Anda di halaman 1dari 29

MERUMUSKAN INDIKATOR DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Assesmen Pembelajaran Biologi

Yang Dibimbing oleh Prof. Dr. Susriyati Mahanal

Oleh Kelompok 4

Offering B

Anggota:

Arif Hidayat (190341764439)

Evi Kusuma Wati (190341864431)

Indra Cahyanti (190341864422)

S2 PENDIDIKAN BIOLOGI
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Februari 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komponen penting dalam program pembelajaran diantaranya adalah
asesmen (assessment) dikenal pula beberapa istilah lainnya yaitu pengukuran
(measurement), tes (test) dan testing. Diantara ketiga istilah tersebut, tes
merupakan istilah yang paling akrab dengan guru. Hal tersebut disebabkan
karena tes prestasi belajar (Achievement test) seringkali dijadikan sebagai satu-
satunya alat untuk menlai hasil belajar siswa. Padahal tes sebenarnya hanya
merupakan salah satu alat ukur hasil belajar. Tes prestasi belajar (Achievement
test) sering kali dipertukarkan pemakaian oleh guru dengan konsep pengukuran
hasil belajar. Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk memperkenalkan
kepada guru tentang pengertian dan esensi tentang konsep evaluasi, asesmen,
tes dan pengukuran yang sesungguhnya. Diantara perselisihan tersebut,
asesmen merupakan istilah yang belum dikenal secara umum. Para guru
seringkali salah dalam menafsirkan makna asesmen yang sesungguhnya. Istilah
asesmen perlu diperkenalkan kepada guru. Hal ini disebabkan karena asesmen
telah menjadi khazanah peristilahan dalam dunia pendidikan kita. Selain dari
itu, pemahaman tentang asesmen juga dapat mendukung keberhasilan guru
dalam melaksanakan praktek penilaian pembelajaran dikelas.

Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat


diperlukan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai. Rencana yang teliti dan
konseptual akan memberikan jaminan bahwa guru itu akan dapat mengukur
penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar yang representative.
Dalam penyusunan tes, rencana itu disebut dengan kisi kisi soal ujian yang
akan memberikan bimbingan terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi atau table
spesifikasi itu akan memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai dengan dan
mewakili materi yang pernah diberikan dalam proses belajar mengajar atau
kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang tertentu
(yang diujikan)
Kisi-kisi soal kemudian dikaitkan dengan bentuk item yang akan
digunakan. Juga dikaitkan didalamnya jenjang kemampuan yang ingin diukur.
Banyak jumlah soal pada masing-masing ruang lingkup materi itu bagi mahasiswa
serta kegunaannya didalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan studinya
nanti
Seorang pengajar yang baik perlu memiliki keterampilan untuk
mengembangkan berbagai bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian
kompetensi siswa dalam makalah ini kami akan memfokuskan pembahasan
tentang “Pengembangan Instrumen kisi-kisi Penilaian Tes Tulis dan non tulis.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pengertian indikator dan tujuan pembelajaran?
2. Bagaimana merumuakan Indikator pencapaian kompetensi dengan benar?
3. Bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran
4. Bagaimanakah Pengertian kisi kisi soal, fungsi, dan format kisi kisi?
5. Bagaimanakah Contoh Mengembangkan kisi kisi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian indikator dan tujuan pembelajaran?
2. Untuk mengetahui merumuakan Indikator pencapaian kompetensi dengan
benar?
3. Untuk mengetahui merumuskan tujuan pembelajaran
4. Untuk mengetahui Pengertian kisi kisi soal, fungsi, dan format kisi kisi?
5. Untuk mengetahui Contoh Mengembangkan kisi kisi

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Indikator Dan Tujuan Pembelajaran


1. Indikator
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran (Tiaradipa, Zulfiati. 2016). Indikator merupakan
penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan dan
atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik (Vianti, 2011).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Indikator merupakan penanda pencapaian KD
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam untuk
mengukur ketercapaian kompetensi dalam pembelajaran. Indikator berfungsi
sebagai berikut (Tiaradipa, Zulfiati. 2016):
a. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang
dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan
arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah,
serta lingkungan.
b. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran
Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat
dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya
sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat
memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai
kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek
prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan
strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi discovery-inquiry.
c. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian
kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai
tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi
secara maksimal.
d. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta
mengevaluasi hasil belajar. Rancangan penilaian memberikan acuan dalam
menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator
penilaian. Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator
pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan KI/KD.
2. Tujuan Pembelajaran
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi
semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa :
1. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi
pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.  Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik
bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi
4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu (Tiaradipa, Zulfiati. 2016):
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar
kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara 
lebih mandiri.
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran.
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.

B. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi


 Dalam merumuskan indikator perlu mempertimbangkan:
1. tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan
dalam KD
2. karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah
3. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
 Prinsip Rumusan Indikator
Dalam menyusun indikator kompetensi setidaknya terdapat beberapa prinsip yang
harus dipahami. Berikut prinsip rumusan redaksional indikator:
1. Teramati
Rumusan indikator harus mencerminkan sesuatu yang dapat diamati,
disaksikan atau diobservasi oleh si pendidik. Makna teramati (observable) di sini
bukan hanya ditentukan oleh kata kerja operasional semata, melainkan oleh
ukuran atau gejala yang diamati. Misalnya rumusan indikator “Menyebutkan
dengan tepat jenis zat aditif dalam makanan dan minuman”, maka dalam proses
pembelajaran, peserta didik harus menunjukkan aktivitas “menyebutkan” baik
secara lisan maupun tertulis, sehingga pendidik dapat mengamati pencapaian
pengetahuan peserta didik tentang zat aditif dalam makanan dan minuman.
Aktivitas “menyebutkan” ini harus diulang-ulang dengan berbagai variasi
kegiatan, seperti diucapkan, ditulis, dengan gerakan, atau karya lainnya, untuk
memastikan pencapaian kompetensi dan pengetahuan peserta didik.
2. Terukur
Rumusan indikator juga harus terukur. Maknanya, dapat diukur tingkatan
ketercapaian kompetensinya. Misalnya rumusan indikator “Menyebutkan dengan
tepat jenis zat aditif dalam makanan dan minuman”, maka yang menjadi ukuran
di sini adalah tepat tidaknya jenis zat aditif dalam makanan dan minuman yang
disebutkan. Maka gradasinya: tepat, belum tepat, atau tidak tepat. Target akhir
dari pembelajaran adalah seluruh peserta didik dapat menyebutkan dengan tepat.
Namun, perlu kehati-hatian kita dalam merumuskan indikator, jangan sampai
karena memaksakan untuk terukur lalu kita mengabaikan unsur “pendidikannya”.
Misalnya ketika indikatornya “melafalkan kata dengan tepat sesuai bunyi”
ternyata ada anak yang belum bisa melafalkan kata yang mengandung huruf “R”,
maka hal ini tidak bisa dipaksakan. Yang paling penting dalam rumusan indikator
adalah “menggambarkan ciri-ciri tahapan perkembangan” sehingga kita dapat
menentukan langkah pembelajaran selanjutnya.
3. Dapat Dicapai
Indikator harus dapat dicapai oleh peserta didik. Jangan membuat rumusan
indikator yang tidak dapat dicapai. Sebagai contoh ekstrim, indikator
membedakan warna tentu tidak dapat dicapai oleh anak berkebutuhan khusus
yang tuna netra. Jadi, dalam hal ini indikator pun perlu disesuaikan dengan situasi
dan kondisi peserta didik.
4. Mewakili
Semua Ranah Indikator yang baik mewakili satu kemampuan atau ranah
tertentu. Akan tetapi, secara akumulasi semua indikator untuk satu kompetensi
seyogyanya mencakup keseluruhan ranah kemampuan (pengetahuan,
keterampilan, sikap). Untuk ranah pengetahuan dapat diketahui dari respon
peserta didik secara lisan, tertulis, atau gaya tubuh. Respon ini yang dilakukan
sebagai kata kerja operasional. Indikator “menyebutkan”, “menjelaskan”,
“menunjukkan”, dan lainnya menjadi cara untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan dimiliki oleh peserta didik. Demikian pula halnya dengan ranah
keterampilan, respon dalam bentuk aktivitas peserta didik menjadi indikator.
Misalnya “menirukan”, “mendemonstratsikan”, “mencontohkan”, “membuat”
dan lain sebagainya. Untuk sikap dapat dilihat dari hal-hal yang dapat diamati
konsistensinya dalam jangka waktu lama. Kata operasional yang digunakan
seperti, terbiasa, menerapkan atau mengamalkan. Untuk kata kerja
“mengamalkan” harus disertai dengan “rubrik yang jelas”, misalnya
“mengamalkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari”. Jika ada indikator yang
seperti ini, kita harus melakukan evaluasi sesuai tuntutan kriteria ketuntasan
“pengamalan”. Kriteria ketuntatasan dapat dilihat dari rentangan mulai dari tidak
pernah-jarang-kadang-kadang-sering-selalu.
5. Banyaknya Indikator Penanda Kompetensi
Agar kita yakin siswa memiliki kompetensi yang dibelajarkan, maka siswa
harus menunjukkan tanda-tanda yang konsisten. Tentu, tanda-tandanya itu tidak
hanya satu, karena tidak mungkin satu tanda saja dapat memastikan seseorang
memiliki kemampuan yang ditunjukkan. Lebih banyak indikatornya lebih baik.
Setiap indikator umumnya hanya bisa dinilai dengan dengan “ya” atau “tidak”;
“bisa” atau “tidak”; “tepat” atau “tidak” ; atau “mencapai” atau “tidak mencapai”.
Oleh karena itu guru dapat melakukan penilaian terhadap pencapaian kompetensi
hanya dengan men-ceklist indikator. Banyaknya juga menunjukkan tingkatan
kemampuan yang dicapai anak. Jika anak mampu di indikator pertama, kemudian
dilihat pada indikator berikutnya yang lebih sulit, lebih kompleks, atau lebih luas.
Sehingga perkembangan kemampuan anak dapat terpotret. Meski lebih banyak
indikator lebih baik, akan merepotkan kalau guru harus menyusun indikator
dalam jumlah banyak. Prinsipnya, indikator harus lebih dari satu. Idealnya berada
pada jumlah tiga hingga enam indikator penanda disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi.
6. Rumusan yang lengkap
Indikator menjadi alat agar proses pembelajaran harus termonitor dan
terevaluasi. Dengan indikator ini tahapan-tahapan perkembangan setiap peserta
didik dapat dipertanggungjawabkan. Inilah tujuan utama indikator dalam
penilaian. Contoh: rumusan indikator “menulis huruf”. Ini belum sempurna
sebagai rumusan indikator karena kata “menulis” hanya menunjukkan proses,
yaitu proses menulis. Agar sempurna menjadi sebuah indikator, maka
rumusannya dilengkapi dengan “menulis huruf yang dapat dibaca”, atau menulis
dan mengurutkan huruf sesuai urutan abjad, atau menulis dengan cara yang
benar. Potongan kalimat “yang dapat dibaca” dan “urutan sesuai abjad”, “cara
yang benar” menjadi penentu dan batasan atau ukuran ketuntasan (Supriyatna,
2019). Contoh Perumusan Indikator yaitu sebagai berikut :
Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
ekskresi dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan fungsi yang dapat
terjadi pada sistem ekskresi manusia
4.9 Menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur
dan fungsi organ yang meyebabkan gangguan pada sistem ekskresi serta
kaitannya dengan teknologi
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.9.1 Mengidentifikasi letak dan struktur organ ekskresi pada manusia
3.9.2 Mendeskripsikan fungsi masing-masing organ ekskresi pada manusia
3.9.3 Menganalisis kerja ginjal pada proses pengeluaran urin
3.9.4 Menganalisis gangguan pada ginjal dan pengaruhnya terhadap sistem
ekskresi pada manusia
3.9.5 Menganalisis peran teknologi dalam mengatasi kelaianan dan penyakit yang
berhubungan dengan sistem ekskresi pada manusia.
3.9.6 Merumuskan hipotesis pengaruh pola hidup terhadap terjadinya gangguan
pada sistem ekskresi manusia.
4.9.1 Menyajikan hasil analisis data peran teknologi dalam mengatasi kelaianan
dan penyakit yang berhubungan dengan sistem ekskresi pada manusia.
4.9.2 Menyajikan poster pengaruh pola hidup terhadap terjadinya gangguan pada
sistem ekskresi manusia
4.9.3 Mengkomunikasikan hasil analisis data peran teknologi dalam mengatasi
kelaianan dan penyakit yang berhubungan dengan sistem ekskresi pada
manusia.
4.9.4 Mengkomunikasikan poster pengaruh pola hidup terhadap terjadinya
gangguan pada sistem ekskresi manusia
C. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar (Utami,
2010). Tujuan pembelajaran berfungsi untuk memfokuskan pembelajaran dan
ujian pada materi pelajaran yang sangat spesifik dan sempit yang dipeajari siswa
pada waktu tertentu (Krathwolh dan Anderson, 2010).
Menurut Krathwolh dan Anderson (2010), rumusan tujuan terdiri dari kata
kerja dan kata benda. Kata kerja pada tujuan berfungsi untuk mendeskripsikan
proses kognitif yang diharapkan, sedangkan kata benda mendeskripsikan
pengetahuan yang diharapkan dikuasai atau dikonstruksi oleh siswa. Tyler (dalam
Krathwolh dan Anderson, 2010) menyatakan bahwa rumusan tujuan yang paling
bermanfaat adalah rumusan yang menunjukkan jenis perilaku yang akan diajarkan
kepada siswa dan isi pembelajaran, yang membuat siswa menunjukkan perilaku
tersebut.
Tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu:
(1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan
kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu
dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku
tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan
minimum yang dapat diterima (Hardianto, 2010).
Menurut Krathwolh dan Anderson (2010), ada empat tips dalam
merumuskan tujuan pembelajaran sebagai berikut.
1. Menelaah kata kerja dan kata bendanya
2. Menghubungkan jenis pengetahuan dengan proses kognitif
3. Memastikan bahwa kata benda atau frasa benda yang digunakan tepat
4. Memanfaatkan banyak sumber informasi
Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran
dalam format ABCD.
1. A = Audience (pelajar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya),
adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu siswa.
dalam Tujuan pembelajaran harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti
pelajaran itu. Keterangan mengenai kelompok siswa yang akan manjadi
kelompok sasaran pembelajaran diusahakan sespesifik mungkin.
2. B = Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), adalah
perilaku spesifik khusus yang diharapkan dilakukan siswa setelah selesai
mengikuti proses pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting,
yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana siswa
mempertunjukkan sesuatu, seperti: menyebutkan, menganalisis, menyusun,
dansebagainya. Objek menunjukkan pada apa yang akan dipertunjukkan.
3. C = Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang
diharapkan dapat tercapai, adalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang
digunakan pada saat siswa diuji kinerja belajarnya.
4. D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima), adalah derajat
atau tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus dicapai siswa dalam
mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yang diharapkan
dapat berupa: melakukan tanpak salah, dalam batas waktu tertentu, pada
ketinggian tertentu atau ukuran tingkat keberhasilan lainnya.

Contoh perumusan tujuan pembelajaran


Kompetensi Dasar Indikator Capaian Kompetensi
3.9 Menganalisis hubungan antara 3.9.1 Mengidentifikasi letak dan
struktur jaringan penyusun organ struktur organ ekskresi pada
pada sistem ekskresi dalam manusia
kaitannya dengan bioproses dan 3.9.2 Mendeskripsikan fungsi
gangguan fungsi yang dapat masing-masing organ ekskresi
terjadi pada sistem ekskresi pada manusia
manusia 3.9.3 Menganalisis kerja ginjal dan
4.9 Menyajikan hasil analisis kaitannya dengan proses
pengaruh pola hidup terhadap pengeluaran urin
kelainan pada struktur dan fungsi 3.9.4 Menganalisis gangguan pada
organ yang meyebabkan ginjal dan pengaruhnya
gangguan pada sistem ekskresi terhadap sistem ekskresi pada
serta kaitannya dengan teknologi manusia
3.9.5 Menganalisis peran teknologi
dalam mengatasi kelaianan dan
penyakit yang berhubungan
dengan sistem ekskresi pada
manusia.
3.9.6 Merumuskan hipotesis pengaruh
pola hidup terhadap terjadinya
gangguan pada sistem ekskresi
manusia
4.9.1 Menyajikan hasil analisis data
peran teknologi dalam
mengatasi kelaianan dan
penyakit yang berhubungan
dengan sistem ekskresi pada
manusia.
4.9.2 Menyajikan poster pengaruh
pola hidup terhadap terjadinya
gangguan pada sistem ekskresi
manusia
4.9.3 Mengkomunikasikan hasil
analisis data peran teknologi
dalam mengatasi kelaianan dan
penyakit yang berhubungan
dengan sistem ekskresi pada
manusia.
4.9.4 Mengkomunikasikan poster
pengaruh pola hidup terhadap
terjadinya gangguan pada
sistem ekskresi manusia

Tujuan pembelajaran:
3.9.1.1 Siswa mampu mengidentifikasi letak dan struktur organ ekskresi pada
manusia dengan benar, melalui kegiatan mengamati charta/gambar/ video
diskusi, dan studi literatur.
3.9.2.1 Siswa mampu mendeskripsikan fungsi masing-masing organ ekskresi
pada manusia dengan benar, melalui kegiatan diskusi dan studi literatur.
3.9.3. 1Siswa mampu dan kaitannya dengan proses pengeluaran urin, melalui
kegiatan mengamati charta/gambar/ video diskusi, dan studi literatur.
3.9.4.1 Siswa mampu gangguan pada ginjal dan pengaruhnya terhadap sistem
ekskresi pada manusia dengan benar melalui kegiatan diskusi dan studi
kasus.
3.9.5.1 Siswa mampu peran teknologi dalam mengatasi kelaianan dan penyakit
yang berhubungan dengan sistem ekskresi pada manusia.dengan benar,
kegiatan diskusi, studi kasus, dan studi literatur.
3.9.6.1 Siswa mampu merumuskan hipotesis pengaruh pola hidup terhadap
terjadinya gangguan pada sistem ekskresi manusia dengan benar melalui
kegiatan diskusi dan studi literatur.
4.9.1.1 Siswa mampu menyajikan hasil analisis data peran teknologi dalam
mengatasi kelaianan dan penyakit yang berhubungan dengan sistem
ekskresi pada manusia dengan benar, melalui kegiatan diskusi kelompok.
4.9.2.1 Siswa mampu menyajikan poster pengaruh pola hidup terhadap
terjadinya gangguan pada sistem ekskresi manusia dengan benar melalui
kegiatan diskusi kelompok.
4.9.3.1 Siswa mampu mengkomunikasikan hasil analisis data peran teknologi
dalam mengatasi kelaianan dan penyakit yang berhubungan dengan
sistem ekskresi pada manusia dengan tepat, melalui kegiatan presentasi.
4.9.4.1 Siswa mampu mengkomunikasikan poster pengaruh pola hidup terhadap
terjadinya gangguan pada sistem ekskresi manusia dengan tepat, melalui
kegiatan presentasi.
D. Mengembangkan Kisi-Kisi Soal
Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang
soal-soal yang diperlukan atau yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan
test blue-print atau table of specification merupakan deskripsi kompetensi dan
materi yang akan diujikan (Arikunto, 2012). Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah
untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal
(Sofyan, 2016). Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujikan dan dijadikan pedoman untuk menulis
soal (Tim Penyusun, 2010).
Menurut Sofyan (2016), kisi-kisi memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak disusun. Pedoman
penulisan soal meurupakan aspek tepenting ketika guru hendak memberikan
soal kepada siswa, pedoman tersebut akan menjadi acuan bagi guru dalam
penulisan soal sehingga akan memudahkan dalam pembuatan soal.
2. Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes. Tes
merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran yang disampaikan, guru dalam mengevalusi peserta didik akan
memberikansoal tes evaluasi yang bermacam-macam sesuai dengan tujuan
pencapaian evalusi terhadap pembelajaran tertenu. Dalampembuatan soal
yang menggunakan kisi-kisi.
3. Penulisan kisi-kisi berfungsi untuk menselaraskan perangkat soal, sehingga
hal ini juga akan mempermudah dalam proses evaluasi. Penulis soal yang
berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif sama, dari segi tingkat
kedalaman segi cakupan materi yang ditanyakan.
Penyusunan kisi-kisi harus memenuhi kriteria yang sudah ditentukan.
Adapun kisi-kisi yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut (Tim Penyusun,
2010).
a. Mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat
dan proporsional.
b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
c. Kompetensi yang akan diukur atau materi yang hendak ditanyakan dapat
dibuatkan soalnya.

D. Syarat Kisi-Kisi

1. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan


2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami
3. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan Indikator dan bentuk yang yang
ditetapkan

E. Jenis Perilaku Yang Dapat Diukur


1. Domain kognitif :

2. Domain afektif :
3. Domain psikomotor :

F. Prosedur Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tulis


 Komponen atau Kelengkapan Sebelum Tes Terdiri Atas :
1. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang
harus dikerjakan oleh siswa.
2. Lembaran jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan bagi test untuk
mengerjakan tes. Untuk soal bentuk pilihan ganda biasanya dibuatkan
lembaran nomer dan huruf a, b, c, d. Menurut banyaknya alternatif yang
disediakan.
3. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci
jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki. Untuk tes
bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat
singkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban. Ide daripada adanya
kunci jawaban ini adalah agar :
 Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.
 Pemeriksaannya benar.
 Dapat dilakukan dengan mudah.
 Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif

 Hal-hal yang harus di lakukan sebelum menulis soal tes tulis


sebelum menulis soal maka hal-hal yang harus di lakukan diantaranya
yaitu:
 menentukan tujuan tes
 menyusun kisi-kisi soal
 penulisan soal
 pemberian skor
 pelaporan hasil tes   

G. Tes Tulis
1. Pengartian Tes Tulis
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau
kelompok.
2. Ciri-Ciri Tes
Tes yang baik memiliki kriteria atau ciri-ciri. Ciri-ciri tes yang baik yaitu:
 Validitas
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai
dengan kenyataan. Maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid.
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur.

 Reliabilitas
Kata reabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability
dalam bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat
dipercaya. Jika dihubungkan dengan validitas maka validitas adalah
ketepatan sedangkan reliabilitas adalah ketetapan.
 Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal
ini terutama terjadi pada sistem skoringnya. Apabila dikaitkan dengan
reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
 Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
tes tersebut bersifat praktis (mudah dilaksanakan, mudah
pemeriksaannya), mudah pengadministrasiaanya.

 Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan
tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang
banyak dan waktu yang lama

3. Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis


Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal yang harus dilakukan
adalah menysun kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue print, table of
specification, lay-out, plan, or frame work berfungsi sebagai pedoman dalam
penulisan soal dan perakitan tes.
Komponen kisi-kisi tes yaitu :
 Jenis sekolah/kelas/semester
 Mata pelajaran
 Kurikulum yang diacu
 Alokasi waktu
 Jumlah soal
 Bentuk soal
 Bahan-bahan pengajaran yang akan diukur
 Jenis kompetensi yang akan diukur (ingatan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, evaluasi)
 Banyaknya soal yang akan disusun untuk masing-masing bahan
pengajaran dan kompetensi/aspel intelektual yang akan diukur.
 Bentuk soal
 Tingkat kesukaran masing-masing soal.

4. Langkah-Langkah Pembuatan Kisi-Kisi


Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu :
 Mendaftar  pokok-pokok  materi  yang  akan  diteskan  (berdasarkan
silabus)
 Memberikan imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok
materi (berdasarkan pada luas dan tingkat kedalaman materi)
 Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap
materi.
 Menentukan proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual
yang diukur bagi setiap pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas dan
heterogenitas bahan).
 Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi
 Pemberian nomor item

H. NON-TES
1. Pengertian Instrument Non-tes
Instrument non-tes adalah intrumen selain tes prestasi belajar. Alat
yang dapat digunakan adalah lembar pengamatan atau observasi dan istrumen
tes sikap, minat dsb. Instrumen non-tes biasanya digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar, aspek psikomotorik atau keterampilan, sikap atau
nilai, yaitu untuk menggali informasi atau mengumpulkan data yang berkaitan
dengan penilaian, pendapat atau opini terhadap sesuatu yang berkaitan dengan
keterampilan, perilaku, sikap atau nilai.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen evaluasi
adalah jumlah butir pernyataan dari suatu instrumen, karena semakin banyak
jumlah butir pernyataan (unsur yang dievaluasi) maka semakin baik
kualitasnya. Pada prinsipnya prosedur penulisan untuk instrument non-tes
adalah sama dengan prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu
menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisi-kisinya, telaah,
validasi butir, uji coba butir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.     
Namun, dalam proses awalnya, sebelum menyusun kisi-kisi tes
terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi diperoleh melalui
kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas isi atau
konstruknya diperoleh melalui “teori”.

2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Non-tes


Penulis soal harus mengetahui terlebih dahulu validitas konstuknya
yang disusun atau dirumuskan melalui teori. Cara termudah untuk
mendapatkan teori adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian atau
mencari informasi lain yang berhubungan dengan variable atau tujuan tes yang
dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang hendak
mengerjakan tes ini (instrumen non-tes) tidak perlu mempersiapkan atau
belajar materi yang hendak diteskan terlebih dahulu seperti pada tes prestasi.
Setelah teori diperoleh dari berbagai buku, maka langkah selanjutnya
adalah menyimpulkan teori itu dan merumuskan mendefinisikan (yaitu
definisi konsep dan definisi operasional) dengan kata sendiri berdasarkan
pendapat para ahli yang diperoleh dari beberapa buku yang telah dibaca.
Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah yang dinamakan konstruk.
Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu, langkah selanjutnya adalah
menentukan dimensi (tema objek atau hal-hal pokok yang menjadi pusat
tinjauan teori), indikator (uraian atau rincian dimensi yang akan diukur) dan
penulisan butir soal berdasarkan indikatornya.
 Contoh Non Tes
a) Tes skala sikap
Tes skala sikap adalah perasaan suka atau tidak suka atau
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Seperti :
sikap terhadap materi pelajaran, guru, proses pembelajaran, norma-
norma tertentu dan sebagainya.
Penilaian tes skala sikap atas 3 komponen berikut :
 Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang
terhadap objek.
 Komponen kongnisi adalah kepercayaan atau keyakinan yang
menjadi pegangan seseorang.
 Komponen konasi adalah kecenderunan untuk berperilaku atau
berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu objek.

b) Tes minat belajar


Minat merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan
perhatian terhadap suatu objek yang disertai dengan raa senang dan
dilakukan penuh kesadaran.
Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran,
perhatiannya akan tinggi dan minatnya berfungsi sebagai pendorong
kuat untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada
pelajaran tersebut.
c) Tes motivasi berprestasi
 Definisi konsep
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang medorong peserta didik
untuk berbuat baik dari apa yang dibuat atau diraih sebelumnya mapun
yang dibuat atau diraih orang lain.
 Definisi operasional
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang
untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih
sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain yang dapat
diukur melalui:
a) Berusaha untuk untuk unggul dalam kelompoknya
b) Menyelesaikan tugas dengan baik
c) Rasional dalammeraih keberhasilan
d) Menyukai tantangan
e) Menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses
f) Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi,
umpan balik dan resiko tingkat menengah
d) Tes kreativitas
Keativitas merupakan proses berfikir yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan secara benar dan
bermanfaat (Devito, 1989 : 118).
Ciri-ciri kreativitas berkaitan dengan imaginasi, orisinalitas,
berfikir devergen, penemuan hal-hal yang bersifat baru, intuisi, hal-hal
yang menyangkut perubahan dan eksploasi (coben, 1976 : 17). Tes
kreativitas teriri dari dua yaitu tes verbal dan tes gambar. Yang memilki
ciri kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi (Torance, 1974 : 8).

3. Komponen kisi-kisi non test


Instrumen non-tes yang dimaksudkan di sini adalah instrumen selain
tes di antaranya seperti tes sikap, motivasi, minat, emosi, bakat, moral,
konsepsi diri, dan lain sebagainya. Adapun alat penilaiannya yang dapat
digunakan diantaranya adalah: pengamatan/observasi (seperti catatan harian,
portofolio, life skill) dan instrumen tes (seperti tes sikap, minat, dll).

Pada prinsipnya, prosedur penulisan kisi-kisi untuk instrumen non-tes


adalah sama dengan prosedur penulisan kisi-kisi tes pada tes prestasi belajar,
namun sebelum menyusun kisi-kisi tes terdapat perbedaan dalam menentukan
validitas isi/konstruknya. Dalam tes prestasi belajar, validitas isi diperoleh
melalui kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas
isi/konstruknya diperoleh melalui “teori”. Teori adalah pendapat yang
dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian,
dsb. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 932)

Dalam kisi-kisi non-tes formatnya berisi:

i. Dimensi adalah tema-objek/hal-hal pokok yang menjadi pusat tinjauan


teori. Agar demensi dapat diukur harus memenuhi syarat sebagai berikut :
demensi itu harus secara umum didapatkan pada suatu kelompok benda atau
manusia, demensi itu harus dapat memberikan data sensorik yang dapat
ditangkap oleh indera manusia, demensi itu harus dapat dirumuskan dengan
jelas, demensi itu harus memiliki nilai variasi, demensi itu harus dapat
memberikan respons yang mirip pada berbagai pengamat yang berbeda.
ii. Indikator  adalah uraian/rincian dimensi yang akan diukur
iii. Jumlah butir soal per indicator
iv. Nomor butir soal

4. Prosedur penyusunan kisi-kisi non test

Langkah-langkah pengembangan alat evaluasi non-tes diantaranya seperti berikut


ini:

a. Menentukan apa yang akan diukur atau aspek apa yang akan mau diungkap.
Biasanya aspek hasil belajar yang diungkap dengan cara non-tes  berkenaan
dengna ranah afeltif dan psikomotorik atau aspek psikologis.
b. Menentukan instrument apa yang akan digunakan. Jadi, maksudnya ialah
cara apa yang akan digunakan untuk mengukur aspek tersebut. Instrument
dalam penilaian non tes seperti angket, observasi, wawancara, sosiometri,
analisis hasil karya, dll.
c. Menentukan definisi atau batasan tentang aspek yang akan diungkap,
berdasarkan atas teori dari aspek yang ingin diungkap tersebut.
d. Menentukan format instrument. Format instrtument yang sering ditemukan
adalah berupa uraian bebas (essay), skala penilaian atau rattingh skill,
pilihan ganda atau daftar cek, atau yang lainnya.
e. Mengembangkan kisi-kisi
f. Menulis pernyataan sesuai dengan kisi-kisi
g. Analisis rasional terhadap pernyataan yang telah dirumuskan. Analisis ini
bisa dilakukan sendiri atau oleh orang lain yang memiliki keahlian dalam
bidang tersebut.

Berikut ini format kisi-kisi non tes:


Contoh Mengembangkan kisi kisi Tes
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil
Jumlah soal tes
Jumlah soal
Kompetensi tulis
No Materi PG Uraian Praktik
Dasar
1 1.1 Mengidentifikasi ruang 1. Pengertian biologi menurut bahasa 3 -- --
lingkup biologi berdasarkan objek 2. Pengertian biologi menurut istilah
dan permasalahannya pada 3. Macam-macam biologi
berbagai tingkat organisasi
kehidupan

2 1.2. Membuat desain penelitian 1. Pengertian berbagai macam cabang biologi 3 1 --


tentang suatu objek biologi dan 2. Keterkaitan cabang biologi satu dengan cabang
permasalahannya pada tingkat biologi yang lain
organisasi kehidupan tertentu
3 1.3 ............ ........... 6 -- 1
4 2.1 ............ ........... 6 1 --
5 2.2 ............ ........... 8 1 --
6 3.1 ............ ........... 6 -- 1
7 3.2 ........... ........... -- 2 --
8 3.3 .......... ........... 8 -- --
Jumlah soal 40 5 2

Format Penulisan Kisi-kisi Soal


KISI-KISI PENULISAN SOAL

A. Jenis sekolah : SMA Jumlah soal : 47


B. Mata pelajaran : Biologi Bentuk soal/tes : PG, Uraian, Praktik/Tes
C. Kurikulum : K13 Penyusun : Evi, Ica, dan Arif
D. Kelas/Smt : X/ (satu) Alokasi waktu : 75’

Kelas/ Materi Level Bentuk Nomor


No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator soal
Smt Pokok Kognisi soal soal
Merumuskan masalah, 1.1 Mengidentifikasi ruang Mengetahui tujuan suatu
lingkup biologi berdasarkan objek dan eksperimen
C1 PG 1
mengajukan dan menguji Ruang lingkup Biologi.
hipotesis, menentukan permasalahannya pada berbagai tingkat Mengetahui cabang-
organisasi kehidupan cabang ilmu Biologi
C1 PG 2
variabel, merancang dan o Biologi sebagai ilmu dan
merakit instrumen, kedudukannya. Menunjukkan ciri dasar
menggunakan berbagai
1.2. Membuat desain penelitian tentang C2 PG 3
suatu objek biologi dan suatu makhluk hidup
peralatan untuk Memberikan contoh
permasalahannya pada tingkat
melakukan pengamatan masalah biologi dan
organisasi kehidupan tertentu
dan pengukuran yang o Bekerja ilmiah. cabang ilmu biologi yang C3 PG 4
tepat dan teliti, ikut andil membantu
1.
mengumpulkan, menyelesaikan
mengolah, menafsirkan Contoh tingkat organisasi
X/(Satu) dan menyajikan data kehidupan. C3 PG 5
Objek dan permasalahan
secara sistematis, dan biologi pada Memberikan pengertian
menarik kesimpulan sesuai berbagai tingkat organisasi tingkat organisasi C2 PG 6
dengan bukti yang kehidupan. kehidupan/populasi
diperoleh, serta o Objek Biologi. Penjelasan tingkat
berkomunikasi ilmiah hasil Kajian biologi meliputi organisasi kehidupan
percobaan secara lisan makhluk
dan tertulis hidup dengan segala
permasalahannya, mulai C4 Uraian 41
dari
individu (molekul,
senyawa, sel,
Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di
dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang
sendiri, kecuali pada kolom 6.

BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahsan diatas, antara lain:
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujikan. Kisi-kisi adalah suatu format (matriks)
yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis tes atau
merakit tes. Kisi-kisi berisi ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan
berikut ini:
a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
c. Soal dapat disusun sesuai dengan bentuk soal dalam kisi-kisi Kegunaan kisi-
kisi:
o Sebagai pedoman dalam penulisan tes (soal) ataupun non tes
o Untuk mengarahkan dan memudahkan penulisan soal
SARAN
soal mengacu bukan hanya pada silabus dan kurikulum yang berlaku akan
tetapi melihat juga aspek lingkungan sekitar dan perilaku siswa (situasi dan
kondisi keadaan sekitar)

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV Wacana
Prima.
Herdianto, D.2010. Perencanaan Pembelajaran dalam Kerangka Penyelenggaraan
Pelatihan. Disampaikan pada pelatihan penanggulangan bencana yang
diselenggarakan oleh PMI tanggal 13-14 Januari 2010.
Krathwohl, D.R., dan Anderson, L.W.2010. Kerangkan Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
PERMENDIKBUD RI. 2018. No.37 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum
2013 Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
Permendikbud No. 103 Tahun 2004 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan
Dasar dan Menengah
  Susilana, Rudi. dan Cepi Riyana. 2008. Hakekat, Pegembangan, Pemanfaatan,
dan Penilaian. Bandung : CV Wacana Prima

Sofyan, H. 2016. Penyuluhan dan Pelatihan Pendidikan tentang Pembuatan Kisi-


Kisi Soal Untuk Guru-Guru di Yayasan Perguruan Birrul Waalidain
Semplak Bogor. Jurnal Abdimas 3 (1), 12-17.
Supriyatna. A., Asriani.E.N. 2019. Cara Mudah Merumuskan Indikator
Pembelajaran. Pustaka Bina Putera C. Kabupaten Serang.
Tiaradipa. S., Zulfiati. Y.S., Rabani., Monika. G., Syaftiawaty. S., & Setiawati. M.
2016. Indikator Pencapaian Kompetensi Dan Rumusan Tujuan
Pembelajaran. Makalah Pengembangan Kurikulum. Program Studi
Pendidikan Kimia Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Tim Penyusun. 2010. Juknis Penulisan Butir Soal di SMA. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.
Utami, T.H. 2016. Indikator dan Tujuan Pembelajaran dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. Artikel disajikan pada SEMNAS MIPA,
tahun 2010 di Universitas Negeri Malang.
Vianti. S.L. 2011. Kesesuaian Antara Pengembangan Indikator Dan Kompetensi
Dasar Dalam Silabus Ktsp Aspek Membaca Di Smp Negeri 3 Batang.
Skripsi. Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai