Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nabilah Nur

Nim : F052231004

Mata Kuliah : Sejarah Ekonomi Maritim

III

MALAKA PADA AKHIR ABAD XV

STRUKTUR PERDAGANGAN: PERDAGANGAN DAN PARA PEDAGANG

DI MASYARAKAT MALAKA

Malaka merupakan pusat perdagangan antar Asia, dimulai dari akhir abad XV. Daya
tarik Malaka, selain posisinya yang strategis untuk pelayaran antar timur dan barat serta
kebijakan kemudahan dari penguasanya. Ramainya pelayaran dan perdagangan di Malaka
didukung oleh manajemen pelabuhan, terutama untuk memberikan pelayanan dan fasilitas
yang menguntungkan bagi para pedagang dan nakhoda kapal. Seperti yang dikatakan Tom
Pires “ Tidak diragukan lagi, bahwa keberadaan Malaka adalah sesuatu yang amat penting,
dan memiliki banyak keuntungan serta kehormatan yang besar. Ia adalah sebuah negeri
yang tidak dapat diremehkan, mengenai posisinya, namun pasti selalu bertumbuh. Tidak
ada pos perdagangan lain yang berukuran sebesar Malaka, dan tidak ada tempat lain yang di
sana terdapat barang-barang dagang yang baik dan berharga tinggi. Barang-barang dagang
dari seluruh penjuru dunia Timur dan Barat ditemukan disini. Pada akhir bertiupnya angin
musim anda dapat memperoleh apa yang anda inginkan, dan kadang kala lebih dari yang
anda inginkan. Orang- orang Cina, Jawa, Keling, Bengal, Arab, Persia, dan Gujarat
merupakan pedagang yang paling penting, yang rutin mengunjungi pasar-pasar Malaka.
Mereka berdatangan secara berbondong-bondong terutama para pedagang Gujarat.
Sebelah utara sungai Malaka terletak Upeh, yang terbagi atas dua kawasan perkampungan.
Yang pertama dihuni oleh saudagar dari Asia Barat laut, kemudian kawasan kedua dihuni
oleh orang-orang dari Jawa, Cina serta ada juga orang-orang Jawa dari Tuban dan Jepara
dan barat Jawa, juga pedagang-pedagang dari pantai Palembang. Dibagian Selatan selat
Malaka, pedagang-pedagang dari pantai utara Jawa seperti Gresik tinggal dikawasan Bandar
Hilir. Pelabuhan Malaka memiliki reputasi yang baik, Malaka bebas dari terjangan badai
sehingga pelabuhannya lebih terlindung jika dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan
lain seperti di Pasai dan Pidie di pesisir timur Sumatra, yang terkena angin pasat yang
bertiup dari barat laut. Malaka menyediakan tempat pelabuhan yang aman bagi pelayaran
asal luar negeri dalam kondisi cuaca apapun. Waktu paling pas untuk pelayar Barat dan
Timur berjumpa di Malaka adalah ketika berlangsungnya Angin Musim dan Pasat.

Angin pasat terbagi menjadi dua jenis, yaitu angin pasat timur laut dan angin pasat
barat atau angin pasat tenggara. Angin pasat timur laut adalah angin yang bertiup di
belahan bumi utara. Sedangkan angin pasat tenggara adalah angin yang bertiup di belahan
bumi Selatan Jadwal terbaik untuk pelayaran India adalah bulan Maret. Meskipun dibantu
oleh angin pasat timur laut. Berbeda dengan Cina, pelayarannya dimulai pada bulan akhir
tahun dan bulan awal tahun dengan bantuan angin pasat timur laut. Mereka pun terkadang
sampai ke Jawa setelah menurunkan barang bawaan mereka di Malaka dengan syarat jika
mereka bersandar lebih awal. Jadi mereka dapat beristirahat ketimbang para pedagang
India. Jadwal kembalinya berlayar pedagang dan nakhoda kapal pada akhir Juni dengan
memanfaatkan tiupan angin musim tenggara. Dasar ekonomis Malaka cukup terbatas,
minimnya produk domistik, lahan pertanian hanya ada di batas kota dan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang terus berkembang. Dengan demikian Malaka
menjalin hubungan dengan niaga untuk mengembangkan aspek kerajinan seperti ukir-
ukiran penempaan senjata dan diperuntukkan hanya untuk pasar dalam negeri tidak untuk
di ekspor. Produk domestik Malaka satu-satunya adalah ikan, baik dalam bentuk dikeringkan
ataupun diasinkan. Untuk mata uang yang digunakan dalam transakti di Malaka adalah
logam (koin) terbuat dari timah. Emas dan perak juga digunakan tetapi bukan dalam bentuk
koin. Untuk jabatan di Malaka, terdapat beragam jabatan . Untuk Paduka raja jabatannya
tidak permanen namun dijabat dalam acara tertentu. Kedua adalah wakil raja dimana
seluruh pejabat tunduk, ketika tidak ada paduka raja. Jabatan ketiga adalah jabatan tertinggi
di Malaka yaitu bendahara. Jabatan bendahara sejenis dengan perdana mentri, adalah
kanselir utama dan pejabat tinggi keuangan, namun ia juga merupakan kepala mahkamah
agung yang mengurusi semua perkara sipil dan kriminal maka dari itu banyak Sultan Malaka
yang menikahi anggota keluarga mereka karena keluarga bendahara sangatlah dihormati
sehingga bisa menghasilkan keturunan calon penerus. Jabatan selanjutnya, terdapat
Laksamana yang memiliki kuasa atas kekuatan angkatan laut yang memainkan peranan
penting dalam masa perang yang sekaligus bertugas untuk melindungi sultan dan semua
bangsawan dan pejabat istana harus patuh terhadapnya. Adapun jabatan Temenggung yang
yang berperan sebagai menteri peperangan, dalam istana ia bertanggung jawab atas semua
upacara dan perjamuan resmi sehingga mengharuskan mengetahui jumlah persis para tamu
saudagar asing tamu di istana. Pejabat-pejabat yang wilayah tugasnya hanya terbatas di
pelabuhan adalah keempat syahbandar. Pedagang dan makhoda kapal yang datang di
Malaka sangat beragam budaya, agama, dan daerah. Maka dari itu, diperlukan penerjemah
untuk berkomunikasi. Kemampuan komunikasi, khusunya syahbandar sangat
mempengaruhi interaksi dan intensitas perdagangan. Bahasa Melayu sangat penting dalam
perdaganga ini sehingga menjadi keharusan bagi siapa saja untuk mengetahui, memahami,
dan menggunakannya. Menurut Collins (2005:34), bahasa Melayu pada abad ke-16
merupakan suatu kebutuhan yang mendesak bagi bangsa Eropa berdagang di Malaka.
Begitupun yang dikatakan oleh Lombard (2005:34), bahwa pemakaian bahasa Melayu
berakar kuat di kota-kota pelabuhan di sepanjang pesisir jauh sebelum datangnya Belanda
di Nusantara. Maka dari itu orang Belanda memilih bahasa Malayu sebagai alat interaksi
utama dalam perdagangan di Nusantara. Oleh sebab itu bahasa Melayu sering disebut juga
sebagai lingua franca (bahasa perdagangan). Ada empat syahbandar di Malaka pada masa
kejayaannya mereka merupakan pejabat wilayah tugasnya hanya terbatas di pelabuhan,
yang dipilih dari pedagang asing. Terdapat empat syahbandar yakni Gujarat, Keling, Bengal,
Pegu bersama Pasai. Syahbandar Bengal pengurus kepentingan para pedagang Jawa,
Maluku, Banda, Palembang, Kalimantan, dan Filipina; syahbandar Pegu-Pasai mengurusi
para pedagang dari Cina dan Kepulauan Ryukyu (Liu-Kiu). Tugas utama syahbandar adalah
mengurusi para saudagar dalam pengawasannya begitu pula pasar dan manajemennya,
melakukan pemeriksaan terhadap bobot, ukuran, dan koin serta memutuskan siapa saja
kapten kapal dan saudagar yang menumpang kapal-kapal yang datang di negerinya. Kaptel
kapal dilarang melakukan apapun tanpa izin syahbandar, ketika ia melakukan pelanggaran
maka mereka akan dipanggil oleh pengadilan. Mengenai pola perdagangan maritim di
Malaka ditegaskan dalam Suma Oriental karya Tome Pires, ia meneyebutkan juga adanya
dua jenis perdagangan di Asia (1) Jenis perdagangann yang memungkinkan para memilik
dagang untuk menyewa kargo dan (2) jenis perdagangan yang memungkinkan uang dan
barang dagang dititipkan kepada kapten kapal untuk diperdagangkan. Penjelasan Tome
Pires mengacu kepada sistem commenda (jenis kedua, Sistem ini adalah kontrak pinjaman
alat bayar/uang untuk perdagangan) dan perdagangan swasta (jenis pertama). Mengenai
golongan dibawah menengah penduduk Malaka, menurut Eredia; menganggap Malaka tidak
punya keberanian yang cukup untuk berdagang atau menjalankan sektor industri, mereka
hanya ingin bekerja hanya untuk sebatas menafkahi diri mereka sendiri, ketika ia
mendapatkan uang mereka akan menghabiskannya untuk bersenang-senang, berjudi dan
meninvestasikan pendapatannya untuk hal lain yang tentu saja tidak dapat
mengembangkan bisnis mereka dengan baik. Hal inilah uang menjadi pemicu penduduk
Melayu kalangan bawah untuk menjadi pelaut dan aktifitas perdagangan dibatasi oleh
keikutsertaan sultan yang sifatnya pasif, ia mendapatkan untung dari kehadiran saudagar-
saudagar asing di pelabuhannya.

Anda mungkin juga menyukai