Anda di halaman 1dari 8

AKTIVITAS PERDAGANGAN DI PELABUHAN SAMBAS

(1833-1930)

Oleh :

Nuri Yusticia F1231181013 Dekari Endru F1231181015

Muhammad Azizan F1231181020 Rusmida F1231181024

Fransiska Yusi F1231181028 Baiyeni Amalia F1231181030

Muhammad Darwis F1231181034

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tanjungpura

Abstrack

Munculnya feodalisme yang ada di wilayah-wilayah Asia dan sekitarnya melahirkan suatu
arus perdagangan baru, ditambah lagi dengan dibukanya Terusan Suez semakin membuat
perdagangan meluas dan kompleks. Perdagangan pada zaman feodalisme meluas dengan skala
dunia, hal ini mempengaruhi perdagangan bangsa-bangsa Eropa dan juga negara jajahannya.
Kerajaanya Belanda dengan jajahan Hindia Belanda-nya melakukan upaya reaksioner terhadap
alur perdagangan yang semakin meluas, dibangunnya sarana dan prasarana ekonomi di
kepulauan Nusantara guna untuk memenuhi kas pemerintahan Hindia Belanda, termasuklah
pembangunan sarana Ekonomi yang ada di Sambas, Borneo Barat. Sambas merupakan wilayah
sebelah utara Borneo Barat yang dikuasai oleh Kesultanan Sambas, sebelum datangnya
feodalisme (VOC dan pemerintahan Hindia Belanda), wilayah sambas merupakan wilayah
sebagai pusat berjalannya ekonomi di bagian utara Borneo Barat, hal ini dipengaruhi oleh
pemerintahan Kesultanan yang berada di pertigaan aliran sungai (Kesultanan Delta). Pelabuhan
yang sudah ada sejak era kesultanan banyak didatangi oleh pedagang-pedagang asing maupun
lokal, hal inilah yang membuat ekonomi wilayah Sambas terus hidup dan bertumbuh dan menjadi
daya tarik sendiri bagi negara-negara yang berpraktik feodalisme dalam usahanya melakukan
monopoli perdagangan. Aktivitas ekonomi dari era Kesultanan sampai kepada era pemerintahan
Hindia-Belanda di wilayah Sambas turut menjadi kajian menarik bagi kesejarahan ekonomi
Indonesia, terutama Borneo bagian barat.

Kata kunci : Sambas, perdagangan, sungai, pelabuhan, kesultanan

Pada bab pertama buku ini, difokuskan perdagangan bebas (ekspor-impor) membuat
kepada penjelasan kepada lahirnya ekonomi Sambas dihiasi praktik perdagangan baru
global yang disebabkan oleh masifnya yang bergerak kepada praktik kapitalisme.
praktik feodalisme. Perdagangan yang Berkembangnya ketiga pelabuhan di Borneo
menyeluruh hingga ke seluruh dunia Barat disebabkan dibukanya Singapura
mempengaruhi aktivitas ekonomi wilayah- sebagai pelabuhan bebas bagi wilayah
wilayah jajahan, termasuklah Hindia kepulauan Malaya dan sekitarnya. Kedekatan
Belanda. Dalam pemerintahan Hindia- geografis Borneo Barat dengan Singapura lah
Belanda yang ada di Borneo Barat, terdapat yang membuat Belanda menjadi tertarik
tiga pelabuhan utama dalam arus untuk menjadikan Sambas sebagai tempat
perdagangan (perdagnagan bebas). pesaing ekonomi Inggris dengan kepulauan
Pelabuhan tersebut ialah Pontianak, Sambas, Singapuranya.
dan Singkawang. Dibangunnya sarana
Sedangkan di bab kedua berisi
ekonomi seperti pelabuhan, semakin
tentang penjelasan terhadap potensi
merubah pola gerak ekonomi yang dulunya
perdagangan yang ada di laut Sambas.
tradisional bergerak ke arah modern.
Penjelasan awal dimulai dengan kondisi
Diizinkannya perdagangan Internasional
geografis serta letak wilayah Sambas yang
membuat pelabuhan berkembang kedalam
berada di antara laut Tiongkok dan timur laut
skala yang besar. Terlebih lagi diadakannya
Sarawak. Dijelaskan pula kondisi tanah mempunayi anak-anak sungai yang berfungsi
wilayah Sambas terutama di bagian timur sebagai lalu lintas yang menghubungkan
yang banyak mengandung emas akibat jalur pemukiman dengan daerah pertanian dan
lipatan Sekadau, emas yang mengendap daerah pemasaran untuk barang-barang
dikenal dengan endapan emas alluvial. Di perdagangan.
wilayah lainnya, Sambas juga memliki
Pada jaringan perdagangan Sambas
kekayaan bahan galian seperti Intan, dan
periode awal, sungai merupakan jalur utama
batu-batu hias biasa yang disebut dengan
lalu lintas barang dari pedalaman menuju
Santa Au, Katoeran Laki-Laki, Katoeran
pesisir (demikian juga sebaliknya). Sungai-
Prampoean, Selain itu terdapat pula galian
sungai merupakan jalur utama produk-
tambang seperti bijih besi, timah, perunggu
produk dari pedalaman untuk
dan perak yang tersebar di wilayah Sambas.
diperdagangkan. Perahu-perahu yang
Sambas merupakan wilayah dengan
masyarakat gunakan ditambatkan di tepi-tepi
penduduk yang Heterogen, bermacam suku
sungai. Dan bagi kapal besar seperti kapal
tinggal di wilayah Sambas mulai dari suku
uap dan kapal layar hanya dapat singgah di
asli maupun pendatang. Suku Melayu dan
pelabuhan untuk melakukan transaksi
Dayak menjadi mayoritas yang tinggal di
perdagangan. Aktivitas perdagangan di
wilayah Sambas, di susul dengan suku
Sambas kebanyakan dilakukan oleh orang
Tionghoa, Bugis, dan orang-orang asing yang
Melayu dan Tionghoa, mereka melakukan
menetap secara tetap maupun tidak tetap.
transaksi perdagangan dengan perahu
Banyaknya keanekaragaman hayati yang ada
ataupun kapal uap kecil dengan menyusuri
di wilayah Sambas, membuat masyarakat
anak sungai untuk menemui masyarakat
mengusahakannya dengan sistem
pedalaman yang menjual komoditas-
perdagangan. Komoditi perdagangan yang
komoditas dagang. Masyarakat pedalaman
utama di wilayah sambas pada era kesultanan
disini ialah orang-orang Dayak, orang Dayak
serta feodalisme mencakup kelapa dan kopra,
merupakan masyarakat penghasil damar,
karet, lada, gambir, damar dan masih banyak
karet maupun beras. Orang-orang melayu dan
lagi. Komoditi perdagangan ini di
tionghoa melakukan transaksi dengan
perdagangkan dengan cara sistem jual-beli
masyarakat pedalaman menggnakan sistem
ataupun barter melewati lalu lintas sungai.
barter, hal ini dikarenakan orang Dayak
Sungai-sungai besar sebagai main road
belum mengenal sistem uang. Biasanya
mereka bertukar barang-barang kebutuhan Syahbandar. Tugas dari Syahbandar ialah
ekonomi dengan kebutuhan sehari-hari, memungut bea cukai bagi pedagang yang
misalnya orang-orang Tionghoa dan Melayu bertransaksi di wilayah perdagangan Sambas.
menginginkan hasil alam seperti getah Selain itu, Syahbandarlah yang bertugas
ataupun damar, sedangkan orang Dayak untuk bertemu kepada orang-orang Asing
menginginkan pakaian dan kebutuhan sehari- yang ingin berdagang di Pelabuhan. Oleh
hari seperti garam dan korek api. sebab itu Syahbandar bisa disebut sebagai
orang pilihan, calon-calon Syahbandar
Beralih ke bab tiga, penjelasan
merupakan saudagar ataupun pengusaha
terfokus pada lahirnya kesultanan Sambas
besar yang memiliki pengetahuan tentang
dan aktivitas perdagangannnya sampai
perdagangan. Perdagangan di Sambas pada
kepada abad ke-19. Kesultanan Sambas
era Kesultanan lebih didominasi oleh orang-
dikategorikan sebagai Kesultanan Melayu
orang Tionghoa dan Melayu. Pedagang
yang terletak di bagian utara Pulau
Tionghoa dari daratan Tiongkok merupakan
Kalimantan denan letak ibu kota yang berada
pedagang yang tercatat dalam perdagangan
di Muara Ulakan dengan posisi yang
awal Kesultanan Sambas. PEdagang
menghadap tiga cabang anak sungai, yakni
Tionghoa dari daratan TIongkok merupakan
Sungai Sambas, Sungai Teberau, dan Sungai
pedagang yang tercatat dalam perdagangan
Subah. Kesultanan Sambas yang letaknya
awal kesultanan Sambas. Kapal Jung
dekat perbatasan Sarawak, berdiri pada tahun
Tiongkok yang datang ke kepulauan
1671 dipimpin oleh seorang Sultan sehingga
Nusantara biasanya berukuran 1000-1200
kerajaan ini terkenal dengan sebutan
ton. Namun Jung yang datang ke Sambas
Kesultanan Sambas. Sebelum datangnya
lebih kecil dari Jung-Jung tersebut. Hal ini
negara-negara feodal, kerajaan Sambas
diperkirakan karena keadaaan pesisir yang
mempunyai kendali penuh terhadap aktivitas
tidak memungkinkan. Kebanyakan Jung itu
ekonomi maritimnya, Kesultanan
datang dengan membawa garam yang
menggunakan sistem ekonomi tradisional
merupakan kebutuhan utama orang-orang
yang di anut oleh Monarki yang ada di Asia
Dayak di pedalaman. Sebaliknya kapal-kapal
Tenggara, dimana kegiatan ekonomi diatur
Sambas pun sering mengunjungi pelabuhna-
oleh Menteri dan jajarannya. Aktivitas
pelabuhan lain. Tercatat 15 -20 kapal Sambas
perdagangan diatur oleh Pangeran Bendahara
mengunjungi pelabuhan Singapura setiap
yang mempunyai bawahan yang disebut
enam bulan sekali. Kapal Sambas juga kepada Hindia-Belanda. Sejak saat itu,
melayari Sulawesi dan Selat Malaka. Khusus pelabuhan dan segala kegiatan perkonomian
untuk perdagangan Candu pada periode ini diambil alih oleh pemerintahan Hindia-
adalah mutlak hak monopoli Sultan Sambas. Belanda. Segala peraturan perdagangan dan
Dalam hal ini Sultan Sambas bekerja sama ketentuan-ketentuan maritim diatur oleh
dengan perahu-perahu layar Bugis. pemerintah Hindia-Belanda. Intervensi
Pembagian keuntungan atas candu ini pemerintah Hindia-Belanda terhadap sistem
didasarkan pada undang-undang pelayaran politik Kesultanan Sambas semakin terlihat
Bugis dan undang-undang Malaka yang dengan berbagai kontak perjanjian yang
menyatakan pemilik barang dan pengangkut dilakukan sepanjang abad ke-19. Hal ini
mengambil keuntungan yang sama dala sekaligus menunjukkan semakin besarnya
perdagangan tersebut. Selanjutnya seperdua campur tangan pemerintah Hindia-Belanda
dari keuntungan yang menjadi hak dalam urusan ekonomi Kesultanan ini.
pengangkut dibagi lagi dengan pemilik kapal, Kekuasaan politik keluarga Kesultanan
nahkoda dan anak buah kapal. Dibalik Sambas semakin menipis dengan
jalannya ekonomi yang ada di pelabuhan diadakannya perjanjian pada 18 September
Sambas, terdapat juga gangguan yang berasal 1819 dan 11 mei 1820 yang berisi penetapan
dari bajak laut yang tersebar di perairan gaji Sultan. Hal ini diperkuat dengan
Sambas. Bajak laut ini terkenal dengan munculnya Besluit Gubernemen pada 1829
perampasan mereka terhadap kapal-kapal tentang intervensi pemerintah Hindia-
dagang yang menuju ke pelabuhan Sambas. Belanda dalam pengangkatan Sultan Sambas.
Gangguan dari bajak laut ini memicu reaksi Dalam bidang perdagangan Sultan dan
dari bangsawan dan kumpulan syahbandar pemerintah Hindia Belanda mengikat diri
Sambas untuk menguasai wilayah perairan dalam kontrak tentang uang pengganti
dengan tantara Kesultanan untuk kerugian hasil candu dan garam kepada
meminimalisir gerak Bajak Laut yang Sultan Sambas pada 6 Agustus 1866 dan
menganggu jalannya roda ekonomi di diperbaharui 23 Agustus 1877. Menguatnya
pelabuhan Sambas. Selepas datangnya pengaruh Hindia-Belanda terus berlanjut
feodalisme pada awal abad ke-19, terutama dengan dibukanya pelabuhan Sambas sebagai
sehabis penyerangan Inggris dan Pelabuhan Bebas pada tahun 1833 dan
dikembalikannya pemerintahan Inggris dilanjutkan dengan disahkannya Pelabuhan
Sambas sebagai Pelabuhan Eskpor-Impor dalam perjanjian tersebut adalah
pada tahun 1870. perdagangan bebas antara Belanda dan
Inggris. Setelah menjadi pelabuhan bebas
Beralih ke bab empat, penjelasan
maka banyak kapal yang berdatangan ke
mengarah kepada kondisi pelabuhan bebas
Sambas dan hal itu meningkatkan kualitas
pada 1833. Memasuki abad ke-19 terdapat
perdagangan yang ada di pelabuhan Sambas.
dua kekuatan yang sedang berkembang dan
Akibatnya, diberlakukan sistem pajak dan
saling bersaing untuk menjadi pusat
izin perdagangan serta diberlakukannya
perdagangan, yaitu Singapura dan Batavia.
sistem peddling trade yaitu perdagangan
Pada masa itu dianut sistem perdagangan
dengan kapasitas dan ciri-ciri tertentu. Secara
terbuka dan bebas. Perdagangan terbuka
garis besar, dibukanya perdagangan bebas ini
adalah dimana para pedagang Asia dan
mengubah sistem perdagangan tradisional
pedagang Indonesia mempunyai hubungan
menjadi sistem perdagangan modern
saling ketergantungan antar pedagang
(internasional). Ciri perdagangan pada masa
rempah-rempah, bahan makanan dan
itu dikenal dengan beberapa fase, pertama-
komoditi-komoditi lain. Perdagangan bebas
tama perdagangan dilakukan dari satu tempat
adalah dimana penduduk bebas menjual
ke tempat lain, dari pulau ke pulau, dan dari
barang-barang hasil produksi pada negara-
benua ke benua, dengan membawa sejumlah
negara lain, tetapi karena Malaya, Singapura,
barang dagangan tertentu yang tidak besar.
dan Hongkong jaraknya lebih dekat dan
Pedagang mengunjungi satu pelabuhan lain
harga produksi Kalimantan Barat dipasaran
sampai barang dagangannya habis. Para
itu lebih baik, maka banyak barang produksi
pedagang besar didominasi kaum bangsawan
di Kalimantan Barat yang diperdagangkan di
(merchant gentlemen). Selain itu, akibat dari
negara tersebut. Sistem perdagangan-
modernisasi perdagangan dibangun pula
perdagangan terbuka dan bebas
insfastruktur seperti pelebaran parit dan juga
menyebabkan pasar semakin ramai sehingga
mulai terdapat kapal-kapal dagang modern
memungkinkan peningkatan kebudayaan
seperti Jung dan kapal uap. Wilayah sambas
bagi penduduk untuk menerima unsur-unsur
yang sebelumnya dikuasi bangsawan dengan
baru dari luar. Dibukanya perdagangan bebas
model transaksi tradisional pada masa itu
pada pelabuhan Sambas diakibatkan oleh
mulai dimasuki perusahaan dagang yang
adanya penandatangan Traktat London antara
membangun loji-loji atau kantor dagang.
Belanda dan Inggris. Salah satu kesepakatan
Diantaranya ialah, Nederlandsch Handel mereka sendiri dan tidak memperdulikan
Maatschappij (NHM), Nederlandsch kondisi pelabuhan, jika dibandingkan dengan
Indische Stoomvaart Maatschappij (NISM), pelabuhan yang ada di pulau Jawa maupun
serta Cores de Vries dan H.O Robinson. kepulauan Malaya (Singapura dan Malaysia),
Masifnya kegiatan ekspor-impor membuat pelabuhan Sambas jelas sangat jauh
pelabuhan bertumbuh dengan cepatnya, tertinggal. Namun untuk sistem dagang,
namun dibalik itu terdapat beberapa masalah pelabuhan Sambas dianggap sudah mumpuni
seperti adanya perdagangan gelap akibat aksi dimasanya. Pada masa itu sudah dibentuk
reaksioner terhadap bea dagang yang terlalu Kantor Dagang dari swasta maupun
tinggi. pemerintah Hindia Belanda, serta dibangun
juga Perusahaan Pelayaran yang
Pada Bab Kelima, buku ini memberi
menyediakan jasa pengiriman barang
penjelasan tentang kondisi pelabuhan
dagangan serta penumpang, serta adanya
Sambas sebagai pelabuhan umum ekspor-
Ekspor-Impor skala internasional.
impor pada 1873. Untuk menyaingi Inggris
didalam perdagangannya, maka pemerintah Kemerosotan roda perekonomian dari
Hindia Belanda membuka 19 pelabuhan kecil pelabuhan Sambas ditandai dengan adanya
di Jawa dan beberapa pelabuhan di depresi ekonomi pada tahun 1929 dan
Kalimantan serta mengubah status pelabuhan semakin parah pada 1930 ditandai dengan
Sambas dari pelabuhan terbuka menjadi menurunnya Bursa Wall Street di New York.
pelabuhan Umum ekspor-impor, pada masa Tanda-tanda kemunduran pelabuhan terlihat
ini kebutuhan pembangunan ekonomi terus dari jumlah kapal yang masuk pelabuhan
dilancarkan. Maka dari itu, pemerintah Sambas pada tahun 1919 yaitu sekitar 60
Hindia-Belanda menghapuskan Tarif kapal. Pemerintah Hindia Belanda memang
Diferensial (Differentieele Tarief), serta melakukan penghematan-penghematan
pajak tidak lagi didasarkan pada bendera termasuk di bidang pelayaran menghadapi
kapal, melainkan kepada jenis dan berat gejala-gejala depresi ekonomi yang semakin
barang yang diperdagangkan. Namun, parah. Selain itu, akibat pembangunan
perubahan sistem dagang tidak diikuti infrastruktur darat seperti jalan raya menuju
dengan perkembangan modernisasi Pontianak membuat akses dagang berpindah
pelabuhan. Nyatanya pemerintah Hindia- dan berfokus kepada pelabuhan yang ada di
Belanda hanya mementingkan kepentingan Kesultanan Pontianak. Produsen maupun
pedagang perantara dari wilayah pedalaman
lebih memilih melakukan transaksi
perdagangan di Pelabuhan Pontianak yang
disinggahi kapal-kapal besar baik dari dalam
maupun luar negeri. Sementara itu aktivitas
perdagangan dan pelayaran di Pelabuhan
Sambas semakin menurun dan
mengakibatkan Pelabuhan Sambas tidak lagi
seramai pada tahun-tahun sebelumnya,
bahkan cenderung mengalami kebangkrutan.

Anda mungkin juga menyukai