Anda di halaman 1dari 14

Praktik Asisten Laboratorium Biologi UMM terhadap Etika di Kelas

Praktikum

Makalah Proyek
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Filsafat IPA dan Bioetika

Oleh:
Haryatin Nurul Afifah (190341864411)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
November 2019
Praktik Asisten Laboratorium Biologi UMM terhadap Etika di Kelas
Praktikum
Sueb, Haryatin Nurul Afifah
Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
Email : sueb.fmipa@um.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik asisten laboratorium Biologi UMM terhadap
etika mengajar di kelas praktikum. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data
diperoleh dari angket yang disebarkan kepada 16 responden dari asisten Laboratorium Biologi
UMM. Berdasarkan hasil prosentasi dari 3 topik angket, dapat disimpulkan bahwa laboratorium
belum memperkenalkan etika dengan tanggapan dari responden sebesar 56,25% menyatakan tidak
ada kursus/pelatihan terkait etika. Responden telah memperkenalkan dan memberikan masalah
etika di kelas praktikumnya sebesar 81,75% dengan berbagai cara pedagogis yang tertinggi yakni
membuka diskusi informal yakni sebesar 68,75%.
Kata kunci: praktik asisten, etika, sains

Abstract
This study aims to determine the practice of UMM Biology laboratory assistant on teaching ethics
in practical classes. This research uses quantitative descriptive methods. Data was obtained from
a questionnaire distributed to 16 respondents from UMM Biology Laboratory assistant. Based on
the results of the percentage of the 3 questionnaire topics, it can be concluded that the laboratory
has not introduced ethics with responses from respondents of 56.25% stating there are no courses
/ training related to ethics. Respondents have introduced and given ethical issues in their
practicum classes at 81.75% with the highest pedagogical means of opening informal discussions
at 68.75%.
Keyword: assistant practice, ethics, science

PENDAHULUAN
Pembelajaran Biologi di perguruan tinggi sangat identik akan kegiatan
mengamati obyek kajiannya. Obyek kajian biologi mulai dari makhluk hidup
bersel satu hingga yang kompleks seperti hewan atau pun manusia. Eksperimen
hewan dan pembedahan adalah kegiatan penting dan dasar untuk meningkatkan
pengetahuan yang ada tentang penelitian biologi dan medis. Penelitian
memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan & teknologi
dengan produksi dan penyebaran pengetahuan yang valid, andal, dan umum [1].
Implementasi proses pembelajaran sains di perguruan tinggi identik
dengan pemberian konten sains yang luas [2]. Pendidikan etika formal telah
diadopsi oleh sejumlah profesi dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran akan
masalah sosial dan etika dan untuk mengembangkan keterampilan pengambilan
keputusan etis yang dibutuhkan oleh para praktisi [3].
Menurut wahyuni [4] sudah sejak lama praktik pembelajaran umumnya
cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral.
Dalam memahami struktur yang kompleks pada suatu hewan seharusnya
dilakukan dengan pengamatan secara langsung/praktikum. Pengamatan secara
langsung (praktikum) dilakukan di laboratorium dan menggunakan hewan coba.
Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa calon guru memiliki standar kompetensi
yang ditetapkan pada UU guru dan dosen [5].
Menurut Mumpuni [6] mahasiswa juga harus dibekali dengan pengetahuan
dan sikap yang kokoh dalam mengikuti arus perkembangan sains dan teknologi
tetapi masih peduli terhadap kelestarian lingkungan. Pendidikan bioetika
memperhatikan pendidikan anak muda, siswa sekolah menengah dan mahasiswa
dalam pengajaran Biologi sehingga mereka akan dapat menerapkan hukum etika
dan hukum biologi dalam penelitian ilmiah berikutnya dan upaya mereka [7]. Tiga
prinsip aksiomatis bioetika yang diakui secara luas adalah otonomi individu,
kebaikan hati, dan keadilan [8].
Namun, bioetika di Indonesia termasuk pengetahuan yang belum
berkembang dengan maksimal, karena bioetika belum menjadi salah satu disiplin
ilmu, sehingga untuk mengkajinya masih terintegrasi dalam kajian filsafat ilmu
[9]. Beberapa universitas yang berada di mancanegara memiliki filsuf profesional
yang dapat dipanggil untuk membantu mengajar siswa biosains, namun para filsuf
juga spesialis dan mungkin kekurangan waktu atau minat untuk menyampaikan
etika kepada mahasiswa. Oleh sebab itu sebagai langkah alternatif adalah dengan
melalui staf/asisten untuk mengajar etika [10].
Terdapat konsensus yang kuat di antara para pendidik bahwa pelatihan
dalam konsekuensi etika dan sosial dari sains diperlukan untuk pengembangan
siswa menjadi para profesional sains dan warga negara yang dibutuhkan di masa
depan [11]. Praktikum yang dilakukan oleh mahasiswa dalam mendalami materi
dilakukan di laboratorium dengan pendampingan oleh asisten, instruktur maupun
dosen. Pembelajaran tentang etika disampaikan oleh asisten pendamping agar
produk lulusan memiliki kompetensi yang seharusnya.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah
adakah dukungan terhadap etika mengajar di kelas praktikum pada asisten
laboratorium Biologi UMM?

TUJUAN
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui praktik asisten laboratorium
Biologi UMM terhadap etika mengajar di kelas praktikum.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitif dengan variabel bebas
perilaku dan sifat asisten Laboratorium Biologi UMM dan variabel terikat etika
mengajar. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi UMM pada bulan
November 2019. Populasi penelitian yakni 16 asisten Laboratorium Biologi UMM
sedangkan sampel penelitian adalah asisten yang telah menjadi asisten koordinator
praktikum.
Adapun angket yang digunakan mengadaptasi instrumen dari penelitian serupa
yang dilakukan oleh Booth dan Garret [11] dengan judul “Instructors’ Practices
in and Attitudes Toward Teaching Ethics in the Genetics Classroom”. Analisis
data pada penelitian ini yakni deskriptif kuantitatif dengan menghitung prosentase
dan mendeskripsikan jawaban dari angket.

HASIL
Penulis menggunakan angket dalam memperoleh data dengan sampel 16
responden dari asisten Laboratorium Biologi UMM. Berikut adalah tabel hasil
angket terdiri atas 12 pertanyaan yang dirancang untuk mengetahui sejauh mana
laboratorium memperkenalkan etika, sejauh mana asisten memperkenalkan etika
di kelas praktikumnya, dan pendapat asisten tentang tingkat paparan etika yang
tepat pada mahasiswa. Angket terbagi menjadi 3 topik antara lain secara umum,
pada kelas praktikum, dan opini asisten.
Tabel 1. Hasil angket pada topik umum
Pilihan Nomor soal angket dan prosentase
jawaban 1 % 2 % 3 %
A 7 43,75 10 62,5 9 56,25
B - - 1 6,25 1 6,25
C 9 56,25 4 25 5 31,25
D 1 6,25 1 6,25
Total 16 100 16 100 16 100

Tabel 2. Hasil angket pada topik kelas praktikum


Pilihan Nomor soal angket dan prosentase
jawaban 4 % 5 % 6 % 7 % 8 % 9 %
A 4 25 7 43,75 6 37,5 2 12,5
B 11 68,75 3 18,75 - - 4 25
C 1 6,25 6 37,5 2 12,5 6 37,5
D - - 4 25 2 12,5
E - - - 2 12,5
F - - -
G - - -
H - - 4 25
Ya 9 56,25
Tidak 6 37,65 2 12,5
Tidak men- 1 6,25 14 87,5
jawab
Total 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100

Tabel 3. Hasil angket pada topik opini


Nomor soal angket dan prosentase
Pilihan jawaban
10 % 11 % 12 %
A 1 6,25 - - 4 25
B 2 12,5 6 37,5 7 43,75
C - - 10 62,5 5 31,25
D - - - - - -
E - -
Ya 3 18,75
Tidak 13 81,25
Total 16 100 16 100 16 100

PEMBAHASAN
Hasil dari angket pada subtopik umum digunakan sebagai pengantar dalam
survei yang menanyakan etika mengungkapkan bahwa 56,25% laboratorium tidak
menawarkan apapun tentang etika sedangkan 43,75% mendapatkan setidaknya
satu mata kuliah yang berfokus pada sains/biologi dan etika. Selain itu, 62,5% dan
56,25% responden menyatakan bahwa laboratorium maupun jurusan Biologi tidak
memiliki persyaratan inti yang mencakup beberapa komponen etis. Baik
laboratorium maupun jurusan menyarankan agar mengambil kursus secara khusus
yang berfokus pada sains/biologi dan etika. Hal tersebut dapat saja terjadi karena
etika dalam sain/biologi masih hal baru dalam pendidikan biologi di Indonesia
dan belum banyak diajarkan sebagai sebuah mata kuliah di jurusan pendidikan
biologi. Selain itu karena bioetika belum menjadi kajian luas di berbagai jenjang
pendidikan, kecuali beberapa fakultas kedokteran dan jurusan tertentu di beberapa
perguruan tinggi di Indonesia menjadikan bioetika sebagai matakuliah baik
sebagai matakuliah khusus maupun matakuliah terintegrasi [9].

Vokalisasi kasual

Kelas Praktikum

Diskusi Informal

0 20 40 60 80

Gambar 1. Survei responden dalam mengkaitkan etika dalam kelas


praktikum
Penggunaan berbagai metode pedagogis oleh responden hanya dominan
pada 3 macam pilihan yakni 68,75% pada diskusi informal, 25% pada saat kelas
praktikum, dan 6,25% dilakukan dengan vokalisasi/membuat topik secara kasual
pada suatu objek. Kemungkinan responden juga belum memahami etika dalam
sains/biologi secara baik sehingga hanya 3 metode yang digunakan dan
beranggapan bahwa dosen kelas yang mampu memberikan pemahamannya. Hal
tersebut juga terjadi di Inggris yang mana pengajaran tim dengan campuran ahli
biologi dan filsuf / ahli etika disarankan oleh 22% responden di sementara hanya
satu responden berpikir bahwa pengajaran etika dalam Biosciences harus
dilakukan sepenuhnya oleh filsuf / ahli etika moral [12].
Responden memberikan tanggapan sebesar 43,75% bahwa buku petunjuk
praktikum tidak mencakup masalah etika, 37,5% responden menyatakan bahwa
terdapat bagian khusus yang terpisah dari bahan bacaan, dan 18,75% responden
menyatakan bahwa terdapat cakupan masalah etika pada bagian utama buku
petunjuk praktikum. Buku petunjuk praktikum dibuat oleh dosen yang mengampu
mata kuliah sehingga 56,25% responden memasukkan bahan tambahan saat
praktikum yang secara khusus berfokus pada masalah etika. Buku petunjuk
praktikum masih belum maksimal dalam memberikan penjelasan etika. Menurut
Iancu [] pendidikan bioetika memerlukan penggunaan strategi heuristik deduktif,
analogi, metode interaktif dalam proses pengajaran.
Topik pembahasan yang digunakan oleh responden hanya 4 dari 8 pilihan
yang ada pada angket. 37,5% responden membahas berbagai prinsip etika yang
menonjol. 25% responden pada kesadaran akan pendapat pribadi dan 25%
responden menjawab tidak ada topik yang digunakan sedangkan 12,5% responden
memberikan pertimbangan dan keragaman nilai dan kepercayaan. Berdasarkan
pemberian topik masalah yang berkaitan dengan etika, berikut prosentase waktu
kelas yang dikhususkan untuk etika.

Lama durasi

<1%
1-5%
6-20%
>20%
tidak ada

Responden memiliki kewajiban dalam memberikan nilai kepada praktikan


setelah kelas peraktikum selesai, dimana 87,5% responden memperhitungkan hal
tersebut dan 12,5% responden tidak memperhitungkannya. Adapun komponen
yang digunakan dalam memberikan nilai paling besar saat partisipasi dalam
diskusi 50%, dokumen 14,29%, ujian 14,29%, dan lainnya 21,41%. Penilaian
lainnya berupa nilai keaktifan dan dalam segala aktivitas selama praktikum.
Menurut Iancu [13] pendidikan etika harus berlanjut di universitas dengan adanya
kurikulum akademik yang khusus, adanya pelatihan dan pengembangan
berkelanjutan, pengembangan diri dan pelatihan diri. Namun, di Indonesia sendiri
etika dalam sains/biologi masih belum berkembang dengan baik.
Adapun responden telah peduli dengan etika yang harus disampaikan pada
mahasiswa saat kelas praktikum berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan hasil
prosentase tertinggi pada 81,25% responden menjawab telah memasukkan
masalah etika dalam kelas praktikum sedangkan 18,75% menjawab tidak dengan
beberapa alasan. Alasan tersebut meliputi kekurangan waktu saat kelas praktikum
dan kurangnya sumber daya pada subjek. Etika sangat dibutuhkan untuk
membantu siswa terlibat dengan masalah etika yang terkait dengan subjek dan
pandangan bahwa kursus etika akan meningkatkan keterampilan lulusan yang
dapat ditransfer dan menjadikan warga negara yang lebih baik [12].
Responden yakin akan adanya keterbukaan antara mahasiswa dengan
masalah etika. Adapun 62,5% responden beranggapan bahwa harus pada fokus
biologi dan etika tertentu dan 37,5% responden cukup dengan fokus pada kelas
saja. Praktik yang telah ditunjukkan oleh responden menggambarkan bahwa
responden menganggap etika sangat penting. Hal ini berkaitan dengan
perkembangan sains dan teknologi yang semakin pesat namun kadang tidak
disertai dengan kebijaksanaan dalam menyikapi perkembangannya [14].

SIMPULAN
Berdasarkan hasil prosentasi dari 3 topik, dapat disimpulkan bahwa laboratorium
belum memperkenalkan etika dengan tanggapan dari responden sebesar 56,25%
menyatakan tidak ada kursus/pelatihan. Responden telah memperkenalkan dan
memberikan masalah etika di kelas praktikumnya sebesar 81,75% dengan
berbagai cara pedagogis yang tertinggi yakni membuka diskusi informal yakni
sebesar 68,75%.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua responden yang
berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini.

DAFTAR RUJUKAN
[1] Kaushik, K & Vaswani, R. 2018. Research on animals and current UGC
guidelines on animal dissection and experimentation: A critical analysis.
BIOETHICS UPdate 4 119-139

[2] Saptono, S., Rustaman, N.Y. Saefudin, & Widodo, A. 2013. Model
Integrasi Atribut Asesmen Formatif (Iaaf) dalam Pembelajaran Biologi Sel untuk
Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Analitik Mahasiswa
Calon Guru. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 2(1): 31-40
[3] Tamra Lysaght , Philip J. Rosenberger III & Ian Kerridge (2006)
Australian Undergraduate Biotechnology Student Attitudes towards the Teaching
of Ethics, International Journal of Science Education, 28:10, 1225-1239, DOI:
10.1080/09500690600560803

[4] Wahyuni, E. S. 2015. Implementasi Lesson Study pada Mata Kuliah


Anatomi Fisiologi Hewan Mahasiswa Semester III Program Studi Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Tanjungpura. Prosiding Smeinar. 566-574

[5] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

[6] Mumpuni, K. E. 2013. Potensi Pendidikan Keunggulan Lokal Berbasis


Karakter dalam Pembelajaran Biologi di Indonesia. Seminar Nasional X
Pendidikan Biologi FKIP UNS. Vol 10, No 2 .

[7] Iancu, M. 2013. Bioethical education in teaching Biology. Social and


Behavior Sciences. 127 73-77

[8] Peetush, A. K & Maharaj, A. 2017. Individual Autonomy: Self, Culture,


and Bioethics. BIOETHICS UPdate. (paper online)

[9] Huda, A. M. 2015. Kajian Pengetahuan Bioetika Dan Kemampuan


Pengambilan Keputusan Etis Mahasiswa Calon Guru Biologi. Prosiding Smeinar
Nasional Pendidikan Biologi UMM. 530-538

[10] Roger Downie & Henriikka Clarkeburn (2005) Approaches to the


teaching of bioethics and professional ethics in undergraduate courses, Bioscience
Education, 5:1, 1-9, DOI: 10.3108/beej.2005.05000003

[11] Booth, J. M & Garret, J. M. 2004. Instructors’ Practices in and Attitudes


Toward Teaching Ethics in the Genetics Classroom. Genetics Education.168.
1111-1117.

[12] Bryant, J. A., & Morgan, C, L. 2007. Attitudes to Teaching Ethics to


Bioscience Students: an Interview-based Study Comparing British and American
University Teachers. Bioscience Education. 9:1, 1-12.

[13] Iancu, M. 2014. Bioethical education in teaching Biology. Social and


Behavior Sciences. 127 73-77.

[14] Khusnuryani, A. 2016. Peran Lembaga Pendidikan Muhammadiyah dalam


Pendidikan Sains Terintegrasi Agama dan Etika. Jurnal Pendidikan dan Kajian
Pemikiran. Vol. 2 No. 2.
LAMPIRAN 1

Angket Praktik Asisten Laboratorium terhadap Etika Mengajar di Kelas


Praktikum
Nama :
Tahun masuk/Semester:
Asisten mata praktikum:

Durasi Asisten (semester):

Petunjuk: lingkari sesuai dengan respon Anda.

Umum
1. Apakah laboratorium menawarkan kursus etika kepada mahasiswa?
a. Ya, termasuk setidaknya satu mata kuliah yang berfokus pada sains /
biologi dan etika
b. Ya, tetapi tidak termasuk yang berfokus pada sains / biologi dan etika
c. Tidak, tidak menawarkan apa pun
2. Apakah laboratorium memiliki persyaratan inti yang mencakup beberapa
komponen etis untuk semua mahasiswa?
a. Tidak
b. Ya, mahasiswa diharuskan untuk mengambil kursus khusus yang berkaitan
dengan etika
c. Ya, para mahasiswa memiliki pilihan program studi spesifik yang berkaitan
dengan etika
d. Ya, para mahasiswa memiliki pilihan banyak mata kuliah yang memenuhi
persyaratan etika yang luas
e. Ya, para mahasiswa diharuskan menghadiri beberapa kegiatan non-kelas
f. Lainnya (sebutkan): …….
3. Apakah ada komponen etika untuk persyaratan jurusan biologi apa pun?
a. Tidak
b. Ya, jurusan diminta untuk mengambil kursus yang secara khusus berfokus
pada sains / biologi dan etika
c. Ya, jurusan memiliki banyak pilihan program yang tidak semuanya
mengambil fokus khusus
d. Lainnya (sebutkan): ……
Kelas Praktikum Anda
4. Bagaimana Anda memperkenalkan subjek masalah etika dan kebijakan ke
kelas? (lingkari yang berlaku)
a. Praktikum
b. Buka diskusi informal
c. Vokalisasi pemikiran kasual pada subjek
d. Termasuk dalam bacaan yang ditugaskan tetapi tidak dibahas
e. Termasuk dalam bacaan opsional tetapi tidak dibahas
f. Bermain peran
g. Analisis studi kasus
h. Surat-surat yang ditugaskan
i. Lainnya (sebutkan): …………
j. Saya sama sekali tidak
5. Apakah buku teks yang ditugaskan untuk kelas Anda mencakup masalah
etika dan kebijakan?
a. Tidak, tidak sama sekali
b. Ya, di bagian utama teks
c. Ya, di bagian khusus yang terpisah dari badan utama teks
6. Apakah Anda memasukkan bahan tambahan ke dalam pelajaran selain dari
buku teks yang ditugaskan yang secara khusus berfokus pada masalah etika
dan kebijakan? Ya / Tidak
7. Apakah Anda membahas salah satu masalah berikut di kelas Anda? (lingkari
semua yang berlaku)
a. Berbagai prinsip etika yang menonjol
b. Konsekuensi umum dari penelitian pada individu atau masyarakat
c. Pertimbangan untuk keragaman nilai dan kepercayaan
d. Kesadaran akan dasar pendapat pribadi (bias)
e. Mempertahankan sikap pribadi seseorang tentang masalah
f. Keyakinan pribadi Anda sendiri
g. Lainnya (sebutkan)
h. Tidak ada
8. Kira-kira berapa persen waktu kelas Anda yang dikhususkan untuk masalah
etika dan kebijakan?
a. Tidak ada
b. <1%
c. 1-5%
d. 6-20%
e. > 20%
9. Apakah komponen etika dan kebijakan kelas diperhitungkan terhadap nilai
siswa? Ya / Tidak
9.y Jika ya, kelas berapa itu berdasarkan (lingkaran yang berlaku)?
a. Dokumen
b. Ujian
c. Partisipasi dalam diskusi
d. Lainnya (sebutkan): ……

Opini Anda
10. Apakah Anda memasukkan masalah etika dan kebijakan sains dalam program
studi Anda yang menurut Anda harus dimasukkan? Ya / Tidak
10.y Jika tidak, menurut Anda mengapa demikian? (lingkari semua yang
berlaku)
a. Kekurangan waktu
b. Kurangnya sumber daya pada subjek
c. Tidak nyaman dengan subjek
d. Lainnya (sebutkan): ……
11. Apakah Anda yakin mahasiswa biologi harus terkena masalah etika?
a. Tidak, tidak sama sekali
b. Ya, di kelas sains
c. Ya, di kelas dengan fokus sains / biologi dan etika tertentu
d. Ya, dalam kursus etika yang tidak terkait yang ditawarkan oleh sekolah
e. Ya, tetapi dengan cara lain (sebutkan): ……
12. Apakah Anda percaya harus ada persyaratan etika akademik untuk siswa
biologi?
a. Tidak, tidak sama sekali
b. Ya, dalam persyaratan kurikulum inti untuk semua siswa
c. Ya, dalam persyaratan untuk jurusan
d. Lainnya (sebutkan): ……..
LAMPIRAN 2
TABEL JABARAN VARIABEL

Skala Variabel (pilih Alat Lab atau


Definisi Operasional salah satu: rasio, Instrumen untuk
No. Variabel Subvariabel Indikator
Variabel interval, ordinal, mendeteksi/mengidentif
nominal) ikasi
1 Praktik praktik dalam memberikan Nominal
asisten materi saat kelas
praktikum berlangsung
atau dalam kegiatan di luar
praktikum
2 Etika Kajian mengenai pengaruh Nominal
moral dan sosial dari
teknik-teknik yang
dihasilkan oleh kemajuan
ilmu-ilmu hayati
LAMPIRAN 3
Berikut adalah sebagian dari gambar saat responden mengisi angket.

Anda mungkin juga menyukai