Oleh Kelompok 4
Offering B
Anggota:
S2 PENDIDIKAN BIOLOGI
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Februari 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komponen penting dalam program pembelajaran diantaranya adalah
asesmen (assessment) dikenal pula beberapa istilah lainnya yaitu pengukuran
(measurement), tes (test) dan testing. Diantara ketiga istilah tersebut, tes
merupakan istilah yang paling akrab dengan guru. Hal tersebut disebabkan
karena tes prestasi belajar (Achievement test) seringkali dijadikan sebagai satu-
satunya alat untuk menlai hasil belajar siswa. Padahal tes sebenarnya hanya
merupakan salah satu alat ukur hasil belajar. Tes prestasi belajar (Achievement
test) sering kali dipertukarkan pemakaian oleh guru dengan konsep pengukuran
hasil belajar. Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk memperkenalkan
kepada guru tentang pengertian dan esensi tentang konsep evaluasi, asesmen,
tes dan pengukuran yang sesungguhnya. Diantara perselisihan tersebut,
asesmen merupakan istilah yang belum dikenal secara umum. Para guru
seringkali salah dalam menafsirkan makna asesmen yang sesungguhnya. Istilah
asesmen perlu diperkenalkan kepada guru. Hal ini disebabkan karena asesmen
telah menjadi khazanah peristilahan dalam dunia pendidikan kita. Selain dari
itu, pemahaman tentang asesmen juga dapat mendukung keberhasilan guru
dalam melaksanakan praktek penilaian pembelajaran dikelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tujuan pembelajaran:
3.9.1.1 Siswa mampu mengidentifikasi letak dan struktur organ ekskresi pada
manusia dengan benar, melalui kegiatan mengamati charta/gambar/ video
diskusi, dan studi literatur.
3.9.2.1 Siswa mampu mendeskripsikan fungsi masing-masing organ ekskresi
pada manusia dengan benar, melalui kegiatan diskusi dan studi literatur.
3.9.3. 1Siswa mampu dan kaitannya dengan proses pengeluaran urin, melalui
kegiatan mengamati charta/gambar/ video diskusi, dan studi literatur.
3.9.4.1 Siswa mampu gangguan pada ginjal dan pengaruhnya terhadap sistem
ekskresi pada manusia dengan benar melalui kegiatan diskusi dan studi
kasus.
3.9.5.1 Siswa mampu peran teknologi dalam mengatasi kelaianan dan penyakit
yang berhubungan dengan sistem ekskresi pada manusia.dengan benar,
kegiatan diskusi, studi kasus, dan studi literatur.
3.9.6.1 Siswa mampu merumuskan hipotesis pengaruh pola hidup terhadap
terjadinya gangguan pada sistem ekskresi manusia dengan benar melalui
kegiatan diskusi dan studi literatur.
4.9.1.1 Siswa mampu menyajikan hasil analisis data peran teknologi dalam
mengatasi kelaianan dan penyakit yang berhubungan dengan sistem
ekskresi pada manusia dengan benar, melalui kegiatan diskusi kelompok.
4.9.2.1 Siswa mampu menyajikan poster pengaruh pola hidup terhadap
terjadinya gangguan pada sistem ekskresi manusia dengan benar melalui
kegiatan diskusi kelompok.
4.9.3.1 Siswa mampu mengkomunikasikan hasil analisis data peran teknologi
dalam mengatasi kelaianan dan penyakit yang berhubungan dengan
sistem ekskresi pada manusia dengan tepat, melalui kegiatan presentasi.
4.9.4.1 Siswa mampu mengkomunikasikan poster pengaruh pola hidup terhadap
terjadinya gangguan pada sistem ekskresi manusia dengan tepat, melalui
kegiatan presentasi.
D. Mengembangkan Kisi-Kisi Soal
Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang
soal-soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan
test blue-print atau table of specification merupakan deskripsi kompetensi dan
materi yang akan diujikan (Arikunto, 2012). Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah
untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal
(Sofyan, 2016). Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujikan dan dijadikan pedoman untuk menulis
soal (Tim Penyusun, 2010).
Menurut Sofyan (2016), kisi-kisi memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak disusun. Pedoman
penulisan soal meurupakan aspek tepenting ketika guru hendak memberikan
soal kepada siswa, pedoman tersebut akan menjadi acuan bagi guru dalam
penulisan soal sehingga akan memudahkan dalam pembuatan soal.
2. Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes. Tes
merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran yang disampaikan, guru dalam mengevalusi peserta didik akan
memberikansoal tes evaluasi yang bermacam-macam sesuai dengan tujuan
pencapaian evalusi terhadap pembelajaran tertenu. Dalampembuatan soal
yang menggunakan kisi-kisi.
3. Penulisan kisi-kisi berfungsi untuk menselaraskan perangkat soal, sehingga
hal ini juga akan mempermudah dalam proses evaluasi. Penulis soal yang
berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif sama, dari segi tingkat
kedalaman segi cakupan materi yang ditanyakan.
Penyusunan kisi-kisi harus memenuhi kriteria yang sudah ditentukan.
Adapun kisi-kisi yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut (Tim Penyusun,
2010).
a. Mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat
dan proporsional.
b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
c. Kompetensi yang akan diukur atau materi yang hendak ditanyakan dapat
dibuatkan soalnya.
D. Syarat Kisi-Kisi
2. Domain afektif :
3. Domain psikomotor :
G. Tes Tulis
1. Pengartian Tes Tulis
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau
kelompok.
2. Ciri-Ciri Tes
Tes yang baik memiliki kriteria atau ciri-ciri. Ciri-ciri tes yang baik yaitu:
Validitas
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai
dengan kenyataan. Maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid.
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur.
Reliabilitas
Kata reabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability
dalam bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat
dipercaya. Jika dihubungkan dengan validitas maka validitas adalah
ketepatan sedangkan reliabilitas adalah ketetapan.
Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal
ini terutama terjadi pada sistem skoringnya. Apabila dikaitkan dengan
reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
tes tersebut bersifat praktis (mudah dilaksanakan, mudah
pemeriksaannya), mudah pengadministrasiaanya.
Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan
tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang
banyak dan waktu yang lama
H. NON-TES
1. Pengertian Instrument Non-tes
Instrument non-tes adalah intrumen selain tes prestasi belajar. Alat
yang dapat digunakan adalah lembar pengamatan atau observasi dan istrumen
tes sikap, minat dsb. Instrumen non-tes biasanya digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar, aspek psikomotorik atau keterampilan, sikap atau
nilai, yaitu untuk menggali informasi atau mengumpulkan data yang berkaitan
dengan penilaian, pendapat atau opini terhadap sesuatu yang berkaitan dengan
keterampilan, perilaku, sikap atau nilai.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen evaluasi
adalah jumlah butir pernyataan dari suatu instrumen, karena semakin banyak
jumlah butir pernyataan (unsur yang dievaluasi) maka semakin baik
kualitasnya. Pada prinsipnya prosedur penulisan untuk instrument non-tes
adalah sama dengan prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu
menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisi-kisinya, telaah,
validasi butir, uji coba butir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.
Namun, dalam proses awalnya, sebelum menyusun kisi-kisi tes
terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi diperoleh melalui
kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas isi atau
konstruknya diperoleh melalui “teori”.
a. Menentukan apa yang akan diukur atau aspek apa yang akan mau diungkap.
Biasanya aspek hasil belajar yang diungkap dengan cara non-tes berkenaan
dengna ranah afeltif dan psikomotorik atau aspek psikologis.
b. Menentukan instrument apa yang akan digunakan. Jadi, maksudnya ialah
cara apa yang akan digunakan untuk mengukur aspek tersebut. Instrument
dalam penilaian non tes seperti angket, observasi, wawancara, sosiometri,
analisis hasil karya, dll.
c. Menentukan definisi atau batasan tentang aspek yang akan diungkap,
berdasarkan atas teori dari aspek yang ingin diungkap tersebut.
d. Menentukan format instrument. Format instrtument yang sering ditemukan
adalah berupa uraian bebas (essay), skala penilaian atau rattingh skill,
pilihan ganda atau daftar cek, atau yang lainnya.
e. Mengembangkan kisi-kisi
f. Menulis pernyataan sesuai dengan kisi-kisi
g. Analisis rasional terhadap pernyataan yang telah dirumuskan. Analisis ini
bisa dilakukan sendiri atau oleh orang lain yang memiliki keahlian dalam
bidang tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahsan diatas, antara lain:
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujikan. Kisi-kisi adalah suatu format (matriks)
yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis tes atau
merakit tes. Kisi-kisi berisi ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan
berikut ini:
a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
c. Soal dapat disusun sesuai dengan bentuk soal dalam kisi-kisi Kegunaan kisi-
kisi:
o Sebagai pedoman dalam penulisan tes (soal) ataupun non tes
o Untuk mengarahkan dan memudahkan penulisan soal
SARAN
soal mengacu bukan hanya pada silabus dan kurikulum yang berlaku akan
tetapi melihat juga aspek lingkungan sekitar dan perilaku siswa (situasi dan
kondisi keadaan sekitar)
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV Wacana
Prima.
Herdianto, D.2010. Perencanaan Pembelajaran dalam Kerangka Penyelenggaraan
Pelatihan. Disampaikan pada pelatihan penanggulangan bencana yang
diselenggarakan oleh PMI tanggal 13-14 Januari 2010.
Krathwohl, D.R., dan Anderson, L.W.2010. Kerangkan Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
PERMENDIKBUD RI. 2018. No.37 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum
2013 Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
Permendikbud No. 103 Tahun 2004 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan
Dasar dan Menengah
Susilana, Rudi. dan Cepi Riyana. 2008. Hakekat, Pegembangan, Pemanfaatan,
dan Penilaian. Bandung : CV Wacana Prima