A. STEP 1
Kata-kata sulit :
1. Pain ( rasa sakit ) : Perasaan sedih, menderita/agoni disebabkan oleh rangsangan pada
ujung-ujung syaraf khusus. ( Kamus Saku Kedokteran Dorland ).
2. Hand ( tangan ) : Anggota badan lengan bawah, terdiri dari carpus, metacarpus dan
jari-jari tangan. ( Kamus saku kedokteran dorland ).
B. STEP 2
C. STEP 3
1
Inversi dengan elevasi/eversi
Sedangkan jika dilihat dari segi cara kerjanya dibagi dua yaitu ;
Sadar : Terdapat pada otot lurik, menempel pada rangka.
Tidak sadar : Terdapat pada otot polos dan jantung, di jantung dan alat-alat
pencernaan.
2
Berdasarkan lapisannya ada empat tulang :
1. Periosteon
2. Tulang kompak
3. Spongiose
4. Sumsum tulang belakang
Struktur otot :
1. Tendon
2. Epimisium
3. Endomisium
4. Darah
5. Perimisium
6. Vesikel
7. Muscle fiber : terdiri dari beberapa filamen yaitu :
a. Halus yaitu serabut aktin
b. Kasar yaitu Serabut meiosin
Yang kedua filamen ini nantinya akan membentuk jembatan silang ( crossbridge )
dan akan membentuk sarkomer yang terdapat bagian gelap dan terang akibat dari
filamen.
5. Karena untuk berkontraksi otot membutuhkan glukosa, fosfokreatin, dan glikogen
untuk membentuk ATP, ADP dan AMP. Pada skenario ini terjadi respirasi aerob yang
dimana didapat hasil sampingan penimbunan asam laktat dari proses metabolisme
yang kekurangan oksigen disertai hard practice yang menimbulkan rasa nyeri pada
kaki dan tangan si tokoh.
6. Mekanisme dari konstraksi otot :
Dipengaruhi oleh rangsangan, kemudian dari rangsangan tersebut dapat
mempengaruhi miofibril, selain itu dapat menyebabkan terbukanya
lubang/canal sehingga natrium dapat keluar dari membran dan kalsium
dapat masuk ke dalam membran kemudian tejadilah kontraksi.
Rangsangan yang dapat menggerakkan canal disebut dengan potensi aksi
yang dimana dibagi dua tahap yaitu :
Tahap Istirahat
Tahap Depolarisasi
Terjadi proses aktomiosin yaitu jembatan silang antara aktin dan miosin.
3
c. Diartrosis
Hubungan tulang dengan otot
a. Origo
b. Inersi
8. Jenis-jenis tulang dapat dibagi menurut segi
Bentuk :
a.Oss Long
b. Oss Grafia
c.Oss Klana
d. Oss pneumatika
e.Oss iregularia
f. Oss Sessamoidea
Struktur :
a. Kompakta
b. Spongiosa
c. Sumsum tulang
Makro/umum
a. Tulang ( Bone )
b. Tulang Rawan ( kartilago )
Jenis-jenis otot terbagi tiga :
a. Otot polos
b. Otot jantung
c. Otot lurik
Jenis-jenis sensi :
a. Pelana
b. Peluru
c. Engsel
d. Putar
e. Luncur
f. Kondiloid
D. STEP 4
4
Adduksi : Menggerakkan ke arah bidang median dalam bidang median
dalam bidang koronal.
Pada jari-jari tangan dan jari-jari kaki abduksi merentangkannya terpisah
dan dengan adduksi dimaksudkan mempersatukannya.
d. Inversi : Memutarkan telapak kaki ke dalam ( medial ).
Eversi : Memutarkan telapak kaki ke luar ( latelar ).
Sedangkan jika dilihat dari segi cara kerjanya dibagi dua yaitu ;
a. Sadar
b. Tidak sadar
2. Beberapa fungsi dari otot adalah ;
a. Untuk menggerakkan rangka ( alat gerak aktif ), khususnya untuk otot
lurik.
b. Untuk memompa jantung, khususnya untuk otot jantung.
c. Memindahkan zat/kontraksi organ, contohnya memasukkan makanan dari
tenggorokan ke lambung.
d. Mengatur aliran pembuluh darah, pada otot polos.
e. Respirasi, mekanisme aktif pada saat inspirasi dan mekanisme pasif pada
saat ekspirasi.
f. Produksi panas tubuh
3. Fungsi dari tulang antara lain ;
Sebagai pelindung organ vital
Pembentuk darah
Sebagai penopang tubuh
Mendasari gerak secara mekanik
Menimbun mineral
Sebagai alat gerak pasif
Kaitan sebagai alat gerak pasif yaitu saat otot berkontraksi menyebabkan tulang
bergerak mengikuti arah yang diinginkan.Otot melekat sehingga terdapat origo
dan insersi sehingga ada timbal balik yang menimbulkan gerak pada rangka.
Jika dibagi secara umum dan khusus, fungsi tulang adalah :
Fungsi tulang secara umum terbagi empat :
Fungsi mekanik
Fungsi proteksi
Fungsi metabolik
Fungsi hemopetik
Fungsi tulang secara khusus antara lain :
Faktor yang dapat menimbulkan nada pada suara
Pada email gigi sebagi pelindung gigi
Pada tulang telinga kecil untuk mengumpulkan gelombang suara
Pada tulang panggul untuk membantu persalinan pada wanita
4. Struktur dari tulang adalah :
Secara makro ;
Matriks 70% ( tulang matang )
5
Organik 30% :
1. Sel 2% :
a. Osteoblas : Penyusun matriks tulang.
b. Osteoklas : Menyerap osteod/absorpsi bahan matriks tulang.
c. Osteosit : Mempertahankan matriks tulang.
d. Osteoid : Tulang muda yang mengandung sedikit mineral.
2. Esteoid 98%
Secara mikro :
Havers
Camela
Lakuna
Kanalikuli
Berdasarkan lapisannya ada empat tulang :
1. Periosteon : Berfungsi untuk memberikan
nutrisipada tulang beserta jaringan otot yang melekat pada tulang.
Strukturnya terdiri dari beberapa macam jaringan dan pembuluh darah
( osteoblas, jaringan ikat, dan pembuluh darah ) dan tempat melekatnya
jaringan otot pada tulang.
2. Tulang kompak : Strukturnya halus, terdapat
rongga yang mengandung zat kapur sehingga tampakkeras.
3. Spongiose : Berbentuk rongga-rongga terdapat
sumsum merah yang berfungsi untuk memproduksi sel darah merah.
4. Sumsum tulang belakang : Mengandung gel-gel
kental berfungsi untuk membentuk sel-sel darah.
Struktur otot :
Otot lurik/rangka, seperti tumpukkan serabut yang terdiri dari ribuan miofibril.
Strukturnya terdiri dari :
a. Tendon
b. Epimisium
c. Endomisium
d. Darah
e. Perimisium
f. Vesikel
g. Muscle fiber : terdiri dari beberapa filamen yaitu :
Halus yaitu serabut aktin
Kasar yaitu Serabut meiosin, pada bagian tonjolan disebut jembatan
silang.
Yang kedua filamen ini nantinya akan membentuk jembatan silang
( crossbridge ) dan akan membentuk sarkomer yang terdapat bagian gelap dan
6
terang akibat dari filamen. Pada aktin dan miosin ini pula dapat menyebabkan
terjadinya mekanisme kontraksi otot.
Otot Polos :
1. Unit tunggal : Terdiri satu unit sepeeti benang
2. Multi unit : Otot polos seperti tumpukkan
benang.
Struktur sendi :
1. Sendi sinovial terdiri dari tulang-kapsul sinovial.
2. Sendi fobral terdiri dari tulang –jaringan ikat.
3. Sendi Kondrial teerdiri dari tulang-tlang rawa hialin.
7
miosin maka kepala dari miosin akan kembali lagi ke bentuk semula/meluruskan
kembali. Atau sebagiannya lain menyatakan bahwa pada saat proses aktomiosin
terjadi lipatan-lipatan antara aktin dan miosin yang menimbulkan kontraksi jika
filamen-filamennya memendek dan tumpang tindih. Jika relaksasi filamen-filamen
tersebut akan kembali ke posisi semula.
2. Hubungan tulang dengan tulang disebut dengan artikulasi tersiri dari :
a. Sinartrosis adalah hubungan antartulang
yang tidak memiliki celah sendi, yang terbagi dua :
Suture : hubungan antar tulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat
serabut padat, contohnya : tengkorak.
Sinkondrosis : hubungan antartulang
yang dihubungkan oleh kartilago hialin, contohnya hubungan antara epifisis
dan diafisis pada tulang dewasa.
b. Amfiartrosis adalah sendi yang dihubungkan
oleh kartilago sehingga memungkinkan untuk sedikit gerakan., yang
terbagi dua :
Simfisis : Sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut yang pipih.
Contohnya pada tulang kemaluan dan sendi antartulang belakang.
Sindersfosis : sendi dihubungkan oleh jaringa ikat serabut dan ligamen.
Contohnya tulang keing dan sendi antaratulang betis.
c. Diartrosis adalah hubungan antartulang yang
kedua ujungnya tidak dihubungkan oleh jaringan sehingga tulang dapat
digerakkan.
Hubungan tulang dengan otot
a. Origo adalah tempat pelekatan otot yang statis.
b. Inersi adalah tempat pelekatan otot yang dinamis.
3. Jenis-jenis tulang dapat dibagi menurut segi
Bentuk :
a. Oss Long ( panjang )
b. Oss Grafia ( pendek )
c. Oss Klana ( gepeng )
d. Oss pneumatika
e. Oss iregularia
f. Oss Sessamoidea
Struktur :
a. Kompakta
b. Spongiosa
c. Sumsum tulang
Makro/umum
8
a. Tulang ( Bone )
b. Tulang Rawan ( kartilago )
Jenis-jenis otot terbagi tiga :
a. Otot polos
b. Otot jantung
c. Otot lurik
Jenis-jenis sendi :
1. Sendi sinovial
a. Pelana
b. Peluru
c. Engsel
d. Putar
e. Luncur
f. Kondiloid
2. Sendi fobral
3. Sendi Kondrial
E. STEP 5
Learning Objective
1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam kerja otot !
2. Jelaskan mengenai mekanisme metabolisme aerob dan anaerob !
3. Paparkan dan jabarkan mengenai mekanisme ekstensi dan kontraksi otot !
4. Apa penggunaan fosfokreatun dalam metabolisme dengan kontraksi otot ?
5. Bagaimana struktur mikro untuk otot dan sendi !
6. Bagaimanakah dan jelaskan mekanisme neuromuscular junction !
F. STEP 6
www.waukesha.uwc.edu/.../diagrams2.html
9
www.answers.com/topic/osteon
homepage.mac.com/.../bonefiles/bonestruct.htm
www.amyrdhstudents.com/amys_class_notes.html
G. STEP 7
10
2.
11
12
Pada tahap di atas dapat memudahkan dalam pemahaman tentang aerobic respiration
sebagai penghasilnergi dalam mekanisme kerja otot. Pada dasarnya ATP terbanyak diperoleh
melalui proses aerobic. Kondisi aerobic dapat berlangsung dengan kebutuhan oksigen yang
cukup dalam tubuh. Tahapan aerobic dalam sel terjadi dalam empat tahapan dasar yaitu
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transport electron. Dalam proses secara
bertahap itu dihasilkan ATP (Adenosin Tri Phosphate) dengan hasil sampingan seperti
NADH, FADH, CO2, dan H2O.
Kemudian yang lebih ditekankan di sini adalah proses pembentukan asam laktat sebagai
sumber dari rasa nyeri yang terjadi dalam kasus scenario. Asam Laktat merupakan racun
13
dalam tubuh yang tersimpan dalam cairan synovial saat tubuh menggunakan proses
fermentasi dalam mencapai kebutuhan ATP.
Fermantasi ada dua yaitu fermentasi asam laktat dan fermentasi alcohol. Fermentasi
alcohol terjadi pada sel ragi, sedangkan fermentasi asam laktat terjadi pada hewan dan
manusia. Fermentasi asam laktat seperti perombakan kreatinin pospat, menghasilkan ATP
tanpa menggunakan oksigen. Fermentasi asam laktat terjadi saat akhir tahapan glikolisis.
Jika, pada akhir glikolisis tidak cukup oksigen maka tahapan tidak dilanjutkan ke
dekarboksilasi oksidatif tapi masuk ke proses fermentasi. Asam piruvat dari hasil akhir
glikolisis akan masuk ke tahap fermentasi asam laktat. Kemudian asam piruvat akan berubah
menjadi asam laktat dengan dihasilkan 2 ATP dan H2O.
Akumulasi dari laktat dalam serabut otot membuat kondisi sitoplasma menjadi asam
sehingga enzim tidak dapat berfungsi dengan baik. Jika fermentasi berlanjut lebih lagi dari
dua atau tiga menit maka akan terjadi kejang dan letih. Saat kondisi oksigen deficit maka
akan terlihat mekanisme bernapas yang dalam untuk mengimbangi agar penggunaan
fermentasi asam laktat sebagai penghasil ATP tidak berlangsung lama.
3. Mekanisme ekstensi :
a. Terjadi potensial aksidi membran presinaps
b. Saluran bergerbang untuk kalsium terbuka
c. Transmitter asetilkolin dilepaskan dari vesikel.
d. Transmitter berikatan dengan reseptor di membran postsinaps
e. Mempengaruhi kondisi ionik tubuh
f. Natrium menimbulkan terjadinya depolarisasi
Mekanisme kontraksi :
a. Kalsium berikatan dengan troponin yang menyebabkan kompleks troponin
tropomiosin terbuka
b. Kepala, crossbridge akan tertarik oleh bagian aktif dan filamin aktin
c. Kepala crossbridge melekat pada filamen aktin
d. Terjadi power stroke
e. Kepala miosin terlepas kembali ke posisi tegak lurus dan berikatan dengan filamen
aktin lainnya, kemudian terjadi power stroke berikutnya.
Mekanisme Kontraksi Otot
Setelah struktur otot dan komponen-komponen penyusunnya ditinjau, mekanisme atau
interaksi antar komponen-komponen itu akan dapat menjelaskan proses kontraksi otot.
a. Filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses kontraksi
14
Menurut fakta, kita telah mengetahui bahwa panjang otot yang terkontraksi akan lebih
pendek daripada panjang awalnya saat otot sedang rileks. Pemendekan ini rata-rata sekitar
sepertiga panjang awal. Melalui mikrograf elektron, pemendekan ini dapat dilihat sebagai
konsekuensi dari pemendekan sarkomer. Sebenarnya, pada saat pemendekan berlangsung,
panjang filament tebal dan tipis tetap dan tak berubah (dengan melihat tetapnya lebar lurik A
dan jarak disk Z sampai ujung daerah H tetangga) namun lurik I dan daerah H mengalami
reduksi yang sama besarnya. Berdasar pengamatan ini, Hugh Huxley, Jean Hanson, Andrew
Huxley dan R.Niedergerke pada tahun 1954 menyarankan model pergeseran filamen
(=filament-sliding). Model ini mengatakan bahwa gaya kontraksi otot itu dihasilkan oleh
suatu proses yang membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar
sesamanya.
b. Aktin merangsang Aktivitas ATPase Miosin
Model pergeseran filamen tadi hanya menjelaskan mekanika kontraksinya dan bukan
asal-usul gaya kontraktil. Pada tahun 1940, Szent- Gyorgi kembali menunjukkan mekanisme
kontraksi. Pencampuran larutan aktin dan miosin untuk membentuk kom-pleks bernama
Aktomiosin ternyata disertai oleh peningkatan kekentalan larutan yang cukup besar.
Kekentalan ini dapat dikurangi dengan menambahkan ATP ke dalam larutan aktomiosin.
Maka dari itu, ATP mengurangi daya tarik atau afinitas miosin terhadap aktin. Selanjutnya,
untuk dapat mendapatkan penjelasan lebih tentang peranan ATP dalam proses kontraksi itu,
kita memerlukan studi kinetika kimia. Daya kerja ATPase miosin yang terisolasi ialah sebesar
0.05 per detiknya. Daya kerja sebesar itu ternyata jauh lebih kecil dari daya kerja ATPase
miosin yang berada dalam otot yang berkontraksi. Bagaimanapun juga, secara paradoks,
adanya aktin (dalam otot) meningkatkan laju hidrolisis ATP miosin menjadi sekitar 10 per
detiknya. Karena aktin menyebabkan peningkatan atau peng-akti-vasian miosin inilah,
muncullah sebutan aktin..
Selanjutnya, Edwin Taylor mengemukakan sebuah model hidrolisis ATP yang
dimediasi /ditengahi oleh aktomiosin. Pada tahap pertama, ATP terikat pada bagian myosin
dari aktomiosin dan menghasilkandisosiasi aktin dan miosin. Miosin yang merupakan produk
proses ini memiliki ikatan dengan ATP. Selanjutnya, pada tahap kedua, ATP yang terikat
dengan myosin tadi terhidrolisis dengan cepat membentuk kompleks miosin- ADP-Pi.
15
Kompleks tersebut yang kemudian berikatan dengan Aktin pada tahap ketiga. Pada tahap
keempat yang merupakan tahap
untuk relaksasi konformasional, kompleks aktin-miosin-ADP-Pi tadi secara tahap demi
tahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP sehingga kompleks yang tersisa hanyalah
kompleks Aktin-Miosin yang siap untuk siklus hidrolisis ATP selanjutnya. Akhirnya dapat
disimpulkan bahwa proses terkait dan terlepasnya aktin yang diatur oleh ATP tersebut
menghasilkan gaya vektorial untuk kontraksi otot.
c. Model untuk interaksi Aktin dan Miosin berdasar strukturnya
Rayment, Holden, dan Ronald Milligan telah memformulasikan suatu model yang
dinamakan kompleks rigor terhadap kepala S1 miosin dan FaktinMereka mengamati
kompleks tersebut melalui mikroskopi elektron. Daerah yang mirip bola pada S1 itu
berikatan secara tangensial pada filament aktin pada sudut 45o terhadap sumbu filamen.
Sementara itu, ekor S1 mengarah sejajar sumbu filamen. Relasi kepala S1 miosin itu
nampaknya berinteraksi dengan aktin melalui pasangan ion yang melibatkan beberapa residu
Lisin dari miosin dan beberapa residu asam Aspartik dan asam Glutamik dari aktin.
d. Kepala-kepala Miosin “berjalan” sepanjang filamen-filamen aktin
Hidrolisis ATP dapat dikaitkan dengan model pergeseran-filamen. Pada mulanya, kita
mengasumsikan jika cross-bridges miosin memiliki letak yang konstan tanpa berpindah-
pindah, maka model ini tak dapat dibenarkan. Sebaliknya, cross-bridges itu harus
berulangkali terputus dan terkait kembali pada posisi lain namun masih di daerah sepanjang
filamen dengan arah menuju disk Z. Melalui pengamatan dengan sinar X terhadap struktur
filamen dan kondisinya saat proses hidrolisis terjadi, Rayment, Holden, dan Milligan
mengeluarkan postulat bahwa tertutupnya celah aktin akibat rangsangan (berupa ejeksi ADP)
itu berperan besar untuk sebuah perubahan konformasional (yang menghasilkan hentakan
daya miosin) dalam siklus kontraksi otot. Postulat ini selanjutnya mengarah pada model
“perahu dayung” untuk siklus kontraktil yang telah banyak diterima berbagai pihak. Pada
mulanya, ATP muncul dan mengikatkan diri pada kepala miosin S1 sehingga celah aktin
terbuka. Sebagai akibatnya, kepala S1 melepaskan ikatannya pada aktin. Pada tahap kedua,
celah aktin akan menutup kembali bersamaan dengan proses hidrolisis ATP yang
menyebabkan tegaknya posisi kepala S1. Posisi tegak itu merupakan keadaan molekul
dengan energi tinggi (jelas-jelas memerlukan energi). Pada tahap ketiga, kepala S1
16
mengikatkan diri dengan lemah pada suatu monomer aktin yang posisinya lebih dekat dengan
disk Z dibandingkan dengan monomer aktin sebelumnya. Pada tahap keempat, Kepala S1
melepaskan Pi yang mengakibatkan tertutupnya celah aktin sehingga afinitas kepala S1
terhadap aktin membesar. Keadaan itu disebut keadaan transien. Selanjutnya, pada tahap
kelima, hentakan-daya terjadi dan suatu geseran konformasional yang turut menarik ekor
kepala S1 tadi
terjadi sepanjang 60 Angstrom menuju disk Z. Lalu, pada tahap akhir, ADP dilepaskan
oleh kepala S1 dan siklus berlangsung lengkap.
17
menuju retikulum sarkoplasmik (SR). SR merupakan suatu sistem dari vesicles (saluran
yang mengandung air di dalamnya) yang pipih, bersifat membran, dan berasaldari
reticulum endoplasma. Sistem tersebut membungkus tiap-tiap miofibril hamper seperti
rajutan kain. Membran SR yang secara normal non-permeabel terhadap
Ca2+ itu mengandung sebuah transmembran Ca2+-ATPase yang memompa Ca2+
kedalam SR untuk mempertahankan konsentrasi [Ca2+] bagi otot rileks. Kemampuan SR
untuk dapat menyimpan Ca2+ ditingkatkan lagi oleh adanya protein yang bersifat amat
asam yaitu kalsequestrin (memiliki situs lebih dari 40 untuk berikatan dengan Ca2+).
Kedatangan impuls saraf membuat SR menjadi permeable terhadap Ca2+.Akibatnya, Ca2+
berdifusi melalui saluran-saluran Ca2+ khusus menuju interior miofibril, dan konsentrasi
internal [Ca2+] akan bertambah. Peningkatan konsentrasi Ca2+ ini cukup untuk memicu
perubahan konformasional dalam troponin dan tropomiosin. Akhirnya, kontraksi otot
terjadi dengan mekanisme “perahu dayung” tadi. Saat rangsangan saraf berakhir, membran
SR kembali menjadi impermeabel terhadap Ca2+ sehingga Ca2+ dalam myofibril akan
terpompa keluar menuju SR. Kemudian otot menjadi rileks seperti sediakala.
Otot Halus (Smooth Muscles)
Makhluk hidup vertebrata memiliki dua jenis otot selain otot lurik yaitu otot cardiac
( berhubungan dengan jantung) dan otot halus. Otot cardiac ternyata juga berlurik-lurik
sehingga mengindikasikan suatu persamaan antara otot cardiac dan otot lurik. Walaupun
begitu, otot skeletal (lurik) dan otot cardiac masih memiliki perbedaan antar sesamanya
terutama pada metabolismenya. Otot cardiac harus beroperasi secara kontinu sepanjang usia
hidup dan lebih banyak tergantung pada metabolisme secara aerobik. Otot cardiac juga secara
spontan dirangsang oleh otot jantung itu sendiri disbanding oleh rangsangan saraf eksternal
(=rangsangan volunter). Di samping itu, otot halus berperan dalam kontraksi yang lambat,
tahan lama, dan tanpa melalui rangsang eksternal seperti pada dinding usus, uterus,
pembuluh darah besar. Otot halus disini memiliki sifat yang sedikit berbeda dibanding otot
lurik. Otot halus atau sering dikatakan otot polos ini berbentuk seperti spindel, tersusun oleh
sel-sel berinti tunggal, dan tidak membentuk miofibril. Miosin dari otot halus (protein khusus
secara genetik) berbeda secara fungsional daripada miosin otot lurik dalam beberapa hal:
- Aktivitas maksimum ATPase hanya sekitar 10% dari otot lurik
- Berinteraksi dengan aktin hanya saat salah satu rantai ringannya terfosforilasi
18
- Membentuk filamen-filamen tebal dengan cross-bridges yang tak begitu teratur serta
tersebar di seluruh panjang filamen tebal
a. Kontraksi Otot Halus dipicu oleh Ca2+
Filamen-filamen tipis otot halus memang mengandung Aktin dan Tropomiosin namun tak
seberapa mengandung Troponin. Kontraksi otot halus tetap dipicu oleh Ca2+ karena miosin
rantai ringan kinase (=myosin light chain kinase / MLCK) secara enzimatik akan menjadi
aktif hanya jika Ca2+-kalmodulin hadir. MLCK merupakan sebuah enzim yang
memfosforilasi rantai ringan miosin sehingga menstimulasi terjadinya kontraksi otot halus.
Konsentrasi intraselular [Ca2+] bergantung pada permeabilitas membran plasma sel otot
halus terhadap Ca2+. Permeabilitas otot halus tersebut dipengaruhi oleh sistem saraf
involunter atau autonomik. Saat [Ca2+] meningkat, kontraksi otot halus dimulai. Saat [Ca2+]
menurun akibat pengaruh Ca2+- ATPase dari membran plasma, MLCK kemudian
dideaktivasi.Lalu, rantai ringan terdefosforilasi oleh miosin rantai ringan phosphatase dan
otot halus kembali rileks.
b. Aktivitas Otot Halus termodulasi secara Hormonal
Otot halus juga member tanggapan pada hormon seperti epinefrin. Pengaruh hormone
tersebut juga dapat dilihat pada gambar 12. Tahap-tahap kontraksi yang terjadi pada otot
halus ternyata lebih lambat daripada tahap-tahap yang terjadi untuk otot lurik. Jadi, struktur
dan pengaturan kontrol otot halus tepat dengan fungsi yang diembannya yaitu pengadaan
suatu gaya tegang selama rentang waktu cukup lama namun mengkonsumsi ATP dengan laju
konsumsi rendah.
19
Matriks tulang merupakan bagian dari tulang yang berbentuk mengapur. 50% dari berat
kering dari matriks merupakan materi anorganik. Kalsium dan fosfor sangat banyak,
namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalsium dan Natrium juga ada. Sedangkan sisanya
merupakan materi organic dengan 95% nya adalah kolagen tipe I dan substansi dasar
amorf.
B. Sel-sel Tulang
1. Osteoblas
Osteoblas memiliki fungsi untuk mensintesis komponen organic dari matriks tulang
sedangkan penambahan materi anorganik dari tulang tergantung dari adanya osteoblas
yang hidup. Biasanya osteoblas terletak pada permukaan jaringan tulang, berdampingan
seperti pada epitel selapis. Apabila osteoblas berperan aktif dalam pembuatan matriks mK
osteoblas memiliki bentuk kuboid hingga silindris, dengan sitoplasma basofil. Dan
apabila aktivitas mensintesis matriks telah berkurang maka osteoblas tersebut akan
menjadi gepeng, basofilia pada sitoplasmanya mengurang. Selain itu osteoblas memiliki
juluran sitoplasma yang bersentuhan dengan osteoblas yang berdekatan,juluran ini lebih
jelas bila sel itu mulai dikelilingi oleh matriksnya. Jika terkurung seluruhnya oleh matriks
yang baru dibentuk ini maka osteoblas itu disebut osteosit.
2. Osteosit
Berasal dari osteoblas,terdapat dalam Lakuna yang berada diantara lamel-lamel. Didalam
satu lacuna hanya ada satu osteosit. Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit yang
gepeng dan berbantuk kenari itu memiliki jauh lebih sedikit reticulum endoplasma kasar.
Selain itu kompleks golgi dan kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif
terlibat dalam mempertahankan matriks tulang. Matinya osteosit akan diikuti dengan
resorpsi dari matriks.
3. Osteoklas
Merupakan sel raksasa berinti banyak yang berperan pada resorpsi dan pembentukan
kembali jaringan tulang. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5 sampai 50 atau
lebih inti. Cabang-cabang selnya tidak teratur dan mempunyai berbagai bentuk dan
ukuran. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas raksasa tampak terletak dalam
lekukan yang terbantuk secra enzimatis dalam matriks yang disebut Lakuna Howship.
20
Karena osteoklas berasal dari penggabungan beberapa monosit darah, sehingga termasuk
bagian dari system fagosit mononukleus.
Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah mengapur ,
maka pertukaran antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada komunikasi seluler
melalui Kanalikuli, yaitu celah-celah silindris halus yang menembus matriks. Permukaan luar
dan dalam semua tulang dilapisi oleh lapisan jaringan yang mengandung sel osteogenik yaitu
Endosteum
SENDI
Sendi adalah tulang yang ditutupi dan dikelilingi oleh jaringan ikat yang menahan tulang dan
menentukan jenis dan derajat pergerakan
Struktur Sendi
- luar : dibentuk oleh jaringan ikat padat
21
- dalam : dibangun oleh sinovial yang dibentuk oleh komponen yang menyerupai fibroblas
dan komponen yang menyerupai makrofag
Permukaan Sendi Diartosis
-tidak memiliki perikondrium
-Awalnya serat kolagen tegak lurus kemudian melengkung, paralel terhadap permukaan
-kondrosit terletak di dalam ada yang berbentuk gepeng(superfisial) dan bulat.
Sendi merupakan bagian yang penting pada system gerak manusia karena sendi adalah
penghubung antar tulang. Secara garis besar struktur makro dari sendi hamper sama dengan
tulang yaitu dilapisan pda permukaan atas dari sendi merupakan tulang rawan dimana bagian
bawahnya terdapat Tulang kompak, spons, dan rongga sum-sum. Bagian struktur mikro yang
perlu diperhatikan dari sendi adalah bagian tulang rawan sendi dimana terdapat serat
kolagen-serat kolagen yang parallel dengan permukaan sendi dan tegak lurus dengan
permukaan sendi. Bagian lain dari sendi adalah rongga sendi yang terletak dibagian rengaah
dari telang-tulang sendi tersebut. Struktur milro dari rongga sendi tersebut adanya sel-sel
pelapis dan jaringan-jaringan ikat yang memanuhi rongga sendi. Selain itu, terdapat pula
jaringan pambuluh darah dan jaringan lemak didalamnya. Dan yang paling penting adalah
didalam rongga sendi tersebut terdapat cairan synovial yang memiliki fungsi sebagai pelumas
untuk memungkinkan pergerakan sendi.
OTOT
Otot Rangka/Lurik
-terdiri dari sel yang telah berdiferensiasi dan mengandung protein kontraktil.
-terdiri atas berkas sel multinuklear dan silindris yang sangat panjang dan bergaris melintang
22
-kebanyakn dari mesoderm, sel berdiferensiasi melalui proses pemanjangan dan sistesis
protein miofibril
Otot Polos
-sel berbentuk fusisormis yaitu bagian tepi yang lancip dan intinya terletak di tengah
-dibungkus oleh lamina basal
-dilain oleh serat retikuler
-miosin pada otot hanya berinteraksi dengan aktin hanya bila rantai ringannya mengalami
fosforilasi.
Otot Jantung
-memiliki anyaman erat
-terdiri dari sel mesoderm splaknik yang tersusun mirip rantai dan memiliki tautan yang
sering bercabang dua
-memiliki selubung halus jaringan ikat endominium
23
-berkas miofibrilnya tidak jelas
-bergranul
-inti terletak di pinnggir
OTOT JANTUNG SEL-SEL nya PERSIS DENGAN OTOT RANGKA/LURIK, NAMUN
BEKERJA SEPERTI OTOT POLOS
24
Biasanya pada setiap potensial aksi kira-kira 200 sampai 300 vesikel menjadi robek.
Seluruh rangkaian peristiwa ini terjadi dalm waktu kira-kira 5 milidetik.
e. Sesudah vesikel melepaskan asetilkolin, maka membran vesikel itu menjadi bagian dari
membran sel. Namun, jumlah vesikel yang tersedia di dalam ujung saraf itu hanya
cukup untuk mempermudah penghantaran sekitar 1000impuls saraf. Oleh karena itu
vesikel itu perlu ditarik kembali dari membran sel guna fungsi hubungan
neuromuscular yang berlanjut. Penarikan kembali dicapai melalui proses pinositosis.
Protein dari vesikel semula kan tertarik ke terowongan tadi dan dalam waktu kira-kira
20 detik protein kontraktil tadi akan berkontraksi dan menyebabkan terowongan tadi
melepaskan diri dalam membran, dan membentuk vesikel baru. Dalam waktu beberapa
detik kemudian akan diangkut asetilkolin ke dlam vesikel ini, dan selanjutnya
asetilkolin ini siap untuk ikut dalam siklus pelepasan asetilkolin yang baru.
25