Melawan Portugis
di Malaka
[ WAJAH MUSLIM JAWA ]
K.SUBROTO
SYAMINA
K. Subroto
Laporan
Edisi 11 / September 2018
ABOUT US
Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah
lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala
bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh
semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak
media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk
menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas
dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada
metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini
merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI — 3
EXECUTIVE SUMMARY — 4
Reconquesta Penjajah Portugis — 8
Kekuatan Superpower Portugis pada abad XV dan XVI — 13
Kekhalifahan Turki Utsmani, Penyeimbang Kekuatan Portugis yang Semakin
Melemah — 15
Aneksasi Portugis Atas Malaka Menggangu Perekonomian Asia Tenggara — 18
Adipati Yunus — 22
Kesultanan Demak — 24
Persiapan Serangan ke Malaka — 25
Strategi Maritim Pati Unus — 27
Jihad ke Malaka ke-2 (1521 M) — 29
Kegagalan Intelijen — 31
Solidaritas dan Kerjasama Melawan Penjajah Portugis — 31
DAFTAR PUSTAKA — 33
3
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
EXECUTIVE SUMMARY
D
i antara Kesultanan Islam, Kesultanan Demaklah yang paling gigih dan
terus-menerus memerangi penjajah Portugis, hal itu diakui oleh laporan
Portugis sendiri. Selama Portugis menduduki Malaka Demak beberapa
kali mengirim tentaranya, berjihad melawan kekuatan superpower dunia saat itu,
Portugis di Malaka.
Kedatangan orang-orang Portugis ke Malaka awalnya diterima dengan baik
oleh penguasa Malaka pada saat itu, yakni sultan Mahmud Syah. Namun sang tamu
yang dimuliakan tersebut justru memerangi dan merebut semua yang dimiliki tuan
rumah yang menyambutnya. Demikianlah sikap penjajah Katolik Eropa ini, hal yang
sama terjadi di kesultanan Ternate. Saat pertama kali datang di Maluku disambut
dengan baik oleh sultan Ternate dan diperlakukan sebagai tamu dan mitra dagang,
namun ketika tuan rumah lengah menikam dari belakang.
Pada tahun 1511 M, Malaka diinvasi dan berhasil dikuasai oleh Portugis
dibawah jendral Albuquerque. Ekspansi Portugis juga tidak terlepas dari misi untuk
4
memburu orang-orang Moor (Islam), setelah khilafah Bani Umayah di Spanyol
SYAMINA Edisi 11 / September 2018
runtuh dan berakhir dengan jatuhnya kota muslim Granada pada tahun 1492 ke
tangan pasukan Spanyol. Seperti diungkapkan G.R. Elton, Raja Manuel dari Portugis
mempunyai dua agenda dalam ekspansinya di kawasan Asia Timur. Pertama, motif
ekonomi, menginginkan harta kekayaan yang mengalir dari Asia ke Eropa, dan
kedua, ideologi agama (katholik), mencari dan menyerang orang-orang muslim yang
umumnya ada di kawasan Timur, lawan mereka pada perang salib yang berlangsung
sebelumnya.
Portugis yang begitu kuat, menebarkan "teror" di Samudera Hindia. Satu-
satunya kekuatan yang sanggup menghadapinya adalah Kekhilafahan Utsmaniyah
(mereka terlibat nyaris di semua pertempuran melawan Portugis pada abad ke-
16). Dengan keunggulan kapal dan persenjataan Portugis telah menjadi kekuatan
superpower dunia saat itu yang hampir tak ada tandingannya.
Sedangkan Turki Utsmani yang menjadi musuh utamanya saat itu mempunyai
kelebihan dalam hal jumlah personel militer namun seiring waktu kalah dalam hal
senjata dan perkapalan. Utsmaniyah mampu melakukan pengepungan terhadap
Portugis dalam berbagai kesempatan selama abad ke-16. Misalnya, jumlah pasukan
Utsmaniyah yang mengepung Mazagão (1562) di Maroko sangat banyak: 100.000
prajurit yang didukung oleh 50.000 kavaleri.
Portugis semakin tak tertandingi dengan semakin melemahnya kekhilafahan
Turki Utsmani. Salah satu penyebabnya karena kemunduran ekonomi dialami
Turki (hal yang sengaja diusahakan oleh Portugis untuk menghancurkan ekonomi
Utsmani). Sejarawan India P. Malekandathil mengatakan "Upaya Portugis untuk
memonopoli perdagangan di Timur dengan menyalurkan komoditas ke Eropa
melalui rute Cape dimulai dengan menghantam Utsmaniyah serta mengurangi
aliran kekayaan ke Utsmaniyah.
Sejak berhasil merebut Goa (India) pada 1498, Portugis mulai menghadang
kapal-kapal Turki dan armada Arab dari perairan antara Goa dan Madagaskar.
Penaklukan Goa oleh Portugis telah membuka pintu baginya menuju Malaka,
kemudian ke kepulauan rempah-rempah Maluku.
Pada perempat terakhir abad ke-15, setelah menguasai Mesir, armada
perdagangan Turki dan pedagang-pedagang Muslim Arab serta Gujarat bersama
para pedagang Melayu, Cina dan Asia Tenggara mulai melayari kepulauan rempah-
rempah. Mereka secara bersama-sama berhasil mengembangkan Pelabuhan Malaka
menjadi menjadi bandar transit bagi perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara.
Pala dan fili dari Banda, cengkih dan kayu manis dari Maluku, lada dari Banten dan
Sumatera, serta rempah-rempah lain dari Kalimantan dan beras dari Jawa, sutera
dan porselen dari Cina, hasil-hasil tekstil dari India, Jepang, serta lainnya, cukup
tersedia di Bandar Malaka.
Selat Malaka begitu ramai dengan banyaknya kapal-kapal yang berlayar. Selat
Malaka merupakan jalur pelayaran dan perdagangan yang menghubungkan Eropa
dan Asia Tengah ke kawasan Cina dan Asia Tenggara. Malaka juga merupakan kota
dagang yang ramai disinggahi kapal-kapal asing yang mencari barang dagangan
5
untuk dijual ke Eropa.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
7
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
S
ebuah laporan Portugis menyatakan, bahwa di antara raja-raja yang telah
masuk Islam, raja Kesultanan Demaklah yang paling gigih dan terus-menerus
memerangi orang Portugis, yang dipandang sebagai orang Kafir. Ketika Malaka
diinvasi dan jatuh ke dalam kekuasaan Portugis pada tahun 1511, Raden Fatah
mengirimkan putranya, Adipati Unus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak
guna menghancurkan kedudukan Portugis di Malaka.1
Terjadinya perlawanan terhadap Portugis oleh kerajaan Demak diawali oleh
penguasaan bangsa Portugis atas Malaka. Sebenarnya, kedatangan mereka atas
perintah raja Portugis dibawah pimpinan Diego Lopez de Squera pada tahun 1509
M untuk melakukan perjanjian dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian
ini dimaksudkan untuk memperoleh perizinan untuk melakukan perdagangan yang
menguntungkan kedua belah pihak.2
Kedatangan orang-orang Portugis ke Malaka awalnya diterima dengan baik
oleh penguasa Malaka pada saat itu, yakni sultan Mahmud Syah. Namun, setelah
komunitas dagang Muslim Internasional memberi pemahaman bahwa Portugis
akan membahayakan kerajaan Malaka, sultan Mahmud Syah akhirnya sadar dan
melakukan perlawanan dengan cara menawan beberapa orang Portugis. Namun,
kapal yang mereka gunakan berhasil kabur ke arah barat, sebelum Sultan Mahmud
menyerang kapal tersebut. Kemudian pada tahun 1511 M, Malaka diinvasi dan
berhasil dikuasai oleh Portugis dibawah jendral Albuquerque.3
4 Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Indonesia, 203.
5 Lihat: Michael Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia terj. Ken Ndaru dan M. Nurul Islam (Jakarta:
Naura Books, 1992), 441.
6 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.com/2015/01/belajar-dari-
kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/
7 Van den End dan Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 93.
8 Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Yogyakarta: Teras, 2012), 21. 9
9 Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, 41.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
Peta wilayah Samudra Hindia, Afrika dan Arabia yang dibuat oleh Portugis11
Bagi Portugis, terdapat dua alasan untuk menjelaskan kemajuan mereka di bidang
pelayaran. Pertama, ekspansi bangsa Lusitania ini didukung oleh pemimpinnya
saat itu yaitu Raja Henry ‘Si Pelaut’ (1394-1460 M) yang mendorong pelaut-pelaut
Portugis untuk melakukan penemuan daerah baru. Kedua adalah pengejaran
terhadap orang-orang moor (Islam) pasca perang salib. Kebencian terhadap Islam
terjadi karena dendam bangsa Portugis dan Spanyol yang sempat dikuasai lima abad
lamanya (700-1250 M) oleh bangsa Muslim dari Afrika Utara. Untuk mewujudkan hal
10 Abdul Rohim, Perlawanan Demak Terhadap Portugis 1513-1527 M, Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2017, h.60-61
11 Sumber gambar: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Portuguese_map_of_the_Indian_Ocean,_Africa_and_
10 Arabia.jpg https://www.reddit.com/r/MapPorn/comments/6zpwr5/the_map_of_india_arabia_the_horn_of_
africa_the/
SYAMINA Edisi 11 / September 2018
20 Jane I. Smith, Islam and Christendom Historical, Cultural and Religious Interaction from The Seventh to The
Fifteenth Centuries. Dalam; John L. Esposito (Ed). 1999. The Oxford History of Islam. Oxford University Press,
New York, hlm.344. dalam; Ahmad Mansur S. Api Sejarah 1, Op.Cit, hlm. 158-159
21 Perjanjian antara Portugis dan Spanyol yang diprakarsai oleh Paus Katholik yang membagi dunia menjadi dua
bagian masing-masing untuk Spanyol dan sisanya untuk Portugis. Perjanjian ini sering disebut sebagai tonggak
awal penjajahan Eropa atas bangsa di Asia dan wilayah lainnya
22 Nguyen Thi Ha Thanh, European Trade on the Far East and the Mercantile Relationship with Vietnam from the
16th to 19th Century, hlm.354
23 Military museum in Buçaco, Mealhada Portugal, https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Museu_Militar_do_ 13
Bucaco_(19).JPG
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
Tanah Timur yang berbatasan dengan Samudra Hindia dan Afrika melihat
lanskap mereka diubah sepenuhnya oleh pembangunan kastil batu Eropa yang
dilengkapi dengan meriam perunggu yang sangat efisien dan pasukan artileri yang
berpatroli di pantai tersebut. Benteng Jesus di Mombasa adalah salah satu yang
paling menonjol dari jenisnya selain benteng-benteng di Goa dan Diu yang masih
berdiri sampai saat ini.
Benteng-benteng itu tidak hanya mengesankan dalam hal konstruksi militer
tetapi juga mampu menahan pengepungan panjang dan daya tahannya yang luar
biasa. Kemenangan Portugis atas kekuatan besar Utsmaniyah-Gujarat dalam
Pengepungan Pertama dan Kedua Diu (1538 dan 1546) dianggap sebagai salah satu
yang paling penting, terutama karena benteng tersebut dirancang secara militer dan
kastil yang kuat yang dibangun oleh Orang Eropa.
28 Lincoln, Payne (2013). The sea and civilization : a maritime history of the world. USA: Penguin Random House
Companies. hlm. 412 Brockey, Liam Matthew, Portuguese Colonial Cities in the Early Modern World. Routledge 15
29 Dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Fort_Jesus,_Mombasa.png
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
30 Malekandathil, Pius (2010). Maritime India - Trade, Religion and Polity in the Indian Ocean. Delhi: Primus
Books. hlm. 110
31 Malekandathil, Pius (2010). Maritime India - Trade, Religion and Polity in the Indian Ocean. Delhi: Primus
Books. hlm. 113
32 Casale, Giancarlo. The Ottoman Age of Exploration. Oxford University Press.
33 Mendonça, Agostinho de Gavy de (1890). Historia do cerco de Mazagão. Impresso na Typ. do commercio de
Portugal
34 Rasler, Karen A.; Thompson, William R. The Great Powers and Global Struggle, 1490-1990. University Press of
Kentucky
16 35 Rasler, Karen A.; Thompson, William R. (2015). The Great Powers and Global Struggle, 1490-1990. University
Press of Kentucky.
SYAMINA Edisi 11 / September 2018
II mengepung kota tersebut pada awal April dengan kekuatan 75.000 dan 100.000
pasukan dan sebuah armada besar. Kekuatan tentara yang besar ini sangat jauh jika
dibandingkan dengan jumlah tentara Eropa yang mempertahankan kota tersebut:
"Itu merupakan pertahanan garnisun yang buruk, di bawah Kaisar Konstantinus XI
Palaiologos, berjumlah sekitar 8.000 orang." 36
Demikian pula, Kekaisaran Portugis memiliki jumlah pasukan yang sangat
terbatas dan jarang didukung oleh sekutu-sekutu penting di Timur. Portugal, saat itu
memiliki sekitar 1 juta orang, dan dengan ditemukannya Brasil, warganya diberikan
peluang baru untuk berimigrasi. Selain itu, banyak orang Portugis yang meninggal
karena penyakit di Timur.37
Sebagai perbandingan, Kesultanan Utsmaniyah pada dekade pertama abad ke-
16 memiliki populasi sekitar 13 juta orang,38 sementara Portugis sekitar 1 juta orang.39
Oleh sebab itu, tenaga manusia merupakan kekurangan besar di pihak Portugis.
Selain itu, Eropa pada abad ke-14 masih dalam tahap awal kekuatan militer mereka,
dan Utsmaniyah melihat kesempatan ini untuk menyerang Eropa Timur dengan
tentara yang jumlahnya luar biasa.40 Jatuhnya Konstantinopel merupakan tanda
marabahaya yang melanda Eropa akibat ekspansi Utsmani.
Namun, skenario bahaya ini bagi Eropa mulai berubah drastis pada dekade
pertama abad ke-15, lebih tepatnya pada 1415, dengan Penaklukan Portugis atas
Ceuta, serta bangkitnya Kekaisaran Portugis. Zaman Penjelajahan, yang dipelopori
oleh Portugal, menciptakan revolusi teknologi, militer dan politik yang belum pernah
ada di dunia sebelumnya. Bukti-bukti tersebut menegaskan bagaimana periode
inovasi militer membuat kekuatan militer Portugal mampu menghadapi Utsmaniyah
dan sekutunya di tanah air mereka pada abad ke-16.
Portugis mampu mengembangkan dan menggunakan senjata militer yang
paling kuat pada waktu itu dalam bentuk galiung, meriam perunggu, senjata api, dan
benteng-bentengnya.41 Utsmaniyah, meskipun masih memiliki jangkauan militer
yang sama dan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah tentara, pada
abad ke-16 mereka mulai menunjukkan kemunduran dalam pertempuran.
Profesor Fatma Gocek menjelaskan: "Selama abad keenam belas dan ketujuh
belas, dengan meningkatnya konsolidasi kekuatan militer, kekayaan materi, dan
kemajuan ilmiah di negara-negara Eropa, Utsmaniyah mulai kehilangan keunggulan
militer mereka atas Barat."42 Yang menarik, sekutu persia kontemporer, Monajjem
Yazni menuliskan "selama pengepungan Bahrain pada 1603, meriam-meriam
Portugis jatuh ke tangan Safavid, tetapi para ahlinya tidak mampu memproduksi
bola meriam dengan ukuran besar yang digunakan oleh senjata-senjata tersebut."43
Meskipun Utsmaniyah, Arab dan khalifah muslim lainnya berusaha membangun
aliansi untuk mengusir invasi Portugis, keunggulan militer orang-orang Eropa terbukti
terlalu besar. Penulis Timur, Al-Khalifa dalam bukunya First Light mengatakan:
"Perlawanan Arab dan Utsmaniyah terhadap Portugis semakin intensif di Laut
Merah, Teluk Arab dan Samudera Hindia. Namun, perlawanan ini tidak berpengaruh
karena keunggulan senjata Portugis. Tidak ada sarana untuk membekali pasukan
armada laut yang setara dengan musuh. Portugis terus menjadi penguasa yang tak
terkalahkan di perairan ini. Mereka dilengkapi dengan senjata yang unggul, memiliki
keterampilan organisasi yang lebih baik dan tentara yang berdedikasi."44
Akhirnya, penulis India Shankarlal C. Bhatt merangkum seluruh keunggulan
militer Portugis dengan mengatakan bahwa mereka "dipersenjatai dan
perlengkapannya lebih baik (baju zirah, arqualius dan sejenis granat yang terbuat
dari tanah liat dengan mesiu di dalamnya)" dan "karena umumnya pasukan Portugis
adalah pelaut profesional berpengalaman, kebanyakan prajurit bangsawan yang
berkuasa atas Turki." Hal lain yang menarik yang disebutkan oleh penulis ini adalah
bahwa Portugis lebih unggul "tidak hanya dalam kekuatan fisik dan ukuran, tetapi
juga dalam keterampilan tempur."45
Sementara itu, pada perempat terakhir abad ke-15, Kerajaan Turki Usmani mulai
memasuki arena perdagangan dan kapal-kapalnya mulai berseliweran di pantai
Afrika Timur serta berupaya mencapai Kepulauan Maluku. Tetapi, Bortholomeuz
Diaz dan Vasco da Gama akhirnya berhasil “memecahkan persoalan” untuk Portugis
dengan penemuan dan pendaratan mereka di Goa (India) pada 1498. Sejak saat itu,
Portugis mulai menghadang kapal-kapal Turki dan armada Arab dari perairan antara
Goa dan Madagaskar. Penaklukan Goa oleh Portugis telah membuka pintu baginya
menuju Malaka, kemudian ke kepulauan rempah-rempah Maluku.46
dan porselen dari Cina, hasil-hasil tekstil dari India, Jepang, serta lainnya, cukup
tersedia di Bandar Malaka.47
Salah satu sebab mengapa Portugis begitu getol memburu Muslim yang
mereka sebut orang Moor adalah; hasrat untuk mendepak para pedagang Arab, Turki,
dan Gujarat dari jaringan perdagangan di kawasan tersebut. Sebab hingga tahun
1500 jalur perdagangan di Asia Timur dan Tenggara dikuasai para pedagang Islam
tersebut. Para pedagang Arab, Turki, dan Gujarat mendominasi jalur perdagangan
di sekitar laut Arab, Afrika Timur hingga Teluk India dan kepulauan Asia Tenggara.
Mereka memegang peranan kunci dan berpengaruh kuat dalam aktivitas
perdagangan dari Gujarat dan Malabar hingga Malaka dan dari Aceh hingga Maluku,
Banda dan Ambon dengan armada kapal besar dan kecil, akan tetapi kontruksi
kapalnya yang tidak menggunakan besi dan tidak dipersenjatai dengan meriam
membuat kapal mereka mudah dikalahkan kapal Portugis.48
Selat Malaka begitu ramai dengan banyaknya kapal-kapal yang berlayar, maklum
selat Malaka merupakan jalur pelayaran dan perdagangan yang menghubungkan
Eropa dan Asia Tengah ke kawasan Cina dan Asia Tenggara. Sementara itu Malaka
merupakan kota dagang yang ramai disinggahi kapal-kapal asing yang mencari
barang dagangan mereka untuk dijual ke Eropa.
Sultan Utsmani segera mengirim bantuan angkatan laut dan militer ke Melayu
ketika Portugis menyerang Malaka pada tahun 1511. Setelah Malaka jatuh, pusat
Islam di dunia Melayu bergeser ke Asia. Ottoman terus melakukan apa yang mereka
bisa untuk melindungi dunia Melayu sampai awal abad kedua puluh.49
Sultan Sulaiman (1520-1566), adalah yang pertama kali memperluas pengaruh
Utsmani ke Samudera Hindia. Pada tahun 1537 ia menginstruksikan Gubernur
Mesir, Sulaiman Pasha, untuk melengkapi armada yang kuat untuk menghancurkan
kekuatan angkatan laut Portugis di Samudera Hindia. Armada ini mencapai Gujarat,
dan mengepung Portugis di Diu selama beberapa bulan pada tahun 1538. Armada ini
juga mencapai Asia Tenggara, karena Mendez Pinto menyebut mereka membantu
Aceh dalam perang melawan Batak dan Portugis, dan juga membantu Demak dalam
perang yang sama di Jawa.50
Gubernur Portugis yang kedua Alfonso d’Albuquerque dari Estado da India
merupakan arsitek utama pergerakan ekspansi Portugis ke Asia. Dia memimpin
langsung ekspedisi ke Malaka yang berangkat dari Goa dengan membawa 15 kapal
besar dan kecil serta 600 tentara. Tiba di Malaka pada awal Juli 1511, kemudian pada
tanggal 10 Agustus 1511 Malaka dapat ditaklukannya.
Penguasaan Portugis atas Malaka membuat kekacauan sistem perdagangan
di Asia, karena tidak adanya pelabuhan sebagai pusat untuk melakukan transaksi
47 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas Bambu, 2009, hlm. 246
48 C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825. Op.Cit., hlm. 44, lihat juga; M Adnan Amal.Portugis
dan Spanyol. Op.Cit.hlm.127
49 Saim Kayadibi, Islamization of the Southeast Asia: The Role of Turks, Op.Cit. hlm.2, lihat juga : Anthony Reid,
The Contest for North Sumatra, Atjeh, The Netherlands and Britain, 1858-1898 (Kuala Lumpur: University of
Malaya Press, 1969),
50 Anthony Reid, An Indonesian Frontier: Acehnese and other Histories of Sumatra (Singapore: University of 19
Singapore Press, 2004). hlm.74-78.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
kekayaan yang ada di Asia, selain itu menimbulkan tidak adanya negara Malaya yang
menjaga ketertiban di Selat Malaka serta keamanan untuk jalur perdagangan.51
Agresi portugis dan monopoli perdagangan yang dilakukannya di Malaka
menimbulkan kebencian dan menyulut api kemarahan para saudagar Islam. Para
saudagar Islam tidak mau lagi melakukan perdagangan ke Malaka. Sehingga,jalur
perdagangan diganti atau dialihkan ke pantai pesisir utara Jawa, mencakup Madura,
Ampel Dento, Gresik, Tuban, Jepara Demak, Cirebon, Sunda Kelapa, Banten,
Palembang, Aceh dan Pasai.52
Setelah menguasai Malaka, Portugis bergerak mencari jalan ke tempat asal
rempah-rempah yaitu Kepulauan Maluku. Melalui strategi ini, Portugis berhasil
menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa dan selama kurang lebih
15 tahun (1511-1526), Nusantara menjadi akses kemaritiman penting bagi Portugis.
Di selat itu, Portugis menjadikannya sebagai rute maritim menuju Pulau Sumatera,
Jawa, Banda, dan Maluku.
Praktis, kedatangan Portugis ke Selat Malaka yang kemudian memonopoli
perdagangan dan menyebarkan agama Kristen menyebabkan kepentingan
Kesultanan Demak terganggu. Setelah mendapat mandate dari ayahnya, yakni
Sultan Fatah, dalam waktu setahun Pati Unus segera mempersiapkan armada-
armadanya untuk diberangkatkan ke Malaka. Adapun persiapan yang terpenting
dalam melakukan perang, selain senjata adalah tenaga manusia, dukungan logistik,
dan angkutan.53
51 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, terj. Tim Penerjemah Serambi (Jakarta: Serambi, 2007),
h.65
52 Rachmad Abdullah. Kerajaan Islam Demak: Api Islam di Tanah Jawa 1518-1549 (Solo: Al-Wafi, 2015), h.41.
20 53 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.com/2015/01/belajar-dari-
kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/
SYAMINA Edisi 11 / September 2018
Adipati Yunus
Mengenai sosok Pati Unus terdapat perbedaan pendapat dikalangan Sejarawan.
Perbedaan ini terletak pada: apakah Pati Unus ini anak Sultan Fattah ataukah
menantunya. Mengenai hal ini terdapat dalam beberapa Sumber, diantaranya
adalah:
a. Menurut sebuah riwayat Pati Unus adalah menantu Sultan Fattah. Nama
aslinya adalah Raden Abdul Qadir putra Raden Muhammmad Yunus dari Jepara.
Raden Yunus adalah adalah putra seorang Mubaligh dari Persia yang dikenal dengan
nama Syekh Kholiqul Idrus. Syekh Kholiqul Idris datang dari persia awal 1400-an
dan menetap di Jepara yang kemudian menikah dengan putri seorang mubaligh asal
Gujarat yang lebih dulu datang ke Tanah Jawa, dari pernikahan ini Syekh Kholiqul
Idrus memiliki putra Muhammad Yunus. Yunus menikah dengan seorang pembesar
Majapahit di Jepara. Dari hasil pernikahan ini lahirlah seorang anak yang sangat
cerdas dan pemberani yang diberinama Abdul Qadir, yang setelah menjadi menantu
sultan Demak pertama (Raden Fattah), yang kemudian diberi gelar Adipati bin Yunus
atau terkenal lagi sebagai Pati Unus.57
b. Menurut Tome Pires, nenek Pati Unus bersal dari Kalimantan Barat Daya.
Ia merantau ke Malaka dan kawin dengan wanita Melayu. Dari perkawinan itu,
lahirlah ayah Pati Unus, ayah Pati Unus kemudian kembali ke Jawa. Setelah berhasil
membunuh bupati Jepara, ia menguasai daerah Tidungan dan sekitarnya. Ayah
pati unus mempunyai hubungan baik dengan pati Rodin di Demak. Putranya yang
bernama Unus kawin dengan putri Pate Rodin di Demak.58
c. Menurut Kronik Tionghoa, memberitakan bahwa pada tahun 1509 M, putra
Jin Bun yang bernama Yat Sun mendampingi Kin San di galangan kapal Semarang.
Pada tahun 1512 M, Yat Sun sangat terburu-buru menyerang kota Moa Lok Sa
(Malaka), yang sudah direbut orang-orang berambut merah dan memiliki senjata api
jarak jauh.59
d. Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Adipati Bintara meninggalkan putera
enam, anak sulungnya perempuan yang bernama Ratu Mas, kemudian pangeran
Sabrang Lor (mewarisi tahta kesultanan), Pangeran Seda Lepen, Raden Trenggana,
Raden Kanduruwan dan Raden Pamekas.
e. Menurut Serat Kanda, Adipati Bintara mempunyai tiga orang Istri. Istri yang
tertua melahirkan Raden Surya dan Raden Trenggana. Istri yang kedua melahirkan
Raden Kanduruwan, kemudian istri yang ketiga melahirkan raden Mas Kikin dan
Raden Mas Nyawa. Raden Surya menetap diseberang timur sungai, dan kawin
dengan Retna Lembah putri Raden Gugur.60
Karena Pate Unus tidak menetap di Demak, melainkan menetap di Jepara,
maka Tome Pires mengira Adipati Unus bukanlah Putra Mahkota atau bukan anak
kandung dari Sultan Fattah. Sementara itu, jika melihat versi keempat dan kelima
terdapat perbedaan penyebutan pada nama arahnya, yakni Utara dan Timur. Dalam
Babad Tanah Jawi menyebut Pangeran Sabrang Lor sedangkan dalam Serat Kanda
menyebut Raden Surya. Jika dihubungkan dengan berita dari Tome Pires, maka
pesanggrahan Raden Surya itu harus terletak di sebelah utara sungai Tanggul Angin,
di desa Tidunan, membawahi daerah sekitarnya termasuk Jepara.
Penobatan Pangeran Sabrang Lor atau Raden Surya harus berlangsung sesudah
Raden Fattah wafat. Menurut Berita Tionghoa, yang menggantikan Jin Bun pada
tahun 1518 M adalah Yat Sun. Demikianlah Pangeran Sabrang Lor (Babad Tanah
Jawi) dan Raden Surya yang menetap di seberang timur sungai (Serat Kanda) sama
dengan Yat Sun. Karena Yat Sun sama dengan Pate Unus (Suma Oriental), maka
Pangeran Sabrang Lor dan raden Surya sama dengan Pati Unus. Kiranya tidak jauh
dari kenyataan bahwa putra mahkota Yat Sun itu mengambil nama Islam Yunus.61
Pendapat yang paling kuat dan masyhur, adalah bahwa Pati Unus adalah Sultan
kedua Kerajaan Demak, ia menggantikan ayahnya (Raden Fattah) yang wafat pada
tahun 1518 M.62 Perlawanan Pati Unus terhadap Portugis yang pertama ini dilakukan
sebelum ia menjadi Sultan di Demak, melainkan ketika ia masih menjabat sebagai
Adipati di Jepara. Sedangkan yang menjadi Sultan kala itu adalah ayahnya yakni
Sultan Fattah.
Keterangan Tome Pires yang selanjutnya mengatakan, Pati Unus telah berhasil
membuat negerinya menjadi negeri besar. Di samping itu, Tome Pires juga memujinya
sebagai Raja Jawa yang paling terkenal karena kekuatanya dan pergaulannya yang
baik dengan rakyatnya. Bahkan Tome Pires menyebut Pati Unus hampir sebesar Raja
Demak, sekalipun Jepara berada dibawah Demak, yang mempunyai lebih banyak
penduduk dan negeri.
Pada waktu itu Jepara telah berhasil mempunyai kedudukan yang baik dalam
lintas perdagangan Nusantara. Dengan terus terang Tome Pires mengakui, kota
Jepara mempunyai sebuah teluk dengan sebuah pelabuhan yang indah. Di depan
pelabuhan terdapat tiga buah sungai, di mana kapal-kapal besar dapat memasukinya.
Tome Pires juga memuji pelabuhan Jepara sebagai pelabuhan yang paling baik dari
sekian banyak pelabuhan yang pernah diceritakannya dan berada dalam keadaan
yang paling baik. Setiap orang yang akan pergi ke Jawa dan Maluku akan singgah di
Jepara.63
Pada abad XVI Demak merupakan kerajaan Islam terkuat di pulau Jawa dan
memegang hegemoni di antara kota-kota pantai Utara Jawa. Namun secara praktis
kota-kota itu tetap berdiri sendiri. Di masa jaya Kesultanan Demak, Jepara juga
menjadi tempat tinggal para pedagang dan pelaut, Jepara sebagai pusat penyebaran
agama Islam dan pusat kekuasaan politik, Jepara juga memegang peranan penting
dalam bidang perdagangan. Perdagangan yang dijalankan Demak dan Jepara ialah
beras dan bahan pangan yang lainnya. Jepara menjadi pelabuhan penting setelah
Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511. Malaka dijadikan sebagai pelabuhan
61 Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindhu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, h.118
62 23
63 Panitia Penyusun Hari Jadi Jepara. Sejarah dan Hari Jadi Jepara. Jepara: 1988. h.11-12
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
peristirahatan dan perbekalan bagi kapal-kapal Portugis. Selain itu juga dijadikan
sebagai pos militer untuk melindungi perdagangan mereka.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menimbulkan pertimbangan-pertimbangan
baru dalam bidang politik dan ekonomi pada bagian pertama abad 16. Perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam baru tidak hanya pusat politik, tetapi juga memegang
peranan penting dalam perdagangan dan rempah-rempah serta bahan pangan
lainnya. Keberadaan Portugis di Malaka sangat menggangu aktifitas perdagangan
dan pelayaran pedagang-pedagang Islam, termasuk Demak, lebih-lebih karena
ekspansi Portugis selain didorong oleh motif ekonomi komersial juga didorong oleh
misi agama yaitu meneruskan Perang Salib melawan orang-orang Islam.64
Kesultanan Demak
Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Fattah memiliki wilayah kekuasaan yang
sangat luas tidak hanya di wilayah Jawa namun juga di wilayah sekitarnya seperti
Lampung dan Palembang di ujung kepulauan Sumatera, kepulauan Malaka, pulau
Borneo, Sulawesi bagian Selatan, Madura, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Ternate
dan Tidore.
Pengaruh politik kerajaan Demak dalam hubungan dengan berbagai bangsa
teramatlah besar. Kerajaan Demak merupakan juru bicara di kawasan Asia Tenggara
yang sangat disegani. Sebagai Negara Adidaya di kawasan Asia Tenggara Demak
menempatkan duta besar kerajaannya di berbagai Negara seperti Johor, Pasai,
Gujarat, Turki, Parsi, Arab dan Mesir.65
Demak memiliki letak strategis di jalur perdagangan Nusantara sehingga
memungkinkan Demak berkembang sebagi kerajaan Maritim. Dalam kegiatan
perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil
rempah-rempah Indonesia Timur dengan penghasil rempah-rempah di Indonesia
Barat. Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang.
Perkembangan perdagangan Demak juga didukung oleh penguasa Demak yang
memberikan perhatian terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai
utara Jawa. Pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah pelabuhan Jepara, Tuban, Gresik,
Sedayu dan wilayah lain di Jawa Timur.66
Sebagai kerajaan yang memiliki wilayah di pedalaman, Demak juga
memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil
pertanian yang menjadi komoditas dagang. Pertanian di Demak tumbuh dengan
baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara.67
64 Tim Penyusun Naskah Sultan Hadiri dan Ratu Kalinyamat, Sultan Hadiri dan Ratu Kalinyamat Sebuah Sejarah
Ringkas (Jepara:1991), 32.
65 Rachmad Abdullah, Kerajaan Islam Demak: Api Revolusi Islam di Tanah Jawa 1518-1549 M, 26-27
24 66 Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Indonesia, h.60.
67 Abimanyu, Babad Tanah Jawi Terlengkap dan Terasli, h.234.
SYAMINA Edisi 11 / September 2018
Perbandingan jung yang dinaiki Pati Unus dengan galleon Barat, Ilustrasi Jung
yang digunakan Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka tahun 1513.70
Upaya persiapapun dilakukan oleh kerajaan Demak sejak tahun 1509 M, persiapan
ini terus ditingkatkan, apalagi setelah mengetahui kabar telah ditaklukkannya Goa di
India pada tahun 1510 M. Oleh karena itu, Sultan Fattah memerintahkan Pati Unus
untuk mendampingi Raden Husen membuat kapal di galangan kapal di Semarang
sejak tahun 1509. Kapal yang dibuat oleh Pati Unus mampu mengangkut 1.000
pasukan perang.71
Selain mempersiapkan pasukan dan peralatan perang, Pati Unus juga berusaha
mengetahui kekuatan orang-orang Portugis di Malaka. Untuk mengetahui kekuatan
orang-orang Portugis Pati Unus memanfaatkan para pedagang-pedagang Jawa
untuk menjadi mata-mata.72 Dari adanya mata-mata ini Pati Unus dapat mengetahui
bahwa di benteng A-Farmosa yang menjadi benteng pertahanan orang Portugis di
Malaka yang berada di puncak bukit telah dipesiapkan meriam-meriam. Sehingga
68 Rahmad Abdullah, Wali Songo: Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa 1404-1482 M, h.223.
69 Krisna Bayu Adji, et.al, Ensiklopedi Raja-Raja Jawa: Dari Kalingga Hingga Kesultanan Yogyakarta, h.90
70 disebut juga jung, jong, dan junk, Dari buku Anthony Reid, Charting The Shape Of Early Modern Southeast
Asia.
71 Abdullah, Kerajaan Islam Demak: Api Revolusi di Tanah Jawa 1518-1549 M, h.43. 25
72 Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindhu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, h.214.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
dengan berita ini Pati Unus memerintahkan untuk membuat kapal dari kayu Aceh
dan juga memperbaiki kapal tiruan dari kapal Ja’far Shodiq yang singgah digalangan
kapal Semarang pada tahun 1512 M.
Melihat kekuatan di benteng Portugis, untuk mengimbanginya Pati Unus juga
memasang meriam-meriam besar di kapalnya. Hal ini dilakukan dengan harapan
dapat menembaki benteng Portugis dari jarak jauh. Dengan kapal-kapal ini Pati
Unus ingin merebut Malaka (Mao Lok Sa) dengan armadanya.73
Penggalangan pun berhasil dilakukan. Palembang, Jepara, Cirebon, dan Johor
bersedia membantu Pati Unus untuk menyerang Malaka. Puluhan telik sandi
(intelijen) juga dikirim ke Malaka yang kemudian dapat memobilisir pedagang-
pedagang Jawa di sana. Pasukan telik sandi itu diketuai oleh Utimuti Raja, yang
sebelumnya memihak kepada Portugis pada saat menaklukan Malaka tahun 1511,
sehingga Portugis memberikan kedudukan yang cukup baik kepadanya.74
Setelah dirasa persiapan sudah cukup, Sultan Fattah memerintahkan Pati
Unus untuk memerangi Portugis pada tahun 1512 M, dengan sekitar 100 kapal
jumlah pasukan awalnya 5.000 orang diberangkatkan dari pelabuhan Jepara. Dari
Jepara kemudian berlayar kearah barat, menuju kepulau Sumatera tepatnya ke arah
Palembang. Dari Palembang perjalanan diteruskan menuju Malaka, namun dalam
perjalanannya Pati Unus dan pasukannya singgah sementara waktu di daerah yang
terdapat sungai Kampar, daerah di sekitar Indragiri Sumatera.75
Dari Kampar perjalanan terus dilakukan menuju arah barat laut, sudah dekat
dengan Malaka yang letaknya berada di sebarang utara. Pada Januari 1513 M Pati
Unus mencoba memberikan kejutan berupa serangan dadakan kepada orang-orang
Portugis di perairan kerajaan Islam Malaka. Pati Unus membawa 5000 pasukan
kemudian ditambah pasukan bantuan dari Palembang hingga jumlahnya menjadi
kurang lebih 12.000 pasukan.76
Ekspedisi Pati Unus ke Malaka pada tahun 1512 menggunakan 100 buah kapal
berukuran dua ratus ton. Kapal yang digunakan untuk mengangkut perlengkapan
dan prajurit terdiri dari beberapa jenis antara lain disebut jung, merupakan kapal
layar yang berukuran beberapa ratus ton. Penggeraknya adalah layar yang dipasang
pada tiga buah tiang, yang mempunyai bobot antara 400–800 ton. Jenis yang lain
adalah lancaran, merupakan kapal layar atau dayung hampir sama halnya dengan
jenis jung. Kemudian kapal Pangajava, merupakan kapal yang dibuat khusus untuk
perang dan dapat dipersenjatai dengan meriam, tenaga penggeraknya adalah layar
dan dayung.77
73 Ibid., h.68.
74 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka
75 Pires, Suma Oriental, 151
76 Abdul Rohim, Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Portugis 1513-1527 M, Skripsi Jurusan Sejarah
Peradaban Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Tahun 2017. h, 69
26 77 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.com/2015/01/belajar-dari-
kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/
SYAMINA Edisi 11 / September 2018
78 Pires, Tome. The Suma Oriental of Tome Pires & The Book of Fransisco Rodrigues, McGill University Library 27
(1944)
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
data musuh. Atas pengintaiannya pula, Utimuti Raja sebagai pemimpin telik sandi
Demak di Malaka tertangkap dan kemudian dihukum mati.
Kematiannya itu tidak diketahui oleh Pati Unus. Ketika strategi yang direncankan
akan dijalankan, Pati Unus tidak mendapatkan bantuan dari pasukan telik sandi
yang berada di Malaka. Maka dengan leluasa Portugis memukul mundur pasukan
Pati Unus walaupun berjumlah besar. Bala bantuan Portugis dari Goa (India) juga
turut menggulung pasukan Pati Unus.79
Begitu mendengar pasukan Demak hendak mengepung Malaka, Portugis selain
menyiapkan pasukan di benteng mereka juga mengerahkan pasukan maritimnya
sebanyak 350 orang Eropa serta orang Pribumi dengan jumlah 17 kapal. Tujuannya
untuk menghadang Pasukan Islam yang dipimpin oleh Pati Unus keluar dari Malaka,
kemudian menggiring mereka supaya masuk sungai Muar, di sungai inilah kemudian
pasukan Portugis menenggelamkan dan membakar banyak sekali kapal Demak.80
menenggelamkan kapal-kapal pasukan Pati Unus. Jumlah kapal yang semula 100
jung karena serangan meriam ini hanya tersisa 60 buah, sedangkan pasukan yang
tewas mencapai 4.000 pasukan.82
Setelah mengetahui pasukannya kalang kabut, Pati Unus menarik mundur
tentaranya ke Demak. Dari seratus kapal yang diberangkatkan, hanya kembali 20
kapal. Banyak pasukan Pati Unus yang tewas dan tertawan oleh Portugis, termasuk
Sultan Palembang.
Pati Unus naik tahta pada tahun 1518, namun Pati unus tidak lama memerintah
Demak, pada tahun 1521 telah tersebar berita tentang kematiannya. Kepahlawanan
Pati Unus dalam memimpin armada perangnya untuk melawan tentara Portugis
yang memiliki armada perang tangguh dan senjata modern merupakan hal yang
sangat heroik, sehingga Pati Unus dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.83
Dengan kembalinya pasukan yang dipimpin Pati Unus pada Januari 1513 M ke
Jawa menandakan serangan yang dilakukannya terhadap Portugis di Malaka telah
mengalami kegagalan. Jung kapal yang ditumpangi Pati Unus dan pasukan berlabuh
di Jepara, kapal tersebut tetap menjadi kebanggaan dan dirawat dengan baik.84
Selain itu, setelah mendarat di Jepara Pati Unus juga memerintahkan agar sebuah
kapal perang Jung berlapis baja yang dapat diselamatkannya, didamparkan dan
dibiarkan di sana.85 Kapal Jung terbesar ini kemudian menjadi monumen kenang-
kenangan akan perang yang dilancarkan oleh Pati Unus terhadap pasukan Portugis
(pasukan terkuat dan gagah berani di dunia).
Akibat kekalahan serangan Pati Unus ke Malaka menjadikan hubungan dagang
antara Jawa dan Malaka maupun dengan India, China, Bengala dan Timur Tengah
kian memburuk. Kelebihan hasil panen di Jawa tidak dapat dekspor ke Malaka.
Padahal dari ekspor kelebihan hasil panen tersebut Jawa memperoleh banyak
keuntungan daripada hanya perdagangan di Nusantara. Pedagang Gujarat, Keling,
China dan Bengala, yang sebelumnya banyak berlayar ke Jawa dengan membawa
berbagai barang dagangan sudah tidak lagi muncul.86
Portugis di Malaka sudah 8 tahun (1513-1521 M), namun mereka masih belum
juga hengkang dari Malaka. Pada tahun 1521 M, sampai berita ketelinga Pati Unus
bahwa portugis akan menjalin kerjasama dengan Syanghyang Raja Sunda dari
kerajaan Syiwa-Budha Padjajaran. Mendengar berita ini Pati Unus tidak ingin Sunda
Kelapa bernasib seperti Malaka, atau bahkan bisa mengancam kedaulatan kerajaan
Demak di Bintoro.
Persiapan dilakukan Pati Unus dengan menyiapkan bekal-bekal peperangan
seperti kapal-kapal Jung, persenjataan meriam dan juga para prajurit Islam. Setelah
persiapan telah selesai, berangkatlah Pati Unus beserta pasukannya dari Jawa
menuju Malaka pada tahun 1521 M. Sementara pasukan Katolik Portugis telah
mempersiapkan pertahanannya untuk menghadapi Pati Unus beserta Pasukannya.
Meriam-meriam besar dipersiapkan di benteng AFarmosa sebagai senjata untuk
meluncurkan peluru-peluru ke arah Pasukan Pati Unus pada saat tiba di Malaka.88
Setelah melakukan perjalanan dengan kapal perang melalui siang dan malam
selama beberapa bulan, akhirnya Pati Unus dan pasukannnya sampai di perairan
Malaka. Mulailah tampak benteng A-Farmosa yang menjadi basis pertahanan Orang
Portugis di Malaka. Di benteng ini pasukan Portugis juga telah siap perang melawan
Pati Unus dan pasukannya.
Setelah kedua pasukan berdekatan pecahlah perang yang amat dahsyat. Perang
yang mengunakan senjata meriam-meriam yang canggih dan memiliki ukuran-
ukuran yang cukup besar. Peluru-peluru berbentuk bola berapi melesat sedemikian
jauh hingga mengenai lawan. Kapal-kapal berjalan maju secara beriringan, serta
kesulitan menghindar dari serangan peluru-peluru meriam. Secara terus menerus
peluru-peluru meriam berhampuran diantara celah-celah birunya langit dan
semakin dekat dengan kapal-kapal Pati Unus.
Selang beberapa saat badan-badan kapal perang terguncang dihantam peluru
meriam. Kapal-kapal terbakar seiring hembusan angin samudera mengibar bendera-
bendera. Korban dari kedua belah pihak berjatuhan, ada yang terkena peluru meriam
secara langsung dan ada juga yang karam bersama kapal-kapal mereka untuk
selamanya.
Perang yang berkecamuk sangat dahsyat, hingga membuat Sultan sekaligus
Senopati yang gagah berani harus menemui suratan takdir Illahi. Pati Unus wafat
setelah peluru meriam pasukan Portugis mengenai kapalnya.89 Dengan gugurnya
Pati Unus dalam pertempuran di Malaka ini menandakan penyerangan yang
dilakukannya untuk kedua kalinya juga mengalami kegagalan sebagai mana
perlawanan yang pertama pada tahun 1513 M.
30 88 Abdullah, Kerajaan Islam Demak: Api Revolusi di Tanah Jawa 1518-1549 M, h.58
89 Banyu Adji, Ensiklopedi Raja-Raja Jawa: dari Kalingga hingga Kesultanan Yogyakarta, 90
SYAMINA Edisi 11 / September 2018
Kegagalan Intelijen
Satu catatan penting akibat gagalnya Pati Unus menaklukan Portugis di Malaka,
ialah kegagalan intelijen Demak yang mencari data tentang Portugis. Teori Sun Tzu
menyebutkan “barangsiapa yang mengetahui lawannya, maka dialah pemenang
perang”.
Teori tersebut sangat sesuai dengan kasus kegagalan Pati Unus di Malaka.
Meskipun sebesar apapun armada dan logistik perang, namun ketika tidak menguasai
data musuh maka sia-sia lah instrument itu.
Dari peristiwa itu, nama Tome Pires kemudian menjadi intelijen legendaris
Portugis yang tersohor di Nusantara. Kelangsungan kekuasaan Portugis di Nusantara
salah satunya karena perannya. Namun, sang intelijen ulung ini harus menemui
ajalnya di negeri Tiongkok saat misi yang sama di Nusantara coba diterapkan di sana.
Gerak-geriknya sebagai duta telah terdeteksi oleh tentara Tiongkok yang kemudian
memenjarakannya di Kiangsu hingga akhir hayatnya.90
Pada saat hampir bersamaan posisi Portugis dikepung oleh Sultan Baabullah di
Ternate. Pasukan Portugis di Malaka dan Raja Muda Portugis di Goa, India juga sibuk
membantu Pasukan Portugis mempertahankan posisinya di Malaka sehingga tidak
bisa mengirim bantuan untuk pasukan Portugis di Maluku yang terkepung di dalam
Benteng Gamlamo. Pada 28 Desember 1575 Portugis di Maluku menyerah pada
Kesultanan Ternate setelah dikepung oleh pasukan Sultan Baabullah.98
Daftar Pustaka:
Abdul Rohim, Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Portugis 1513-1527 M, Skripsi
Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Tahun 2017.
Abdul Ghofur Anshori & Yulkarnain Harahap. Hukum Islam: Dinamika dan
Perkembangannya di Indonesia. Total Media Yogyakarta, 2008.
Abimanyu, Babad Tanah Jawa Terlengkap dan Terasli, Jogjakarta : Laksana, 2013
Ágoston, Gábor; Masters, Bruce Alan. Encyclopedia of the Ottoman Empire. Infobase
Publishing, 2010.
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1, Edisi revisi. Penerbit Surya Dinasti
Bandung 2015.
Al_Khalifa (2013). First Light. Routledge
Anthony Reid, An Indonesian Frontier: Acehnese and other Histories of Sumatra
(Singapore: University of Singapore Press, 2004).
Anthony Reid, The Contest for North Sumatra, Atjeh, The Netherlands and Britain,
1858-1898 (Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1969),
Black, Jeremy (1996). The Cambridge Illustrated Atlas of Warfare: Renaissance to
Revolution, 1492-1792. Cambridge University Press.
Brockey, Liam Matthew, Portuguese Colonial Cities in the Early Modern World.
Routledge
C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825, The History Of Human
Society, General Editor: J. H. Plumb, Hutchinson of London,
Casale, Giancarlo. The Ottoman Age of Exploration. Oxford University Press.
Cheviano E. Alputila, Pasang Surut Penyebaran Agama Katolik Di Maluku Utara Pada
Abad 16-17, Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 1, Balai Arkeologi Ambon Juli
2014.
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010.
98 Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran
Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen 33
Pendidikan Nasional.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA
Elton G.R., The new Cambridge Modern History, Vol II, (Cambridge at the university
Press, 1968),
Gocek, Fatma Muge (1987). East Encounters West: France and the Ottoman Empire in
the Eighteenth Century. Oxford University Press
Hans W. Weigert et.al. 1957. Principle of Polilitical Geography. Apleton New York.
Hayati dkk. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Proyek Peningkatan
Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat
Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta 2000.
Hartoyo Amin Budiman, Komplek Makam Ratu Kali Nyamat, (Jateng: Proyek
Pengembangan Musium Jateng, 1982)
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Yogyakarta: Teras,
2012).
John L. Esposito (Ed). The Oxford History of Islam. Oxford University Press, New York
1999.
Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.
com/2015/01/belajar-dari-kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/
Krisna Bayu Adji, Ensiklopedi Raja-Raja Jawa: Dari Kalingga Hingga Kesultanan
Yogyakarta, Yogyakarta : Araska, 2011.
Leonard Y. Andaya, Dunia Maluku, Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal,
edisi terjemah Bahasa Indonesia, Penerbit Ombak 2015.
Lincoln, Payne (2013). The sea and civilization : a maritime history of the world. USA:
Penguin Random House Companies.
M. Adnan Amal, Portugis dan Soanyol di Maluku, Penerbit Komunitas Bambu 2010.
M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, terj. Tim Penerjemah Serambi
(Jakarta: Serambi, 2007)
Malekandathil, Pius (2010). Maritime India - Trade, Religion and Polity in the Indian
Ocean. Delhi: Primus Books.
Marshman, John Clark, History of India from the Earliest Period to the Close of the East
India Company's Government. Cambridge University Press.
Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia, jilid III (Jakarta: Balai
Pustaka, 1984)
Michael Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia terj. Ken Ndaru dan M. Nurul
Islam (Jakarta: Naura Books, 1992)
Midlarsky, Manus (2000). Handbook of War Studies II. EUA: University of Michigan.
Muridan Satrio Widjojo, The Revolt of Prince Nuku: Cross-Cultural Alliance-making
in Maluku, C.1780-1810. BRILL (2009)
34 Panitia Penyusun Hari Jadi Jepara. Sejarah dan Hari Jadi Jepara. Jepara: 1988.
SYAMINA Edisi 11 / September 2018
Purwadi dan Maharsi, Babad Demak: Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Jawa
(Yogyakarta: Pustaka Utama, 2012),
Rachmad Abdullah. Kerajaan Islam Demak: Api Islam di Tanah Jawa 1518-1549
(Solo: Al-Wafi, 2015).
Rahmad Abdullah, Wali Songo: Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa 1404-1482
M, (Solo: Al-Wafi, 2015).
Rasler, Karen A.; Thompson, William R. (2015). The Great Powers and Global Struggle,
1490-1990. University Press of Kentucky.
Saim Kayadibi, Islamization of the Southeast Asia: The Role of Turks, Department of
Economics, Kulliyyah of Economics and Management Sciences, International
Islamic University Malaysia (IIUM)
Shankarlal C. (2006). Land and People of Indian States and Union Territories: In 36
Volumes. Daman & Diu. Gyan Publishing.
Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara
Islam di Indonesia, PT LKiS Pelangi Aksara, 2005.
Tim Penyusun Naskah Sultan Hadiri dan Ratu Kalinyamat, Sultan Hadiri dan Ratu
Kalinyamat Sebuah Sejarah Ringkas (Jepara:1991)
Tjandrasasmita, Penelitian Arkeologi Islam di Indonesia dari Masa ke Masa, Menara
Kudus, 2000.
Tome Pires, Suma Oriental, Perjalanan dari Laut Merah ke Cina & Buku Francisco
Rodrigues. Penerbit: Ombak 2013.
Van den End dan Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam (Jakarta:
Gunung Mulia, 1997).
Vickers, Daniel, A Companion to Colonial America. John Wiley & Sons
William Marsden, The History of Sumatra: Containing an Account of the Government,
Laws, Customs, and Manners of the Native Inhabitants. Cambridge University
Press (2012).
35