teater “Rin Ko Gun” Jepang selama tiga bulan, yakni pada tahun
2000.
1
meyakini bahwa pertunjukan tersebut bertumpu pada kekuatan
1
Lihat Arcana dalam Sabur, 2004, hlm. 139.
2
membuat catatan kecil sebagai acuan peristiwa yang ingin
Teater Utan Kayu (TUK), Jakarta, pada tahun 1999, dan kemudian
Australia.
2
Dikutip dari buku acara pertunjukan “Merah Bolong Putih Doblong
HItam” (1997)
3
meraih emosi penonton. Pandangan tersebut tersirat melalui
yang begitu ekspresif dan tahan banting bisa tersaji pada sebuah
pertunjukan”3
sebagai berikut.
3
Halim dalam Sabur, 2004, op. cit, hlm. 277.
4
Perhatikan Widaryanto, F.X. 2007, Menuju Representasi Dunia Dalam,
(Bandung: Kelir, 2007), hlm. 112.
4
“Techne aslinya adalah sistem pengetahuan dan keterampilan
manusia yang membawa segala sesuatu dari gelap menjadi
terang. Artinya, sesuatu yang memungkinkan dunia terjadi
untuk umat manusia”.5
5
Perhatikan Wiryomartono, Bagoes P. Pijar-pijar Penyingkap Rasa:
Sebuah Wacana Seni dan Keindahan dari Plato sampai Derrida (Jakarta:
Yayasan Adikarya IKAPI dan Ford Foundation, 2001), hlm. 6.
6
Hasil wawancara pengamat dengan Rachman Sabur ini dilakukan di
ruang dosen Jurusan Teater STSI Bandung, pada hari Jumat, 11 Juli 2008, jam
12. 40.
5
Nurrachmat S.N (Vladimir) dan Sukarsa Taslim (Estragon) cukup
cemerlang...”7
seniman, seperti musik, dan seni rupa, baik melalui kerja sama,
berikut.
“TPH adalah bagian dari salah satu ruang giat gagasan yang
terdiri dari beberapa personal yang menumpahkan
gagasannya lewat ekspresi teater. Kapanpun dan dimanapun
keberadaan personal dipertaruhkan dalam setiap garap
teaternya. Apalagi aktor. Beberapa metoda diuji cobakan,
mulai dari tekhnik Butoh hingga tekhnik yang diciptakan
lewat personal. TPH terus berkembang, sampai tak putus-
putusnya untuk menemukan metoda aktor yang
sesungguhnya. Metoda aktor tidak diberikan oleh sang
sutradara Rachman Sabur. Melainkan harus ditemukan oleh
sang aktor itu sendiri. Maka dalam setiap garapannya, aktor
dituntut untuk menjadi seorang kolektor, kreator dan
inspirator keberadaannya bagi sang sutradara”.8
7
Lihat Harian Umum Bandung Pos (Bandung, 26 Juli 1991), hlm.14
8
Hasil wawancara secara tertulis yang dilakukan pada Selasa, 2
Desember, 2008, 8:23:27, bertempat di Gedung Patanjala STSI Bandung, Jl.
Buahbatu 212 Bandung
6
yang hidup di masyarakat. Tradisi yang telah dipersiapkan jauh
Sis Triaji, Nandi Riffandi, Budi Sobar, dan Rachman Sabur. Proses
7
Gambar 2. Salah satu poster pertunjukan yang menandai kehadiran
Kelompok Payung Hitam. (Foto Repro: R. Yulli Adam Panji, 2008)
8
Putu Wijaya (1988), ”Bebek-bebek” karya D. Djajakusuma (1988),
T.S. Elliot (1993), ”The Lovers atau Pacar” karya Harorld Pinter
9
Gambar 3. Poster pertunjukan pertama Teater Payung Hitam yang
bersifat non-verbal (Foto Repro: Joko Kurnain, 2008)
10
“Bersama Tengkorak” (2001), Etalase Tubuh Yang Sakit (2002),
11
antara Rachman Sabur, dan Teater Payung Hitam dengan
2005.
9
Hasil wawancara pengamat dengan Rachman Sabur ini dilakukan di ruang
dosen jurusan Teater STSI Bandung, pada hari Jumat, 11 Juli 2008, jam 12. 45.
12
Gambar 5. Poster Festival Nusantara, Brisbane, Australia yang
diantaranya menampil-kan kelompok Teater Payung Hitam (Foto Repro:
Joko Kurnain, 2008)
13
Ketika SMP, ia sudah aktif menulis puisi, dan puisi-puisi
Bandung.
14
kegiatan teater bersama kelompok Sang Saka, yang didirikan oleh
Padang.
ketika itu juga merupakan salah satu pendiri Jurusan Teater, dan
Ionesco.
15
Gambar 6. Rachman Sabur (kiri) dalam drama Karto Loewak, produksi
Studiklub Teater Bandung, sutradara Suyatna Anirun, (1982).
Goethe Institute.
16
Gambar 7. Rachman Sabur berperan sebagai Ivan, dalam drama
monolog “Bahaya Racun Tembakau”, karya Anton P. Chekov (2008).
“Aduh”, dan “Aum” masih dari pengarang yang sama. Semua atas
17
(1985). Beban yang diberikan kepadanya sebagai pembimbing
kontemplasi artistik.”11
10
Roesli dalam Sabur, Op.cit. hlm. 371
11
Perhatikan Yohanes dalam Sabur, 2004, op. cit., hlm. 62
18
Beberapa rekan yang pernah terlibat dalam produksi
berpendapat bahwa.
12
Hasil Wawancara tanggal 26 Juli 2008, jam 11: 46: 31.
13
Hasil wawancara tanggal 26 Juli 2008, jam 12: 42: 16.
14
Hasil wawancara tanggal 26 Juli 2008, jam 09: 42” 38.
19
menampakkan kesetiannya pada ‘teks’, atau naskah lakon. Hal
Hitam”. Karya yang lahir dari puisi kehidupan Rachman ini, lebih
15
Perhatikan Gadamer, Hans Georg. 2004. Kebenaran dan Metode,
Pengantar Filsafat Hermeneutika, Terjemahan: Ahmad Sahidah, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 425.
20
Apa yang diungkapkan di atas, meski tidak dilakukan
21
Bukankah ini diambil dari kebiasaan yang dilakukan di dalam
DAFTAR PUSTAKA
17
Lihat Saini dalam Sabur, 2004, op. cit., hlm. 6.
18
Saini dalam Sabur, Ibid.
22
Abriono, Hermawan, Teater yang Hidup, pemikiran Saini K.M, Bandung:
Etnoteater, 2008.
Parker, W. Oren & Smith, Harvey K, Scene Design and Stage Lighting,
New York, Chicago, San Francisco, Atlanta, Dallas, Montreal,
Toronto, London, Sydney: Holt, Rinehart and Winston, 1979.
23
Ricklefts. M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Penerjemah: Sario
Wahono, Bakar Bilfaqih, Hasan Huda, Miftah Helmi, Joko Sutrisno,
Has Manadi, Penyunting: Husni Syawie dan M.C. Ricklefs, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2005.
24
__________ Yohannes, Benny dalam, Pergeseran Bahasa Ungkap Teks
Drama Modern Indonesia (Sebuah Anlisa Komparatif Terhadap
Periode Kreativitas),(Bandung: Jurnal Panggung XVI, 2000), hlm. 33
25