Abad XIX
Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim
Edward L. Poelinggomang
pustaka-indo.blogspot.com
pustaka-indo.blogspot.com
Makassar
Abad XIX
Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim
pustaka-indo.blogspot.com
U n d an g-U n d an g Re p u blik In d o n e s ia
N o m o r 2 8 Tah u n 2 0 14 te n tan g H ak Cip ta
Ke te n tu an Pid an a
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak m elakukan pelanggaran hak ekonom i sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 1 (satu) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp10 0 .0 0 0 .0 0 0 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m elakukan pelanggaran
hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h
untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana
denda paling banyak Rp50 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (lim a ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m elakukan pelanggaran
hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g
untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 4 (em pat) tahun dan/ atau pidana
denda paling banyak Rp1.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (satu m iliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang m em enuhi unsur sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk
pem bajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lam a 10 (sepuluh) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp4.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (em pat m iliar rupiah).
pustaka-indo.blogspot.com
Makassar
Abad XIX
Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim
Edward L. Poelinggomang
J akarta:
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
pustaka-indo.blogspot.com
Makassar Abad XIX:
Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim
© Edward L. Poelinggomang
KPG 59 16 01260
Penyunting
Christina M. Udiani
Perancang Sampul
Leopold Adi Surya
Penata Letak
Leopold Adi Surya
POELINGGOMANG, Edward L.
Makassar Abad XIX:
Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim
Jakarta; KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2016
xvi + 304 hlm.; 15 cm x 23 cm
ISBN: 978-602-424-164-3
pustaka-indo.blogspot.com
DAFTAR ISI
Daftar Isi v
Daftar Singkatan viii
Prakata xi
Oleh Prof. Dr Heather Sutherland
Pengantar xiii
pustaka-indo.blogspot.com
vi MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R I SI vii
pustaka-indo.blogspot.com
DAFTAR SINGKATAN
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R SI N GK ATA N ix
pustaka-indo.blogspot.com
pustaka-indo.blogspot.com
PRAKATA
pustaka-indo.blogspot.com
xii MA K A SSA R A BA D XI X
Eropa ini dalam perdagangan rem pah-rem pah. Menjelang abad ke-19
kejayaan Belanda terancam .
Kom binasi baru m uncul, yakni antara pelaut Sulawesi Selatan
dan pedagang Cina dan Inggris yang berpangkalan di pelabuhan
baru di Selat Malaka, Singapura. Daya tarik Singapura berhasil
m elem ahkan posisi Makassar dalam perdagangan m aritim . Belanda
selalu m enggunakan kedudukan politik untuk m em bela kepentingan
ekonom inya, yakni m elalui kebijakan bea-cukai. Sem entara Inggris,
sebaliknya, cenderung m enciptakan pelabuhan bebas bea-cukai karena
yakin kebijakan ini lebih m enarik banyak pedagang. Pada abad ke-19
perbedaan kebijakan po litik dan ekonom i kedua negara ini di Asia
Tenggara sem akin tam pak jelas.
Tem a itulah yang m enjadi bahasan buku ini, yang diangkat dari
disertasi Edward L. Poelinggom ang di Vrije Universiteit Am sterdam
pada 1991. Sebagai pem bim bin g, saya san gat ber bahagia bahwa
disertasi Edward dapat diterbitkan sebagai buku. Kebahagiaan ini
bukan saja karena hasil studi penulis dapat dibaca secara luas tetapi
juga, m enurut saya, para sejarawan Indonesia berhak m em baca hasil
penelitian tentang negaranya yang dilakukan di luar negeri. Apalagi
studi ini begitu kaya inform asi m engenai kebijakan Belanda dalam
perdagangan Makassar, lengkap dengan data statistik. Tak pelak lagi
buku ini m am pu m enggam barkan secara luas pasang-surut dunia per-
dagangan Makassar.
Penerbitan buku ini menjadikan historiograi Indonesia
bertam bah kaya. Mudah-m udahan pem baca, terutam a seja rawan
m uda, dapat m em peroleh inspirasi dari buku ini dan tergerak untuk
m elakukan sen diri studi ten tan g sejarah m aritim . Selain karya
ilm iah, studi tentang sejarah m asyarakat pela buhan, perdagangan,
dan kebijakan sektor m a ritim dapat ber m anfaat secara praktis bagi
penyusunan kebijakan. Buku ini m em buktikan dem ikian.
pustaka-indo.blogspot.com
PENGANTAR
BUKU ini, yang diangkat dari disertasi penulis, adalah kajian tentang
kebijakan Pem erintah Hindia Belanda dalam per da gangan Makassar
pada abad ke-19. Secara spesiik diuraikan faktor-faktor yang mendasari
kebijakan tersebut.
Dalam m enyelesaikan disertasi saya banyak m endapat dorongan,
bantuan, dan kebaikan hati dari berbagai pihak. Kepada Prof. Dr
Heather A. Sutherland, gurubesar di Vrije Universiteit Am sterdam ,
yang senantiasa m enasihati, m em bantu, dan m endorong penulis
untuk m enyelesaikan disertasi saya m engucapkan banyak terim akasih.
Berkat bantuannya pula saya berkesem patan bertem u dengan para
ilm uwan di Negeri Belanda dan m engikuti berbagai kegiatan akadem is.
Terim akasih yang sam a saya sam paikan kepada Prof. Dr Adrian B.
Lapian, gurubesar di Universitas Indonesia, yang bersedia m em bantu
dan bertindak sebagai ko-prom otor; ke pada Prof. Dr J .W. Schoorl,
yang sudi m eluangkan waktu sebagai referent serta m em perluas
cakrawala penulis m elalui hadiah tulisannya tentang Buton; kepada
Drs Frans G. van Baardewijk, yang senantiasa berperan sebagai guru
pustaka-indo.blogspot.com
xiv MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
PEN GA N TA R xv
pustaka-indo.blogspot.com
xvi MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
BAB 1
SELAMA abad ke-19 Pem erintah Hindia Belanda praktis m ati langkah
dalam politiknya. Di satu pihak Pem erintah Hindia Belanda dituntut
m elaksan akan perdagan gan bebas sebagai syarat pen gem balian
Nusantara dari tangan Inggris seperti diatur dalam Konvensi London
1814 dan Traktat London 1824. Di pihak lain pem erintah yang baru
ini berniat m elanjutkan m onopoli sebagaim ana sudah dijalankan oleh
VOC (Vereenigde Oost-Indische Com pagnie) selam a lebih dari 20 0
tahun.
Setelah VOC bangkrut pada 1799, Pem erintah Belanda yang
baru hanya berkuasa selam a delapan tahun sam pai Inggris m erebut
kekuasaan itu pada 18 11-18 16 sebagai salah satu akibat Peran g
Napoleon di Eropa. Kon ven si Lon don , yan g diadakan m en yusul
kekalahan Napoleon pada 1813, m erupakan salah satu upaya Inggris
untuk m enggalang hubungan yang serasi dengan Belanda. Konvensi
in i, an tara lain , berisi pen gem balian Nu santara kepada Belan da
dengan syarat Belanda m elaksanakan perdagangan bebas. Kem balinya
Napoleon dari pem buan gan , yan g lagi-lagi m en ggun can g Eropa,
beserta peristiwa lain m engakibatkan pelaksanaan Konvensi London
pustaka-indo.blogspot.com
2 MA K A SSA R A BA D XI X
berlarut-larut sam pai kem udian dipertegas kem bali dalam Traktat
London pada 1824.
Selam a m asa yang berlarut-larut itu keadaan Belanda belum pulih
dari m asa penjajahan Prancis untuk segera ber fungsi m enggantikan
VOC di Nusantara, apalagi m elaksanakan perdagangan bebas. Sistem
m onopoli VOC yang telah ber langsung lebih dari duaratus tahun tam pak
m erupakan pilihan Belanda. Benar bahwa pada 1847 Pem erintah
H india Belanda m enetapkan Makassar sebagai pelabuhan bebas,
nam un ke bijakan ini harus diberi tanda petik karena pem erintah ini
m asih m em ungut pajak perdagangan yang tinggi, m elarang per da-
gangan kom oditas tertentu, m enetapkan aturan pelayaran yang ketat,
serta tidak m enegakkan persaingan bebas dalam per dagangan. Sem ua
ini berbeda dengan yang dijalankan Inggris di Singapura.
Dalam perkem bangannya, dengan alasan kebijakan “pela buhan
bebas” tetap tidak m em buat perdagangan Makassar bergairah dan
hanya m enguntungkan Singapura, pada 190 6 Pem erintah Hindia
Belanda m engubah Makassar m enjadi pela buhan wajib pajak. Dengan
dem ikian status “pelabuhan bebas” Makassar hanya bertahan selam a
69 tahun.
Dalam proses perubahan status tersebut kalangan pengusaha
sem pat m enolak kebijakan Batavia dengan alasan sebaliknya, bahwa
perdagan gan Makassar justru lebih bergairah setelah ditetapkan
sebagai “pelabuhan bebas”. Salah satu yang m enolak rencana Batavia
tersebut adalah Kam ar Dagang (Kam er van Koophandel en Nijverheid)
Surabaya dalam suratnya kepada Departem en Ke uangan (Directeur
van Financien), 1 Februari 1898. Kam ar Dagang ini m enyatakan bahwa
perdagangan di Makassar m e rosot, bahkan ham pir m encapai titik
kesunyian, sejak kota pelabuhan ini berada di bawah pengawasan VOC
(1667-1799) sam pai tahun 1846 (setengah abad pertam a pem e rintahan
Hindia Belanda).1
Apa yang dikatakan oleh Kam ar Dagang Surabaya tersebut
sebenarnya hanya m erupakan taktik agar Makassar tetap m en jadi
“pelabuhan bebas”. Hal ini bisa dilakukan karena data perdagangan
Makassar pada m asa VOC tidak tersedia. Gam baran um um yang
diketahui paling banter adalah tentang Cornelis Speelm an ketika
pustaka-indo.blogspot.com
SEL AYA N G PA N DA N G PROBL EMAT I K A PEL A BU H A N MA K A SSA R 3
pustaka-indo.blogspot.com
4 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
SEL AYA N G PA N DA N G PROBL EMAT I K A PEL A BU H A N MA K A SSA R 5
pustaka-indo.blogspot.com
6 MA K A SSA R A BA D XI X
m enyatakan, Makassar pada periode ini m enam pilkan kisah kem ajuan
yang luarbiasa dalam sejarah Indonesia.16
Kehadiran Inggris di Asia Tenggara pada abad ke-19 m enem patkan
Belanda dalam posisi sulit. Pengaruh pem ikiran ekonom i liberal Inggris
telah m erasuki dunia perdagangan Malaka, sem entara dorongan untuk
berdagang secara bebas di kalangan penduduk di wilayah Kepulauan
Hindia Belanda tidak pernah pudar. Tali-tem ali antara kedua faktor
ini m enyebabkan kegiatan niaga pindah dari kota pela buhan di Hindia
Belanda ke kota pelabuhan yang berada di bawah pengawasan Inggris,
terutam a Singapura.
pustaka-indo.blogspot.com
SEL AYA N G PA N DA N G PROBL EMAT I K A PEL A BU H A N MA K A SSA R 7
pustaka-indo.blogspot.com
8 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
SEL AYA N G PA N DA N G PROBL EMAT I K A PEL A BU H A N MA K A SSA R 9
3. POKOK BAHASAN
pustaka-indo.blogspot.com
10 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
BAB 2
pustaka-indo.blogspot.com
12 MA K A SSA R A BA D XI X
1. FAKTA GEOGRAFIS
1.1. LETAK
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 13
pustaka-indo.blogspot.com
14 MA K A SSA R A BA D XI X
berm uara di bagian selatan, serta sejum lah aliran sungai lain seperti
Sungai Sanrabone dan Sungai Kacia.
Di bagian barat pelabuhan terdapat sejum lah pulau kecil,
gugusan pulau yang dikenal sebagai Kepulauan Sperm onde. Kepulauan
ini secara alam i m erupakan pelindung dan penghalang gelom bang
laut dan badai m uson barat. Oleh karena itu Pelabuhan Makassar
m erupakan pelabuhan alam yang baik, teduh, dan am an.
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 15
pustaka-indo.blogspot.com
16 MA K A SSA R A BA D XI X
H all yakin bahwa pada sekitar abad ke-14 dan perm ulaan
abad ke-15 terdapat lim a jaringan perdagangan (com m ercial zones).10
Pertam a, jaringan perdagangan Teluk Bengal, yang m eliputi pesisir
Korom andel di India Selatan, Sri Lanka, Birm a (kini Myanm ar),
dan pesisir utara dan barat Sum atra. Kedua, jaringan perdagangan
Selat Malaka. Ketiga, jaringan perda gangan yang m eliputi pesisir
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 17
pustaka-indo.blogspot.com
18 MA K A SSA R A BA D XI X
Selain itu Pelabuhan Makassar baru berkem bang sekitar dasa warsa
ketiga abad ke-16. Terlepas dari soal lokasi yang disebut sebelum abad
ke-16 tersebut, Makassar berada di tengah-tengah dunia perdagangan.
Di bagian utara berkem bang jaringan per dagangan Laut Sulu, di tim ur
dan selatan jaringan perdagangan Laut J awa, dan di barat jaringan
perdagangan Laut Cina Selatan, Selat Malaka, dan Teluk Bengal.
J arin gan n iaga yan g berpusat di Cin a Selatan , m en urut
Hall, m eliputi pelabuhan-pelabuhan di pesisir Vietnam , Thailand,
Sem en an jun g Malaka, Filipin a, dan m en jalin hubun gan den gan
pelabuhan-pelabuhan di J awa seperti Tuban, Gresik, J epara, dan
Dem ak.
Setelah Malaka diduduki oleh Portugis pada 1511, dan tim bul
ancam an di beberapa jalur pelayaran, pedagang dan pelaut berusaha
m encari jalur pelayaran dan pelabuhan yang am an. Pedagang Melayu
m encari koloni dagang baru, di antara nya Pelabuhan Siang (Pangkajene)
dan Makassar. Sem entara pedagang Cina, Spanyol di Luzon, dan Sulu
m e m anfaatkan jalur Selat Makassar dalam pelayaran ke Selatan.
Ketika pelabuhan -pelabuhan di J awa dan Maluku dikuasai
oleh VOC pada perm ulaan abad ke-17, pedagang dari J awa dan dari
pusat perdagangan di sebelah barat, yang sebelum nya m enggunakan
pelabuhan -pelabuhan di J awa sebagai pelabuhan sin ggah dalam
pelayaran ke Nusa Tenggara dan Maluku, m en jadikan pelabuhan-
pelabuhan di pesisir barat jazirah Sulawesi bagian selatan sebagai
tem pat singgah dan pem asaran yang baru. Bandar-bandar di Sulawesi
Selatan dipilih karena, selain letaknya strategis untuk berlayar ke
Maluku, jaringan per da gangan pelaut dan pedagang di daerah ini
bertam bah luas. Mengikuti catatan Pires, pelabuhan-pelabuhan di
wilayah ini m ulai m enjadi pusat kegiatan pada akhir abad ke-15.13
Gam baran tersebut m em berikan petunjuk bahwa pela buhan-
pelabuhan di wilayah Sulawesi m enjadi pusat perniagaan karena
beberapa faktor. Pertam a, letaknya strategis—posisinya berada di
ten gah-ten gah dun ia perdagan gan . Kedua, m un culn ya in terven si
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 19
2. MUNCULNYA MAKASSAR
2.1. PERKEMBANGAN AWAL
pustaka-indo.blogspot.com
20 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 21
pustaka-indo.blogspot.com
22 MA K A SSA R A BA D XI X
Menurut saya negeri ini paling baik dari yang pernah saya lihat
di dunia, karena daerahnya berupa daratan di m ana padi, ternak,
ikan, dan buah-buahan berlim pah-ruah. Kotanya ter letak di tepi
danau di m ana perahu, besar dan kecil, berlayar hilir-m udik. Di
sekeliling danau itu terdapat kota-kota yang m akm ur.22
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 23
pustaka-indo.blogspot.com
24 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 25
pustaka-indo.blogspot.com
26 MA K A SSA R A BA D XI X
Tuan sebagaim ana juga untuk orang Portugis.”27 J awaban ini tidak
m em uas kan Belanda sehingga pecah “Peristiwa Enckhuyzen” pada 28
April 1615.28 Akibatnya, perwakilan dagang VOC ditutup.
Tidak lam a setelah peristiwa itu pecah, utusan VOC dari Maluku,
yang tidak m engetahui hal-ihwal Peristiwa Enckhuyzen, datang dengan
m enggunakan kapal De Eendrach pada 10 Desem ber 1616. Utusan ini
m enyam paikan pesan kepada pe nguasa Makassar untuk m elarang
orang Makassar berdagang di kepulauan rem pah-rem pah, tapi ditolak
oleh penguasa Ma kassar dengan m enyatakan:
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 27
pustaka-indo.blogspot.com
28 MA K A SSA R A BA D XI X
Sem ua pedagang Melayu dan asing lainnya, lebih dari enam ratus
oran g, m em persiapkan diri un tuk berlayar lagi m en g ikuti
datangnya m uson barat. Kebanyakan dengan perahu kecil (biasa
un tuk perdagan gan rem pah-rem pah) m en uju Am boin a dan
daerah sekitarnya dengan m odal besar yang dapat m ereka bawa,
sebagian berupa beras, tetapi kebanyakan berupa alat tukar.
Keuntungan tahun lalu m endorong (m ereka) untuk tekun dan
bersem angat dengan harapan m em peroleh (keun tungan) lebih
dari tahun sebelum nya; (dikatakan bahwa) raja hendak m engirim
dua orang pem im pin di antara m ereka, dengan tanggungjawab
utam a bila penduduk Am boina atau sekitarnya m em butuhkan
bantuan, m ereka akan m enolong sepe nuhnya seperti dulu, sesuai
dengan kem am puan m ereka.44
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 29
pustaka-indo.blogspot.com
30 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 31
pustaka-indo.blogspot.com
32 MA K A SSA R A BA D XI X
Maluku. Menurut J ames Francis Warren, sebe lum 1760 tercatat sekitar
empatbelas hingga lima belas perahu dagang Bugis mengunjungi Sulu
setiap tahun.56 Perahu-perahu dagang ini datang dari Maluku dengan
mem bawa rempah-rempah, sarang burung, gula, beras, kain tenun
untuk pakaian, dan lontar. Barang dagangan yang utama adalah mesiu.57
Banyak pedagang Bugis pindah dan m enetap di Kutai (bandar
niaga di pesisir tim ur Kalim antan) sejak 1668; sebagian besar dari Wajo,
Bone, dan Soppeng. Atas persetujuan Sultan Kutai m ereka m endirikan
kota dagang Sam arinda pada akhir abad ke-17.58 Di Kota Pasir, yang
terletak di tepi Sungai Kendilo, sekitar 45 m il dari pantai, terdapat pula
perm ukim an orang Bugis. Thom as Forrest, yang m engunjungi kota ini
pada 1772, m engatakan, Kota Pasir m erupakan “tem pat perdagangan
be sar” dengan sekitar 30 0 rum ah; kebanyakan didiam i oleh pedagang
Bugis dan penduduk Kesultanan Melayu.59 Pedagang Bugis biasanya
m elakukan hubungan dagang dengan Berau dan Bulungan, bahkan ada
yang pindah dan kawin dengan penduduk setem pat. Banyak pula di
antara m ereka yang m igrasi ke wilayah Sem enanjung Malaka, Sum atra,
dan J awa.60
Oleh karena itu, kendati pelaut dan pedagang di pesisir tim ur
Kalim antan tidak m elakukan pelayaran dagang, kegiatan niaga tetap
berlan gsun g. Selain beras, kom oditas yan g laku adalah budak—
bahkan sam pai m endorong tim bulnya “pen curian orang”. VOC tidak
mencegah tindakan ini sehingga dalam klasiikasi budak terdapat
kelom pok “orang curian”.61
Budak tidak hanya diekspor ke Batavia tetapi juga ke berbagai
bandar yang berada di bawah pengawasan VOC, seperti Maluku,
sehingga jum lah budak yang diim por dari Makassar m eningkat.62
Catatan VOC tentang budak di beberapa bandar niaga terpenting
pada 1680 -an m enunjukkan, jum lah budak Bugis dan Makassar yang
terbesar, sekitar 30 persen dari kese luruhan.63 Menurut perkiraan,
Makassar m engekspor sekitar 3.0 0 0 budak tiap tahun pada abad ke-18;
harga seorang budak 10 0 ringgit (f250 ).64 Ini berarti nilai ekspor budak
setiap tahun sebesar f750 .0 0 0 .
Kebijakan m on opoli yan g diterapkan VOC m en yebabkan
Makassar tertutup bagi pedagang asing. Produk dari luar, seperti
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 33
tekstil dari Gujarat dan India, hanya diim por oleh pedagang Belanda
dalam jum lah terbatas. Dalam perkem ban gan n ya, ke tika VOC
m engem bangkan hubungan niaga dengan Cina untuk m em peroleh
produk negeri itu, seperti teh, sutra, bahan sutra, porselin, dan gong
untuk dipasarkan di wilayah koloninya, Makassar kem bali terbuka bagi
kapal dagang Cina, yakni pada perm ulaan dasawarsa keem pat abad
ke-18. Kebijakan tersebut m em buat Makassar, selain sebagai bandar
perdagangan budak dan beras, m enjadi pusat perdagangan produk
Cina-produk laut.
pustaka-indo.blogspot.com
34 MA K A SSA R A BA D XI X
rem pah. Oleh karena itu pedagang Cina tidak dipandang sebagai
pesaing.
Setelah terbuka bagi jung Cina, Makassar m enjadi salah satu
pusat perdagangan produk Cina dan produk laut. Produk laut berupa
teripang, sisik penyu, agar-agar, dan kerang. Diper dagangkan pula
kom oditas lain, yang dibawa oleh pelaut dan pedagang Bum iputra,
seperti kayu cendana, lilin, dan sarang burung. Lantaran pelayaran
niaga bergantung pada m uson, m aka puncak perdagangan atau “pasar
utam a” (m ata passara) ber langsung pada J uni.
Pedagang Cina datang dengan m em anfaatkan angin m u son utara
pada J anuari dan tiba pada Februari. J ung yang digunakan biasanya
m em bawa lebih dari seratus orang, awak kapal dan penum pang,
dan berm uatan sekitar 40 0 last atau 8 0 0 ton . Lan taran tidak
diperkenankan m elakukan pelayaran ke kepulauan bagian selatan
atau tim ur, m ereka harus m enunggu pedagang dan pelaut yang
m em bawa produk perm intaan m e reka di Makassar (Februari-J uni).
Sem entara itu pedagang, pelaut, dan nelayan setem pat m encari dan
m engum pulkan produk ketika m uson utara telah m encapai perairan
Laut Flores, yaitu pada Februari.
Sutherlan d m en ggam barkan kegiatan jual-beli atau tukar-
m enukar antara pedagang Cina dan Bum iputra sebagai berikut:
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 35
pustaka-indo.blogspot.com
36 MA K A SSA R A BA D XI X
Tabel No. 1
Ekspor Produk dengan Menggunakan Jung Cina Makassar
1768-1788
PRODUKSI TAHUN
Kulit - - - - 1500 -
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 37
pustaka-indo.blogspot.com
38 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
A K A R- A K A R PEL A BU H A N MA K A SSA R 39
pustaka-indo.blogspot.com
BAB 3
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 41
pustaka-indo.blogspot.com
42 MA K A SSA R A BA D XI X
untuk m endapatkan teh, sutra, dan porselin. Pada Februari 1772, atas
instruksi dari London, Madras Select Com m ittee (Panitia Terpilih
Madras, disingkat MSC) m engirim Charles Desvoeux, seorang pegawai
EIC, ke Aceh guna m enjajaki hubungan untuk m endapatkan produk
yang akan dibawa ke Cina.
Pada waktu yang sam a, atas dorongan Francis Light, dikirim juga
Edward Monckton, rekanan dagang George Sm ith tatkala bertugas
di Madras sebagai kepala polisi sejak 1770 , ke Kedah untuk m enjalin
hubungan politik agar kehadiran Belanda dan Denm ark di wilayah itu
bisa dicegah.2
Dalam suratnya kepada Warren Hastings, Gubernur Be-ngal,
yang ditulis pada J anuari 1772, Light m engungkapkan keuntungan
yang dapat diraih bila Inggris tidak m em biarkan Kedah jatuh ke tangan
VOC. Light m em perkirakan, keuntungan dari perdagangan dengan
Kedah dapat m encapai em patjuta dollar Spanyol setahun, dan bila
dapat m em bantu pelayaran niaga Sultan Kedah keuntungan bertam bah
18.0 0 0 dollar Spanyol setahun. Kom oditas yang tercatat, antara lain,
beras, dam ar, rotan, lilin, kayu, sarang burung, em as, m utiara, sutra,
gading, lada, rem pah-rem pah, tim ah, dan candu.3
Apa yang ingin didapat Inggris adalah pelabuhan yang baik
dan am an sebagai entrepot di wilayah Malaka untuk produk Asia
yang dibutuhkan oleh Cina. Pelabuhan ini juga dipro yeksikan untuk
m enggantikan, atau sekurang-kurangnya m engim bangi, Malaka dan
Batavia, dua kota niaga VOC yang m e m ainkan peran penting dalam
perdagangan Sino-Asia Tenggara.4 Misi Monckton gagal karena tidak
berhasil m em bantu Sultan Muham m ad J iwa (Sultan Kedah) m engusir
orang Bugis dari Selangor. Dom inasi orang Bugis di Selangor dan Riau
m em ang dianggap m engancam kekuasaan raja-raja Melayu.5 Di pihak
lain, MSC tidak bersedia m engubah bentuk perse kutuan nya dengan
Kedah dari defensif m enjadi ofensif6 sehingga hubungan m ereka
berlangsung singkat.
Berbagai upaya In ggris tersebut terutam a didoron g oleh
m araknya perdagangan teh di Eropa, yang dim onopoli oleh Belanda.
Pedagang Inggris yang m engim por kom oditas ini dipandang sebagai
penyelundup. Faktor lain adalah m eningkat nya kunjungan pedagang
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 43
Cina ke Malaka sebagai dam pak pem bantaian orang Cina di Batavia
pada 1740 .7
Kendati belum begitu berpengaruh, posisi kom ersial Inggris di
Melayu lebih dom inan dibandingkan bangsa-bangsa Eropa lainnya
karena: pertam a, teknik maritim dan kartograi Inggris lebih maju.
Pada perm ulaan 1714 arm ada dagang Inggris adalah yang terbesar dan
terbaik di Eropa; pada 1780 -an Inggris m em iliki kapal berukuran 60 0 -
80 0 ton. Kedua, Inggris m engua sai wilayah produksi tekstil dan candu
di India, dua kom oditas yang laris di Asia Tenggara. Ketiga, pedagang
Inggris m enjual senjata disertai alih pengetahuan tentang pengolahan
m esiu dan penggunaannya.8
Pada 1780 Inggris m enyatakan perang terhadap Belanda untuk
m encegah keikutsertaan Belanda dalam League of Arm ed Neutrality
yang digalang oleh Rusia. Pada kesem patan itu Inggris juga berusaha
m enguasai beberapa koloni Belanda. Kaap de Goede Hoop (Tanjung
Harapan) diserang, nam un berhasil dipertahankan oleh VOC berkat
bantuan arm ada tem pur Prancis. Setahun kem udian, 1781, pesisir
Korom an del, Malabar, dan Ben gal berhasil diduduki, m en yusul
kem udian Pesisir Barat Sum atra dan Seilon pada 1782. Daerah yang
disebut terakhir berhasil direbut kem bali oleh Belanda berkat bantuan
Prancis. Perang dengan Inggris ini m engakibatkan Belanda rugi
besar sehingga berusaha untuk m engakhirinya. Pada 1784 ditanda-
tangani perjanjian dam ai yang isinya, antara lain, Inggris ber sedia
m engem balikan sem ua bekas koloni Belanda, kecuali Negapatnam ,
dengan syarat Belanda bersedia m em buka wila yah nya bagi perdagangan
bebas.9
Syarat yang diajukan Inggris itu dipandang oleh Belanda sebagai
ancam an terhadap ekonom inya, yang waktu itu sedang m elem ah.
Apalagi Inggris adalah pesaing utam a dalam perda gangan teh. 10
Oleh karena itu Belanda m erasa perlu m em per kuat dan m em perluas
kekuasaannya di kawasan Sem enanjung Malaka.
Pada akhir 1784 VOC berhasil m em aksa Sultan Mahm ud dari
Riau-J ohor un tuk m en an datan gan i suatu perjan jian yan g isin ya
m enyatakan bahwa wilayah sultan m erupakan pin jam an—tindakan
yang juga dilakukan terhadap Sultan Ibrahim dari Selangor pada J uni
pustaka-indo.blogspot.com
44 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 45
pustaka-indo.blogspot.com
46 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 47
pustaka-indo.blogspot.com
48 MA K A SSA R A BA D XI X
kem udian diperkuat dengan surat keputusan No. 4 tanggal 14 Desem ber
1818 untuk seluruh wilayah Hindia Belanda,30 dinyata kan:
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 49
Kapal Belanda dikenakan enam persen, kapal asing yang datang dari
Belanda sem bilan persen, dan kapal asing yang datang dari pelabuhan
asing 12 persen (Pasal 16).32 Pedagang Cina dikenakan tarif khu sus
berdasarkan tonase jung dan negeri asal m ereka (Pasal 19).
Tam pak jelas dari keputusan tersebut bahwa Pem erin tah
Hindia Belanda belum bersedia m em buka wilayahnya bagi pe da gang
asing. Kehadiran m ereka dianggap sebagai ancam an. Makassar, yang
m erupakan salah satu pelabuhan terpenting di kawasan Kepulauan
H in dia Belan da bagian tim ur, tidak diberi kesem patan un tuk
m eningkatkan posisinya sebagai pusat per dagangan produk laut.
pustaka-indo.blogspot.com
50 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 51
m en jadi 10 .683 jiwa: 74 orang Eropa, 4.580 orang Melayu, 317 orang
Cina, dan sisanya Bugis, J awa, Arab, dan Culia (Madras).42
Selan jutn ya, berken aan den gan usaha un tuk m en ata per-
m ukim an di Singapura, pada Oktober 1822 dibentuk sebuah dewan.
Dewan ini terdiri dari tiga orang Eropa dan seorang untuk m asing-
m asing kelom pok (Melayu, Bugis, J awa, Arab, dan Cina). Kebijakan
ini m erupakan strategi Inggris untuk m em pererat hubungan dengan
para pedagang, yang pada gilir annya dapat m eningkatkan hubungan
dengan wilayah asal m ereka, terutam a Cina. Pendek kata, dalam waktu
singkat Singapura tam pil se bagai m ercusuar kesuksesan Inggris m e-
ngua sai perdagangan di Tim ur J auh.43
Pedagang dan pelaut Sulawesi Selatan, yang datang dari berbagai
pusat perdagangan dan daerah produksi, baik di Sulawesi m aupun
Kalim antan, Nusa Tenggara, dan Maluku, m em banjiri bandar niaga
itu. Dem ikian pula dengan pedagang dan pelaut Melayu, J awa, dan
Cina. Kehadiran pedagang yang disebut terakhir m em buat Inggris tidak
perlu bersusah-payah m eningkatkan pela yaran ke Cina, karena produk
Cina yang dibutuhkan untuk pasar Eropa dapat dibeli di Singapura.
pustaka-indo.blogspot.com
52 MA K A SSA R A BA D XI X
1818, pajak im por yang ditarik lebih tinggi 475,86 persen dari yang
berlaku di Batavia. Pada 1823 perbedaan tersebut jauh lebih besar
lagi. Berdasarkan catatan tahun 1823, dari dua jung yang bertolak
dari Kanton Makassar m em peroleh pajak im por sebesar f26.398.
Data ini m e nun jukkan bahwa perbedaannya m enjadi 70 3,70 persen
dari sebelum 1818 dan 263,89 persen sesudahnya. Oleh karena itu
Makassar tetap dipertahankan sebagai arena perdagangan pro duk
Cina-produk laut antara pedagang Cina dan Bum iputra.
Sum ber pendapatan yang lain, seperti pajak perpuluhan padi dan
upeti wajib kerajaan taklukan, belum dapat direalisir karena kehadiran
Pem erintah Hindia Belanda ditolak oleh kera jaan-kerajaan sekutu di
Sulawesi Selatan. Selain itu wilayahnya yang potensial, Propinsi Bagian
Utara (Maros dan Pangkajene) dan Propinsi Bagian Selatan (Bantaeng
dan Bulukum ba), diduduki Bone.
Dalam pada itu, un tuk m elin dun gi m on opoli perdagan gan
rem pah-rem pah, Perjanjian Bungaya yang ditandatangani pada 1667
tetap berlaku hingga 1824. Perjanjian ini juga m em batasi pela yaran
Pribum i ke bandar niaga pem erintah dengan jalan m enge luarkan
persyaratan perahu dan surat keterangan ber layar yang sulit diperoleh,47
sehingga pedagang dari Sulawesi Selatan tidak pernah m engunjungi
Batavia. Pela buhan yang sering m ereka kunjungi, selain Makassar,
Ban jarm asin , dan Malaka, adalah Surabaya. 48 Ken dati dem ikian
tem pat kegiatan niaga m ereka yang terutam a adalah pelabuhan di luar
pengawasan Pem e rintah Hindia Belanda dan pelabuhan asing, se perti
di Kesultanan Sulu, di bandar niaga Inggris, dan di kerajaan-kerajaan
Melayu Malaka.
Dalam situasi seperti itulah Pem erintah Inggris m em bangun
Singapura untuk m enjadi pusat perdagangan Sino-Asia Tenggara.
Pelabuhan ini dengan segera m enjadi pusat kegiatan pedagang dan
pelaut dari Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Mandar, Buton, Bajo,
dan Melayu) dan Kepulauan Hindia Belanda. Hal ini m enyebabkan
pem erintah di Makassar m engam bil langkah antisipasi, kendati ke-
bijak an yang diam bil berten tangan dengan peraturan yang berlaku.
Itulah sebabnya ketika pelaut dari Makao, salah satu koloni Portugis
di daratan Cina, m engunjungi Makassar pada 1823 m ereka diterim a
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 53
dan diper laku kan selayaknya pedagang dari Cina. Padahal ketika itu
hubungan diplo m atik dengan Pem erintah Portugis belum ter jalin.49
Kebijakan itu diam bil dem i m em enangkan persaingan dengan
Inggris dalam m enguasai perniagaan dengan Cina. 50 Persaingan ketat
di antara kedua negara ini kem u dian m e nelurkan Traktat London
pada 1824.51 Isinya, antara lain, Belanda m engakui kedudukan Inggris
di Singapura, sem en tara Inggris berjanji tidak akan m endirikan
kantor dagang di pulau-pulau yang m enjadi wilayah J ohor dan tidak
akan m ela kukan perjanjian dengan penguasa setem pat (Pasal 12).
Belanda bersedia m enyerahkan Malaka kepada Inggris (Pasal 10 );
se m en tara Inggris m enyerahkan kekuasaannya di Sum atra (Pasal
9), yakni Belitung dan Daerah Taklukannya (Pasal 11), m engakui
m onopoli Belanda atas perdagangan rem pah-rem pah di Maluku, di
m ana Belanda m enutup wilayah itu bagi orang asing tetapi terbuka
bagi penduduk pribum i (Pasal 7). Masing-m asing pihak berjanji
untuk m em buka wilayah koloni m ereka bagi kegiatan niaga penduduk
m asing-m asing (Pasal 1).52
pustaka-indo.blogspot.com
54 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 55
pustaka-indo.blogspot.com
56 MA K A SSA R A BA D XI X
Tabel No. 1
Perbandingan Tarif Impor untuk Jung di Batavia dan Makassar
terkecil f8.000
Peraturan yang sam a juga berlaku bagi pedagang Eropa, term asuk
Belanda: kapal berbendera Belanda yang m em bawa kom oditas dari
sebelah barat dan tim ur Tanjung Harapan dipungut pajak 35 persen
setelah nilai barang dinaikkan 25 persen dari yang tercantum dalam
faktur; untuk kapal Eropa lainnya nilai barang dinaikkan 10 persen
(Pasal 9). Padahal kapal Belanda yang m engunjungi Batavia hanya
dipungut pajak sem bilan persen dari nilai barang setelah dinaikkan
30 persen; sem entara untuk kapal Eropa lainnya dipungut 12 persen.60
Terhadap kom oditas tertentu juga diberlakukan kebijakan yang
sam a. Candu yang diim por dari J awa, m isalnya candu Patna dan
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 57
Benares, dikenakan tarif f30 0 per peti, Malva dan Levan m asing-
m asing f20 0 dan f175 per peti. Bila diim por dari luar J awa, tarifnya
sebesar f350 per peti untuk dua jenis yang disebut pertam a dan f250
per peti untuk dua jenis yang disebut ter akhir.61 Contoh lain adalah
m inum an keras (alkohol): m inum an keras yang dibawa kapal asing
rata-rata dikenai pajak dua kali lebih besar ketim bang yang dibawa
oleh kapal Belanda. Candu dan alkohol adalah dua kom oditas yang
dim onopoli oleh pem e rintah. Penyalurannya hanya boleh dilakukan
oleh pachter, pem egang hak m onopoli penjualan. Pachter untuk
candu um um nya adalah pedagang Cina, sem entara untuk alkohol
(term asuk tuak) tetap pem erintah.
Kebijakan pajak di Makassar tersebut, bila dikaji lebih jauh,
berkaitan erat den gan tan ggapan Raad van Fin an cien (Dewan
Penasihat Keuangan) terhadap para penentang penu tupan pelabuhan
di sebelah tim ur Batavia bagi jung Cina. Intinya, Raad van Financien
lebih m em prioritaskan kepentingan Batavia dan berusaha m encegah
perdagangan liar.62 Alhasil, Makassar pun sem akin sunyi. Gubernur
Makassar, J ean Frederick Theodore Maijor (18 23-18 33), dalam
suratnya kepada pem erintah di Batavia tertanggal 28 J uni 1829 No.
85, m enya takan bahwa sejak 1828 tidak ada lagi jung yang berlabuh
di Makassar. Akibatnya, pedagang dan pelaut Bum iputra m e neruskan
pelayaran ke pelabuhan lain, terutam a Singapura. Oleh karena itu
Maijor m enyarankan kepada pem erintah pusat agar m eninjau kem bali
keputusan tahun 1824.
Atas surat Maijor tersebut, pada 11 Agustus 1829 pe m e rintah
di Batavia m engeluarkan resolusi yang intinya m enya takan: ekspor
tripang ke J awa atau pelabuhan lain di wilayah Hindia Belanda bebas
pajak asalkan ada uang jam inan. Uang jam inan ini dapat diam bil
kem bali dengan m enunjukkan bukti bahwa produk tersebut tidak
diekspor ke negara asing.63 Agak nya resolusi tersebut tidak begitu
m enarik bagi pedagang. Buktinya, waktu itu hanya seorang pedagang
yang m engekspor teripang ke wilayah Pem eritah Hindia Belanda,
yaitu Tjoa Ganko, sebanyak 240 pikul. Hal ini kem ungkinan besar
berhu bungan dengan kecilnya perputaran m odal di Makassar waktu
itu, sebagaim ana dikatakan oleh Schuurm an pada 1838. Schuurm an
pustaka-indo.blogspot.com
58 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 59
keputusan yang isinya antara lain: 1) pajak im por bagi jung di Makassar
untuk sem entara sam a dengan yang berlaku di Batavia; 2) pajak ekspor
untuk sem entara dikurangi hingga m encapai enam persen; 3) pajak
bagi kapal Belanda dan perahu Bum iputra yang disam akan, yang
m em bawa barang ke pelabuhan asing, untuk sem entara tidak lebih dari
enam persen.69
pustaka-indo.blogspot.com
60 MA K A SSA R A BA D XI X
tarif seperti yang berlaku di J awa (Pasal 3); kapal asing yang m em bawa
produk dari wol dan katun dikenakan tarif seperti yang berlaku di
J awa: dari negara asing tetapi diangkut dari Belanda dipungut pajak
12,5 persen, sem entara yang diangkut dari pelabuhan asing di se belah
barat Tanjung Harapan dipungut 25 persen dan dari sebelah barat
Tanjung Harapan 35 persen. Barang yang berasal dan diangkut dari
Belanda bebas pajak (Pasal 4); candu yang diim por dari pelabuhan
di luar wilayah pem erintahan dikenakan tarif lebih tinggi sekitar 15
persen (Pasal 7) dan untuk rokok/ cerutu lebih tinggi 10 0 persen (Pasal
9); im por tem bakau Bali dan gam bir dipungut pajak sebesar dua persen
(sebelum nya enam persen) dan candu em pat persen (sebelum nya 12
persen); pajak im por dan ekspor untuk jung dan wangkang tetap sam a
sebagaim ana yang diatur dalam Surat Keputusan 17 Agustus 1830 ;
im por produk Cina oleh pedagang lain dipungut pajak enam persen.
Ekspor ke pelabuhan lain dalam wilayah Hindia Belanda bebas pajak
(Pasal 18 dan 22) dan ke pelabuhan asing dipungut enam persen
(sebelum nya 12 persen); kapal Bum iputra ke pelabuhan bebas Riau
dipungut dua persen (Pasal 21).
Tam pak sekali peraturan tarif yan g baru tersebut han ya
m em pertim bangkan kepentingan niaga Belanda. Oleh karena itu tidak
m engherankan bila D.B. Schuurm an m elaporkan bah wa peraturan
tersebut m em buat perdagangan di Makassar ham pir m encapai titik
paling sunyi.74 J ung Cina belum juga berlabuh di Makassar sehingga
produk laut yang dibawa oleh pedagang dan pelaut Bum iputra hanya
sebagian kecil yang terbeli. Itupun oleh pedagang Makao. Setiap
tahun Pelabuhan Makassar hanya dikunjungi satu wangkang Cina
berbendera Portugis (Makao). Sem entara itu padewakang (perahu
dagang penduduk) yang datang setiap tahun sekitar tujuhpuluh buah,
dengan daya m uat m asing-m asing antara 10 -70 koyang (sekitar 310 -
2.171 kg). Bahkan pedagang dari Makao seringkali m em beli produk
secara kredit, ketika berlangsung pasar utam a, dengan jangka waktu
pem bayaran tiga sam pai enam bulan, bahkan ada yang sem bilan bulan.
Pedagang dan pelaut Bum iputra sendiri um um nya m enghendaki
perdagan gan barter. 75 H al in i m en im bulkan kesulitan bagi para
pedagang di Makassar, karena barang yang diim por dari J awa sangat
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 61
pustaka-indo.blogspot.com
62 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 63
pustaka-indo.blogspot.com
64 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 65
pustaka-indo.blogspot.com
66 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 67
laut. Dalam surat tuntutannya kepada Sultan Sulu, yang dibawa oleh
suatu arm ada yang berangkat pada April 1848, pem erintah m enegaskan
kepada Sultan Sulu agar m enem ukan dan m enyerahkan saudara Sultan
Bacan dan penduduk Hindia Belanda yang ditawan oleh pe rom pak dari
Sulu dalam jangka waktu 3 x 24 jam .10 1 Bila tuntutan itu tidak dipenuhi,
arm ada pem erintah akan m enggem pur m arkas pertahanan dan istana
sultan. Peristiwa ini m enjadi salah satu faktor penting yang m endorong
Pem e rintah Spanyol di Manila ikut giat m em berantas bajak laut di
wilayah nya.
Lebih jauh lagi, Pem erintah H india Belanda juga m enjalin
kerjasam a dengan kerajaan Bum iputra. Kendati dem ikian dalam
kerjasam a yang disepakati Pem erintah Hindia Belanda “m enye lipkan”
kepentingan ekonom i dan politiknya. Hal ini tam pak dalam perjanjian
dengan Toratea (Bangkala, Binam u, Laikang pada 1849), Mandar (30
Mei 1850 ), Buton (30 Desem ber 1854), Sidenreng (23 Septem ber 1854),
Baru (26 Oktober 1854), Ta nette (8 Septem ber 1856), Bim a, Sum bawa,
Dom pu, dan Sanggar (7 Februari 1865). Dalam berbagai perjanjian
ini penguasa Bum iputra, m isalnya, hanya diperbolehkan m elakukan
per dagangan dengan Belanda 10 2 dan digunakan sebagai alat untuk
untuk m engem bangkan tanam an dagang seperti kopi, tebu, kapas,
kelapa, dan coklat. Kopi, m isalnya, yang sebelum nya hanya dijum pai di
daerah Bantaeng, diusahakan pula oleh Kerajaan Gowa.10 3 Pada 1860
pem erintah m engim por bibit kopi dan m endorong penduduk untuk
m engusahakannya di daerah pegunungan Distrik-distrik Bagian Utara
(sebelum nya disebut Propinsi Bagian Utara). Setelah Kerajaan Bone
ditaklukkan (1860 ), kopi juga dibudidayakan di kerajaan tersebut.
Pem e rin tah, dalam jum lah tertentu, m em un gut hasiln ya sebagai
pajak.10 4 Dalam perkem bangannya, selain hasil panen, pem e rintah juga
m e m ungut pajak uang (f3 dan 12 kati kopi setiap keluarga).10 5
Berbagai kebijakan pem erintah tersebut berhasil m enem patkan
Makassar sebagai pelabuhan internasional dan transito terbesar di
wilayah Kepulauan Hindia Belanda bagian tim ur. Perahu dagang
Bum iputra dari kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan m aupun Bali,
Tim or, Maluku, Papua, dan pesisir barat dan tim ur Kalim antan
m em banjiri Makassar dengan m em bawa dagangan m ereka. Dem ikian
pustaka-indo.blogspot.com
68 MA K A SSA R A BA D XI X
pula dengan pedagang asing, baik dari Eropa (Belanda, Inggris, J erm an,
Prancis, Norwegia, dan Swedia), Singapura, J awa, Madura, Am erika,
Cina, dan Australia. Perusahaan-perusahaan dagang pem erintah dan
swasta berkem bang sehingga perdagangan di kota ini m eningkat.10 6
Pen dek kata, Makassar berkem ban g sebagai pusat per-
dagangan berbagai kom oditas (produk dari Eropa, Cina, Asia, dan
Kepulauan H india Belanda). Dalam waktu duapuluh lim a tahun
volum e perdagangan di Makassar m e ningkat sekitar 515,69 persen,
sem entara Singapura hanya sekitar 373,95 per sen.10 7 Antara 1847-1873
Makassar jauh lebih berkem bang daripada Singapura setelah dijadikan
“pelabuhan bebas”.
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 69
pustaka-indo.blogspot.com
70 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 71
pustaka-indo.blogspot.com
72 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 73
Sum bawa (16 J uli 1889), Soppeng (5 Oktober 1889), Palos (18 Mei
1890 ), Donggala (19 Mei 1890 ), dan lainnya. Selain perjanjian baru,
ditandatangani pula perjanjian ulang yang m em uat larangan tersebut,
seperti dengan Kerajaan Luwu (1 April 1889),130 dan pengakuan sebagai
bagian dari wilayah Pem erintah Hindia Belanda, seperti dengan
Kerajaan Sidenreng (28 Oktober 1886). Bila dikaji lebih jauh, tujuan
utam a dari berbagai perjanjian tersebut adalah “m en dorong” kerajaan-
kerajaan Bum iputra untuk tetap m enjalin hubungan dagang dengan
Pem erintah Hindia Belanda.1 31
Berbagai pen olakan atas ren can a Batavia un tuk m en gubah
beberapa “pelabuhan bebas” m enjadi wajib pajak rupanya didengar
juga. Secara diplom atis Spren ger van Eyck m en yatakan , sebuah
pelabuhan akan tetap ber ke dudukan sebagai “pelabuhan bebas” apabila
m erupakan pela buhan transito terpenting.132 Berdasarkan pernyataan
ini m aka Makassar m asih ber kedu dukan sebagai “pelabuhan bebas”,
ken dati dikatakan bahwa kepu tusan terakhir ada pada Men teri
Koloni.133 Bisa ditebak, jika Menteri Koloni m engajukan rencana itu
dalam sidang parlem en, yang ketika itu dikuasai oleh Partai Liberal
serta kelom pok pengusaha dan hum anis,134 pasti ditolak.
pustaka-indo.blogspot.com
74 MA K A SSA R A BA D XI X
itu pada 1896 dilakukan penelitian. Dalam lapor annya ter tanggal 30
Novem ber 1896, Inspektur Kepala Adm inistrasi Pajak Im por dan
Ekspor dan Cukai m em perkirakan, pem erintah dapat m enam bah
pendapatan sekitar f682.0 0 0 (rinciannya: f70 0 .0 0 0 dari pajak im por
dan ekspor, f82.0 0 0 dari pungutan ganti rugi pelaksanaan wajib pajak
dari kerajaan-kerajaan Bum iputra, dikurangi pengeluaran f10 0 .0 0 0 ).
Menurut pe nelitian itu, Makassar tidak m em ainkan peran penting
sebagai pelabuhan transito. Perbandingan antara kom oditas im por
dan kom oditas transit ternyata 72:10 atau 10 0 :14.136 Oleh karena itu
kebijakan wajib pajak hanya akan m em erosotkan volum e per dagangan
di Makassar sekitar 22 persen.137
Kam ar Dagang dan Industri di Makassar dan Surabaya m enolak
hasil studi itu, karena data yang dipakai hanya berasal dari tahun
1893-1895. Mereka juga m enolak perhitungan yang m enyangkut pajak,
karena antara barang produktif dan tidak produktif tidak dibedakan.138
Bertolak dari keadaan per da gangan pada um um nya, m ereka m enilai
bahwa kebijakan pela buhan wajib pajak akan m em erosotkan
perdagangan Makassar dan lebih m enguntungkan Singapura.139
Kam ar Dagang di Am sterdam , yang juga m ewakili lem baga sejenis
di Delft dan Hengelo, m elancarkan protes yang sam a. Sebagaim ana
Kam ar Dagang dan Industri di Hindia Belanda, m ereka berpendapat
bahwa Makassar adalah pusat terpenting kom oditas im por dan ekspor
dari Kepulauan Hindia Belanda bagian tim ur dan Tim or Portugis.140
Kebijakan itu juga akan m enyebabkan produk industri Belanda kalah
bersaing dengan produk dari Inggris, karena harganya m enjadi lebih
m ahal.
Menanggapi sem ua protes tersebut Menteri Koloni m enga takan,
berdasarkan penelitian yang disam paikan pada 1898, Makassar tidak
berfungsi sebagai pelabuhan transito.141 Kendati dem ikian Menteri
Kolon i m en erim a beberapa usul m en yan gkut kepen tin gan pasar
Belanda, sehingga ia berjanji akan m em per tim bangkan kebijakan
bebas pajak ekspor dari Makassar ke Belanda untuk kopra, rem pah-
rem pah, kulit kerang, dan sisik. Sem ua produk ini sangat laku di
Belanda.142
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 75
pustaka-indo.blogspot.com
76 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PERDA GA N GA N 1 8 0 0 - 1 9 0 6 77
ber dasarkan Pidato Takhta (Troon Rede) Ratu Belanda pada 190 1,
landasan Politik Etis di Hindia Belanda sekaligus pernyataan diplom atis
untuk m em benarkan penguasaan kera jaan-kerajaan Bum iputra.
Oleh karena itu tidak berlebihan bila Dirk Fock—kem u dian
m en jadi Gubern ur J en deral (1921-1926)—m en yatakan , ekspedisi
m iliter tersebut digelar karena penguasa Bum iputra tidak m enaati
perjanjian dan bersikap tidak adil terhadap rakyatnya; dan khusus
terhadap Kerajaan Gowa ditam bah tu duhan sebagai tem pat pelarian
para pencuri dan dedengkot penadah barang curian.151 Menurut
Cram er, Pem erin tah H in dia Belan da berkewajiban m elakukan
tindakan bersenjata karena bertanggungjawab atas kepulauannya.152
Pernyataan ini seakan m em benarkan tindakan tersebut sebagai tugas
suci untuk m engadabkan, m em ajukan, dan m em aslahatkan penduduk
Bum iputra seperti rum usan Politik Etis Kabinet A. Kuiper pada 190 1.153
Tentu saja Paciicatie politiek hanyalah sebuah kedok. Hal ini
tam pak dari pernyataan H. van Kol dan E.B. Kielstra 154 dan tuntutan
yang diajukan kepada penguasa Bum iputra. Kepada Kerajaan Bone,
m isalnya, dituntut tiga hal, yaitu: kerajaan diharuskan m enandatangani
penyerahan wilayahnya kepada Pem erintah Hindia Belanda, m enyetujui
gantirugi penarikan pajak ekspor dan im por, dan m engakui hak
Pem erintah Hindia Belanda untuk m enguasai pelabuhan kerajaan dan
m enem patkan polisi di pelabuhan itu.155 Lantaran m enolak tuntutan
tersebut, Bone ditaklukkan pada 30 J uli 190 5; m enyusul kem u dian
Kerajaan Luwu, Gowa, Sidenreng, dan Wajo. Ekspedisi m iliter yang
digelar pem erintah akhirnya berhasil m em aksa kerajaan-kerajaan
berdaulat di Sulawesi Selatan untuk m e nandatangani Pernyataan
Pendek.
Di beberapa kerajaan taklukan ditem patkan pejabat pem e rintah
untuk m enangani langsung pem erintahan dan perda gangan, seperti
di Bone, Luwu, dan Pare-Pare. Di kerajaan-kerajaan lain penguasa
setem pat m asih difungsikan.156
Setelah kerajaan -kerajaan pribum i ditaklukkan , Pe m e rin tah
Hindia Belanda m engeluarkan surat keputusan ter tanggal 27 J uni 190 6,
yang isinya m enyatakan bahwa m ulai 1 Agustus 190 6 Makassar berubah
m enjadi pelabuhan wajib pajak; 157 m enyusul kem udian pelabuhan
pustaka-indo.blogspot.com
78 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
BAB 4
pustaka-indo.blogspot.com
80 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 81
pustaka-indo.blogspot.com
82 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 83
dari Sula wesi, 36 perahu dari Nusa Tenggara (Bali dan pulau-pulau
sekitarnya), dan 176 perahu dari Kalim antan.19
Dalam perkem bangannya, berdasarkaan laporan petugas pajak
im por dan ekspor antara 1840 -1842,20 kunjungan perahu dagang
Bum iputra ke Makassar sem pat m eningkat, sebagaim ana diper lihatkan
dalam tabel berikut:
Tabel No. 1
Perahu Bumiputra yang Mengunjungi Pelabuhan Makassar
1840-1842
pustaka-indo.blogspot.com
84 MA K A SSA R A BA D XI X
Grafik No. 1
Lalu-lintas Perahu Dagang Bumiputra Makassar
1846-1908
Pada tahun pertam a (1847) jum lah perahu yang berlabuh 1.559
buah dan yang bertolak 1.525 buah. Tahun berikutnya, 1848, secara
berurutan, m eningkat m enjadi 3.0 25 buah dan 3.10 6 buah. Dari
jum lah ini perahu yang datang dari wilayah pem erintahan langsung
dan kerajaan sekutu, secara berurutan pada 1847, 1.30 2 buah dan 63
buah, sem entara yang bertolak 1.122 buah dan 78 buah. Pada tahun
berikutnya, 1848, yang berlabuh 2.858 buah dan 15 buah, sem entara
yang bertolak 2.796 buah dan 21 buah.24
Sem en tara itu, faktor-faktor apakah yan g m em pen garuhi
berkurangnya kunjungan perahu dagang kerajaan sekutu pada 1848?
Pertam a, pertentangan politik antara pem erintah dan Kerajaan Bone
gara-gara diubahnya gelar gubernur. Kerajaan Bone m em andang
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 85
perubahan gelar itu sebagai niat Pem erintah Hindia Belanda untuk
m engklaim wilayah kerajaannya sebagai wilayah pem erintah.25 Kedua,
diterapkannya “pelabuhan bebas” di beberapa pelabuhan lain. Ketiga,
pedagang Inggris dan Cina yang berpusat di Singapura m em perluas
daerah pelayarannya ke wilayah di sebelah tim ur dan berhubungan
dengan pedagang Cina, Arab, dan Bum iputra yang bergiat di wilayah
tersebut.26
Graik No. 1 juga menunjukkan penurunan kunjungan perahu
Bum iputra setelah 18 64. Pen yebabn ya: pertam a, pem e rin tah
m em buka beberapa pelabuhan kecil di sekitar Makassar dan sejak
1865 m eniadakan kewajiban pencatatan terhadap perahu Bum iputra,
terutam a yang datang dari daerah pem e rintahan langsung. Dem ikian
pula terhadap perahu yan g m en jalin hubun gan dagan g den gan
Makassar dan kerajaan sekutu enam tahun kem udian, 1871.27 Kedua,
Makassar berkem bang sebagai pelabuhan transito dan m araknya
pem akaian kapalapi.
Untuk periode setelah 190 5, kunjungan perahu Bum iputra ke
Singapura dapat dilihat dalam penelitian L. van Vuuren tentang
pelayaran penduduk di Mandar dan Pare-Pare pada perm ulaan abad
ke-20 .28 Dicontohkan, seorang pedagang m e nye rahkan perahunya dan
m em biayai pelayaran niaga kepada seorang nakhoda sekitar f4.50 0 .
Perahu dagang tersebut per tam a-tam a berangkat ke Singapura dengan
m em bawa pro duksi dari daerah itu (rotan dan kapuk) pada bulan
Oktober, m enje lang akhir m uson tim urlaut. Setelah m enjual produksi
yang dibawa dan m em beli kom oditas kebutuhan penduduk (tem bikar,
katun cita, benang tenun putih, kain belacu, kapur barus, pisau, korek
api, dan lainnya) m ereka berlayar ke pela buhan Mejene. Di pelabuhan
ini m ereka m enjual 25 persen kom oditas yang diperoleh dan m em beli
produksi penduduk untuk pasaran di Maluku, seperti sarung, tali
pancing, dan berjenis-jenis tali jangkar. Pada bulan J anuari m ereka
m en e ruskan pelayaran ke Maluku m elalui Pare-Pare, Kepulauan
Sperm onde (terutam a Salem o, Barang Lom po, dan Kodingareng)
terus ke Bantaeng, Balanipa, Tukang Besi, dan selanjutnya ke Am bon.
Setelah m enjual kom oditas atau m e nukarkan dengan produksi lokal
seperti kopra, sisik, tripang, kulit kerang, tanduk rusa, kulit rusa, dan
pustaka-indo.blogspot.com
86 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 87
pustaka-indo.blogspot.com
88 MA K A SSA R A BA D XI X
Grafik No. 2
Pelayaran Niaga Inggris Singapura-Makassar
1846-1878
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 89
pustaka-indo.blogspot.com
90 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 91
pustaka-indo.blogspot.com
92 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 93
pustaka-indo.blogspot.com
94 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 95
pustaka-indo.blogspot.com
96 MA K A SSA R A BA D XI X
kecil lainnya di Maluku dan Nusa Tenggara. J uga untuk jalur pelayaran
tetap Makassar-Bantaeng-Bulu kum ba-Selayar-Buton.70
Ketika pecah krisis ekonom i dunia pada 1880 , se bagaim ana
banyak negara Eropa lainnya, Pem erintah Hindia Belanda m enerapkan
kebijakan proteksi.71 NHM, yang sejak dihapusnya perjanjian konsinyasi
pada 1870 bertindak sebagai perusahaan sendiri, kem bali diberi hak
istim ewa untuk m engatur per dagangan dan m em onopoli produksi
un tuk pasar Eropa.72 Sem en tara itu NISM diberi hak m on opoli
pelayaran pesisir dengan m enggunakan kapalapi, sehingga pada tahun
itu yang tercatat m elakukan pelayaran pesisir di Hindia Belanda hanya
kapalapi.
Kendati dem ikian m onopoli pelayaran itu tidak ber langsung lam a,
karena NISM yang dikelola oleh perusahaan Inggris (BISN) agaknya
tidak m enyukai kebijakan tersebut. Sikap ini tam pak dari m enurunnya
kunjungan kapal ke Makassar. J ika pada 1880 jum lah kapal yang
m engunjungi Makassar sebanyak 48 buah dan yang berangkat 52 buah
m aka pada tahun ber ikutnya hanya 10 kapal yang berlabuh dan em pat
kapal yang bertolak.73 Oleh karena itulah pem erintah m em perbarui
kontrak dengan NISM (Surat Keputusan 14 J uli 1881 No. 27), yang
isinya antara lain m em batalkan hak m onopoli pelayaran pesisir 74 dan
m enata kem bali jalur pelayaran. Dalam jalur pelayaran yang baru ini
terdapat tiga jalur pelayaran di Kepulauan Hindia Belanda bagian
tim ur. Pertam a, jalur No. 11: Surabaya, Makassar, Am boina, Banda,
Am boina, Buru, Bacan, Ternate, Goron talo, Menado/ Kem a, Am urang,
Toli-Toli, Palu, Pare-Pare, Makassar, dan Surabaya. Kedua, jalur No.
12: Makassar, Bantaeng, Bulukum ba, Selayar, Sinjai, Palopo, Buton,
Kendari dan kem bali ke Makassar m elalui jalur yang sam a. Ketiga,
jalur No. 13: Makassar, Bim a, Nangam essi, Sabu, Rote, Kupang,
Atapupu, Kupang, Larantuka, Maum ere, Bim a, dan Makassar.
Dua tahun kem udian kontrak tersebut diperbarui lagi (Surat
Keputusan 30 Maret 1883 No. 7), di m ana jalur No. 11 dan 13 m asing-
m asing dikem bangkan m enjadi dua jalur sehingga sem uanya m enjadi
lim a jalur. Dua jalur berpangkal dari Surabaya dan tiga lainnya dari
Makassar. J alur sebelum nya, No. 11a dan jalur No. 13a, ditam bah
dengan jalur No. 11b: Surabaya, Makassar, Pare-Pare, Palu, Toli-Toli,
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 97
pustaka-indo.blogspot.com
98 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 99
pustaka-indo.blogspot.com
100 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 101
pustaka-indo.blogspot.com
102 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 103
pustaka-indo.blogspot.com
104 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 105
pustaka-indo.blogspot.com
106 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 107
pustaka-indo.blogspot.com
108 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K EBI J A K A N PEL AYA RA N N I A GA 109
pustaka-indo.blogspot.com
BAB 5
Perdagangan Makassar
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 111
Grafik No. 1
Nilai Pajak Impor-Ekspor Makassar: 1800-1823
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
112 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 113
pustaka-indo.blogspot.com
114 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 115
pustaka-indo.blogspot.com
116 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 117
Grafik No. 2
Nilai Impor-Ekspor Makassar: 1830-1846
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
118 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 119
Tabel No. 1
Nilai Impor-Ekspor Jawa-Makassar: 1830-1846
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
120 MA K A SSA R A BA D XI X
ton. J enis teripang (terdapat sekitar 35 jenis teripang) yang term ahal
pada 1823 adalah teripang pasir Ko dingaren, yaitu f20 0 per pikul (62,5
kg), dan yang term urah adalah teripang putih kelas dua, yaitu f24
sepikul.27 Sem entara harga sisik penyu bervariasi antara f1.50 0 -f2.50 0
sepikul, sesuai dengan jenis dan kualitasnya.
Faktor lain yan g m em pen garuhi m en urun n ya perda gan g-
an Makassar-J awa adalah kurang giatnya pedagang yang bekerja
untuk NHM m enjalin hubungan dengan pedagang lain. Schuur m an
m enyatakan, m ereka kurang berikhtiar untuk m en jalin hubungan
dengan pedagang lain di Makassar dalam m e m asar kan produk im por
dan m em beli produksi penduduk.
Tabel No. 2
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Cina (Makao): 1832-1846
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 121
Tabel No. 3
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Singapura: 1830-1846
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
122 MA K A SSA R A BA D XI X
Tabel No. 4
Nilai Impor-Ekspor
Makassar-Kepulauan Hindia Belanda Bagian Timur: 1830-1846
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 123
pustaka-indo.blogspot.com
124 MA K A SSA R A BA D XI X
sem entara yang terjual hanya f25.0 0 0 per tahun.35 Barang selundupan
lainnya adalah sutra, porselin Cina, benang, dan lain sebagainya.
Selain oleh Pribum i, penyelundupan dilakukan oleh pe dagang
Cina, pedagang yang bekerja untuk NHM, serta pejabat pem erintah
sendiri. Oleh karena itu kegiatan ini sulit diberantas. Indikasi adanya
keterlibatan pihak NHM dan peja bat pem e rintah bisa dilihat dari
beberapa hal: pertam a, kapal pem berantas bajak laut yang ditem patkan
oleh pem erintah di sekitar Makassar tidak efektif. Kedua, kendati
penyelundupan m erugikan pem erintah dan NHM, tapi tidak ada
keluhan dari m ereka. Ketiga, penelitian atas kegiatan tersebut selalu
m engalam i kesulitan, sebagaim ana dikatakan oleh Schuurm an.36
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 125
Grafik No. 3
Nilai Impor-Ekspor Makassar: 1846-1908
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
126 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 127
seperti harga kopi dari Gowa, Sidenreng, dan Tim or, NHM tidak dapat
bersaing dengan pedagang lain. Um um nya NHM m enetapkan harga
beli yang rendah dengan dalih kualitas produknya jelek. Padahal,
dalam kasus kopi, m isalnya, Van Gennep m enyatakan bahwa produk
yang dikatakan berkualitas jelek itu m em enuhi standar pasar Eropa.
Akibatnya, penduduk m em ilih untuk m enjual produk m ereka kepada
pedagang lain atau m engekspor sendiri ke Singapura. Pegawai NHM
juga terkenal congkak.48 Sem ua ini dikatakan m em pengaruhi kegiatan
im por-ekspor antara Ma kassar dan J awa.
Graik berikut menggambarkan perkembangan kegiatan impor-
ekspor antara Makassar dan J awa.49
Grafik No. 4
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Jawa: 1846-1870
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
128 MA K A SSA R A BA D XI X
tersedianya jum lah kapal. Am bil m isal data tahun 1858. Pada tahun ini
tercatat 67 kapal yang m elayani im por dari J awa, 59 di antaranya kapal
Belanda, tetapi jum lah barang yang dibawa hanya 4.935 last (9.870
ton) dengan nilai f1.181.974. Tahun berikutnya, 1859, kegiatan im por
hanya dilayani oleh 28 kapal, 23 di antaranya kapal Belanda, tetapi
barang yang dibawa 12.261 last (24.522 ton) senilai f1.724.724.
Ken dati pem erin tah berusaha m en in gkatkan perdagan gan
Makassar-J awa, para pedagan g tetap cen derun g m en ggun akan
Singapura sebagai tem pat berdagang. Seringkali pedagang di Batavia
hanya sekedar m engirim pegawai dan kapal sewaan ke Makassar untuk
m em beli kom oditas tertentu di Makassar dan langsung m engekspor ke
luar negeri, seperti yang dilakukan oleh perusahaan Bussing Schroder
& Co. pada 1876.50 Selain tarif angkutan di Singapura lebih m urah,
beberapa kom oditas untuk pasar Eropa, seperti getah perca, sisik, dan
kerang, diolah terlebih dahulu di Singapura.51
Pada periode selanjutnya, KPM berhasil m em udarkan peran
perusahaan jasa angkutan laut asing karena perusahaan ini m em onopoli
pelayaran di jalur yang disubsidi m aupun jalur pelayaran yang tak
disubsidi, yang sering disebut dengan “m ono poli pelayaran pesisir”.
Akibat dari kebijakan ini, volum e per dagangan jalur Makassar-J awa
dapat dilihat dalam graik ini.52
Grafik No. 5
Volume Perdagangan Makassar-Jawa dan Madura
1846-1908 (dalam ton)
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 129
Grafik No. 6
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Jawa dan Madura: 1846-1891
(dalam ton)
pustaka-indo.blogspot.com
130 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 131
pustaka-indo.blogspot.com
132 MA K A SSA R A BA D XI X
Grafik No. 7
Nilai Impor-Ekspor Perdagangan Makassar-Pelabuhan Asing:
1846-1870 (dalam gulden)
Tam pak sekali perdagangan antara Makassar dan pela buhan asing
pada periode itu naik-turun. Beberapa faktor yang m em pengaruhi:
pertam a, jadwal pelayaran Makassar-Singapura, Makassar-Cina, dan
Makassar-Eropa tidak tetap. Kedua, m e nyangkut kem erosotan yang
terjadi setelah 1860 , terbukanya pelabuhan Menado dan Kem a bagi
hubungan niaga dengan pelabuhan asing, khususnya Singapura dan
Cina. Ketiga, Ma kassar hanya dijadikan pintu gerbang oleh pedagang
asing dalam hubungan dengan Cina. Pedagang Inggris dan Cina di
Singapura, m isalnya, datang ke Makassar hanya untuk m elayani
angkutan ke Cina; kapal-kapal Inggris tidak pernah tercatat m elayani
pelayaran dari salah satu pela buhan di Cina ke Ma kassar sebelum 1865.
Dem ikian pula dengan sebagian besar kapal Eropa. Ada pula kapal
yang disewa oleh pedagang di Makassar untuk m elayani angkutan
im por dan ekspor, seperti kapal-kapal J erm an, Denm ark, dan Prancis.
Hal ini m enye babkan ekspor Makassar ke Cina lebih tinggi dari im por
dari Cina, sebagaimana dapat dilihat dalam graik berikut:65
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 133
Grafik No. 8
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Cina: 1846-1870
(dalam gulden)
Grafik No. 9
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Eropa: 1847-1870
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
134 MA K A SSA R A BA D XI X
Grafik No. 10
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Singapura: 1847-1870
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 135
Grafik No. 11
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Pelabuhan Asing: 1846-1908
(dalam ton)
Grafik No. 12
Pelayaran Kapal-kapal yang Terdaftar di Singapura antara
Makassar dan Luar Hindia Belanda: 1879-1908
pustaka-indo.blogspot.com
136 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 137
Grafik No. 13
Nilai Impor-Ekspor
Makassar-Kepulauan Hindia Belanda Bagian Timur: 1846-1870
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
138 MA K A SSA R A BA D XI X
Grafik No. 14
Nilai Impor dan ekspor Makassar-Kerajaan Sekutu di Sulawesi Selatan
1846-1870 (dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 139
Grafik No. 15
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Sumbawa: 1846-1870
(dalam gulden)
Grafik No. 16
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Maluku dan Timor: 1846-1870
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
140 MA K A SSA R A BA D XI X
Grafik No. 17
Nilai Impor-Ekspor Makassar-Kalimantan: 1846-1870
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 141
pustaka-indo.blogspot.com
142 MA K A SSA R A BA D XI X
Grafik No. 18
Nilai Impor-Ekspor
Makassar-Kepulauan Hindia Belanda Bagian Timur: 1868-1908
(dalam ton)
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 143
Grafik No. 19
Nilai Impor-Ekspor Makassar: 1830-1908
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
144 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
PERDA GA N GA N MA K A SSA R 145
pustaka-indo.blogspot.com
BAB 6
Kota Pelabuhan
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 147
pedagang, dan pelaut Bum iputra (Melayu, Bugis, dan Makassar). Ada
kesan pem erintah m engabaikan pem ukim an penduduk, sebagaim ana
digam barkan oleh Francois Valentijn pada per m ulaan abad ke-18 dan
Alfred Russel Wallace pada awal paruh kedua abad ke-19.3
Pada 1677 para bangsawan Kerajaan Gowa diijinkan m em -
bangun perm ukim an di selatan Fort Rotterdam oleh VOC, yang dikenal
dengan Kam pung Beru.4 Kam pung ini kem udian m en jadi tem pat
tinggal kelom pok m estizo (peranakan), Bum iputra yang beragam a
Kristen, dan golongan m erdeka (budak yang telah dim erdekakan).5
Mereka um um nya bekerja sebagai abdi pem erintah, baik sebagai
pegawai rendahan m aupun anggota m iliter. Di wilayah ini, dalam
perkem bangannya, dibangun kantor pem erintah, pengadilan, tangsi
m iliter, rum ahsakit, dan perm ukim an pegawai. Oleh karen a itu
pem ekaran kota selalu ke arah tim ur dan selatan Fort Rotterdam .
Ketika Makassar ditata, para saudagar Melayu, Bugis, dan
Makassar ditem patkan di Kam pung Melayu, sebelah utara pusat
niaga. Sem entara itu penduduk Wajo yang m engungsi ke Makassar
diberi tem pat di sebelah tim ur Vlaardingen, yang dikenal dengan
sebutan Kam pung Wajo. Mereka m engungsi setelah Tosora (pusat kota
dan niaga Kerajaan Wajo) dihan curkan oleh Arung Palakka pada 19
Desem ber 1670 dan tim bul kelaparan akibat gagal panen pada 1671.6
Orang Cina, karena jum lah m ereka sem akin banyak dan tidak ada lagi
lahan di Vlaardingen,7 diijinkan m em bangun perm ukim an di bagian
utara Kam pung Wajo, yang disebut Kam pung Cina.
Penataan tersebut m enyebabkan tanah pem erintah di sekitar
Vlaardingen (Koningsplein, terbentang ke arah tim ur setelah pusat
pertokoan dan “Kebun Kom peni” atau Com pagnies Tuin) diperuntukkan
bagi pedagang. Pada 1848 tanah ini m ulai dipilah-pilah dan dijual
kepada para pedagang yang ingin bergiat di Makassar, baik pedagang
Belanda m aupun Inggris dan Cina dari Singapura.8
Sebelum 1850 kegiatan niaga terpusat di deretan toko dan
gudang yang terbentang dari utara ke selatan, yang dipisahkan oleh
dua jalan yang letaknya sejajar dengan pantai, yaitu Pasarstraat
(J alan Pasar) dan Chinastraat (J alan Cina). Setelah pedagang dan
pengusaha m em bangun toko dan perusahaan di jalur Marosstraat
pustaka-indo.blogspot.com
148 MA K A SSA R A BA D XI X
(J alan Maros) hingga ke Kebun Kom peni, kegiatan niaga sem akin
dinam is. Marosstraat m erupakan jalur utam a antara kota dan daerah
pedalam an, baik dari arah utara (seperti Maros) m aupun tim ur
(seperti Gowa) dan selatan (seperti Takalar). Kendati dem ikian, daerah
tersibuk tetap berada di pusat pertokoan lam a, pasar utam a (m ata
pasara) produk Cina-produk laut.
Kehidupan perniagaan yang sem akin dinam is m enim bulkan
urbanisasi. Penduduk Afdeeling Makassar, m isalnya, yang m eliputi Kota
Makassar, Tallo, dan pulau-pulau di sekitar nya, pada 1852 berjum lah
33.512 jiwa, m eningkat dari 24.0 0 0 pada 1847. Perinciannya: 740
orang Eropa, 1.918 orang Cina, dan 30 .857 Bum iputra dan Tim ur Asing
lainnya.9 Pekerjaan yang tersedia serta upah yang layak m enjadi faktor
utam a perpindahan penduduk tersebut.10 Perluasan adm inistrasi pe-
m e rintah juga m em butuhkan sejum lah tenaga.
Men in gkatn ya jum lah pen duduk m en yebabkan pe m e rin tah
m engem bangkan wilayah kota pada 1888; ke utara hingga ke Kam pung
Paotre (sekarang pelabuhan perahu) dan ke selatan hingga Kam pung
Mangkura.11 Beberapa kam pung baru juga lahir, seperti Kam pung
Butung m ilik orang Buton (di bagian utara Kam pung Melayu) dan
Kam pung Maluku m ilik orang Maluku (di bagian selatan Kam pung
Beru). Kebanyakan orang Maluku bekerja sebagai pegawai pem erintah
atau tentara.
Beberapa laporan m enyangkut Makassar (1860 -1864) m en catat
beberapa faktor yang m em pengaruhi bertam bah dan berkurangnya
pen duduk. Pen yebab m en in gkatn ya pen duduk, an tara lain : 1)
kesalahan data sebelum nya, 2) perluasan kebu tuhan adm inistrasi
pem erintah, 3) tersedianya lapangan kerja, dan 4) adanya jam inan
sosial dan keam anan. Penyebab ber kurangnya penduduk, antara lain:
1) ham batan adm inistrasi untuk m engem bangkan usaha, 2) adanya
ancam an keam anan, 3) kesem patan usaha yang lebih baik di tem pat
lain, 4) m utasi pegawai pem erintah, dan 5) wabah penyakit.12
Sem entara itu jum lah penduduk kota pada 1861 adalah 22.285
jiwa: 795 orang Eropa, 3.935 orang Cina, tujuh orang Arab, dan 17.548
Bum iputra (tidak ada penduduk Tim ur Asing lainnya). J um lah total
penduduk Afdeeling Makassar adalah 43.717 jiwa.13
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 149
Kom posisi penduduk selalu berubah, bukan hanya dalam jum lah
tetapi juga kewargaan. Pada 1893, m isalnya, jum lah penduduk Tim ur
Asing lainnya sem akin m eningkat, dengan kom posisi 940 orang Eropa,
169 orang Arab, 30 orang Tim ur Asing lainnya, 2.618 orang Cina, dan
14.169 Bum iputra.14 Data ini m enunjukkan bahwa jum lah orang Cina
dan Bum iputra berkurang setelah kegiatan niaga m ereka dipindahkan
ke daerah produksi. Perpindahan m ereka juga berhubungan dengan
pem berian hak istim ewa kepada perusahaan pelayaran niaga yang
bekerjasam a dengan pem erintah. Berkurangnya jum lah orang Cina
pustaka-indo.blogspot.com
150 MA K A SSA R A BA D XI X
dan Bum iputra m em beri kesem patan kepada pihak lain untuk berniaga
di Makassar, sehingga jum lah pedagang Arab dan Tim ur Asing lainnya
m eningkat.
Perkem ban gan Makassar sebagai pelabuhan tran sito di
Kepulauan Hindia Belanda bagian tim ur m endorong pem e rintahan
m em bentuk pem erintahan kota (gem eente) pada 190 4. Sehubungan
dengan rencana peningkatan perdagangan di ke m u dian hari, pada
190 5 wilayah kota diperluas ke selatan hingga ke Kam pung Mariso,
yang berbatasan dengan wilayah Kerajaan Gowa, dan ke utara hingga
berbatasan den gan bekas Kerajaan Tallo.15 Pada 190 6 Makassar
m enjadi “kotam adya” (stads gem eente).16
2. PELABUHAN
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 151
dan kapalapi asin g lain n ya. Ketika pem erin tah m en gem ban gkan
pelayaran kapalapi m elalui kontrak dengan Cores de Vries pada 1850 ,
dan kun jungan kapalapi asing sem akin banyak, bahkan ada yang
datang tanpa m elalui Singapura atau Batavia, pem erintah m em bangun
derm aga kayu di wilayah pesisir Ujung Tanah beserta depot batubara.
Di derm aga baru ini dibangun dua jem batan sebagai tem pat bersandar
kapal untuk kegiatan bongkar-m uat barang dan bongkar batu bara.
Kedua jem batan ini, m enurut laporan tahun 1866, m asih berfungsi
baik.19 Gam baran m engenai ke sibukan Pelabuhan Makassar dapat
dilihat dalam graik berikut.20
Grafik No. 1
Kesibukan Pelabuhan Makassar: 1830-1908
(total keluar-masuk kapal dan perahu)
pustaka-indo.blogspot.com
152 MA K A SSA R A BA D XI X
Grafik No. 2
Kesibukan Pelabuhan Makassar: 1874-1908
(Kapalapi, Kapal Layar, dan Perahu)
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 153
pustaka-indo.blogspot.com
154 MA K A SSA R A BA D XI X
dengan m em beli sebuah bark (bark) yang berdaya m uat 141 last (282
ton), sem entara skunernya yang lam a dikem bangkan m enjadi bark dan
terdaftar atas nam a J .G. Weijergang dengan daya m uat 76 last (152
ton). Seorang peda gang Cina, O.J . Tjekang, juga m em iliki sebuah brik
bernam a “Gollek”, nam un hanya bertahan dua tahun.
Hingga 1843 jum lah pem ilikan kapal layar tidak lebih dari
dua buah, kecuali pada 1838 sebanyak tiga buah. Ketika kebijak an
“pelabuhan bebas” diterapkan, pem ilikan kapal oleh pedagang Eropa
m aupun Bum iputra m eningkat. J ika pada 1848 jum lah kapal yang
dim iliki pedagang Eropa enam buah dan Bum iputra hanya satu, m aka
pada 1852 jum lah yang dim iliki pedagang Bum iputra m eningkat
m enjadi delapan buah (hanya seorang pedagang Cina yang m em iliki,
itupun hanya sebuah). Pada 1873 pedagang Eropa tercatat m em iliki
sepuluh kapal, pedagang Cina enam , dan pedagang Bum iputra tetap
delapan.26 Data ini m e nun juk kan bahwa pedagang di Makassar terus
bergiat m e ningkatkan keterlibatan m ereka dalam pelayanan jasa
angkutan niaga, terutam a sejak hubungan niaga antara Makassar dan
Singapura terbuka. Lihat graik berikut.27
Grafik No. 3
Kapal dan Perahu yang Terdaftar di Makassar
Makassar: 1833-1905
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 155
4. PERUSAHAAN DAGANG
pustaka-indo.blogspot.com
156 MA K A SSA R A BA D XI X
yang sebelum nya dim iliki oleh orang Eropa telah diam bil-alih oleh
orang Cina.28
Catatan itu m enunjukkan orang Cina lebih banyak bergiat sebagai
pengusaha toko. Sem entara itu data tahun 1846 m enge nai badan
usaha m enunjukkan, perusahaan m ilik orang Belanda yang terdaftar
hanya tiga: De Siso en Van Coervorde, Gebroeder de Grave, dan J .O.
Weijergang & Co.29 Kendati data perusahaan niaga baru diketahui pada
1846, tidak berarti tidak ada usaha dagang sebelum nya. Bila ditelusuri,
m ereka yang terdaftar itu sebelum nya telah beroperasi di Makassar. De
Siso, m isalnya, dikenal sebagai pedagang budak di Makassar, sehingga
dapat diduga dia telah berusaha sejak abad ke-18.30 Sem entara De
Grave bersaudara telah bergiat sebelum 1833 dan Weijergang pada
1838, sesuai dengan waktu pendaftaran kapal dagang m ereka.31
Pada 1847 usaha De Siso en Van Coevorde tidak terdaftar
lagi; perusahaan gabungan ini telah m em indahkan kegiatannya ke
Kupang. Tidak diketahui alasan pem indahan tersebut. Pada 1848
datang dua pengusaha ke Makassar untuk m endirikan perusahaan,
Mohrm an dan E du Bois de J ancigy.32 Setahun kem udian, 1849,
berdiri lagi dua perusahaan baru, J .P Freijss & Co dan T. Walsche.
Mohrm an , pen gusaha Arm en ia, telah m e n gem ban gkan usahan ya
m enjadi Mohrm an & Co. Pada tahun berikutnya, 1850 , berdiri lagi tiga
perusahaan, Bing Browne & Co., Muller & Co., dan A.M. Weijergang
& Co. Tum buhnya berbagai perusahaan ini m endorong pem erintah
untuk m enjual tanah nya kepada pengusaha.
Pertum buhan tersebut berkaitan dengan kebijakan pem e rintah
m enem patkan Makassar sebagai “pelabuhan bebas” dan pelabuhan
transito di Kepulauan Hindia Belanda bagian tim ur. Menurut Wong Lin
Ken, kebijakan ini m endorong para pe dagang di Singapura m enyewa
kapal Inggris untuk m enjalin hubungan niaga dengan Makassar, bahkan
ada yang m endirikan perusahaan di Makassar.33 Posisi Makassar
m em ang sangat m enguntungkan bagi jaringan perdagangan ke utara
(Filipina, J epang, dan terutam a Cina), ke barat (Singapura, Penang,
dan terus ke Eropa), dan ke selatan hingga Australia.34
Dapat dicatat beberapa perusahaan baru yang berdiri di Makassar:
W.L. Mesm an dan Muller & Co. pada 1850 , Hansen & Nio Bun Liang
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 157
(usaha gabungan antara orang Inggris dan Cina) pada 1855, King &
Co. dan Tang Kim Sing & Co. pada 1858, L. Kollm ann dan Oei Kang
Siang pada 1859 dan Leeuwen & Co. dan Lie Ing Guang pada 1860 .
Kendati perm intaan izin usaha m eningkat, nam un pem erintah justru
m em batasinya pada 1862. Izin usaha bagi Pedagang Arab dan Tim ur
Asing lainnya dipersulit sehingga m ereka m eninggalkan Makassar.35
Walau ada kebijakan tersebut, data perusahaan antara 1869-1870
tetap m enunjukkan peningkatan. Pada periode ini terdaftar tujuhbelas
perusahaan: Weijergang & Co., Mohrm ann, Leeuwen & Co., Ledeboer
& Co., M. Ohl & Co., Kolder & Co., Bauerm an & Co., Volder & Co., B.Th.
Brugm an, J r.P. van Hartrop, Mogoonen, F. Schuller, Waesberger, Lie
Tjing Ngiang, W. Eekhout, J .D. Intac, dan Tjoa Tjoeng Hong. Tiga
perusahaan (toko) yang disebut terakhir, lantaran rugi dan kem udian
pindah ke kota lain, pada 1871 tidak terdaftar lagi.36 Kendati dem ikian
m uncul tiga toko baru: F.H. Hertel, J .O. Ontar, dan Nio Goan Ek.
Seiring tum buhnya perniagaan di Makassar, pedagang kecil
m em egang peran penting sebagai “pedagang perantara” (handlanger).
Mereka adalah pedagang Cina, Bum iputra, Arab, dan Tim ur Asing
lainnya. Usaha m ereka um um nya tidak didaftarkan—m ungkin karena
dipandang sebagai usaha yang bergantung pada perusahaan besar.
Beberapa dari para pe dagang kecil ini adalah pem ilik kapal yang
bergiat dalam jasa angkutan. Sebagai contoh, pada 1863 tercatat
The Tjing Hok m em iliki dua skuner, La Moenrie satu skuner, Gang
Ing Hong, La Sapada Daeng Patom po, La Oedjoeng, dan La Moonrie
Daeng Pagala, m asing-m asing satu brik. Selain itu, tercatat pula nam a
Weijergang yang m em iliki perusahaan im por-ekspor dan se jum lah
kapal (satu brik dan tiga skuner).
Pertum buhan perusahaan dagang, dalam konteks per dagangan
internasional, juga m endorong didirikannya per usahaan asuransi
pelayaran dan perdagangan. Pada 1880 ter catat perwakilan asuransi
North British and Mercantile Insurance Com pany, yang ditangani oleh
J .F. van Leeuwen, Direktur Leeuwen & Co.37 Lantaran perusahaan
asuransi Belanda dan Hindia Belanda yang berkem bang di J awa belum
m em buka perwakilannya, m aka perusahaan asuransi asing, seperti
Inggris dan J erm an, yang m em buka perwakilannya di Makassar. Tiga
pustaka-indo.blogspot.com
158 MA K A SSA R A BA D XI X
tahun kem udian, 1883, berdiri lagi beberapa perwakilan asu ransi,
seperti De Hanseatische J euer-Versicherungs-Gesellschaft (Ham burg),
De Lubecker Feuer-Versicherungs-Gesellschaft, dan The J ire (Ed. Fire)
Insurance Association Lim ited (London). Dalam perkem bangannya,
berdiri perwakilan perusahaan asu ransi Hindia Belanda, Bataviasche
Zee- en Brand-Assurantie Maatschappij, yang ditangani oleh Reis &
Co., yang kem udian m enetapkan L.A. Stelling dan R.H.W.C. Gortz
sebagai pro kurator (procuratiehouders).38
Keban yakan perusahaan asuran si tidak berum ur pan jan g.
Perusahaan asuran si J erm an , De Deutscher Lloyd, Tran sport-
Versicherungs-Actien Gesellschaft (berpusat di Berlin), m isalnya, yang
m em buka perwakilannya pada 1884 dan m em ilih perusahaan Reis &
Co. sebagai prokurator tidak ter daftar lagi pada 1885. Dem ikian juga
The Tham es and Mersey Marine Insurance Com pany Lim ited (dengan
prokurator Leeuwen & Co.). Perusahaan ini, yang terdaftar pada 1885,
tidak tercatat lagi setahun kem udian.39 Sem entara itu, The Ocean
Marine Insurance Com pany, yang terdaftar pada 1886 dan m em ilih Reis
& Co. sebagai prokurator, tidak terdaftar lagi pada 1889. Faktor yang
m enyebabkan rontoknya banyak perusahaan asuransi perdagangan
adalah persaingan tarif yang ketat serta m erosot nya pelayanan jasa
angkutan swasta akibat perluasan dan hak istim ewa yang diberikan
pem erintah kepada per usahaan pela yaran yang m enjalin kontrak
dengannya.
Perluasan dan hak istim ewa itu juga m en yebabkan bebe-
rapa perusahaan dagang besar m engakhiri kegiatan m ereka, seperti
Bauerm ann & Co. dan Weijergang & Co. pada 1887. Sem entara itu,
Daendels & Co., yang didirikan pada 1887, setahun kem udian ditutup.
Hingga 1888 hanya enam per usahaan yang tercatat, yaitu Ledeboer &
Co., Michael Stephens & Co., Morhm ann & Co., Maraux & Co., dan dua
perusahaan perwakilan asuransi yang telah disebut. Sem entara itu per-
usahaan kecil m ilik orang Cina, Arab, dan Bum iputra m em in dahkan
kegiatan m ereka ke pusat produksi dan tam pil sebagai perwakilan
dagang Inggris atau Cina dan m elakukan ekspor-im por langsung
dengan Singapura.40 Pelayanan angkutan niaga swasta (khususnya
Inggris dan Cina dari Singapura) bergiat di jalur nonsubsidi, sehingga
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 159
pustaka-indo.blogspot.com
160 MA K A SSA R A BA D XI X
Kom oditas pem erintah yang diim por dari Batavia adalah wol,
tekstil, sutra, benang, tem bikar, gula pasir, candu, rokok, tem bakau,
gam bir, sabun, kerajinan tem baga, berbagai jenis m inum an keras,
dan kertas. Pem asaran produk-produk ini, kecuali sutra dan porselin,
ditangani oleh pedagang yang ditunjuk oleh pem erintah. Khusus
candu, dijalin hubungan de ngan pedagang Cina dengan m em akai
sistem “gadai” (pachter). Pedagang pem egang gadai m em iliki hak
m onopoli penjualan dan berkewajiban m em bayar harga candu dan
pajaknya. Minum an keras yang dipasarkan bukan hanya jenis im por,
seperti anggur, wiski, bir, arak, tetapi juga tuak (ballo) produksi lokal.
Di kota um um n ya ditem patkan seoran g pedagan g Belan da
sebagai pengelola toko pem erintah. Pedagang ini sekaligus berfungsi
sebagai kepala gudan g (pakhuism eester). Ketika NH M didirikan
perusahaan ini m em iliki dua orang pedagang.46 Me reka m enjual
barang langsung kepada konsum en m aupun pe m ilik toko.
Pem erintah m em peroleh produk setem pat, selain dari pajak
tanam an padi dan upeti, dari jalur pem asaran produk im por dan
kerajaan sekutu. Um um nya raja-raja di Sulawesi secara tradisional
berhak atas hasil pertanian dan produksi hutan (kasuw iy ang), yang
biasanya berjum lah sepuluh persen dari seluruh produksi,47 dan
m erupakan pem ilik lahan pertanian yang luas.48 Raja juga berusaha
m enguasai pem belian kom oditas tertentu dari penduduk, khususnya
kom oditas yang laku seperti kopi.49 J aringan niaga ini penting sehingga
ketidakhadiran kapal dagan g kerajaan sekutu atau ren ggan gn ya
hubungan niaga selalu diperm asalahkan. Chasse, m isalnya, m enyatakan
bahwa tatkala perdagangan m erosot, kerajaan yang m asih m elakukan
hubungan niaga dengan Makassar hanyalah Sidenreng.50 Kom isaris
Van Schelle dan Tobias, setelah m em perbaiki hubungan politik,
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 161
pustaka-indo.blogspot.com
162 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 163
pustaka-indo.blogspot.com
164 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 165
pustaka-indo.blogspot.com
166 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 167
pada 1866. Ketika itu harga kopi di Bajowe (Pelabuhan Bone) adalah
f25 sepikul dan di Makassar f32.81
Selain kopi, tanam an lain yang dikem bangkan adalah kapas (di
Selayar, Takalar, J eneponto, Bone, dan Buton), tem bakau (di Maros),
dan tebu. Tanam an-tanam an ini sudah lam a diusaha kan oleh penduduk
sehingga pem erintah hanya m em perkenalkan bibit tanam an yang
baik dan m endorong untuk m eningkatkan usaha. Tebu dikelola oleh
perusahaan gula de ngan m enjalin hubungan langsung dengan petani.82
Sebagaim ana terhadap kopi, pem erintah juga m enekan penduduk
untuk m enjual tebu kepada NHM, tetapi banyak petani yang m enolak.
Penolakan yang sam a juga terjadi di Bone. Belum cukup, HNM juga
m em beli produk dari kerajaan sekutu dengan harga m urah sehingga
kerajaan sekutu cenderung m em asarkan produk ke pihak lain.
Pada era “pelabuhan bebas” NHM tidak pernah bergiat dalam
produk laut, kendati perm intaan di pasar Eropa cukup besar, dan tetap
m erasa berhak sebagai pem beli utam a kom o ditas produksi penduduk.
Sikap ini m enyebabkan pem erintah setem pat m aupun pedagang Eropa,
Cina, dan Bum iputra kurang senang. Bahkan NHM tetap m em akai
m atauang tem baga yang telah dicabut pem akaiannya pada 1846.83
Berikut adalah graik kegiatan ekspor-impor NHM di Makassar.84
Grafik No. 4
Nilai Impor-Ekspor NHM di Makassar: 1847-1869
(dalam gulden)
pustaka-indo.blogspot.com
168 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 169
pustaka-indo.blogspot.com
170 MA K A SSA R A BA D XI X
7. PERDAGANGAN UMUM
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 171
skuner (schooner) “Lam oenrie” (18 last atau 36 ton). Sem entara itu
pada 1870 diberitakan ada jenis perahu dagang yang disebut pinisi.94
Menurut saya, sejak 1860 -an usaha pem buatan kapal dagang
besar jenis skuner, pinas, dan bark oleh penduduk telah berkem bang.
Pengem bangan ini tentunya didorong oleh jiwa dagang penduduk
untuk berperanserta dalam perniagaan. Sejak 1847 banyak kapal Eropa
yang berlayar hingga ke pelabuhan kecil, tetapi lantaran perahu dagang
kecil um um nya ditem patkan di luar Makassar, seperti di Baring-
baringan Taka Tallo dan Taka Pinjing, m aka penduduk tergerak untuk
m em buat kapal besar. Boleh jadi juga alasannya adalah penduduk di
lokasi pem buatan perahu, seperti di Bira, terbiasa m em perbaiki kapal
Eropa yang dim iliki oleh Bum iputra.95
Perdagangan bebas telah m enyebabkan pedagang kecil m em iliki
kesem patan lebih luas sebagai pem asar, pem beli pro duk di daerah
produksi, dan perantara. Dalam konteks ini ada baiknya dikem ukakan
kasus Lie Tjing Nong. Lie adalah seorang pedagang kecil yang bergiat
m elakukan pelayaran niaga dengan m odal dari pihak lain. Pada 1876
NHM m em injam i Lie f15.0 0 0 dengan perjanjian produk yang dibawa
Lie akan dijual kepada NHM sesuai harga pasar. Dalam perjanjian
ini NHM m em inta bukti kekayaan Lie sebagai jam inan. Ternyata
pedagang ini juga m em injam dari perusahaan Mohrm ann & Co.,
tapi tanpa jam in an. Ketika Lie kem bali dengan m em bawa 40 0 pikul
kopi yang diperoleh dari Bajowe, kom oditas ini dijual seluruhnya
kepada Mohrm ann & Co.,96 dan hasilnya digunakan untuk m em bayar
pinjam an dari NHM beserta bunga yang ditetapkan.
Pola niaga antara pem odal dan pedagang perantara ter sebut bisa
berdam pak dua: untung besar atau rugi besar. Pem odal dapat m eraih
untung besar bila kapal kem bali dengan selam at, dan sebaliknya.
Sebagai gam baran, dapat dicatat peris tiwa yang m en im pa kapal
Banda pada Maret 1882. Kapal ini, yang dikelola oleh tiga orang Cina
setelah mendapat modal dari dua irma milik orang Eropa, diberitakan
tenggelam di Selat Sape sehingga si pem beri m odal m enderita kerugian
besar.97 Selain kecelaka an, bajak laut adalah ancam an dalam pelayaran.
Selain kegagalan pelayaran niaga, penim bunan barang (ter-
utam a ketika pecah krisis ekonom i pada 1880 ) juga ber pengaruh
pustaka-indo.blogspot.com
172 MA K A SSA R A BA D XI X
pada kebangkrutan perusahaan, seperti yang dialam i oleh Ohl & Co.,
Mesrope, dan H. van den Adel,98 ketika harga kopi m erosot tajam .
Waktu itu, 1880 , harga kopi di Makassar berkisar f33-f40 per pikul
dan pada 1881 f27-f31.99 Pada 1873 harga kopi di Makassar berkisar
f50 -f57 sepikul, di luar Ma kassar, seperti di wilayah bagian utara
berkisar f32-f36, wilayah bagian selatan berskisar f35-f45, dan wilayah
bagian tim ur antara f45-f52.10 0 Pada 1874 harga kopi di Makassar turun
m enjadi f46-f48 dan m eningkat lagi m enjadi f50 -f60 pada 1875.10 1
Penim bunan barang juga dilakukan oleh pedagang kecil dan
perantara.10 2 Um um nya m ereka tidak m em iliki badan usaha yang
terdaftar sehingga tidak tercatat dalam Regeerings Alm a nak. Pedagang
dari kelom pok ini yang dinyatakan bangkrut adalah: Thio Ting Hin
(m odal yang dim iliki tinggal 15 persen atau f393,18), Oei Bok Seng
(tinggal lim a persen atau f4.853,93), dan Lie Molim (tinggal lim a
persen atau f9.0 72,40 ). Sem entara yang dilikuidasi adalah Nyio Did
Kim (tinggal 25 persen atau f5.123,55), I.O. Tjing Hin (tinggal 25 persen
atau f18.519,10 ), Liem Eng Goan (tinggal 30 persen atau f12646,79),
dan Nyio Kon Tjiao (tinggal 80 persen atau f3.463,70 ).10 3
Pedagang perantara Bum iputra, dalam perkem bangannya, juga
m en in gkatkan perdagan gan kota-pedalam an setelah pem e rin tah
m enghapuskan pajak natura dan tidak lagi m em aksa penduduk untuk
m enjual produk kepadanya. Dalam konteks ini m ereka m em beli
produksi penduduk dengan sistem ijon, se ba gaim ana berlangsung di
wilayah Maros (Berg Regentschappen), Bantaeng, dan Bulukum ba
untuk produksi kopi. Pada 1880 , ketika harga kopi di wilayah ini
sekitar f30 -f38, m ereka m em beli dengan harga harga f20 -f25 sepikul.
Pedagang Cina dan Eropa juga m enjadi pengijon.10 4
Kegiatan ijon berkem bang pesat ketika pelayaran antar pulau
banyak ditangani oleh perusahaan niaga asing, terutam a setelah
kapalapi banyak digunakan pada 1870 ; selanjutnya pada 1879, di
pesisir Sulawesi Selatan; lalu pada 1891, ketika pela yaran KPM di
jalur subsidi m eningkat; dan pada 1896 di jalur nonsubsidi. Menurut
pem beritaan pem erintah, sistem ijon tidak m engganggu produksi
penduduk. Tanam an lain yang juga diusahakan adalah kem iri, kapas,
tem bakau, dan tebu. Pun pohon kina, baik oleh penduduk dan
pustaka-indo.blogspot.com
K OTA PEL A BU H A N 173
pustaka-indo.blogspot.com
BAB 7
Kesimpulan
pustaka-indo.blogspot.com
K ESI MPU L A N 175
pustaka-indo.blogspot.com
176 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K ESI MPU L A N 177
pustaka-indo.blogspot.com
178 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
K ESI MPU L A N 179
pustaka-indo.blogspot.com
pustaka-indo.blogspot.com
CATATAN AKHIR
pustaka-indo.blogspot.com
182 MA K A SSA R A BA D XI X
1 ANRI, Arsip Financien No. 738, “Missive van Kam er van Koophandel en Nijverheid
in Soerabaia aan den Directeur van Finacien, 1 Februarie 1898”; “Makassar als
Vrijhaven”, dalam IG (1879, Vol. 1), hlm . 649.
2 Heather A. Sutherland, sejarawan yang m eneliti dan m enerbitkan sejum lah karangan
tentang perdagangan Makassar abad ke-18, m em beri kita in form asi yang luas
tentang perdagangan Makassar kurun waktu ini, terutam a tentang perdagangan
budak dan produk Cina-produk laut. Lihat H.A. Sutherland, “Slavery and the
Slave Trade in South Sulawesi, 1660 s-180 0 s”, dalam Anthony Reid (ed.), Slavery ,
Bondage and Dependency …, hlm . 263-285; “Tripang and Wangkang: the China
Trade of Eighteenth Century Makassar, 1720 s-1820 s” (m akalah dalam konferensi
internasional South Sulawesi: Trade, Society and Belief yang diselenggarakan di
Leiden pada 2-6 Novem ber 1987); “Ethnicity, Wealth and Power in Colonial Makassar:
A Historiographical Reconsideration”, dalam Peter J .M. Nas, the Indonesian city :
studies in urban developm ent and planning (Dordrecht: Foris Publications, 1986.
VKI No. 117), hlm . 37-55; “Eastern Em porium …”, hlm . 97-128
3 Sebelum 190 6 Pem erintah Hindia Belanda belum m enetapkan peraturan yang
seragam di seluruh koloninya. Kebijakan perdagangan dan pelayaran untuk kota-kota
pelabuhan di J awa dan Madura (Batavia, Sem arang, dan Surabaya) berbeda dengan
Makassar. Lihat Stb N I (Staatsblad van Neder landsch-Indië, 1818), “Publikatie van
den 28sten Augustus 1818, waarbij wordt gearresteerd een reglem ent op het heffen
der inkom ende en uitgaande regten op J ava en Madoera”, hlm . 42-45 untuk J awa dan
Madoera. Untuk Makassar: ANRI, Arsip Makassar No. 10 a/ 2a, “Tarief en Bepalingen
op de Inkom ende en Uitgaande Regten op Makassar”. Ketika Makassar dinyatakan
sebagai pelabuhan bebas (1847)—m enyusul kem udian beberapa pelabuhan lain di
Kepulauan Hindia Belanda bagian Tim ur, seperti Menado dan Kem a pada 1849,
Kaili, Ternate, Banda, dan Am bon pada 1853—pelabuhan-pelabuhan di J awa dan
Madura serta beberapa wilayah lain tetap berstatus sebagai pelabuhan wajib pajak.
Peraturan perdagangan yang seragam diterapkan setelah Pem erintah Hindia Belanda
m em batalkan pene tapan pelabuhan bebas bagi sejum lah pelabuhan di Kepulauan
Hindia Belanda bagian tim ur. Kota pelabuhan yang terakhir ditetapkan sebagai
wilayah wajib pajak perdagangan adalah Makassar. Lihat Stb N I (1847) No. 22, Stb
NI (1846) No. 27, Stb N I (1853) No. 46, Stb NI (1872) No. 35; (1886), No. 10 7.
4 Sartono Kartodirdjo, The Peasants Revolt Banten in 1888 (‘s-Gravenhage: Martinus
Nijhoff, 1966. VKI No. 50 ), hlm . 12.
5 Adrian B. Lapian, Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut: Sejarah Kaw asan Laut
Sulaw esi Abad XIX (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1987. Disertasi), hlm .
XVI. Berkaitan dengan pernyataan ini, diuraikan soal penentuan batas wilayah
Pem erintah Inggris, Belanda, dan Spanyol yang kem udian m enjadi Malaysia,
Indonesia, dan Filipina.
6 D.K. Fieldhouse, Econom ics and Em pire, 1830 -1914 (London: Cox & Wym an Ltd.,
1976. Edisi paperback), hlm . 78, terbitan pertam a 1973.
7 Neil J . Sm elser, The Sociology of Econom ic Life (Englewood Cliff: Prentice Hall Inc.,
1976), hlm . 4-6; J oseph J . Spengler, “Mercantilist and Physiocratic Growth Theory”,
dalam Bert F. Hoselitz, dkk. (eds.), Theories of Econom ic Grow th (Glencoe: Free
Press, 1960 . Cet. III), hlm . 3-64; P.W. Klein, “Het Merkantilism e”, dalam H. Baudet
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 183
dan H. van der Meulen, Kernproblem en der Econom ische Geschiedenis (Groningen:
Wolters-Noordhoff, 1978), hlm . 117-127; H.P.M. J ansen, “Handelsgeschiedenis”,
dalam H . Baudet dan H . van der Meulen, Kernproblem en der Econom ische
Geschiedenis, hlm . 76-81; W.W. Rostow, De Vijf Fasen van Econom ische Groei
(Utrecht: Aula-Boeken, 1964), terjem ahan dari The Stages of Econom ic Grow th,
1960 , hlm . 144.
8 K.N. Chaudhuri, The Trading W orld of Asia and the English East India Com pany ,
1660 -1760 (Cam bridge: Cam bridge University Press, 1978), hlm . 20 , 132.
9 C.R. Boxer, The Dutch Seaborne Em pire, 160 0 -180 0 (London: Hutchinson & Co.
Ltd.), hlm . 24; H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …”, hlm . 4; Angus Maddison,
“Dutch Incom e in and from Indonesia, 170 0 -1938”, dalam Angus Maddison dan Ge’
Prince, Econom ic Grow th in Indonesia, 1820 -1940 (Dordrecht: Foris Publications,
1989. VKI No. 137), hlm . 15-16.
10 Hal ini, m isalnya, tercantum dalam Perjanjian Bungaya 1667 untuk m engakhiri
Perang Makassar. Per janjian ini diterbitkan dalam J .F. Heeres, Corpus Diplom aticum
Neerlando-Indicum (‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1931. J ld. II, terbitan khusus
BKI No. 87), hlm . 374; F.W. Stapel, Het Bongaais Verdrag (Leiden: Rijks Universiteit,
1922. Disertasi), Bijlage I.
11 Stb N I (1919), “Publikatie van den 28 sten Augustus 18 18 …”. Terdapat pula
pem beritaan bahwa Tanjung Pinang (Riau) juga terbuka bagi jung Cina. Gerrit J .
Knaap, “Transport 1819-1949”, dalam Changing Econom ic in Indonesia: A Selection
of Statistical Sources Material from the Early 19th Century up to 1940 , Vol. IX
(Am sterdam : Royal Tropical Institute, 1989) hlm . 19. Pada um um nya pelaksanaan
peraturan sering m enyim pang. Mungkin sam a seperti Tanjung Pinang, Makassar
tetap terbuka bagi jung Cina.
12 Perm intaan Cina yang terpenting adalah teripang, agar-agar, kerang, sisik, sirip
ikan hiu, kayu cendana, lilin, dan sebagainya. Sem entara itu produk yang dibawa
oleh pedagang Cina adalah sutra, bahan sutra, porselin, gong dari besi, tem bikar,
dan sebagainya. Ini berarti produk yang dim onopoli oleh pem erintah, seperti candu
dan m inum an keras, tidak terancam . Dem ikian pula dengan peralatan perang dan
rem pah-rem pah dari Maluku.
13 Neil J . Sm elser, The Sociology of Econom ic Life, hlm . 6-7; Aug. de Vries, Geschiedenis
van de Handelspolitieke Betrekkingen tusschen N ederland en Engeland in de
N egetiende euw (18 14-18 72) (‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1931), hlm . 2;
K.N. Chaudhuri, The Trading W orld of Asia…, hlm . 21-21; P.W. Klein, “Het
Mercantilism e”, hlm . 119-120 .13
14 Kenneth R. Hall, Maritim e Trade and States Developm ent in Early Southeast Asia
(Honolulu: University of Hawaii Press, 1985), hlm . 47; J .C. van Leur, Indonesian
Trade and Society : Essay s in Asia social and econom ic history (Dordrecht: Foris
Publications Holland, 1983. Cet. II), hlm . 53-54; K.N. Chaudhuri, The Trading W orld
of Asia…, hlm .135-145; J am es F. Warren, The Sulu Zone, 1768-1898: The Dy nam ics
of External Trade, Slavery , and Ethnicity in the Transform ation of a Southeast
Asian Maritim e State (Singapore: Singapore University Press, 1981), hlm . 1-67;
Barbara W. Andaya dan Leonard Y. Andaya, History of Malay sia (London: The Mac-
m illan Press Ltd., 1982), hlm . 1-75.
15 F.W. Stapel, Het Bongaais Verdrag, hlm . 1-20 ; Leonard Y. Andaya, The Heritage of
Arung Palakka: A History of South Sulaw esi (Celebes) in the Seventeenth Century
(The Hague: Martinus Nijhoff, 1981. VKI No. 91), hlm . 45-47; Anthony Reid, “The
pustaka-indo.blogspot.com
184 MA K A SSA R A BA D XI X
Rise of Makassar”, hlm . 117; H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …”, op. cit., hlm .
98.15
16 Anthony Reid, “The Rise of Makassar”, dalam RIMA (Vol. 17, 1983), hlm . 117;
H.A. Sutherland, “Eastern Em porium and Com pany Town: Trade and Society
in Eighteenth-Century Makassar”, dalam Frank Broeze (ed.), Brides of the Sea:
Port Cities of Asia From the 16th-20 th Centuries (Kensington: New South Wales
University Press, 1989), hlm . 98. Perhatian Reid terhadap Makassar periode ini juga
tam pak dalam sejum lah karangannya yang lain, seperti “A Great Seventeenth Century
Indonesian Fam ily: Matoaya and Pattingalloang of Makassar”, dalam Masy arakat
Indonesia (Thn. VIII, 1981, No. 1), hlm . 1-28; Anthony Reid (ed.), Slavery , Bondage
and Dependency in Southeast Asia (St. Lucia: University of Queensland Press, 1983).
17 W.C. Houck, “Singapore als concurrent van de doorvoerhaven Makassar en Tandjoeng
Priok”, dalam KS (1916), hlm . 124-133.
18 Berbagai tulisan yang ditem ukan, antara lain, C.C.F.M. La Roux, “Boe gineesche
Zeekaarten van de Indische Archipel”, dalam TNAG (Vol. 52, No. 2, 1935), hlm .
687-714; J .M. Laggay, “Iets over de Prauwenvaart van Celebes”, dalam ITR (Vol. 48,
1938), hlm . 218-222; W.Ph. Coolhaas, “Makassars-Boeginese Prauwvaart op Noord-
Australië: Korte Mededeling”, dalam BKI (No. 116, 1960 ), hlm . 418-483; A.A. Cense,
“Makassarsch-Boeginese Prau wvaart op Noord-Australië”, dalam BKI (No. 10 8,
1952), hlm . 248-264; H.J . Friedericy, “Aanteekeningen Over Adat en Adatrecht bij
de Bonesche Prauwvaarders”, dalam KT (Thn. 20 , 1931), hlm . 490 -50 4; P.A. Leupe,
“Wetboek voor Zeevarenden van het koninkrijk Makassar en Boegis”, dalam TNI (Vol.
11, No. 1, 1849), hlm . 30 5-317; J . Turpijn, “Boegineesche Handels prauwen”, dalam
Econom isch W eekblad (28 J uli 1933), hlm . 118-120 ; L. van Vuuren, “De Prauwvaart
van Celebes”, dalam KS (Thn.1 No.I, 1917), hlm . 329-339. Buku-buku tentang obyek
studi ini adalah L.J .J . Caron, “Het Handels- en Adatrechtsregelen Zuid Celebes”
(t.p., t.t.); Ph.L.O. Tobing, dkk., Hukum pelay aran dan perdagangan Am anna
Gappa (Ujung Pandang: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan, 1997. Cet. II); C.C.
Macknight, The Voy age to Marege (Melbourne: Melbourne University Press, 1976).
19 Laporan ini tersim pan dalam koleksi arsip daerah ANRI di J akarta.
20 Laporan-laporan ini, term asuk laporan serah-terim a wilayah koloni Ma kassar
dari Inggris, terdapat dalam Collectie Schneither. J . Schneither pernah m enjabat
Secretaris der H ooge Regering (Sekretaris Gubernur J enderal). Ia m enem ani
Gubernur J enderal G.A.G.Ph. Baron van der Capellen dalam perjalanan ke wilayah
koloni di bagian tim ur, Makassar, dan Maluku, “Beknope Overzigt der Reize van den
Gouverneur Generaal G.A.G.Ph. Baron van der Capellen naar het Oostelijk Gedeelte
van den Indischen Archipel, in den J are 1824”, dalam TNI (Thn. II. 1839, Vol. 2), hlm .
623. Koleksi Schneither tersim pan di ARA, Den Haag.
21 Penerbitan ini dibagi dalam dua bagian, satu untuk J awa dan Madura dan satu
lagi untuk wilayah di luar J awa dan Madura. Penerbitan untuk luar J awa dan
Madura berjudul Overzigt van den Handel en de Scheepvaart in de N ederlandsche
Bezittingen in Oost-Indië. Buiten Java en Madoera. Pada 1870 judul ini diubah
m enjadi Statistiek van den Handel, de Scheepvaart In- en Uitvoerregten in de
Bezittingen Buiten Java en Madoera.
22 Anne Booth, “Exports and Growth in the Colonial Econom y, 1830 -1940 ”, dalam
Angus Maddison dan Ge’ Prince, Econom ic Grow th in Indonesia, 18 20 -1940
(Dordrecht: Foris Publications, 1989. Terbitan khusus VKI No. 137), hlm . 72; Anne
Booth, “Perdagangan, Pertum buhan, dan Perkem bangan dalam Perekonom ian
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 185
Kolonial”, dalam Anne Booth, William J .O’Malley, dan Anna Weidem ann, Sejarah
Ekonom i Indonesia (J akarta: LP3ES, 1988), hlm . 364.
23 Kajian m enyangkut pengaruh perdagangan internasional terhadap keun tungan
dinam is, m isalnya, lihat W.W. Lockwood, The Econom ic Developm ent of Japan
(Princenton: Princenton University Press, 1954).
1 J .C. van Leur, “Mahan op den Indischen Lessenaar”, dalam KT (Vol. XXX, 1941),
hlm . 576. Tulisan ini, bersam a tulisan F.R.J . Verhoeven, “In de Ban van Mahan”, KT
(Vol. XXX, 1941), hlm . 783-787, telah diterjem ahkan dan diterbitkan dalam bahasa
Indonesia. Lihat J .C. van Leur dan F.R.J . Verhoeven, Teori Mahan dan Sejarah
Kepulauan Indonesia (J akarta: Bhratara, 1974).
2 H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …”, hlm . 98-10 0 . Sutherland m enga takan,
kejatuhan Malaka ke tangan Portugis pada 1511 m em berikan peluang kepada
Kerajaan Gowa untuk m engem bangkan ibukotanya m enjadi pusat perdagangan.
Lihat juga Mattulada, Meny usuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah (150 0 -
170 0 ) (Makassar: Bhakti Baru, 1982), hlm . 13-14. Mattulada m enyatakan, kejatuhan
pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara J awa m erupakan peluang bagi Kerajaan
Makassar untuk m engem bangkan perdagangan. Bandingkan dengan J . Noorduyn,
“De handelrelatie van het Makassarse Rijk volgens de Notitie van Cornelis Speelm an
uit 1670 ”, dalam N ederlandsche Bronnen (Am sterdam : Verloren, 1983. Vol. III), hlm .
97-98. Noorduyn lebih m enekankan pada fakta dijadikankannya Makassar sebagai
koloni dagang pedagang Melayu sejak Malaka jatuh ke tangan Portugis. Selanjutnya,
m em udarnya pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara J awa (yang m erupakan pelabuhan
antara pada abad ke-17) bagi pelayaran ke Maluku m enyebabkan jalur pelayaran
berpindah ke Makassar. Oleh sebab itu Makassar berkem bang m enjadi tem pat
penim bunan rem pah-rem pah ter penting. Di kota pelabuhan ini berdiri kantor
dagang Inggris, Denm ark, Spanyol, Portugis, dan Belanda. Ketika Malaka diduduki
VOC pada 1641, orang Portugis m enjadikan Makassar sebagai basis perdagangan
m ereka (pada 1660 jum lah m ereka diperkirakan lebih dari 2.0 0 0 orang).
3 Kenneth R. Hall, Maritim e Trade…, hlm . 47; J .C. van Leur, Indonesian Trade and
Society …, hlm . 53-54; H.A. Sutherland, “Power, Trade and Islam in the Eastern
Archipelagos”, dalam Philip Quarles van Ufford dan Matthew Schoffekeers (eds.),
Religion & Developm ent: Tow ards an Integrated Approach (Am sterdam : Free
University Press, 1988), hlm . 146.
4 Anthony Reid, “The Rise of Makassar”, hlm . 117; H .A. Sutherlan d, “Eastern
Em porium …”, hlm . 98.
5 F.W. Stapel, Het Bongaais Verdrag, hlm . 8; Leonard Y. Andaya, The Heritage
of Arung Palakka…, hlm . 45; H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …”, hlm . 98;
Anthony Reid, “The Rise of Makassar”, hlm . 139.
6 F.W. Stapel, Geschiedenis van Nederlandsch-Indië (Am sterdam : N.V. Uit gever-
sm aatschappij J oost van den Vondel, 1939, Vol. III), hlm . 192; C. Skinner, Sja’ir
Perang Makassar (‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1963), hlm . 2.
pustaka-indo.blogspot.com
186 MA K A SSA R A BA D XI X
7 Ch. Pelras, “Sulawesi Selatan Sebelum Datangnya Islam Berdasarkan Kesak sian
Bangsa Asing”, dalam Gilbert Ham onic (ed.), Citra Masy arakat Indonesia (J akarta:
Sinar Harapan, 1983), hlm . 60 .
8 Data m enyangkut keadaan angin, laut, dan cuaca, berasal dari buku pedom an bagi
pelaut yang diterbitkan oleh Kem enterian Marine (Ministerie van Marine) Bagian
Hidrograi (Afdeeling Hidrographie); Zeem ansgids voor den oost-Indischen Archipel
(‘s-Gravenhage: Mouton & Co., 1913), hlm . 1.
9 Kenneth R. Hall, Maritim e Trade…, hlm . 24.
10 Ibid., hlm . 20 -25, 224-225. Baca juga H.A. Sutherland, “Power, Trade and Islam …”,
hlm ., 145-146.
11 Dalam Negarakartagam a terdapat keterangan bahwa setelah Gajah Mada diangkat
m enjadi m angkubum i (1331-1364) m enggantikan Arya Tadah, Kerajaan Majapahit
m ulai m elancarkan ekspedisi untuk m enguasai Nusan tara. Ekspedisi ini m enduduki
beberapa daerah di Sulawesi Selatan, di antaranya Bantayang (Bantaeng), Luwuk
(Luwu), Makassar, Butun (Buton), dan Selaya (Selayar). Muham m ad Yam in, Gadjah
Mada: Pahlaw an Per satuan N usantara (J akarta: PN Balai Pustaka, 1986), hlm . 60
dan 63; Anthony Reid, “The Rise of Makassar”, hlm . 122; Theodore G. Th. Pigeaud,
Java in the Fourteenth Century : A Study in Cultural History (The Hague: Martinus
Nijhoff, 1960 . Vol. III), hlm . 17.
12 Arm ando Cortesao, The Sum a Oriental of Tom e Pires and the Book of Francisco
Rodrigues (London: Robert Maclehose and Co. Ltd, 1944), hlm . 226; Anthony
Reid, “The Rise of Makassar”, hlm . 127; Mattulada, Meny usuri Jejak Kehadiran
Makassar…, hlm . 10 -11.
13 Arm ando Cortesao, The Sum a Oriental…, hlm . 226-227; baca juga Anthony Reid,
“The Rise of Makassar”, hlm . 123-124; Kenneth R. Hall, Maritim e Trade…, hlm . 223-
225
14 Menurut riwayat Kerajaan Gowa, Karaeng Lowe ri Sero, raja pertam a Kerajaan Tallo,
adalah salah seorang putra Raja Gowa ke-7, Batara Gowa (m em erintah sekitar 1450 -
an). Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a, hlm . 8-9; baca juga G.J . Wolhoff dan
Abdurrahim , Sedjarah Goa, hlm . 13-14; “Bijdragen tot de Geschiedenis van Celebes”,
TNI (Vol. 16, No. 2, 1854), hlm 227; Anthony Reid, “The Rise of Makassar”, hlm . 134-
135.
15 Menyangkut kebijakan raja ini, baca G.J . Wolhoff, Sedjarah Goa, hlm . 18-19; Abd.
Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a, hlm . 11-12; Leonard Y. Andaya, The Heritage
of Arung Palakka..., hlm . 12; Anthony Reid, “The Rise of Makassar”, hlm . 131-134.
16 Peristiwa ini terjadi pada m asa pem erintahan Raja Tum aparissi-Kalonna (1510 -
1546); baca G.J . Wolhoff, Sedjarah Goa, hlm . 19-20 ; Abd. Razak Daeng Patunru,
Sejarah Gow a, hlm . 12; Anthony Reid, “The Rise of Makassar”, hlm . 136. Sejak
kedua kerajaan tersebut bersatu Raja Tallo berkedudukan sebagai tum abicara buta
(m angkubum i) Kerajaan Makassar, sem entara Raja Gowa sebagai raja.
17 Pada 1528 J orge de Castro m em im pin pelayaran niaga dua kapal Portugis dari
Malaka m enuju Ternate. Menurut rencana, jalur pelayaran yang ditem puh adalah
pesisir utara Kalim antan, nam un badai dan om bak m em aksa kedua kapal itu
m enyinggahi Pulau Makassar (ilhas de Macacar). Saat itu kerajaan yang dikunjungi
sedang terlibat peperangan; dan atas perm intaan raja Castro m em bantu kerajaan
tersebut. Sebagai tanda terim akasih raja m enghadiahkan sejum lah besar em as.
Raja juga m em beri sepucuk m eriam kecil bernilai 20 pon em as, nam un ditolak.
P.A. Tiele, “De Europeaers in den Malaischen Archipel”, dalam BKI (Vol. 28 No. 1,
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 187
1880 ), hlm . 419. Baca juga F.W. Stapel, De Bongaais Verdrag, hlm . 4-5, EN I (Vol.
1), “Celebes”, hlm . 444. Kerajaan m ana yang terlibat peperangan tidak dijelaskan.
Kendati dem ikian, dengan m em pertim bangkan keadaan wilayah yang digam barkan,
saya m em perkirakan bahwa kerajaan yang sedang berperang adalah Gowa dan Tallo.
18 G.J . Wolhoff, Sedjarah Goa, hlm . 21; Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a, hlm .
8-9; “Bijdragen tot de Geschiedenis...”, hlm . 150 ; F.W. Stapel, Het Bongaais Verdrag,
hlm . 2; Leonard Y. Andaya, The heritage of Arung Palakka..., hlm . 24.
19 G.J . Wolhoff, Sedjarah Goa, hlm . 25; Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a,
hlm . 13; Leonard Y. Andaya, The heritage of Arung Palakka..., hlm . 24.-25.
20 G.J . Wolhoff, Sedjarah Goa, hal 25-28; Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a,
hlm . 14; Leonard Y. Andaya, The heritage of Arung Palakka..., hlm . 27; Anthony Reid,
“The Rise of Makassar”, hlm . 141. Reid m em perkirakan, pusat perdagangan berada
di Mangngallekana, sebab nam a syahbandarnya disebut I Daeng ri Mangngallekana.
Menurut saya, nam a ini m enunjuk pada wilayah yang dianugerahkan kepada
syahban dar sebagai daerah kekua saan n ya. Pelras berpen dapat, perpin dahan
pedagang Melayu dari Siang ke Makassar berkaitan erat dengan pengkristenan yang
dilakukan oleh m isi Katholik di Siang, Suppa, dan Bacokiki. Usaha m isi tersebut
m enim bulkan perm usuhan di antara pedagang Portugis dan Melayu. Ch. Pelras,
“Sulawesi Selatan...”, hlm . 68-69.
21 Kebijakan raja ini dapat dibaca dalam G.J . Wolhoff, Sedjarah Goa, hlm . 23-29;
Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka..., hlm . 25-26; Anthony Reid,
“The Rise of Makassar”, hlm . 137-138.
22 Ch. Pelras, “Sulawesi Selatan… “, hlm . 59-60 . Baca juga Leonard Y. Andaya, The
Heritage of Arung Palakka…, hlm . 21-22; P.A. Tiele, “De Europeers in den Maleische
Archipel”, hlm . 423.
23 Mattulada, Satu Lukisan An alitis terhadap An tropologi-Politik oran g Bugis
(J akarta: Universitas Indonesia. Disertasi), hlm . 35 dan 279. Dalam Lontara Latoa
No. 245 dinyatakan bahwa “barulah disebut budak (ata) apabila term asuk dalam
em pat m acam ikhwal: pertam a, orang dijajakan lalu dibeli; kedua, orang yang
dijual, ia berkata belilah saya dan engkau m em belinya; ketiga, orang yang diram pas
(dikalahkan) dalam perang, kita m em belinya; kem pat, orang yang bersalah pada adat
(ade) atau kerajaan, ia dijual dan engkau m em belinya. Baca juga H.J . Friedericy, “De
Standen bij de Boe gisnezen en Makasaren”, dalam BKI (No. 90 , 1933), hlm . 10 1.
24 H.A. Sutherland, “ Slavery and the Slave Trade…”, hlm . 267; J . Noorduyn, “De
Handelsrelatie van het Makassarse Rijk volgens de Notietie van Cornelis Speelm an
(1669)”, dalam N ederlandse Historische Bronnen (‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff,
1983. Vol. III), hlm . 97-123. Ch. Pelras, “Sulawesi Se latan...”, hlm . 60 -61. Menurut
Cauto, sebagaim ana dikutip Pelras, keba nyakan budak yang dijual adalah tawanan
perang. Harga seorang budak sekitar em pat atau lim a potong kain putih. Sutherland
m enjelaskan pula soal perbedaan harga antara budak wanita dan laki-laki pada 1757-
1772. Harga seorang budak perem puan sekitar 120 gulden sem entara budak laki-laki
30 gulden. H.A. Sutherland, “Slavery and Slave Trade...”, hlm . 270 .
25 J .C. van Leur, Indonesian Trade and Society …, hlm . 134. Pem berian kepada pejabat
di tem pat perdagangan diatur juga dalam Hukum Pelayaran dan Perdagangan
m asyarakat Sulawesi Selatan . Baca Ph.O.L. Tobin g, H ukum Pelay aran dan
Perdagangan..., hlm . 31; L.J .J . Caron, De Handels- en Adatrechtsregelen..., hlm . 53
(khusus Pasal 24). Menyangkut pem berian hadiah kepada raja atau syahbanbar, bila
pustaka-indo.blogspot.com
188 MA K A SSA R A BA D XI X
nakhoda m em berikan hadiah tanpa sepengetahuan kelasi m aka hadiah itu dipandang
sebagai pem berian pribadi.
26 F.W. Stapel, Het Bongaais Verdrag, hlm . 8. Keterangan ini dikutip dari beberapa
surat, antara lain surat dari seorang pedagang di Makassar, yaitu S. Denis, tertanggal
15 J uli 1612.
27 Ibid., hlm . 12; Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka, hlm . 45.
28 Peristiwa ini berm ula ketika di kapal Enkhuyzen, yang berlabuh di Pelabuhan
Makassar, diselenggarakan acara m alam ram ah-tam ah dengan para pem besar dan
bangsawan Kerajaan Makassar. Acara ini diselenggarakan sehu bungan dengan
dicapainya kesepakatan antara pedagang Belanda di Ma kassar—setelah m engajukan
keluhan m engenai berbagai ham batan dan tantangan yang dihadapi berkenaan
dengan kebijakan ekonom i Kerajaan Gowa—dan pihak dewan kapal (scheepsraad)
Enkhuyzen. Ketika para undangan tiba di kapal—di antaranya Syahbandar Makassar
(Encik Husen) dan beberapa anggota keluarga kerajaan—pihak Belanda berusaha
m elucuti persenjataan m ereka sehingga terjadi perlawanan yang m enelan korban
jiwa. Dalam peristiwa ini Belanda berhasil m enawan Encik Husen dan dua orang
anggota keluarga raja, yang kem udian dibawa berlayar ke Banten. Baca F.W. Stapel,
Het Bongaais Verdrag, hlm . 13-14; Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a, hlm .
21-22; Kam aruddin, dkk., Pengkajian (Transliterasi dan Terjem ahan) Lontara
Bilang Raja Gow a dan Tallok (N askah Ma kassar) (Ujung Pandang: Departem en P &
K, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sulawesi Selatan La Galigo, 1985),
hlm . 88. Stapel m engungkapkan, kapal Enkhuyzen, yang dinakhodai oleh Dirck de
Vries, tiba di Pelabuhan Makassar pada 2 April 1615. Ketika itu koopm an VOC di
Makassar, Abraham Sterck, datang ke kapal dan m engungkapkan perasaan tidak
puasnya (peristiwa yang terjadi tidak disebutkan). Catatan harian Kerajaan Gowa-
Tallo m enyebutkan, pada 28 Rabiulawal 10 20 (28 April 1615) Encik Husen ditawan
Belanda.
29 F.W. Stapel, Het Bongaais Verdrag, hlm . 14; Leonard Y. Andaya, The Heritage of
Arung Palakka, hlm . 45-46; Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a, hlm . 22.
30 Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka, hlm . 36, Abd. Razak Daeng
Patunru, Sejarah Gow a, hlm . 39; Anthony Reid, “The Rise of Makassar”, hlm . 141.
31 Lihat Bab VI.
32 Menurut catatan harian Raja Gowa dan Tallo, jenis perahu gallei diuji kem am puannya
pada 23 Maret 1620 . Kam aruddin dkk., Pengkajian (Trans literasi dan Terjem ahan)
Lontarak..., hlm . 88. J enis perahu ini dalam naskah disebut perahu Portugis, nam un
bila dilihat dari nam anya jelas m erupakan jenis kapal perang Arab. Kem ungkinan
instruktur pem buatan kapal ini adalah orang Portugis sehingga disebut jenis kapal
Portugis. Baharuddin Lopa, Hukum Laut, Pelay aran dan Perniagaan (Penggalian
dari Bum i Indonesia Sendiri) (Bandung: Alum ni, 1982), hlm . 168. Diungkapkan,
salah satu gallei diberi nam a I Gale Dondonna Ralle Cam paga. J enis kapal ini, dengan
ukuran panjang 40 m eter dan lebar enam m eter, juga pernah dibuat oleh Petta
Sarisam pae (Raja Bone) pada abad ke-17 dengan nam a Elung Manganre.
33 C. Nooteboom , Aziatische Galeien (Rotterdam : H et Museum voot Lan d- en
Volkenkunde en hat Maritiem Museum Prins Henderik, 1951), hlm . 1.
34 Menurut catatan harian Kerajaan Gowa dan Tallo, penaklukan dilancarkan pada
April 1616 dengan m engirim kan sem bilan kapal di bawah pim pinan I Lukm uk ri
Mandallek. Baca A. Ligvoet, “Transcriptie van het Dagboek der Vorsten van Gowa
en Tallo, m et vertaling en Aan tekeningen”, dalam BKI (No. 36, 1880 , Bgn IV), hlm .
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 189
87. Kam aruddin dkk., Pengkajian (Transliterasi dan Terjem ahan) Lontarak..., hlm .
88. Dalam catatan harian ini diketahui bahwa usaha penaklukan berbagai kerajaan
di Sum bawa dilakukan beberapa kali. Setelah berhasil m enaklukkan Bim a, dikirim
ekspedisi kedua pada J uli 1618 untuk m enaklukkan Bim a dan Sum bawa, kem udian
ekspedisi ketiga pada 1626, yang berhasil m enguasai Bim a, Sum bawa, Dom pu, dan
Kenklulu (Tam bora). Untuk pendalam an, baca J . Noorduyn, “Makassar and the
Islam ization of Bim a”, m akalah dalam 10 th Conference of the IAHA di Singapura,
27-30 Oktober 1986, hlm . 10 -12. H. Zollinger, “Verslag en eene reis naar Bim a en
Soem bawa, en naar eenige plaatsen op Celebes, Saleijer en Floris, gedurende de
m aanden Mei tot Decem ber 1847”, dalam VBG (Vol. 23, 1850 ), hlm . 1-224; Henri
Cham bert-Loir, “Sum ber Melayu tentang Sejarah Bim a”, dalam Gilbert Ham onic
(ed.), Citra Masy arakat Indonesia (J akarta: Sinar Harapan, 1983), hlm . 41-55; J .
Noorduyn, Bim a en Sum baw a (Dordrecht: Foris Publication, 1987). Karya Noorduyn
tersebut m erupakan terbitan ulang berbagai tulisan A. Ligtvoet dan G.P. Rouffaer
tentang Bim a dan Sum bawa, dengan tam bahan berupa catatan tentang riwayat hidup
kedua penulis dan penjelasan m engenai uraian m ereka.
35 F.W. Stapel, Het Bongaais Verdrag, hlm . 17; J . Noorduyn, “Makassar and the
Islam ization...”, hlm . 11; Bandingkan dengan J .C. van Leur, yang m enyatakan daerah-
daerah itu berada di bawah Bugis. J .C. van Leur, Indonesian Trade and Society ...,
hlm . 10 1. Keterangan van Leur ini kurang tepat karena sebutan Bugis baru ada setelah
Perang Makassar (1666-1669) atas inisiatif Speelm an.
36 Ekspedisi ini dipim pin langsung oleh I Mangarangi Daeng Manrabbia Sultan
Alauddin (1595-1639) didam pingi patihnya, Karaeng Matoaya, pada 1616. A. Ligvoet,
“Transcriptie van het Dagboek...”, hlm . 89; J .W. Schoorl, “Power and Ideology and
the Change in the early state of Buton”, Lage Vuursche, m akalah DHIC, 23-27 J uni
1986, hlm . 1. Menurut catatan, Majira m enjadi taklukan Kerajaan Ternate pada
1580 . Penaklukan ini berkaitan dengan ekspedisi m iliter yang dilakukan oleh Raja
Baabullah, yang dikatakan berhasil m engua sai daerah Sulawesi Utara, Tengah,
Tenggara, Buton, dan Selayar, dan kem udian singgah di Gowa untuk m engadakan
perjanjian persahabatan pada tahun yang sam a. Dalam perjanjian ini Baabullah
m enyerahkan kem bali Selayar kepada Kerajaan Gowa. Baca Abd. Razak Daeng
Patunru, Sejarah Gow a, hlm . 16; Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung
Palakka, hlm . 30 . Menurut van Leur, pada abad ke-16 Ternate adalah kerajaan yang
ber pengaruh besar di sebagian besar wilayah Indonesia bagian tim ur, term asuk
Sulawesi Utara, Tim ur, Tengah, Buton, dan sebagian pulau di Nusa Tenggara.
Kerajaan Ternate juga dipandang sebagai penguasa dan pem ungut upeti di sebagian
besar kepulauan rem pah-rem pah (Maluku). J .C. van Leur, Indonesian Trade..., hlm .
175.
37 Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a, hlm . 24; “Bijdragen tot de geschiedenis…”,
hlm . 152.
38 A. Ligvoet, “Transcriptie van het Dagboek…”, hlm . 97, 112, 115; F.W. Stapel, Het
Bongaais Verdrag, hlm . 18-26.
39 A. Ligvoet, “Transcriptie van het Dagboek…”, hlm . 92.
40 Gerrit J . Knaap, Kruidnagelen en Christenen: De Verenigde Oost-Indië Com pagnie
en de Bevolking van Am bon, 1656-1696 (Utrecht: Rijks univer siteit Utrecht, 1985.
Disertasi), hlm . 24-25 ; A. Ligvoet, “Transcriptie van het Dagboek…”, hlm . 10 3. Dalam
naskah lokal tercatat bahwa pasukan telah siap pada 23 J anuari dan berangkat ke
Am bon dari Som baopu pada 3 Pebruari 1642.
pustaka-indo.blogspot.com
190 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 191
Mindanao dan kauris (sejenis kerang putih Cyprea Moneta; dahulu dipakai sebagai
alat tukar), ringgit Spanyol, dan em as. Makao m engekspor kayu cendana, kayu
sapan, lilin, rotan, gading gajah, lada, dan ringgit Spanyol; m engim por kom oditas
dari Cina seperti sutra, perhiasan em as, bahan sutra, tem baga, gong, loyang, radiks
cina, berjenis-jenis porselin, dan lainnya. Manila m engekspor berbagai jenis kain;
m engim por ringgit Spanyol, em as, porselin, tem baga jepang, dan tem bakau. Cebu
m engekspor dan m engim por barang-barang seperti yang diekspor ke dan diim por
dari Manila. Siam m engekspor kayu cendana, swavel, dan caurys; m engim por
pakaian, indigo, gading gajah, dan tem baga J epang. Kam boja m engekspor beragam
tekstil dan kayu cendana; m engim por bahan sutra, bensui (Storax Benzoin), gading
gajah, tem baga J epang, ketel tem baga, porselin, dan lainnya. Batavia m engekspor
kayu cendana, lilin, budak, sisik penyu, dan berbagai jenis m atauang; m engim por
berbagai jenis tekstil. Bantaeng m engekspor dan m engim por barang-barang seperti
yang diekspor ke dan diim por dari Batavia. Palem bang m engekspor budak dan kayu
cendana; m engim por lada.
46 F.W. Stapel, Het Bongaais Verdrag, hlm . 191; Leonard Y. Andaya, The Heritage of
Arung Palakka, hlm . 117; Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a, hlm . 58-59.
Sebagian isi surat Speelm an dan Dewan, sebagaim ana dikutip oleh Stapel, berbunyi:
“Hingga kini kam i sesungguhnya tidak begitu m em percayai Kerajaan Makassar,
kam i seolah-olah sedang berada dalam perang terbuka, kendati dari luar m ereka
m enunjukan kem anisan dan ke cintaan.”
47 H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …”, hlm . 10 9. Mengenai gam baran kota, lihat
Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka, Map 5, Fort Rotterdam en
environs, 17th century.
48 H.A. Sutherland, “Eastern Em porium ...”, hlm . 10 9. Tentang pem bentukan kota baru
ini, baca juga Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a, hlm . 57.
49 Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka”, hlm . 115-116; H.A. Sutherland,
“Tripang and Wangkang...”, hlm . 2.
50 H.A. Sutherland, “Eastern Em porium ...”, hlm . 10 7; H.A. Sutherland, “Tripang and
Wangkang...”, hlm . 2.
51 A. Ligvoet, “Transcriptie van het Dagboek...”, hlm . 116.
52 Surat dari Gubernur Makassar, Gobius, dan J osua van Arrenwijne kepada gubernur
jenderal di Batavia tertanggal 20 Mei 1728, dalam Muh. Gade Ism ail, “Makassar:
1728” (Leiden: 1983. Laporan penelitian), hlm . 1-2.
53 P.H . van der Kem p, “P.T. Chasse’s werkzaam heid als com m issaries voor de
overnem ing van Makassar en Onderhoorigheden Gedurende Septem ber-October
1816, Blijkens eenige van hem uitgegeven en nog niet uitgegeven rapporten”, dalam
BKI (No. 77, 1917), hlm . 436. P.Th. Chasse, “Mem orie wegens den presenten toestand
van Celebes in het Gouvernem ent Makassar en diens Onderhoorigheden, 180 8”,
(ANRI: Arsip Makassar No. 189). P.Th Chasse, “Mem orie om trent de overnam e van
het etablissem ent Maccasser en Onderhoorigheden van het Engelsche Gouvernem ent
voor zijne Majesteit der Koning der Nederlanden, 1816” (ARA: Collectie Schneither
No. 126).
54 P.H. van der Kem p, “P.T. Chasse’s werkzaam heid als com m issaries...”, hlm . 436. P.Th.
Chasse, “Mem orie wegens den presenten toestand van Celebes in het Gouvernem ent
Makassar en diens Onderhoorigheden, 180 8” (ARA: Collectie Schneither No. 126).
P.Th Chasse, “Mem orie om trent de overnam e van het etablissem ent Maccasser en
pustaka-indo.blogspot.com
192 MA K A SSA R A BA D XI X
Onderhoorigheden van het Engelsche Gouvernem ent voor zijne Majesteit der Koning
der Nederlanden, 1816” (ARA: Collectie Scheither No. 126).
55 Nam a lengkap raja ini adalah La Tenritata Tupatunru daeng Soreang Aru Palakka
Malam poe Gem m ena. Dia juga dikenal sebagai Sultan Saaduddin; setelah m eninggal
diberi gelar Marinroe ri Bontowala (Yang Meninggal di Bontowala). Riwayat lengkap
tokoh ini dapat dibaca dalam Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka.
56 J am es F. Warren, The Sulu Zone, 1768-1898 (Singapore: Singapore University Press,
1981), hlm . 11.
57 Ibid., hlm . 12.
58 ENI (Vol. 1), pokok “koetei”, hlm . 375; J am es F. Warren, The Sulu Zone..., hlm . 10 .
59 J . Dalton, “Rem ark on the Bugis Cam pong Sem erinda”, dalam J .H. Moor (ed.),
Notices of the Indian Arcvhipelago and Adjacent Countries, Being a Collection
of papers Relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sim atra, N ias, The Philippine
Islands, Sulus, Siam , Cochin China, Melay o Peninsula (London: Cass 1967), hlm .
69-70 , cet. I 1837; J am es F. Warren, The Sulu Zone..., hlm . 10 .
60 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia (London:
The MacMillan Press, 1982), hlm . 72-73; Leonard Y. Andaya, “De VOC en de Maleise
Wereld in de 17de en 18de Eeuw”, dalam M.A.P. Meilink-Roelofsz dkk., (eds.), De
VOC in Azie (Bussum : Fibula-Van Dishoeck, 1976), hlm . 123.
61 H.A. Sutherland, “Slavery and the Slave Trade...”, hlm . 268; H.A. Sutherland,
“Eastern Em porium ...”, hlm . 113; Anthony Reid, “Closed and Open Slave, System s
in Pre-Colonial Southeast Asia”, dalam Anthony Reid (ed.), Slavery , Bonage &
Dependency ..., hlm . 169-171.
62 H.A. Sutherland, “Slavery and the Slave Trade...”, hlm . 267-268; Anthony Reid,
“Closed and Open Slave...”, hlm . 170 ; Ch. F. van Fraassen, Ternate, de Moliukken...,
hlm . 75-78. Budak terutam a adalah tawanan perang, nam un tidak dapat disangkal
bahwa jum lahnya m eningkat m elalui perdagangan.
63 H.A. Sutherland, “Slavery and the Slave Trade...”, hlm . 268. Baca juga Anthony Reid,
“Introduction: Slavery and Bondage in Souteast Asian History”, dalam Anthony Reid
(ed.), Slavery , Bondage & Dependency ..., hlm . 30 .
64 H.A. Sutherland, “Slavery and the Slave Trade...”, hlm . 273.
65 Leonard Blusse, “Chinese Trade to Batavia during the Days of the VOC”, dalam
Archipel (No. 18, 1979), hlm . 197.
66 H.G. Schulte Nordholt, The Political Sy stem of the Atoni of Tim or (The Hague:
Martinus Nijhoff, 1971), hlm . 165.
67 H.A. Sutherland, “Eastern Em porium ...”, hlm . 10 6.
68 Leonard Blusse, “Chinese Trade to Batavia...”, hlm . 20 9-210 . Tentang peristiwa
pem bantaian orang Cina, baca Leonard Blusse, “Batavia 1619-1740 : the Rise and Fall
of a Chinese Colonial City”, dalam Journal of Southeast Asian Studies (Vol. 12, 1981,
No. 2), hlm . 159-178; Leonard Blusse, Strange Com pany , Chinese Settlers, Mestizo
W om en and the Dutch in VOC Batavia (Dordrech-Holland: Foris Publication, 1986),
hlm . 73-97; A.R.T. Kem asang, “The Dutch Role in the 1740 Chinese Pogrom s in J ava”,
dalam Jam batan (Thn. 4, 1986, No. 1), hlm . 3-26.
69 Tentang tarif pajak im por jung Cina di Batavia pada m asa VOC, baca P.H. van der
Kem p, Oost-Indië’s Geldm iddelen: japansche en Chineesche Handel van 1817 op
1818 in- en uitvoerrechten, opium , sout, tolpprten, kleinzegel, boschw esen, Decim a,
Canton naar Oorspronkelijke stukken (‘s-Gravenhage: Martinus Nihoff, 1919), hlm .
8-9; Leonard Blusse, Strange Com pany ..., hlm . 142-144. Pajak im por dan ekspor
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 193
di Makassar m enurut P.Th. Chasse, Gubernur Makassar, sebesar lim a persen dari
nilai barang. Chasse kem udian m enaikkan pajak pada 180 6. P.Th. Chasse, “Mem orie
wegens des presenten toestand...” (ANRI: Arsip Makassar No. 189). Tarif pajak di
Makassar lebih besar sekitar em pat hingga lim a kali dibandingkan yang berlaku di
Batavia.
70 Tentang perlawanan Karaeng Bontolangkasa baca Abd. Razak Daeng Patunru,
Sejarah Gow a, hlm . 77-79; A.Z. Abidin, “La Madukelleng m enggalang persatuan
Sulawesi Selatan m engusir VOC”, dalam Prism a (1980 , No. 8), hlm . 38-57; Mukhlis
dan Edward L. Poelinggom ang, Batara Gow a: Messianism e dalam Gerakan Sosial
di Tanah Makassar (Ujung Pandang: 1985. Laporan penelitian), hlm . 152-169.
71 Leonard Blusse, “The Chinese Trade to Batavia...”, hlm . 210 -211; Leonard Blusse,
Strange Com pany ..., hlm . 147-148. Pada 1753, ketika diketahui terdapat pelayaran
ilegal jung ke Palem bang dan pesisir tenggara Kalim antan, VOC hanya m engeluarkan
tiga lisensi untuk perdagangan dengan Makassar dan Palem bang. Setahun kem udian
ketiga lisensi itu dibatalkan. Sem ua jung dilarang berlabuh ke pelabuhan lain kecuali
Batavia dan Malaka; hanya satu jung ke Makassar dan dua jung ke Banjarm asin
setiap tahun. Tahun berikutnya hendak dikeluarkan peraturan untuk m em batalkan
kun jungan jung ke sem ua pelabuhan kecuali Batavia. Rencana ini tidak direali-
sasikan. Pertim bangannya: Pelabuhan Malaka, Banjarm asin, dan Makassar tidak
berkem bang tanpa kehadiran jung.
72 Dikutip dari H.A. Sutherland, “Tripang and Wangkang...”, hlm . 7.
73 Menyangkut gerakan ini baca J .Tidem an, “Batara Gowa op Zuid-Celebes”, dalam
BKI (No. 64, 190 8), hlm . 350 -390 ; Mukhlis dan Edward L. Poelinggom ang, Batara
Gow a...; M.P.H. Roessingh, “A Pretender on Gowa Throne: The War of Batara Gowa
I Sangkilang in South West Celebes”, dalam Itenerario (1985), hlm . 151-177. Batara
Gowa adalah gelar yang diberikan kepada Am as Medina pada J uni 1758, setelah sekitar
lim a tahun dinobatkan m enjadi raja (21 Desem ber 1753). Raja ini m erupakan tokoh
yang diharapkan oleh para pem besar dan bangsawan kerajaan dapat m em ulihkan
kekuasaan Gowa, nam un ditekan oleh VOC. Oleh karena itu dia m eninggalkan istana
secara diam -diam . Tersiar kabar bahwa dia m eninggalkan kerajaan untuk m encari
bantuan Inggris. Hal ini m endorong VOC bergiat m em burunya. VOC kem udian
m engatakan bahwa tokoh ini berhasil ditangkap dan kem udian diasingkan ke Seilon
pada 1767; pada 1795 dia diberitakan m eninggal di tem pat pem buangan.
74 P.B. van Staten ten Brink, Zuid Celebes, Bijdragen tot de Krijgsgeschiedenis en
m ilitaire Geographie van de Zuidelijke Landtong van het Eiland Celebes (Utrecht:
Kem ink & Zoon, 1884), hlm . 236; P.H. van der Kem p, “P.T.Chasse’s Werkzaam heid...”,
hlm . 424-425.
75 ANRI, Arsip Makassar No. 8/ 6 “Algem een Verslag, 1854”.
76 H.A. Sutherland, “Slavery and Slave Trade...”, hlm . 268.
77 KITLV, H. 1129, “Algem een Overzicht, 1838-1848”.
78 P.B. van Staten ten Brink, Zuid Celebes..., hlm . 236, 256. Wilayah Propinsi Bagian
Utara pada 1794 direbut oleh Bone.
79 ANRI, Arsip Makassar No. 189: P.Th. Chasse, “Mem orie wegens den Presenten
Toestand...”.
80 ANRI, Arsip Makassar No. 189: P.Th. Chasse, “Mem orie wegens den Presenten
Toestand.…”
pustaka-indo.blogspot.com
194 MA K A SSA R A BA D XI X
1 Richard O. Winstedt, “A History of Malaya”, dalam JMBRAS (Vol. 13, 1935), hlm .
10 5-10 9; Richard O. Winstedt, “Notes on the History of Kedah”, dalam JMBRAS
(Vol. 15, 1936), hlm . 158-161; J am es F. Warren, The Sulu Zone…, hlm . 17, 38; D.K.
Bassett, “British Com m ercial and Strategic Interest in the Malay Peninsula During
the Late Eighteenth Century”, dalam J ohn Bastian dan R. Roolvink, Malay an and
Indonesian Studies: Essays Presented to Sir Richard Winstedt on his Eighty-ifth
Birthday (Oxford: The Clarendon Press, 1964), hlm . 122-140 ; D.K. Bassett, British
Trade and Policy in Indonesia and Malay sia in the Late Eighteenth Century (Hull
Monographs on South-east Asia No. 3, 1971), hlm . 2-3.
2 D.K. Bassett, “British Com m ercial…”, hlm . 124-125; D.K. Bassett, British Trade and
Policy …, hlm . 27-28.
3 D.K. Bassett, “British Com m ercial…”, hlm . 123; D.K. Bassett, British Trade and
Policy …, hlm . 58.
4 Barbara W. Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 10 3-10 4;
D.K. Bassett, “British Com m ercial…”, hlm . 124; D.K. Bassett, British Trade and
Policy …, hlm . 59.
5 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 10 4;
Leonard Y. Andaya, “De VOC en de Maleise Wereld in de 17de en 18de Eeuw”, dalam
M.A.P. Meilink-Roelofsz et. al. (eds.), De VOC in Azie, hlm . 143-145.
6 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 10 3-
10 4; D.K. Bassett, “British Com m ercial…”, hlm . 126-127.
7 Barbara W. Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 94;
Leonard Blusse, “Chinese Trade…”, hlm . 20 9-210 . Leonard Blusse, “Batavia 1619-
1740 …”, hlm . 159-178; Leonard Blusse, Strange Com pany …, hlm . 94-95; J ohn E.
Wills, “De VOC en de Chinezen…”, hlm . 182-183.
8 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 10 0 -
10 1.
9 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 10 4;
Wong Lin Ken, The Trade of Singapore, 1819-1869 (Singapore: Tien Wah Press Ltd.,
1961. Terbitan khusus JMBRAS Vol. XXIII, No. 1), hlm . 15-16.
10 Menyangkut kedudukan Belanda yang m elem ah dalam perdagangan pada abad ke-
18, baca C.R. Boxer, The Dutch Seaborne…, Bab X, hlm . 268-294.
11 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 10 5;
Leonard Y. Andaya, “De VOC en de Maleise Wereld…”, hlm . 147-149. Reinout C.
Vos, Koopm an en Koning: De VOC en de Maleise Tinhandel, 1740 -180 0 (Utrecht:
Rijksuniversiteit, 1990 . Disertasi), hlm . 163-173.
12 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 14; Barbara W. Andaya dan Leonard
Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 10 1; Reinout C. Vos, Koopm an en Koning…,
hlm . 129.
13 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm .
10 7; Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 16; D.K. Bassett, “British
Com m ercial…”, hlm . 140 .
14 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 10 5-
10 6. Beberapa kajian tentang bajak laut di Melayu dan di Kepulauan Hindia Belanda
m enunjukkan bahwa kem unculan m ereka m e rupa kan dam pak dari kontrak dagang
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 195
yang dilakukan secara sewenang-wenang oleh VOC. Nicholas Tarling, Piracy and
Politics in the Malay W orld (Melborne: F.W. Cheshire, 1963), hlm . 10 ; J am es F.
Warren, The Zulu Zone…, hlm . 147; A.B. Lapian, Orang Laut-Bajak Laut-Raja
Laut:.., hlm . 10 ; “Zeerover”, dalam EN I (J ld. IV, Cet. II, 1921), hlm . 821-826.
15 “Korte Kroniek”, dalam Regeering Alm anak (1898), hlm . 587.
16 Barbara W. Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm . 10 0 ; H.A.
Sutherland, “Eastern Em porium …”, hlm . 10 7; P. de Gruijl, “J ohor, Malakka en de
VOC”, hlm . 7-8.
17 Petugas Independent-Fiscaal bertindak atas instruksi langsung dari Heeren XVII.
18 P. de Gruijl, “J ohor, Malakka en de VOC”, dalam Jam batan (Thn. 6, No. 1, 1988),
hlm . 8-15.
19 Pada 1793 J ohannes Siberg diangkat sebagai anggota kom isi. Pada 1796 Alting
m engundurkan diri sebagai anggota kom isaris karena jabatannya sebagai gubernur
jenderal berakhir (1780 -1796). J abatan gubernur jenderal kem udian diisi oleh Pieter
Gerardus van Overstraten (1796-180 1). Frijke nius m eninggal dunia pada 1796.
20 ANRI, Arsip Makassar No. 189; P.Th. Chasse, “Mem orie wegens der pre senten
toestand…”.
21 ANRI, Arsip Makassar No. 291/ 6, “Proclam ation Placates, 6 Maret 1812”. Upacara
ini berlangsung di Fort Rotterdam (Benteng Makassar). Pegawai Pem erintah Hindia
Belanda di Makassar tetap dipekerjakan dan berada di bawah pejabat Inggris.
22 ANRI, Arsip Makassar No. 291/ 6, “Proclam ation Placates, 7 Maret 1812”.
23 ANRI, Arsip Makassar No. 291/ 6, “Proclam ation Placates, 15 Maret 1812”.
24 ANRI, Arsip Makassar No. 291/ 6, “Proclam ation Placates, 24 April 1812”. Ketentuan
ini tidak m utlak bagi sem ua kom oditas karena terdapat be berapa pengecualian,
seperti untuk beras dikenakan pajak tiga persen, tem bakau jawa 10 persen, dan
tekstil dari Eropa 15 persen. ANRI, Arsip Makassar No. 291/ 18, Schinne, “Verslag
van de Havenm eester…”.
25 ANRI, Arsip Makassar No. 291/ 6, “Proclam ation Placates, 6 J anuari 1813”.
26 Lihat P.H. van der Kem p, De Teruggave der Oost-Indische Koloniën, 1814-1816:
Naar Oorspronkelijke Stukken (‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1910 ), Bab I, hlm .
72-97; Aug. de Vries, Geschiedenis van de Handels politieke Betrekkingen tusschen
Nederland en Engeland in de Negentiende Eeuw (1814-1872) (‘s-Gravenhage:
Martinus Nijhoff, 1931), hlm . 11-12.
27 Lihat Traktat London 1814 dalam P.H. van der Kem p, De Teruggave…, Lam piran I,
hlm . 40 5-40 9.
28 Aug. de Vries, Geschiedenis van de Handelspolitieke…, hlm . 5.
29 P.H. van der Kem p, De Teruggave…, hlm . 5-6. A.R. Falck ketika itu m enjabat
sekretaris negara di Departem ent van Onderwijs, Nationale Nijverheid en Koloniën
(Departem en Pendidikan, Prindustrian Negara, dan Koloni). Pada J uni 1824 dia
diangkat m enjadi duta Belanda di London. G.K. van Hogendorp adalah pejabat
sekretaris negara di Buitenlandsche Zaken (Departem en Urusan Luar Negeri) dan
kem udian m enjadi Wakil Presiden Raad van State (Dewan Penasihat Negara).
30 Stb NI (1818), No. 13, hlm . 42-45.
31 Stb NI (1818), No. 13, hlm . 42.
32 Wong Lin Ken m enulis, m enurut Inggris Pem erintah Belanda di Batavia m engatakan
bahwa tarif im por sebesar 10 persen berlaku um um , nam un dalam pelaksanaannya
kapal Belanda dikenai 30 persen sem entara kapal asing lainnya 60 persen. Wong
Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 23.
pustaka-indo.blogspot.com
196 MA K A SSA R A BA D XI X
33 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm .
110 -111; C.M. Turnbull, A History of Singapore, 18 19-1975 (Oxford: Oxford
University Press, 1977), hlm . 1; Nicholas Tarling, Piracy and Politics…, hlm . 18.
Bandingkan dengan Wong Lin Ken, The Trade of Singa pore…, hlm . 25; Wong Lin
Ken menyatakan, Rafles tiba di Penang atas instruksi Supreme Government untuk
m encari bandar niaga di bagian selatan Selat Malaka.
34 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm .
111. Pada 1824 Sultan Mahm ud Syah dan Tum enggung Singapura m enyetujui
penyerahan kekuasaan atas Singapura kepada Inggris dengan im balan sejum lah
uang pensiun, dan m ereka diperbolehkan tetap m enetap di pulau itu.
35 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 25; Nicholas Tarling, Piracy and
Politics…, hlm . 17-18.
36 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 25-26; Nicholas Tarling, Piracy and
Politics…, hlm . 11-12.
37 Nicholas Tarling, Piracy and Politics…, hlm . 11; Wong Lin Ken, The Trade of
Singapore…, hlm . 25.
38 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 74-76; G.F. Davidson, Trade and
Travel in the Far East: or Recollections of Tw enty -one Years Passed in Java,
Singapore, Australia and China (London: Madden and Malcolm , 1846), hlm .
56-57; J am es F. Warren, The Zulu Zone…, hlm . 13. Segera setelah Singapura
didirikan, pedagang Bugis m em iliki perm ukim an di Kam pung Glam . Pada 1824
jum lah m ereka 1.851 jiwa, atau 10 persen dari seluruh penduduk yang berjum lah
10 .683 jiwa. Tentang penduduk Singa pura, baca Hayes Marriott, “Inhabitants and
population”, dalam Walter Makepeace, F.J .J . Gilbert, E. Brooke, dan Roland St.J .
Braddell (eds.), One hundred Years of Singapore (London: J ohn Murray, 1921),
hlm . 341-362.
39 Dikutip dari J am es F. Warren, The Zulu Zone…, hlm . 147. J am es F. Warren, “Slavery
and the Im pact of External Trade: Sulu Sultanate in the 19 th Century”, dalam Alfred
W. McCoy dan Ed C. de J esus (eds.), Philippine Social History : Global Trade and
Local Transform ations (Manila: Alteneo de Manila University Press, 1982), hlm .
419-420 ; Nicholas Tarling, Piracy and Politics…, hlm . 10 ; A.B. Lapian, Orang Laut-
Bajak Laut-Raja Laut…, hlm . 9-10 , 30 5.
40 Istilah ini hendaknya dibedakan dengan “perdagangan gelap” (sm okkehandel).
Perdagangan gelap berarti m em asukkan barang ke pusat per dagangan tanpa
m elalui saluran resm i, seperti kom oditas yang dim onopoli atau dilarang oleh
pem erintah, sebagaim ana transaksi di bandar niaga yang m elanggar ke tentuan
atau tanpa sepengetahuan pihak yang berwajib, yang sering disebut “perkara gelap”
(sw arte zaken) atau “keun tungan diam ” (stille w insten).
41 P.H. van der Kem p, Oost-Indië’s Geldm iddelen: Japansche en Chineesche Handel
van 1817 op 1818 In en Uitvoerrechten, Opium , Sout, Tolpoorten, Kleinzegel,
Boschw ezen : Decim a, Can ton n aar Oorspon kelijke Stukken (‘s-Graven hage:
Martinus Nijhoff, 1919), hlm . 325; Reinout C. Vos, Koopm an en Koning…, hlm . 33-
46.
42 Hayes Marriot, “Inhabitants and Population”, hlm . 341-362; tentang per m ukim an
orang Bugis di wilayah ini, lihat pula J am es F. Warren, The Zulu Zone…, hlm . 13.
43 Tentang keberhasilan ini lihat Walter Makepeace, F.J .I. Gilbert, E. Brooke, dan
Roland St.J . Braddell (eds.), One Hundred Years…; Wong Lin Ken, The Trade of
Singapore…; Chiang Hai Ding, A History of Straits settlem ents foreign trade, 1870 -
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 197
1915 (Singapore: National Museum , 1978); C.M. Turn bull, A History of Singapore,
1819-1975 (Oxford: Oxford University Press, 1977).
44 H.A. Sutherland, “Tripang and Wangkang…”, hlm . 6; Leonard Blusse, “The China
Trade…”, hlm . 211. J um lah ini tidak pernah berubah. ARA, Collectie Schneither No.
127: J . Krusem an, “Rapport van de Adjunct Directeur der Inkom ende en Uitgaande
Regten Om trent de Handel te Makassar, 16 J uli 1824”; ARA, Collectie Schneither
No. 127: J .D. Schelle dan J .H. Tobias, “Eenige Bedenkingen Om trent de Handel van
Makassar, 1824”.
45 ARA, Collectie Schn either No. 127; J . Krusem an , “Rapport van de Adjun ct
Directeur…”
46 Tarif pajak im por jung yang m engunjungi Batavia pada periode VOC diperoleh dari
P.H. van der Kem p, Oost-Indië’s geldm iddelen…, hlm . 8-9. Berdasarkan ketentuan
9 Desem ber 1746, pajak bagi jung yang m engun jungi Batavia ditetapkan sebagai
berikut: jung besar dari Nim po dipungut 90 0 ringgit dan jung kecil 750 ringgit;
jung besar dari Kanton 750 ringgit dan jung kecil 70 0 ringgit; jung besar dari
Am oy 550 ringgit dan jung kecil 420 ringgit. Tarif ini berlaku selam a tiga tahun,
kem udian dinaikkan dua kali lipat pada 28 Desem ber 1749. Untuk tarif tahun 1818
diketahui dari “Publikatie van de 28sten Augustus 1818, Waarbij wordt Gearresteerd
een Reglem ent op het Heffen der Inkom ende en Uitgaande Regten op J awa en
Madoera”, dalam Stb N I (1818), hlm . 45.
47 Larangan pelayaran niaga bagi pedagang dari Sulawesi Selatan ke Maluku dim uat
dalam Pasal 9 Perjanjian Bungaya, yang ditandatangani untuk m engakhir Perang
Makassar 1666-1776. J .F. Heeres, Corpus Diplom aticum N eerlando-Indicum , hlm .
374; F.W. Stapel, Het Bongaais Verdrag, Lam piran I. Tentang Perang Makassar,
lihat juga N. MacLord, “De Onder werping van Makassar door Speelm an, 1666-
1669”, dalam IG (190 0 , No. 2), hlm . 1269-1297; Leonard Y. Andaya, The Heritage
of Arung Palakka. Keterangan m e nyangkut pelaksanaan Perjanjian Bungaya hingga
1824 diketahui dari ARA, Collectie Schneither No. 126: P.Th Chasse, “Mem orie
Om trent de Over neem …”; ARA, Collectie Schneither No. 126: M. Francis, “J ournal
Gehouden door M. Francis gedurende eene Kom m issie Reis m et de Kom m isaris Mr.
J .H. Tobias naar Makassar, Februari tot Mei 1824”.
48 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag over Makassar in 1838”.
49 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”. Hubungan diplom asi
baru direalisasikan pada 1849, lewat perm ohonan kepada Pem e rintah Portugis agar
Konsul Belanda di Kanton diakui sebagai per wa kilan nya untuk Makao. KITLV, H.
119: “Betrekkingen m et Vreem de Oorstersche Volken”.
50 “De Vestiging van Singapore”, dalam TNI (Thn. X, 1881), hlm . 40 1; Nicholas Tarling,
Piracy and Politics…, hlm . 18.
51 Menyangkut Traktak London 17 Maret 1824, baca P.H. van der Kem p, “De
Geschiedenis van het Londonsche Tractaat van 17 Maart 1824”, dalam BKI (No. 56,
190 4), hlm . 1-244; Aug. de Vries, De Geschiedenis van de Handelspolitieke…, hlm .
63-95.
52 P.H. van der Kem p, “De Geschiedenis van het Londonsche…”, hlm . 156-177. Selain itu
dicapai persetujuan m enyangkut tarif im por dan ekspor: untuk penduduk Bum iputra
dari daerah koloni tidak boleh lebih dari 10 persen, sem entara untuk pedagang asing
tidak boleh dua kali lipat dari yang dikenakan kepada penduduk daerah koloni
(Pasal 2). Kedua negara juga berjanji untuk bersam a-sam a m em berantas bajak laut
(Pasal 5).
pustaka-indo.blogspot.com
198 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 199
70 ANRI, Arsip Financien No. 737: “Extract uit het Register der Resolutien van G.G. van
NI en Raden, 27 Februari 1832”.
71 ANRI, Arsip Makassar No. 10 a/ 2a: “Extract uit het Register de Resolutien van de
Gouverneur Generaal van Nederlandsch Indië en Raden, 27 Februari 1832”.
72 ANRI, Arsip Financien No. 737: “Extract uit het Register der Besluiten van den
Gouverneur van Makassar, 30 April 1832”.
73 ANRI, Arsip Makassar No. 10a/2a: “Ontwerp van Reglement op de Hefing der
Inkom ende en Uitgaande Regten te Makassar, 10 Mei 1832”. Lihat juga ANRI, Arsip
Makassar No. 10 a/ 2a: “Extract uit het Register…, 27 Februari 1832”; ANRI, Arsip
Financien No. 737: “Extract uit Register…, 30 April 1832”.
74 ARA, Arsip NH M No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”. Schuurm an
tiba di Makassar 7 Maret 1838 dan tinggal selam a tiga m inggu untuk m enjajaki
pengem bangan perdagangan kain lena Belanda dan pendirian pabrik.
75 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
76 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”. Hasil penelitian
Schelle dan Tobias pada 18 24 juga m enunjukkan bahwa produk Cina yang
diperdagangkan di luar Makassar lebih m urah 35 persen daripada di Makassar; ARA,
Collectie Schneither No. 127: J .D. Schelle dan J .H. Tobias, ”Eenige Bedenkingen…”.
77 ARA, Arsip M.v.K 1850 -190 0 No. 6356: “Mailrapport No. 869”; J .H. Moor, N otice
of the Indian Archipelago and adjacent countries of papers relating to Borneo,
Celebes, Bali, Java, Sum atra, Aras, The Philippine Island, Sulus, Siam , Cochin
China, Malay a Peninsula & C (Singapore: Free Press, 1837), hlm . 72 dan 77; H.A.
Sutherland, “Power, Trade and Islam …”, hlm . 153.
78 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…., hlm . 10 6-133.
79 ARA, Arsip M.v.K. No. 3211: J .W. May, “Missive aan de Minister van Koloniën, J .C.
Baud, London 6 Maart 1847”. Peran m ereka bagi kem ajuan perdagangan Singapura
dapat dibaca pula dalam G.F. Davidson, Trade and Travel…., hlm . 56-57. Wong Lin
Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 68.
80 ARA, Arsip M.v.K. No. 3211: J .W. May, “Missive aan de Minister…, London 6
Maart 1847”. Nilai im por dan ekspor Singapura pada 1845, secara berurutan,
sebesar 4.832.0 53 poundsterling dan 6.0 0 5.942 poundsterling; tahun 1846 sebesar
4.732.0 40 poundsterling dan 5.945.796 poundsterling. Nilai im por dan ekspor
Sulawesi dan Kepulauan Hindia Belanda bagian tim ur untuk tahun 1845, secara
berurutan, sebesar 589.845 poundsterling dan 1.131.558 poundsterling; tahun 1846
sebesar 688.985 poundsterling dan 1.118.135 poundsterling.
81 G.F. Davidson, Trade and Travel…, hlm . 57.
82 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 282-284 (Tabel viii b, ix b, dan x b).
83 ARA, Collectie Schn either No. 127: J .D. Schelle dan J .H . Tobias, “Een ige
Beden kin gen …”; H .A. Sutherlan d, “Eastern Em porium …”, hlm . 111. Laporan
Schelle dan Tobias m encantum kan jalur-jalur yang rawan penyelundupan, seperti
Sungai Tallo, Sungai J eneberang, lintasan dari Pare-Pare, dan Sungai Cenrana.
Perdagangan gelap ini dibahas lebih lanjut dalam Bab V.
84 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
85 Robert Y. Eng, “The Transform ation of a Sem i-colonial Port City: Shanghai, 1843-
1841”, dalam Frank Broeze, Brides of the Sea: Port Cities of Asia from the 16th-20 th
Centuries (Kensington: New South Wales University Press, 1989), hlm . 130 .
86 Francis E. Hyde, Far Eastern trade, 1860 -1914 (London: Adam & Charles Black,
1973), hlm . 3; Robert Y. Eng, “The Transform ation…”, hlm . 130 . Hyde m enyebut
pustaka-indo.blogspot.com
200 MA K A SSA R A BA D XI X
em pat pelabuhan yang dibuka karena Kanton telah dibuka sebelum nya, sem entara
Eng m enyebut Shanghai dan kem udian em pat pelabuhan lainnya, term asuk Kanton.
87 J .H. Moor, N otice of the Indian Archipelago…, hlm . 72, 75-77; KITLV, H. 1129:
“Algem een Overzicht 1839-1848”; Sartono Kartodirdjo, dkk., Ikhtisar keadaan
politik…, hlm . 291.
88 Barbara Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya, A History of Malay sia, hlm .
124-130 ; Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 66. Pem e rintah Belanda
m engajukan protes atas usaha J am es Brooke itu. Menanggapi protes tersebut
Pem erintah Inggris m enyatakan bahwa negara ini belum berniat m enjadikan
Serawak sebagai koloninya.
89 Dalam Stb N I (1846) No. 8 dinyatakan, gulden tem baga yang bernilai 10 0 sen
(duiten) dihapuskan sejak 1 April 1846.
90 KITLV, H.1129: “Algem een Overzicht 18 39-18 48 ”; Sartono Kartodirdjo, dkk.,
Ikhtisar Keadaan Politik…, hlm . 268-269. Pengum um an ini didasarkan pada
desakan Menteri Koloni dalam suratnya tertanggal 19 Desem ber 1845 No. 443/ Q1
zeer geh. dan 10 J uli 1846 No. 20 b D.I. Geh, sem entara pelaksanaannya didasarkan
pada Surat Keputusan tertanggal 28 Februari 1846 No. 19 dan 28 J anuari 1847 No.
La.D.
91 Javaansche Courant (Zaterdag, 22 Mei 1847), No. 47.
92 Overzigt van den handel en de scheepvaart in de Nederlandsche bezit tingen in Oost-
Indië, buiten Java en Madoera over de jaren 1846, 1847 en 1848 (‘s-Gravenhage:
Gebroeders Giunta d’Albani, 1850 ), hlm . 56.
93 Stb NI (1846) No. 27.
94 Stb N I (1847) No. 22. Menyangkut pem batalan pelayaran, lihat juga Stb N I (1847)
No. 41.
95 Pelabuhan Menado dan Kem a dibuka pada 1848, Stb N I (1848) No. 42. Pelabuhan
Ambon, Banda, Ternate, dan Kaili pada 1853, Stb N I (1853) No. 46.
96 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”; ARA, Arsip M.v.K.
No. 2872: “Verbal 8 April 1874 No. 53”.
97 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 10 3.
98 J am es F. Warren, The Zulu Zone…, hlm . 147. Mengenai beragam nya pendapat
m engenai penyebab tim bulnya bajak laut, lihat m isalnya Nicholas Tarling, Piracy
and Politics…, hlm . 10 -12; A.B. Lapian, Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut:…, hlm .
8-10 ; ENI (J ld. IV, Cet. II, 1921), hlm . 821-826.
99 Nicholas Tarling, Piracy and Politics…, hlm . 12. Kesultanan Sulu m e m andang
bahwa kebijakan Inggris untuk m enjadikan Blam bangan sebagai entrepot dapat
m em atikan perdagangan kesultanan itu sehingga Blam bangan diserang dengan
m em anfaatkan bajak laut. Oleh karena itu Inggris m em bangun pertahanan di
Kalim antan Utara dan m enem patkan Blam bangan sebagai basis angkatan lautnya
untuk m enghancurkan bajak laut. Usaha Inggris ini m enyebabkan bajak laut
m engalihkan kegiatan m ereka ke tim ur dan m em bangun benteng pertahanan di
Balangingi, J am es F. Warren, The Zulu Zone…, hlm . 183.
10 0 ARA, Arsip M.v.K. 1814-1849 No. 4168: “Nadere aanteekeningen betreffen de
zeeroverij in Nederlandsch-Indië”; J .A. Muller, “Verblijf bij de zeeroo vers”, dalam
BKI (Vol. 4, 1877, No. 1), hlm . 286.
10 1 Javaansche Courant (Woensdag, 28 J uni 1848), No. 52.
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 201
10 2 ANRI, Arsip Finantien No. 737: “Register der gesloten kontracten m et Inlandsche
vorsten betreffende handel en scheepvaart”; ARA, Arsip M.v.K. Suplem ent No. 13:
“Overeenkom sten m et inlandsche vorsten in de Oost Indische Archipel”.
10 3 Kolonial Verslag (1855), hlm . 139.
10 4 ANRI, Arsip MGS, J anuari 1890 No. 44: “Verslag van den Raad van Nederlansdch-
Indië, 6 Desem ber 1881”; ANRI, Arsip Makassar No. 9/ 4: “Kultuur Verslag van het
Gouvernem ent Celebes en Onderhoorigheden over het jaar 1860 ”; Kolonial Verslag
(1860 ).
10 5 Kolonial Verslag (1869), hlm . 153.
10 6 Kesibukan lalu-lintas pelayaran niaga, kem ajuan im por-ekspor, dan per tum buhan
perusahaan dagang diuraikan dalam Bab V.
10 7 Overzigt van den handel en de scheepvaart…, (1846, 1847, dan 1848); Statistiek van
den handel, de scheepvart…, (1873). Bandingkan dengan “Makasser als vrijhaven”,
IG (1879, Vol I), hlm . 648. Bila kita m em bandingkan Makassar sebelum m enjadi
pelabuhan bebas dan 25 tahun kem udian, tam pak nilai total im por-ekspor m eroket
hingga 1.0 0 0 persen. Sem entara itu data Wong Lin Ken dalam The Trade of
Singapore…, Tabel XXVII, hlm . 254, m engungkapkan bahwa volum e perdagangan
Makassar pada 1847 sebesar f4.590 .780 dan pada 1873 f23.674.195, sem entara
Singapura, secara berurutan, untuk tahun yang sam a, 23.637.871 pound sterling dan
88.395.867 poundsterling.
10 8 Sartono Kartodirdjo, “Politik Kolonial Belanda Abad ke-XIX”, Lem baran Sedjarah
(Yogyakarta: Seksi Penelitian Djurusan Sedjarah Fakultas Sastra dan Kebudajaan
Universitas Gadjah Mada, No. I, 1967), hlm . xvi.
10 9 Sarton o Kartodirdjo, “Politik Kolon ial Belan da…”, hlm . xx. Pada dasarn ya
perjuangan kaum pengusaha didorong oleh kepentingan ekonom i, sem en tara kaum
hum aniter didorong oleh keyakinan bahwa kebebasan berusaha dan kebebasan
bekerja m erupakan jam inan yang paling utam a bagi ke m ajuan dan kesejahteraan.
110 Sprenger van Eyck pada awalnya diangkat sebagai inspecteur (inspektur) pada
Departem en Keuangan dan kem udian direktur pada lem baga yang sam a pada 1873.
Pada 1877 dia diangkat sebagai Algem een Secretaris (Sekretaris Um um ) Gubernur
J enderal Hindia Belanda, dan dua tahun kem udian (1879) diangkat sebagai anggota
Raad van Indië (Dewan Hindia Belanda). Dia diangkat sebagai Minister van
Koloniën (Menteri Koloni) untuk periode 1884-1888.
111 Peraturan pajak pelayaran dan perdagangan ini dituangkan dalam “Lem baran
Negara Hindia Belanda” (Staatsblad van Nederlandsch-Indië) tahun 1873 No. 35.
Tarif pajak im por bervariasi: ada yang dikenakan enam persen dari nilai barang
(porselin, am unisi, bahan m akanan, benang, barang gelas, kerajinan kayu, dan
lainnya); ada yang dipungut berdasarkan ukurannya (gam bir, m isalnya, dikenakan
pajak f20 untuk setiap 10 0 kg, cuka bervariasi antara f2 dan f2,50 setiap hektoliter,
dan lainnya); ada pula yang bebas pajak (seperti buku, peralatan dan bahan untuk
pabrik dan pem buatan kapal, pupuk, dan lainnya). Sem entara pajak ekspor hanya
dikenakan pada delapan jenis barang, yaitu: kulit (2 persen), indigo (f0 ,10 per
kg), kopi (f3 per 10 0 kg), gula (f0 ,30 per 10 0 kg), tem bakau (f1 per 10 0 kg), teh (f1
per 10 0 kg), tim ah (f3,50 per 10 0 kg), dan burung indah (enam persen). Barang
dagangan yang telah dikenakan pajak ekspor di salah satu pelabuhan wajib pajak di
wilayah Hindia Belanda bebas pajak im por di pelabuhan lainnya (Pasal 2 ayat 3).
112 ARA, Arsip M.v.K. 1850 -190 0 No. 6356: “Mailrapport No. 742, 754, 80 5, 825,
853, dan 869”. Dalam nom er-nom er m ailrapport ini diberitakan tentang kegiatan
pustaka-indo.blogspot.com
202 MA K A SSA R A BA D XI X
ekspedisi pen um pasan pem beron takan Maradia Kappe dan Karaen g Bon to-
Bonto pada 1872. Laporan kom andan ekspedisi m engungkapkan soal bantuan
pasukan, senjata api, dan am unisi dari Kerajaan Sidenreng kepada dua pem im pin
pem berontakan itu. Ketidakpercayaan pem erintah atas laporan tersebut m endorong
Gubernur Bakkers m enyurati Raja Sidenreng dan Aru Padali Datu Mario ri Awang
pada, secara berurutan, 4 Desem ber 1872 dan 5 Desem ber 1872 (Mailrapport No.
869); H.A. Sutherland, “Power and politics in South Sulawesi: 1860 -1880 ”, dalam
RIMA (Vol. 17, 1983), hlm . 161-20 8.
113 Koloniaal Verslag (1874), hlm . 6.
114 ARA, Arsip Financien No. 783: “Missive van den Gouverneur van Celebes, J .A.
Bakkers, aan Directeur van Financien, 15 Novem ber 1873”.
115 Stb NI (1873 No. 10 9). Surat keputusan ini juga m em uat sanksi yang dikenakan
kepada para pelanggar: denda f10 0 hingga f1.0 0 0 ; senjata, am unisi, dan peralatan
perang yang diangkut akan disita bersam a kapal/ perahu atau peralatan angkutan
dan barang dagangan lain yang dibawa serta.
116 ARA, Arsip Financien No. 783: “Missive van den Gouverneur van Celebes…, 15
Novem ber 1873”.
117 ARA, Arsip Financien No. 78 3: “Missive van Gouverneur van Celebes…, 15
Novem ber 1873”.
118 Uraian secara rinci tentang volum e perdagangan antara J awa dan Singa pura dan
juga wilayah lainnya dapat dibaca dalam Bab V.
119 ARA, Arsip Financien No. 78 3: “Missive van Gouverneur van Celebes…, 15
Novem ber 1873”.
120 ARA, Arsip M.v.K. No. 2671: “Verbaal 8 April 1874 No. 53”.
121 ARA, Arsip M.v.K. No. 2671: “Verbaal 8 April 1874 No. 53”.
122 “Makasser als vrijhaven”, IG (1879, Vol. I), hlm . 649.
123 Total nilai im por dan ekspor Makassar periode 1847-1870 , secara ber urutan, sebesar
f133.80 2.881 dan f116.0 17.726; ke J awa f34.773.247 dan f26.60 2.583; ke Singapura
f28.10 8.0 81 dan f19.773.247.
124 “Onze scheepvaart”, dalam Makassarsch Handelsblad (Dinsdag, 9 J anuari 1883 No.
3, Vrijdag, 12 J anuari 1883, No. 4).
125 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een halve eeuw paketvaart, 1891-1941
(Am sterdam : J .H. de Bussy, 1941), hlm . 18; J . a’Cam po, “Een m aritiem BB: de rol
van de koninklijk paketvaart m aatschappij in de integratie van de koloniale staat”,
dalam J . van Goor (ed.), Im perialism e in de Marge: de Afronding van N ederlands-
Indië (Utrecht: HES uitgevers, 1985), hlm . 125; J . a’Cam po, “Steam navigation and
state form ation” (m akalah dalam konferensi “The Socio-econom ic Foundation of
the Late Colonial State in Indonesia, 1830 -1930 ”, Wassenaar, 12-14 J uni 1989), hlm .
4-5.
126 ANRI, Arsip Makassar No. 378: “Kort verslag van het Gouvernem ent Celebes en
Onderhoorigheden over de m aand Novem ber 1873”. Berita ini dikhawatirkan benar
adanya m engingat Ratu Bone, dalam suratnya ter tanggal 21 Mei 1873, m enolak
untuk m em bantu pem erintah m enghukum Kerajaan Lam uru, yang diketahui
m em bantu Karaeng Bonto-Bonto. Alasan nya, Lam uru m erupakan vasal Kerajaan
Soppeng, m eskipun raja dan bangsawan kerajaan itu m em iliki hubungan keluarga
dengan Kerajaan Bone. ANRI, Arsip Makassar No. 738: “Korte verslag van het
Gouvernem ent Celebes en Onderhoorigheden over de m aand J ulij 1873”. Sikap
ini m e nguat kan dugaan pem erintah bahwa Bone akan m engikuti Kerajaan Siden-
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 203
reng dan Wajo karena pada 1872 Daeng Taidi, yang m enobatkan dirinya sebagai
bonto (regen) Bonerate dan kem udian m enggerakkan perlawanan di daerah itu,
m enyatakan bahwa dirinya diangkat oleh Ratu Bone. Pengangkatan Daeng Taidi
ini sah, karena, m enurut Ratu Bone, Bonerate tidak diserahkan kepada Pem erintah
Hindia Belanda oleh Kera jaan Bone. Oleh karena itu penduduk kerajaan tersebut
tidak perlu m em bayar pajak atau m engakui regen yang diangkat oleh Pem erintah
Hindia Belanda. ANRI, Arsip Makassar No. 378: “Driem aandelijksch overzigt van
het Gouvernem ent Celebes en Onderhoorigheden over het eerste kwartaal 1874”.
Meskipun apa yang dikatakan oleh Daeng Taidi itu dibantah oleh Kerajaan Bone,
nam un m engingat ia, yang sejak 1860 m enetap di Bone, m elakukan gerakan itu
setelah kem bali ke Bonerate, pem erintah tetap m encurigai adanya cam pur-tangan
Bone.
127 ANRI, Arsip Makassar No. 378: “Driem aandelijksch overzigt van het Gouvernem ent
Celebes en Onderhoorigheden over de tweede kwartaal 1874”. Kehadiran Raja
Sidenreng ini berkaitan dengan kem atian Arung Matowa Wajo, Aru Panekki,
pada J uni 1874. Sikap Kerajaan Luwu juga m enam bah keguncangan pem erintah.
Menurut utusan pem erintah ke Kerajaan Luwu, Ince J aiya, yang m enagih utang
kerajaan itu sebesar f80 0 —ganti rugi atas peram pasan bark Kam oesoet oleh
penduduk Luwu—raja dan hadat telah m engirim syahbandar ke Singapura dengan
m enggunakan sebuah kapal Inggris pada J anuari 1874 guna m engum pulkan uang
untuk m em bayar utang itu. Pem erintah Hindia Belanda akan m engem balikan
ornam en kerajaan yang disita sebagai jam inan setelah utang itu dibayar. Pada 27
April 1874 Syahbandar Luwu tiba di Makassar dari Singapura dengan bark Inggris
Am y Warwick. Setelah m em bayar utang, ornam en kerajaan diberikan kepadanya.
ANRI, Arsip Makassar No. 378: “Driem aan delijksch… eerste kwartaal 1874”; ANRI,
Arsip Makassar No. 378: “Drie m aan delijksch… tweede kwartaal 1874”.
128 ARA, Arsip M.v.K. No. 912: “Mailrapport 1894”; ARA, Arsip M.v.K.: “Verbaal 3
J anuari 1895 No. 41”.
129 ANRI, Besluit 28 April 1890 No. 28: “Supplem ent contract”; ANRI, MGS J anuari
1890 No. 94: “Supplem ent contract”; ANRI, Arsip M.v.K., Kolonial Supplem ent No.
14: “Overeenkom sten m et Inlandsche vorsten in de Oost-Indië Archipel”.
130 ANRI, Arsip M.v.K., Kolonial Supplem ent No. 13: “Overeenkom sten m et Inlandsche
vorsten in Oost-Indië”.
131 ANRI, Arsip Financien No. 749: “Register van de bij de Direktie der Middelen
en Dom einen Ingekom en Extracten van de Kontracten Aangegaan door het
Nederlan dsch-In d. Gouvern em en t m et In lan dsche Vorsten en Rijksgrooten
Betreffende Handel & Scheepvaart”.
132 ANRI, Arsip Financien No. 738: “Missive van de Kam er van Koophandel en
Nijverheid te Soerabaijas aan den Directeur van Financien, 1 Februari 1898”.
133 “Makasser als vrijhaven”, hlm . 651.
134 Sartono Kartodirdjo, “Politik Kolonial Belanda…”, hlm . xv-xviii. Partai Liberal
m encapai puncak pengaruhnya pada 1870 . Partai ini m em per juangkan prinsip
perdagangan bebas dan kerja bebas. Kendati dem ikian, golongan liberal juga
dikritik oleh kelom pok sosialis, karena kerja-bebas yang m ereka im pikan ternyata
hanyalah sem iperbudakan yang dilegalisasi. Dengan kata lain, yang terjadi hanya
“pengalihan” eksploitasi dari pem e rintah kepada pengusaha swasta.
135 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 221-222.
pustaka-indo.blogspot.com
204 MA K A SSA R A BA D XI X
136 Data perban din gan in i dikritik oleh Kam ar Dagan g dan In dustri Surabaya,
karena perhitungan rata-rata im pornya dinilai kurang tepat. Dem ikian pula
dengan perkiraan kom oditas transit. Bila dilakukan perhitungan ulang dengan
m enggunakan nilai rata-rata barang im por untuk periode 1893-1895, m aka hasilnya
adalah f6.80 0 .0 0 0 dan barang transit f1.275.0 0 0 (barang transit ke Tim ur Deli
sebesar f125.0 0 0 dan ke kerajaan-kerajaan lainnya f1.150 .0 0 0 ). Dengan dem ikian
perbandingannya m enjadi: kom o ditas im por 10 0 dan kom oditas transit 18,75
atau dibulatkan m enjadi 19. ANRI, Arsip Financien No. 783: Verm eulen, “Nadere
beschouwingen over de m ogelijkheid tot opheffeing van de vrijhaven in het Oostelijk
gedeelte van den Archipel”; “Bijlage A van de nota houdende nadere beschouwingen
over de mogelijkheid tot ophefing dan de vrijhavens in het Oostelijk gedeelte van
den Archipel”. Pada dasarnya data kom oditas transit hanya perkiraan.
137 ANRI, Arsip Financien No. 783: Verm eulen, “Nadere beschouwingen over de
mogelijkheid tot ophefing…”.
138 ANRI, Arsip Financien No. 738: “Missive van den Kam er en Koophandel en
Nijverheid…, 1 Februari 1898”. Dalam peraturan pajak im por dan ekspor 1872
(Stb N I 1873 No. 35), yang kem udian diperbarui pada 1886 (Stb N I 1886 No. 10 7)
tercantum tujuh kom oditas ekspor yang dikenai pajak, yaitu: kulit, nila, kopi, gula,
tem bakau, tim ah, dan sarang burung.
139 ANRI, Arsip Financien No. 738: “Missive van den Kam er en Koophandel en
Nijverheid…, 1 Februari 1898”.
140 “De ophefing van Makassar als vrijhaven”, IG (1899, Vol. 2), hlm . 1517.
141 Kebenaran soal keterangan ini dibahas dalam uraian m engenai perda gangan di
Makassar bagian im por dan ekspor.
142 “De ophefing van Makassar…”, hlm. 1518.
143 ANRI, Arsip Financien No. 70 6: “Missive van den Minister van Koloniën, Idenburg
aan den Gouverneur Generaal J .B. van Heutsz, 19 Novem ber 190 4”, “Missive van
den Gouverneur Generaal aan den Directeur van Financien, 25 J anuari 190 5”, dan
“Consideratien en advies van den Directeur van Financien, 19 April 190 5”.
144 ANRI, Arsip MGS 24 J uli 190 1 No. 2146: “Missive van Gouverneur van Celebes aan
Gouverneur Generaal, 26 Maart 190 0 ”.
145 ANRI, Arsip Financien No. 783: Verm eulen, “Nadere beschouwingen over de
mogelijkheid tot ophefing…”; ANRI, Arsip Financien No. 706: “Consideratien… 19
April 190 5”, op. cit.
146 ANRI, Arsip Besluiten 28 Agustus 190 5 No. 6: “Staat betreffende de aan verschillende
Inlandsche Zelfbesturen in Celebes toe te kennen scha deloosstellingen voor de
overdracht der tol- en scheepvaartrechten aan het Gouvernem ent”.
147 ANRI, Arsip Financien No. 70 6: “Missive van den Minister van Koloniën… 19
Novem ber 190 4”.
148 ANRI, Arsip Financien No. 70 6: “Missive van den Goeverneur Celebes … 25 J anuari
190 5”.
149 ANRI, Arsip Financien No. 70 6: “Consideratien en advies… 19 April 190 5”.
150 ARA, Arsip M.v.K., AA.20 5: C.A. Kroesen, “Mem orie van Overgave”. Menyangkut
persiapan dan pelaksanaan ekspedisi dapat diketahui dari Ch. Kies, “De expeditie
naar Zuid-Celebes in 190 5”, IG (1935, Vol. 1), hlm . 827-830 ; M. van Geuns, “De
voorbreiding van de Militaire Expeditie”, W eekblad voor Indië (16 Septem ber 190 5,
No. 15); M. van Geuns, “Het m ilitaire beleid in Zuid Celebes en onze dependentie”,
W eekblad voor Indië (28 Agustus 190 5 No. 34); “De Zuid Celebes Expeditie”,
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 205
W eekblad voor Indië (28 Agustus 190 5 No. 11, 10 Septem ber 190 5 No. 20 , 22
Oktober 190 5 No. 26, dan 5 Novem ber 190 5 No. 28). Menyangkut Pernyataan
Pendek ini, lihat J .M. Som er, De Korte Verklaring (Breda: Corona, 1934), Lam piran
IV, hlm . 162-163; Ch. Kies, “De Expeditie naar…”, hlm . 829.
151 H. van Kol, N ederlandsch-Indië in de Staten Generaal 1897-190 9” (‘s-Gravenhage:
Martinus Nijhoff, 1911), hlm . 30 0 -30 1.
152 H. van Kol, N ederlandsch-Indië in de Staten Generaal…, hlm . 30 1.
153 E. Locher-Scholten, Ethiek in Fragm enten, Vijf Studies over Koloniaal Denken en
Doen van N ederlanders in de Indonesische Archipel, 1877-1941 (Utrecht, 1981),
hlm . 194-198. Ia m enyim pulkan bahwa rum usan Kabinet Kuiper tentang Politik
Etis m enunjukkan adanya keterkaitan antara usaha untuk m em ajukan politik dan
ekspansi.
154 E.B. Kielstra, Indisch N ederlandsch Geschiedkundige schetsen (Haarlem : De Erven
F. Bohn, 1910 ), hlm . 357; H. van Kol, N ederlandsch-Indië in de Staten…, hlm . 30 1.
155 E.B. Kielstra, Indisch N ederlandsch…, hlm . 361-362.
156 ANRI, Arsip BT. 1 Maret 190 6 No. 11: “Extract uit het Register der Besluiten van den
Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indië”; ANRI, Arsip BT 25 Agustus 190 6
No. 6: “Besluiten 30 J uni 190 6 No. 22”.
157 Stb NI (190 6 No. 30 0 ; juga No. 297, 298, 299).
158 ANRI, Arsip BT 25 Agustus 190 7 No. 6: “Inlijving van Celebes en Onder hoorigheden
bij het Tolgebied”.
159 ANRI, Arsip BT 25 Agustus 190 6 No. 6: “Besluiten 30 J uni 190 6 No. 22”; ANRI,
Arsip BT 1 Maret 190 6 No. 11: “Extract uit het Register…”.
pustaka-indo.blogspot.com
206 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 207
den Nederlandsche Handel te Zuid-en Oost-kust van Borneo”; ARA, Arsip M.v.K. No.
320 1, “Verslag voor den Nederlandsche Handel ter Zuid-en Oost-kust Borneo”.
17 Sesungguhnya sudah sejak lam a Makassar m elakukan hubungan niaga dengan
Kalim antan, bahkan telah m eluaskan pengaruh kekuasaan di Banjar m asin. H.A.
Sutherland, “Slavery and slave trade…”, hlm . 267; H.A. Suther land, “Eastern
Em porium …”, hlm . 10 0 ; Leonard Blusse, “The Chinese Trade to Batavia…”, hlm .
195-214. Pusat-pusat perdagangan ini m asih asing hingga 1827 sehingga keputusan
tersebut sangat penting bagi perluasan jaringan perdagangan.
18 G.F. Davidson, Trade and Travel in the Far East…, hlm . 57. Antara 180 0 -1848
tercatat sekitar 20 padewakang yang m engunjungi J ailolo setiap tahunnya. Lihat
J am es F. Warren, The Sulu Zone…, hlm . 15.
19 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 282-284. Sem entara itu data untuk
tahun 1844-1845: 110 perahu dari Sulawesi, 121 perahu dari Nusa Tenggara, dan 10 3
dari Kalim antan. Tabel lengkap lihat lam piran.
20 ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, “Vergelijkende staat van op Celebes Gouvernem ent
Makassar aangekom ene Europesche en inlandsche vaar tuigen van plaatsen gelegen
in de Oosterschen archipel gedurende den jare 1840 , 1841 en 1842”.
21 Menyangkut perdagangan gelap ini, bekas Gubernur J enderal Baud (1833-1836)
m engatakan, jika bukan karena alasan politik lebih baik Sulawesi dilepaskan.
Kekuasaan pem erintah goyah lantaran aparat tidak m am pu m engatasi pelanggaran
dan penghinaaan yang dilakukan oleh raja-raja dan penduduk pulau itu.
22 Warren, m isalnya, m em andang pem bukaan pelabuhan bebas Makassar pada 1846
(sesungguhnya 1847) sebagai faktor yang m enyebabkan berkurangnya kunjungan
pedagang Bugis ke J olo. Tiga faktor yang lain: Singapura dapat m em enuhi kebutuhan
m ereka akan candu dan tekstil, usaha Pem erintah Spanyol di Manila m engawasi
pelayaran niaga Kesultanan Sulu sesudah 1850 , serta pertentangan politik antara
Pem erintah Hindia Belanda dan Kesultanan Sulu pada 1848. Pada 1870 pelayaran
niaga pedagang Bugis ke J olo terhenti. Satu-satunya kota pelabuhan asing yang
tetap dikunjungi adalah Singapura. J am es F. Warren, The Sulu Zone…, hlm . 15-16;
Javaansche Courant (Woensdag, 28 J uni 1848) No. 52.
23 Data graik bersumber pada Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de
Nederlandsche Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869)
dan Statistiek van den Handel, de Scheepvaart en de In-en Uit voerregten in de
Bezittingen Buiten Java en Madura (1870 -190 8).
24 Data diam bil dari Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de N eder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1848).
25 Sartono Kartodirdjo dkk., Ikhtisar Keadaan Politik…, hlm . 268-269. Lan taran itu
pem erintah m erasa perlu untuk m enjalin hubungan khusus dengan kerajaan-kerajaan
sekutu, kendati Perjanjian Bungaya di Makassar (18 24) telah m engisyaratkan
adanya perbaikan hubungan politik dan dagang. Pada 1859 pem erintah m engirim
ekspedisi untuk m enaklukkan Bone. Setahun kem udian, 1860 , kerajaan ini berhasil
ditaklukkan. Lihat ANRI, Arsip Financien No. 737, “Register der Gesloten Kontracten
m et Inlandsche Vorsten Betreffende Handel en Scheepvaart”; ARA, Arsip M.v.K.,
Suplem ent No. 13, “Overeenkom sten m et Inlandsche Vorsten in de Oost-Indische
Archipel”; M.T.H. Perelaer, De Bonische Expeditie: Krijgsgebeurtenissen op Celebes
in 18 59 en 18 60 (Leiden : Gualth Kolff, 18 72), dua jilid; J .A. Bakkers, “H et
Leenvorstendom Boni”, dalam TNI (1866, Vol. 1), hlm . 8-9.
26 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 221.
pustaka-indo.blogspot.com
208 MA K A SSA R A BA D XI X
27 Kenyataan ini diketahui dari data pelayaran dan perdagangan yang diter bitkan
oleh Departem en Keuangan yang saya gunakan, Overzigt van den Handel…, (1846-
1869). J udul terbitan ini diubah pada 1870 m enjadi Sta tistiek van den Handel, de
Scheepvaart en de In-en Uitvoerregten in de Bezittingen Buiten Java en Madura
(1870 -190 8).
28 L. van Vuuren, “De Prauwvaart van Celebes”, dalam KS (thn. ke 15, 1917) Vol. 1, hlm .
10 7-116 dan Vol. 2 hlm . 329-339. Baca juga H.J . Friedericy, “Aantekeningen over
Adat en Adatrecht bij de Bonesche Prauwvaarders”, dalam KT (Thn. ke 20 , 1931),
hlm . 490 -50 4.
29 ANRI, Arsip Financien No. 738: “Missive van de Kam er van Koophandel…, 1 Februari
1898”.
30 G.F. Davidson, Trade and Travel in the Far East…, hlm . 53. Data kunjungan jung
Cina yang rinci dapat dilihat dalam Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm .
276-279.
31 Lalu-lintas jung di Singapura pada 1829: 90 buah datang dan 112 berangkat; pada
1841, secara berurutan, 229 dan 155 buah. Sem entara itu, m enurut perkiraan tahun
1811, di antara 150 orang penduduk Singapura terdapat 30 orang Cina. J um lah ini
terus m eningkat, baik karena pendatang baru dari negeri Cina m aupun m igrasi dari
Malaka. Lihat Hayes Marriot, “Inhabitants and Population”, hlm . 341-343.
32 Stb NI (1825) No. 33.
33 Stb NI (1827) No. 80 .
34 Robert Y. Eng, “The Transform ation of a sem i-colonial port…”, hlm . 130 -131. Francis
E. Hyde, Far Eastern Trade…, hlm . 3; Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm .
112.
35 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 10 6.
36 Sum ber data: Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de Nederlandsche
Bezittingen in Oost-Indië Java en Madoera (1846-1848).
37 Francis E. Hyde, Far Eastern Trade…, hlm . 23; J . a’Cam po, “Een Maritiem BB…, hlm .
25-26.
38 Patut dicatat pula bahwa ada perusahaan Cina di Singapura yang m enguasai jalur
Singapura, Makassar, dan Nusa Tenggara (Sum bawa, Flores, Alor, Tim or, dan
Sum ba), yakni Wee Bin. Lihat J . a’Cam po, “Een Maritiem BB…, hlm . 126.
39 ARA, Arsip NHM No. 4970 : J .L. van Gennep, “Verslag betreffende een inspectie reis
van het lid der factorij van Nederlandsche Handel Maatschappij J .L. Gennep naar het
agentschap van genoem de factorie te Makassar, 1869”.
40 Hal ini diungkapkan oleh J .F. van Diem en, seorang pegawai NHM yang ditugaskan
untuk m eneliti perdagangan Makassar setelah dijadikan pela buhan bebas. ARA,
Arsip NHM No. 9468, J .F. van Diem en, “Rapport van den geëm ploijeerde J .F. van
diem en wegens de vrijhaven Makassar, 1849”. Data kunjungan diketahui dari data
pelayaran kapal Eropa yang langsung m enuju Makassar.
41 ANRI, Arsip Makassar No. 189/ 6: “Verslag van J ohannes J osephus Seena, 29 J uli
180 6”; P.B. van Staden ten Brink, Zuid-Celebes…, hlm . 257. Menurut laporan Seena,
pada 26 J uni 180 6, sekitar jam 22.0 0 iringan kapal dagang Belanda itu m elihat fregat
dan brik yang tam paknya berbendera Prancis. Sekitar jam 0 6.0 0 (27 J uni) baru
diketahui bahwa kapal-kapal itu m ilik Inggris.
42 F.J .A. Broeze, De stad Schiedam …, hlm . 7
43 “Nederlandsche Handel Maatschappij” (Deze verzam eling geschriften is sam engesteld
ten kantore van de Nederlandsche Handel Maatschappij, N.V. te Am sterdam , ten
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 209
einde te dienen als leidraad bij de voorlichting van Z.D.H. Prins Bernhard van Lippe
Biesterfeld om trent het econom ische leven van Nederland en Nederlandsch-Indië,
waartoe Zijne Doorluchtige Hoogheid zich gedurende de m aanden Septem ber-
Decem ber 1936 aan het Hoofdkan toor der Maatschappij heeft opgehouden, 1936),
hlm . 2-3; J .A. Kok, De Scheepvaartbescherm ing…., hlm . 16.
44 “Nederlandsche Handel Maatschappij”, hlm . 3; F.C. Backer Dirks, De Gouvernem ents
Marine in het voorm alige N ederlands-Indië in haar vers chillen de tijdsperioden
geschetst, 1861-1949 (Weesp: De Boer Maritiem , 1985. J ilid 1), hlm . 18.
45 F.J . Broeze, De stad Schiedam …, hlm . 7; J .A. Kok, De Scheepvaart bescherm ing…,
hlm . 16-17; “Nederlandsche Handel Maatschappij”, hlm . 4; W.M.F. Mansvelt, De
Geschiedenis van de N ederlandsche Handel Maats chappij, 1824-1924 (Harlem : J oh
Enschede en Zoom , 1924), hlm . 86.
46 J .A. Cam po, “Steam navigation…”, hlm . 6. Monopoli yang diberikan kepada NHM
untuk jalur pelayaran Batavia-Belanda m enyebabkan perusahaan Belanda lain tidak
pernah terlibat dalam pelayaran niaga ke Hindia Belanda sebelum 1870 . Mereka
m ulai terlibat ketika perjanjian konsinyasi antara NHM dan pem erintah dihapuskan
pada 18 70 . Sejak itu NHM m erupakan perusahaan yang berdiri sendiri. “De
Nederlandsche Handel Maatchappij”, hlm . 5.
47 J .A. Kok, De Scheepvaartbescherm ing…, hlm . 17. Ketentuan ini dim uat dalam
Artikelen van Overeenkom st (Pasal-pasal Perjanjian) yang dicapai antara pem erintah
dan NHM. Lihat juga J .A. Kok, De Scheepvaart bes cherm ing…, hlm . 17; Gerrit J .
Knaap, Transport 1819-1940 (Am sterdam : Royal Tropical Institute, 1989, Vol. 9 dari
Changing Econom ic in Indonesia, A selection of Statistical Sources Material from
the Early 19th Century uo tp 1840 ), hlm . 20 . Patut dicatat bahwa pada dasarnya
kapal Belanda boleh m engunjungi sem ua bandar niaga di Hindia Belanda dan pajak
im por-ekspor dibebankan kepada pem erintah.
48 F.C. Backer Dirks, De Gouvernem ents Marine…, hlm . 18-126. Pada 1824, m isalnya,
dikirim ekspedisi ke Makassar untuk m engakhiri perlawanan Bone. Belum lagi
Ekspedisi Bone berhasil m enyelesaikan m isinya, pecah Perang Diponegoro (1825-
1830 ) sehingga penyelesaian m asalah Bone untuk sem entara ditunda. Bersam aan
dengan Perang Diponegoro, di Sum atra pecah Perang Im am Bonjol (1827-1833).
Keadaan ini m endorong pem erintah m enghentikan pelayaran niaga ke negara-
negara lain, term asuk ke Cina pada 1827, dan m em usatkan kegiatan di Hindia
Belanda.
49 C.A. Gibson-Hill, “The Steam ers Em ployed in Asian Waters, 1819-39”, dalam
JMBRAS (Vol. xxvii, 1954, part ii), hlm . 131-134. Pada 1819 pem erintah berencana
m enjalin kerjasam a dengan Deans Scott, seorang pengusaha Inggris di Batavia (Scott
& Co.) untuk m em buat enam kapal m asing-m asing bertonase 10 0 ton guna m engatasi
m asalah bajak laut, tapi tidak terealisir. Pada 1824 pem erintah (atas persetujuan
Raad van NI tertanggal 13 Februari 1824) m em berikan konsesi kepada Isaac Burgess
selam a em pat setengah tahun untuk m em buat kapalapi. Hasilnya adalah kapalapi
“Vander Capellen” yang diluncurkan dari Surabaya pada Desem ber 1825 dan tiba
di Batavia pada 4 J anuari 1826. Kapal ini didaftarkan atas nam a Thom pson, Robert
& Co. Tetapi m enurut Cam pbell kapal ini didaftarkan atas nam a Maclainee & Co.,
Forestier & Co., Miln, Haswell & Co., dan Trail & Co. dan diren canakan untuk
m elakukan pelayaran niaga di pesisir utara J awa dan Singapura.
pustaka-indo.blogspot.com
210 MA K A SSA R A BA D XI X
50 F.J .A. Broeze, De stad Schiedam …, hlm . 8-9; M.W.F. Mansvelt, De Geschiedenis
van de Nederlandsche Handel-Maatschappij…., hlm . 97; M.G. de Boer dan J .C.
Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 15-16.
51 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 15-16; J .A. Muller,
“Verblijf bij de zeerovers”, dalam BKI (1877, Vol. 4, No. I), hlm . 279-281.
52 F.J .A. Broeze, De stad Schiedam …, hlm . 10 -11; M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann,
Een Halve Eeuw …, hlm . 25-26; J .a’Cam po, “Een Maritiem BB…”, hlm . 125.
53 ARA, Arsip NHM No. 9466, D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”; ARA, Arsip NHM No.
9468, J .F. van Diem en, “Rapport van den geëm ploijeerde J .F. van Diem en…”; ARA,
Arsip NHM No. 9470 , J .L. van Gennep, “Verslag Betre ffende eene Inspectie Reis…”.
54 ARA, Arsip NHM No. 9468, J .F. van Diem en, “Rapport van den geëm ploijeerde J .F.
van Diem en…”; ARA, Arsip NHM No. 9470 , J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende
eene Inspectie Reis…”.
55 Francis E. Hyde, Far Eastern Trade…, hlm . 67-68.
56 C.A. Gibson-Hill, “The Stream ers Em ployed…”, hlm . 133.
57 C.A. Gibson-Hill, “The Stream ers Em ployed…”, hlm . 134; bandingkan dengan J .
a’Cam po, “Een Maritiem BB…”, hlm . 124. Dalam tulisan ini dinyatakan bahwa
pem erin tah m en awarkan kerjasam a kepada perusahaan pelayaran yan g in gin
m elayani pelayaran pos jalur Batavia-Singapura. Tawaran inilah yang m engilham i
berdirinya NISM pada 1852.
58 Kapal Brom o berangkat dari Hellevoetsluis (Nederland) pada 18 Maret 1844 dan tiba
di Batavia pada 2 J uli 1844.
59 F.C. Backer Dirks, De Gouvernem ents Marine…, hlm . 39. Arm ada ini dikenal
dengan sebutan civiele schoeners en kruisboten dan kem udian diubah m enjadi
Gouvernem ents schoeners en kruisboten berdasarkan surat kepu tusan pem erintah
22 April 1848.
60 Francis E. Hyde, Far Eastern Trade…, hlm . 45; J .a’Cam po, “Een Maritiem BB…”,
hlm . 124; J .A. Kok, De Scheepvaartbescherm ing…., hlm . 138.
61 F.C. Backer Dirks, De Gouvernem ents Marine…, hlm . 47.
62 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 16; J .a’Cam po, “Steam
Navigation…”, hlm .3; J .a’Cam po, “Een Maritiem BB…”, hlm . 124; J .B. Rodenburg,
Scheepvaart onder N ederlandsche Vlag (Am sterdam : J .H. de Bussy, 190 2), hlm . 15;
J .A. Kok, De Scheepvaartbescherm ing…, hlm . 139.
63 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 17; J .a’Cam po,
“Een Maritiem BB…”, hlm . 125; Dalam ENI disebut sebuah perusahaan bernam a
“Stoom boot” yan g m erupakan bagian dari Nederlan dsch-In dische Stoom vaart
Maatschappij: “Paketvaart Maatschappij (Koninklijke)”, dalam EN I (J ilid III), hlm .
254; F.C. Backer Dirks, De Gouvernem ents Marine…, hlm . 57.
64 Koloniale Verslag (1852), hlm . 91; J .A. Kok, De Scheepvaartbescherm ing…, hlm .
138; M.G. de Boer, Een Halve Eeuw …, hlm . 17; Paketvaart Maats chappij…”, hlm . 254;
J .a’Cam po, “Een Maritiem BB…”, hlm . 124.
65 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 18. Bandingkan
dengan F.C. Backer Dirks, De Gouvernem ents Marine…, hlm . 57. Backer Dirks
m enyatakan bahwa pada 1861 perusahaan ini m elayani jasa pelayaran ke pelabuhan
Batavia, Bengkulu, Padang, Sem arang, Surabaya, Makassar, Banda, Am bon, Ternate,
Menado, Muntok, Sam bas, Singkawang, Pontianak, Biliton, Banjarm asin, dan Tim or
Kupang.
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 211
66 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 18; J .a’Cam po, “Een
Maritiem BB…”, hlm . 125; “Paketvaart Maatschappij…”, hlm . 224; F.C. Backer Dirks,
De Gouvernem ents Marine…, hlm .47. J adwal kontrak m enurut a’Cam po dim ulai
pada 1852.
67 “Paketvaart Maatschappij…”, hlm . 254.
68 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 18, 20 ; J .a’Cam po, “Een
Maritiem BB…”, hlm . 125.
69 “De Stoom vaart in het Oostelijk Gedeelte van de Indische Archipel”, dalam TNI (Thn.
5, 1876, No. 2), hlm . 484-50 0 .
70 Koloniaal Verslag (1877), hlm . 24.
71 Sartono Kartodirdjo, “Politik Kolonial Belanda…”, hlm . xvi.
72 “Bezuiniging”, dalam Makassaarsch Handelsblad (Dinsdag, 2 J anuari 1883, No. 1,
Vrijdag, 5 J anuari 1883, No. 2).
73 Statistiek van den handel…, (1880 dan 1881).
74 Lihat tabel pelayaran NISM dalam lam piran.
75 J .A. Kok, De Scheepv aartbescherm ing…, hlm . 146; M.G. de Boer dan J .C.
Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 26.
76 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 24.
77 Stb NI (1885), No. 88.
78 H.M. la Chappelle, “Bijdrage tot de kennis…”, hlm . 675; M.G. de Boer dan J .C.
Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 24.
79 M.G. de Boer dan J .C. Weseterm ann, Een Halve Eeuw ..., hlm . 25-26; J .a’Cam po “Een
Maritiem BB…”, hlm . 126.
80 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw ..., hlm . 25; J .a’Cam po,
“Een Maritiem BB…”, hlm . 127; J .A. Kok, De Scheepvaartbescherm ing…, hlm . 146-
147.
81 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 26-27; J .a’Cam po, “Een
Maritiem BB…”, hlm . 127
82 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 29; J .a’Cam po, “Een
Maritiem BB…, hlm . 133-134; J .A. Kok, De Scheepvaartbescherm ing…, hlm . 147-148.
83 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 35, 37.
84 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 38; J .a’Cam po, “Steam
navigation…”, hlm . 7; J .B. Rodenburg, Scheepvaart onder N eder landsche Vlag
(Am sterdam : J .H. De Bussy, 190 2), hlm . 29.
85 J .a’Cam po, “Steam navigation…”, hlm . 7. Tentang berdirinya KPM dapat dibaca pula
dalam M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 38-39; J .A. Kok,
De Scheepvaartbescherm ing, hlm . 147-148; J .B. Rodenburg, Scheepvaart onder
Nederlandsche Vlag, hlm . 29.
86 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 221.
87 Menyangkut jalur pelayaran KPM lihat “Lam piran: J alur Pelayaran KPM”.
88 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 222-223.
89 ANRI, Arsip MGS, 12 April 1893 No. 10 0 4, “Missive van Gouverneur van Celebes
aan den Gouverneur Generaal, 15 Februari 1893”, dan “Advies van den Raad van
Nederlandsch-Indië”. Perdagangan gelap di pesisir sudah terjadi sejak zam an NISM
pada 1883. Lihat J .a’Cam po, “Een Maritiem BB…”, hlm . 125-126.
90 ANRI, Arsip MGS, 12 April 1893 No. 10 0 4, “Missive van Vorst van Luwu aan den
Gouverneur van Celebes, 8 Februari 1893”; ANRI, Arsip MGS, 12 April 1893 No.
pustaka-indo.blogspot.com
212 MA K A SSA R A BA D XI X
1 Sumber graik: data pajak impor-ekspor dalam ANRI, Arsip Makassar No. 3/1,
“Algem een Verslag, 1828”. Data periode Inggris tidak disertakan karena selain yang
diperoleh hanya tahun 1813 tetapi juga karena graik tersebut dimaksudkan untuk
m enunjukkan pendapatan Pem erintah Hindia Belanda dari perdagangan.
2 ANRI, Arsip Makassar No. 3/ 1, “Algem een Verslag, 1828”; ARA, Collectie Schneither
No. 127: J . Krusem an, “Rapport van den Adjunct Directeur…”. J um lah keseluruhan
berdasarkan perhitungan Krusem an atas nilai im por tiga jung yang m engunjungi
Makassar pada 1823.
3 Perdagangan kom oditas ini dapat dibaca dalam H.A Sutherland, “Slavery and
the Slave Trade…”, hlm . 263-285; H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …, hlm .
98-10 8; ARA, Collectie Schneither No. 127: J .D. Schelle dan J .H. Tobias, “Eenige
Bedenkingen…”; ARA, Collectie Schneither No. 126: P.Th. Chasse, “Mem orie
Om trent de Overneem …”; Laporan ini, bersam a beberapa laporan lain, diterbitkan
oleh P.H. van der Kem p dalam “P.T. Chasse’s Werkzaam heid als Com m issaries…”,
hlm . 417-471. Tekstil m e rupakan barang dagangan terpenting pem erintah.
4 ANRI, Arsip Makassar No. 189: P.Th. Chasse, “Mem orie Wegens den Presenten
Toestand…”; ARA, Collectie Schneither No. 126: P.Th. Chasse, “Mem orie om trent de
Overnam e…”; P.H. van der Kem p, “P.T. Chasse’s Werkzaam heid als Com m issaries…”,
hlm . 436-437.
5 ANRI, Arsip Makassar No. 817, “Algem een verslag, 1854”.
6 Lihat kem bali Bab IV.
7 ANRI, Arsip Makassar No. 189: P.Th. Chasse, “Mem orie Wegens den presenten
Toestand…”.
8 ANRI, Arsip Makassar No. 291/ 6: “Proclam ation Placates, 7th March 1812”;
J ohn Bastin, Essay s on Indonesian and Malay an History (Singapore: Eastern
Universities Press Ltd., 1961), hlm . 118-119.
9 J ung terbesar, berdasarkan tarif pajak, berasal dari Nim pho dengan tonase 12.0 0 0
pikul atau 375 ton. Sem entara jung terkecil berasal dari Kanton dengan tonase
5.0 0 0 -6.0 0 0 pikul atau sekitar 156,25 ton-187,4 ton.
10 ANRI, Arsip Makassar No. 3/ 1, “Algem een Verslag, 1828”.
11 ANRI, Arsip Makassar, “Proclam ation Placates, 7th March 1812”, “Proclam ation
Placates, 15th March 1812” dan “Proclam ation Placates, 24th March 1812”.
12 ANRI, Arsip Makassar No. 291/ 18: Schinne, “Verslag van de Haven m eester…”
13 Peran ornam en bagi legitim asi kekuasaan dapat dibaca dalam J .P. Koore m an, “De
Feitelijke Toestand in het Gouvernem entsgebied van Celebes en Onderhoorigheden”,
dalam IG (1883, No. 1), hlm . 186-188; H.J . Friedericy, “De Standen…”, hlm . 491-
493; J .Tidem an, “De Batara Gowa…”, hlm . 350 -390 ; Leonard Y. Andaya, The
Heritage of Arung Palakka…, hlm . 10 -12.
14 ARA, Collectie Schneither No. 126: P.Th. Chasse, “Mem orie Om trent de Overneem …”.
15 ANRI, Arsip Makassar No. 3/ 1, “Algem een Verslag, 1828”.
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 213
16 ARA, Collectie Schneither No. 127: J . Krusem an, “Rapport van den Adjunct
Directeur…”.
17 ARA, Collectie Schneither No. 127: J . Krusem an, “Rapport van den Adjunct
Directeur…”.
18 G.F. Davidson, Trade and Travel…, hlm . 56-57; Wong Lin Ken, The Trade of
Singapore…, hlm . 74-76; J am es F. Warren, The Sulu Zone…, hlm . 13; C.D. Cowan,
Early Penang & the Rise of Singapore, 180 5-1832 (Singapore: Malaya Publishing
House, Ltd., 1950 , terbitan khusus J MBRAS Vol. xxiii, part 2), hlm . 12-13.
19 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
20 Indisch m agazijn (Batavia: E de Waal, 1845), hlm . 191-193.
21 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag …”.
22 Sum ber untuk tahun 1830 -1832: Indisch m agazijn (Batavia: E de Waal, 1845), hlm .
191-196; untuk tahun 1840 -1846: ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, “Staat van de
Invoer en Uitvoer op Celebes Gouvernem ent Ma kassar”; ANRI, Arsip Makassar No.
354/ 4, “Algem een Verslag, 1846”.
23 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
24 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
25 Indisch Magazijn, hlm . 191-194. Im por pada 1830 -1832, secara berurutan, f266.0 20 ,
f420 .553, dan f397.293; sem entara ekspor sebesar f179.886, f227.186, dan f166.90 3.
26 Kesulitan untuk m encantum kan data lengkap disebabkan oleh kelangkaan sum ber.
Berapa “laporan um um ” (algem een verslag) yang ada di ANRI J akarta, yang dibuat
setiap tahun dan m em uat lam piran data perdagangan, tidak dapat dim anfaatkan
karena cetakannya sudah kabur dan kertasnya telah rapuh, seperti untuk tahun
1828, 1840 , 1841, dan 1842.
27 H.A. Sutherland, “Tripang and Wangkang:…”, hlm . 13; ARA, Collectie Schneither
No. 127, “Staat van Uitgevoer tripang in den 1823 te Makassar”.
28 Sum ber untuk tahun 1830 -1832: Indisch m agazijn, hlm . 191-196; untuk tahun
1840 -1846: ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, “Staat van de Invoer en Uitvoer…”;
ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, Algem een verslag, 1846”.
29 Sum ber untuk tahun 1830 -1832: Indisch m agazijn, hlm . 191-196; untuk tahun
1840 -1846: ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, “Staat van de Invoer en Uitvoer…”;
ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, “Algem een verslag, 1846”.
30 Sum ber untuk tahun 1830 -1832: Indisch m agazijn, hlm . 191-196; untuk tahun
1840 -1846: ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, “Staat van de Invoer en Uitvoer…”;
ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, Algem een verslag, 1846”. Kepulauan lainnya
m eliputi Kalim antan, Bali, Lom bok, dan Sum bawa.
31 Tentang perdagangan dengan Singapura lihat Wong Lin Ken, The Trade of
Singapore…, Lam piran A: Tabel VII, VIII. IX. Tentang perdagangan antara
singapura dan Kepulauan Hindia Belanda bagian tim ur lihat lam piran VI.
32 ARA, Collectie Schneither No. 127: J .D. van Schelle dan J .H. Tobias, “Eenige
Opm erkingen…”.
33 Diajukan rencana tarif untuk jung sebagai berikut: jung besar berpalka dua sebesar
f8.0 0 0 , jung berm uatan lebih dari 5.0 0 0 pikul (atau 312,5 ton) f6.0 0 0 , dan jung
kecil f3.0 0 0 . Bandingkan dengan tarif untuk J awa dan Makassar pada 1824 dalam
Bab III.
34 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
35 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
pustaka-indo.blogspot.com
214 MA K A SSA R A BA D XI X
36 ARA, Arsip NH M No. 9466: D.B. Schuurm an , “Reis Verslag…”. Ten tan g
kecenderungan pejabat pem erintah untuk m em perkaya diri sendiri lewat kegiatan
ilegal lihat H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …”, hlm . 10 7
37 “De stoom vaart in het Oostelijk…”, hlm . 484-50 0 .
38 Koloniaal verslag (1877), hlm . 24.
39 Sum ber data: Overzicht van den Handel en Scheepvaart in de N eder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869); Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 -190 8).
40 ARA, Arsip NHM No. 9468: G.F. van Diem en, “Rapport van den geëm ploijeerde J .F.
van Diem en…”.
41 Aug. de Vries, Geschiedenis van de Handelspolitieke…, hlm . 127-128; P.H. van der
Kem p, “De geschiedenis van het Londonsch Tractaat…”, hlm . 147; ARA, Arsip NHM
No. 9468: G.F. van Diem en, “Rapport van den geëm ploijeerde J .F. van Diem en…”.
42 Aug. de Vries, Geschiedenis van de Handelspolitieke…, hlm . 127.
43 ARA, Arsip NHM No. 9468: G.F. van Diem en, “Rapport van den geëm ploijeerde J .F.
van Diem en…”.
44 ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een Inspectie
Reis…”.
45 J um lah seluruh kapal yang m elayani kegiatan im por 28 buah, dengan perincian 23
kapal Belanda, tiga kapal Inggris, dan dua kapal J erm an. Sem entara untuk kegiatan
ekspor 71 kapal, dengan perincian 67 kapal Belanda, dua kapal Inggris, dan dua
kapal J erm an.
46 Tentang penaklukan Kerajaan Bone lihat M.T.H. Perelaer, De Bonische expeditie…,;
J .J . Rochem ont, 2e Bonische Veldtogt (1859-1860 ) (Soerabaya: Gebr Gim berg &
Co., 1860 ). Baca juga J .A. Bakkers, “Het Leenvorstendom Boni”, hlm . 8-9.
47 ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een Inspectie
Reis…”.
48 Kegiatan NHM di Makassar hingga 1869 diuraikan dengan baik oleh Van Gennep;
ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een Inspectie
Reis…”. Dia m enyatakan, kesom bongan pem im pin NHM m enyebabkan pem erintah
dan para pedagang di Makassar tidak sudi bekerjasam a, bahkan m em bencinya.
49 Sum ber data: Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de Neder lam ndsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java an Madoera (1846-1896); Statistiek van den
Handel. De Scheepvaart en de In- en Uitvoerreg ten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 ).
50 ARA, Arsip NHM No. 80 99, “Missive, Makassar 21 October 1876” dan “Missive,
Makassar 30 October 1876”. Perusahaan ini m engirim Van Oosterzee ke Makassar
untuk m em beli seluruh produksi kopi Raja Gowa. Kopi itu sem ula ditawarkan
kepada NHM nam un karena dihargai m urah transaksi tidak terjadi.
51 ARA, Arsip Financien No. 738, “Missive van den Gouverneur van Celebes…, 15
Novem ber 1873”; ARA, Arsip Financien No. 783: Verm eulen, “Nadere Beschouwing
over de Mogelijkheid tot ophefing…”; M.G. de Boer dan J.C. Westermann, Een
Halve Eeuw …, hlm . 221; Kam er van Koophandel en N ijverheid te Makassar
(Laporan Tahunan 1898).
52 Sum ber data: Overzigt van den Handel an Scheepvaart in de Neder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1848). Graik tidak
m em uat data tahun 1843-1845 dan 1871-1878 karena tidak tersedia bahan. Lihat
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 215
Daftar dan beaja-m asoek di Indië Nederland (Bata via: Gebr Gim berg & Co., t.t.),
hlm . 72.
53 Sum ber data: Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de Neder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869); Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 -1891).
54 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 23.
55 Lihat Verslag van de Kam er van Koophandel en N ijverheid te Makassar (laporan
tahunan 1910 , 1911, 1912, 1913, 1915) dan pernyataan um um perdagangan setelah
ekspedisi dalam E.B. Kielstra, Indisch N ederlandsch Geschiedkundige Schetsen
(Harlem : De Erven F. Bohn, 1910 ), hlm . 358.
56 Javaasche Courant (Zaterdag, 22 Mei 1847), No. 47.
57 ANRI, Arsip Financien No. 871, “Vrijhaven Makassar, Register van Uit gevoer
Koopm anschappen en Specien”; Koloniaal Verslag (1848), Bijlage U No. 21;
Overzigt van den handel…, hlm . 46-56.
58 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 276, Lam piran C, Tabel 1b.
59 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”; ARA, Arsip M.v.K.
No. 2671: “Verbaal 8 April 1874 No. 53”; “De Vestiging van Singapore”, dalam TNI
(Thn ke-10 , 1881), hlm . 40 1; “Makassar als vrijhaven”, hlm . 648.
60 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 10 2.
61 ARA, Arsip NHM No. 9468: J .F. Diem en, “Rapport van den geëm ploijeerde J .F. van
Diem en…”; ARA, Arsip NHM No. 9470 , J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een
Inspectie Reis…”.
62 ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een Inspectie
Reis…”. Data lengkap im por dan ekspor lihat Lam piran VII.
63 ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een Inspectie
Reis…”.
64 Sum ber data: Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de Neder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869). Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 ).
65 Sum ber data: Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de Neder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869). Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 ).
66 Sum ber data: Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de Neder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1870 ). Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 ).
67 Sum ber data: Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de Neder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869). Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 ).
68 Sum ber data: Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de Neder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869). Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 -190 8).
pustaka-indo.blogspot.com
216 MA K A SSA R A BA D XI X
69 Sum ber data: Statistiek van den Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten
op de Bezittingen Buiten Java en Madura (1870 -190 8).
70 M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw …, hlm . 23; J .A. Kok, De
Scheepvaart-bescherm ing…, hlm . 161. Lihat juga tabel lengkap pela yaran NISM
dalam lam piran.
71 Kam er van Koophandel en N ijverheid te Makassar: (Laporan Tahunan 1898),
hlm . 13-27, Lam piran F-Q. Lam piran-lam piran ini m em uat berbagai surat yang
berhubungan dengan kerugian perusahaan Reis & Co., J . Mohrm ann & Co., dan
W.B. Lebeboer & Co. atas pengapalan produksi m elalui Singapura ke Eropa pada
1898.
72 Kam er van Koophandel en N ijverheid te Makassar (Laporan Tahunan 1898), hlm .
10 -11, lam piran D.
73 Sum ber data: Overzicht van den Handel en Scheepvaart in de N eder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869). Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 ).
74 Sum ber data: Overzicht van den Handel en Scheepvaart in de N eder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869). Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 ).
75 Sum ber data: Overzicht van den Handel en Scheepvaart in de N eder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869). Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 ).
76 Sum ber data: Overzicht van den Handel en Scheepvaart in de N eder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869); Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 ).
77 ARA, Arsip M.v.K. 180 0 -1849, No. 320 0 : C. Notte, “Verslag betreffende den
Nederlandsche Handel ter Zuid- en Oost-kust van Borneo”; ARA, Arsip M.v.K. 180 0 -
1849, No. 320 1, ‘Verslag voor den Nederlandsche handel ter Zuid- en Oost-kust van
Borneo”.
78 J .A. Kok, De Scheepvaartbescherm ing…, hlm . 141. Selain jalur ini, pada 1860
dibuka jalur tetap Surabaya-Bawean-Banjarm asin.
79 Pem berontakan Surapati m endorong Pem erintah Hindia Belanda m engum um kan
“keadaan perang” (de staat van oorlog, Surat Keputusan Gubernur J enderal Hindia
Belanda tertanggal 22 Septem ber 1866 No. 8). Pem berontakan ini berlangsung
selam a kurang-lebih enam tahun. Berbagai pem berontakan inilah yang m endorong
pem erintah di Batavia m engirim pasukan untuk m engakhirinya, sehingga kapal-
kapal niaga digunakan untuk m engangkut tentara dan peralatan perang.
80 Sartono Kartodirdjo, dkk., Ikhtisar Keadaan Politik…, hlm . 434 dst. KITLV, H. 1129,
“Algem een Overzicht, 1839-1848”.
81 ANRI, Arsip Makassar No. 377, “Korte verslag: Mei, J uni, Agustus 1869, Novem ber
1870 ”; ANRI, Arsip Makassar No. 378, “Korte verslag: April 1871, J uni, Agustus,
Septem ber, October, Novem ber, Decem ber 1873”; ANRI, Arsip Makassar No. 378,
“Driem aandelijksch overzigt: eerste kwartaal, tweede kwartaal 1874, vierde kwartaal
1875” dan “Korte verslag: Maret, J uni, Agustus, Septem ber, Oktober, Novem ber
1875, J uli, Agustus 1876”
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 217
82 ANRI, Arsip Financien No. 738, “Missive van den Resident van Am bon, 29
Decem ber 1873”.
83 ANRI, Arsip Financien No. 783, “Missive van den Resident van Am bon, 29
Decem ber 1873”; R.Z. Lairissa, dkk., Maluku Tengah di Masa Lam pau: Gam baran
Lew at Arsip Abad Sem bilan Belas (J akarta: ANRI, 1982), hlm . 163-168.
84 Sum ber data: Statistiek van den Handel en Scheepvaart in de N eder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1869-190 8).
85 ANRI, Arsip MGS 24 J uli 190 1 No. 2146, “Missive van den Gouverneur van Celebes
aan Gouverneur Generaal, 26 Maart 190 0 ”.
86 ANRI, Arsip Financien No. 783: Vem eulen, “Nadere Beschouwingen over de
Mogelijkheid …”; ANRI, Arsip Financien 70 6, “Consideratie en Advies van den
Directeur van Financien, 19 April 190 5”.
87 Stb NI (190 3 No. 422 dan No. 424)
88 ANRI, Arsip Financien No. 745, “Missive van De Kam er van Koophandel en
Nijverheid te Makassar aan den Gouverneur van Celebes, 18 J anuari 190 4” dan
“Missive van den Gouverneur van Celebes aan den Directeur van Financien, 30
Maart 190 4”.
89 Sum ber data: Overzicht van den Handel en Scheepvaart in de N eder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1869); Statistiek van den
Handel, De Scheepvaart en de In- en Uitvoerregten op de Bezittingen Buiten Java
en Madura (1870 -190 8).
1 Hal ini dinyatakan dalam pengum um an pem erintah tentang pelaksanaan kebijakan
“pelabuhan bebas” Makassar pada 9 Septem ber 1846. Stb N I (1846), No. 27.
2 Robert J . Ross dan Gerard J . Telkam p (eds.), Colonial Cities (Dordrecht: Martinus
Nijhoff Publishers, 1985), hlm . 2.
3 H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …”, hlm . 10 9. Tentang gam baran kota lihat
Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka, peta No. 5, “Fort Rotterdam
and Environs, 17th Century”.
4 H .A. Sutherlan d, “Eastern Em porium …”, hlm . 10 9; W. Don ald McTaggart,
“Kebijakan Pem bangunan Kota di Indonesia…”, hlm . 72-73.
5 Ketika terjadi pertentangan politik di Gowa antara Dewan Hadat (Bate Salapang)
dan para bangsawan Gowa sehubungan dengan pengangkatan Sultan Abdul J alil
pada 1677, banyak bangsawan Gowa yang m enolak pengangkatan itu m eninggalkan
kerajaan dan m em inta izin untuk m enetap di wilayah VOC. Mereka kem udian
m em bangun perm ukim an yang disebut Kam pung Beru (kam pung baru). Abd. Razak
Daeng Patunru, Sejarah Gow a, hlm . 66.
6 H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …”, hlm . 110 .
7 Ph.O.L. Tobing, Hukum Pelay aran…, hlm . 23; J . Noorduyn, Een achttiende eeuw se
Kroniek van W adjo…, hlm . 122-124.
8 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
9 ANRI, Ad. 1855 No. 30 3, “Buitenbezittingen, 1852”.
pustaka-indo.blogspot.com
218 MA K A SSA R A BA D XI X
10 Perkiraan jum lah penduduk tahun 1847 dan 1852, secara berurutan, diam bil dari
Koloniaal Verslag (1847-1848 dan 1852).
11 ANRI, Ad. 1855 No. 30 3, “Buitenbezittingen, 1852”.
12 Stb NI (1888), No. 2.
13 ANRI, Arsip Makassar No. 9/ 1, “Adm inistratief Verslag, 1860 dan 1861”; ANRI,
Arsip Makassar No. 9/ 2, “Adm inistratief Verslag, 1862 dan 1863”; ANRI, Arsip
Makassar No. 9/ 6, “Adm inistratief Verslag, 1864”.
14 ANRI, Arsip Makassar No. 9/ 1, “Adm inistratief Verslag, 1861”.
15 Koloniaal Verslag (1895-1896), hlm . 283.
16 Stb NI (190 5), No. 69. Kerajaan Tallo dijadikan wilayah kekuasaan langsung pada
16 Oktober 1781. Sejak itu Tallo m enjadi bagian dari Distrik Makassar.
17 Stb NI (190 6), No. 171.
18 ANRI, Arsip Makassar No. 189: P.Th. Chasse, “Mem orie wegens den presenten…”.
19 Data kunjungan tiga jung hanya untuk periode 1823-1829. J um lah kapal Eropa
m eningkat dibandingkan tahun 1830 . Kapal Eropa tidak hanya kapal dari Batavia
tetapi juga m ilik Bum iputra dan pedagang Eropa lainnya yang dikategorikan
sebagai kapal Eropa. Sultan Bim a diberitakan m em iliki satu brik dan satu skuner.
Kunjungan padewakang m eningkat setelah 1824.
20 ANRI, Arsip Makassar No. 9/ 14, “Adm inistratief Verslag, 1866”.
21 Sum ber data: Overzigt van den Handel en Scheepvaart in de Neder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1846-1870 ); Statistiek van den
Handel en Scheepvaart in de N ederlandsche Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java
en Madoera (1870 -190 8).
22 ANRI, Arsip Makassar No. 9/ 14, “Adm inistratief Verslag, 1866”.
23 Sum ber data: Statistiek van den Handel en Scheepvaart in de N eder landsche
Bezittingen in Oost-Indië, Buiten Java en Madoera (1874-190 8).
24 ANRI, Arsip Makassar No. 9/ 1, “Adm inistratief Verslag, 1860 ”.
25 ANRI, Arsip Financien No. 70 0 ; L. de Groot, “Havenwerken van Makassar, 1910 ”;
“Haven werken”, dalam EN I (1917, Vol. 1), hlm . 67-75.
26 Regeering Alm anak (1832), hlm . 129. Pada um um nya jenis kapal Eropa didaftarkan,
tetapi tidak dem ikian halnya dengan perahu Bum iputra.
27 Perincian pem ilikan kapal lihat lam piran “Kapal dan Perahu yang Terdaftar di
Makassar”.
28 Regeering Alm anak (1833-190 5).
29 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
30 Regeerings Alm anak (tahun 1846). Angka ini tentu bersifat relatif karena banyak
perusahaan yang tidak terdaftar.
31 H.A. Sutherland, “Slavery and Slave Trade…”, hlm . 270 . Kendati tidak m em berikan
nam a lengkap, usaha ini dapat dilihat sebagai usaha keluarga. De Siso yang bergiat
dalam perdagangan budak adalah Alexander De Siso, seorang m estizo yang kaya.
Dia m enyalurkan budak untuk orang Belanda, Cina, m aupun Bum iputra.
32 Regeerings Alm anak (1833 dan 1838).
33 Regeerings Alm anak (1848).
34 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore…, hlm . 10 2.
35 ARA, Arsip NHM No. 9468: J .F. van Diem en, “Rapport van den Geem ploijeende J .F.
van Diem en…”; ARA, Arsip NHM No. 9468: M.L.T. Plate, “Reis Verslag en Rapport,
1849”.
36 ANRI, Arsip Makassar No. 9/ 2, “Adm inistratief Verslag, 1862”.
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 219
37 ARA, Arsip NHM No. 9120 : C.H.C. Bijvanck, “Reis Verslag, 1882”.
38 Regeerings Alm anak (1880 ), hlm . 60 2.
39 Regeerings Alm anak (1883), hlm . 624.
40 Regeerings Alm anak (1884), hlm . 624, (1885), hlm . 632, (1886), hlm . 644.
41 M.G. de Boer dan J .C. Westerm an, Een Halve Eeuw …, hlm . 221.
42 M.G. de Boer dan J .C. Westerm an, Een Halve Eeuw …, hlm . 24-27.
43 Regeerings Alm anak (18 92), hlm . 735-737. Keterangan lengkap m e nyangkut
perusahaan asuransi lihat lam piran, “Perusahaan Dagang di Makassar”.
44 Regeerings Alm anak (1892), hlm . 735-738. Perkecualian hanya NHM dan Stephens
& Co. Perusahaan yang disebut terakhir baru bergiat sebagai perwakilan asuransi
pada 1899, yaitu sebagai prokurator The North China Insurance Com pany Lim ited
yang berpusat di Shanghai. Regeerings Alm a nak (1899), hlm . 838-839.
45 R egeerin gs Alm an ak (18 8 0 ), hlm . 8 50 , (18 92), hlm . 736. Perusahaan in i
bertindak sebagai prokurator De Vereeniging van Assuradeuren te Am ster dam , De
Nederlandsch-Indië Zee- en Brand-assurantie-Maatschappij, De tweede Koloniale
Zee- en Brand-assurantie Maatschappij, De Verze kering-Maatschappij Vesta, De
Brand Verzekering-m aatschappij Kalim aas, De Brand-assurantie-m aatschappij
Mercurius, De Sem arangsche Zee- en Brand-assurantie Maatschappij, The North-
British and Mercantile Insurance Com pany, The London Insurance Corporation,
The London and Provincial Fire Insurance Com pany, La Fonciere Com pagnie
d’Assurance Centre les Risques de Transport et les Accidents Nature, dan The
Alliance Marine Insurance Com pany Lim ited. Dalam Regeerings Alm anak 1896,
perusahaan ini sudah tidak terdaftar lagi di Makassar.
46 Perusahaan Bernard Chr didirikan pada 1889, dan sejak 1892 bergiat sebagai
perwakilan The Singapore Fire and Marine Insurance Com pany Lim ited, The New
Oriental Bank Corporation Lim ited, The Norwich Union Fire Insurance Society, The
Sun Fire Ofice, dan De Brand-assurantie-maatschappij Unitas. Perusahaan Wardle
& Co. didirikan pada 1896 sem entara Burt & Co. pada 1897.
47 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
48 H.J . Friedericy, De Standen bij de Boegineezen…, hlm . 90 ; Barbara S. Harvey,
Tradition, Islam and Rebellion: South Sulaw esi, 1950 -1965 (Ithaca: Cornell
University, 1974. Disertasi), op. cit., hlm . 20 ; C. Van Vollenhoven, Het Adatrecht
van Nederlandsch-Indië (Leiden: E.I. Brill, 1931, J ld. I), hlm . 378; J .A. Bakkers,
“Nota Betreffende het Partikulier Landbezit op Celebes”, dalam TBG (No. 15, 1867),
hlm . 316; “Grondbezit Onder de Inlanders op Celebes”, dalam TNI (1878: No. 2),
hlm . 131-132. Kasuw iy ang adalah suatu aturan tentang kewajiban-kewajiban yang
ber sifat ekonom i, keagam aan, dan sosial yang diberikan oleh lapisan orang m erdeka
kepada penguasa dalam bentuk hasil usaha atau uang dan tenaga kerja.
49 H.J . Friedericy, De Standen bij de Boegineezen…, hlm . 132; Barbara S. Harvey,
Tradition, Islam and Rebellion…, hlm . 23; “Adatvonnissen van Inheem sche
Rechtbanken van Gowa en Bone (1910 -1930 )”, dalam Adatrechtbundels (1933,
Vol. XXXVI), hlm . 259-260 ; “Kasoewiyang, Ornam ent- en Am bvelden”, dalam
Adatrechtbundels (1929, Vol. XXXI), hlm. 125-126; “Hefingen en Rechten op Grond
in Boegineesche en Makassarsche Landen (1927)”, dalam Adatrechtbundels (1929,
Vol. XXXI), hlm . 137-155.
50 ANRI, Arsip Makassar No. 189: P.Th. Chasse, “Mem orie wegens de presenten…”;
ARA, Collectie Schneither No. 127: J .D. van Schelle dan J .H. Tobias, “Eenige
pustaka-indo.blogspot.com
220 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 221
kesalahan pe m asar m aka pem asar yang harus m enggantinya. Bila si pem asar tidak
sanggup m engganti kerugian m aka dia dijadikan orang gadaian (pandeling).
66 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”.
67 Perbandingan im por dan ekspor jung Makao pada 1840 adalah f19.192 : f38.455;
pada 1841 f34.382 : f55.993; pada 1842 f16.568 : f 49.442; pada 1844 f18.454 : f
58.90 5; pada 1845 f10 .524 : f55.0 27; pada 1846 f31.179 : f41.0 65. Sum ber: ANRI,
Arsip Makassar No. 354/ 4, “Staat aantonende de waarde van invoer en den uitvoer
van Celebes, 1840 , 1841, 1842”; ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, “Algem een
Verslag, 1846”.
68 ARA, Collectie Schn either No. 127: J . Krusem an , “Rapport van de Adjun ct
Directeur…”; ARA, Collectie Schneither No. 127: J .D. van Schelle dan J .H. Tobias,
“Eenige Bedenkingen…”.
69 KITLV, H. 1129: “Algem een overzicht, 1839-1848”.
70 ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”. Sebagai contoh
dipaparkan data im por tekstil Eropa. J um lah resm i setiap tahun f58.0 0 0 . Dari
jum lah ini yang diekspor f25.0 0 0 . Sem entara itu jum lah kain selundupan yang
beredar di pasar ditaksir lebih dari f150 .0 0 0 .
71 F.C. Backer Dirks, De Gouvernem ents Marine, (J ld. II), hlm . 47.
72 H.A. Sutherland, “Eastern Em porium …”, hlm . 10 7. P. de Gruijl, “J ohor, Malakka en
de VOC”, hlm . 8-15.
73 ANRI, Arsip Financien No. 737: “Extract uit register der besluiten van den GG van
NI en rede, 1830 ”; ARA, Arsip NHM No. 9466: D.B. Schuurm an, “Reis Verslag…”,
ANRI, Arsip Makassar No. 354/ 4, “Algem een Verslag, 1846”; ARA, Arsip M.v.K. No.
2671, “Verbaal 8 April 1874 No. 53”; “Makasser alas vrijhaven”, hlm . 649; Wong Lin
Ken, The Trade of Singa pore…, hlm . 10 2.
74 G.P. van Diem en, “Rapport van den Geem ploijeende J .F.van Diem en…”.
75 ARA, Arsip NHM No. 9468: J .F. van Diem en, “Rapport van den Geem ploijeende
J .F. van Diem an…”. ARA, Arsip NHM No. 9468: L.M.F. Plate, “reis Verslag…”.
Plate m enyarankan agar NHM m em beli teripang dengan m odal awal f40 .0 0 0 dan
m enganjurkan agar NHM m em iliki satu gudang yang layak.
76 ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een Inspectie
Reis…”.
77 T.W. Bigalke, A Social History of “Tana Toraja” 1870 -1965 (Wisconsin: University
of Wisconsin-Madison, 1981. Disertasi), hlm . 30 -31.
78 “Bijdragen tot de gechiedenis van Celebes”, dalam TNI (Vol. 16, 1854, No. 2).
79 T.W. Bigalke, A Social History …, hlm . 31.
80 ANRI, Arsip Makassar No. 9/ 4: “Kultuur Verslag, 1860 ”.
81 Koloniaal Verslag (1869), hlm . 152.
82 J .A. Bakkers, “Het Leenvorstendom Boni”, hlm . 32.
83 Pada 1865 di Makassar berdiri tiga pabrik gula, yaitu Pabrik Gula Batu Basi, Batu
Batu, dan Mariso. Produk tahun 1865 m encapai 370 pikul dan tahun berikutnya 740
pikul. J um lah ini m eningkat pesat pada 1867 m enjadi 3.450 pikul dan 4.0 70 pikul
pada 1868.
84 ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een Inspectie
Reis…”. Van Gennep m enem ukan f4.150 m atauang tem baga dalam kas NHM.
Berdasarkan pen elitian n ya pada 18 68 , keben cian terhadap pem im pin NH M
terutam a ditujukan kepada P. Harting yang dianggap som bong.
pustaka-indo.blogspot.com
222 MA K A SSA R A BA D XI X
85 Data graik berdasarkan ARA, Arsip NHM No. 9470: J.L. van Gennep, “Verslag
Betreffende een Inspectie Reis…”.
86 ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een Inspectie
Reis…”. L.G.G.C. Bosse adalah pegawai pem erintah yang m elaku kan pem etaan
wilayah di Sulawesi Selatan. Dia dibunuh ketika bertugas di Wajo.
87 ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep, “Verslag Betreffende een Inspectie
Reis…”. Perjanjian dengan Raja Gowa tidak tercapai karena ketika itu ia sedang
sakit, sem entara putranya tidak bersedia m ewakili. Menurut Van Gennep, kopi
Gowa dan Pare-Pare berkualitas baik dan m em enuhi selera pasar Eropa. Kontrak
dengan Tan Soe m enyangkut harga beli f95 sepikul tapi tidak disetujui.
88 ARA, Arsip NHM No. 80 99, “Missive, Batavia 14 October 1876” dan “Missive,
Batavia 18 Decem ber 1878”.
89 ARA, Arsip NHM No. 80 99, “Missive, Batavia 21 October 1876” dan “Missive,
Makassar 30 Oktober 1876”.
90 Sejak 1873 NHM bukan lagi perusahaan yang m ewakili kepentingan pem erintah.
Kendati dem ikian, perusahaan ini m endapat prioritas dari pem erintah.
91 Koloniaal Verslag (1874).
92 Koloniaal Verslag (1874), hlm . 214.
93 ARA, Arsip NHM No. 9468: J .F. van Diem en, “Rapport van den Geem ploijeende J .F.
van Diem en...”.
94 Raja ini m endaftarkan satu brik bernam a Dorga dengan daya m uat 40 last atau
80 ton. Regeerings Alm anak (1859). Kapal ini dibeli dari seorang pedagang Cina
bernam a Oei Tjin Haij.
95 Adrian Horrige berpendapat, pinisi adalah hasil alih teknologi penduduk pada
akhir abad ke-19. Adrian Horrige, The prahu traditional sailing boat of Indonesia
(Singapore: Oxford University Press, 1985), hlm . 17-21. Dia juga m enyatakan bahwa
kata pinisi diam bil-alih dari kata pinnace (Inggris), pinas (Belanda), dan peniche
(Prancis). Baca juga “Vaartuigen” dalam EN I (1927, Cet. II, J ld. 1, suplem en), hlm .
439. Bandingkan dengan Usm an Pelly, “Pasang Surut Perahu Bugis Pinisi”, dalam
Mukhlis (ed.), Dinam ika Bugis-Makassar (J akarta: P.T. Sinar Krida, 1986), hlm .
141-143. Pem akaian perahu pinisi dihubungkan dengan m itologi Sawerigading yang
m engisahkan bahwa pinisi awalnya dibuat oleh La Toge Langi, nenek Sawerigading
yang bertakhta di langit.
96 Bira dikenal sebagai tem pat pem buatan perahu dagang. D.F. Lieerm oij, “De
Nijverheid op Celebes”, dalam TNI (1854, Vol. II), hlm . 361-371; Usm an Pelly,
“Pasang Surut Perahu Bugis…”, hlm . 141-145.
97 ARA, Arsip NHM No. 80 99, “Missive, Makassar 2 Decem ber 1876”.
98 ARA, Arsip NHM No. 9120 , C.H.C. Bijvanck, “Verslag van den Agent te Macassar
over het J aar 1881”.
99 ARA, Arsip NHM No. 9120 , C.H.C. Bijvanck, “Verslag van den Agent…”.
10 0 ARA, Arsip NHM No. 9120 , C.H.C. Bijvanck, “Verslag van den Agent…”. Harga kopi
per pikul pada 1880 : kopi bantaeng f37,50 , kopi bungi f39,50 , kopi pare-pare f33,
dan kopi tim or f39,25; pada 1881: kopi bantaeng f27, kopi bungi f31, kopi pare-pare
f27,50 , dan kopi tim or f28.
10 0 Koloniaal Verslag (1874).
10 1 Koloniaal Verslag (1875 dan 1876).
10 3 ARA, Arsip NHM No. 9120 : C.H.C. Bijvanck, “Verslag van den Agent…”. Dalam
konteks ini Bijvanck m enyatakan bahwa para pedagang di Makassar berharap ada
pustaka-indo.blogspot.com
CATATA N A K H I R 223
pustaka-indo.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA
ARSIP PEMERINTAH
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 225
, Arsip Selayar.
, Arsip Makassar.
pustaka-indo.blogspot.com
226 MA K A SSA R A BA D XI X
SURATKABAR
Econom ische W eekblad.
Javasche Courant.
Makasaarsch Handelsblad.
Soerabaiasch Handelsblad.
W eekblad voor Indië.
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 227
pustaka-indo.blogspot.com
228 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 229
Cham bert-Loir, Henri, “Sum ber Melayu Tentang Sejarah Bim a”,
dalam Gilbert Ham onic (ed.), Citra Masy arakat Indonesia
(J akarta: Sinar Harapan, 1983).
Coll, Wouter, “Haven-onkosten”, dalam KS, Thn I. No. 2, 1916-1917.
Coolhaas, W.Ph., “Makassaars-Boeginese Prauwvaart op Noord-
Australië”, dalam BKI, No. 116, 1960 .
Dalton, J ., “Rem ark on the Bugis Cam pong Sem erinda”, dalam J .H.
Moor (ed.), Notices of the Indian Archipelago and Adjacent
Countries, being a Collection of Papers relating to Borneo,
Celebes, Bali, Java, Sum atra, Nias, The Philippine Islands,
Sulus, Siam , Cochin China, Malay Peninsula (London: Cass,
1967), terbitan pertam a 1837.
Donselaar, W.M., “Beknopte Beschrijving van Bonthain en
Boeloecom ba op Zuid Celebes”, dalam BKI, No. 11, 1855.
, “Aanteekeningen over het Eiland Seleijer”, dalam MZG, Thn.
I, 1857.
Elout van Soeterwoude, M.E.F., “De Handel op Onzen ‘Grooten Oost”,
dalam IG, Thn. V, No. 2, 1883.
Eng, Robert Y., “The Transform ation of a Sem i-colonial Port City:
Shanghai, 1843-1841”, dalam Frank Broeze (ed.), Brides
of the Sea: Port Cities of Asia from 16 th -20 th Centuries
(Kensington: New South Wales University Press, 1989).
Engelhard, H.E.D., “Mededeelingen over het Eiland Saleijer”, dalam
BKI, No. 8, 1884.
, “De Staatkundige en Econom ische Toestand van het Eiland
Saleijer”, dalam IG, Thn. VI, No. 1-2, 1884.
Freijss, J .P., “De Bevordering van Welvaart in den Indischen Archipel,
Buiten J ava”, dalam TNI, Thn. XXII, No. 1, 1860 .
Friedericy, H.J ., “Aantekeningen over Adat en Adatrecht bij Bonesche
Prauwvaarders”, dalam KT, Thn. XX, 1931.
Gibson-Hill, C.A., “The Indonesian Trading Boats Reaching
Singapore”, dalam JMBRAS, Vol. XXIII, No. 1, 1950 .
Gruijl, P. de., “J ohor, Malaka en de VOC”, dalam Jam batan, Thn. VI,
No. 1, 1988.
Hadim uljono dan C.C. Macknight, “Im ported Ceram ics in South
Sulawesi”, dalam RIMA, Vol. XVII, 1983.
pustaka-indo.blogspot.com
230 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 231
pustaka-indo.blogspot.com
232 MA K A SSA R A BA D XI X
Lieerm oij, D.F., “De Nijverheid op Celebes”, dalam TNI, Vol. II, 1854.
Ligtvoet, A., “Naamsaleiding van het Rijk Balanipa in Mandar”,
dalam TBG, Vol. XXIII, 1876.
, “Aantekeningen Betreffende den Econom ische Toestand en
de Ethnographie van het Rijk van Soem bawa”, dalam TBG,
Vol. XXII, 1876.
, “Beschrijving en Geschiedenis van Boeton”, dalam BKI, No.
2, 1878.
, “Transcriptie van het Dagboek der Vorsten van Gowa en
Tello, m et Vertaling en Aantekeningen”, dalam BKI, No. 36,
1880 .
Lineton, J acqueline, “Pasom pe Ugi, Bugis Migrants and Wanderers”,
dalam Archipel, Vol. X, 1975.
Loewoe…, “Loewoe en de Oficieele Waarheid”, dalam IG, Thn. IX,
No. 2, 1887.
, “Contract en Acte van Bevestiging Loewoe of Loehoe
(Celebes)”, dalam IG, Thn. XII, No. 1, 1890 .
Mac, Leod N., “De Onderwerping van Makassar door Speelm an, 1666-
69”, dalam IG, Vol. XXII, No. 2, 190 0 .
Machnight, C.C., “The Rise of Agriculture in South Sulawesi before
160 0 ”, dalam RIMA, Vol. XVII, 1983.
Makassar…, “De Achteruitgang van Makassar ten Gevolge van het
Munt Stelsel”, dalam TNI, Thn. XV, 1853.
, “Makassar als Vrijhaven”, dalam IG, Thn. II, No. 1, 1879.
, “Makassarsche Werkjes Aangekondigd”, dalam IG, Thn. VI,
No. 1, 1884.
, “De Handelsbeweging van Makassar”, dalam IG, Thn. X, No.
1, 1888.
, “Makassar m oet Volgens het Handelsblad geen Vrijhaven
zijn”, dalam IG, Thn. XIV, No. 2, 1892.
, “De Ophefing van Makassar als Vrijhaven”, dalam IG, Thn.
XXI, No. 2, 1899.
, “Makassar—The Advantages op Making it a Free Port”, da-
lam J .H. Moor (ed.), Notices of the Indian Archiepelago and
Adjacent Countries, being a Collection of Papers relating to
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 233
pustaka-indo.blogspot.com
234 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 235
pustaka-indo.blogspot.com
236 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 237
BUKU
Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gow a (Ujung Pandang: Yayasan
Kebudayaan Sulawesi Selatan, 1983).
Abdullah, Tauik (ed.), Sejarah Lokal di Indonesia, Kum pulan
Tulisan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985).
Alexander, J ennifer, Trade, Traders and Trading in Rural Java
(Oxford: Oxford University Press, 1987).
Allen, G.C. dan Audrey G. Donnithorne, W estern Enterprise in
Indonesia and Malay a: A Study in Econom ic Developm ent
(London: George Allen & Unwin Ltd., 1957).
Andaya, Barbara Watson dan Leonard Y. Andaya, A History of
Malay sia (London: The MacMillan Press Ltd., 1982).
Andaya, Leonard Y., The Heritage of Arung Palakka, A History of
South Sulaw esi (Celebes) in the Seventeenth Century (The
Hague: Martinus Nihoff, 1981. VKI, No. 91).
pustaka-indo.blogspot.com
238 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 239
pustaka-indo.blogspot.com
240 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 241
pustaka-indo.blogspot.com
242 MA K A SSA R A BA D XI X
Hyde, Francis E., Far Eastern Trade, 1860 -1914 (London: Adam &
Charles Black, 1973).
Ibrahim Alian, T.H.J. Koesoemanto, Dharmono Hardjowidjono,
dan Djoko Suryo, (eds.), Dari Babad dan Hikay at Sam pai
Sejarah Kritis: Kum pulan Karangan Diper sem bahkan
Kepada Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1987).
Kem p. P.H. van der, De Teruggave der Oost-Indische Koloniën,
1814-1816: naar Oorsprongkelijke Stukken (‘s-Gra ven hage:
Martinus Nijhoff, 1910 ).
, Oost-Indië’s Geldm iddelen: Japansche en Chineesche
Handel van 1817 op 1818 In- en Uitvoerrechten, Opium ,
Sont, Tolpoorten, Kleinzegel, Boschw ezen: Decim a, Canton
naar Oorsprongkelijke Stukken (‘s-Gravenhage: Martinus
Nijhoff, 1919).
Kielstra, E.B., Indisch Nederlandsche Geschiedkundige Schetsen
(Harlem : De Erven F. Bohn, 1910 ).
Knaap, G.J ., Kruidnagelen en Christenen. De Verenigde Oost-
Indische Com pagnie en de Bevolking van Am bon 1656-1696
(The Hague: Martinus Nijhoff. VKI, No. 125).
, Transport 1819-1940 , Vol. 9 dari Changing Econo m y in
Indonesia: A Selection of Statistical Source Material from
the Early 19 th Century up to 1940 (Am s terdam : Royal
Tropical Institute, 1989).
Kok, J .A., De Scheepvaartbescherm ing in Nederland en in
Nederlandsch-Indië (Leiden: Rijksuniversiteit Leiden, 1931.
Disertasi).
Kol, H. van, Nederlandsch-Indië in de Staten Generaal, 1897-190 9
(‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1911).
Koningsberger, J .C., Tripang en Tripangvisscherij in Neder landsch-
Indië (Batavia: G. Kolff, 190 4).
Lapian, A.B., Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut: Sejarah Kaw a san
Laut Sulaw esi Pada Abad XIX (Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada, 1987. Disertasi).
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 243
pustaka-indo.blogspot.com
244 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 245
pustaka-indo.blogspot.com
246 MA K A SSA R A BA D XI X
Rostow, W.W., De Vijf Fasen van Econom ische Groei, (Utrecht: Aula
Boeken 1964), terjem ahan dari The Stages of Econom ic
Grow th, terbitan 1960 .
Rutter, Owen, The Pirate W ind, Tales of the Sea-Robbers of Malay a
(Oxford: Oxford University Press, 1987. Ce takan III).
Ryneveld, J .C. van, Celebes of Veldtogt der Nederlanders op het
Eiland Celebes, in de Jaren 1824 en 1825 (Breda: Broesse &
Com p, 1840 ).
Sartono Kartodirdjo, The Peasants’ Revolt of Banten in 1888. Its
Conditions, Course ans Sequel, A Case Study of Social
Movem ents in Indonesia (‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff,
1966. VKI, No. 50 ).
Schulte Nordholt, H.G., The Political Sy stem of the Atoni of Tim or
(The Hague: Martinus Nijhoff, 1971. VKI, No. 60 ).
Skinner, C., Sjair Perang Makassar (The Rhy m ed Chronicle of the
Macassar W ar) (‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1963.
VKI, No. 40 ).
Sm elser, Neil J ., The Sociology of Econom ic Life (Engelwood Cliff:
Prentice Hall Inc., 1976).
Som er, J .M., De Korte Verklaring (Breda: Corona, 1934).
Standen ten Brink, P.B. van, Zuid-Celebes—Bijdragen tot de
Krijgsgeschiedenis en Militaire Geographe van de
Zuidelijke Landtong van het Eiland Celebes (Utrecht:
Kem ink & Zoon, 1884).
Stapel, F.W., Het Bongaais Verdrag (Leiden: Rijksuniversiteit Leiden,
1922. Disertasi).
, Geschiedenis van Nederlandsch-Indië (Am sterdam : N.V.
Uitgevers-m aatschappij J oost den Vondel, 1939. J ilid III).
Sutherland, H.A., Between Conlict and Accomodation: History,
Collonialism , Politics and Southeast Asia (Am s ter dam : Vrije
Universiteit, 1976).
, The Making of Bureaucratic Elite (Singapore: Heine m ann
Educational Books (Asia) Ltd., 1979).
Tarling, Nicholas, Piracy and Politics in the Malay W orld
(Melbourne: F.W. Cheshire, 1963).
pustaka-indo.blogspot.com
DA F TA R PU STA K A 247
pustaka-indo.blogspot.com
LAMPIRAN
SUMBER LAMPIRAN
Lam p iran II: M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw
Paketvaart, 1891-1941, (Am sterdam : J .H. de Bussy, 1941), Lam -
piran No. 2. Catatan: terdapat tiga m acam penulisan nam a kota
Surabaya dalam sum ber ini, yaitu Soerabaya, Soerabaja, dan So-
erabaia. Beberapa nama tempat perlu diidentiikasi sesuai dengan
sebutan sekarang, khususnya yang berada di wilayah Kepulauan
Hindia Belanda bagian tim ur: Makasser = Makassar, Palosbaai =
Kaili, Toli-Toli = Tontoli, Bonthain = Bantaeng, Boe loe kom ba =
Bulukum ba, Saleier = Selayar, Savoe = Sabu, Larentoeka = Laran-
tuka, Maoem erie = Maum ere, Am boina = Am bon, Gisser = Kiser,
Ilwakie = Wetar, Hum boltsbaai = Hum bolt, dan Nieuw Guinea =
Papua.
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 249
Lam p iran III: Regeerings Alm anak (Laporan Tahunan: 1833-190 5).
Catatan tabel No. 1: Singkatan K. api adalah Kapalapi dan K. layar
adalah Kapal layar. Pengelom pokan dilakukan dengan berpatokan
pada penataan tabel pelayaran dan perdagangan yang dipakai se-
jak tahun 1874; yaitu kapalapi (term asuk fregat dan stoom schip),
kapal layar (schoener, bark, brik, kotter, grafilschoener, laadboot,
dan zeilschip, um um nya jenis kapal Eropa yang bergantung pada
tenaga angin), dan perahu (um um nya sem ua jenis alat angkutan
laut Bum iputra, baik yang besar dan kecil, yang sering disebut jen-
isnya sebagai: prauw, prauwtop, prauwphinis, dan tongkangvaar-
tuig). Perahu, dalam daftar yang dibuat, tidak terdaftar. Kendati
dem ikian hal itu tidak berarti tidak seorang pun di Makassar yang
m em iliki perahu. Catatan tabel No. 2: Daftar perusahaan yang
dim aksud tidak ter m asuk perwakilan NHM, perwakilan perusa-
haan yang m e m ilih salah satu perusahaan di Makassar sebagai
wakilnya (agen), bank, asuransi, toko, toko buku dan percetakan,
dan apotek.
Lam p iran VI: Wong Lin Ken, The Trade of Singapore, 1819-69 (Sin-
gapore: Tien Wah Press, 1961, terbitan khusus JMBRAS, Vol.
XXXIII, No. 4), hlm . 219-223 (Lam piran A, Tabel No. VII-IX),
282-284 (Lam piran C, Tabel No. VIIIa-Xb).
pustaka-indo.blogspot.com
250 MA K A SSA R A BA D XI X
Lam p iran VII: ARA, Arsip NHM No. 9470 : J .L. van Gennep “Ver-
slag Betreffende een Inspectie Reis van het lid der Factorij van
Nederlandsche Handel Maatschappij J .L. van Gennep naar get
Agentschap van Genoem de Factorie te Makassar, 1869”.
Lam p iran VIII: M.G. de Boer dan J .C. Westerm ann, Een Halve Eeuw
Paketvaart, 1891-1941, (Am sterdam : J .H. de Bussy, 1941), hlm .
23; J .A. Kok, De Scheepvaart bes cherm ing in Nederland en in
Nederlandsch-Indië (Leiden: Rijksuniversiteit di Leiden, N.V.
Leidsche Uitgevers m aatschappij, 1931. Disertasi), hlm . 161-163.
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 251
Lampiran I
Tahun Impor + Ekspor P.P. Noorder Pro P.P. Zuider Pro Lainnya
1801 45200 9520 12864 6904
1802 51200 6176 7735 4616
1803 52800 13909 7768
1804 52960 5512 9337 6666
1805 48160 5981 3577 7296
1806 48160 7566 4956 8488
1807 48160 8877 6440
1808 48160 5375 8328 9808
1809 58200 7859 9671 13624
1810 65600 20655 5977 18592
1811 76800 15069 8685 17688
1812 0 0 0 0
1813 60750 0 0 0
1814 66315 0 0 0
1815 88200 0 0 0
1816 0 0 0 0
1817 80000 5475 25008
1818 66200 9802 4111 28000
1819 69200 7406 4197 31750
1820 65700 8064 4487 30600
1821 61500 5651 1804 30450
1822 68000 6645 2543 38700
1823 43000 9974 2743 35710
1824 137978 38300
1825 137948 49060
1826 141325 102850
1827 159734 71000
1828 138032 30245 3392 112690
1829 66122 31891 5208 118400
1830 48246 34640 3736 118000
1831 88187 29455 1956 125330
1832 80000 28842 2502 118130
1833 58064 13569 989
1834 76281 42580 1668
1835 46813 42934 2505
1836 63370 48167 2937
1837 55702 45326 2692
1838 39487 21646 3315
1839 47684 43686 3234
pustaka-indo.blogspot.com
252 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 253
Lampiran II
pustaka-indo.blogspot.com
254 MA K A SSA R A BA D XI X
De directe booten Batavia-Semarang zullen het traject in ongeveer 20 uren afleggen, passagiers van
Batavia zijn dus den volgenden morgen tijdig genoeg voor den trein van 8 uur 3m te Semarang.
De boot welke op Zaterdag van Soerabaja vertrekt, arriveert te Batavia een dag voor het vertrek der
naar Nederland afvarende mailbooten.
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 255
Lampiran III
Tabel No.1
Kapalapi, Kapal Layar, dan Perahu yang terdaftar di Makassar: 1833-1905
pustaka-indo.blogspot.com
256 MA K A SSA R A BA D XI X
1875 22 22
1876 22 22
1877 20 20
1878 24 24
1879 1 26 27
1880 1 27 28
1881 1 27 28
1882 1 27 28
1883 1 27 28
1884 3 30 33
1885 3 27 30
1886 3 26 29
1887 2 25 27
1888 2 25 27
1889 1 20 21
1890 1 19 20
1891 1 15 16
1892 1 14 15
1893 13 13
1894 12 12
1895 11 11
1896 12 12
1897 19 19
1898 11 11
1899 9 9
1900 10 10
1901 8 8
1902 3 3
1903 1 1
1904 1 1
1905 1 1
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 257
Lampiran III
Tabel No. 2
Perusahaan dagang di Makassar: 1846-1873
pustaka-indo.blogspot.com
258 MA K A SSA R A BA D XI X
1880 12 Bauermann & Co., Brugman, B.Ch., Eekhout, W, Ledeboer & Co. Leeuwen & Co.,
Lissa M.van, Mohrmann & Co., Ress & Co., Volder & Co. Waerberge & Co., Weijer-
gang & Zoon, Moraux & Co., dan Stephens & Co.
1882 12 idem
1883 13 idem, +1: Joseph.
1884 8 Bauermann & Co., Ledeboer & Co., Leeuwen & Co., Mohrmann & Co., Reiss & Co.,
Weijergang, Moreaux & Co., dan Stephen & Co.
1885 8 idem
1886 8 idem
1887 7 -2: Bauermann & Co. dan Weijergang & Co. Idem +1: Daendels & Co.
1888 6 -1: Daendels & Co.
1889 7 Idem
1890 7 Idem
1891 7 Idem
1892 7 Idem
1893 7 Idem
1894 7 Idem
1895 7 Idem
1896 9 -1: Leeuwen & Co. Idem, +3: Jenny & Co., Veth Gebr, dan Wardle & Co.
1897 10 -1: Bernard Chr, Idem, +2: Burt & Co. dan Joseph, C.
1898 10 Idem
1899 9 -1: Wardle & Co. Idem.
1900 8 -1: Burt & Co.
1901 8 Idem.
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 259
Lampiran IV
Tabel No. 1
Lalu-lintas Kapal dan Perahu Makassar: 1830-1908
(tiba dan berangkat)
pustaka-indo.blogspot.com
260 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 261
Lampiran IV
Tabel No. 2
Pelayaran Niaga Kapal Inggris, Belanda, dan Eropa Lainnya
Makassar: 1846-1908 (menurut bendera)
pustaka-indo.blogspot.com
262 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 263
Lampiran IV
pustaka-indo.blogspot.com
264 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran IV
Tahun Belanda
Kapal Api Kapal Layar
Tiba Ton Bkt. Ton Tiba Ton Bkt. Ton
1879 0 0 0 0 11 3415 11 4005
1880 0 0 0 0 13 6860 13 5282
1881 2 2968 2 2968 7 1680 10 4664
1882 0 0 0 0 11 3628 11 4772
1883 3 12516 3 12516 8 11574 7 6768
1884 11 51939 10 49353 5 6337 12 17055
1885 0 0 0 0 5 13087 6 14879
1886 0 0 0 0 4 5456 2 1828
1887 0 0 0 0 3 4591 1 1668
1888 0 0 0 0 5 12498 3 6600
1889 0 0 0 0 4 9551 3 7214
1890 0 0 0 0 2 4273 1 2868
1891 0 0 0 0 0 0 3 8074
1892 2 1476 3 2416 1 725 2 3055
1893 0 0 0 0 0 0 2 4745
1894 0 0 0 0 0 0 0 0
1895 0 0 0 0 0 0 0 0
1896 0 0 0 0 0 0 0 0
1897 0 0 0 0 0 0 0 0
1898 0 0 0 0 0 0 0 0
1899 0 0 0 0 0 0 0 0
1900 0 0 0 0 0 0 0 0
1901 0 0 0 0 0 0 0 0
1902 1 8753 0 0 0 0 0 0
1903 0 0 0 0 0 0 0 0
1904 0 0 0 0 0 0 0 0
1905 0 0 1 6532 0 0 0 0
1906 0 0 0 0 0 0 0 0
1907 0 0 0 0 0 0 0 0
1908 0 0 0 0 0 0 0 0
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 265
Lampiran IV
pustaka-indo.blogspot.com
266 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran IV
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 267
Lampiran IV
pustaka-indo.blogspot.com
268 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran IV
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 269
Lampiran IV
pustaka-indo.blogspot.com
270 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran IV
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 271
Lampiran IV
Tabel No. 5
Pelayaran Niaga Kapal Eropa Lainnya
Makassar: 1879-1908
(terdaftar)
pustaka-indo.blogspot.com
272 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran V
Tabel No. 1
Impor dan Ekspor Makassar: 1830-1908
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 273
pustaka-indo.blogspot.com
274 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran V
Tabel No. 2
Impor dan Ekspor Menurut Jenis Kapal
Makassar: 1830-1908 (jumlah kapal dan volume dalam ton)
Tiba Ton Bkt. Ton Tiba Ton Bkt. Ton Tiba Ton Bkt. Ton Tiba Ton Bkt. Ton
1830 26 4806 25 3042 407 8402 459 8798 433 13208 484 11840
1831 20 3706 16 3312 433 9052 474 9612 453 12758 490 12924
1832 20 4668 20 4668 419 8514 419 8514 439 13182 439 13182
1840 16 3858 15 30 337 9184 356 7184 353 13042 371 10762
1841 21 4320 22 44 289 5442 400 7092 310 9762 422 11694
1842 20 3634 19 38 336 6686 354 6764 356 10320 373 10224
1844 0 0 0 0 0 0
1845 0 0 0 0 0 0
1846 32 5096 31 62 1073 8624 1293 10352 1105 13720 1324 15172
1847 52 8754 49 98 1559 10556 1525 11390 1611 19310 1574 19884
1848 55 10430 50 100 3025 12346 3106 14150 3080 22776 3156 24372
1849 99 14946 86 172 2327 11800 2545 12852 2426 26746 2631 25996
1850 81 14776 83 166 2158 16822 2416 17732 2242 31598 2499 31102
1851 113 15814 113 226 741 8064 871 9582 854 23878 984 26188
1852 166 30394 164 328 867 9416 1033 10964 1033 39810 1197 41462
1853 153 29996 149 298 774 9266 946 10214 927 39262 1095 39434
1854 98 19192 101 202 800 8720 1051 10812 989 37912 1152 30668
1855 111 22516 114 228 776 7922 1139 9982 887 30438 1253 33302
1856 106 24164 106 212 812 8546 1131 10664 918 32710 1237 35046
1857 103 24738 108 216 1160 12758 1344 12614 1263 37496 1452 37978
1858 137 36070 131 262 1356 12946 1496 13720 1493 49016 1627 47138
1859 229 63474 233 466 1462 12114 1946 15900 1691 75588 2179 82330
1860 213 61800 210 420 1136 11540 1415 16082 1349 73340 1625 79972
1861 167 38952 171 342 1527 13950 2213 21584 1694 52902 2384 61950
1862 178 32790 177 654 1752 17292 2169 20424 1930 50082 2346 52652
1863 159 30478 172 344 1067 13890 1393 17346 1226 44368 1565 49884
1864 176 30904 161 322 2124 21414 2529 24404 2300 52318 2690 52078
1865 166 39846 180 360 948 13674 1064 15046 1114 53520 1244 55736
1866 193 40812 186 372 588 10254 839 12788 781 51066 1025 53704
1867 183 40632 191 382 671 12562 854 15530 854 53194 1045 56100
1868 166 49404 162 324 786 13440 1016 15870 952 62844 1178 64472
1869 151 47712 144 288 863 15050 1058 16924 1014 62762 1202 61794
1874 41 25071 35 22518 237 73878 275 89573 160 9325 184 17144 438 108274 494 129235
1875 67 52300 74 52550 110 25373 111 24829 453 12734 514 12253 630 90407 699 89632
1876 67 52502 67 52502 110 29112 110 29112 371 8906 371 8906 548 90520 548 90520
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 275
1877 82 50889 78 46371 117 26765 112 25849 294 7629 377 8953 493 85283 567 81173
1878 108 68955 109 68000 110 26677 101 25291 536 10728 565 10674 754 106360 775 103965
1879 86 51532 85 50631 81 16661 86 12439 120 4015 202 5123 287 72208 373 68193
1880 111 71869 112 71922 82 19510 82 23561 131 3420 198 4082 324 94799 392 99565
1881 75 38910 77 40507 58 18160 48 14275 118 3298 195 4672 251 60368 320 59454
1882 64 26294 66 25044 62 18974 59 17055 117 2890 186 4000 243 48158 311 46099
1883 81 82021 76 67840 52 54683 53 60024 141 11654 277 20693 274 148358 406 148557
1884 94 122341 88 114216 46 39224 40 31998 95 3811 176 5406 235 165376 304 151620
1885 120 143104 113 141082 29 44357 32 48122 156 5222 216 6785 305 192683 361 195989
1886 99 133020 95 124721 33 40731 28 28791 133 3756 161 5296 265 177507 284 158808
1887 78 99769 77 88842 21 27774 19 20291 111 8760 182 5421 210 136303 278 114554
1888 79 110588 82 113134 21 28177 21 19497 76 2470 178 4120 176 141235 281 136751
1889 74 106524 72 109479 31 38781 24 29975 65 2488 170 4883 170 147793 266 144337
1890 90 156735 83 135026 23 17421 11 15862 110 2900 150 4598 223 177056 244 155492
1891 145 301931 89 184676 24 34138 17 22873 96 3398 159 4673 265 339467 265 212222
1892 148 264655 154 293363 17 29334 10 23065 47 1555 109 3295 212 295544 273 319723
1893 122 258674 135 275963 17 34626 21 41741 97 3166 171 4917 236 296466 327 322621
1894 160 83221 128 232995 16 32009 23 45281 155 4983 292 7094 331 120213 443 285370
1895 148 296884 148 129008 15 24764 14 25498 115 3388 290 6861 278 325036 452 161367
1896 141 283425 132 266737 23 28761 22 25900 141 3888 268 6506 305 316074 422 299143
1897 199 449403 203 459722 16 32065 22 32130 154 3836 349 8790 369 485304 574 500642
1898 236 609562 237 615215 23 14254 16 14640 115 3644 256 6433 374 627460 509 636288
1899 243 648923 245 656782 11 14098 10 14024 176 4578 242 7497 430 667599 497 678303
1900 253 622682 260 710547 7 6611 6 5708 544 11262 364 8387 804 640555 630 724642
1901 269 740823 265 706692 4 5155 4 5155 245 5776 376 8780 518 751754 645 720627
1902 289 878549 291 880940 6 14912 6 14914 206 5857 349 7561 501 899318 646 903415
1903 280 1037423 259 897674 2 5626 2 5626 162 4188 316 6580 444 1047237 577 909880
1904 234 859797 232 862419 9 16474 8 15002 143 3141 233 4800 386 879412 473 882221
1905 315 1213671 321 1268040 4 7000 5 8472 159 3163 255 5450 478 1223834 581 1281962
1906 277 1075927 330 1403813 1 872 1 872 195 3956 296 5811 473 1080755 627 1410496
1907 314 1279995 314 1285813 2 3064 0 0 372 8592 285 6584 688 1291651 599 1292397
1908 208 820045 206 767252 0 0 1 1293 70 1351 323 7390 278 821396 530 775935
pustaka-indo.blogspot.com
276 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran V
Tabel No. 3a
Impor dan Ekspor antara Makassar dan Negara Asing
Makassar: 1830-1908
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 277
1877
1878
1879 88 32154 103 35716
1880 116 51074 115 44587
1881 115 46884 114 46927
1882 91 34199 97 31862
1883 105 84170 91 72328
1884 111 140554 112 130997
1885 49 64014 63 72154
1886 51 39699 40 22840
1887 34 23915 36 21917
1888 34 29315 32 21468
1889 34 43659 44 35823
1890 48 21315 26 17251
1891 36 40294 31 33561
1892 28 28119 29 27653
1893 39 54967 45 68199
1894 58 87045 52 76683
1895 45 82229 40 77840
1896 44 55230 47 52186
1897 42 75699 38 55837
1898 38 71035 46 64984
1899 58 107536 49 86700
1900 45 73648 58 119338
1901 52 162399 39 67915
1902 81 249849 51 112140
1903 59 160993 37 102990
1904 41 173506 39 118704
1905 46 225455 38 121915
1906 48 308541 26 141817
1907 36 213260 28 138916
1908 34 231643 28 178419
pustaka-indo.blogspot.com
278 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran V
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 279
Lampiran V
pustaka-indo.blogspot.com
280 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran V
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 281
Lampiran V
Tabel No. 4a
Impor dan Ekspor Makassar dan Hindia Belanda
Makassar: 1830-1908
pustaka-indo.blogspot.com
282 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 283
Lampiran V
Tabel No. 4b
Hubungan Dagang Makassar-Jawa dan Madura
Makassar: 1830-1908
pustaka-indo.blogspot.com
284 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 285
Lampiran V
Tabel No. 4c
Hubungan Niaga Makasar dan Kalimantan
Makassar: 1830-1908
pustaka-indo.blogspot.com
286 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 287
Lampiran V
Tiba Ton Nilai Bkt Ton Nilai Tiba Ton Nilai Bkt Ton Nilai Tiba Ton Nilai Bkt Ton Nilai
(gld) (gld) (gld) (gld) (gld) (gld)
1840 62 2360 94421 88 2862 151178 31 460 22830 12 158 14436 32 35319 49
1841 56 3072 198038 68 2312 130516 22 276 4303 28 448 8084 35 34184 44 33
1842 69 2640 235656 68 2774 148421 18 224 8413 28 366 4649 43 39112 53 36
1846 71 2130 183601 75 3472 177487 28 526 13509 45 870 7426 65 1160 53187 69 1406 0
1847 49 2910 384429 110 3804 275663 62 1358 24840 50 1050 34941 21 348 65644 70 1364 27920
1848 52 3362 279543 125 5414 285916 22 458 30901 37 528 31550 41 900 87952 62 1246 1706
1849 61 2212 509434 85 3624 127004 63 1788 108811 93 2454 272448 41 898 116178 41 938 185
1850 56 2906 432565 87 2328 313640 32 392 62004 61 984 103453 38 998 104986 41 1376 0
1851 77 3628 520762 126 5318 470203 65 1082 99950 79 1020 148401 35 782 61762 41 1320 35065
1852 69 4792 485091 131 4854 355238 123 2020 172746 138 2282 149699 32 1196 77683 30 784 0
1853 74 7108 628077 120 5996 429109 68 934 80974 88 1188 73749 35 1420 68752 35 1126 11950
1854 71 5642 501501 125 5946 475964 62 828 57906 96 1300 114300 30 860 107016 29 824 12657
1855 62 5694 387642 109 5464 485989 59 830 52936 86 2326 72466 28 702 47885 21 594 3662
1856 67 6600 485279 126 7750 851307 70 1364 58086 89 1668 76080 15 310 40770 20 372 0
1857 84 6212 689114 122 3942 800407 132 1742 125701 127 2386 104636 20 1270 26525 23 1416 0
1858 100 3622 191030 130 6850 876446 175 2220 66346 189 2298 161144 20 1162 40145 26 502 0
1859 119 9638 887137 178 9986 1168930 156 2440 139076 191 3206 136017 25 2072 54416 28 714 0
1860 105 12370 1106138 134 11790 934568 129 1400 146378 162 2986 178562 28 1268 80214 37 1102 0
1861 80 9320 1035719 186 11316 1332070 101 1826 110965 193 3020 189932 41 2674 88907 34 1074 3121
1862 121 10070 878453 160 10652 1158387 280 2658 242810 344 4626 206654 32 1648 61629 2 110 1785
1863 119 8996 750142 172 10336 1163661 145 1720 115839 195 2756 156606 30 1072 45159 38 2204 0
1864 156 8722 813222 162 9026 1176837 265 3232 194851 483 4474 187182 22 1996 70580 47 1600 318
1865 148 12166 967751 180 11688 1231201 315 3086 178080 339 4222 231140 0 0 0 0 0 0
1866 138 12058 761467 185 13244 1368470 146 2424 122244 204 3050 112582 0 0 0 0 0 0
1867 191 5214 1458256 268 15540 1751236 142 2348 110818 155 1200 122573 0 0 0 25 1044 0
1868 186 15652 1008192 202 13356 1246155 175 2448 112320 276 4096 219934 0 0 0 0 0 0
1869 254 14562 1275329 206 14884 1457832 179 2698 151293 250 3046 153917 1 324 0 0 0 0
1870 237 14802 1519710 308 15316 1621401 155 1564 90533 200 2192 201759 1 254 12290 0 0 0
pustaka-indo.blogspot.com
288 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran V
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 289
Lampiran V
pustaka-indo.blogspot.com
290 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran V
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 291
Lampiran V
pustaka-indo.blogspot.com
292 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran V
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 293
Lampiran V
Tabel No. 4e
Hubungan Niaga Antara Makassar dan Daerah Sulawesi Selatan
(1830-1870)
pustaka-indo.blogspot.com
294 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran VI
Tabel No. 1
Hubungan Niaga Singapura-Sulawesi
Singapura: 1828-1868
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 295
Lampiran VI
Tabel No. 2
Hubungan Niaga Singapura-Kalimantan
Singapura: 1828-1868
pustaka-indo.blogspot.com
296 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran VI
Tabel No. 3
Hubungan Niaga Singapura-Nusa Tenggara
Singapura: 1828-1868
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 297
Lampiran VII
Tabel No. 1
Perusahaan NHM di Makassar
Makassar: 1846-1867
pustaka-indo.blogspot.com
298 MA K A SSA R A BA D XI X
Lampiran VII
Tabel No. 2
Jumlah Mil Pelayaran Kapal KPM
1891-1910
pustaka-indo.blogspot.com
L A MPI RA N 299
Lampiran VII
Tabel No. 1
Jumlah Mil Pelayaran Kapal NISM
1871-1890
pustaka-indo.blogspot.com
INDEKS
A C
B D
pustaka-indo.blogspot.com
I N DEK S 301
pustaka-indo.blogspot.com
302 MA K A SSA R A BA D XI X
pustaka-indo.blogspot.com
I N DEK S 303
pustaka-indo.blogspot.com
TENTANG PENULIS
pustaka-indo.blogspot.com
pustaka-indo.blogspot.com
BERDASARKAN KONVENSI London 1814 dan Traktat London 1824, Pemerintah
Hindia Belanda dituntut melaksanakan perdagangan bebas sebagai syarat
pengembalian Nusantara dari tangan Inggris. Namun, pemerintah justru melanjutkan
kebijakan monopoli yang dijalankan VOC. Benarkah perdagangan Makassar suram di
bawah pengawasan VOC maupun Hindia Belanda? Mengapa Hindia Belanda enggan
melaksanakan perdagangan bebas, terutama di Makassar? Inilah dua pertanyaan
yang hendak dijawab buku ini. Dengan data memadai penulis tidak saja memberi
kita pengetahuan tentang perdagangan maritim Indonesia, tetapi juga menyuguhkan
gambaran tentang sepak-terjang pemerintah yang selalu terlambat membaca zaman.
SEJARAH
pustaka-indo.blogspot.com