? Manakah alas dari sebuah kubus? Manakah alas dari sebuah balok?

Catatan: Bidang yang berwarna abu-abu adalah bidang alpha yang dimaksud. b. Irisan bidang alpha melalui 3 titik tak segaris.

Teorema 1: Melalui 3 titik tak segaris, dapat dibuat tepat 1 bidang. contoh: Permasalahan Lukiskan bidang alpha yang melalui P, Q, dan R terhadap kubus ABCD.EFGH dengan P, Q, dan R adalah masing-masing titik tengah AE, AB, dan BC. Panjang rusuk kubus adalah 6 cm. Penyelesaian :

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, saya akan menjelaskan

langkah-per-langkah proses melukisnya. Perhatikan, saya tak menuntut saudara untuk melukis dengan bentuk stereometris, jadi lukis kubus seefisien mungkin. Langkah-langkahnya: Melukis kubus lengkap. Lukis kubus ABCD.EFGH dengan ukuran 6 cm, lengkap dengan titik P, Q, dan R.

Menemukan sumbu afinitas. Karena ketiga titik sudah jelas, maka langkah selanjutnya adalah menghubungkan ketiga titik tersebut.

Perhatikan bahwa QR merupakan garis potong bidang alpha dengan alas kubus. Dengan demikian, garis QR merupakan sumbu afinitas.

Selanjutnya perpanjang sumbu afinitas sampai panjang yang cukup.

Catatan: Sekarang kita telah memiliki garis potong dengan sisi ABCD. Selanjutnya proses yang lebih mudah adalah mencari garis potong bidang alpha dengan sisi ADHE. Melukis garis potong bidang alpha dengan sisi yang lain (dalam proses ini mendahulukan sisi ADHE, saudara silahkan mencoba dengan sisi yang lain terlebih dahulu). Perhatikan bahwa titik P telah terletak pada bidang ADHE dan P terletak pada bidang alpha. Jelas titik P merupakan titik potong antara bidang alpha dengan sisi ADHE. Artinya untuk menemukan garis potong bidang alpha dengan sisi ADHE, sukup ditemukan 1 titik yang lain yang merupakan titik potong bidang alpha dan bidang ADHE. teorema : melalui 2 titik, dapat dibuat tepat 1 garis)

Untuk membuat garis potong bidang alpha dengan sisi ADHE, perpanjang rusuk AD hingga memotong sumbu afinitas dan titik potongnya adalah titik M1.

Tugas: Hubungkan M1 dan P sampai memotong HE. Sebut perpotongan M1P

dan HE dengan nama titik U. Hasil lukisan adalah sebagai berikut:

Catatan: Sekarang saudara telah memiliki garis potong bidang alpha dengan sisi ADHE. Langkah selanjutnya lebih mudah dengan membuat garis potong bidang alpha dengan sisi CDHG. Melukis garis potong bidang alpha dengan sisi CDHG. Seperangkat tugas yang harus dikerjakan:

Perpanjang DH dan PU, sehingga berpotongan di M2 Perpanjang DC sehingga berpotongan dengan sumbu afinitas di M3.

Pertanyaan: a. Apakah M2 terletak di CDHG? b. Apakah M2 terletak di bidang alpha? c. Kalau begitu, disebut apakah M2? d. Apakah M3 terletak di CDHG? e. Apakah M3 terletak di bidang alpha?

f. Kalau begitu, disebut apakah M3? g. Saya akan menghubungkan M2 dengan M3. h. Apakah M2.M3 memotong GH? i. Apakah M2.M3 memotong CG? Sebut titik potong M2.M3 dan GH dengan sebutan titik T, dan sebut titik potong M2.M3 dan di CG atas dengan adalah sebutan sebagai titik S.

Gambar

lukisan

kondisi

berikut?

Catatan: Sekarang kita telah memiliki garis potong hampir ke semua sisi. Langkah terakhir adalah menguhungkan RS dan TU, dan bidang alpha yang dimaksud adalah PQRSTU.

Menggambar relasi dan Fungsi


1. Kubus Contoh : Gambarlah kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk-rusuknya 3 cm, bidang frontal sisi ABFE dan AB horizontal, sudut surut 30, dan perbandingan 2/3 orthogonal. Penyelesaian: Langkah-langkah untuk menggambar kubus ABCD.EFGH adalah sebagai berikut:
E F

1. Gambar garis frontal horizontal AB yang panjangnya 3 cm dan garis frontal vertical AE yang

3cm

panjangnya

3cm,

kemudian

buatlah bidang frontal yaitu sisi ABFE, gambarnya berbentuk


A 3cm

persegi dengan panjang rusukB

rusuknya 3cm.

2. Dari titik A kita buat ruas garis


H E F G

yang membentuk sudut 30 dengan rusuk AB, yaitu sudut surut sebesar 30. Dengan 2/3

perbandingan
3cm D

proyeksi

maka panjang garis orthogonal pada gambar adalah 2/3 AD x 3


C

2 cm 30
A 3cm B

cm = 2 cm. Tarik garis sejajar AD dari B, F, dan E dengan ukuran garis yang sama.

3. Gambar rusuk CG dan DH yang sama dan vertikal dengan garis

AE
F

dan

BF.

Kemudian

hubungkan rusuk DC dan HG yang sama dan horizontal

3cm

dengan garis AB dan DF.


C

2 cm 30
A 3cm B

2. Balok Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 6 bidang sisi berbentuk persegi panjang yang sepasang-sepasang saling berhadapan dan kongruen. Contoh
E D H G F C

Balok mempunyai 3 pasang bidang sisi berhadapan yang kongruen. Balok mempunyai 12 rusuk. 4 buah rusuk yang sejajar sama panjang. Balok mempunyai 8 titik sudut. Contoh 1: Gambar balok ABCD.EFGH dengan panjang AB = 4 cm, AD = 2 cm, dan AE = 3 cm. Bidang frontal sisi ABFE dan AB horizontal, sudut surut 40, dan perbandingan orthogonal .

Penyelesaian: Langkah-langkah untuk menggambar balok ABCD.EFGH adalah sebagai berikut:


E F

1. Gambar garis frontal horizontal AB yang panjangnya 4 cm dan

3 cm

garis frontal vertical AE yag panjangnya 3 cm, kemudian bidang frontal yaitu sisi ABFE,

4 cm

gambarnya berbentuk persegi panjang.

H F

2. Gambar

sudut

surut

yang

dibentuk oleh rusuk AB dan


E

rusuk orthogonal AD besarnya 40, dengan perbandingan

3 cm 1 cm
D

proyeksi sepanjang AD x 2
C

cm = 1 cm. Tarik garis sejajar AD dari B, F, dan E dengan

40
A

4 cm

ukuran garis yang sama.

G 3. Gambar rusuk CG dan DH yang

sama dan vertikal dengan garis


E F D

AE

dan

BF.

Kemudian

hubungkan rusuk DC dan HG 3 cm 1 cm 40


A C

yang dengan

sama garis

dan AB

horizontal dan DF

sehingga 4 cm
B

diperoleh

gambar

ruang balok.

3. Limas Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh segitiga-segitiga yang bertemu pada sebuah titik dan sebuah segi banyak yang disebut bidang alas. Limas teratur adalah limas yang alasnya berbentuk segi banyak beraturan dan proyeksi titik puncaknya berimpit dengan titik pusat lingkaran luar bidang alasnya. Limas adalah bangun ruang yang mempunyai bidang alas segi banyak dan dari bidang alas tersebut dibentuk suatu sisi berbentuk segitiga yang akan bertemu pada satu titik. Nama limas ditentukan oleh bentuk alasnya. Limas beraturan yaitu limas yang alasnya berupa segi beraturan. Tinggi limas adalah garis tegak lurus dari puncak limas ke alas limas.
T

D A

Macam-macam bentuk limas : 1. Limas segitiga 2. Limas segiempat 3. Limas segilima 4. Limas segienam Nama Limas Limas Segitiga Limas Segiempat Sisi 4 5 alasnya berbentuk segitiga alasnya berbentuk segiempat alasnya berbentuk segilima alasnya berbentuk segienam Rusuk 6 8 Titik Sudut 4 5

Limas Segilima Limas Segienam

6 7

10 12

6 7

Limas segitiga

Limas segienam

Limas segiempat

Contoh 1: Limas segiempat T.ABCD dengan panjang AB = AD = 4 cm, tinggi limas 3 cm, titik E dan F merupakan titik tengah rusuk AD dan BC. Gambarlah limas tersebut dengan bidang TEF frontal dan EF horizontal, sudut surut 30, dan perbandingan orthogonal . Penyelesaian : Langkah-langkah untuk menggambar limas segiempat T.ABCD adalah sebagai berikut :
T

1. Gambar garis frontal EF horizontal yang panjangnya 4 cm kemudian cari titik tengah EF buatlah tinggi
3 cm

limas melalui titik tengah EF setinggi 3 cm. Buatlah


F

O 4 cm

garis frontal miring TE dan TF sehingga membentuk bidang frontal TFE.

2. Gambar sudut surut 30 yang dibentuk oleh garis g yang melalui titik E dan garis EF, kemudian gambar
3 cm C

D 30 E A

garis orthogonal AD dan BC dengan perbandingan orthogonal maka 4 cm x = 2 cm. Tarik garis titik AB dan CD yang akan membentuk bidang ABCD.

O 4 cm B

F 2 cm

3. Hubungkan titik T dengan titik-titik A, B, C, dan D sehingga diperoleh gambar


D 30 E A 4 cm G 3 cm C O 2 cm B F

ruang

limas

segiempat

T.ABCDseperti disamping.

7.6 Menggambar Irisan Suatu Bidang dengan Bangun Ruang 7.6.1 Pengertian Irisan dan Sumbu Afinitas A. Pengertian Irisan
H N E K A D B F L C G M

Gambar 0.1

Perhatikan kubus ABCD EFGH di atas! Panjang rusuk AB = 4cm. Titik K dan L adalah pertengahan rusuk AE dan BF, titik M pada rusuk CG sehingga CM = CG = x 4cm = 3cm. Melalui titik-tik K, L, dan M dibuat bidang . Bidang memotong sisi ABFE pada garis KL, memotong sisi BCGF pada garis LM, memotong sisi CDHG pada garis MN, dan memotong sisi ADHE pada garis KN. Garis-garis potong KL, LM, MN dan KN membentuk bidang segiempat KLMN. Segiempat KLMN inilah yang dimaksud irisan atau penampung antara bidang dengan kubus ABCD EFGH. Irisan itu membagi kubus ABCD EFGH menjadi dua bagian, yaitu bagian bangun ruang ABCD KLMN dan bagian bangun ruang KLMN EFGH. Jadi dapat disimpulkan bahwa: Irisan antara bidang dengan bangun ruang adalah sebuah bangun datar yang dibatasi oleh garis-garis potong antara bidang itu dengan bidang-bidang sisi dari bangun ruang, sehingga irisan itu membagi bangun ruang menjadi dua bagian.

B. Pengertian Sumbu Afinitas Perhatikan kembali gambar 0.1 di atas! Bidang irisan KLMN berpotongan dengan bidang atas ABCD pada garis potong PQ. Garis potong PQ disebut sumbu afinitas atau garis dasar atau garis koliniasi. Perhatikan bahwa sumbu afinitas terletak pada bidang irisan dan pada bidang alas. Dengan demikian, sumbu afinitas dapat didefinisikan sbb: Sumbu afinitas adalah garis potong antara bidang irisan dengan bidang alas bangun ruang yang diirisnya. Sumbu afinitas terletak pada bidang irisan dan bidang alas.

7.6.2 Menggambar Irisan Bangun Ruang A. Menggambar Irisan Bangun Ruang Contoh:
H E K D A B F G

L P

C Q

Gambar 0.2

Diketahui kubus ABCD EFGH dengan panjang rusuk 4cm. Titik K pada rusuk AE sehingga panjang AK = 3cm, titik L pada rusuk BF sehingga panjang BL = 1cm. Bidang melalui titik-titik H, K, dan L. Gambarlah irisan antara bidang dengan kubus ABCD EFGH. Jawab: Secara umum ada dua cara untuk mnggambar irisan antara bidang dengan bangun ruang, yaitu: Cara 1 : Dengan menggunakan sumbu afinitas. Cara 2 : Dengan menggunakan sifat titik potong diagonal bidang irisan.

Cara 1 : Dengan sumbu afinitas Untuk menggambar irisan dengan menggunakan sumbu afinitas, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Gambarlah sumbu afinitasnya (perhatikan gambar 0.2.a) Titik HL dan KLmenembus bidang alas ABCD di titik P dan Q. Garis PQ bertindak sebagai sumbu afinitas.

Keterangan: Garis-garis HL, KL, dan HK terletak pada bidang , sehingga titik tembusnya dengan bidang alas ABCD terletak pada sumbu afinitas. Sumbu afinitas dapat digambar jika kita dapat menentukan sekurangkurangnyadua titik tembus antar garis-garis tadi dengan bidang alas ABCD. Dalam contoh ini kita pilih garis HL dan garis KL yang menembus bidang alas ABCD di titik P dan titik Q. 2. Gambarlah garis potong bidang dengan bidang sisi BCGF (gambar 0.2.b) Garis CB memotong sumbu afinitas PQ di titik R. Garis RL memotong rusuk CG di titik M, sehingga LM adalah garis potong bidang dengan bidang sisi BCGF.

Keterangan: Garis potong bidang dengan bidang sisi BCGF melalui titik L dan menembus bidang alas ABCD di sebuah titik yang terletak pada sumbu afinitas. Karena garis potong terletak pada bidang BCGF, maka titik tembusnya dengan bidang alas ABCD ditentukan oleh titik potong garis CB dengan sumbu afinitas PQ, yaitu titik R. Dengan demikian, garis potong melalui titik R dan L serta memotong rusuk CG di titik M. 3. Gambarlah garis potong bidang dengan bidang sisi CDHG, yaitu HM. 4. Garis potong HK, KL, LM, dan HM membentuk segiempat HKLM. Segiempat HKLM adalah irisan antara bidang dengan kubus ABCD EFGH yang diminta (perhatikan bagian yang diraster pada gambar 0.1.b)

H E K D A B F

G E K L P C Q Sumbu afinitas A

H F

G M

L B R P

C Q

Gambar 0.2.a

Gambar 0.2.b

Cara 2 : Dengan menggunakan sifat titik potong diagonal bidang irisan Garis potong bidang dengan sisi BCGF melalui titik L dan memotong rusuk CG pada sebuah titik. Misalkan titik itu adalah titik M. Titik M dilukis dengan cara sbb: Garis KM dan garis HL terletak pada bidang ACGE dan bidang BDHF, kedua bidang ini berpotongan pada garis persekutuan PQ. Dengan demikian, garis KM dan HL haruslah berpotongan di sebuah titik yang terletak pada garis persekutuan PQ. Karena HL memotong garis persekutuan PQ di O maka KM juga berpotongan di O. Jadi, titik M merupakan titik potong antara perpanjangan KO dengan rusuk CG. Setelah titik M diperoleh, irisan bidang dengan kubus ABCD EFGH adalah segiempat HKLM (peratikan bagian yang dirasfer pada gambar 0.1.c) Peratiakan bahwa titik M diperoleh setelah titik O ditentukan. Titik O merupakan titik potong diagonal-diagonal KM dan HL (diagonal-diagonal bidang irisan). Oleh karena itu, cara ini dikatakan menggunakan sifat titik potong diagonal bidang irisan.
H G Q F O D P A L M C

E
K

Gambar 0.2.c
B

Sifat irisan pada kubus: Dalam contoh di atas, sisi ABFE dan sisi DCGH adalah berpasangan dan sejajar, sehingga garis-garis potong KL//HM. Begitu pula sisi ADHE dan sisi BCGF, sehingga garis potong KH//LM.

Latihan Soal! 1. Perhatikan balok ABCD EFGH di bawah ini!


H E D A 6 cm B F G 2 cm

C 4 cm

Tentukan: a. Jarak garis AB ke garis CD b. Jarak garis FH ke garis BD c. Jarak garis AB ke garis GH 2. Limas beraturan T.ABCD dengan AB = 2cm dan rusuk tegaknya Tentukan besar sudut antar bidang TAD dan bidang TBC!
T

cm.

3. Diketahui sebuah kubus ABCD EFGH dengan panjang rusuk 4cm. Titik K

terletak pada rusuk AE sehingga AK =

AE, titik L terletak pada rusuk AB

sehingga AL : LB = 1 : 3, dan titik M adalah pertengahan rusuk CD. Bidang melalui titik-titik K, L dan M. Gambarlah irisan bidang dengan kubus itu.

Anda mungkin juga menyukai