Anda di halaman 1dari 22

KAJIAN FUNGSI EKOSISTEM: SIKLUS BIOGEOKIMIA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan yang
Dibina oleh Dr. Drs. Fatchur Rohman, M. Si

Disusun oleh :
Qurniasty / 190341864418
Nurul Amrina Rosada/190341764437
Mahatir Muhammad/ 190341864423

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
PASCASARJANA
OKTOBER 2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu ekosistem terdiri dari interaksi yang menguntungkan antara organisme-
organisme dengan lingkungannya di mana terjadi pertukaran dari sejumlah besar material-
material dalam bentuk siklus, yang dikenal dengan siklus materi. Siklus materi menyangkut
bagaimana aliran atau perjalanan materi yang terdiri dari bahan-bahan kimia dari satu media
ke media lainnya di dalam lingkungan, termasuk di dalamnya media kehidupan Bahan-bahan
kimia yang termasuk penyusun kehidupan yang paling banyak antara lain: karbon, nitrogen,
oksigen, belerang, dan fosfor (Achmad, Rukaesih; 2004).
Kegiatan manusia di bumi semakin beragam telah menimbulkan dampak terhadap
perubahan lingkungan. Salah satu perubahan lingkungan yang menimbulkan dampak buruk
adalah perubahan iklim global yang akibat efek emisi gas CO2 (karbon dioksida), CO (karbon
monoksida), SO2 dan SO3 (oksida belerang), NO dan NO2 (oksida nitrogen), CH4 (metana), O3
(ozon), CFC (carbon fluoro carbon).
Secara struktural setiap siklus materi terdiri dari bagian cadangan dan bagian yang
mengalami pertukaran. Di dalam bagian cadangan, unsur kimia tersebut akan terikat dan sulit
bergerak, atau pergerakannya lambat. Di dalam bagian pertukaran, unsur kimia tersebut aktif
bergerak atau mengalami pertukaran. siklus materi dibedakan atas dua tipe, yaitu tipe gas dan
tipe sidimeter (Kuncoro. 2007)
Udara, air, tanah, kehidupa dan teknologi saling berkaitan secara erat. Atmosfer
merupakan lapisan tipis gas-gas yang meliputi permukaan bumi, memegang peranan penting
sebagai tempat penampungan (reservoir) dari berbagai macam gas. Atmosfer juga
menyeimbangkan panas bumi, mengabsorbsi energi dan merusak radiasi ultraviolet yang
datang dari matahari. Selain itu memindahkan energi panas dari wilayah ekuator, serta
berfungsi sebagai jalan atau media pergerakan air pada phase uap dalam siklus hidrologi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi siklus biogeokimia?
2. Bagimanakah proses siklus hidrogen?
3. Bagimanakah proses siklus nitrogen?
4. Bagimanakah proses siklus fosfor?
5. Bagimanakah proses siklus oksigen?
6. Bagimanakah proses siklus sulfur?
7. Bagimanakah proses siklus karbon?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi siklus biogeokimia
2. Untuk mengetahui proses siklus hidrogen
3. Untuk mengetahui proses siklus nitrogen
4. Untuk mengetahui proses siklus fosfor
5. Untuk mengetahui proses siklus oksigen
6. Untuk mengetahui proses siklus sulfur
7. Untuk mengetahui proses siklus karbon
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Siklus Biogeokimia

Siklus biogeokimia berinteraksi satu sama lain dalam banyak cara yang kompleks. Di
antara interaksi ini adalah dua fitur kimia terkait dan penting dari planet ini: keseimbangan
asam-basa dan sistem reduksi oksidasi. Keseimbangan asam-basa memiliki berbagai
konsekuensi dalam berbagai sistem fase berair, termasuk kontrol pelapukan dan kelarutan
banyak mineral, pengaruh biologis (termasuk toksisitas), dan kontrol berbagai fase air dan laju
reaksi heterogen. Meskipun sering dianggap wajar bahwa satu atau lain keseimbangan asam-
basa adalah parameter tetap, sistem ini sebenarnya sangat sensitif terhadap perubahan kecil
dalam mengendalikan faktor biogeokimia dan juga untuk pengaruh antropogenik seperti
"presipitasi asam." (Robert J. Charlson, Steven Emerson, 2000)
Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut dengan siklus organik-anorganik adalah
siklus unsur-unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke komponen
biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsurunsur tersebut tidak hanya melalui
organisme, tetapi juga melibatkan reaksireaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga
disebut sebagai siklus biogeokimia.
Biogeokimia adalah jalan yang bentuknya melingkar dari unsur-unsur kimia yang
melewati unsur organisme dan lingkungannya. Bio merujuk kepada organisme hidup, geo
kepada bebatuan, tanah udara dan air dari bumi, sedangkan kimia adalah komposisi kimia dari
bumi dan pertukaran unsure-unsur diantara bhan-bahan dari kerak bumi.
Fungsi Siklus Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua
unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik
maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga (McGuire, 1A.
D.; Lukina, N. V, 2007.)

B. Siklus Hidrogen
Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah
permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan
hubunganya dengan kehidupan.
Sedangkan menurut Linsley (1996), menyatakan pula bahwa hidrologi ialah ilmu yang
membicarakan tentang air yang ada di bumi, yaitu mengenai kejadian, perputaran dan
pembagiannya, sifat-sifat fisik dan kimia, serta reaksinya terhadap lingkungan termasuk
hubungannya dengan kehidupan.
Singh (1992), menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik
menurut waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air bumi, termasuk di dalamnya
kejadian, pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan dan
manajemen.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang air, baik di atmosfer, di bumi, dan di dalam bumi, tentang perputarannya,
kejadiannya, distribusinya serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini.
Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas.
Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi: asal mula dan proses terjadinya air
pergerakan dan penyebaran air sifatsifat air keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan.
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam.
Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya,
antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan
tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya.
Siklus hidrologi merupakan proses pengeluaran air dan perubahannya menjadi uap air
yang mengembun kembali menjadi air yang berlangsung terus-menerus tiada henti-hentinya.
Sebagai akibat terjadinya sinar matahari maka timbul panas. Dengan adanya panas ini maka
air akan menguap menjadi uap air dari semua tanah, sungai, danau, telaga, waduk, laut, kolam,
sawah dan lain-lain dan prosesnya disebut penguapan (evaporation) . Penguapan juga terjadi
pada semua tanaman yang disebut transpirasi (transpiration) ( Soedibyo, 2003).
Siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air dari laut. Uap yang dihasilkan dibawa
oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut terkondensasi
membentuk awan, pada akhirnya dapat menghasilkan presipitasi. Presipitasi jatuh ke bumi
menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam beberapa cara. Sebagian besar dari presipitasi
tersebut sementara tertahan pada tanah di dekat tempat ia jatuh, dan akhirnya dikembalikan
lagi ke atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan pemeluhan (transpirasi) oleh tanaman.
Sebagian air mencari jalannya sendiri melalui permukaan dan bagian atas tanah menuju
sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam tanah menjadi bagian dari air
tanah (groundwater). Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik aliran air permukaan (surface
streamflow) maupun air dalam tanah bergerak ke tempat yang lebih rendah yang dapat
mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke
atmosfer oleh penguapan dan pemeluhan (transpirasi) sebelum sampai ke laut (Linsley,1996).
Gambar proses siklus hidrologi dapat dilihat pada halaman berikut.

Gambar Siklus Hidrogen

Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang rendah,
dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke daerah lebih rendah, sampai ke daerah
pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut. Aliran air ini disebut aliran permukaan tanah karena
bergerak di atas muka tanah. Aliran ini biasanya akan memasuki daerah tangkapan atau daerah
aliran menuju ke sistem jaringan sungai, sistem danau ataupun waduk.
Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan bumi akan menjadi aliran permukaan
(surface run off). Aliran permukaan sebagian akan meresap ke dalam tanah menjadi aliran
bawah permukaan melalui proses infiltrasi (infiltration), dan perkolasi (percolation),
selebihnya terkumpul di dalam jaringan alur sungai (river flow). Apabila kondisi tanah
memungkinkan sebagian air infiltrasi akan mengalir kembali ke dalam sungai (river), atau
genangan lainya seperti waduk, danau sebagai interflow. Sebagian dari air dalam tanah dapat
muncul lagi ke permukaan tanah sebagai air eksfiltrasi (exfiltration) dan dapat terkumpul lagi
dalam alur sungai atau langsung menuju ke laut/lautan (Soewarno, 2000).

C. Siklus Nitrogen
Sumber utama nitrogen didalam tanah berasal dari berbagai sumber. Sumber utama
adalah dari nitrogen bebas di atmosfir, hasil dekomposisi bahan organik, loncatan listrik di
udara (petir) dan pupuk buatan dan pupuk organik (Damanik, dkk., 2010).
Nitrogen yang terdapat di atmosfer bumi jumlahnya sangat banyak, namun
ketersediaannya untuk organisme terutama tumbuhan sering kurang karena hanya
mikroorganisme tertentu saja yang mampu mengikat molekul nitrogen dan mengubahnya
menjadi bentuk yang dapat digunakan tumbuhan. Nitrogen yang terdapat dalam tanah sebagian
besar berupa organik hasil pembusukan organisme, sedangkan lainnya berasal dari pelarutan
bantuan air hujan (dalam bentuk nitrat dan ammonia) serta aktivitas gunung berapi (Harahap,
2012).
Nitrogen bebas di atmosfir menempati 78% dari volume atmosfir. Namun dalam bentuk
unsur tidak dapat langung digunakan. Nitrogen harus diubah dulu menjadi bentuk ammonium
atau nitrat melalui proses-proses tertentu. Cara utama nitrogen bebas masuk kedalam tanah
melalui kegiatan-kegiatan jasad renik mengikat nitrogen dari udara, baik yang bebas atau yang
bersimbiosis dengan tanaman seperti bintil akar tanaman leguminosa dengan bakteri
rhizobium, kemudian nitrogen yang diikat digunakan dalam sintesa asam amino dan protein
oleh tanaman induk. Jika tanaman atau jasad pengikat nitrogen mati, bakteribakteri pembusuk
membebaskan asam amino dari protein. Bakteri amonifikasi membebaskan ammonium dari
gugus amino, yang kemudian dilarutkan dalam larutan tanah (Damanik, dkk., 2010). Siklus
nitrogen di dalam tanah dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Siklus Nitrogen (Pidwirny, 2014)


Transformasi utama nitrogen yaitu fiksasi nitrogen, nitrifikasi, denitrifikasi, asimilasi
dan amoninifikasi. Transformasi nitrogen adalah kunci untuk produktivitas dalam biosfer dan
sangat tergantung pada kegiatan kumpulan beragam mikroorganisme, seperti bakteri, archaea,
dan jamur (Bernhard, 2010).
Fiksasi nitrogen adalah suatu proses mengubah gas Nitrogen menjadi nitrogen biologis
yang tersedia disebut fiksasi nitrogen. Gas nitrogen adalah senyawa yang sangat stabil karena
kekuatan ikatan rangkap tiga antara atom nitrogen, dan membutuhkan energi yang cukup besar
untuk memecah ikatan ini. Sebagian besar fiksasi nitrogen dilakukan oleh bakteri pengikat
nitrogen seperti rhizobium, azotobacter dan Frankia (Bernhard, 2010).
Amoniafikasi suatu organisme mengeluarkan limbah atau mati, nitrogen dalam jaringan
adalah berupa nitrogen organik (asam amino misalnya, DNA). Berbagai jamur dan prokariota
kemudian membusuk di jaringan dan melepaskan nitrogen anorganik kembali ke dalam
ekosistem sebagai ammonia (Bernhard, 2010).
Nitrifikasi adalah proses yang mengubah amonia menjadi nitrit dan kemudian menjadi
nitrat dan merupakan langkah penting dalam siklus nitrogen global. Kebanyakan nitrifikasi
terjadi aerobik dan dilakukan secara eksklusif oleh prokariota. Ada dua langkah yang berbeda
dari nitrifikasi yang dilakukan oleh jenis yang berbeda dari mikroorganisme (Bernhard, 2010).
Denitrifikasi adalah proses yang mengubah nitrat menjadi gas nitrogen, sehingga
menghilangkan nitrogen dan kembali ke atmosfer. Gas dinitrogen (N) adalah produk akhir
utama dari denitrifikasi (Bernhard, 2010)

D. Siklus Fosfor
Siklus fosfor yaitu daur atau siklus yang melibatkan fosfor, dalam hal input atau sumber
fosfor-proses yang terjadi terhadap fosfor- hingga kembali menghasilkan fosfor lagi. Daur
fosfor di nilai paling sederhana dari pada daur lainnya, karena tidak melalui atmosfer. Fosfor
di alam didapatkan dari berbagai batuan, bahan organik, tanah, tanaman, serta PO4- dalam
tanah. Kemudian inputnya adalah hasil pelapukan batuan. dan outputnya yaitu fiksasi mineral
dan pelindikan. Fosfor berupa fosfat yang diserap tanaman untuk sintesis senyawa organik.
Humus dan partikel tanah mengikat fosfat, jadi daur fosfat dikatakan daur lokal (Darmanik,
2010).
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organic (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).Fosfat organik dari
hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanahatau air laut akan terkikis dan mengendap
di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari
batu dan fosil terkikis danmembentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat
anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi
Siklus ini berulang terus menerus. Fosfor dialam dalam bentuk terikat sebagai Ca-
fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat atau protein. Bakeri yang berperan dalam siklus fosfor: Bacillus,
Pesudomonas, Aerobacter aerogenes, Xanthomonas, dll. Mikroorganisme (Bacillus,
Pseudomonas, Xanthomonas, Aerobacter aerogenes) dapat melarutkan P menjadi tersedia bagi
tanaman.
Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan bagian
permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi kedasar laut dan akan

dikembalikan ke daratan. Siklus fosfor atau daur fosfat diawali dengan pembentukan fosfat
anorganik oleh alam. Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-) dan banyak
terdapat pada batu-batuan. Gambaran siklus fosfor dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Siklus Fosfor di alam


Penjelasan gambar:

1. Sebagian besar ketersediaan fosfor dalam tanah berasal dari pelapukan batuan fosfat.
Batuantersebut lapuk oleh perubahan cuaca. Fosfat dari pelapukan batuan fosfat meresap
ke dalamtanah dan menyuburkan tanaman sekitarnya.
2. Fosfat anorganik yang tersedia di dalam tanah diserap tumbuhan. Hewan tidak
dapatmenyerap fosfat anorganik. Hewan hanya mampu menyerap fosfat organik.
Kebutuhan fosfor organik ini terpenuhi dengan cara memakan tumbuhan melalui
proses rantaimakanan.
3. Tumbuhan dan hewan yang mati, feses, dan urinnya akan terurai menjadi fosfat
organik.Bakteri menguraikan fosfat organik ini menjadi fosfat anorganik. Fosfat ini akan
tersimpanke dalam tanah kembali dan diserap oleh tumbuhan.
4. Di dalam ekosistem air, juga terjadi daur fosfor. Fosfat yang terlarut di dalam air
diserapoleh ganggang dan tumbuhan air. Ikan-ikan mendapatkan fosfat melalui rantai
makanan.Dekomposer menguraikan organisme air yang mati serta hasil ekskresinya
menjadi fosfatanorganik.
5. Selain hasil urai dekomposer, sumber fosfat dalam air berasal dari pelapukan batuan
mineral(endapan batuan fosfat, fosil tulang) yang hanyut di perairan. Fosfat yang terlarut
dilautandalam akan membentuk endapan fosfor. Endapan ini tidak dapat dimanfaatkan lagi
karenatidak ada arus air di perairan dalam. Fosfat yang terlarut di perairan dangkal teraduk
oleharus air sehingga menyuburkan ekosistem. Ekosistem yang subur menjadi tempat
hidup bagibanyak biota air.
6. Di tempat tertentu, terjadi penimbunan fosfor karena penumpukan kotoran burung
guano.Burung guano adalah spesies burung laut yang memangsa ikan-ikan laut.
Gerombolanburung ini membawa kembali fosfat dari laut menuju darat melalui feses.

Gambar Siklus Fosfat di laut

Fosfor dikirim ke laut melalui pelapukan benua. P ini diangkut ke laut dalam fase
terlarut dan partikulat melalui sungai. Partikulat fosfor tersebut sebagai komponen partikulat
anorganik (Particulate Inorganic lPIP) dan partikulat organik (Particulate Organic lPOP).
Sebagian besar P di sungai berupa materi partikel anorganik, khususnya P yang terdapat dalam
butiran mineral apatit dan mineral lain. P juga diserap oleh besi Mangan oksida/ oksihidroksida.
Fosfat tersebut kemudian diangkut ke muara dan dilepas ke laut. Diperkirakan total P yang
dilepas dari partikel tanah liat 2-5 kali lebih banyak daripada fosfat terlarut yang memasuki
laut melalui sungai (Sundaresbwar & Morris, 1999). P tenggelam dalam bentuk endapan dan
mengendap bersama sedimen laut setelah mengalami transformasi dari bentuk partikulat
terlarut. P juga terdapat dalam serapan air laut melalui interaksi kerak samudera yang terkait
dengan aktivitas hidrotermal di dasar laut.

Sedimen merupakan tempat penyimpanan utama dalam siklus fosfor di laut. P dalam
sedimen laut berada dalam bentuk materi partikulat, terikat dengan oksida logam dan
hidroksida. Komponen utama dari fluks ini adalah P reaktif sedangkan sebagian besar dari P
non reaktif berada di lapisan benua. P reaktif tersedia secara biologis atau terikat dengan
komponen biologis dalam kolom air sebelum pengendapan. Mineralisasi dapat terjadi di
sedimen / antarmuka air atau di air pori. Sedimen yang mengandung oksigen (oksik) di
permukaan kaya akan besi dan Mangan yang menyerap fosfat dan membentuk mineral,
sedangkan pada sedimen anoksik (bebas oksigen) fosfat terikat dengan mineral kalsium, P
organik yang berhubungan dengan plankton juga tergantung pada kondisi redoks sedimen.
Dinamika P dalam sedimen laut setelah pengendapan cukup kompleks karena dipengaruhi oleh
ada tidaknya oksigen (terjadi reduksi atau oksidasi)

Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa ionisasi, antara laindalam
bentuk ion H2PO4-, HPO42-, PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton danseterusnya masuk
kedalam rantai makanan. Senyawa fosfat dalam perairan berasaldaari sumber alami seperti
erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan, dan dari laut sendiri. Peningkatan
kadar fosfat dalam air laut, akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi (blooming)
fitoplankton yang akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum
fosfat untuk pertumbuhan plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter (Hutagalung et al, 1997).
Fosfat dalam air laut berbentuk ion fosfat. Ion fosfat dibutuhkan pada proses
fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP dan Nukleotid koenzim).
Penyerapan dari fosfat dapat berlangsung terus walaupun dalam keadaan gelap. Ortofosfat
(H3PO4) adalah bentuk fosfat anorganik yang paling banyak terdapat dalam siklus fosfat.
Distribusi bentuk yang beragam darifosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik.
Dipermukaan air, fosfat di angkut oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis.
Konsentrasi fosfat di atas 0,3 µm akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak
spesies fitoplankton. Untuk konsentrasi dibawah 0,3µm ada bagian sel yang cocok
menghalangi dan sel fosfat kurang diproduksi.Mungkin hal ini tidak akan terjadi di laut sejak
NO3 selalu habis sebelum PO4 jatuh ke tingkat yang kritis. Pada musim panas, permukaan air
mendekati 50%seperti organik -P.

E. Siklus Oksigen
Siklus biogeokimia karbon mencakup pertukaran/perpindahan karbon diantara biosfer,
pedosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi sedangkan respirasi organisme akan
mengembalikan CO2 ke atmosfer (Campbell, 2004). Meningkatnya kandungan CO2 di udara
menyebabkan panas yang dilepaskan akan diserap oleh CO2 dan dipancarkan kembali ke
permukaan bumi, sehingga proses tersebut akan memanaskan. Aliran karbon dari atmosfir ke
vegetasi merupakan aliran yang bersifat dua arah, yaitu pengikatan CO2 ke dalam biomassa
melalui fotosintesis dan pelepasan CO2 ke atmosfer melalui proses dekomposisi dan
pembakaran (Rahayu et al., 2005). Melalui fotosintesis, CO2 diserap dan diubah oleh
tumbuhan menjadi karbon organik dalam bentuk biomassa. Kandungan karbon absolut dalam
biomassa pada waktu tertentu dikenal dengan istilah cadangan karbon (carbon stock). Proses
penimbunan karbon dalam tubuh tumbuhan hidup dikenal sebagai sekuestrasi (Hairiah et al.,
2007).
Siklus oksigen adalah proses pertukaran oksigen di bumi ini yang berlangsung secara
terus menerus tidak ada habisnya. Selama evolusi awal bumi, oksigen yang dibebaskan dari
H2O uap oleh radiasi UV. Ini terakumulasi di atmosfer sebagai hidrogen melarikan diri ke
atmosfer bumi. Dengan munculnya kehidupan tanaman, fotosintesis juga menjadi sumber
oksigen. Oksigen juga dirilis sebagai karbon organik dalam CHO, dan mendapat di sedimen
(Sutaryo, 2009).
Oksigen adalah unsur ketiga terbanyak yang ditemukan berlimpah di matahari,
dan memainkan peranan dalam siklus karbon-nitrogen, yakni proses yang diduga menjadi
sumber energi di matahari dan bintang. Oksigen merupakan unsur gas, menyusun
21% volume atmosfer dan diperoleh dengan pencairan dan penyulingan bertingkat. Sekitar
dua pertiga tubuh manusia dan sembilan persepuluh air adalah oksigen. Di alam, oksigen
bebas dihasilkan dari fotolisis air selama fotosintesis oksigenik. Ganggang hijau dan
sianobakteri di lingkungan lautan menghasilkan sekitar 70% oksigen bebas yang
dihasilkan di bumi, sedangkan sisanya dihasilkan oleh tumbuhan daratan
Pertukaran oksigen terus-menerus yang terjadi antara atmosfer dengan air, tanaman
dengan makhluk hidup dan bahan mineral disebut sebagai siklus / daur oksigen. Siklus
/daur oksigen adalah salah satu siklus biogeokimia. Proses ini membentuk siklus yang
melibatkan lingkungan hidup yang disebut biosfer, dan lingkungan tak hidup-litosfer, atmosfer
dan hidrosfer. Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, manusia
misalnya, yang bernafas dengan menghirup oksigen yang ada di udara dan selanjutnya
masuk ke dalam sistem pernafasan. Demikian juga tanaman yang melakukan
pertukaran oksigen dengan makhluk hidup disekitarnya, juga pertukaran oksigen yang
terjadi di atmosfer bumi. Siklus oksigen terjadi karena semua makhluk hidup
membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga dapat juga dikatakan
bahwa siklus oksigen adalah proses pertukaran oksigen di bumi ini yang berlangsung
secara terus menerus tidak ada habisnya

Gambar Siklus Oksigen


Siklus ini menggambarkan pertukaran dari oksigen antara bentuk gas O2 yang terdapat
dengan jumlah besar dalam atmosfer, dan oksigen yang terikat secara kimia dalam CO2, H2O
dan bahan-bahan organik. Siklus ini berkaitan sangat erat dengan siklus unsur lainnya, terutama
dengan siklus karbon. Unsur oksigen menjadi yang terikat secara kimia melalui berbagai proses
yang menghasilkan energi, terutama pada perubahan dan proses metabolit dalam organisme.
Oksigen dilepaskan dari reaksi fotosintesis.
Unsur ini secara cepat bersenyawa, membentuk oksida-oksida, seperti dengan aerobik
atau dengan karbon dan hidrogen dalam perubahan bahan bakar fosil seperti dengan metana
CH4 + 2O2 → CO2 + 2 H2O
Suatu aspek yang sangat penting dari siklus distratosfer yaitu proses pembentukan
ozon, O3. Ozon membentuk lapisan tipis di stratosfer yang berfungsi sebagai filter dari radiasi
ultaviolet, dengan demikian dapat menjaga kehidupan dibumi dari kerusakan/kehancuran yang
disebabkan radiasi ini. Siklus oksigen disempurnakan atau diakhiri ketika unsur oksigen masuk
kembali ke atmosfer dalam bentuk gas. Hanya satu cara yang signifikan dimana hal tersebut
terjadi yaitu melalui fotosintesis yang dilakukan tumbuhan.
Dengan demikian, atom oksigen (bersama dengan unsur-unsur lain) adalah bagian dari
sistem tertutup, yaitu, mereka tidak dapat hilang atau diisi ulang. Tetap ini jumlah atom oksigen
di daur ulang di seluruh bumi semua proses yang menggunakan bahan kimia yang mengandung
oksigen. Proses ini membentuk siklus yang melibatkan lingkungan hidup disebut biosfer, dan
lingkungan tak hidup – litosfer, atmosfer dan hidrosfer (Rahayu et al., 2005).

F. Siklus Sulfur
Daur sulfur atau siklus belerang, untuk merubah sulfur menjadi senyawa belerang
lainnya setidaknya ada dua jenis proses yang terjadi. Yaitu melalui reaksi antara sulfur, oksigen
dan air serta oleh aktivitas mikrorganisme. beberapa mikroorganisme yang berperan dalam
siklus sulfur adalah dari golongan bakteri, antara lain adalah bakteri Desulfomaculum dan
bakteri Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida
(H2S). Kemudian H2S digunakan oleh bakteri fotoautotrof anaerob (Chromatium) dan
melepaskan sulfur serta oksigen. Kemudian Sulfur dioksidasi yang terbentuk diubah menjadi
sulfat oleh bakteri kemolitotrof (Thiobacillus).
Dalam daur belerang, mikroorganisme yang bertanggung jawab pada setiap proses
trasformasi adalah sebagai berikut :
1. H2S → S → SO4 => bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2. SO4 → H2S => bakteri desulfovibrio dalam reaksi reduksi sulfat Anaerobik.
3. H2S → SO4=> bakteri thiobacilli dalam proses reaksi oksidasi sulfide aerobik.
4. Sulfur organik → SO4 + H2S, => mikroorganisme heterotrofik aerobik dan anaerobik.
Gambar siklus Sulfur
Sulfur terjadi akibat dari proses terjadinya pembakaran bahan bakar fosil batu bara atau
terjadi akibat adanya aktifitas gunung berapai, lalu asapnya itu akan naik ke atmosfer, atau
udara sulfur oksida itu akan berada diawan yang menjadi hidrolidid air membentuk H2SO4,
awan akan mengalami kondensasi yang akhirnya menurunkan hujan yang dikenal dengan hujan
asam.
Air hujan itu akan masuk kedalam tanah yang akan diubah menjadi Sulfat yang sangat
peting untuk tumbuhan. Sulfat hanya terdapat dalam bentuk anorganik (SO4), sulfat ini yang
mampu berpindah dari bumi atau alam ketubuh tanaman/ tumbuhan melalui penyerapan sulfat
oleh akar .Sulfur akan direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan berbentuk sulfur dioksida
atau hidrogen sulfida (Indriyanto, 2012.)
Aktivitas vulkanis gunung berapi dan penggunaan bahan bakar fosil akan melepaskan
sulfur atau belerang ke atmosfer dalam bentuk gas SO2, gas SO2 di udara akan mengalami
oksidasi sehingga membentuk gas sulfat (SO4).
Selain itu, dalam proses pembusukan bahan organik yang dilakukan oleh
mikroorganisme pun akan melepaskan belerang, baik ke atmosfer maupun ke dalam tanah
dalam bentuk H2S.
Mikroorganisme yang berperan mengubah protein dalam bahan organik menjadi
senyawa H2S adalah Aspergillus spp., Neurospora spp., Escherichia spp., dan Proteus spp.,
sedangkan mikroorganisme pengurai yang berperan merombak karbohidrat dalam bahan
organik menjadi H2S dan senyawa lainnya adalah Vibrio desulphuricans, Aerobacter, dan
Desulphovibrio (Ghopal dan Bhradwaj 1979).
Gas H2S tersebut nantinya akan mengalami oksidasi di atmosfer sehingga membentuk
gas Sulfat SO4. Gas Sulfat akan kembali ke permukaan bumi bersama dengan presipitasi
(kejadian hujan).
Oleh karena itu, jika kandungan gas sulfat di udara sangat tinggi maka presipitasi yang
dihasilkan akan sangat masam dan fenomena ini disebut sebagai hujan asam.
Gas H2S dalam tanah kemudian akan mengalami reduksi yang menghasilkan unsur
tunggal Sulfur (S) yang kemudian mengalami oksidasi oleh bakteri Thiobacillus denitrificans
dan Thiobacillus thiooxidans menghasilkan SO4. Setelah itu, SO4 di dalam tanah akan
tereduksi kembali menjadi H2S oleh bakteri Thiobacillus thioparus (Ghopal dan Bhradwaj
1979).

G. Siklus Karbon
Karbon merupakan salah satu unsur penting di bumi dan termasuk dalam 4 unsur
terbanyak di semesta (Balaubramanian, 2017). Karbon merupakan unsur penyusun hampir
seluruh makhluk hidup, pada tubuh manusia unsur karbon menyusun sekitar 18% (National
Institute of Education, 2016). Selain itu, aktivitas makhluk hidup juga membutuhkan karbon
dalam berbagai bentuk, di antaranya pada proses respirasi, makan, fotosintesis, transportasi dan
banyak aktivitas lainnya. Proses perpindahan karbon dalam berbagai proses tersebut disebut
dengan siklus karbon (Balaubramanian, 2017). Siklus karbon yang berlangsung cepat disebut
dengan siklus karbon pendek, sementara siklus karbon yang berlangsung dalam rentang waktu
yang lama dan melalui proses geologis disebut dengan siklus karbon panjang.
a. Siklus Pendek
Proses fotosintesis, pembentukan humus, perpindahan karbon di udara dan laut
berperan dalam siklus karbon pendek (Berner, 2003). Tumbuhan dan fitoplankton merupakan
komponen utama yang berperan dalam siklus karbon pendek. Tumbuhan dan fitoplankton
menyerap karbon dioksida di atmosfer untuk berfotosintesis membentuk karbohidrat dan
oksigen. Tumbuhan memanfaatkan gula yang dihasilkan untuk menghasilkan energi dalam
proses pertumbuhan. Selain itu, hewan dan juga manusia memakan tumbuhan dan fitoplankton
untuk mendapatkan energi dari gula yang tersimpan pada keduanya. Selanjutnya, tumbuhan
dan plankton yang mati akan mengalami penguraian, sehingga karbon terurai membentuk
humus ataupun endapan karbonat di laut.
Hewan dan manusia melakukan proses respirasi, di mana dalam proses tersebut
keduanya memerlukan oksigen dan kemudian melepaskan karbon dioksida ke atmosfer.
Karbon dioksida di atmosfer nantinya akan dimanfaatkan oleh tumbuhan dan fitoplankton dan
seterusnya membentuk suatu siklus.

Gambar Siklus Karbon Pendek


b. Siklus Panjang
Pada siklus panjang, karbon berpindah dalam berbagai bentuk dari batuan, tanah, laut
dan atmosfer dalam rentang waktu 100-200 juta tahun. Perpindahan karbon dari atmosfer ke
permukaan bumi terjadi salah satunya melalui proses pelapukan batuan. Batuan yang
tersingkap ke permukaan selanjutnya bereaksi dengan berbagai gas di atmosfer, salah satunya
gas karbon dioksida Persamaan 1 menunjukkan reaksi kimia mineral silikat dengan karbon
dioksida dan membentuk senyawa lainnya yang mengandung karbon (Berner, 2003). Reaksi
tersebut merupakan reaksi bolak balik, yang mana reaksi dari kanan ke kiri menggambarkan
proses lepasnya karbon dioksida ke atmosfer maupun ke laut pada proses penimbunan atau
dekomposisi termal karbonat atau terumbu karang.
Persamaan 2 dari kiri ke kanan menunjukkan proses fotosintesis secara global dimana air dan
karbon dioksida dari atmosfer bereaksi membentuk material organik (gula) dan oksigen
(Berner, 2003). Material organik tersebut dapat menumpuk membentuk endapan gambut
maupun membentuk sedimen lainnya. Penimbunan yang terus berlangsung dapat merubah
senyawa organik menjadi senyawa kerogen dalam bentuk minyak, gas maupun batubara.
Sementara dari reaksi kanan ke kiri menggambarkan proses pelapukan pada material organik
yang tersingkap ke permukaan maupun proses dekomposisi termal material organik. Selain itu,
persamaan 2 dari kanan ke kiri menunjukkan reaksi kimia yang terjadi pada proses pembakaran
energi fosil, di mana dari reaksi tersebut diketahui bahwa proses pembakaran energi fosil
menghasilkan pelepasan karbon dioksida ke atmosfer. Emisi karbon dari dalam bumi ke
atmosfer juga dapat disebabkan karena peristiwa alami, salah satunya yaitu aktivitas
vulkanisme, yang mana gas karbon dioksida termasuk gas yang cukup banyak dikeluarkan pada
saat gunung meletus.

Gambar siklus karbon panjang


Daur karbon juga terjadi di dalam ekosistem air. Karbon di dalam air diikat oleh tumbuhan dan
ganggang. Berbeda dengan di darat, karbon dalam air tersedia dalam bentuk ion-ion bikarbonat
(HCO3-). Ion-ion bikarbonat berasal dari penguraian asam karbonat (H2CO3) yaitu hasil ikatan
CO2 dan air (H2O). Tiap-tiap hewan air yang bernafas menghasilkan bikarbonat. Ion-ion
bikarbonat ini menjadi bahan baku fotosintesis tumbuhan air dan alga.
BAB III
SIMPULAN

Siklus Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara
komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai
siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua
yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan
hidup di bumi dapat terjaga.
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan diantara biosfer,
geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi.
Siklus nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfer ke dalam tanah. Selain air hujan
yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses
fiksasi nitrogen.
Siklus oksigen merupak siklus yang menggambarkan pertukaran dari oksigen antara
bentuk gas O2 yang terdapat dengan jumlah besat di atmosfer dan oksigen yang terikat secara
kimia dalam CO2, H2O dan bahan-bahan organik.
Siklus belerang merupakan siklus yang berkaitan dengan siklus oksigen dimana
belerang bergabung dengan oksigen membentuk gas belerang oksida SO2, sebagai bahan
pencemar.
Silus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secra umum merupakan hara yang terbatas
dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil oleh karena itu siklus fosfor
adalah “endogenik”
Hidrogen merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di
alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya,
antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan
tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih (2004). Buku Kimia Lingkungan. ANDI Yogyakarta, hal,132-135.


Balaubramanian, A. 2017. Technical report of Siklus Karbon. Centre for Advance Studies in
The Earth Science, University of Mysore, Mysore
Berner, Robert A. 2003. The Long-Trm Carbon Cycle, Fossil Fuels and Atmospheric
Composition. NATURE Vol 426, 323-326.
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kuncoro. 2007. Pola dan Tipe Dasar Siklus Biogeokimia
Bernhard, A. (2010). The Nitrogen Cycle: Processes, Players, and Human Impact. Nature
Education Knowledge 2(2):12. Halaman 1-9.
Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga. Djojodibroto, Dr. R
Darmanto. 2009. Respitologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran
Damanik, M. M. B., Bachtiar, E.H., Fauzi., Sariffudin dan Hanum, H. 2010. Kesuburan Tanah
dan Pemupukan. USU Press, Medan
Gopal B, N Bhardwaj. 1979. Elements of Ecology. Department of Botany. Rajasthan University
Jaipur, India.
Hairiah, K., Widianto, Suprayoga, D., Widodo, R. H., Purnomosidi, P., Rahayu, S., dan
Noordwijk, V. 2007. Ketebalan Seresah Sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sehat. World Agroforestry Centre (ICRAF). Malang: Unibraw
Harahap, F. 2012. Fisiologi Tumbuhan (suatu pengantar). Unimed Press. Medan. 171 p.
Hutagalung, et al., 1997, Metode Analisa Air Laut, Sedimen, dan Biota, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Martha W., Adidarma W. 1983. Mengenal dasar-dasar Hidrologi. Bandung:Nova
McGuire, 1A. D.; Lukina, N. V. (2007). "Biogeochemical cycles" (PDF). In Groisman, P.;
Bartalev, S. A.; NEESPI Science Plan Development Team (eds.). Northern Eurasia
earth science partnership initiative (NEESPI), Science plan overview. Global Planetary
Change. 56. pp. 215–234.)
Pidwirny, M. 2014. Understanding Physical Geography Our Planet. Earth Publishing. Canada.
pp. 4-5.
Rahayu, W. et al., 2005, Analisis Pengaruh Injeksi Mikroorganisme Potensial pada Parameter
Kompresibilitas Tanah Gambut Kayu Agung Sumatera Selatan, Proceeding of 18th
Annual National Conference on Geotechnical Engineering: 97-103, Indonesia: Jakarta.
Robert J. Charlson, Steven Emerson, in International Geophysics, 2000
Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan
Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.
Soedibyo B. R. A. M., 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta: Balai
Pustaka. pp: 81.
Soewarno, 1995,”Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data”, Penerbit Nova,
Bandung
Linsley, Ray K., Joseph B., Franzini. 1996. Teknik Sumber Daya air Jilid 2. Erlangga, Jakarta
Singh P.V. 1992. Elementry Hydrology. Prentice-Hall Englewood Cliffs. New Jersey

Anda mungkin juga menyukai