Anda di halaman 1dari 35

Ekspedisi Jihad Demak

Melawan Portugis
di Malaka
[ WAJAH MUSLIM JAWA ]

K.SUBROTO
SYAMINA

Ekspedisi Jihad Demak Melawan Portugis di Malaka

K. Subroto

Laporan
Edisi 11 / September 2018

ABOUT US
Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah
lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala
bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh
semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak
media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk
menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas
dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada
metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini
merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami,


kirimkan e-mail ke:
lk.syamina@gmail.com
Seluruh laporan kami bisa didownload di website:
www.syamina.org
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI — 3
EXECUTIVE SUMMARY — 4
Reconquesta Penjajah Portugis — 8
Kekuatan Superpower Portugis pada abad XV dan XVI — 13
Kekhalifahan Turki Utsmani, Penyeimbang Kekuatan Portugis yang Semakin
Melemah — 15
Aneksasi Portugis Atas Malaka Menggangu Perekonomian Asia Tenggara — 18
Adipati Yunus — 22
Kesultanan Demak — 24
Persiapan Serangan ke Malaka — 25
Strategi Maritim Pati Unus — 27
Jihad ke Malaka ke-2 (1521 M) — 29
Kegagalan Intelijen — 31
Solidaritas dan Kerjasama Melawan Penjajah Portugis — 31
DAFTAR PUSTAKA — 33

3
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

EXECUTIVE SUMMARY

D
i antara Kesultanan Islam, Kesultanan Demaklah yang paling gigih dan
terus-menerus memerangi penjajah Portugis, hal itu diakui oleh laporan
Portugis sendiri. Selama Portugis menduduki Malaka Demak beberapa
kali mengirim tentaranya, berjihad melawan kekuatan superpower dunia saat itu,
Portugis di Malaka.
Kedatangan orang-orang Portugis ke Malaka awalnya diterima dengan baik
oleh penguasa Malaka pada saat itu, yakni sultan Mahmud Syah. Namun sang tamu
yang dimuliakan tersebut justru memerangi dan merebut semua yang dimiliki tuan
rumah yang menyambutnya. Demikianlah sikap penjajah Katolik Eropa ini, hal yang
sama terjadi di kesultanan Ternate. Saat pertama kali datang di Maluku disambut
dengan baik oleh sultan Ternate dan diperlakukan sebagai tamu dan mitra dagang,
namun ketika tuan rumah lengah menikam dari belakang.
Pada tahun 1511 M, Malaka diinvasi dan berhasil dikuasai oleh Portugis
dibawah jendral Albuquerque. Ekspansi Portugis juga tidak terlepas dari misi untuk
4
memburu orang-orang Moor (Islam), setelah khilafah Bani Umayah di Spanyol
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

runtuh dan berakhir dengan jatuhnya kota muslim Granada pada tahun 1492 ke
tangan pasukan Spanyol. Seperti diungkapkan G.R. Elton, Raja Manuel dari Portugis
mempunyai dua agenda dalam ekspansinya di kawasan Asia Timur. Pertama, motif
ekonomi, menginginkan harta kekayaan yang mengalir dari Asia ke Eropa, dan
kedua, ideologi agama (katholik), mencari dan menyerang orang-orang muslim yang
umumnya ada di kawasan Timur, lawan mereka pada perang salib yang berlangsung
sebelumnya.
Portugis yang begitu kuat, menebarkan "teror" di Samudera Hindia. Satu-
satunya kekuatan yang sanggup menghadapinya adalah Kekhilafahan Utsmaniyah
(mereka terlibat nyaris di semua pertempuran melawan Portugis pada abad ke-
16). Dengan keunggulan kapal dan persenjataan Portugis telah menjadi kekuatan
superpower dunia saat itu yang hampir tak ada tandingannya.
Sedangkan Turki Utsmani yang menjadi musuh utamanya saat itu mempunyai
kelebihan dalam hal jumlah personel militer namun seiring waktu kalah dalam hal
senjata dan perkapalan. Utsmaniyah mampu melakukan pengepungan terhadap
Portugis dalam berbagai kesempatan selama abad ke-16. Misalnya, jumlah pasukan
Utsmaniyah yang mengepung Mazagão (1562) di Maroko sangat banyak: 100.000
prajurit yang didukung oleh 50.000 kavaleri.
Portugis semakin tak tertandingi dengan semakin melemahnya kekhilafahan
Turki Utsmani. Salah satu penyebabnya karena kemunduran ekonomi dialami
Turki (hal yang sengaja diusahakan oleh Portugis untuk menghancurkan ekonomi
Utsmani). Sejarawan India P. Malekandathil mengatakan "Upaya Portugis untuk
memonopoli perdagangan di Timur dengan menyalurkan komoditas ke Eropa
melalui rute Cape dimulai dengan menghantam Utsmaniyah serta mengurangi
aliran kekayaan ke Utsmaniyah.
Sejak berhasil merebut Goa (India) pada 1498, Portugis mulai menghadang
kapal-kapal Turki dan armada Arab dari perairan antara Goa dan Madagaskar.
Penaklukan Goa oleh Portugis telah membuka pintu baginya menuju Malaka,
kemudian ke kepulauan rempah-rempah Maluku.
Pada perempat terakhir abad ke-15, setelah menguasai Mesir, armada
perdagangan Turki dan pedagang-pedagang Muslim Arab serta Gujarat bersama
para pedagang Melayu, Cina dan Asia Tenggara mulai melayari kepulauan rempah-
rempah. Mereka secara bersama-sama berhasil mengembangkan Pelabuhan Malaka
menjadi menjadi bandar transit bagi perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara.
Pala dan fili dari Banda, cengkih dan kayu manis dari Maluku, lada dari Banten dan
Sumatera, serta rempah-rempah lain dari Kalimantan dan beras dari Jawa, sutera
dan porselen dari Cina, hasil-hasil tekstil dari India, Jepang, serta lainnya, cukup
tersedia di Bandar Malaka.
Selat Malaka begitu ramai dengan banyaknya kapal-kapal yang berlayar. Selat
Malaka merupakan jalur pelayaran dan perdagangan yang menghubungkan Eropa
dan Asia Tengah ke kawasan Cina dan Asia Tenggara. Malaka juga merupakan kota
dagang yang ramai disinggahi kapal-kapal asing yang mencari barang dagangan
5
untuk dijual ke Eropa.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

Penguasaan Portugis atas Malaka membuat kekacauan sistem perdagangan


di Asia, karena tidak adanya pelabuhan sebagai pusat untuk melakukan transaksi
kekayaan yang ada di Asia, selain itu menimbulkan tidak adanya negara Malayu yang
menjaga ketertiban di Selat Malaka serta keamanan untuk jalur perdagangan.
Agresi portugis dan monopoli perdagangan yang dilakukannya di Malaka
menimbulkan kebencian dan menyulut api kemarahan para saudagar Islam. Para
saudagar Islam tidak mau lagi melakukan perdagangan ke Malaka. Jalur perdagangan
diganti atau dialihkan ke pantai pesisir utara Jawa, mencakup Madura, Ampel
Denta (Surabaya), Gresik, Tuban, Jepara Demak, Cirebon, Sunda Kelapa, Banten,
Palembang, Aceh dan Pasai. Hikmahnya dakwah Islam semakin menyebar di seluruh
kawasan pesisir Asia Tenggara.
Keberadaan Portugis di Malaka sangat menggangu aktifitas perdagangan dan
pelayaran pedagang-pedagang Islam, termasuk Demak, lebih-lebih karena ekspansi
Portugis selain didorong oleh motif ekonomi komersial juga didorong oleh misi
agama yaitu meneruskan Perang Salib melawan orang-orang Islam.
Penguasaan Portugis atas Selat Malaka yang kemudian memonopoli
perdagangan dan menyebarkan agama Kristen menyebabkan kepentingan banyak
Kesultanan Islam terganggu, termasuk Kesultanan Demak, yang menjadi kekuatan
dominan yang menguasai Jawa saat itu. Setelah mendapat mandat dari ayahnya,
yakni Sultan Fatah, dalam waktu setahun Pati Unus mempersiapkan armada-
armadanya untuk diberangkatkan ke Malaka untuk mengusir penjajah Portugis.
Monopoli Portugis sebenarnya tidak didukung modal yang besar, tetapi
dibangun dengan intrik-intrik politik dan kekuatan Militer. Intrik politik yang
dilakukan bahkan kadang terlalu kasar dan kotor. Portugis memainkan intrik-intrik
politik dengan membodohi dan menipu para sultan dan pemimpin lokal di daerah-
daerah yang di kuasai. Dengan monopoli, Portugis bisa membeli barang dagangan
dengan harga murah, bahkan kadang diambil paksa dan tidak dibayar sama sekali.
Perlawanan Pati Unus terhadap Portugis yang pertama ini dilakukan sebelum
ia menjadi Sultan di Demak, melainkan ketika ia masih menjabat sebagai Adipati di
Jepara. Karena Pate Unus tidak menetap di Demak, melainkan di Jepara, maka Tome
Pires mengira Adipati Unus bukanlah Putra Mahkota atau bukan anak kandung dari
Sultan Fattah.
Tome Pires juga memujinya sebagai Raja Jawa yang paling terkenal karena
kekuatanya dan pergaulannya yang baik dengan rakyatnya. Bahkan Tome Pires
menyebut Pati Unus hampir sebesar Raja Demak, sekalipun Jepara berada di bawah
Demak, yang mempunyai lebih banyak penduduk.
Pada abad XVI Demak merupakan kerajaan Islam terkuat di pulau Jawa
dan memegang hegemoni di antara kota-kota pantai Utara Jawa. Pengaruh politik
kerajaan Demak dalam hubungan dengan berbagai bangsa sangat besar. Kerajaan
Demak merupakan juru bicara di kawasan Asia Tenggara yang sangat disegani.
Sebagai Negara Adidaya di kawasan Asia Tenggara Demak menempatkan duta besar
6 kerajaannya di berbagai Negara seperti Johor, Pasai, Gujarat, Turki, Parsi, Arab dan
Mesir.
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

Sebagai bentuk kepedulian antar kerajaan Islam, Sultan Fattah memerintahkan


Adipati Unus untuk memerangi Portugis dengan membawa 100 kapal Jung dengan
mengangkut pasukan perang sebanyak 12.000 tentara. Dalam upaya melakukan
penyerangan ini Adipati Yunus ditunjuk sebagai panglima perang, Pati Unus
membawahi armada gabungan dari Jawa (Demak, Cirebon dan Banten), selain itu
juga pasukan tambahan dari Palembang.
Penggalangan pun berhasil dilakukan. Palembang, Jepara, Cirebon, dan
Johor bersedia membantu Pati Unus untuk menyerang Malaka. Puluhan telik sandi
(intelijen) juga dikirim ke Malaka yang kemudian dapat memobilisir pedagang-
pedagang Jawa di sana. Pada Januari 1513 M Pati Unus mencoba memberikan kejutan
berupa serangan dadakan kepada orang-orang Portugis di perairan kerajaan Islam
Malaka. Pati Unus membawa 5000 pasukan kemudian ditambah pasukan bantuan
dari Palembang hingga jumlahnya menjadi kurang lebih 12.000 pasukan.
Namun sayang, seluruh strategi Pati Unus dapat diketahui dengan jelas
oleh Portugis. Seorang Tome Pires, yang awalnya merupakan juru catat Alfonso
d’Albuquerque menjelma menjadi intelijen yang tangguh dan menguasai seluruh
data musuh. Serangan pertama berhasil dihadang musuh. Serangan kedua Demak
terjadi pada tahun 1521. Serangan kedua ini juga dipinpin Adipati Unus yang telah
menjadi Sultan Demak. Namun serangan kedua ini juga berhasil ditangkis penjajah
Portugis. Bahkan yang Sultan dan panglima perang, Adipati Yunus gugur di medan
juang melawan penjajah Portugis.
Ratu Kalimanyat dari Jepara juga meneruskan perjuangan pendahulunya,
memimpin pasukan Islam guna menghancurkan kedudukan Portugis di Malaka.
Selama memimpin Jepara, yang kala itu merupakan bagian dari wilayah kekuasaan
Kesultanan Demak, setidaknya dua kali Ratu Kalinyamat mengirimkan pasukan
dan armada tempur dalam jumlah besar ke Malaka untuk mengusir Portugis.
Yang pertama adalah bala bantuan untuk Kesultanan Johor, dan yang kedua atas
permohonan Sultan Aceh Darussalam.
Saat itu posisi Portugis di Asia Tenggara mulai melemah karena serangan
dari beberapa kerajaan Islam terhadap kekuatan Portugis di Malaka dan Maluku.
Portugis di Malaka menghadapi serangan dari Kerajaan Johor, Aceh dan Jepara (Ratu
Kalinyamat). Pada tahun 1550 Ratu Kalinyamat mengirim 4.000 tentara Jepara dalam
40 buah kapal memenuhi permintaan Sultan Johor untuk membebaskan Malaka dari
kekuasaan bangsa Eropa. Pasukan Jepara itu kemudian bergabung dengan pasukan
Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang.
Pada tahun 1573, Sultan Aceh juga meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk
menyerang Malaka kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit
Jepara. Kesultanan Ternate juga membantu Aceh dan Demak menyerang Portugis
di Malaka. Armada tempur Ternate cukup besar, salah satunya berkat bantuan
persenjataan dari Turki Usmani.

7
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

Ekspedisi Jihad Demak Melawan Portugis di Malaka

Wajah Muslim Jawa

S
ebuah laporan Portugis menyatakan, bahwa di antara raja-raja yang telah
masuk Islam, raja Kesultanan Demaklah yang paling gigih dan terus-menerus
memerangi orang Portugis, yang dipandang sebagai orang Kafir. Ketika Malaka
diinvasi dan jatuh ke dalam kekuasaan Portugis pada tahun 1511, Raden Fatah
mengirimkan putranya, Adipati Unus untuk memimpin pasukan Islam dari Demak
guna menghancurkan kedudukan Portugis di Malaka.1
Terjadinya perlawanan terhadap Portugis oleh kerajaan Demak diawali oleh
penguasaan bangsa Portugis atas Malaka. Sebenarnya, kedatangan mereka atas
perintah raja Portugis dibawah pimpinan Diego Lopez de Squera pada tahun 1509
M untuk melakukan perjanjian dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian
ini dimaksudkan untuk memperoleh perizinan untuk melakukan perdagangan yang
menguntungkan kedua belah pihak.2
Kedatangan orang-orang Portugis ke Malaka awalnya diterima dengan baik
oleh penguasa Malaka pada saat itu, yakni sultan Mahmud Syah. Namun, setelah
komunitas dagang Muslim Internasional memberi pemahaman bahwa Portugis
akan membahayakan kerajaan Malaka, sultan Mahmud Syah akhirnya sadar dan
melakukan perlawanan dengan cara menawan beberapa orang Portugis. Namun,
kapal yang mereka gunakan berhasil kabur ke arah barat, sebelum Sultan Mahmud
menyerang kapal tersebut. Kemudian pada tahun 1511 M, Malaka diinvasi dan
berhasil dikuasai oleh Portugis dibawah jendral Albuquerque.3

Reconquesta penjajah Portugis


Akhir abad ke-15 adalah masa petualangan orang-orang Eropa. Orang-orang
Eropa yang melakukan petualangan dengan cara pelayaran salah satunya adalah
1 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010, hlm. 65.
2 Marwati DjoenedPoesponegoro, et.al, Sejarah Nasional Indonesia, jilid III (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h.353
8 3 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, terj. Tim Penerjemah Serambi (Jakarta: Serambi, 2007),
h.72.
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

Bangsa Portugis. Pelayaran orang-orang Portugis ini diarahkan kewilayah bagian


Timur. Secara singkat pelayaran yang dilakukan orang-orang portugis ini memiliki
beberapa tujuan yakni, mencari pengalaman, mencari uang dan menyebarkan
agama Katolik (Kristen Katolik).4
Pada tahun 1488 M, pelayaran dirintis oleh seorang pangeran Portugis yang
bernama pangeran Hendrik. Pangeran Hendrik melakukan pelayaran ke Tanjung
Harapan di ujung selatan Afrika. Dengan adanya penemuan Tanjung Harapan ini
membuka jalan untuk orang-orang Portugis melakukan pelayaran ke negara-negara
diwilayah Timur melalui pantai Timur Afrika. Beberapa tahun kemudian setelah
penemuan Tanjung Harapan, tepatnya pada bulan Juli tahun 1497 Vasco Da Gama
melakukan pelayaran ke wilayah-wilayah Timur dengan membawa empat buah
kapal yang berisi sekitar 170 awak termasuk penerjemah yang berbahasa Arab.5
Awal mula armada Portugis mengarungi Samudera Atlantik adalah berlayar
menyusuri Sungai Tagus yang bermuara ke arah Samudera, kemudian dari Samudera
Atlantik melewati Tanjung Harapan (Cape of Hope), Afrika dan melanjutkan pelayaran
sampai ke Selat Malaka.
Dari Selat Malaka, armada tersebut melanjutkan penjelajahannya ke Kepulauan
Maluku untuk mencari rempah-rempah yang saat itu sebagai komoditas yang setara
dengan emas kala itu untuk dikirim ke Eropa. Tujuan Portugis memulai petualangan
ke timur dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yaitu feitoria, fortaleza, dan
igreja (gold, gospel, and glory).6
Salah satu faktor terpenting yang mendorong orang Eropa berlayar ke Timur
adalah semangat Reconquesta. Reconquesta adalah semangat bangsa Eropa untuk
memerangi kekuasaan Islam di seluruh dunia. Selain itu, reconquesta juga diartikan
sebagai usaha orang-orang Kristen di Spanyol Utara untuk merebut kembali Spanyol
dari orang-orang Islam.7 Penguasaan orang Muslim atas Spanyol kurang lebih
delapan abad, yakni sejak masa pemerintahan khalifah Walid bin Abdul Al-Malik
(705-715 M), salah seorang dari bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.8
Seperti yang diungkapkan oleh Ricklefs “Atas dorongan pangeran Henry (w.1460)
dan para pelindung lainnya, para pelaut serta petualang Portugis memulai pencarian
panjang mereka menyusuri pantai barat Afrika untuk menemukan emas, memenangi
pertempuran, dan meraih jalan mengepung lawan yang beragama Islam”9
Secara tidak langsung ungkapan Ricklefs tersebut berkaitan dengan istilah 3G,
meskipun ia sendiri tidak menggunakan istilah tersebut. Namun, substansi yang ada
dalam ungkapan Ricklef tersebut sama persis, yakni:
1. Menemukan emas dapat disejajarkan dengan gold. Dengan demikian tujuan
pertama yakni mendapatkan keuntungan yang besar atau dilambangkan dengan

4 Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Indonesia, 203.
5 Lihat: Michael Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia terj. Ken Ndaru dan M. Nurul Islam (Jakarta:
Naura Books, 1992), 441.
6 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.com/2015/01/belajar-dari-
kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/
7 Van den End dan Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 93.
8 Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Yogyakarta: Teras, 2012), 21. 9
9 Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, 41.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

emas. Keuntungan tersebut diambil dari perdagangan rempah-rempah, dengan


mengambil rempah-rempah dengan harga yang murah di Maluku kemudian menjual
dengan harga yang tinggi di Eropa.
2. Memenangi pertempuran dapat di sejajarkan dengan glory (kejayaan).
Kejayaan disini diartikan sebagai perluasan wilayah yang dilakukan oleh para pelaut
Portugis. Kejayaan juga dapat diartikan sebagai pencarian daerah jajahan di wilayah
Asia Tenggara yang kaya akan rempah-rempah. Meraih jalan untuk mengepung
lawan yang beragama Islam dapat disejajarkan dengan gospel (penyebaran agama).
Portugis merupakan negara dengan agama Nasrani yang kuat maka dari itu misi
pelayaran Portugis ke daerahdaerah singgahan juga disertai misi penyebaran agama.
Hal ini terlihat di daerah Maluku yang pada saat itu dipengaruhi agama Nasrani.10

Peta wilayah Samudra Hindia, Afrika dan Arabia yang dibuat oleh Portugis11

Bagi Portugis, terdapat dua alasan untuk menjelaskan kemajuan mereka di bidang
pelayaran. Pertama, ekspansi bangsa Lusitania ini didukung oleh pemimpinnya
saat itu yaitu Raja Henry ‘Si Pelaut’ (1394-1460 M) yang mendorong pelaut-pelaut
Portugis untuk melakukan penemuan daerah baru. Kedua adalah pengejaran
terhadap orang-orang moor (Islam) pasca perang salib. Kebencian terhadap Islam
terjadi karena dendam bangsa Portugis dan Spanyol yang sempat dikuasai lima abad
lamanya (700-1250 M) oleh bangsa Muslim dari Afrika Utara. Untuk mewujudkan hal

10 Abdul Rohim, Perlawanan Demak Terhadap Portugis 1513-1527 M, Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2017, h.60-61
11 Sumber gambar: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Portuguese_map_of_the_Indian_Ocean,_Africa_and_
10 Arabia.jpg https://www.reddit.com/r/MapPorn/comments/6zpwr5/the_map_of_india_arabia_the_horn_of_
africa_the/
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

tersebut Raja Henry berusaha untuk mengembangkan perdagangan Portugis dengan


cara menguasai perdagangan rempah-rempah.12
Andaya menyebut bahwa tujuan para fidalguia13 di asia ada tiga: (1) untuk
melanjutkan perang melawan Islam (moor) ke wilayah-wilayah kekuasaan bangsa
moor; (2) untuk meningkatkan harkat dan martabat mereka dengan pencapaian
prestasi peperangan atau pengabdian yang luar biasa pada raja Portugis; (3)
memperkaya diri dan menjamin kelangsungan status dan gaya hidup mereka dan
keluarganya.14
Kebiasaan Portugis menyebut semua Muslim yang mereka temui sebagai
'Moor' yang diidentikkan dengan bangsa Muslim Maroko di Afrika utara yang selama
ini mereka musuhi. Maka ketika bertemu muslim di Mindanao mereka sebut sebagai
orang moor (Mouros).15 Sebutan itu berlangsung sampai sekarang, bangsa muslim di
Mindanau disebut sebagai orang Moro.
Masa itu, Raja Portugis adalah pelindung gereja Katolik Roma. Walaupun
gereja adalah institusi mandiri, tetapi Raja Portugis mempunyai kontrol yang absolut
atasnya. Hal ini terjadi karena separoh dari seluruh pembiayaan gereja berasal dari
kerajaan. Portugis tidak terpengaruh dengan reformasi Protestan di Jerman, Belanda
dan negara Eropa lainnya. Ia menjadi ujung tombak misi Katolik Roma abad 16 yang
mengembangkan the Society of jesus (Jesuit). Raja kemudian merekrut Xavier sebagai
pembabtisnya ketika akan melakukan misi penginjilan di daerah jajahan yang baru
dikuasanya seperti India, Malaka dan Maluku. Francis Xavier adalah salah seorang
pendiri Jesuit bersama dengan Ignatius Loyola.
Ekspansi Portugis juga tidak terlepas dari misi untuk memburu orang-orang
Moor (Islam), setelah khilafah Bani Umayah di Spanyol mulai runtuh dan berakhir
dengan jatuhnya kota kaum muslim Granada pada tahun 1492 ke tangan pasukan
Spanyol. Seperti diungkapkan G.R. Elton, Raja Manuel dari Portugis mempunyai
dua agenda dalam ekspansinya di kawasan Asia Timur. Pertama, ideologi agama
menginginkan pembagian perdagangan yang mengalir dari Asia ke Eropa, dan
kedua, menyerang dan memberi pukulan langsung pada orang-orang muslim yang
menjadi musuhnya pada perang salib yang berlangsung sebelumnya.
Menurut Raja Manuel, perang hendaknya tidak menghalangi untuk
mengambil keuntungan dari perdagangan, perang dan perdagangan bisa berjalan
bersama. Perang terhadap muslim di Asia Timur yang dilancarkan Portugis berarti
juga serangan terhadap Arab yang sudah memiliki cengkeraman yang kokoh dalam
perdagangan di kawasan itu.16
Pemikiran raja manuel tersebut menjadi pedoman bagi seluruh aparat
portugis, terutama para pimpinan armada dan militer. Dengan dasar doktrin ini
12 Cheviano E. Alputila, Pasang Surut Penyebaran Agama Katolik Di Maluku Utara Pada Abad 16-17, Kapata
Arkeologi Volume 10 Nomor 1, Balai Arkeologi Ambon Juli 2014, hlm. 2
13 Atau fidalgo sebutan untuk kaum bangsawan Eropa
14 Leonard Y. Andaya, Dunia Maluku, Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal, edisi terjemah Bahasa
Indonesia, Penerbit Ombak 2015, hlm. 25-26
15 C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825, The History Of Human Society, General Editor: J. H.
Plumb, Hutchinson of London, hlm.44
16 Elton G.R., The new Cambridge Modern History, Vol II, (Cambridge at the university Press, 1968), hlm 592 11
dalam M. Adnan Amal, Portugis dan Soanyol Op.Cit., hlm.125-126
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

pula pelayaran-pelayaran ke India dimulai Vasco da Gama pada 1498, disusul ke


Afrika Timur dengan menduduki swabuli, dan dari Somalia ke Safala yang menutup
hubungan Arab-India melalui Tanjung Harapan dan Teluk Persia. Pada tahun 1500
Portugis telah berada di Kilwa dan Mombasa, Malindi serta Pate di Afrika Timur.
Setelah Goa diduduki, Gujarat, Chocin dan Ormuz (1515) yang berpenduduk muslim
juga mengalami nasib yang sama.17
Perlu dicatat, bahwa imperialisme yang dilakukan bangsa Barat terhadap
berbagai bangsa di dunia dan Asia Tenggara khususnya lahir dari perjanjian
Tordesilas di Spanyol 7 Juni 1494. Dalam perjanjian ini Paus Alexander VI memberikan
kewenangan pada Portugis untuk menguasai dan mengekploitasi dunia Belahan
Timur dan Spanyol diberikan kewenangan untuk menguasai dunia bagian Barat.18
Dengan mencetuskan perjanjian ini, Paus Alexander VI menyetujui dan
membenarkan imperialisme dengan tujuan: Gold (emas), dengan menjajah akan
memperoleh kekayaan yang dirampas dari tanah jajahan. Gospel (misi penyebaran
agama katolik), di tanah jajahan akan dikembangkan agama Katolik. Glory
(kejayaan), dengan keberhasilan memperoleh Gold dan Gospel, Negara penjajah
akan memperoleh kejayaan.
Saat itu, Paus juga mengajarkan bahwa bangsa-bangsa di luar Negara Vatikan
yang tidak beragama Katolik dinilai sebagai bangsa yang biadab. Maka, Negara atau
wilayah tersebut diangggap sebagai wilayah kosong tanpa pemilik (terra nullius),
sehingga boleh dikuasai Portugis dan Spanyol.
Berangkat dari keyakinan tersebut, maka dalam praktik pengembangan agama
Katolik dibenarkan praktik perbudakan, penindasan, dan bahkan pemusnahan suatu
bangsa (genosida) serta berbagai tindakan yang bertentangan dengan kemanusiaan
dan keadilan demi misi suci (mission sacre) Katolik.
Di wilayah yang dilalui pelayaran Kerajaan Katolik Portugis terjadi bencana
kemanusiaan. Hal itu terjadi karena motivasi pelayaran mereka bukan berniaga
sebagaimana pelayaran yang sebelumnya lazim dilakukan di Asia dan Afrika. Tetapi
motivasi mereka adalah reconquita dores (penaklukan terhadap muslim). Ketika
portugis sampai di Goa India, mereka baru menyadari bahwa Negara sumber
rempah-rempah yang selama ini dicari bukan India melainkan Kepulauan Maluku
dan sekitarnya.19
Menurut Jane I. Smith; Dengan jatuhnya Granada ke tangan orang kristen,
tahun 1494 M. dari umat Islam, hilanglah toleransi beragama dan kedamaian
dalam berniaga. Timbullah penindasan di luar kemanusiaan. Umat Islam dipaksa
untuk pindah agama Kristen. Jika tidak mau murtad harus meninggalkan Spanyol.
Namun tidak boleh membawa putra-putrinya. Umumnya mereka tidak sanggup
meninggalkan putra-putrinya, mereka memilih masuk Kristen.Apabila tidak
mau pindah agama Kristen dibakar hidup-hidup atau autodafe. Selain itu juga

17 M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm.126


18 Hans W. Weigert et.al. 1957. Principle of Polilitical Geography. Apleton New York, hlm. 254. Dalam Ahmad
12 Mansur S. Api Sejarah 1. Hlm.158.
19 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1, Penerbit Surya Dinasti Bandung. Edisi revisi 2015. Hlm.158-160
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

dibangkitkan di seluruh Spanyol gerakan Anti Semitisme.Artinya Anti Islam dan


Yahudi. Yang hal ini tidak pernah terjadi pada masa Islam20.

Kekuatan Superpower Portugis pada abad XV dan XVI


Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang menjangkau kawasan Timur
(Asia) melalui laut. Pada tahun 1498, Portugis membuka jalur pelayaran ke Timur.
Vasco da Gama, pemimpin ekspedisi tersebut, sering disebut sebagai perintis sejarah
pelayaran Eropa ke Asia Timur. Periode ini dapat disebut pula sebagai awal Abad
kekuatan Maritim Eropa.
Melalui tanjung harapan Portugis dengan cepat menampakkan kekuatan
maritimnya di Laut Arabia dan menaklukkan armada dagang musuh utamanya,
bangsa Moor di Dice serta menjarah kapal-kapal dagang mereka dan menduduki
sejumlah negeri di kawasan Teluk.
Setelah menang di Perjanjian Tordesilas21 Portugis dengan cepat memiliki
banyak basis penting di kawasan Timur: Malaka (1511) -pasar rempah-rempah
utama, sebuah gerbang untuk masuk ke arah Timur dari Eropa; Ambon (1537),
Ternate (1530) dan Tidore (1578); Makau (1557) di Cina, dimana mereka membentuk
rute yang menguntungkan yaitu Macao-Jepang untuk sementara waktu. Dengan
"lebih dari lima puluh benteng dan pabrik, di sepanjang Sofala [pelabuhan di pantai
tenggara Afrika] sampai Nagasaki"22

Senapan lontak Portugis pada abad ke-1623

20 Jane I. Smith, Islam and Christendom Historical, Cultural and Religious Interaction from The Seventh to The
Fifteenth Centuries. Dalam; John L. Esposito (Ed). 1999. The Oxford History of Islam. Oxford University Press,
New York, hlm.344. dalam; Ahmad Mansur S. Api Sejarah 1, Op.Cit, hlm. 158-159
21 Perjanjian antara Portugis dan Spanyol yang diprakarsai oleh Paus Katholik yang membagi dunia menjadi dua
bagian masing-masing untuk Spanyol dan sisanya untuk Portugis. Perjanjian ini sering disebut sebagai tonggak
awal penjajahan Eropa atas bangsa di Asia dan wilayah lainnya
22 Nguyen Thi Ha Thanh, European Trade on the Far East and the Mercantile Relationship with Vietnam from the
16th to 19th Century, hlm.354
23 Military museum in Buçaco, Mealhada Portugal, https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Museu_Militar_do_ 13
Bucaco_(19).JPG
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

Menurut profesor John C. Marshman, "selama abad keenam belas kekuatan


maritim Portugis menjadi yang paling tangguh di belahan timur, meneror setiap
negara di daerah pesisir."24 Menurut sejarawan kekuatan maritim ini menjadikan
Portugis sebagai World Power pertama dalam sejarah dan terdepan dalam Ekonomi
Global sejak akhir abad ke-15 hingga ke-16 karena Emas Afrika dan rempah-rempah
Asia.25 Otoritas terkemuka Charles Boxer menyimpulkan mengenai Kekaisaran
Portugis: "Pada abad ke-16, Portugis mendominasi sebagian dari Planet ini dan
perdagangannya lebih unggul dibanding negara lainnya". "Celakanya bagi negeri
Timur, Portugis mewarisi ketangkasan militer abad pertengahan dan mencapai
puncaknya sejak fase terakhir abad pertengahan ... kapal-kapal mereka memiliki
artileri terbaik yang pernah dihasilkan di Eropa."26 Sejak tahun 1498, para kapten
seperti Vasco da Gama, Pedro Álvares Cabral, Francisco de Almeida, dan Alfonso de
Albuquerque turut memecut ambisi yang tumbuh dalam kekaisaran yang kuat ini.

Meriam perunggu Portugis27

Pembangunan benteng adalah elemen kunci lain dalam keberhasilan Portugis


di Samudera Hindia. Benteng-benteng ini adalah senjata yang serbaguna yang
mampu melindungi dan mengamankan lautan maupun daratan yang dikendalikan
oleh Portugis. Penulis Roger Crowley, mengatakan "keahlian teknologi dalam
pembangunan benteng .... memfasilitasi bentuk baru kekaisaran samudra jarak jauh,
yang mampu mengendalikan perdagangan dan sumber daya melintasi jarak yang
sangat jauh." Liam Matthew Brockey berpendapat sama, mengatakan bahwa "Orang-
orang Portugis merencanakan benteng mereka dengan baik ... mengadopsi ide-ide
terbaru untuk benteng pertahanan....Mereka sangat sulit ditumpas dan memberikan
Portugis kekuatan pertahanan yang hebat." Portugis mampu mengendalikan situs-
24 Marshman, John Clark, History of India from the Earliest Period to the Close of the East India Company's
Government. Cambridge University Press.
25 Midlarsky, Manus (2000). Handbook of War Studies II. EUA: University of Michigan. hlm. 315
26 Boxer, Charles (1973). The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825. England: Penguin. hlm. 11, 13
14 27 Meriam ini diangkat dari laut pada tahun 1977 dan sekarang disimpan di Museum Pangeran Alfred di Port
Elizabeth. Sumber gambar: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Miracle_cannon.jpg
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

situs penting dan kemudian melaksanakan "penguasaan atas benteng-benteng


utama Samudra Hindia."28

Benteng Portugis Jesus di Mombasa29

Tanah Timur yang berbatasan dengan Samudra Hindia dan Afrika melihat
lanskap mereka diubah sepenuhnya oleh pembangunan kastil batu Eropa yang
dilengkapi dengan meriam perunggu yang sangat efisien dan pasukan artileri yang
berpatroli di pantai tersebut. Benteng Jesus di Mombasa adalah salah satu yang
paling menonjol dari jenisnya selain benteng-benteng di Goa dan Diu yang masih
berdiri sampai saat ini.
Benteng-benteng itu tidak hanya mengesankan dalam hal konstruksi militer
tetapi juga mampu menahan pengepungan panjang dan daya tahannya yang luar
biasa. Kemenangan Portugis atas kekuatan besar Utsmaniyah-Gujarat dalam
Pengepungan Pertama dan Kedua Diu (1538 dan 1546) dianggap sebagai salah satu
yang paling penting, terutama karena benteng tersebut dirancang secara militer dan
kastil yang kuat yang dibangun oleh Orang Eropa.

Kekhalifahan Turki Utsmani, Penyeimbang Kekuatan Portugis Yang Semakin Melemah


Portugis yang begitu kuat menebarkan "teror" di Samudera Hindia. Satu-satunya
kekuatan yang sanggup menghadapinya adalah Kekhilafahan Utsmaniyah (mereka
terlibat nyaris di semua pertempuran melawan Portugis pada abad ke-16). Tetapi
sejak awal abad ke-16, kekuatan Muslim ini sudah mengalami banyak kemunduran,
termasuk ekonomi akibat kedatangan orang Eropa pertama. Sejarawan India P.
Malekandathil mengatakan "Upaya Portugis untuk memonopoli perdagangan di
Timur dengan menyalurkan komoditas ke Eropa melalui rute Cape dimulai dengan

28 Lincoln, Payne (2013). The sea and civilization : a maritime history of the world. USA: Penguin Random House
Companies. hlm. 412 Brockey, Liam Matthew, Portuguese Colonial Cities in the Early Modern World. Routledge 15
29 Dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Fort_Jesus,_Mombasa.png
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

menghantam Utsmaniyah serta mengurangi aliran kekayaan ke Utsmaniyah."30


Sebagai akibatnya, Kesultanan memulai deretan perlawanan untuk menangkal
kekuatan Portugis di Samudera Hindia dan di daerah pesisir. Utsmaniyah "mencium
marabahaya politik di lingkungan mereka.
Hingga 1515, Eropa menjadi musuh utama Turki yang berasal dari Barat.
Tetapi pada tahun tersebut dengan penaklukkan Hormuz (yang terletak di timur
Kesultanan) oleh orang Lusitan, Utsmaniyah menyadari mereka telah dikelilingi oleh
orang-orang Eropa, yang sebenarnya adalah sinyal peringatan kepada Utsmaniyah.
Tekanan ekonomi yang terus terjadi serta ancaman-ancaman politik yang muncul
dari ekspansi Eropa membuat Utsmaniyah mengalihkan perhatian mereka ke
wilayah politik Samudra Hindia."31 Turki menganggap Portugis sebagai ancaman
besar terhadap monopoli mereka di daerah tersebut. Profesor G. Casale menyatakan:
Utsmaniyah melancarkan "perlawanan ideologis, militer dan perdagangan secara
sistematis melawan Kekaisaran Portugis, pesaing utama mereka dalam rangka
menguasai rute perdagangan maritim di Asia."32
Utsmaniyah mampu melakukan pengepungan terhadap Portugis dalam berbagai
kesempatan selama abad ke-16. Misalnya, jumlah pasukan Utsmaniyah/Arab
yang mengepung Mazagão (1562) di Maroko sangat banyak: 100.000 prajurit yang
didukung oleh 50.000 kavaleri, menurut sumber utama Portugis yang diceritakan
oleh Agostinho Gavy de Mendonça, seorang prajurit dan kroni yang selamat dari
pengepungan tersebut. Sekali lagi, kualitas militer benteng tersebut sangat penting
bagi kemenangan Portugis. Si kroni mengatakan "25.000 musuh terbunuh selama
pengepungan tersebut."33 Pengepungan terkenal lainnya dengan hasil sama adalah
Pengepungan Malaka (1568), Pengepungan Hormuz (1552), Pengepungan Bahrain
(1559) dan lainnya.
Dengan kekuatan militernya yang dominan, khususnya pada abad ke-14,
Utsmaniyah mampu mengendalikan wilayah yang luas, membangun hubungan
diplomatik dan mengumpulkan pasukan untuk pertempuran mereka. Di Timur,
khususnya, mereka mendekati masyarakat dan mempersilahkan mereka untuk
membangun aliansi yang kuat untuk berjuang dalam perang. Sebenarnya, "Dinasti
Utsmaniyah pada abad ke-15 dan ke-16 mampu mengumpulkan tentara yang lebih
banyak daripada negara-negara Eropa Barat lainnya."34
Utsmani memiliki keunggulan yang luar biasa tidak hanya dari dalam kerajaan
saja tetapi juga dari kalifah muslim lainnya yang sangat mendukung mereka, juga
sebaliknya. Utsmani mampu mengumpulkan tentara dalam jumlah besar dari
luar Kesultanan.35 Ini terbukti saat penaklukan Konstantinopel: "Sultan Mehmed

30 Malekandathil, Pius (2010). Maritime India - Trade, Religion and Polity in the Indian Ocean. Delhi: Primus
Books. hlm. 110
31 Malekandathil, Pius (2010). Maritime India - Trade, Religion and Polity in the Indian Ocean. Delhi: Primus
Books. hlm. 113
32 Casale, Giancarlo. The Ottoman Age of Exploration. Oxford University Press.
33 Mendonça, Agostinho de Gavy de (1890). Historia do cerco de Mazagão. Impresso na Typ. do commercio de
Portugal
34 Rasler, Karen A.; Thompson, William R. The Great Powers and Global Struggle, 1490-1990. University Press of
Kentucky
16 35 Rasler, Karen A.; Thompson, William R. (2015). The Great Powers and Global Struggle, 1490-1990. University
Press of Kentucky.
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

II mengepung kota tersebut pada awal April dengan kekuatan 75.000 dan 100.000
pasukan dan sebuah armada besar. Kekuatan tentara yang besar ini sangat jauh jika
dibandingkan dengan jumlah tentara Eropa yang mempertahankan kota tersebut:
"Itu merupakan pertahanan garnisun yang buruk, di bawah Kaisar Konstantinus XI
Palaiologos, berjumlah sekitar 8.000 orang." 36
Demikian pula, Kekaisaran Portugis memiliki jumlah pasukan yang sangat
terbatas dan jarang didukung oleh sekutu-sekutu penting di Timur. Portugal, saat itu
memiliki sekitar 1 juta orang, dan dengan ditemukannya Brasil, warganya diberikan
peluang baru untuk berimigrasi. Selain itu, banyak orang Portugis yang meninggal
karena penyakit di Timur.37
Sebagai perbandingan, Kesultanan Utsmaniyah pada dekade pertama abad ke-
16 memiliki populasi sekitar 13 juta orang,38 sementara Portugis sekitar 1 juta orang.39
Oleh sebab itu, tenaga manusia merupakan kekurangan besar di pihak Portugis.
Selain itu, Eropa pada abad ke-14 masih dalam tahap awal kekuatan militer mereka,
dan Utsmaniyah melihat kesempatan ini untuk menyerang Eropa Timur dengan
tentara yang jumlahnya luar biasa.40 Jatuhnya Konstantinopel merupakan tanda
marabahaya yang melanda Eropa akibat ekspansi Utsmani.
Namun, skenario bahaya ini bagi Eropa mulai berubah drastis pada dekade
pertama abad ke-15, lebih tepatnya pada 1415, dengan Penaklukan Portugis atas
Ceuta, serta bangkitnya Kekaisaran Portugis. Zaman Penjelajahan, yang dipelopori
oleh Portugal, menciptakan revolusi teknologi, militer dan politik yang belum pernah
ada di dunia sebelumnya. Bukti-bukti tersebut menegaskan bagaimana periode
inovasi militer membuat kekuatan militer Portugal mampu menghadapi Utsmaniyah
dan sekutunya di tanah air mereka pada abad ke-16.
Portugis mampu mengembangkan dan menggunakan senjata militer yang
paling kuat pada waktu itu dalam bentuk galiung, meriam perunggu, senjata api, dan
benteng-bentengnya.41 Utsmaniyah, meskipun masih memiliki jangkauan militer
yang sama dan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah tentara, pada
abad ke-16 mereka mulai menunjukkan kemunduran dalam pertempuran.
Profesor Fatma Gocek menjelaskan: "Selama abad keenam belas dan ketujuh
belas, dengan meningkatnya konsolidasi kekuatan militer, kekayaan materi, dan
kemajuan ilmiah di negara-negara Eropa, Utsmaniyah mulai kehilangan keunggulan
militer mereka atas Barat."42 Yang menarik, sekutu persia kontemporer, Monajjem
Yazni menuliskan "selama pengepungan Bahrain pada 1603, meriam-meriam

36 "Fall of Constantinople, Summary". Encyclopedia Britannica


37 Black, Jeremy (1996). The Cambridge Illustrated Atlas of Warfare: Renaissance to Revolution, 1492-1792.
Cambridge University Press.
38 Ágoston, Gábor; Masters, Bruce Alan (2010). Encyclopedia of the Ottoman Empire. Infobase Publishing
39 Black, Jeremy (1996). The Cambridge Illustrated Atlas of Warfare: Renaissance to Revolution, 1492-1792.
Cambridge University Press.
40 Gocek, Fatma Muge (1987). East Encounters West: France and the Ottoman Empire in the Eighteenth Century.
Oxford University Press
41 Vickers, Daniel, A Companion to Colonial America. John Wiley & Sons
42 Gocek, Fatma Muge (1987). East Encounters West: France and the Ottoman Empire in the Eighteenth Century. 17
Oxford University Press
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

Portugis jatuh ke tangan Safavid, tetapi para ahlinya tidak mampu memproduksi
bola meriam dengan ukuran besar yang digunakan oleh senjata-senjata tersebut."43
Meskipun Utsmaniyah, Arab dan khalifah muslim lainnya berusaha membangun
aliansi untuk mengusir invasi Portugis, keunggulan militer orang-orang Eropa terbukti
terlalu besar. Penulis Timur, Al-Khalifa dalam bukunya First Light mengatakan:
"Perlawanan Arab dan Utsmaniyah terhadap Portugis semakin intensif di Laut
Merah, Teluk Arab dan Samudera Hindia. Namun, perlawanan ini tidak berpengaruh
karena keunggulan senjata Portugis. Tidak ada sarana untuk membekali pasukan
armada laut yang setara dengan musuh. Portugis terus menjadi penguasa yang tak
terkalahkan di perairan ini. Mereka dilengkapi dengan senjata yang unggul, memiliki
keterampilan organisasi yang lebih baik dan tentara yang berdedikasi."44
Akhirnya, penulis India Shankarlal C. Bhatt merangkum seluruh keunggulan
militer Portugis dengan mengatakan bahwa mereka "dipersenjatai dan
perlengkapannya lebih baik (baju zirah, arqualius dan sejenis granat yang terbuat
dari tanah liat dengan mesiu di dalamnya)" dan "karena umumnya pasukan Portugis
adalah pelaut profesional berpengalaman, kebanyakan prajurit bangsawan yang
berkuasa atas Turki." Hal lain yang menarik yang disebutkan oleh penulis ini adalah
bahwa Portugis lebih unggul "tidak hanya dalam kekuatan fisik dan ukuran, tetapi
juga dalam keterampilan tempur."45
Sementara itu, pada perempat terakhir abad ke-15, Kerajaan Turki Usmani mulai
memasuki arena perdagangan dan kapal-kapalnya mulai berseliweran di pantai
Afrika Timur serta berupaya mencapai Kepulauan Maluku. Tetapi, Bortholomeuz
Diaz dan Vasco da Gama akhirnya berhasil “memecahkan persoalan” untuk Portugis
dengan penemuan dan pendaratan mereka di Goa (India) pada 1498. Sejak saat itu,
Portugis mulai menghadang kapal-kapal Turki dan armada Arab dari perairan antara
Goa dan Madagaskar. Penaklukan Goa oleh Portugis telah membuka pintu baginya
menuju Malaka, kemudian ke kepulauan rempah-rempah Maluku.46

Aneksasi Portugis Atas Malaka Menggangu Perekonomian Asia Tenggara


Pada perempat terakhir abad ke-15, setelah menguasai Mesir, armada
perdagangan Turki dan pedagang-pedagang Muslim Arab serta Gujarat bersama
para pedagang Melayu, Cina dan Asia Tenggara mulai melayari kepulauan rempah-
rempah. Mereka secara bersama-sama berhasil mengembangkan Pelabuhan Malaka
menjadi menjadi bandar transit bagi perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara.
Pala dan fili dari Banda, cengkih dan kayu manis dari Maluku, lada dari Banten dan
Sumatera, serta rempah-rempah lain dari Kalimantan dan beras dari Jawa, sutera

43 electricpulp.com. "FIREARMS i. HISTORY – Encyclopaedia Iranica". www.iranicaonline.org


44 Al_Khalifa (2013). First Light. Routledge
45 hatt, Shankarlal C. (2006). Land and People of Indian States and Union Territories: In 36 Volumes. Daman &
Diu. Gyan Publishing House. https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Portugis-Utsmaniyah
18 46 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas Bambu, 2009, hlm. 360. Lihat juga; Bourne,
Edward G.,“Historical Introduction,” dalam Blairet.al, The Phillippines Islands,Vol.I hal.2 dst.
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

dan porselen dari Cina, hasil-hasil tekstil dari India, Jepang, serta lainnya, cukup
tersedia di Bandar Malaka.47
Salah satu sebab mengapa Portugis begitu getol memburu Muslim yang
mereka sebut orang Moor adalah; hasrat untuk mendepak para pedagang Arab, Turki,
dan Gujarat dari jaringan perdagangan di kawasan tersebut. Sebab hingga tahun
1500 jalur perdagangan di Asia Timur dan Tenggara dikuasai para pedagang Islam
tersebut. Para pedagang Arab, Turki, dan Gujarat mendominasi jalur perdagangan
di sekitar laut Arab, Afrika Timur hingga Teluk India dan kepulauan Asia Tenggara.
Mereka memegang peranan kunci dan berpengaruh kuat dalam aktivitas
perdagangan dari Gujarat dan Malabar hingga Malaka dan dari Aceh hingga Maluku,
Banda dan Ambon dengan armada kapal besar dan kecil, akan tetapi kontruksi
kapalnya yang tidak menggunakan besi dan tidak dipersenjatai dengan meriam
membuat kapal mereka mudah dikalahkan kapal Portugis.48
Selat Malaka begitu ramai dengan banyaknya kapal-kapal yang berlayar, maklum
selat Malaka merupakan jalur pelayaran dan perdagangan yang menghubungkan
Eropa dan Asia Tengah ke kawasan Cina dan Asia Tenggara. Sementara itu Malaka
merupakan kota dagang yang ramai disinggahi kapal-kapal asing yang mencari
barang dagangan mereka untuk dijual ke Eropa.
Sultan Utsmani segera mengirim bantuan angkatan laut dan militer ke Melayu
ketika Portugis menyerang Malaka pada tahun 1511. Setelah Malaka jatuh, pusat
Islam di dunia Melayu bergeser ke Asia. Ottoman terus melakukan apa yang mereka
bisa untuk melindungi dunia Melayu sampai awal abad kedua puluh.49
Sultan Sulaiman (1520-1566), adalah yang pertama kali memperluas pengaruh
Utsmani ke Samudera Hindia. Pada tahun 1537 ia menginstruksikan Gubernur
Mesir, Sulaiman Pasha, untuk melengkapi armada yang kuat untuk menghancurkan
kekuatan angkatan laut Portugis di Samudera Hindia. Armada ini mencapai Gujarat,
dan mengepung Portugis di Diu selama beberapa bulan pada tahun 1538. Armada ini
juga mencapai Asia Tenggara, karena Mendez Pinto menyebut mereka membantu
Aceh dalam perang melawan Batak dan Portugis, dan juga membantu Demak dalam
perang yang sama di Jawa.50
Gubernur Portugis yang kedua Alfonso d’Albuquerque dari Estado da India
merupakan arsitek utama pergerakan ekspansi Portugis ke Asia. Dia memimpin
langsung ekspedisi ke Malaka yang berangkat dari Goa dengan membawa 15 kapal
besar dan kecil serta 600 tentara. Tiba di Malaka pada awal Juli 1511, kemudian pada
tanggal 10 Agustus 1511 Malaka dapat ditaklukannya.
Penguasaan Portugis atas Malaka membuat kekacauan sistem perdagangan
di Asia, karena tidak adanya pelabuhan sebagai pusat untuk melakukan transaksi

47 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku. Komunitas Bambu, 2009, hlm. 246
48 C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825. Op.Cit., hlm. 44, lihat juga; M Adnan Amal.Portugis
dan Spanyol. Op.Cit.hlm.127
49 Saim Kayadibi, Islamization of the Southeast Asia: The Role of Turks, Op.Cit. hlm.2, lihat juga : Anthony Reid,
The Contest for North Sumatra, Atjeh, The Netherlands and Britain, 1858-1898 (Kuala Lumpur: University of
Malaya Press, 1969),
50 Anthony Reid, An Indonesian Frontier: Acehnese and other Histories of Sumatra (Singapore: University of 19
Singapore Press, 2004). hlm.74-78.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

kekayaan yang ada di Asia, selain itu menimbulkan tidak adanya negara Malaya yang
menjaga ketertiban di Selat Malaka serta keamanan untuk jalur perdagangan.51
Agresi portugis dan monopoli perdagangan yang dilakukannya di Malaka
menimbulkan kebencian dan menyulut api kemarahan para saudagar Islam. Para
saudagar Islam tidak mau lagi melakukan perdagangan ke Malaka. Sehingga,jalur
perdagangan diganti atau dialihkan ke pantai pesisir utara Jawa, mencakup Madura,
Ampel Dento, Gresik, Tuban, Jepara Demak, Cirebon, Sunda Kelapa, Banten,
Palembang, Aceh dan Pasai.52
Setelah menguasai Malaka, Portugis bergerak mencari jalan ke tempat asal
rempah-rempah yaitu Kepulauan Maluku. Melalui strategi ini, Portugis berhasil
menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa dan selama kurang lebih
15 tahun (1511-1526), Nusantara menjadi akses kemaritiman penting bagi Portugis.
Di selat itu, Portugis menjadikannya sebagai rute maritim menuju Pulau Sumatera,
Jawa, Banda, dan Maluku.
Praktis, kedatangan Portugis ke Selat Malaka yang kemudian memonopoli
perdagangan dan menyebarkan agama Kristen menyebabkan kepentingan
Kesultanan Demak terganggu. Setelah mendapat mandate dari ayahnya, yakni
Sultan Fatah, dalam waktu setahun Pati Unus segera mempersiapkan armada-
armadanya untuk diberangkatkan ke Malaka. Adapun persiapan yang terpenting
dalam melakukan perang, selain senjata adalah tenaga manusia, dukungan logistik,
dan angkutan.53

Peta benteng Portugis dan kota Malaka pada tahun 1630

51 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, terj. Tim Penerjemah Serambi (Jakarta: Serambi, 2007),
h.65
52 Rachmad Abdullah. Kerajaan Islam Demak: Api Islam di Tanah Jawa 1518-1549 (Solo: Al-Wafi, 2015), h.41.
20 53 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.com/2015/01/belajar-dari-
kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

Monopoli Portugis sebenarnya tidak didukung modal yang besar, tetapi


dibangun dengan intrik-intrik politik dan kekuatan Militer. Intrik politik yang
dilakukan bahkan kadang terlalu kasar dan kotor. Portugis tidak seperti Inggris atau
Belanda yang memiliki perekonomian yang berkembang serta memiliki industri
sendiri yang bisa memberikan kemakmuran untuk rakyatnya. Oleh sebab itu, untuk
mendukung ekonomi rakyatnya yang lemah, portugis memainkan intrik-intrik
politik dengan membodohi dan menipu para sultan dan pemimpin lokal di daerah-
daerah yang di kuasai.
Dengan monopoli, Portugis bisa membeli barang dagangan dengan harga
murah, bahkan kadang diambil paksa dan tidak dibayar sama sekali. Seperti
yang terjadi di Maluku, rempah-rempah berkualitas bagus dibayar dengan harga
murah, kemudian pajak penjualan yang tinggi masih dibebankan pada rakyat yang
memproduksinya. Ketidak akuratan timbangan juga menjadi alat pemeras yang
mencekik rakyat.
Oleh sebab itu, keuntungan Portugis dari perdagangan rempah-rempah
Maluku dan daerah sekitarnya (pala dari banda, merica dari Banten dan Sumatera
serta gula dari Madura) berlipat ratusan persen. Karena dibeli dengan murah atau
bahkan gratis dan dijual dengan harga yang sangat mahal. Walaupun dijual sangat
mahal tetapi rempah-rempah dari kawasan ini laku keras di Eropa. Hal ini terjadi
karena tidak ada saingan lain di Eropa. Monopoli dan dominasi berlangsung sampai
akhir abad ke-16.54
Kondisi lokal di berbagai wilayah telah memuluskan armada Portugis
dalam ekspansinya ke Asia Timur dan Tenggara. Negeri-negeri di Asia Timur dan
Tenggara saat itu tidak memiliki angkatan laut yang kuat. Negara yang kuat angkatan
lautnya seperti China yang sebelumnya merajai Samudra Hindia telah menarik diri.
Demikian juga dengan Majapahit di Jawa yang telah melemah. Kedaan ini sangat
menguntungkan bagi Portugis sebagai negara maritim untuk melakukan aksi
penjajahannya.
Pada permulaan abad ke-16, hanya tiga negara Asia yang memiliki angkatan
laut cukup kuat, yaitu Mamluk di Mesir dan Syiria, Kerajaan Gujarat di India, Turki
dan Jepara (Demak) di Jawa.55Negeri-negeri ini memilki kapal cukup banyak, baik
yang berukuran besar maupun kecil dan dipersenjatai dengan berbagai meriam
kaliber besar dan ringan.
Dengan kondisi seperti itu hampir tidak ada rintangan untuk mencapai
kemenangan total terhadap Islam, sehingga Portugis berharap bahwa kelak ia akan
menemukan kerajaan kristiani di kawasan Timur, seperti dimitoskan Frater John.
Impian ini kemudian dijelmakan di Maluku dengan Proklamasi pada tahun 1544 oleh
Don Manuel Tabraji, (Sultan Ternate yang dimurtadkan Portugis) yang menyatakan
kerajaannya sebagai Kerajaan Kristen di bawah Raja Portugis.56

54 M Adnan Amal.Portugis dan Spanyol. Op.Cit.hlm. 2-3


55 Elton G.R., The New Cambridge Modern History, Vol II, (Cambridge at the university Press, 1968), hlm. 592
dalam M. Adnan Amal, Portugis dan Soanyol Op.Cit., hlm.127 21
56 M. Adnan Amal, Portugis dan Soanyol Op.Cit., hlm.127
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

Adipati Yunus
Mengenai sosok Pati Unus terdapat perbedaan pendapat dikalangan Sejarawan.
Perbedaan ini terletak pada: apakah Pati Unus ini anak Sultan Fattah ataukah
menantunya. Mengenai hal ini terdapat dalam beberapa Sumber, diantaranya
adalah:
a. Menurut sebuah riwayat Pati Unus adalah menantu Sultan Fattah. Nama
aslinya adalah Raden Abdul Qadir putra Raden Muhammmad Yunus dari Jepara.
Raden Yunus adalah adalah putra seorang Mubaligh dari Persia yang dikenal dengan
nama Syekh Kholiqul Idrus. Syekh Kholiqul Idris datang dari persia awal 1400-an
dan menetap di Jepara yang kemudian menikah dengan putri seorang mubaligh asal
Gujarat yang lebih dulu datang ke Tanah Jawa, dari pernikahan ini Syekh Kholiqul
Idrus memiliki putra Muhammad Yunus. Yunus menikah dengan seorang pembesar
Majapahit di Jepara. Dari hasil pernikahan ini lahirlah seorang anak yang sangat
cerdas dan pemberani yang diberinama Abdul Qadir, yang setelah menjadi menantu
sultan Demak pertama (Raden Fattah), yang kemudian diberi gelar Adipati bin Yunus
atau terkenal lagi sebagai Pati Unus.57
b. Menurut Tome Pires, nenek Pati Unus bersal dari Kalimantan Barat Daya.
Ia merantau ke Malaka dan kawin dengan wanita Melayu. Dari perkawinan itu,
lahirlah ayah Pati Unus, ayah Pati Unus kemudian kembali ke Jawa. Setelah berhasil
membunuh bupati Jepara, ia menguasai daerah Tidungan dan sekitarnya. Ayah
pati unus mempunyai hubungan baik dengan pati Rodin di Demak. Putranya yang
bernama Unus kawin dengan putri Pate Rodin di Demak.58
c. Menurut Kronik Tionghoa, memberitakan bahwa pada tahun 1509 M, putra
Jin Bun yang bernama Yat Sun mendampingi Kin San di galangan kapal Semarang.
Pada tahun 1512 M, Yat Sun sangat terburu-buru menyerang kota Moa Lok Sa
(Malaka), yang sudah direbut orang-orang berambut merah dan memiliki senjata api
jarak jauh.59
d. Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Adipati Bintara meninggalkan putera
enam, anak sulungnya perempuan yang bernama Ratu Mas, kemudian pangeran
Sabrang Lor (mewarisi tahta kesultanan), Pangeran Seda Lepen, Raden Trenggana,
Raden Kanduruwan dan Raden Pamekas.
e. Menurut Serat Kanda, Adipati Bintara mempunyai tiga orang Istri. Istri yang
tertua melahirkan Raden Surya dan Raden Trenggana. Istri yang kedua melahirkan
Raden Kanduruwan, kemudian istri yang ketiga melahirkan raden Mas Kikin dan
Raden Mas Nyawa. Raden Surya menetap diseberang timur sungai, dan kawin
dengan Retna Lembah putri Raden Gugur.60
Karena Pate Unus tidak menetap di Demak, melainkan menetap di Jepara,
maka Tome Pires mengira Adipati Unus bukanlah Putra Mahkota atau bukan anak
kandung dari Sultan Fattah. Sementara itu, jika melihat versi keempat dan kelima

57 Abimanyu, Babad Tanah Jawa Terlengkap dan Terasli, h.309-311


58 Pires, Suma Oriental, h. 241.
22 59 Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindhu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, h.113
60 Ibid., h.116
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

terdapat perbedaan penyebutan pada nama arahnya, yakni Utara dan Timur. Dalam
Babad Tanah Jawi menyebut Pangeran Sabrang Lor sedangkan dalam Serat Kanda
menyebut Raden Surya. Jika dihubungkan dengan berita dari Tome Pires, maka
pesanggrahan Raden Surya itu harus terletak di sebelah utara sungai Tanggul Angin,
di desa Tidunan, membawahi daerah sekitarnya termasuk Jepara.
Penobatan Pangeran Sabrang Lor atau Raden Surya harus berlangsung sesudah
Raden Fattah wafat. Menurut Berita Tionghoa, yang menggantikan Jin Bun pada
tahun 1518 M adalah Yat Sun. Demikianlah Pangeran Sabrang Lor (Babad Tanah
Jawi) dan Raden Surya yang menetap di seberang timur sungai (Serat Kanda) sama
dengan Yat Sun. Karena Yat Sun sama dengan Pate Unus (Suma Oriental), maka
Pangeran Sabrang Lor dan raden Surya sama dengan Pati Unus. Kiranya tidak jauh
dari kenyataan bahwa putra mahkota Yat Sun itu mengambil nama Islam Yunus.61
Pendapat yang paling kuat dan masyhur, adalah bahwa Pati Unus adalah Sultan
kedua Kerajaan Demak, ia menggantikan ayahnya (Raden Fattah) yang wafat pada
tahun 1518 M.62 Perlawanan Pati Unus terhadap Portugis yang pertama ini dilakukan
sebelum ia menjadi Sultan di Demak, melainkan ketika ia masih menjabat sebagai
Adipati di Jepara. Sedangkan yang menjadi Sultan kala itu adalah ayahnya yakni
Sultan Fattah.
Keterangan Tome Pires yang selanjutnya mengatakan, Pati Unus telah berhasil
membuat negerinya menjadi negeri besar. Di samping itu, Tome Pires juga memujinya
sebagai Raja Jawa yang paling terkenal karena kekuatanya dan pergaulannya yang
baik dengan rakyatnya. Bahkan Tome Pires menyebut Pati Unus hampir sebesar Raja
Demak, sekalipun Jepara berada dibawah Demak, yang mempunyai lebih banyak
penduduk dan negeri.
Pada waktu itu Jepara telah berhasil mempunyai kedudukan yang baik dalam
lintas perdagangan Nusantara. Dengan terus terang Tome Pires mengakui, kota
Jepara mempunyai sebuah teluk dengan sebuah pelabuhan yang indah. Di depan
pelabuhan terdapat tiga buah sungai, di mana kapal-kapal besar dapat memasukinya.
Tome Pires juga memuji pelabuhan Jepara sebagai pelabuhan yang paling baik dari
sekian banyak pelabuhan yang pernah diceritakannya dan berada dalam keadaan
yang paling baik. Setiap orang yang akan pergi ke Jawa dan Maluku akan singgah di
Jepara.63
Pada abad XVI Demak merupakan kerajaan Islam terkuat di pulau Jawa dan
memegang hegemoni di antara kota-kota pantai Utara Jawa. Namun secara praktis
kota-kota itu tetap berdiri sendiri. Di masa jaya Kesultanan Demak, Jepara juga
menjadi tempat tinggal para pedagang dan pelaut, Jepara sebagai pusat penyebaran
agama Islam dan pusat kekuasaan politik, Jepara juga memegang peranan penting
dalam bidang perdagangan. Perdagangan yang dijalankan Demak dan Jepara ialah
beras dan bahan pangan yang lainnya. Jepara menjadi pelabuhan penting setelah
Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511. Malaka dijadikan sebagai pelabuhan

61 Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindhu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, h.118
62 23
63 Panitia Penyusun Hari Jadi Jepara. Sejarah dan Hari Jadi Jepara. Jepara: 1988. h.11-12
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

peristirahatan dan perbekalan bagi kapal-kapal Portugis. Selain itu juga dijadikan
sebagai pos militer untuk melindungi perdagangan mereka.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menimbulkan pertimbangan-pertimbangan
baru dalam bidang politik dan ekonomi pada bagian pertama abad 16. Perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam baru tidak hanya pusat politik, tetapi juga memegang
peranan penting dalam perdagangan dan rempah-rempah serta bahan pangan
lainnya. Keberadaan Portugis di Malaka sangat menggangu aktifitas perdagangan
dan pelayaran pedagang-pedagang Islam, termasuk Demak, lebih-lebih karena
ekspansi Portugis selain didorong oleh motif ekonomi komersial juga didorong oleh
misi agama yaitu meneruskan Perang Salib melawan orang-orang Islam.64

Kesultanan Demak
Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Fattah memiliki wilayah kekuasaan yang
sangat luas tidak hanya di wilayah Jawa namun juga di wilayah sekitarnya seperti
Lampung dan Palembang di ujung kepulauan Sumatera, kepulauan Malaka, pulau
Borneo, Sulawesi bagian Selatan, Madura, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Ternate
dan Tidore.
Pengaruh politik kerajaan Demak dalam hubungan dengan berbagai bangsa
teramatlah besar. Kerajaan Demak merupakan juru bicara di kawasan Asia Tenggara
yang sangat disegani. Sebagai Negara Adidaya di kawasan Asia Tenggara Demak
menempatkan duta besar kerajaannya di berbagai Negara seperti Johor, Pasai,
Gujarat, Turki, Parsi, Arab dan Mesir.65
Demak memiliki letak strategis di jalur perdagangan Nusantara sehingga
memungkinkan Demak berkembang sebagi kerajaan Maritim. Dalam kegiatan
perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil
rempah-rempah Indonesia Timur dengan penghasil rempah-rempah di Indonesia
Barat. Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang.
Perkembangan perdagangan Demak juga didukung oleh penguasa Demak yang
memberikan perhatian terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai
utara Jawa. Pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah pelabuhan Jepara, Tuban, Gresik,
Sedayu dan wilayah lain di Jawa Timur.66
Sebagai kerajaan yang memiliki wilayah di pedalaman, Demak juga
memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil
pertanian yang menjadi komoditas dagang. Pertanian di Demak tumbuh dengan
baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara.67

64 Tim Penyusun Naskah Sultan Hadiri dan Ratu Kalinyamat, Sultan Hadiri dan Ratu Kalinyamat Sebuah Sejarah
Ringkas (Jepara:1991), 32.
65 Rachmad Abdullah, Kerajaan Islam Demak: Api Revolusi Islam di Tanah Jawa 1518-1549 M, 26-27
24 66 Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Indonesia, h.60.
67 Abimanyu, Babad Tanah Jawi Terlengkap dan Terasli, h.234.
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

Persiapan Serangan ke Malaka


Ketika Sultan Fattah memimpin kerajaan Demak, Portugis telah berhasil
menguasai kerajaan Malaka yang pada saat itu berada pada kekuasaan Sultan
Mahmud Syah pada tahun 1511 M. Sebagai bentuk kepedulian antar kerajaan Islam,
Sultan Fattah memerintahkan Adipati Unus untuk memerangi Portugis dengan
membawa 100 kapal Jung dengan mengangkut pasukan perang sebanyak 1.200
tentara.68 Dalam upaya melakukan penyerangan ini Adipati Unus ditunjuk sebagai
panglima perang, Pati Unus membawahi armada gabungan dari Jawa (Demak,
Cirebon dan Banten), selain itu juga pasukan tambahan dari Palembang.69

Perbandingan jung yang dinaiki Pati Unus dengan galleon Barat, Ilustrasi Jung
yang digunakan Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka tahun 1513.70

Upaya persiapapun dilakukan oleh kerajaan Demak sejak tahun 1509 M, persiapan
ini terus ditingkatkan, apalagi setelah mengetahui kabar telah ditaklukkannya Goa di
India pada tahun 1510 M. Oleh karena itu, Sultan Fattah memerintahkan Pati Unus
untuk mendampingi Raden Husen membuat kapal di galangan kapal di Semarang
sejak tahun 1509. Kapal yang dibuat oleh Pati Unus mampu mengangkut 1.000
pasukan perang.71
Selain mempersiapkan pasukan dan peralatan perang, Pati Unus juga berusaha
mengetahui kekuatan orang-orang Portugis di Malaka. Untuk mengetahui kekuatan
orang-orang Portugis Pati Unus memanfaatkan para pedagang-pedagang Jawa
untuk menjadi mata-mata.72 Dari adanya mata-mata ini Pati Unus dapat mengetahui
bahwa di benteng A-Farmosa yang menjadi benteng pertahanan orang Portugis di
Malaka yang berada di puncak bukit telah dipesiapkan meriam-meriam. Sehingga
68 Rahmad Abdullah, Wali Songo: Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa 1404-1482 M, h.223.
69 Krisna Bayu Adji, et.al, Ensiklopedi Raja-Raja Jawa: Dari Kalingga Hingga Kesultanan Yogyakarta, h.90
70 disebut juga jung, jong, dan junk, Dari buku Anthony Reid, Charting The Shape Of Early Modern Southeast
Asia.
71 Abdullah, Kerajaan Islam Demak: Api Revolusi di Tanah Jawa 1518-1549 M, h.43. 25
72 Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindhu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, h.214.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

dengan berita ini Pati Unus memerintahkan untuk membuat kapal dari kayu Aceh
dan juga memperbaiki kapal tiruan dari kapal Ja’far Shodiq yang singgah digalangan
kapal Semarang pada tahun 1512 M.
Melihat kekuatan di benteng Portugis, untuk mengimbanginya Pati Unus juga
memasang meriam-meriam besar di kapalnya. Hal ini dilakukan dengan harapan
dapat menembaki benteng Portugis dari jarak jauh. Dengan kapal-kapal ini Pati
Unus ingin merebut Malaka (Mao Lok Sa) dengan armadanya.73
Penggalangan pun berhasil dilakukan. Palembang, Jepara, Cirebon, dan Johor
bersedia membantu Pati Unus untuk menyerang Malaka. Puluhan telik sandi
(intelijen) juga dikirim ke Malaka yang kemudian dapat memobilisir pedagang-
pedagang Jawa di sana. Pasukan telik sandi itu diketuai oleh Utimuti Raja, yang
sebelumnya memihak kepada Portugis pada saat menaklukan Malaka tahun 1511,
sehingga Portugis memberikan kedudukan yang cukup baik kepadanya.74
Setelah dirasa persiapan sudah cukup, Sultan Fattah memerintahkan Pati
Unus untuk memerangi Portugis pada tahun 1512 M, dengan sekitar 100 kapal
jumlah pasukan awalnya 5.000 orang diberangkatkan dari pelabuhan Jepara. Dari
Jepara kemudian berlayar kearah barat, menuju kepulau Sumatera tepatnya ke arah
Palembang. Dari Palembang perjalanan diteruskan menuju Malaka, namun dalam
perjalanannya Pati Unus dan pasukannya singgah sementara waktu di daerah yang
terdapat sungai Kampar, daerah di sekitar Indragiri Sumatera.75
Dari Kampar perjalanan terus dilakukan menuju arah barat laut, sudah dekat
dengan Malaka yang letaknya berada di sebarang utara. Pada Januari 1513 M Pati
Unus mencoba memberikan kejutan berupa serangan dadakan kepada orang-orang
Portugis di perairan kerajaan Islam Malaka. Pati Unus membawa 5000 pasukan
kemudian ditambah pasukan bantuan dari Palembang hingga jumlahnya menjadi
kurang lebih 12.000 pasukan.76
Ekspedisi Pati Unus ke Malaka pada tahun 1512 menggunakan 100 buah kapal
berukuran dua ratus ton. Kapal yang digunakan untuk mengangkut perlengkapan
dan prajurit terdiri dari beberapa jenis antara lain disebut jung, merupakan kapal
layar yang berukuran beberapa ratus ton. Penggeraknya adalah layar yang dipasang
pada tiga buah tiang, yang mempunyai bobot antara 400–800 ton. Jenis yang lain
adalah lancaran, merupakan kapal layar atau dayung hampir sama halnya dengan
jenis jung. Kemudian kapal Pangajava, merupakan kapal yang dibuat khusus untuk
perang dan dapat dipersenjatai dengan meriam, tenaga penggeraknya adalah layar
dan dayung.77

73 Ibid., h.68.
74 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka
75 Pires, Suma Oriental, 151
76 Abdul Rohim, Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Portugis 1513-1527 M, Skripsi Jurusan Sejarah
Peradaban Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Tahun 2017. h, 69
26 77 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.com/2015/01/belajar-dari-
kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

Dalam sebuah surat kepada Alfonso de Albuquerque, dari Cannanore, 22


Februari 1513, Fernao Peres de Andrade, seorang Kapten armada untuk menghadapi
Pate Unus, mengatakan:
"Jung milik Pati Unus adalah yang terbesar yang dilihat oleh orang-orang
dari daerah ini. Ia membawa seribu orang tentara di kapal, dan Yang Mulia dapat
mempercayaiku ... bahwa itu adalah hal yang sangat luar biasa untuk dilihat,
karena Anunciada di dekatnya tidak terlihat seperti sebuah kapal sama sekali. Kami
menyerangnya dengan bombard, tetapi bahkan tembakan yang terbesar tidak
menembusnya di bawah garis air, dan (tembakan) esfera (meriam besar Portugis)
yang saya miliki di kapal saya berhasil masuk tetapi tidak tembus; kapal itu memiliki
tiga lapisan besi, yang semuanya lebih dari satu koin tebalnya. Dan kapal itu benar-
benar sangat mengerikan bahkan tidak ada orang yang pernah melihat sejenisnya.
Butuh waktu tiga tahun untuk membangunnya, Yang Mulia mungkin pernah
mendengar cerita di Malaka tentang Pati Unus, yang membuat armada ini untuk
menjadi raja Malaka."78

)Gambar Replika Kapal Jung (arsip pusjianmar

Strategi Maritim Pati Unus


Secara strategi, persiapan pasukan Pati Unus sudah teramat matang. Dalam
serangan itu, sudah memiliki ends (tujuan), means (alat), dan ways (cara). Ketika
ketiganya berkolaborasi, diadakanlah serangan besar-besaran ke Malaka. Ketika
pasukan Pati Unus telah terlihat di Selat Malaka, maka tugas pasukan darat yang
sebelumnya telah berada di sana sebagai telik sandi dan mampu memobilisir para
pedagang serta penduduk asli yang simpati dengan Demak melakukan serangan
dengan mengepung benteng A Famosa, pusat pertahanan Portugis.
Namun sayang, seluruh strategi Pati Unus dapat diketahui dengan jelas
oleh Portugis. Seorang Tome Pires, yang awalnya merupakan juru catat Alfonso
d’Albuquerque menjelma menjadi intelijen yang tangguh dan menguasai seluruh

78 Pires, Tome. The Suma Oriental of Tome Pires & The Book of Fransisco Rodrigues, McGill University Library 27
(1944)
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

data musuh. Atas pengintaiannya pula, Utimuti Raja sebagai pemimpin telik sandi
Demak di Malaka tertangkap dan kemudian dihukum mati.
Kematiannya itu tidak diketahui oleh Pati Unus. Ketika strategi yang direncankan
akan dijalankan, Pati Unus tidak mendapatkan bantuan dari pasukan telik sandi
yang berada di Malaka. Maka dengan leluasa Portugis memukul mundur pasukan
Pati Unus walaupun berjumlah besar. Bala bantuan Portugis dari Goa (India) juga
turut menggulung pasukan Pati Unus.79
Begitu mendengar pasukan Demak hendak mengepung Malaka, Portugis selain
menyiapkan pasukan di benteng mereka juga mengerahkan pasukan maritimnya
sebanyak 350 orang Eropa serta orang Pribumi dengan jumlah 17 kapal. Tujuannya
untuk menghadang Pasukan Islam yang dipimpin oleh Pati Unus keluar dari Malaka,
kemudian menggiring mereka supaya masuk sungai Muar, di sungai inilah kemudian
pasukan Portugis menenggelamkan dan membakar banyak sekali kapal Demak.80

Sisa Gerbang Benteng A Famosa, Benteng Portugis Di Malaka81

Dengan persenjataan meriam-meriam Portugis yang lebih canggih dibandingkan


dengan meriam dari pasukan Pati Unus, sehingga bisa dengan mudah melakukan
serangan ke arah kapal-kapal Pati Unus dengan tembakan-tembakan dari jarak yang
jauh. Dengan tembakan meriam-meriam Portugis ini dapat menghancurkan dan

79 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka


80 Abdullah, Kerajaan Islam Demak: Api Revolusi di Tanah Jawa 1518-1549 M, h.46-47.
28 81 Sumber:https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d0/A_Famosa_Fortress.
JPG/1280px-A_Famosa_Fortress.JPG
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

menenggelamkan kapal-kapal pasukan Pati Unus. Jumlah kapal yang semula 100
jung karena serangan meriam ini hanya tersisa 60 buah, sedangkan pasukan yang
tewas mencapai 4.000 pasukan.82
Setelah mengetahui pasukannya kalang kabut, Pati Unus menarik mundur
tentaranya ke Demak. Dari seratus kapal yang diberangkatkan, hanya kembali 20
kapal. Banyak pasukan Pati Unus yang tewas dan tertawan oleh Portugis, termasuk
Sultan Palembang.
Pati Unus naik tahta pada tahun 1518, namun Pati unus tidak lama memerintah
Demak, pada tahun 1521 telah tersebar berita tentang kematiannya. Kepahlawanan
Pati Unus dalam memimpin armada perangnya untuk melawan tentara Portugis
yang memiliki armada perang tangguh dan senjata modern merupakan hal yang
sangat heroik, sehingga Pati Unus dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.83
Dengan kembalinya pasukan yang dipimpin Pati Unus pada Januari 1513 M ke
Jawa menandakan serangan yang dilakukannya terhadap Portugis di Malaka telah
mengalami kegagalan. Jung kapal yang ditumpangi Pati Unus dan pasukan berlabuh
di Jepara, kapal tersebut tetap menjadi kebanggaan dan dirawat dengan baik.84
Selain itu, setelah mendarat di Jepara Pati Unus juga memerintahkan agar sebuah
kapal perang Jung berlapis baja yang dapat diselamatkannya, didamparkan dan
dibiarkan di sana.85 Kapal Jung terbesar ini kemudian menjadi monumen kenang-
kenangan akan perang yang dilancarkan oleh Pati Unus terhadap pasukan Portugis
(pasukan terkuat dan gagah berani di dunia).
Akibat kekalahan serangan Pati Unus ke Malaka menjadikan hubungan dagang
antara Jawa dan Malaka maupun dengan India, China, Bengala dan Timur Tengah
kian memburuk. Kelebihan hasil panen di Jawa tidak dapat dekspor ke Malaka.
Padahal dari ekspor kelebihan hasil panen tersebut Jawa memperoleh banyak
keuntungan daripada hanya perdagangan di Nusantara. Pedagang Gujarat, Keling,
China dan Bengala, yang sebelumnya banyak berlayar ke Jawa dengan membawa
berbagai barang dagangan sudah tidak lagi muncul.86

Jihad ke Malaka ke-2 (1521 M)


Semangat dan tekad yang terus membara dalam jiwa Pati Unus untuk
mengalahkan Portugis, setelah kegagalan pada serangan yang pertama 1513 M.
Terlebih lagi imprealisme kaum Katolik Spanyol di bawah pimpinan Magelhaens
yang berlayar ke arah Barat telah sampai di Filipina, yakni di kesultanan Sulu pada
tahun 1521 M.87 Keadaan inilah yang menjadikan Pati Unus ingin segera menyerang
Portugis di Malaka, sebelum Portugis berupaya menyerang orang Islam di Jawa.

82 Abdullah, Kerajaan Islam Demak, op.cit.h.48.


83 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka
84 Pires, Suma Orienta, h.244.
85 Purwadi dan Maharsi, Babad Demak: Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Jawa (Yogyakarta: Pustaka
Utama, 2012), h.48.
86 Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindhu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, h.114 29
87 Suryanegara, Api Sejarah 1, h.158.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

Portugis di Malaka sudah 8 tahun (1513-1521 M), namun mereka masih belum
juga hengkang dari Malaka. Pada tahun 1521 M, sampai berita ketelinga Pati Unus
bahwa portugis akan menjalin kerjasama dengan Syanghyang Raja Sunda dari
kerajaan Syiwa-Budha Padjajaran. Mendengar berita ini Pati Unus tidak ingin Sunda
Kelapa bernasib seperti Malaka, atau bahkan bisa mengancam kedaulatan kerajaan
Demak di Bintoro.
Persiapan dilakukan Pati Unus dengan menyiapkan bekal-bekal peperangan
seperti kapal-kapal Jung, persenjataan meriam dan juga para prajurit Islam. Setelah
persiapan telah selesai, berangkatlah Pati Unus beserta pasukannya dari Jawa
menuju Malaka pada tahun 1521 M. Sementara pasukan Katolik Portugis telah
mempersiapkan pertahanannya untuk menghadapi Pati Unus beserta Pasukannya.
Meriam-meriam besar dipersiapkan di benteng AFarmosa sebagai senjata untuk
meluncurkan peluru-peluru ke arah Pasukan Pati Unus pada saat tiba di Malaka.88
Setelah melakukan perjalanan dengan kapal perang melalui siang dan malam
selama beberapa bulan, akhirnya Pati Unus dan pasukannnya sampai di perairan
Malaka. Mulailah tampak benteng A-Farmosa yang menjadi basis pertahanan Orang
Portugis di Malaka. Di benteng ini pasukan Portugis juga telah siap perang melawan
Pati Unus dan pasukannya.
Setelah kedua pasukan berdekatan pecahlah perang yang amat dahsyat. Perang
yang mengunakan senjata meriam-meriam yang canggih dan memiliki ukuran-
ukuran yang cukup besar. Peluru-peluru berbentuk bola berapi melesat sedemikian
jauh hingga mengenai lawan. Kapal-kapal berjalan maju secara beriringan, serta
kesulitan menghindar dari serangan peluru-peluru meriam. Secara terus menerus
peluru-peluru meriam berhampuran diantara celah-celah birunya langit dan
semakin dekat dengan kapal-kapal Pati Unus.
Selang beberapa saat badan-badan kapal perang terguncang dihantam peluru
meriam. Kapal-kapal terbakar seiring hembusan angin samudera mengibar bendera-
bendera. Korban dari kedua belah pihak berjatuhan, ada yang terkena peluru meriam
secara langsung dan ada juga yang karam bersama kapal-kapal mereka untuk
selamanya.
Perang yang berkecamuk sangat dahsyat, hingga membuat Sultan sekaligus
Senopati yang gagah berani harus menemui suratan takdir Illahi. Pati Unus wafat
setelah peluru meriam pasukan Portugis mengenai kapalnya.89 Dengan gugurnya
Pati Unus dalam pertempuran di Malaka ini menandakan penyerangan yang
dilakukannya untuk kedua kalinya juga mengalami kegagalan sebagai mana
perlawanan yang pertama pada tahun 1513 M.

30 88 Abdullah, Kerajaan Islam Demak: Api Revolusi di Tanah Jawa 1518-1549 M, h.58
89 Banyu Adji, Ensiklopedi Raja-Raja Jawa: dari Kalingga hingga Kesultanan Yogyakarta, 90
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

Kegagalan Intelijen
Satu catatan penting akibat gagalnya Pati Unus menaklukan Portugis di Malaka,
ialah kegagalan intelijen Demak yang mencari data tentang Portugis. Teori Sun Tzu
menyebutkan “barangsiapa yang mengetahui lawannya, maka dialah pemenang
perang”.
Teori tersebut sangat sesuai dengan kasus kegagalan Pati Unus di Malaka.
Meskipun sebesar apapun armada dan logistik perang, namun ketika tidak menguasai
data musuh maka sia-sia lah instrument itu.
Dari peristiwa itu, nama Tome Pires kemudian menjadi intelijen legendaris
Portugis yang tersohor di Nusantara. Kelangsungan kekuasaan Portugis di Nusantara
salah satunya karena perannya. Namun, sang intelijen ulung ini harus menemui
ajalnya di negeri Tiongkok saat misi yang sama di Nusantara coba diterapkan di sana.
Gerak-geriknya sebagai duta telah terdeteksi oleh tentara Tiongkok yang kemudian
memenjarakannya di Kiangsu hingga akhir hayatnya.90

Solidaritas dan Kerjasama Melawan Penjajah Portugis


Ratu Kalimanyat dari Jepara juga meneruskan perjuangan pendahulunya,
memimpin pasukan Islam guna menghancurkan kedudukan Portugis di Malaka.91
Ratu Kalinyamat adalah anak perempuan Sultan Trenggono. Putra Raden Patah ini
merupakan penguasa Kesultanan Demak ketiga yang menduduki takhta kerajaan
Islam pertama di tanah Jawa itu dalam dua periode yang berbeda, yakni pada 1505-
1518 dan 1521-1546.92
Selama memimpin Jepara, yang kala itu merupakan bagian dari wilayah
kekuasaan Kesultanan Demak, setidaknya dua kali Ratu Kalinyamat mengirimkan
pasukan dan armada tempur dalam jumlah besar ke Malaka untuk mengusir Portugis.
Yang pertama adalah bala bantuan untuk Kesultanan Johor, dan yang kedua atas
permohonan Sultan Aceh Darussalam.
Menurut De Couro pada tahun 1550 Raja Johor menulis sepucuk surat kepada
Ratu Kalinyamat, mengajak Ratu Jepara itu melakukan jihad melawan orangorang
Portugis di Malaka. Dalam surat itu Raja Johor juga menyatakan, di Malaka telah
terjadi kekurangan bahan pangan.
Ratu Kalinyamat menjawab seruan itu dengan mengirim sebuah armada yang
kuat. Dalam serangan tersebut telah muncul 200 buah kapal besar dari negeri-negeri
Islam yang telah bersekutu menyerang Malaka, 40 buah di antaranya berasal dari
Jepara, memuat 4000 sampai 5000 orang Prajurit. Armada itu dipimpin seorang
Panglima Jawa yang disebut dengan nama julukan “Sang Adipati”, seorang lelaki
yang gagah berani.93

90 Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.com/2015/01/belajar-dari-


kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/
91 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010, hlm. 65.
92 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, 2008, h.69 31
93 Amin Budiman, Komplek Makam Ratu Kalinyamat, 35.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

Tahun 1550, Ratu Kalinyamat, puteri Sultan Trenggana mengirimkan bantuan


40 kapal dan 4000 personil atas permintaan Sultan Johor untuk menyerang Malaka.
Gabungan Armada Jepara, Melayu dan Aceh berjumlah total 200 kapal mengepung
Malaka. Kekuatan gabungan ini berhasil memukul mundur Portugis dan mengambil
alih sebagian besar kota Malaka, sebelum akhirnya Portugis berhasil menyerang
balik.
Prajurit-prajurit Melayu berhasil dipukul mundur ke kapal, sementara prajurit-
prajurit Jawa dari Jepara tatap bertahan di darat. Setelah Portugis berhasil membunuh
pemimpin pasukan Jawa dan menewaskan 2000 prajurit Jawa barulah pasukan Jawa
mundur ke kapal. Namun badai di laut mengakibatkan 2 kapal Jepara terdampar di
pantai dan menjadi sasaran empuk Portugis. Lebih dari setengah pasukan Jepara
gugur di medan pertempuran.94
Saat itu posisi Portugis di Asia Tenggara mulai melemah karena serangan
dari beberapa kerajaan Islam terhadap kekuatan Portugis di Malaka dan Maluku.
Portugis di Malaka menghadapi serangan dari Kerajaan Johor, Aceh dan Jepara (Ratu
Kalinyamat).
Pada tahun 1573, Sultan Aceh juga meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk
menyerang Malaka kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit
Jepara. Pasukan yang dipimpin oleh Ki Demang Laksamana itu tiba di Malaka pada
bulan Oktober 1574.
Kesultanan Ternate juga membantu menyerang Portugis di Malaka. Di
Ternate Portugis juga merupakan musuh bebuyutan kesultanan Ternate. Portugis
yang disambut dengan baik sebagai rekan bisnis justru berusaha menjajah dan
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Armada tempur Ternate
cukup besar, salah satunya berkat bantuan persenjataan dari Turki Usmani. Bahkan,
Ternate masih bisa mengirimkan pasukan untuk membantu Aceh dan Demak yang
sedang menghadapi Portugis di Malaka. Ketiganya membentuk Tripple Alliance
untuk membendung Portugis di Nusantara 95
Tahun 1574, Ratu Kalinyamat dari Jepara mengirimkan kapal bantuan untuk
ekspedisi Kesultanan Aceh menyerang Portugis di Malaka berjumlah 300 kapal
(80 diantaranya adalah junk besar berbobot 400 ton) serta 15.000 personil. Setelah
pengepungan dan pertempuran sengit selama 3 bulan.
Dua per tiga pasukan Jepara gugur, hanya sekitar 5000 pasukan yang masih
selamat dan kembali ke Jepara.96 Namun serangan bertubi-tubi ini menyebabkan
posisi Portugis di kepulauan Maluku terjepit karena bala bantuan dari Malaka dan
Goa terhambat, sehingga Sultan Baabullah dari Ternate berhasil mengalahkan dan
mengusir Portugis dari kesultanan Ternate pada tahun 1575.97
94 Andreas Gosana, Warawiri: Life Consists of Endless Back and Forth Journeys in Time Xlibris Corporation (2016).
lihat juga: H. Kahler, Modern Times, Brill Archive (1981). dan https://id.wikipedia.org/wiki/Invasi_Kerajaan_
Demak_ke_Malaka
95 Abdul Ghofur Anshori & ‎Yulkarnain Harahap, Hukum Islam: Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia.
Total Media Yogyakarta, 2008. hlm. 98
96 William Marsden, The History of Sumatra: Containing an Account of the Government, Laws, Customs, and
Manners of the Native Inhabitants. Cambridge University Press (2012).
32 97 Muridan Satrio Widjojo, The Revolt of Prince Nuku: Cross-Cultural Alliance-making in Maluku, C.1780-1810.
BRILL (2009)
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

Pada saat hampir bersamaan posisi Portugis dikepung oleh Sultan Baabullah di
Ternate. Pasukan Portugis di Malaka dan Raja Muda Portugis di Goa, India juga sibuk
membantu Pasukan Portugis mempertahankan posisinya di Malaka sehingga tidak
bisa mengirim bantuan untuk pasukan Portugis di Maluku yang terkepung di dalam
Benteng Gamlamo. Pada 28 Desember 1575 Portugis di Maluku menyerah pada
Kesultanan Ternate setelah dikepung oleh pasukan Sultan Baabullah.98

Daftar Pustaka:
Abdul Rohim, Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Portugis 1513-1527 M, Skripsi
Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Tahun 2017.
Abdul Ghofur Anshori & ‎Yulkarnain Harahap. Hukum Islam: Dinamika dan
Perkembangannya di Indonesia. Total Media Yogyakarta, 2008.
Abimanyu, Babad Tanah Jawa Terlengkap dan Terasli, Jogjakarta : Laksana, 2013
Ágoston, Gábor; Masters, Bruce Alan. Encyclopedia of the Ottoman Empire. Infobase
Publishing, 2010.
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1, Edisi revisi. Penerbit Surya Dinasti
Bandung 2015.
Al_Khalifa (2013). First Light. Routledge
Anthony Reid, An Indonesian Frontier: Acehnese and other Histories of Sumatra
(Singapore: University of Singapore Press, 2004).
Anthony Reid, The Contest for North Sumatra, Atjeh, The Netherlands and Britain,
1858-1898 (Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1969),
Black, Jeremy (1996). The Cambridge Illustrated Atlas of Warfare: Renaissance to
Revolution, 1492-1792. Cambridge University Press.
Brockey, Liam Matthew, Portuguese Colonial Cities in the Early Modern World.
Routledge
C. R. Boxer, The Portuguese Seaborne Empire 1415-1825, The History Of Human
Society, General Editor: J. H. Plumb, Hutchinson of London,
Casale, Giancarlo. The Ottoman Age of Exploration. Oxford University Press.
Cheviano E. Alputila, Pasang Surut Penyebaran Agama Katolik Di Maluku Utara Pada
Abad 16-17, Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 1, Balai Arkeologi Ambon Juli
2014.
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010.

98 Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran
Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen 33
Pendidikan Nasional.
Edisi 11 / September 2018 SYAMINA

Elton G.R., The new Cambridge Modern History, Vol II, (Cambridge at the university
Press, 1968),
Gocek, Fatma Muge (1987). East Encounters West: France and the Ottoman Empire in
the Eighteenth Century. Oxford University Press
Hans W. Weigert et.al. 1957. Principle of Polilitical Geography. Apleton New York.
Hayati dkk. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Proyek Peningkatan
Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat
Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta 2000.
Hartoyo Amin Budiman, Komplek Makam Ratu Kali Nyamat, (Jateng: Proyek
Pengembangan Musium Jateng, 1982)
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Yogyakarta: Teras,
2012).
John L. Esposito (Ed). The Oxford History of Islam. Oxford University Press, New York
1999.
Jurnal Maritim, Serangan Pati Unus di Selat Malaka, http://jurnalmaritim.
com/2015/01/belajar-dari-kegagalan-serangan-pati-unus-di-selat-malaka/
Krisna Bayu Adji, Ensiklopedi Raja-Raja Jawa: Dari Kalingga Hingga Kesultanan
Yogyakarta, Yogyakarta : Araska, 2011.
Leonard Y. Andaya, Dunia Maluku, Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal,
edisi terjemah Bahasa Indonesia, Penerbit Ombak 2015.
Lincoln, Payne (2013). The sea and civilization : a maritime history of the world. USA:
Penguin Random House Companies.
M. Adnan Amal, Portugis dan Soanyol di Maluku, Penerbit Komunitas Bambu 2010.
M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, terj. Tim Penerjemah Serambi
(Jakarta: Serambi, 2007)
Malekandathil, Pius (2010). Maritime India - Trade, Religion and Polity in the Indian
Ocean. Delhi: Primus Books.
Marshman, John Clark, History of India from the Earliest Period to the Close of the East
India Company's Government. Cambridge University Press.
Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia, jilid III (Jakarta: Balai
Pustaka, 1984)
Michael Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia terj. Ken Ndaru dan M. Nurul
Islam (Jakarta: Naura Books, 1992)
Midlarsky, Manus (2000). Handbook of War Studies II. EUA: University of Michigan.
Muridan Satrio Widjojo, The Revolt of Prince Nuku: Cross-Cultural Alliance-making
in Maluku, C.1780-1810. BRILL (2009)

34 Panitia Penyusun Hari Jadi Jepara. Sejarah dan Hari Jadi Jepara. Jepara: 1988.
SYAMINA Edisi 11 / September 2018

Purwadi dan Maharsi, Babad Demak: Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Jawa
(Yogyakarta: Pustaka Utama, 2012),
Rachmad Abdullah. Kerajaan Islam Demak: Api Islam di Tanah Jawa 1518-1549
(Solo: Al-Wafi, 2015).
Rahmad Abdullah, Wali Songo: Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa 1404-1482
M, (Solo: Al-Wafi, 2015).
Rasler, Karen A.; Thompson, William R. (2015). The Great Powers and Global Struggle,
1490-1990. University Press of Kentucky.
Saim Kayadibi, Islamization of the Southeast Asia: The Role of Turks, Department of
Economics, Kulliyyah of Economics and Management Sciences, International
Islamic University Malaysia (IIUM)
Shankarlal C. (2006). Land and People of Indian States and Union Territories: In 36
Volumes. Daman & Diu. Gyan Publishing.
Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara
Islam di Indonesia, PT LKiS Pelangi Aksara, 2005.
Tim Penyusun Naskah Sultan Hadiri dan Ratu Kalinyamat, Sultan Hadiri dan Ratu
Kalinyamat Sebuah Sejarah Ringkas (Jepara:1991)
Tjandrasasmita, Penelitian Arkeologi Islam di Indonesia dari Masa ke Masa, Menara
Kudus, 2000.
Tome Pires, Suma Oriental, Perjalanan dari Laut Merah ke Cina & Buku Francisco
Rodrigues. Penerbit: Ombak 2013.
Van den End dan Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam (Jakarta:
Gunung Mulia, 1997).
Vickers, Daniel, A Companion to Colonial America. John Wiley & Sons
William Marsden, The History of Sumatra: Containing an Account of the Government,
Laws, Customs, and Manners of the Native Inhabitants. Cambridge University
Press (2012).

35

Anda mungkin juga menyukai