Anda di halaman 1dari 5

LOKAKARYA DRMATURGI - ART SUMMIT 8

Tahun 2016 kami diundang oleh seorang teman yang cukup terkenal di dunia teater indonesia, tentu
dengan senang hati saya menyetujui undangan itu dan akhirnya tak berapa lama mendapat email dari
penyelenggara lokakarya dramturgi sebagai peserta. Cafe DIA.LO.GUE jln. Kemang Selatan no.99 adalah
tempat terselenggaranya lokakarya dramaturgi tersebut selama seminggu. Disana kami bertemu dengan
teman-teman pegiat seni dari berbagai disiplin ilmu ada tari, teater, performance dan penulis. Saya
dikelompokan sebagai peserta notulensi dramaturgi sementara yang lainnya sebagai narasumber untuk
menjelaskan bagaimana proses dramaturgi itu dilakukan. Pengalaman berharga ini cukup menambah
pengetahuan yang tidak dibayangkan sebelumnya. Beberapa peserta sebagai nara sumber dikaji proses
dramaturginya oleh Ugoran Prasad seorang dramaturg Teater Garasi. Beliau menjelaskan awal mula
lahirnya kerja-kerja dramaturgi dalam proses kesenian dimana kaitan kreator atau sutradara
dimatangkan dan dibentangkan proses ide-idenya oleh seorang dramaturg sehingga menghasilkan
pertunjukan yang berisi dengan kajian dan edukasi. Berikut kami rangkum catatan peristiwa lokakarya
dramaturgi Art Summit 2016 yang diulas oleh Ugoran Prasad & Peter Eckersall.

Art Summit Indonesia 2016

Ceramah Umum

“Perkembangan Dramaturgi dalam Pertunjukan Kontemporer”

Peter Eckersall
(Profesor Kajian Teater dan Performance,

Graduate Center, City University of New York)

Abstrak

Ceramah ini akan menjelajahi perkembangan gagasan dramaturgi Eropa dan pengaruhnya
terhadap praktik-praktik teater dan pertunjukan kontemporer. Dramaturgi akan dibicarakan
sebagai semacam 'sistem pengoperasian' (operating system) bagi teater kontemporer, dan
sebuah jembatan yang menghubungkan gagasan yang mengilhami suatu karya seni serta
perwujudannya melalui ekspresi artistik. Dengan kata lain, dramaturgi dalam ceramah ini dilihat
sebagai sebuah cara berpikir tentang bagaimana makna dan pengalaman dari sebuah
pertunjukan kontemporer diciptakan melalui bahan-bahan serta proses berteater. Ceramah ini
akan membahas posisi penting 'dramaturgi baru' dalam perkembangan ini dan akan memapar
contoh-contoh pertunjukan yang memperlihatkan tren-tren 'dramaturgis baru' seperti: kelintas-
disiplinan, percampuran (hybridity) serta anti-teatrikalitas. Ceramah ini juga akan
mendiskusikan bagaimana dramaturgi ‘sosial’ serta 'kehidupan sehari-hari' telah berkait-
kelindan dalam pertunjukan kontemporer. Kuliah ini akan berujung pada paparan ringkas
tentang munculnya minat para seniman pertunjukan Asia dalam mendalami dramaturgi.

1. Dramaturgi sangat sulit didefinisikan - dan memang membuat frustrasi.

Di bawah judul ‘Para Dramaturg Mengambil Kesempatan Membela Diri Mereka,’ dialog di
bawah ini direkam dalam sebuah artikel yang dimuat di harian The New York Times:

Dengan jengkel, seorang moderator, ia sendiri juga seorang dramaturg, bertanya pada enam
anggota panel untuk menyatakan misi dari seorang dramaturg. Ini yang ia peroleh. ‘Saya bisa
jadi bakal dibunuh karena mengatakan hal ini, tapi saya tidak tahu jawabannya,’ ujar yang
pertama, seorang dramaturg yang bekerja di NY’s Lincoln Centre (pusat kesenian di New York).
‘Saya mencari pola dalam setiap hal (penciptaan),’ kata yang kedua. ‘Saya seorang perantara
antara aktor dan sutradara,’ kata seorang dramaturg terkenal dari Volksbühne, di Berlin. Orang
keempat, yang pernah bekerja sebagai dramaturg dan perancang set berkata: ‘Seorang
dramaturg adalah seorang penyeimbang yang hebat dan seorang pelebur (leveller) yang mulia
atas semua elemen yang menyusun sebuah kolaborasi teater. Orang kelima, seorang dramaturg
yang bekerja di suatu Shakespeare company, menjawab: ‘Saya ingin memastikan bahwa setiap
aktor memahami setiap kata dan setiap dialog dan setiap adegan dalam sebuah lakon’. ‘Para
dramaturg menjawab pertanyaan-pertanyaan,’ ujar panelis terakhir… ‘adalah tugas seorang
dramaturg untuk membuat pertanyaan-pertanyaan itu sedalam dan sesulit dan seprovokatif
mungkin.

“Dramaturgy Network” yang berbasis di Inggris Raya juga menghasilkan rentang jawaban yang
lebar ketika berusaha mendefinisikan apa itu dramaturgi dan kerja para dramaturg. Website
mereka mencatat bahwa kata Dramaturg berasal dari Yunani kuno: Dramatourgos = drama (laku
atau tindakan) + ergos (kerja atau komposisi). Jadi, mulanya, seorang dramatourgos adalah
seorang penyusun (composer) drama, atau penulis naskah drama.
Sementara dramaturgi --sebagai analisis struktural dan wacana estetik—bermula dari era Klasik.
Sejarah(-sejarah) teater mencatat bahwa dramaturg muncul di institusi-institusi teater abad ke-
18 di Eropa. Para penulis, yang dipekerjakan oleh institusi-institusi teater untuk mengelola dan
menciptakan repertoar mereka, menjadi dramaturg. G. E. Lessing, seorang penulis lakon
ternama dari Jerman pada masa itu, tulisan-tulisannya tentang seni panggung (stagecraft),
sastra dan peran teater dalam pembangunan budaya, sangat berpengaruh dalam membentuk
bidang dan praktik dramaturgi. Kaitan dramaturgi dengan bidang sastra tetap tersisa; sampai
sekarang istilah “dramaturg” secara umum digunakan untuk merujuk pada penasehat sastra
yang bekerja di sebuah gedung/institusi teater, yang berpartisipasi dalam proses latihan, dan
mengembangkan dan/atau memastikan bahwa "integritas" atau ruh dari naskah lakon tidak
hilang di ruang latihan dan penciptaan yang bergerak cepat.
Patrice Pavis mencatat tugas-tugas yang lebih prosaik di bawah ini sebagai tugas dramaturgikal:
Memilih naskah-naskah
Melakukan penelitian tentang karya
Menetapkan makna lakon-lakon dan meletakkannya ke dalam konteks global/luas
(sosial/politis, dll.)
Hadir dalam latihan sebagai pengamat yang kritis
(Patrice Pavis “The Ambivalent Job of the Dramaturg”)

2. Sejarah sangat ringkas atas dramaturgi

Bangunan-bangunan dasar: Poetics karya Aristoteles dan landasan dari gagasan tentang
lakon baik (well-made play)

Buku karangan Aristoteles, Poetics, (335 Sebelum Masehi) adalah teks dasar dalam
perkembangan tradisi teatrikal Barat, dan sebuah karya kritik dramatik (dramatic criticism).
Pusat perhatian buku ini, antara lain adalah drama, komedi, serta puisi liris dan epik. Tragedi
dibahas khusus di dalam Poetics. Tragedi, sebuah moda pertunjukan epik,
merepresentasikan peristiwa-peristiwa alam yang serius melalui kisah-kisah yang
diperagakan. Pertunjukan-pertunjukan dramatik semacam ini biasanya mengembangkan alur
cerita melalui sebuah proses penemuan (discovery) dan/atau penyingkapan (revelation atau
anagnorisis), lalu menutupnya dengan sebuah laku katarsis.

Buku Poetics sangat memperhatikan ihwal representasi (mimesis). “objek-objek representasi


.... adalah orang-orang yang beraksi’ (Poetics, xvii).

Aristoteles mengidentifikasi elemen-elemen kunci dari bentuk dramatik:

Alur, cerita (mythos)


Tokoh, moralitas sang tokoh (ethos)
Pikiran dan pilihan-pilihan yang diambil, sebuah ungkapan dari moralitas sang tokoh
(dianoia)
Gaya, bagaimana cerita dikisahkan (lexis)
Melodi, penggunaan music (melos)
Spektakel, pemanggungan dari sebuah karya (opsis)
Buku Poetics Aristoteles adalah tonggak kesadaran dramaturgis, dan identifikasinya
terhadap elemen-elemen bentuk dramaturgis tetap penting dalam pemahaman kita atas
bagaimana teater diciptakan. Elemen lain yang harus ditambahkan adalah fungsi katharsis –
tidak diterangkan secara jelas namun berkaitan dengan penyelesaian (resolution) sebuah
drama dan efek dari drama tersebut pada penonton. Katarsis adalah sebuah pengalaman
penyingkapan kesadaran (revelation) atau pemurnian --emosi-emosi yang ada dalam karya
terkait dengan kenikmatan dan rasa sakit.

Poetics, adalah sebuah pertimbangan sistematis tentang drama dan bagaimana drama
bekerja – (bisa) menggambarkan struktur cerita di banyak contoh lakon, pertunjukan, film,
TV, dll.

Dramaturgi Hamburg (The Hamburgische Dramaturgie)

Ditulis sebagai sebuah kumpulan ulasan teater, ‘Hamburgische Dramaturgie’ (1767-1769)


karya Gotthold Ephraim Lessing, adalah rujukan yang penting, dimana sang pengarang
menunjukkan bagaimana dramaturgi bisa berguna di dalam pengembangan literatur
dramatik.

‘Hamburgische Dramaturgie’ melakukan kritik secara mendasar pada teater neo-klasik di


masa itu dan mengusulkan perhatian lebih mesti diberikan pada kesatuan dramatik dan
imajinasi.

Lessing memelopori praktik dramaturg yang bekerja di dalam institusi teater untuk
mencurahkan perhatian mereka pada pengembangan sebuah karya. Ia mendukung kesatuan
waktu dan tindakan serta kebutuhan untuk melanggar aturan secara baik, (ia secara khusus
meremehkan teater Perancis saat itu sebagai sebuah bentuk spektakel). Ia menginginkan
lakon berfokus pada situasi/lingkungan individual. Dan menekankan untuk berpikir ihwal
alasan dalam mencipta karya.

Nilai Dramaturgi Hamburg

Tertarik pada fungsi penidikan dalam teater – dalam hal ini dramaturgi Hamburg
menunjukan sebuah pemahaman yang mendahului teater modern
Memperkenalkan gagasan tentang kritik teater sebagai sesuatu yang terkait dengan
penciptaan teater
Dramaturgi sebagai proses dan teater dalam situasi/status (yang sedang) dibentuk, tak ada yang
pernah selesai.

Dramaturgi atau Dramaturg?

Dramaturgi adalah penghubung antara gagasan dengan praktik dalam pembuatan serta
pementasan sebuah pertunjukan langsung (live performance). Dramaturgi juga sebuah cara
untuk mengenali elemen serta bahan-bahan pertunjukan, seperti adegan, pengembangan
cerita, tubuh, rancangan sets, tempo, dan sebagainya. Terutama, kemampuan mengenali
bahan dan properti dasar sebuah pertunjuan serta pemahaman atas gagasan dan makna-
makna kultural yang melatari bahan dan properti dasar pertunjukan itu.
Dramaturgi selalu hadir dalam proses penciptaan dan presentasi pertunjukan langsung (live
performance). Dramaturgi dapat dijelaskan sebagai suatu himpunan efek, atau sebagai satu
konsentrasi dari efek dan cara bekerja yang tunggal seperti dramaturgi teks, dramaturgi
akting, dramaturgi media, dan sebagainya. Dramaturgi adalah pengantara proses kreatif.

Seorang dramaturg adalah seseorang yang bekerja di dalam sebuah tim untuk memberi
penekanan pada, dan kadang memberi nasihat atas peristiwa, elemen dan properti-properti
dramaturgis. Para dramaturg melayani kebutuhan penciptaan, dan peran mereka ditentukan
oleh kebutuhan-kebutuhan itu. Mereka mungkin melakukan penelitian, membantu dan
berkolaborasi dengan pelaku penciptaan lain seperti sutradara, koreografer dan/atau para
perancang, serta mengembangkan diskusi tentang karya melalui tulisannya atau
menawarkan konteks-konteks lain ke dalam diskusi.

Anda mungkin juga menyukai