LULUS BEASISWA
LPDP DAN
PENDAFTARAN
UNIVERSITAS
2019 Maryam Qonita (mq587@nyu.edu)
Ebook ini adalah akumulasi dari blog pribadi (http://maryam-qonita.blogspot.com)
maupun dari materi seminar beasiswa yang biasa penulis bawakan di grup WhatsApp.
Boleh disebarluaskan tanpa seizin penulis.
Seleksi administrasi ini adalah seleksi yang paling banyak menyisihkan pendaftar
beasiswa LPDP. Terdapat sekitar 10.000 pendaftar administrasi beasiswa LPDP Luar negeri
tahun 2018 dan yang lulus hingga tahap selanjutnya hanyalah sekitar 2800 peserta. Hal ini
karena banyak pendaftar yang tidak memenuhi persyaratan yang diajukan oleh LPDP atau
format dokumen yang diupload tidak sesuai. Persyaratan administrasi mungkin yang paling
melelahkan dan rumit, dan berikut tips dan trik ini menjadi penting agar kita bisa lulus seleksi
administrasi LPDP:
Jika memenuhi kualifikasi sebagai pendaftar afirmasi (PNS, TNI, Polri, Alumni bidik
misi, 3T, dsb) lebih baik bagi kita mengambil jalur ini karena passing grade afirmasi lebih
rendah daripada reguler. Persyaratan bahasa Inggrisnya pun lebih mudah dan kuota lebih
banyak (untuk tahun 2018). Sehingga peluangmu untuk lulus juga lebih tinggi.
Perhatikan juga kebijakan LPDP yang ditetapkan, contoh kebijakan LPDP tahun 2018
yang mungkin akan berdampak pada rencana studi adalah: “Pelamar tidak boleh
mengajukan perpindahan kampus maupun program studi jika telah dinyatakan lulus 1
LPDP”. Itu artinya, jika kamu belum memiliki LoA (Letter of Acceptance), pastikan bahwa
dirimu bisa diterima di universitas tersebut. Selain itu, kamu juga perlu yakin bahwa program
Berkas persyaratan yang melibatkan faktor eksternal adalah dokumen yang diperoleh dengan
proses yang cukup rumit dan panjang, seperti birokrasi dsb. Contohnya:
A. Surat izin belajar dari atasan tempat bekerja, khususnya bagi yang bekerja sebagai
PNS ataupun pegawai swasta.
Persiapkan dokumen ini jauh-jauh hari sebelum kamu melamar beasiswa LPDP.
Surat keterangan ini harus diperoleh semuanya dari lembaga pemerintah. Tidak bisa
meminta surat keterangan sehat/bebas TBC/bebas narkoba dari rumah sakit swasta! Harus
dari rumah sakit pemerintah daerah atau dari kantor BNN setempat. Untuk Surat keterangan
bebas TBC, pastikan bahwa kamu mengambil tes dahak, bukan hanya tes rontgen.
D. Sertifikat bahasa asing TOEFL atau IELTS sesuai dengan negara yang dituju dan
memenuhi syarat minimum LPDP.
2
Jika syaratnya TOEFL adalah 550, berarti TOEFL 547 tidak bisa digunakan untuk
mendaftar dan tidak boleh diupload. Jika syarat IELTS misalnya 6.5, maka IELTS 6.0
Kamu bisa mengambil kursus IELTS atau kursus TOEFL bebrapa bulan sebelum
deadline pendaftaran LPDP. Atau jika kamu masih akan mengambil LPDP tahun depan,
penting juga adalah meningkatkan kemampuan bahasa Inggrismu terlebih dahulu!
LoA ini bersipat opsional. Namun, dengan keberadaan LoA ini kamu bisa lebih
meyakinkan juri LPDP bahwa kamu memang akan menempuh studi di jurusan yang
diinginkan saat mendaftar. Akan sangat berguna saat wawancara nanti.
Apakah memiliki LoA sebelum LPDP itu wajib? Tidak wajib. LoA Unconditional
menjadi wajib hanya jika IPK kamu semasa S1 di bawah 3.00 (peraturan tahun 2018). Perlu
diketahui, sebagian besar pelamar LPDP belum mendapatkan LoA saat pengumuman
kelulusan LPDP, dan waktu untuk mendapatkan LoA adalah 1 tahun + 6 bulan sejak
pengumuman. Namun terdapat perubahan setiap tahunnya. Tahun 2019 misalnya, untuk
pendaftar S3, memperoleh LoA sebelum LPDP bersifat wajib. Jadi teman-teman diharapakan
bisa selalu update dengan perubahan persyaratan LPDP setiap tahunnya.
Apakah memiliki LoA akan meningkatkan peluang diterima? Kabar ini masih
simpang siur apakah memiliki LoA meningkatkan peluang diterima atau tidak, namun
seorang juri LPDP pernah menuliskan sebuah milis bahwa memiliki LoA atau tidak,
sebenarnya bisa jadi sama saja dalam penilaian.
Surat ini bisa digabungkan dengan surat keterangan domisili bila di daerahnya tidak
ada kantor adat sesuai suku.
Selain berkas-berkas tersebut, terdapat pula esai dan rencana studi yang perlu kamu
unggah sebagai persyaratan saat mendaftar LPDP. Tulislah esai dan rencana studi sebaik-
baiknya dan hindari menulis ini di hari atau detik-detik terakhir pendaftaran karena
terdapat kemungkinan server LPDP akan down.
Saya sendiri menulis rencana studi H-1 deadline pendaftaran dan menulis esai di jam-
jam terakhir pendaftaran LPDP. Selang satu jam setelah saya mengupload semua dokumen,
server LPDP down dari siang hingga malam hari dan itu membuat teman-teman pendaftar
lainnya sempat panik luar biasa. Sebaiknya, kamu menghindari kondisi seperti ini.
Alhamdulillah saya cukup beruntung untuk mendaftar satu jam sebelum server down.
Perhatikan instruksi esai yang diberikan, berapa jumlah minimum dan maksimum
kata yang bisa digunakan (biasanya 700-1000), dan sesuaikan kontennya dengan visi misi
LPDP. Saya sendiri membaca beberapa esai pelamar LPDP yang lainnya dan banyak yang
menuliskan sesuatu yang normatif dan tidak pada intinya. Jika saya menjadi juri, saya akan
malas duluan membaca keseluruhan esai karena saya tidak segera mendapatkan inti tulisan
4
yang saya cari.
Sementara berikut adalah esai LPDP 2018 saya, mengikuti format Mas Budi dan
alhamdulillah mengantarkan saya lulus seleksi beasiswa LPDP: http://maryam-
qonita.blogspot.com/2018/12/contoh-esai-lpdp-2018-saya.html
Apakah esai dituliskan dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia? Bisa keduanya.
Menurut Customer Service LPDP tahun 2018, jika kita bertujuan ke kampus luar negeri,
lebih baik esai ditulis dalam bahasa Inggris. Namun esai LPDP saya ditulis dalam bahasa
Indonesia, alasannya karena ide tulisan saya akan lebih baik tersampaikan dalam bahasa
Indonesia.
Jika kamu masih memiliki cukup waktu sebelum mengupload esai, ada baiknya untuk
melakukan proof reading pada seseorang yang pandai dalam menulis esai.
Perhatikan instruksi yang diberikan oleh LPDP dan tuliskan deskripsi yang perlu
diutarakan. Jumlah kata juga menjadi penting, biasanya antara 500-700 kata. Ada baiknya
kita membuat tabel semua informasi tentang mata kuliah dari semester 1 hingga selesai,
jumlah SKS dan juga kalender akademik.
Untuk rencana studi tahun 2018 sendiri, berikut informasi yang perlu dijabarkan:
Rencana perkuliahan dan SKS per-semester yang akan ditempuh hingga selesai masa studi,
topik yang akan ditulis dalam tesis, aktivitas diluar perkuliahan yang akan diikuti, daftar
silabus perkuliahan dan studi lapangan, dsb. Sementara untuk contoh rencana studi yang saya
buat dapat diakses melalui link berikut: https://maryam-qonita.blogspot.com/2019/01/contoh-
esai-rencana-studi-lpdp-saya.html 5
Perhatikan instruksi proposal studi yang diberikan, berapa jumlah minimum dan
maksimum kata yang bisa digunakan (tapi setahuku untuk 2019 sudah tidak ada minimum
kata ya), dan sesuaikan kontennya dengan visi misi LPDP. Jangan banyak menuliskan hal-hal
normatif yang bertele-tele, cukup jawab inti dari setiap section yang diminta.
Ini seperti justifikasi rasional kamu memilih perguruan tinggi itu kenapa, kenapa
kamu perlu menlanjutkan studi di jurusan tersebut, dan kenapa kamu menjadi investasi
penting bagi indonesia dengan kamu melanjutkan studi tersebut. Intinya yang dijawab adalah
kenapa sih. Harus jadi win win solution buat pendaftar beasiswa, buat lpdp, dan buat
Indonesia. Bukan buat pendaftarnya saja dapat untungnya. Hehe
Proposal studi ini mirip seperti esai sih, tapi dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya, di esai banyak yang kesana kemari penjelasannya. Jadi lpdp buat namanya
proposal studi,dan dibuat persection, agar lebih terfokus kepada benefit yang ditawarkan dan
alasan kenapa harus melanjutkan studi.
Kisi-kisinya, perlu buktikan bahwa jurusan itu akan bermanfaat bagi masyarakt.
Secara spesifik sih, bukan normatif dan terlalu umum.
Dan kisi-kisi yg lain adalah bahwa menjelaskan kamu memiliki cukup pengalaman,
pengetahuan, dan skill tentang ilmu yang akan kamu ambil. Sehingga kamu tahu dari sisi
mana yang perlu ditingkatkan melalui pemilihan jurusan tersebut yang akan berguna untuk
institusi maupun Indonesia ke depannya
Jadi kalau bisa lebih kepada: ada tidaknya mata kuliah yang berkaitan erat dengan
ilmu yang ingin dipelajari, masalah yang ingin kamu selesaikan di Indonesia, kualifikasi
dosen, fasilitas penelitian dan laboratorium, profesor yang ingin kamu jadikan pembimbing
penelitian, kegiatan mahasiswa, dan kesempatan karir para alumninya. Semua kelebihan
kampus itu perlu dihubungkan dengan masalah dan potensi yang ada di Indonesia.
Ini sebenarnya poin yang diulang sih dengan justifikasi rasional pemilihan bidang
studi dan kampus. Tapi biasanya orang nulis justifikasi malah ngalor ngidul, jadi sama LPDP
dibuat section ini entah untuk mendalami poin yang ada dengan lebih spesifik atau untuk
menuliskan justifikasi yang seharusnya ditulis sebelumnya.
Karena orang nulis justifikasi atau alasan pemilihan studi, malah sering larinya ke
drama kehidupannya sendiri. Tentang jatuh bangun gagal masuk universitas atau tentang
perjuangan menemukan minat. Padahal yang dibutuhkan LPDP adalah sesuatu yang nilainya
investasi buat negara. Bukan kita secara dramatik akhirnya bisa menggapai mimpi kita.
Karena LPDP gak memedulikan poin2 tersebut.
1
Biasanya, terkadang orang suka menulis prestasi yang berkaitan dengan bidang studi yang
akan ditempuhnya. Lalu itu menjadi justifikasi kenapa dia harus melanjutkan studi. Tapi
Jadi misal saya ingin melanjutkan sekolah di NYU psikologi sosial, tapi saya hanya
menuliskan bahwa saya punya prestasi hadir di Model UN di Universitas Ternama di luar
negeri atau menjuarai berbagai lomba debat ttg isu sosial. Harusnya isu sosial itu sendiri yang
saya angkat di tulisan saya. Misalnya bagaimana stigma dan diskriminasi terhadap
perempuan korban kekerasan seksual harus dihentikan. Dan kenapa diskriminasi itu terjadi
dalam peta-peta sosial kognitif masyarakat, akarnya apa, dan ilmu apa yang bisa saya bawa
untuk mengakhirinya.
Bukan menjelaskan deretan prestasi saya yang bentuknya hanyala selembar sertifikat.
Tapi tidak menjelaskan esensinya itu sendri. Dan kebetulan prestasi itu sudah ditulis di
biodata saya, jadi saya seperti mengulangi informasi yang sama ke dalam proposal studi.
Karena proposal studi ini adalah wujud lain dari esai ya. Jadi esensi dan tujuannya sama,
hanya dibuat persection agar lebih terarah.
Kalau saya sendiri suka dengan deskripsi Mas Budi Waluyo apa esai yang bagus dan
tidak bagus. Bagaimana esai yang tidak bagus? Tulisan esai kurang bagus ketika: 1). isinya
tidak menjawab pertanyaan atau tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan, 2). isinya tidak
rinci atau dangkal, 3). isinya tidak menunjukkan “kecerdasan” atau “pengetahuan” si penulis
di bidang studi atau yang digelutinya.
Sebaliknya. Tulisan esai bagus ketika: 1). isinya langsung menjawab pertanyaan atau
sesuai dengan instruksi yang diberikan, 2). isinya rinci, padat, dan jelas, 3). isinya
menunjukkan “kecerdasan” atau “pengetahuan” si penulis di bidang studi yang sedang
digelutinya.
Pegang ketiga hal ini ya teman-teman. Ini standar minimal agar memiliki tulisan yang
bagus. Kalau aku rata-rata mereview tulisan orang lain, pasti yang banyak kureview adalah
kalimat yang terlalu bertele-tele. Kalimat bertele2 ini ditunjukkan banyaknya hal normatif,
basa-basi, diulang kembali, data-data tidak penting, dan hal-hal umum yang sudah diketahui
juri LPDP.
2
Selain itu adalah tidak mencerminkan kecerdasan penulisnya. Penulis seringkali
menulis kegiatannya, prestasinya, volunteer nya dsb. Tapi isinya tidak mencerminkan
kecerdasan dan pengetahuan yang dia jabarkan sendiri. Seakan bagi dia, esensi ilmu yang dia
Perhatikan instruksi yang diberikan oleh LPDP dan tuliskan deskripsi yang perlu
diutarakan dalam rencana studi. Untuk rencana studi tahun 2018 sendiri, berikut informasi
yang perlu dijabarkan: Rencana perkuliahan dan SKS per-semester yang akan ditempuh
hingga selesai masa studi, topik yang akan ditulis dalam tesis, aktivitas diluar perkuliahan
yang akan diikuti, daftar silabus perkuliahan dan studi lapangan, dsb. Untuk tahun 2019
sendiri, setahuku tidak jauh berbeda.
Karena tahun 2018 belum ada proposal studi, jadi saya hanya menyertakan contoh
rencana studi saja ya teman-teman. Lisensinya kujadikan public domain. Jadi boleh
didownload, disebarluaskan, dan di di lainnya dalam semua kemungkinan digital. Untuk
contoh rencana studi yang saya buat dapat diakses melalui link berikut: https://maryam-
qonita.blogspot.com/2019/01/contoh-esai-rencana-studi-lpdp-saya.html
Tips menulis rencana studi LPDP tidak jauh beda ya. Pegang ketiga hal di atas. Kalau
diimplementasikan dalam tulisan, insyaa Allah sudah jadi sebuah tulisan yang bagus. Entah
proposal studi ataupun rencana studi.
Biasanya semua informasi ini sudah ada di website kampusnya. Biasanya menyita
cukup banyak waktu. Kalau sudah ketemu, pastikan merinci nama mata kuliah dan jumlah
total SKS yang akan tempuh. Biar lebih rapih, sajikan dalam bentuk tabel. Kalau gak ketemu
di websitenya, kontak CP academic departemen nya.
Saat memilih beasiswa LPDP, harus sudah punya gambaran kasar dan ancang2 topik
apa yang ingin kamu ambil. Topik bukan judul ya, melainkan seputar masalah yg ingin
3
diteliti. Kalau sudah punya gambaran judulnya, menurutku lebih bagus malah.
3. Memahami referensi apa yang ingin kamu gunakan untuk penelitian itu. Atau
bagaimana sumber daya universitas dapat menunjang kamu untuk melakukan penelitian itu,
mulai dari buku2, penelitian, laboratorium, dan profesor yang ada Mitch match gitu sama
penelitian kamu.
Sudah ada di contoh studi objective punyaku ya teman-teman. Kalau menurutku gak usah
jawab bertele-tele, jawab saja dibuat perpoin.
Misal:
Ini sebenarnya formalitas aja sih, pastikan ke kampusnya ada gak fieldtrip..kalau gak
ada, tulis gak ada. Dan kalaupun ada, tulis bahwa kamu tahu bahwa itu gak dibiayai oleh
LPDP.
Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya mengikuti seleksi
berbasis komputer (SBK) LPDP pada tahun 2018 kemarin. Juga sekaligus berbagi tips dan
trik yang saya harap dapat membantu teman-teman dalam melewati fase
seleksi SBK alias seleksi berbasis komputer. Karena banyak sekali teman-teman yang
bertanya pada saya mengenai pengalaman saya ini.
Sebelumnya, pengertian tes SBK itu sendiri adalah Seleksi Berbasis Komputer untuk
mengukur kemampuan akademik peserta LPDP menggunakan standar CAT (Computer
Assisted Test) CPNS dan diselenggarakan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) bekerja
sama dengan LPDP. Tes ini tergolong baru dan baru diterapkan di LPDP 2018
kemarin. Setelah kita dinyatakan lulus seleksi administrasi, selanjutnya kita akan diminta
untuk memilih lokasi tes SBK. Setelah kita memilih, kita tidak boleh mengganti tempat lagi
karena alasan apapun. Lalu saya mendapatkan lokasi di Jakarta dan memilih tempat tes SBK
di Kanreg V Ciracas.
Sesuai dengan waktunya, akan diberikan surat edaran melalui email dan SMS
mengenai dresscode baju dan juga barang-barang yang harus dibawa, seperti KTP dan kartu
registrasi peserta. Tahun 2018 kemarin, kami diwajibkan untuk menggunakan kemeja warna
putih dan rok atau celana hitam. Sementara untuk yang berjilbab, menggunakan jilbab warna
hitam penitian. Sepatu bebas selama tidak pakai sendal. Kita juga diminta untuk hadir 60
menit sebelum tes dilaksanakan untuk registrasi.
Untuk tes SBK, saya mempersiapkan kurang lebih dalam waktu satu bulan. Karena
sebelum saya dinyatakan lulus administrasi, saya merasa tidak percaya diri akan lolos
administrasi. Juga, saya disibukkan dengan persiapan untuk menghadiri konferensi ke
Kanada dan Rwanda. Dan sehari sebelum SBK dilaksanakan, saya mengadakan sebuah
acara sebagai ketua pelaksana. Jadi super padat dan hampir sangat sulit belajar TPA saat itu.
Padahal jauh-jauh hari saya sudah beli buku TPA-nya, namun sebelum pengumuman
kelulusan administrasi, saya tidak buka sama sekali karena saya takut tidak lulus. Namun,
alhamdulillah, saya dinyatakan lulus seleksi administrasi LPDP dan hari itu juga saya baru
berani membuka buku TPA yang sudah saya beli.
Dalam Tes Potensi akademik, terdapat tiga tipe soal. Soal verbal, soal numerik, dan
soal penalaran. Kebetulan 70% waktu saya, saya gunakan untuk belajar tipe soal numerik
karena saya merasa tidak percaya diri dengan tipe soal ini. Saya orang dengan latar belakang
sosial, dan saya pikir, nilai saya akan sangat kecil jika saya tidak mempelajarinya. Sisanya
saya gunakan untuk belajar verbal. Dan sangat sedikit sekali saya sisihkan untuk belajar
penalaran, atau mungkin, bisa dibilang saya tidak belajar tipe soal penalaran sama sekali.
Kemudian saya menyadari, tidak belajar penalaran sama sekali adalah sebuah kesalahan
besar.
Kebetulan saya mendapatkan jadwal tes paling pagi, jadi saya berangkat subuh-subuh
1
dari rumah saya di Lenteng Agung ke Ciracas menggunakan mobil Grab. Waktu itu saya
langsung habis Rp 100.000,-. Tapi tidak apa-apa, saya tidak mau kepala saya terpenuhi
dengan banyak asap kendaraan bermotor saat tes berlangsung, risiko terlambat jika naik
Ketika tiba di tempat tes, saya melihat sudah ada dua orang laki-laki sedang duduk di
gerbang yang masih di tutup. Jadi saya datang sangat pagi saat itu, sekitar jam enam atau
setengah tujuh pagi. Lalu beberapa satpam membuka gerbang dan menyuruh kita duduk di
ruang tunggu yang disediakan. Lalu saya di sana mengobrol dengan para peserta lain yang
hadir. Di antara peserta, saya mengobrol dengan salah satu peserta yang lulus S1 Fisika dari
sebuah universitas ternama di Amerika Serikat. Dan sudah mendapat offer dari kampus
tujuannya untuk S2. Saya mengobrol dengan peserta yang lain, banyak dari mereka
sepertinya memang pintar-pintar dan background mereka cukup kuat. Lalu saya merasa agak
minder sendiri sejujurnya.
Setelah mendekati jam sesuai jadwal, barulah saya dan para peserta lainnya dipanggil
satu demi satu sesuai abjad. Lalu kita menuju meja registrasi, mengisi daftar hadir, dan
panitia menuliskan password di kartu ujian untuk login tes. Di sini, yang dibawa masuk
hanyalah kartu ujian, KTP asli, dan juga kunci loker. Semua barang bawaan saya disimpan di
dalam loker (Buku, HP, jaket, jam tangan, pulpen, pensil, kertas, makanan, minuman,dsb)
dan HP wajib dimatikan. Setelah selesai registrasi, peserta dipersilahkan masuk ruang tunggu
selanjutnya. Sebelum memasuki ruang tunggu tersebut, kita diperiksa dengan metal detector
dan lalu diberikan minum air putih gelas jika merasa haus.
Jika waktunya telah tiba, kita diminta untuk berdiri dan berbaris. Berdiri dan
berbarisnya berdasarkan tempat duduk yang tadi kita sedang duduk di ruang tunggu itu. Kita
memilih sendiri tempat duduknya kan, jadi bisa dibilang masuknya pun sebenarnya random.
Ada gosip bahwa tes TPA yang duduk di belakang katanya soalnya sedikit lebih sulit, jadi
untung saja, tempat saya berdiri memungkinkan saya untuk masuk duluan juga. Dan memilih
tempat duduk lebih awal.
Seperti saya telah jelaskan sebelumnya, dalam ujian TPA ini terbagi dari berbagai tipe
soal dengan waktu pengerjaan keseluruhan adalah 90 menit.
Total ada 60 soal, dan satu soal nilainya adalah 5 poin. Jika benar semua berarti 300
poin. Tahun 2018, passing grade untuk reguler dalam negeri adalah 180 poin (minimal benar
36 soal dari 60 soal), passing grade untuk reguler tujuan luar negeri adalah 195 poin (minimal
benar 39 soal dari 60 soal), dan passing grade untuk program afirmasi tujuan dalam dan luar
negeri adalah 160 poin (minimal benar 32 soal dari 60 soal). Passing grade ini tidak dirilis
oleh LPDP tahun 2018 kemarin, tapi diperoleh setelah para pelamar LPDP mengumpulkan
nilai semua yang masuk dan membagi peserta dengan nilai yang lulus berapa dan tidak lulus
berapa. Katanya, untuk berada di posisi aman, minimal nilainya harus 200 poin.
Saya duduk di bangku paling depan. Lalu kami diminta untuk mengisi nomor
registrasi peserta dan password baru bisa login. Saya telah berkata ini sebelumnya, saya
3
sangat tidak percaya diri dengan kemampuan saya mengerjakan soal numerik, orang bilang
soalnya sangatlah sulit, setidaknya satu tingkat lebih sulit dari soal-soal TPA CPNS.
Pengerjaaannya juga tidak hanya dikerjakaan satu langkah, mungkin baru selesai dalam 2
Segera setelah login, saya langsung memilih soal nomor 16 (numerik), karena peserta
dibolehkan memilih soal secara acak dan membenarkan kembali jawabannya di lain waktu
yang tersisa. Saya kaget, gils, benar soalnya beneran sulit. Sepertinya dari semua soal yang
telah saya pelajari, soal ini masih satu langkah lebih sulit. 50 menit lebih waktu berlalu,
tinggal 40 menit lagi, saya tengok sedikit kanan dan kiri, kotak-kotak mereka sudah banyak
yang hijau. Artinya mereka sudah mengerjakan mayoritas soal. Sementara saya belum selesai
dengan soal numerik. Verbal dan penalaran belum saya lirik! Saya langsung keringat dingin
saat itu, gugup dan nervous. Sampai akhirnya saya ingat nasihat teman yang lulus LPDP
Dalam Negeri, segugup apapun situasimu, jangan cemas. Tenang, rileks dan ambil napas.
Kalau perlu minum, minum. Kalau perlu ke WC, ke WC.
Jadi saya langsung berpindah ke soal verbal dan soal penalaran. Menyelesaikan
masing-masing dari 45 soal dalam waktu kurang dari satu menit atau bahkan lebih cepat dari
itu. Waktu saya tersisa 12 menit lagi, hff. Dalam hati, ternyata saya cepat juga mengerjakan
soal verbal dan penalaran setelah melewati krisis. Lalu saya memeriksa ulang semua jawaban
keseluruhan mulai dari verbal, numerik, dan penalaran. Saya juga mengerjakan beberapa
yang masih kosong. Dan menulis nomor (di kertas corat-coret) soal yang benar-benar sulit
atau rumusnya mentok alias lupa sama sekali.
Waktu menunjukkan 5 menit lagi. Dan banyak dari peserta sudah selesai dan memilih
mengerjakan tes selanjutnya yaitu soft competency. Waktu itu saya takut kalau sebelum saya
submit, gedung ini akan mati lampu atau tiba-tiba komputer saya mengalami kendala teknis.
Jadi saya juga ikut tergoda untuk segera men-submit punya saya juga. Lalu saya pencet lah
itu kotak tulisan “SELESAIKAN TES INI”. Dan setelah itu muncul kotak dialog
bertuliskan “Apakah Anda Yakin Untuk Menyelesaikan Tes ini dan Berlanjut ke Tes
Berikutnya?” semacam itu. Dengan perut lemas, lutut lemas, jantung deg-degan, akhirnya
saya klik “BATALKAN” saja dulu deh. Hati saya bilang, belum yakin. Saya tidak akan
pernah tahu sebelumnya, bahwa bersitan hati sekilas ini akan mengubah hidup saya
secara drastis dan fundamental.
4
Akhirnya saya memeriksa ulang kembali beberapa soal yang saya tandai sangat sulit
atau rumusnya mentok, alias lupa sama sekali. Lalu ketemu satu soal barisan dan deret yang
akhirnya saya tiba-tiba teringat rumusnya yg sempat ilang di kepala. Tiba-tiba rumusnya
Lalu setelah itu langsung muncul hasil skor TPA saya: 195. Entah harus senang atau
sedih, karena posisi aman adalah 200. Haduh, satu soal lagi dan saya bisa bernapas lega! Jadi
saya masih ada di zona bahaya saat itu. Meski saya di atas passing grade reguler dalam negeri
180, tapi passing grade luar negeri tentunya akan sedikit lebih tinggi (Saat ujian, belum
diketahui berapa passing grade LN).
SOFT COMPETENCY.
Soft competency adalah soal tes kepribadian mirip tes kepribadian CPNS. Waktu
pengerjaan adalah 30 menit dan jumlah soal adalah 60 soal pilihan ganda yang terdiri dari
pilihan A-E. Dilihat dari durasi dan jumlah soal, teman-teman bisa mengerjakan satu soal
maksimal 30 detik saja. Meski sangat bisa dikerjakan kurang dari itu. Tes Soft Competency
tidak menjadi tolak ukur kelulusan, dan setiap pilihan jawaban ada nilainya dari 1-5. Jadi
tidak ada jawaban benar dan salah.
Lalu saya kerjain saja seadanya, menulis seadanya dan pengetahuan seadanya. Lalu
saya submit esainya dan alhamdulillah menyelesaikan seluruh rangkaian tes SBK hari itu.
6
Setelah saya menyelesaikan seleksi tersebut, saya keluar ruangan dengan bernapas
lega. Bukan lega karena yakin lulus, melainkan karena telah menyelesaikan seleksi itu. Nilai
Yang unik adalah: Ternyata nilai saya di penalaran dan logika sangatlah kecil, well,
saya tidak belajar juga dan menganggap remeh soal ini. Sebuah kesalahan besar. Karena jika
saya belajar konsepnya saja, saya bisa memahami yang dimaksud dalam soal. Nilai verbal
saya standar, sebagaimana saya belajarnya juga standar dan biasa-biasa saja. Tapi nilai saya
numerik adalah 70, alias saya benar 14 soal dari 15 soal.
Kurang lebih hanya ada 5 orang dari 81 peserta yang nilai numeriknya sama atau
lebih tinggi dari saya. Padahal bisa dibilang, mungkin sekitar setengah peserta di sana adalah
anak latar belakang Sains dan IPTEK. Saya juga lihat teman saya yang S1 Fisika di Amerika,
dia memperoleh nilai numerik yang sama dengan saya. Meski secara keseluruhan, nilai TPA-
nya sangat tinggi, di atas 260. Saya merasa, sepertinya saya ternyata agak berlebihan belajar
dan mengerjakan soal numerik ini, untuk bisa mendapat nilai setinggi itu, dan notabene
sebagai orang dengan latar belakang sosial.
Sempat mengobrol dengan beberapa peserta yang lain, sebelum akhirnya mereka
masuk ruang ujian untuk batch selanjutnya. Mereka juga agak kaget dengan nilai numerik
saya. Meski sayang sekali, nilai penalaran saya kecil dan bikin saya berada di zona bahaya.
Hal yang paling saya sesali sepanjang setelah SBK LPDP.
Hari itu saya langsung merasa lapar karena belum sarapan. Dan uang juga habis. Jadi
saya menunggu orang tua untuk transfer dulu, dua jam di BKN segera setelahnya saya harus
mengambil visa Kanada ke VFS Global. Sembari menunggu, saya merasakan angin sepoi-
sepoi, menikmati kesendirian, ketenangan, dan kepasrahan....
Alhamdulillah juga, lulus seleksi substansi dan tepat beberapa waktu lalu, dinyatakan
lulus kampus tujuan New York University dengan semua keterbatasan dan kekurangan yang
ada. Terimakasih ya Allah.
1. Latihan soal CAT sebanyak-banyaknya dari buku-buku TPA BAPPENAS atau TPA
CPNS yang banyak bertebaran di toko-toko buku. Berlatihlah dengan sungguh- 8
sungguh.
1. Beri diri sendiri waktu yang cukup untuk berpikir mengenai apa
yang benar-benar ingin kamu lakukan di masa depan
Setiap orang punya prioritas dan alasan masing2 kenapa ingin memilih jurusan dan
program studi tertentu. Berikan dirimu sedikit waktu untuk merenung, apakah itu benar-benar
sudah sesuai dengan passion dan juga karir masa depan impianmu atau belum. Dan kenapa
kamu ingin dan perlu melanjutkan S2. Selain itu, kita juga perlu mantap dengan tujuan dari
pendidikan dan karir yang akan dijalani ke depannya. Kita bisa berdiksui dengan orang-orang
terdekat, seperti keluarga, dosen, teman-teman, dsb.
Telusuri halaman resmi dari program Pascasarjana yang menjadi tujuan lanjut studi. Cari
tahu sistem pembelajaran, gaya hidup mahasiswa, courses yang ditawarkan, karir alumni,
dan berbagai informasi penting lainnya sebagai bahan pertimbangan memilih program
Pascasarjana. Misalnya, kasus saya memilih Psikologi NYU adalah karena mereka
menawarkan ilmu psikologi murni dan juga pendekatan terintegrasi yang tidak ada di
kampus-kampus lainnya di Amerika serikat.
Selain itu dalam memilih universitas juga, beberapa hal ini juga mungkin menjadi
pertimbangan. Seperti lokasi, budaya, ranking universitas, faktor akademik: profesor,
laboratorium, resources yang tersedia, dsb.
Selain itu fokus jurusan juga perlu menjadi pertimbangan. Karena setiap kampus seringkali
menawarkan fokus jurusan yang berbeda meski nama jurusannya sama. Seperti misalnya
psikologi di NYU lebih pada pendekatan integratif, tapi Psikologi di UCL lebih kepada
pendekatan spesifik konseling dan pendidikan.
Tipe master juga perlu menjadi pertimbangan. Ada master by research ada master by
courses. Kalau master by research, tugas akhirnya berbentuk tesis. kalau courses, biasanya
tidak ada tesis. Biasanya akumulasi nilainya dari Exam.
Jangka waktu juga. Kalau dari LPDP, waktu minimal untuk studi S2 adalah satu
tahun kalau tidak salah sebagaimana banyaknya program S2 di Inggris. Dan maksimal 2
tahun.
Lihatlah persyaratan yang diminta, apa yang mereka minta dari kamu. Biasanya sih
nilai IELTS atau toefl iBT, ijazah, transkrip nilai, recommendation letter, personal statement,
academic motivation letter, hingga research proposal. Kalau di US ada yg namanya GRE.
Kalau jangka waktu deadline pendaftaran terlalu dekat, dan misal IELTS kita tidak
memenuhi syarat minimum. Berarti kita bisa mencari beberapa universitas lain sebagai
alternatif.
Atau IPK kita 3.2 misalnya, sementara kita mau ke Oxford yang ternyata minta IPK
minimal 3.5. Berarti kita harus mencari program studi di universitas lainnya. 1
Untuk mengetahui apakah ada jurusan tertentu di kampus tertentu, teman-teman bisa
mengunjungi website kampusnya atau googling. Atau juga menggunakan website pihak
ketiga (khusus master) seperti list di bawah ini:
https://www.mastersportal.com/
https://www.findamasters.com/
https://www.petersons.com/
Tips Hadapi Leaderless Group Discussion LPDP – Di antara tahap akhir substansi
LPDP juga adalah Leaderless group discussion atau LGD. Porsi penilaian dari tahap ini
sendiri adalah 20% sementara 80% dari wawancara. Bukan berarti tahap ini tidak penting,
karena beberapa poin saja bisa mementukan apakah kita akan lulus LPDP atau tidak.
Dari namanya, leaderless, itu artinya dalam diskusi ini tidak ada yang menjadi
moderator, tidak ada pula yang menjadi pemimpin diskusi. Setiap peserta memiliki
kesempatan yang sama untuk membagi pendapat mereka masing-masing. Ketika saya
mengikuti LGD pada bulan Desember 2018, kelompok saya terdiri atas 7 orang dengan
waktu LGD keseluruhan adalah 25 menit. Itu artinya setiap orang memiliki kesempatan
berbicara kurang lebih 3 menit. Pengawas LGD ini terdiri dari 2-3 orang yang merupakan
psikolog dan akan memantau kita selama jalannya diskusi. Pengawas LGD ini masang muka
jutek jutek loh, tapi ingat untuk tidak gugup ya.
Mengenai tips dan trik LGD sendiri, berikut yang teman-teman bisa persiapkan:
Membaca isu-isu nasional menjadi sangat penting dalam LGD ini karena kita akan
mendapatkan satu topik secara acak untuk didiskusikan. Alangkah baiknya jika kita sudah
familiar dengan berbagai isu nasional sehingga kita mampu mengutarakan pendapat dan
argumen dengan baik. Teman-teman bisa memulainya dengan aktif bermain Twitter dan
memfollow akun-akun berita, seperti Detik, Tempo, Republika, Kompas, dsb. Isu ini bisa
mengenai apa saja, seperti misalnya dana desa, pernikahan anak, penanganan narkoba,
ataupun penanganan TBC.
Saat melakukan LGD, kita akan diminta untuk melakukan role-play sehingga kita
tetap mengutarakan pendapat dengan jelas dan terarah. Setelah membaca artikel LGD, kita
akan diminta untuk memposisikan diri entah sebagai masyarakat, LSM, pemerintah, dsb.
Memposisikan diri secara tepat bisa menjadi krusial sesuai dengan pengalaman dan ilmu
pengetahuan yang kita miliki. Saya sendiri dengan latar belakang Psikologi, ketika LGD
mendapatkan isu mengenai “Apakah pengguna narkoba perlu dipolisikan atau tidak” dan
ketika itu saya menempatkan diri tegas sebagai psikolog, itu artinya saya perlu melihat
pengguna narkoba selayaknya manusia. Dan saya harus tetap teguh pada pendapat saya.
Setelah kita membaca sebuah artikel mengenai sebuah isu yang akan didiskusikan,
kita akan diberikan waktu satu menit untuk menuliskan poin-poin yang ingin diutarakan.
Gunakan waktu ini sebaik mungkin dan tuliskan dalamm bentuk poin atau mind mapping.
Gunakan catatan di kertas tersebut sebagai arah disksui yang akan kamu utarakan. Ingat,
jangan sekali-kali menggambar-gambar, mencorat-coret, menulis curhatan galau, atau
melipat-lipat kertas corat-coret kamu. Meski itu hanya corat-coret. Karena kertas ini akan
dikumpulkan untuk mengukur apakah kamu fokus pada diskusi atau pikiranmu ngalor ngidul
kesana kemari.
Setelah kita diberikan waktu untuk menuliskan poin-poin yang akan diutarakan,
selanjutnya adalah kita perlu mengutarakan pendapat kita mengenai isu tersebut. LGD bukan
1
ajang pintar-pintaran atau kuat-kuatan argumen, melainkan yang diukur di LGD adalah
bagaimana kita menyampaikan ide dan pendapat kita dengan manner yang baik. Kita
juga perlu memberikan recognition kepada peserta sebelumnya yang relevan, sebelum
Jangan menggunakan intonasi nada yang terlalu tinggi, jika memungkinkan untuk
tetap tersenyum, maka tersenyumlah. Jangan menunjuk-nunjuk peserta yang lain, jangan
baperan, mencak-mencak, dan tetap perhatikan durasi berbicara agar tidak merampas hak
milik berbicara orang lain.
Ingat, sekali lagi LGD bukan ajang gagah-gagahan, debat atau adu kemampuan
berbahasa Inggris. Bahkan durasi berbicara peserta lebih disorot dibandingkan konten
argumen yang diutarakan oleh peserta itu sendiri. Karena jika terlalu mendominasi, kita akan
dinilai arogan dan dominan oleh pengawas. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, mereka
yang berbicara terlalu banyak, justru mendapatkan nilai kecil dari juri LGD.
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, dengarkan pendapat peserta yang lain
dan tetap fokus selama diskusi. Toh ini hanya beberapa menit saja, jadi fokus! Kita ini
diawasi oleh 2-3 orang pengawas, dan mereka mengamati melihat apakah kita menolehkan
padangan kesana kemari, membenamkan wajah, memainkan pulpen, atau menggambar di
atas kertas corat-coret. Belum lagi kita tidak tahu apakah tiba-tiba ada pertanyaan yang akan
dilemparkan ke kita oleh peserta lain, Sehingga memang sebaiknya kita sepenuhnya
mengikuti arah jalan diskusi.
Tidak ada pendapat salah benar dalam diskusi ini. Yang ada hanyalah setuju dan tidak
setuju. Kalau tidak setuju, kita bisa mengawali diskusi dengan beberapa pendapat dari teman
Sekian tips dan trik Leaderless Group Discussion LPDP. Semoga bermanfaat.
Tahap paling akhir dari seleki LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) adalah
seleksi wawancara dan tahap ini memiliki bobot penilaian paling besar dalam tahap seleksi
substansi (80%). Selain itu, semua informasi yang kita berikan dalam tahap ini akan
diverifikasi kebenarannya oleh juri LPDP, sehingga menjadi penting untuk bisa melewatinya
dengan baik.
Bentuk seleksi wawancara ini sendiri, seorang pelamar akan dihadapkan pada 3 juri.
Tahun 2018 sendiri, satu juri merupakan seorang akademisi, seorang juri merupakan psikolog
dan seorang lagi adalah utusan Badan Intelijen Negara. Meski informasi mengenai apakah
seorang juri itu adalah BIN atau aparat lainnya, masih simpang siur karena baru tahun 2018
ini LPDP menyelidiki nasionalisme setiap pendaftarnya. Hal ini dilakukan agar tidak
kecolongan seperti kasus Veronika Koman (penerima beasiswa LPDP yang merupakan
pejuang Organisasi Papua Merdeka). Juga agar pelamar tidak mudah terbawa arus aneh-aneh
saat berada di luar negeri.
Di antara bersikap sopan santun adalah jangan duduk sebelum dipersilahkan duduk.
Jika memungkinkan bagi kalian untuk salam, maka salamlah dan berjabat tangan. Namun jika
menurut kalian lawan jenis itu bukan mahram, tidak apa-apa untuk tidak berjabat tangan
selama tangan kalian menunjukkan "salam". Jangan bersikap terlalu berlebihan, pemalu atau
terlalu akrab seperti memanggil dengan panggilan non-formal. Tataplah wajah dan mata
pewawancara selayaknya orang tua yang kita hormati. Bersikaplah sewajarnya dan tetap
profesional.
Kuasai betul esai, CV, dan rencana studi yang kamu gunakan saat mendaftar seleksi
administrasi. Karena mereka akan bertanya mengenai apa yang kamu tuliskan lebih jauh lagi.
Pewawancara pun memegang laptop mereka masing-masing dan yang ada di layar laptop
tersebut adalah formulir pendaftaran kita. Bukan berarti wawancara hanya mengulang apa
yang kamu tuliskan di CV ya, melainkan mengeksplorasi lebih jauh apa yang belum
dituliskan di CV, esai maupun rencana studi.
Bagi saya simulasi wawancara ini penting sekali sebelum saya bisa menjalankan
wawancara sesungguhnya. Karena saya bisa menyiapkan beberapa pertanyaan yang
sebelumnya tidak terpikirkan, melatih diri menggunakan intonasi dan kata-kata yang lebih
tepat, juga sebagai sarana untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Jika kamu masih memiliki banyak waktu untuk menyiapkan amunisi, persiapkanlah
sebaik dan sebanyak mungkin. Menurut saya pribadi, amunisi yang kamu perlu persiapkan
sebelum memasuki ruang wawancara adalah:
1. Buatlah sebuah draft thesis penelitian yang kamu usulkan dan kuasai draft penelitian
tersebut. Sebagian besar pendaftar ditanya masalah rencana studi, alangkah baiknya
ketika kamu ditanya masalah ini, kamu bisa langsung memberikan proposal atau draft
penelitian kamu kepada sang pewawancara.
2. Jika sudah punya LoA, bawalah LoA tersebut. Jika belum punya, maka lakulakanlah
korespondensi dengan profesor, ketua program studi atau staff fakultas. Print out
semua email korespondensi tersebut dan bawa ke ruang wawancara.
3. Melatih diri dengan berbagai kemungkinan pertanyaan yyang ada dan membuat
draft jawaban dari setiap pertanyaan. Draft jawaban pertanyaan ini jangan dihafal ya!
Hanya sebagai skema untuk latihan saja, agar ketika wawancara nanti kalian tetap
alami dan tidak dibuat-buat. Saya sendiri memiliki list 100 pertanyaan LPDP dan
membuat isi dari setiap pertanyaannya hingga terdiri dari 42 halamaan.
Ketika kalian menghadapi pewawancara, kalian akan melihat raut wajah mereka
sering kali tampak berusaha untuk menangkap inti dari ucapan kalian. Bisa saja kita sesekali
menjawab pertanyaan dengan normatif, tapi jika saya jadi mereka, saya sih akan merasa
bosan seharian mendengarkan jawaban-jawaban normatif. Jawablah pertanyaan dengan data
atau dengan pengalaman, sehingga secara tidak langsung menyiratkan kecerdasan kalian atau
kontribusi yang selama ini telah dilakukan.
2
7. Body Language itu Penting.
Jawablah pertanyaan dengan baik, lugas, dan jelas. Jika sesekali, kalian mendapati
diri kalian seperti sedang memberikan penjelasan pada nenek/kakek kalian sendiri,
ketahuilah bahwa itu pertanda baik.
Jawablah dengan santai dan alami, toh pewawancara juga manusia koq. Anggap saja
ini sebagai sarana bagi kalian untuk sharing cita-cita dan kualitas diri, prestasi, dan aspirasi
kalian. Bagi saya sendiri, wawancara LPDP itu seperti sarana berbagi dan diskusi. Dan ya, 3
rasanya kurang lamaa.. hmm.
Atau jika pewawancara melontarkan suatu pernyataan yang membuat kalian terpojok,
ingatlah untuk tetap tersenyum. Jangan memulai perdebatan atau jangan ngotot. Berikanlah
jawaban sediplomatis mungkin. Contoh dari pertanyaan yang membuat saya terpojok di
antaranya:
Seperti yang sudah saya katakan juga sebelumnya, ini merupakan bagian dari
amunisi. Bukan berarti teman-teman menghafal teks ya, hanya saja, jadikan ini sebagai
sarana latihan untuk mengemukakan pendapat dengan baik, intonasi yang tepat dan memiliki
data yang akurat.
Misalnya, kalian mungkin akan ditanya mengenai apakah kalian setuju negara
berbasis syariat diterapkan di Indonesia. Tentunya sebagai muslim kalian bisa-bisa memiliki
konflik batin. Namun dengan mempelajari tipe pertanyaan seperti ini, kalian bisa
memberikan pendapat yang lebih diplomatis berlandaskan nilai-nilai konstitusi dan landasan
filosofis. Contoh pertanyaan saya:
Jadi jawaban kalian gak hanya: “Tidak boleh, Pak. Negara kita negara pancasila, bukan
negara berbasis syariat!.” Padahal keduanya, pancasila dan nilai-nilai agama bukanlah
sesuatu untuk dipertentangkan.
Sekian tips dan trik umum wawancara LPDP menurut saya. Semoga bermanfaat.
Perlu diketahui juga, saya bukan seorang ahli dalam wawancara dan ini adalah satu-
satunya wawancara resmi yang pernah saya lalui dalam hidup saya. Jadi ini murni asumsi
pribadi saya mengenai apa yang saya rasa membuat sebuah wawancara bisa mendapatkan
nilai yang tinggi. Mudah-mudahan membantu bagi yang tertarik mengikuti wawancara LPDP
ke depannya.
http://maryam-qonita.blogspot.com/2018/12/pengalaman-wawancara-lpdp-2018.html
Teman-teman bisa bayangkan gak, pewawancara yang kalian hadapi itu mungkin
sudah menghadapi puluhan peserta atau mungkin ratusan. Jawaban-jawaban normatif pasti
diulang-diulang dalam setiap sesi wawancara dan itu membosankan. Jawaban normatif itu
artinya jawaban dikembalikan kepada etika/aturan/norma/nilai yang sudah diketahui secara
bersama. Seperti misalnya jika ditanya "Kenapa ingin melanjutkan sekolah S2 ke Inggris?"
Lalu kamu menjawab "Saya ingin meningkatkan skill, menambah pengetahuan dan
pengalaman, meningkatkan kebermanfaatan dsb.". Itu adalah jawaban normatif. Lebih baik
menjawab dengan detil dan spesifik, misalnya mengenai riset yang ingin ditempuh dan
kenapa universitas atau supervisor di universitas tersebut menjadi perfect match buat minat
riset kamu. Dan ya kenapa itu secara spesifik dapat berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.
Disini aku mau share sesuatu yang juga mungkin banyak diabaikan oleh peserta
LPDP saat wawancara, yaitu kurangnya data. Data itu sangat penting sebagai amunisi untuk
kalian wawancara. Memiliki data juga termasuk mencerminkan kecerdasan dan kesiapan
kamu sebagai calon penerima beasiswa LPDP. Misalnya apakah kamu tahu berita terbaru
mengenai kontroversi Perda Syariah (pertanyaan seputar nasionalisme), atau pertanyaan
mengenai kondisi bilateral hubungan Indonesia dengan negara tujuan (Indonesia dengan
Swedia misalnya). Jangan sampai ketika ditanya, kita tidak tahu apa berbagai pertanyaan
nasionalisme lainnya (organisasi separatisme, perda syariah, khilafah, komunisme, RUU
ormas dsb) atau tidak tahu hubungan Indonesia dengan negara tujuan misalnya, pertanyaan
seputar akademik seperti biaya studi, organisasi mahasiswa di kampus (islamic
centre/komunitas Indonesia), penelitian profesor yang kamu tuju, urgensi jurusanmu di
Indonesia dsb. Atau pertanyaan-pertanyaan umum mengenai LPDP, visi misi LPDP, empat
nilai LPDP, dsb. Amunisi-amunisi seperti ini harus disiapkan jauh-jauh hari, segera setelah
menyelesaikan tahap seleksi sebelumnya (Seleksi Berbasis Komputer).
Bias pewawancara itu sangat mungkin terjadi, khususnya di iklim politik saat artikel
ini ditulis dan saat si penulis melakukan wawancara. Jadi berusahalah untuk menjawab
sediplomatis dan seobjektif mungkin! Karena kamu tidak tahu si pewawancara berpihak pada
partai mana atau bahkan Paslon Presiden yang mana atau memiliki pandangan seperti apa 1
pada satu ideologi. Lanjut mengenai Perda Syariah, ya. Kalau saya ditanya apakah setuju atau
tidak dengan Perda Syariah, saya akan menjawab seperti ini:
Disini, kita jangan terjebak dengan pertanyaan setuju atau tidak setuju dengan perda
syariah. Melainkan memperlihatkan pengetahuan kita mengenai hal tersebut dan
memposisikan diri kita secara objektif. Ingat, jangan terlalu terjebak pada pragmatisme juga.
4. Jangan Baper.
Kalau bisa, ubah setiap pertanyaan sebagai ajang bagimu untuk semakin
menunjukkan kualifikasi dan kualitas diri. Misalnya, kemarin saya mendapatkan sindiran
Ini jawaban saya: “Karena feminis itu sendiri berbeda-beda pandangan tergantung
budaya, adat, pemahaman, dsb. Dan jika didudukkan secara ilmiah, setahu saya feminis itu
lahir dalam 4 gelombang. Gelombang pertama dan kedua adalah ketika di abad pertengahan,
feminisme banyak mengakhiri buta huruf di kalangan perempuan-perempuan Eropa dan juga
mengusung perempuan untuk juga aktif berpolitik. Tapi mungkin definisi feminisme yang
sekarang implementasinya sudah bercampur dengan nilai liberalisme dan kebebasan, yang
seringkali bertentangan dengan syariat dengan agama yang saya yakini yaitu Islam. Saya
hanya menolak sesuatu yang bertentangan dengan syariat Islam, tidak mendefinisikan segala
sesuatu yang bertentangan itu sebagai feminisme secara keseluruhan." Lalu pewawancara
yang tadi menyindir saya mengangguk-angguk.
Misalnya, ketika saya ditanya apakah saya yakin saya akan sukses dan siap dengan
3
dunia penelitian dan publikasi. Saya tidak menjawab, "Ya bu, saya yakin" begitu saja. Tapi
saya menjelaskan lebih jauh, "Ya bu, saya yakin. Meskipun saya masih lulusan S1, namun
saya sudah cukup familiar dengan dunia penelitian dan publikasi, seperti H-Index, APC,
Saya bergabung dalam grup LPDP LN di telegram, dan sebagian besar peserta banyak
mengeluhkan diri mereka yang menjawab terlalu panjang lalu si pewawancara malah terartik
pada aspek yang tidak dikuasai si peserta. Selanjutnya, hal itu malah berusaha digali terus
oleh si pewawancara sampai akhir dan peserta terjebak jadi pada 'titik bahaya'. Akhirnya
peserta yang lain berkata, "Kalau gitu tips LPDP jawab pendek-pendek aja...". Sekali lagi
karena tulisan ini asumsi saya saja, menurut saya lebih baik jika menjawab panjang, detil, dan
komprehensif tapi mengetahui apa yang dibicarakan. Karena kalau saya sendiri jadi
pewawancara, saya pasti bosan banget kalau tidak bisa menggali peserta lebih jauh untuk
tahu kualifikasi mereka yang sebenarnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, kuasai' titik bahaya' mu apa saja, buat list semua
pertanyaan yang mungkin muncul namun kamu tidak siap untuk jawab, dan persiapakan
jawaban untuk hal-hal tersebut. Dua hari sebelum wawancara, titik bahaya saya adalah faktor
akademik, "Kenapa harus melanjutkan sekolah ke LN dan bukan DN, kenapa harus NYU,
kalau Psikologi kan lebih relevan belajar di Indonesia, apa urgensinya belajar di NYU untuk
diterapkan di Indonesia dsb." Jadi hal itu saya pelajari habis-habisan, saya melakukan riset,
menggali lebih jauh, sampai saya menemukan jawaban yang saya cari.
Saya merasa kalimat ini mujarab sekali dan penting untuk dikatakan. "Baiklah, Pak
Bu... Sebelumnya saya memahami bahwa penerima beasiswa ini akan menggunakan
uang pajak yang dibayarkan oleh rakyat demi melanjutkan studi lebih tinggi.
Bagaimanpun saya akan berusaha untuk dapat mengembalikan nilai tambah dari
beasiswa yang diberikan LPDP untuk saya kembalikan kepada masyarakat Indonesia.”
Kalimat ini menyiratkan bahwa kalian tidak hanya ada di posisi pelamar beasiswa,
namun kalian juga memahami berada di posisi si pewawancara. Bayangkan, si pewawancara 4
akan memberikan kalian uang banyak, miliaran rupiah, dan tentunya ssebaiknya kalian bisa
mengerti ada di posisi mereka. Cobalah katakan "Saya mengerti/memahami bahwa ini akan
Sehari sebelum saya wawancara LPDP, seorang awardee LPDP DN yang juga kakak
kelas saya berkata. "Tahu gak Mar, kalau pewawancara nanya banyak banget tentang
aktivitas sosial kamu, itu artinya kamu bakalan lulus. Percaya deh." Dan memang benar sih,
pewawancara kebetulan bertanya banyak sekali tentang aktivitas sosial yang kulakukan untuk
bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan keluarga berencana. Jadi teman-
teman bisa memperkaya aktivitas dari sekarang atau mencoba menuliskan kontribusi sosial
yang dilakukan dalam esai dan CV.
http://maryam-qonita.blogspot.com/2018/12/pengalaman-wawancara-lpdp-2018.html
http://maryam-qonita.blogspot.com/2018/12/contoh-esai-lpdp-2018-saya.html
Bagaimana jika tidak memiliki banyak kontribusi sosial dan organisasi (non-
akademik)? Kalau begitu amunisinya ada pada aspek akademik, seperti penelitian, publikasi,
prestasi dsb. Maka aspek itu yang perlu ditonjolkan dan dipersiapkan! Tapi jika memiliki
lebih banyak amunisi (akademik dan non-akademik) itu akan jauh lebih baik lagi.
Ini mungkin untuk teman-teman Muslim ya. Biasanya kita berdoa untuk diri kita
sendiri, agar kita pribadi lulus dan lain sebagainya. Kalau saya justru lebih banyak
5
mendoakan si pewawancaranya, hehe. Saya berdoa agar jika ada kebaikan yang ada di dalam
diri saya, kebaikan itu dapat dikirimkan kepada pewawancara saya. Sehingga mereka
nantinya akan mengembalikan kebaikan itu berupa hasil wawancara yang baik juga. Ustadz
Sekian tips dari saya bagaimana bisa mendapatkan nilai wawancara LPDP nyaris
sempurna. Hehe. Tentunya banyak sekali tips-tips lain yang lebih mendasar, seperti
berpakaian rapih, menjawab dengan tutur kata yang sopan, bahasa tubuh yang baik, tapi
tulisan itu sudah pernah saya tulis di artikel saya sebelumnya di blog yang bisa dikunjungi di:
Tips Wawancara LPDP: http://maryam-qonita.blogspot.com/2019/01/tips-wawancara-lpdp-
2018.html
LoA unconditional atau LoA tak bersyarat adalah sebua LoA yang menunjukkan
bahwa kamu sudah resmi menjadi mahasiswa di kampus tersebut dan kamu sudah memenuhi
semua persyaratan yang dibutuhkan. Kamu hanya menunggu waktu saja untuk masuk saja.
Sedangkan, LoA bersyarat adalah LoA yang menyatakan bahwa kamu diterima di universitas
tersebut, namun masih ada syarat yang belum kamu penuhi seperti sertifikat bahasa.
Buka website universitas yang dituju, lalu cari bagian informasi yang menyediakan
informasi tentang jurusan. Pilih jurusan yang diminati. Biasanya nama jurusan, sekolah,
departmen atau nama program berbeda-beda setiap kampus, ada yang menuliskannya sebagai
„department‟, ada yang menuliskannya „study‟ ada pula yang menuliskannya „degree‟ atau
„schools.
Dalam materi ini saya memberi contoh teman-teman apply Master of Education di
Harvard University. Berikut adalah halaman utama situs Harvard University:
https://www.harvard.edu/
Setelah itu cari bagian berlabel/bertuliskan „admission‟. Atau bisa juga mengklik
admission terlebih dahulu, dan lalu mengklik fakultas atau departmeen yang dituju. Karena
biasanya satu link saling terhubung satu sama lain secara dua arah. Tapi di sini saya klik
Education dulu.
Di setiap website universitas umunya ada sesi berlabel “Admission”, artinya semua
hal tentang melamar ke universitas tersedia disini. Bila tidak menemukan informasi tentang
persyaratan dan waktu pendaftaran di bagian jurusan, bisa cek dibagian admission. Waktu
pembukaan lamaran dan jadwal mulai kuliah bisa tersedia di bagian admission. Terkadang
nama labelnya bukan admission, bisa juga namanya „apply‟.
Kalau di situs Graduate School of Arts and Science, namanya Admission. Jadi
kosakata ini fleksibel saja teman-teman, selama memiliki makna yang sama alias untuk
sama-sama daftar kampusnya.
Tapi kalau saya lebih suka cara cepat, yaitu menulis di google: harvard university
graduate school of education admissions. Jadi urutannya di google, tulis nama kampusnya
dulu_nama fakultas atau departemen yang dituju_dan tulis admissions setelah itu.
Jika teman-teman sudah siap untuk apply, bisa klik langsung *apply now*. Karena disitu
akan langsung diminta untuk membuat akun pendaftar baru. Tentu tidak harus diisi dalam
sekali, bisa disimpan dulu sebagai draft sampai semua persyaratan dan dokumen terpenuhi.
Untuk Master of Education Harvard University sendiri, berikut persyaratan yang diminta:
Sebagian besar kampus Amerika tidak jauh berbeda persyaratannya. Meski ada yang
minta dua esai, satunya personal history statement, dan satunya academic motivation letter.
Itu akan dibahas di sesi selanjutnya.
Untuk mengikuti GRE, teman-teman perlu inisiatif mandiri mengambil tes ini di:
https://mygre.ets.or Sama seperti IELTS dan TOEFL, harus ambil tesnya secara mandiri.
Setelah membuat akun di situs tersebut, masukan negara, masukkan kota pilihan (biasanya
Jakarta) dan nanti diberikan jadwal tes GRE dalam beberapa waktu ke depan.
Semua persyaratan dokumen telah terpenuhi, sudah siap untuk langsung mendaftar
kampusnya, tinggal lengkapi data diri, mengisi lengkap formulir pendaftaran, mengunggah
semua dokumen persyaratan, menyetujui peraturan yang berlaku, dan klik *SUBMIT*.
Tunggu hingga masa review aplikasi selesai, dantunggu email masuk terkait
keputusan penerimaan teman-teman. Biasanya khusus untuk US, email masuk tidak
langsung menyatakan diterima atau ditolak, melainkan bertuliskan bahwa keputusan
penerimaan sudah dapat dilihat di website.
Dan berikut ini kemarin aku dapat dari NYU. Ini masih LoA conditional, dan LoA
berubah menjadi unconditional jika aku membayar enrollment deposit 250 USD dan
mengirim transkrip nilai S1 ke kampusku. Waktu itu aku masih di Indonesia, jadi
menggunakan jasa DHL mengirimkan dokumen tersebut. Seharga 700 ribu rupiah untuk
0.5kg.
Prosedur ini singkat namun tidak bisa dipahami dan diselesaikan sekali duduk. Perlu
kesabaran mempelajari persyaratan yang diminta, melengkapinya, sampai mengirimkan
aplikasi ke universitas. Jika masih bingung, bisa langsung kirimkan e-mail ke contact person
jurusan yang diminati.
Penting buat kamu untuk jujur tentang diri kamu sendiri dan menuliskan apa-apa yang
juri penerimaan universitas perlu tahu tentang kamu. Yang mana, mungkin tulisan itu tidak
cocok untuk CV, transkrip atau resume.
Dan yang paling penting, dalam personal statement, kamu punya ruang untuk lebih
kreatif. Bisa mencoba mencari perhatian juri dengan permulaan yang menarik, cerita dalam
hidup, quote dari penulis atau filsuf favorit. Mulai dari ide yang membuat mereka akan terus
membaca. Dan jadilah ekspresif!
- Kenapa kamu mendaftar di jurusan ini? Kenapa ini menjadi waktu yang tepat bagi
kamu untuk mendaftar?
- Apa yang kamu harapkan di masa depan (tujuan karir) dan bagaimana itu bisa
berhubungan dengan gelar kamu nantinya.
- Apa minat spesifik dalam mata kuliah yang ada dalam jurusan ini? Apakah ada
bidang khusus yang menjadi minat penelitian ke depannya?
8
- Apa yang begitu istimewa dari program yang kamu daftarkan diri tersebut. Apa yang
mereka tawarkan kepadamu? Tunjukkan kalau kamu memang sudah berpikir matang-
- Apa yang menjadikan kandidat sempurna untuk progam ini? Dan dari sini kamu juga
bisa menjelaskan sedikit tentang dirimu sendiri, pengalaman, dan kemampuan yang
membentukmu sebagai pelajar seperti saat ini.
1. Fokuskan pada kajian studi yang kamu minati, makin spesifik makin baik. Misalnya, jika
ingin belajar Psikologi Sosial, jangan menuliskan psikologi sosial secara global, bisa
menuliskan tentang diskriminasi gender ataupun penelitian tentang stereotype.
2. Carilah informasi mengenai kajian studi yang dilakukan di profesor di kampus tujuan yang
sesuai dengan penelitian kamu. Sehingga memperlihatkan bahwa kamu memiliki konsentrasi
dan minat yang sama dengan profesor kampus tersebut.
3. Kaitkan minat studi dengan sumbangsih ke depannya dan pengalaman sebelumnya. Secara
spesifik ya.
4. Jangan menuliskan informasi normatif yang kemungkinan juri akan bosan membacanya dan
itu tidak mencerminkan intelektualitas kamu.
5. Meski hanya selembar atau dua lembar, tulislah study objective setidaknya paling sedikit 3
bulan. Karena kamu perlu meminta banyak revisi, masukan, menelaah, dsb demi hasil akhir
yang baik. Jangan menyelesaikan ini dalam sekali duduk.
6. Mintalah teman, dosen, rekan yang pandai berbahasa Inggris untuk merevisi.
7. Jangan mengulang informasi yang sudah ada sebelumnya, entah di CV, personal statement
ataupun di study objective ini sendiri.
4. Tidak bertele-tele.
1. Ketahuilah bahwa personal statement harus berisi pesan positif tentang dirikita.
Gunakan bahasa yang menunjukkan keunikan pribadi dan rasa antusias terhadap
kesempatan kuliah di perguruan tinggi tersebut.
3. Jangan menyertakan informasi yang jauh tidak relevan. Meskipun kamu punya ruang
untuk menuliskan banyak hal unik tentang diri kamu dan pengalaman hidup kamu,
kampus sebenarnya ingin mencari tahu bagaimana hal itu membentuk diri kamu dan
bagaimana itu akan berdampak pada studi. Jika tidak terlalu berdampak pada studi
dan perkembangan karir maupun akademik, sebaiknya tidak terlalu perlu disertakan.
4. Jangan menulis ulang informasi yang ada di study objective. Keduanya harus saling
melengkapi.
3. Mampu menarik pembaca dari pembukaan pertama agar membaca hingga akhir.
10