Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAWATAN BAYI KUNING DI RUMAH

OLEH:
AUDREY GRACELIA RIWU 30190119084
CICILIA SRI S 30190119141
DEO KUMALA DEWA 30190119147
INJILINA L. J. PATTINASARANY 30190119086
STEFANI A. SUCIATI 30190119139
VERONIKA D. P. WIBOWO 30190119101

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Perawatan Bayi Baru Lahir


Sub Pokok Bahasan : Perawatan Bayi Kuning di Rumah
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : Ruang Perinatalogi Level 2 RS Borromeus Bandung
Hari/Tanggal : Kamis, 7 November 2019
Waktu : 25 Menit
Pelaksana : Kelompok Perina 2

1. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan 1 x 25 menit, keluarga memahami dan
mampu menjelaskan tentang perawatan bayi kuning di rumah.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu :
1) Menyebutkan pengertian bayi kuning
2) Menyebutkan penyebab bayi kuning
3) Menyebutkan klasifikasi bayi kuning
4) Menyebutkan tanda dan gejala bayi kuning
5) Menyebutkan cara-cara perawatan bayi kuning di rumah

2. Metode dan Media


a. Ceramah dan Tanya jawab
b. Leaflet
3. Kegiatan Penyuluhan
No. Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Lagkah
1 Pendahuluan 5 menit  Memberi salam dan  Menjawab salam
memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan maksud dan  Menjawab
tujuan penyuluhan Pertanyaan
 Melakukan evaluasi dan
validasi
2 Penyajian 10 menit Menjelaskan Materi penyuluhan  Mendengarkan
mengenai : dengan seksama
 Pengertian bayi kuning  Mengajukan
 Penyebab bayi kuning pertanyaan
 Klasifikasi bayi kuning
 Tanda dan gejala bayi
kuning
 Cara-cara perawatan bayi
kuning di rumah
3 Evaluasi 5 menit  Memberikan pertanyaan  Menjawab
akhir sebagai evaluasi  Mendemonstrasikan
4 Penutup 5 menit  Menyimpulkan bersama-  Mendengarkan
sama hasil kegiatan  Menjawab salam
penyuluhan
 Menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam
4. Materi penyuluhan
a. Pengertian Bayi Kuning
Bayi kuning atau icterus neonatorum adalah kondisi meningginya
kadar bilirubin di dalam darah pada neonates atau bayi baru lahir, sehingga
kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning
(Ngastiyah, 2009).
Bayi kuning atau icterus neonatorum adalah kondisi meningkatnya
kadar bilirubin serum total yang > 5 mg/dL (hiperbilirubinemia). Peningkatan
kadar bilirubin ini menyebabkan terjadinya penumpukamn bilirubin dalam
jaringan sehingga terjadi peningkatan warna kuning ppada daerah kulit, sclera
atau membrane mukosa (IDAI, 2015).
Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan ditemukan dalam minggu
pertama kehidupannya. Dikemukan bahwa angka kejadian iketrus terdapat
pada 60 % bayi cukup bulan dan 80 % bayi kurang bulan. Ikterus ini pada
sebagian penderita dapat berbentuk fisiologik dan sebagian lagi patologik
yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan
kematian.

b. Penyebab Bayi Kuning


Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena
keadaan sebagai berikut (Ngastiyah, 2009) :
- Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
- Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
- Gangguan konjugasi bilirubin.
- Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah
merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul
karena adanya perdarahan tertutup.
- Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
seperti : infeksi toxoplasma dan siphilis

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor:

- Produksi yang berlebihan: hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk


mengeluarkannya, misal pada hemolisis yang meningkat pada
inkompabilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim
G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
- Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar: gangguan ini dapat
disebabkan oleh immturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau
tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom Criggler-Najjar)
penyebab lain atau defisiensi protein Y dalam hepar yang berperan
penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
- Gangguan transportasi: bilirubin dalam darah terikat pada albumin
kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin dapat
dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, dan sulfaforazole. Defisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang bebas
dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
- Gangguan fungsi hati: defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu
(atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia,
hipotiroidjaundice ASI
- Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan
albumin; lahir prematur, asidosis.
c. Klasifikasi Bayi Kuning
1) Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar
yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan
tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
2) Ikterus Patologis
Ikterus patologis adalah suatu icterus yang memiliki dasar patologis atau
memiliki kadar bilirubin yang tinggi yang mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubinemia.

d. Tanda dan Gejala Bayi Kuning


1) Ikterus Fisiologis
Menurut Ridha (2014), icterus fisiologis memiliki tanda-tanda, antara lain
sebagai berikut:
- Warna kuning timbul pada hari kedua atau ketiga setelah bayi lahir
dan tampak jelas pada hari kelima sampai keenam dan menghilang
sampai hari ke sepuluh
- Kadar bilirubin indirek tidak > 10 mg/dl pada neonates kurang bulan
dan 12,5 mg/dl pada neonates cukup bulan.
- Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg/dL per
hari
- Kadar bilirubin direk tidak lebih dari 1 mg/dl
- Tidak berpotensi menjadi kernic icterus (suatu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak).
2) Ikterus Patologis
Menurut Kosim (2012), icterus patologis tidak mudah dibedakan dari
icterus fisiologis. Tanda-tanda icterus patologis, antara lain, sebagai
berikut:
- Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam
- Setiap peningkatan kadar bilirubin serum memerlukan fototerapi
- Konsentrasi bilirubin serum sewaktu ialah 10 mg/dL pada neonates
kurang bulan dan 12,5 mg/dL pada neonates cukup bulan
- Peningkatan bilirubin total serum > 0,5 mg/dL/jam
- Adanya tanda dan gejala seperti muntah, letargis, malas menetek atau
minum, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea atau suhu
tubuh yang tidak stabil
- Icterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14
hari pada bayi kurang bulan.

e. Cara Perawatan Bayi Kuning di Rumah


1) Selalu Cuci tangan sebelum kontak dengan bayi
2) Ibu harus lebih sering memberikan bayi susu atau ASI
Salah satu penyebab bayi menjadi kuning ialah ketidakcukupan asupan
makanan dan cairan. Bayi kuning membutuhkan banyak cairan supaya
dapat menurunkan kadar bilirubin di dalam tubuhnnya. ASI dapat
membantu proses kerja hati untuk memproses bilirubin sehingga
pemberian ASI yang lebih sering sangat diperlukan. Bayi harus menyusui
minimal 2-3 jam sekali.
3) Rutin menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi
Penanganan bayi kuning di rumah dapat dilakukan dengan menjemur bayi
di bawah sinar matahari pagi selama kurang lebih 15 menit setiap hari.
Sinar matahari dapat memproduksi vitamin D yang sangat diperlukan oleh
bayi, oleh karena meningkatnya vitamin D dibutuhkan setidaknya 20%
dari luas permukaan kulit bayi. Rekomendasi pemberian sinar mathari
pagi yang baik bagi bayi ialah 15-20 menit pada pukul 10 pagi. Kondisi
bayi saat dijemur dalam posisi telanjang agar seluruh tubuhnya terkena
paparan sinar matahri dan memberikan penutup mata untuk melindungi
mata bayi dari sinar matahari. Sebelum menjemur bayi pastikan cuaca
sedang cerah, tidak mendung, tidak hujan dan tidak berangin.
4) Jika bayi tetap tidak bisa minum, mengalami penurunan berat badan dan
warna kuning menetap selama 8-10 hari, segera rujuk bayi ke rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Kosim, MS. (2012). Buku Ajar Neonatalogi. Ikatan Dokter Anaik Indonesia; Jakarta

Ngastiyah. (2009). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta; EGC

Ridha, N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai