Anda di halaman 1dari 25

KEDUDUKAN ASESMEN, EVALUASI HASIL BELAJAR, DAN

PRINSIP DASAR ASESMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


BIOLOGI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asesemen Pembelajaran
Biologi yang dibina Prof. Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 1/Offering B
Qurniasty (190341864418)
Haryatin Nurul Afifah (190341864411)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JANUARI 2020
DAFTAR ISI

Halaman Sampul...................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3

i
A. Pengertian Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran ............................................3
B. Perbedaan Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi ..............................................6
C. Penerapan Evaluasi, Asesmen, dan Pengukuran pada Kurikulum 2013...........7
D. Hakikat dan Tujuan Penialaian Hasil Belajar dalam Pembelajaran Biologi . . .13
E. Penaerapan Asesmen dalam Pembelajaran Biologi .........................................16
BAB III PENUTUP ..............................................................................................21
A. Kesimpulan ......................................................................................................21
B. Saran ................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (berupa angka).
Penilaian menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, artinya
melalui data yang dikumpulkan untuk evaluasi, guru dapat mengetahui mengenai
tingkat pencapaian tujuan, kekuatan-kekuatan siswa dalam belajar dan kelemahan-
kelemahan dalam proses belajar yang telah dikembangkan guru di kelas. Atas dasar
informasi itulah guru kemudian dapat mengambil suatu keputusan untuk menentukan
evaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Asesmen kurikulum 2013 merupakan salah satu aspek penting dalam
pembelajaran terutama berkaitan dengan asesmen alternatif, baik asesmen autentik
maupun asesmen kinerja. Sehingga diperlukan pengetahuan mengenai pengertian
macam-macam asesmen, pengembangan instumen dan rubrik hingga analisis,
pemanfaatan, dan laporan hasil penilaian.
Berdasarkan penjelasan diatas maka diperlukan pembahasan terkait kedudukan
asesmen, evaluasi hasil belajar dalam pendidikan, dan prinsip dasar asesmen
pembelajaran biologi. Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang konsep kedudukan asesmen dan evaluasi hasil belajar dalam
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar asesmen dan evaluasi pembelajaran?
2. Bagaimana perbedaan antara pengukuran, asesmen, dan evaluasi dalam pelaksanaan
pembelajaran?
3. Bagaimana penerapan pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam pelaksanaan
dalam kurikulum?
4. Bagaimana hakikat dan tujuan penilaian hasil belajar dalam pembelajaran biologi?
5. Bagaimana penerapan asesmen dalam pembelajaran biologi?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan konsep dasar asesmen dan evaluasi pembelajaran

1
2. Mendeskripsikan perbedaan antara pengukuran, asesmen, dan evaluasi dalam
pelaksanaan pembelajaran.
3. Mendeskripsikan penerapan pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam pelaksanaan
pembelajaran.
4. Mendeskripsikan hakikat dan tujuan penilaian hasil belajar dalam pembelajaran
biologi.
5. Mendeskripsikan penerapan asesmen dalam pembelajaran biologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran


1. Pengertian Asesmen pembelajaran
Menurut beberapa ahli:
a. Terry Overton (2008): asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk
memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang
pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu
penilaian bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode
seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya.
b. Menurut Suharsimi Arikunto (2009) penilaian adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
c. Bob Kizlik (2009) Assessment adalah suatu proses dimana informasi diperoleh
berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Penilaian adalah istilah yang luas yang
mencakup tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari penilaian. Tes adalah
salah satu bentuk penilaian. Dengan kata lain, semua tes merupakan penilaian,
namun tidak semua penilaian berupa tes.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa assessment atau
penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa, menjelaskan dan menafsirkan hasil
pengukuran (kuantifikasi suatu objek, sifat, perlaku dll), menggambarkan informasi
tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) siswa.
Ada empat jenis asesmen dalam pembelajaran, yaitu:
a. Asesmen formatif dan sumatif
Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan di akhir pembelajaran, dan
digunakan untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas peserta didik.
Asesmen formatif umumnya dilaksanakan selam proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan asesmen formatif dapat berbentuk pemberian balikan atas pekerjaan
peserta didik, dan tidak akan dijadikan sebagai dasar untuk kenaikan kelas peserta
didik. Dalam konteks belajar, asesmen sumatif dan formatif disebut dengan
asesmen belajar.
Salah satu bentuk asesmen formatif adalah asesmen diagnostic. Asesmen
diagnostic mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik untuk
mengidentifikasi program belajar yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.

3
Asesmen mandiri oleh peserta didik merupakan bentuk asesmen diganostik yang
melibatkan peserta didik mengakses dirinya sendiri.
b. Asesmen objektif dan subjektif
Asesmen bentuk objektif merupakan bentuk pertanyaan yang memiliki satu
jawaban yang benar. Asesmen subjektif merupakan bentuk pertanyaan yang
memiliki lebih dari satu jawaban yang benar (atau lebih dari satu cara
mengungkapkan jawaban yang benar). Ada beberapa jenis pertanyaan berbentuk
objektif dan subjektif. Jenis pertanyaan berbentuk objektif yaitu pertanyaan yang
memiliki alternatif jawaban benar dan salah, pilihan ganda, pertanyaan
menjodohkan, dan jawaban ganda. Pertanyaan subjektif yaitu pertanyaan yang
membutuhkan jawaban luas dan ada yang berbentuk uraian.
c. Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
Asesmen acuan patokan, biasanya menggunakan tes acuan patokan,
merupakan asesmen yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik
berdasarkan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Asesmen acuan patokan
membandingkan kemampuan peserta didik dengan criteria, atau asesmen yang
memfokuskan diri pada kinerja individu yang diukur berdasarkan pada criteria atau
standar absolute. Asesmen acuan patokan seringkali digunakan untuk mengukur
kompetensi peserta didik. Prosedur asesmen acuan patokan mencakup urutan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Identifikasi hasil belajar yang diharapkan.
2) Rumuskan kriteria. Jika memungkinkan, libatkan peserta didik dalam
merumuskan kriteria
3) Rencanakan kegiatan belajar yang membantu peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.
4) Sebelum kegiatan belajar berlangsung, komunikasikan kriteria tersebut dan
pekerjaan yang akan diakses.
5) Berikan contoh kinerja yang diinginkan.
6) Implementasikan kegiatan belajar.
7) Gunakan beberapa metode asesmen berdasarkan tugas yang diberikan.
8) Kaji kembali data asesmen dan evaluasi masing-masing tingkat kinerja peserta
didik atau kualitas pekerjaan dengan menggunakan kriteria.
9) Apabila diperlukan, berikan tanda huruf (misalnya A, B, C, D) yang

4
menunjukkan pemenuhan hasil belajar peserta didik dan orangtua.
10) Laporkan hasil asesmen kepada peserta didik dan orangtua.
Asesmen acuan normatif, atau dikenal dengan penentuan rangking
berdasarkan kurva norml, biasanya menggunakan tes acuan normatif, tidak
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain yaitu asesmen yang distandarkan
pada sekelompok individu yang kinerjanya dinilai dalam hubungannya dengan
kinerja individu lainnya. Asesmen ini sangat efektif untuk membandingkan
kemampuan peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Asesmen untuk ujian
masuk sekolah biasanya emnggunakan asesmen acuan normatif, karena asesmen ini
dapat menunjukkan proporsi jumlah calon peserta didik yang lulus datau diterima di
sekolah atau di universitas, dan bukan menunjukkan tingkat kemampuan calon
peserta didik yang sesungguhnya.
d. Asesmen formal dan informal
Asesmen formal biasanya diwujudkan dalam bentuk dokumen tertulis,
seperti tes tertulis. Asesmen formal diberikan skor dalam bentuk angka atau
penentuan rangking berdasarkan pada kinerja peserta didik. Asesmen informal tidak
dimaksudkan untuk menentukan rangking akhir peserta didik. Asesmen ini biasanya
dilakuan dengan cara yang lebih terbuka, seperti kegiatan asesmen yang
dilaksanakan melalui observasi, inventori, partisipasi, evaluasi diri dan teman
sebaya, dan diskusi.
2. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Pengertian pengukuran menurut beberapa ahli:
a. Endang Purwanti (2008) Berpendapat bahwa evaluasi adalah proses
pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
b. Menurut Purwanto (2002) evaluasi adalah pemberian nilai terhadap suatu
kualitas. Selain dari itu, evaluasi juga dapa dipandang sebagai proses
merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan. Dengan
demikian, evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan
pengajaran telah dicapai oleh siswa.
c. Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.
5
d. Menurut Widoyoko (2012) evaluasi merupakan proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan,
dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan
sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun
program selanjutnya.
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah adalah
kegiatan atau upaya yang meliputi pengukuran dan penilaian yang direncanakan
untuk mendukung tercapainya tujuan (program, produksi, prosedur). Untuk
selanjutnya hasil dari kegiatan atau upaya tersebut digunakan sebagai bahan
pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi.

B. Perbedaan Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi


Perbedaan antara evaluasi dengan assessmant adalah terletak apada scope
(ruang lingkup) dan pelaksanaanya. Ruang lingkup assessment lebih sempit dan
biasanya hanya terbatas pada salah atau komponen atau aspek saja, seperti prestasi
belajar peserta didik. Pelaksanaan assessmant biasanya dilaksanakan pada konteks
internal, yakni orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem
pembelajaran yang bersangkutan. Misalnya, guru menilai prestasi belajar peserta
didik, supervisisor menilai kinerja guru dan sebagainya. Ruang lingkup evaluasi
lebih luas mencakup semua komponen dalam suatu sistem (sistem pendidikan,
sistem kurikulum, sistem pembelajaran) dan dapat dilakukan tidak hanya pihak
internal (evaluasi internal) tetapi juga pihak eksternal (evaluasi eksternal), seperti
konsultan mengevaluasi suatu program (Arifin, 2012).
Evaluasi dan assessment lebih bersifat komprehensif yang meliputi
pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran.
Pengukuran lebih memebatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-
angka) tentang kemajuan belajar peserta didik (learning progress), sedangkan
evalusi dan assessmant lebih bersifat kualitatif. Di samping itu evaluasi dan
assessmant pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang
nilai suatu objek. Keputusan penilaian (value judgement) tidak hanya didasarkan
kepada hasil pengukuran (quantitative description), tetapi dapat pula didasarkan
kepada hasil pengamatan dan wawancara (qualitatif description) (Arifin, 2012).
Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara
evaluasi dengan asesmen. Evaluasi merupakan penilaian program pendidikan secara
menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh.
6
Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan. Sementara itu, asesmen merupakan
penilaian dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingan dengan
evaluasi. Asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan perbaikan program
pembelajaran.
Scope asesmen hanya mencakup kompetensi lulusan dan perbaikan cara
belajar siswa. Jadi, hubungannya lebih pada peserta didik. Ruang lingkup evaluasi
yang lebih luas ditunjukkan dengan cakupannya yang meliputi isi atau substansi,
proses pelaksannan program pendidikan, kompetensi lulusan, pengadaan dan
peningkatan tenaga kependidikan, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana dan
pembiayaan (Yulaelawati, 2004).
Proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu
kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara
berurutan dan berjenjang yaitu dimuali dari proses pengukuran kemudian penilaian
dan terakhir evaluasi. Sedangkan proses pengujian merupakan bagian dari
pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian (Haryati, 2008).
Secara umum dapat dikatakan bahwa pengukuran adalah suatu proses
pemberian angaka pada sessuatu atau seseorang berdasarkan aturan-aturan tertentu.
Hasilnya hanyalah angka-angka (skor). Pengukuran tidak membuahkan nilai atau
baik-buruknya sesuatu, tetapi hasil pengukuran dapat dipakai untuk membuat
penilaian dan evaluasi (Silverus, 1991).

C. Penerapan Evaluasi, Assesmen, dan Pengukuran pada Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan
Kompetensi Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh
peserta didik. Untuk mengetahui ketercapaian KD, guru harus merumuskan
sejumlah indikator sebagai acuan penilaian dan sekolah juga harus menentukan
ketuntasan belajar minimal atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk
memutuskan seorang peserta didik sudah tuntas atau belum. KKM menggambarkan
mutu satuan pendidikan, oleh karena itu KKM setiap tahun perlu dievaluasi dan
diharapkan secara bertahap terjadi peningkatan KKM.
1. Pengukuran dalam Kurikulum 2013
Untuk suatu usaha pengukuran banyak pertimbangan-pertimbangan yang
harus dibahas, yaitu kesahihan (validitas), keterandalan (realiabilitas) dan
kepraktisan.
7
 Validitas
Suatu alat pengukuran dikatakan valid jika ia benar-benar cocok untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Jadi suatu untuk mata pelajaran tertentu
dikatakan valid jika ia benar-benar cocok dengan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan untuk dicapai dengan penyajian matapelajaran tertentu.
 Realiabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika ia menghasilkan suatu gambaran (hasil
pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya. Ciri ini menunjukkan bahwa
alat pengukur itu tidak rusak sehingga dapat diandalkan untuk membuahkan
hasil pengukuran yang sebenarnya. Jika alat pengukurannya reliabel,
pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan memakai alat yang sama
terhadap obyek dan subyek yang sama hasilnya akan tetap atau relatif sama.
 Kepraktisan
Ada tiga hal yang dianggap sebagai ciri kepraktisan alat pengukur atau ujian
a) Penghematan : suatu ujian dikatakan praktis jika penggunaan waktu,
tenaga dan biaya relatif kecil.
b) Kemudahan dalam pengadministrasian: suatu ujian dikatakan praktis kalau
mudah dalam pengadministrasiannya.
c) Kemudahan dalam penginterpretasian: suatu ujian dikatakan praktis kalau
mudah menginterprestasi hasilnya.
2. Penilaian dalam Kurikulum 2013
Menurut lampiran Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, tentang standar
penilaian, standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta
didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Sedangkan penilian sendiri ialah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,
kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar perserta didik secara
berkesinambungan.
Penilaian peserta didik pada pendidikan dasar dan menegah mencakup 3
aspek, yaitu aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penilaian pengetahuan
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan
peserta didik. Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik, sedangkan
8
penilaian keterampilan ialah kegiatan yang dilakukan unruk mengukur kemampuan
peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
Salah satu ciri atau karakteristik kurikulum 2013 terkait penilaian adalah
diharuskannya guru melakukan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan
penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan
(input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik,
serta proses dan hasil belajar secara utuh.
Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut
akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effects) dan dampak
pengiring (nurturant effects) dari pembelajaran. Penilaian autentik harus
mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai
cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap). Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa yang
diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, ada beberapa kata kunci dalam penilaian
autentik, yakni 1) Penilaian input, yakni menilai kemampuan awal siswa terkait apa
yang akan dipelajari. Misalnya: pretest, apersepsi, brainstorming; 2) penilaian
proses, yakni penilaian pada saat proses pembelajaran berlangsung. Misalnya
menilai kesungguhan siswa, penerimaan siswa, kerjasama, kemampuan
menyelesaikan tugas yang diberikan, penilaian diri, penilaian antar sejawat, dan
lain-lain; 3) penilaian hasil, yakni menilai kompetensi siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung. Misalnya menilai kompetensi pengetahuan siswa dengan
cara tertulis, lisan atau penugasan, dan menilai keterampilan siswa dengan cara tes
praktik/unjuk kerja, portofolio, tugas projek (Alimuddin, 2014).
Bentuk penilaian menurut Permendikbud no 23 tahun 2016 dilakukan dalam
bentuk ulangan, pengamatan, penugasan dan/atau bentuk lain yang diperlukan,
yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi peserta
didik, memperbaiki proses pembelajaran, dan menyususn laporan hasil belajar
peserta didik.
1) Penilaian Sikap

9
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta
didik sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian
sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan
keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal
ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan membina perilaku serta
budi pekerti peserta didik. Penilaian sikap dilakukan oleh semua guru mata
pelajaran, guru BK, dan wali kelas, serta warga sekolah. Teknik penilaian sikap
dijelaskan pada skema berikut.

Gambar 1. Skema Penilaian Sikap

2) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan
peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif,
serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan
dengan ketercapaian KD pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran.
Penilaian pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Guru mata
pelajaran menetapkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi yang
akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada saat menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus.

10
Gambar 2. Skema Penilaian Pengetahuan
3) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai
kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas
tertentu. Keterampilan dalam Kurikulum 2013 meliputi keterampilan abstrak
(berpikir) dan keterampilan konkret (kinestetik). Kaitannya dalam pemenuhan
kompetensi, penilaian keterampilan merupakan penilaian untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4.
Penilaian keterampilan menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu.

Gambar 3. Skema Penilaian Keterampilan


3. Evaluasi dalam Kurikulum 2013
Evaluasi hasil belajar merupakan salah satu jenis kegiatan evaluasi
pendidikan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran serta selalu didahului
oleh kegiatan penilaian dan pengukuran. Untuk memberikan informasi yang akurat
serta mencapai tujuan sebagaimana diharapkan, penilaian dan pengukuran di dalam
evaluasi hasil belajar harus dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan standar yang
harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pengalaman belajar (Alimuddin,
2014). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut dijelaskan

11
bahwa evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil
penilaian. Hasil dari evaluasi ini adalah naik/tidak naik kelas, lulus atau tidak lulus,
remedial atau tidak remedial.
Evaluasi mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada pengukuran
dan penilaian mencakup semua komponen dalam sistem. Komponen dalam sistem
yang dimaksud yaitu sebuah sistem pendidikan, sistem kurikulum, dan sistem
pembelajaran. Menurut Arifin (2010) komponen dalam sistem tersebut dapat
dilakukan tidak hanya pihak internal (evaluasi internal) tetapi juga pihak eksternal
(evaluasi eksternal), seperti konsultan mengavaluasi sesuatu program atau
kurikulum.
Dengan demikian, evaluasi pembelajaran hendaknya (a) dirancang
sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi yang akan
dievaluasi, alat evaluasi dan interpretasi hasil evaluasi (b) menjadi bagian integral
dari proses pembelajaran (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan
berbagai alat (instrumen) dan sifatnya komprehensif (d) diikuti dengan tindak
lanjut. Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan,
prinsip berorientasi kepada kecakapan hidup, prinsip belajar aktif, prinsip
kontinuitas, prinsip koherensi, prinsip keseluruhan, prinsip paedagogis, prinsip
diskriminalitas, dan prinsip akuntabilitas (Arifin, 2010).

D. Hakikat dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar dalam Pembelajaran Biologi


Penilaian dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar baik yang menggunakan instrument test maupun non-test. Proses pemberian
nilai berlangsung dalam bentuk intepretasi yang diakhir dengan judgement.
Judgement merupakan tema penilaian yang mengaplikasikan adanya suatu
perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks suatu situasi tertentu
(Kunandar, 2013).
Keputusan yang diambil dalam suatu penilaian adalah keputusan tentang
peserta didik, seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang
kenaikan kelas dan kelulusan. Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa pada hakikatnya penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar

12
peserta didik secara sistematis, akurat, dan berkesinambungan dengan
menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti soal dan lembar pengamatan.
Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat penting
dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Secara umum dengan menggunakan
penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta
didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru
(Arifin, 2009). Selain itu, penilaian hasil belajar juga dapat digunakan dalam
melihat tingkat keberhasilan atau efektivitas guru dalam pembelajaran di kelas.
Hasil belajar sendiri dapat diartikan sebagai kompetensi atau kemampuan
tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai oleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar juga
didefinisikan sebagai berbagai kemampuan yang dimiliki oleh peserat didik setelah
menerima pengalaman belajar yang diberikan oleh guru (Kunandar, 2013).
Prinsip dalam melaksanakan penilaian hasil belajar (Kunandar, 2013), sebagai
berikut:
1) Sahih (Valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur
2) Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai;
3) Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik dan
tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku
bangsa, dan gender.
4) Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran
5) Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan
6) Menyeluruh dan Berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik.
7) Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti berbagai langkah yang baku
8) Menggunakan Acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, penilaian dapat dipertanggungjawabakan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
Berbagai prinsip diatas perlu diperhatikan untuk menghasilkan proses penilaian
hasil belajar yang baik. Penilaian hasil belajar dalam sebuah proses pembelajaran

13
merupakan salah satu bagian terpenting dalam prose situ sendiri. Adapun tujuan dari
penilaian hasil belajar peserta didik, antara lain:
1) Melacak kemajuan peserta didik, artinya dengan melakukan penilaian maka
perkembangan hasil belajar peserta didik dapat diidentifikasikan yakni menuru
atau meningkat.
2) Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik, artinya dengan melakukan
penilaian, maka dapat diketahui apakah peserta didik telah menguasao
kompetensi tersebut ataukah belum menguasai.
3) Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik
4) Menjadi umpan balik (feed back) untuk perbaikan bagi peserta didik, artinya
dengan melakukan penilaian, maka dapat dijadikan bahan acuan untuk
memperbaiki hasil belajar peserta didik yang masih berada di bawah standar
(KKM).
Penilaian pendidikan dalam konteks kurikulum 2013 dikatakan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik yang mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis
portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional,
dan ujian sekolah (Kemendikbud, 2013).
Penilaian dalam pembelajaran biologi yang berpedoman pada kurikulum
2013, penilaian dibagi menjadi 3 kelompok hal yang dinilai yaitu:
1. Penilaian pengetahuan dan pemahaman
Peserta didik harus dapat menunjukkan pengetahuan dan pemahamannya
tentang:
a. Fenomena ilmiah, fakta, hukum, definisi, konsep, dan teori
b. Istilah/kata-kata saintifik/ilmiah, terminology dan konvensi (termasuk
simbol, besaran, dan satuan)
c. Alat dan baha yang dipakai dalam percobaan di laboratorium biologi, cara
menggunakannya, dan aspek keselamatan kerja
d. Ukuran-ukuran dan cara menentukannya, misalnya kapasitas vital paru-
paru
e. Penerapan biologi dan teknologi yang dipakai dalam biologi, serta
implikasinya di masyarakat, ekonomi, dan lingkungan.
2. Mengolah/menangani informasi dan menyelesaikan masalah
Peserta didik harus mampu mengolah/menangani informasi dan
menyelesaikan masalah, mengomunikasikan secara lisan dan tulisan tentang
simbol, grafik, dan data numerik, yaitu dengan:
a. Menentukan letak data, memilah data, dan mempresentasikan informasi
dari berbagai sumber informasi,
14
b. Mengubah satu bentuk informasi ke bentuk informasi lainnya,
c. Menipulasi/engolah data numeric dan data lainnya,
d. Menggunakan informasi untuk mengidentifikasi pola data, melaporkan
pola atau kecenderungan data, dan menyimpulkan,
e. Memberikan penjelasan dari fenomena, pola, dan hubungan data,
f. Menyatakan prediksi dan hipotesis
g. Menerapkan pengetahuan pada situasi baru,
h. Menunjukkan kepedulian terhadap keterbatasan dari teori biologi yang
berkembang, dan
i. Menyelesaikan masalah.
3. Eksperimen dan investigasi
Peserta didik harus dapat:
a. Mengikuti langkah percobaan secara tuntas dan sesuai urutan prosedur
secara detail,
b. Menggunakan teknik, alat, bahan, melakukan pengukuran secra efektif dan
aman,
c. Mengamati dan mencatat data pengamatan, pengukuran dan prediksi,
dengan peralatan secara teliti, akurat, dan unit yang tepat,
d. Mengintrepretasi, menilai, dan melaporkan data pengamatan dan
percobaan,
e. Menilai informasi, memprediksi, dan membuat hipotesis,
f. Membuat desain, merangkai/merancang, dan melakukan percoaan, dan
mengientifiksi berbagai masalah,
g. Memilih cara, alat, dan bahan yang tepat, dan
h. Melakukan penilaian dan kritik terhadap metode dan teknik yang
digunakan, serta memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan.

E. Penerapan Asesmen dalam Pembelajaran Biologi


Asesmen merupakan aspek yang penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Asesmen digunakan untuk mengukur ketercapaian siswa terhadap tujuan
pembelajaran. Asesmen juga berperan dalam mengukur keberhasilan program
pembelajaran, metode pembelajaran hingga sistem pendidikan. Kompleksitas
asesmen melibatkan berbagai komponen dimulai dari penggagas, pembuat, dan
pelaksana asesmen. Terdapat dua jenis asesmen yang harus digunakan selama
pembelajaran, yakni asesmen sumatif dan asesmen formatif.
Asesmen sumatif mengacu pada hasil akhir pembelajaran, sedangkan asesmen
formatif mengacu pada proses pembelajaran. Asesmen sumatif biasanya
diimplementasikan melalui soal ulangan atau ujian akhir, sedangkan asesmen
formatif dapat berupa penugasan, soal-soal latihan, lembar kerja siswa (LKS),

15
proyek pembelajaran dan lain-lain. Terdapat beberapa jenis asesmen yang
diterapkan dalam pembelajaran biologi adalah sebagai berikut.
1. Asesmen Tradisional
Beberapa aspek penting dari evaluasi dan asessment siswa melibatkan tes-
tes yang dibuat guru dan diberikan kepada siswa. Prinsip-prinsip umum untuk
memandu guru pada saat merencanakan sistem assessment dan membuat tes sendiri
menurut Grondlund (2005) dalam Arends (2007) berikut.
a. Mengakses seluruh tujuan instruksional, tes harus selaras dengan tujuan
intruksional guru.
b. Mencakup seluruh ranah kognitif. Sebuah tes yang baik tidak sepenuhnya
difokuskan pada salah satu tujuan, misalnya ingatan faktual. Sebaliknya,
mengukur sampel tujuan-tujuan pembelajaran secara representatif. Mengukur
keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks seperti penalaran tingkat tinggi
lebih sulit dan memakan waktu.
c. Menggunakan soal-soal tes yang tepat. Tes yang baik mencakup soal-soal yang
paling tepat untuk tujuan tertentu. Ada banyak jenis soal tes dan format tes yang
digunakan guru.
d. Menggunakan tes untuk meningkatkan pembelajaran. Hal ini untuk
mengingatkan guru bahwa meskipun tes dapat digunakan terutama untuk
mendiagnosis atau mengakses prestasi siswa, tapi tes juga dapat menjadi
pengalaman belajar bagi siswa.
Pembuatan assesment tradisional memerlukan tahapan untuk konstruksi tes.
Konstruksi Tes menurut Arend (2007) terdiri dari merencanakan tes karena tujuan
instruksional bidang studi tertentu dapat mencakup beragam perilaku, termasuk
fakta-fakta tentang suatu topik, konsep dan prinsip dasar, keterampilan dasar dan
komplek, apresiasi, dan kemampuan untuk berfikir kritis dan analitis. Sehingga
tidak semua pengetahuan, keterampilan, atau proses kognitif dapat dimasukkan
pada sebuah tes tertentu. Jadi, guru harus membuat keputusan tentang apa yang
akan dimasukkan dan apa yang tidak akan dimasukkan dalam tes.
Test blue-print (cetak biru atau rancangan tes) adalah alat yang ditemukan
oleh para spesialis evaluasi untuk membantu para guru dalam membuat keputusan
dan menentukan berapa banyak ruang yang dialokasikan bagi jenis pengetahuan
tertentu dan untuk berbagai tingkat proses kognitif siswa yang berbeda.
Perencanaan tes juga perlu dilaksanakan dengan menentukan kisi-kisi penilaian.
Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penilaian, digunakan sebagai pedoman untuk
16
pengembangan soal, harus mewakili isi kurikulum, komponen-komponennya rinci,
jelas dan mudah dipahami. Kisi-kisi harus mengacu pada SK-KD.
2. Asesmen Alternatif
Asesmen alternatif merupakan alternatif pengukuran atau evaluasi hasil
belajar siswa yang menggunakan standar penilaian tertentu. Asesmen alternatif
diperlukan untuk menilai dimensi proses dan hasil belajar siswa yang tidak tergali
melalui tes. Asesmen alternatif bersifat real task situational autentik, berpihak
kepada siswa dan memberikan umpan balik yang lebih bermakna bagi
pengembangan potensi siswa secara menyeluruh (Wulan, 2007).
Alat penilaian yang diasumsikan dapat mengetahui kemampuan dan
penerapan informasi siswa adalah Asesmen autentik atau penilaian alternatif, salah
satu instrumennya adalah asesmen kinerja atau penilaian kinerja siswa. Penerapan
penilaian kinerja siswa dapat memberikan bukti-bukti kemajuan siswa secara aktual
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki proses
pembelajaran selanjutnya. Selain itu penilaian dengan cara ini dirasakan lebih adil
dan fair bagi siswa serta dapat meningkatkan motivasi siswa untuk terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran.
3. Asesmen Kinerja
Penilaian kinerja (Performance assesment) merupakan penilaian terhadap
kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan. Menurut
Arend (2007) performance assesment menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka
dapat mengerjakan tugas tertentu, seperti menulis esai, melakukan eksperimen,
menginterprestasi solusi untuk suatu masalah, memainkan sebuah lagu, atau
menggambar sesuatu.
Asesmen kinerja dapat digunakan sebagai alternatif dari tes yang selama ini
banyak digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik di
persekolahan. Asesmen kinerja diharapkan mampu mengukur hasil belajar yang
tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan
merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran. Oleh karena itu
penggunaan asesmen kinerja menjadi penting dalam proses pembelajaran. Hal
tersebut karena dapat memberikan informasi lebih banyak tentang kemampuan
peserta didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar memperoleh informasi
tentang jawaban benar atau salah saja.
4. Asesmen Autentik (Assesment Authentic)

17
Teknik dan strategi penilaian autentik dapat dilakukan dengan formal dan
informal. Penilaian formal biasanya menggunakan tes-tes standar, sedangkan
informal menekankan pada penilaian autentik 4P, yaitu penampilan
(performance), proses, produk, dan portofolio. Penilaian autentik merupakan
metode penilaian alternatif yang memnungkinkan siswa untuk
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas,
menyelesaikan masalah atau juga mengekspresikan pengetahunnya dengan cara
menstimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata.
Penilaian autentik di desain untuk mnegukur aspek kognitif tingkat tingi,
seperti memecahkan masalah, inkuiri, dan berkomunikasi (Suwono, 2011).
Penilaian autentik bertujuan untuk menyediakan infromasi yang valid dan akurat
mengenai hal yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa.
Aktifitas siswa terdiri dari aktivitas nyata yang dapat diamati dan aktifitas
tersembunyi yang tidak dapat diamati seperti berfikir, dan tanggapan siswa
terhadap pengalaman tertentu. Aktivitas ini dapat meliputi keduanya baik nyata
maupun tersembunyi, yang pada dasarnya meliputi 3 aspek: kognitif, afektif,
serta psikomotor.
Penilaian autentik ini juga sering dikenal dengan istilah penilaian alternatif
atau penilaian lembar kerja yang kesemuanya ini merupakan upaya
mendeskripsikan bentuk-bentuk penilaian yang lebih bermakna. Melalui cara ini
fokus penilaian bergeser dari peserta didik “beraktifitas untuk mendapatkan nilai
dengan menjawab atau memilih jawaban” menjadi “beraktifitas untuk
menunjukkan apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan”. Penilaian
autentik tidak hanya dilakukan di bagian akhir pembelajaran saja tetapi ada juga
yang dilaksanakan selama proses pembelajaran.
Selain itu terdapat pula Penilaian Acuan Kriteria (PAK) dan Penilaian
Acuan Norma (PAN). Salah satu bentuk ukuran pembanding yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam menganalisis hasil pengukuruan dari sebuah instrumen
evaluasi secara kognitif maupun keterampilan adalah Penilaian dengan Acuan
Patokan (PAP) atau yang lebih dikenal dengan istilah Criterion Referenced
Measurement. PAP sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil
belajar sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah
ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya.

18
PAP berdasarkan pendapat Arifin (2009) adalah membandingkan skor yang
diperoleh peserta didik dengan suatu standar atau norma absolut. PAP pada
umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes formatif. Pendekatan ini
lebih berfokus pada apa yang dapat dikerjakan dan didapatkan oleh peserta
didik selama proses belajar dan mengajar. Dengan kata lain, kemampuan-
kemampuan apa yang telah dicapai oleh peserta didik sesudah menyelesaikan satu
bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, PAP berfungsi untuk mengetahui
dan menganalisa peruhal yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan
membandingkan seorang peserta didik dengan peserta didik lainnya, melainkan
dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik dan sesuai dengan kompetensi
yang telah diajarkan kepada peserta didik.
Penilaian acuan norma atau disingkat dengan dengan PAN ialah penilaian
yang membandingkan hasil belajar yang didapatkan siswa dalam kelompoknya. Tes
acuan norma yaitu perbandingan kerja siswa dengan hasil belajar siswa lain. Tes
acuan norma berasumsi bahwa kemampuan siswa itu berbeda dan dapat
digambarkan menurut distribusi normal. Distribusi normal pada PAN artinya siswa
yang mendapatkan nilai rendah sedikit, siswa yang mendapatkan nilai sedang
banyak sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tinggi sedikit jika kumpulan skor
bersifat heterogen.
Distribusi normal merupakan distribusi khusus yang sangat membantu dalam
menafsirkan skor tes. Perbedaan kemampuan setiap orang harus ditunjukkan pada
hasil pengukuran. Hasil tes seseorang siswa dibandingkan dengan kelomponya
supaya mengetahui posisi siswa tersebut. Acuan ini banyak digunakan dalam tes
seleksi atau ujian masuk karena memang sengaja dimaksudkan untuk membedakan
kemampuan siswa. Hanya siswa yang dianggap mampu memenuhi batas lulus
tertentu yang diterimah. Penilaian acuan norma bersifat relatif karena pendoman
kelulusan siswa dengan menggunakan PAN tidak diberlakukan untuk kelompok lain
atau digenerilisasi.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Assessment atau penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, menjelaskan dan menafsirkan
hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah adalah kegiatan atau upaya yang
meliputi pengukuran dan penilaian yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan (program, produksi, prosedur).
2. Perbedaan pengukuran, penilaian dan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran
terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih
sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah atau komponen atau aspek dan
pelaksanaannya biasanya dilakukan pada konteks internal. Ruang lingkup evaluasi
lebih luas yaitu mencakup semua komponen suatu sistem antara lain sistem
pendidikan, kurikulum dan sistem pembelajaran serta pelaksanaannya tidak hanya
dilakukan pada konteks internal namun juga melibatkan pihak eksternal.
Pengukuran merupakan gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang
kemajuan belajar peserta didik (learning progress), sedangkan evalusi dan
assessment bersifat kualitatif.
3. Penerapan pengukuran dalam Kurikulum 2013 didasarkan pada pertimbangan
akan validitas, realibilitas dan kepraktisan. Penilaian pada Kurikulum 2013
mengharuskan guru melakukan penilaian autentik yang secara komprehensif
menilai komponen input – proses – output yang menekankan pada mengukur apa
yang telah dapat dilakukan siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran
meliputi ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
4. Penilaian hasil belajar merupakan sebuah upaya untuk melihat keberhasilan dari
suatu proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam hal ini pembelajaran
Biologi. Keberhasilan tersebut dinilai dapat didasarkan pada per-bagian materi
atau kompetensi yang hendak dicapai, sehingga dapat diketahui pula bahwa tujuan
utama dari penilaian.
5. Terdapat 4 asesmen dalam pembelajaran biologi, antara lain: asesmen tradisional,
asesmen alternatif, asesmen kinerja, dan asesmen autentik.

B. Saran

20
Makalah ini masih belum maksimal dalam menjelaskan materi kedudukan asesmen,
evaluasi hasil belajar, dan prinsip dasar asesmen pembelajaran pendidikan biologi,
sehingga lebih baik jika menambah informasi dari buku dan artikel lain.

21
DAFTAR RUJUKAN

Alimuddin. 2014. Penilaian Dalam Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan. Vol. 1 No. 1.
Makasar: Jurusan Matematika FMIPA UNM.

Arends, Richard I. 2007. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar (Ed. 7 Jilid 1).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arifin, Z. 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur,Cet; II, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Arifin, Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas. 2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian, Jakarta:


Depdiknas

Haryati, M. 2008. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Gaung Persada Press Jakarta.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasar
Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Press.

Overton, T. 2008. Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th
Edition). University of Texas – Brownsville

Purwanti, E. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto, N. 2002. Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda Karya.

Silverus, S. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Grasindo.

Suwono, Hadi. 2011. Pembelajaran Berbasis Projek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Limnologi Di Jurusan Biologi. Jurnal Ilmu Pendidikan. 17(5) : 368 – 377.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:


Sekertariat Negara Republik Indonesia.

Widoyoko, S. E. P. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wulan, A. R. 2007. Pengertian dan esensi konsep evaluasi, asesmen, tes, dan pengukuran.
Online. http://file. upi.edu/direktori/fpmipa/jurpend_bio logi/ana
ratnawulan/pengertianasesmen. pdf

22
Yulaelawati, E. 2004. Kurikulum ddan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya Jakarta.

Yusuf, M. 2017. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

23

Anda mungkin juga menyukai