Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi dan
balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan
gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Ada beberapa masalah yang dapat
terjadi pada neonatus, bayi dan balita seperti muntah dan gumoh.
Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah terpencil yang kehidupannya
masih primitif, masih banyak ibu yang memiliki anak tetapi belum mengetahui
penanganan gangguan yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita seperti
contohnya muntah dan gumoh yang kerap kali terjadi. Oleh karena itu
dikhawatirkan ibu tidak bisa menangani masalah ini dengan benar. Dalam
keadaan seperti ini maka peran bidan pendidik sangat diperlukan.
Muntah dan gumoh pada neonatus, bayi dan balita dapat terjadi
disebabkan posisi saat menyusu yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau
bayi sudah kenyang tetapi diberi minum serta dapat disebabkan karena faktor
fisiologis seperti kelainan kongenital dan infeksi, juga karena gangguan
psikologi seperti cemas. Kasus seperti ini merupakan hal yang lazim terjadi
pada neonatus, bayi dan balita yang dapat dicegah dengan mudah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
2. Bagaimana etiologi terjadinya muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
3. Bagaimana insiden yang terjadi pada muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
5. Apa saja tanda dan gejala muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
6. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi terhadap muntah dan gumoh
pada bayi/anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan kasus muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
8. Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus muntah dan gumoh pada
bayi/anak ?
C. Tujuan
1. Mengetahui penegrtian muntah, gumoh dan oral trush pada bayi/anak.

1
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya muntah,gumoh dan oral trush pada
bayi/anak.
3. Mengetahui angka kejadian yang terjadi pada kasus muntah, gumoh dan
oral trush pada bayi/anak.
4. Mengetahui patofisiologi yang terjadi pada muntah, gumoh dan oral trush
pada bayi/anak.
5. Mengetahui tanda dan gejala muntah, gumoh dan oral trush pada bayi/anak.
6. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi karena adanya muntah,gumoh
dan oral trush pada bayi/anak.
7. Mengetahui penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus
muntah,gumoh dan oral trush pada bayi/anak.
8. Menegtahui peran bidan dalam menangani kasus muntah,gumoh dan oral
trush pada bayi/anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. MUNTAH
1. Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi
lambung dan abdomen (Markum, 1992). Umumnya bersifat sementara dan
tidak mengganggu pertumbuhan bayi.
Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian besar
atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke
lambung, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam
pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan
kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah
pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan
karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama
proses persalinan.

2. Etiologi
Muntah dapat disebabkan karena faktor fisiologis seperti kelainan
kongenital dan infeksi, juga karena gangguan psikologi seperti cemas.
Muntah harus dibedakan dengan gumoh/regurgitasi.
Gangguan yang diidentifikasikan menyerti muntah antara lain :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang
disertai sedikit darah. Kemungkinan iritasi lambung akbiat sejumlah
bahan yang tertelan selama proses kelahiran.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah
banyak tidak proyektil, cenderung menetap biasanya terjadi akibat dari
obstruksi usus halus. Muntah proyektil merupakan tanda adanya stenosis
pilorus, juga merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial.

3. Insiden
Catatan Depkes 2010 Sekitar 45% anak/bayi berumur di bawah 12
bulan dapat mengalami muntah, dan kejadian tersebut menurun sesuai

3
dengan bertambahnya usia serta perbaikan cara maupun pola makan pada
anak/bayi.

4. Patofisiologi
Suatu keadaan dimana anak/ bayi menyemprotkan isi perutnya keluar,
kadang-kadang sampai sleuruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul
pada minggu pertama. Hal tersebut merupakan aksi refleks yang
dikoordinasi dalam medulla oblongata dimana isi lambung dikeluarkan
dengan paksa melalui mulut. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan,
penyakit saluran penceranaan, penyakit intracranial dan toksin yang
dihasilkan oleh bakteri.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami muntah
yaitu keluarnya cairan (susu atau makanan yang halus) dari lambung
melalui mulut bayi dalam jumlah yang banyak dimana bayi juga mengalami
batuk saat memuntahkan isi lambungnya.

6. Komplikasi
Muntah yang terjadi pada bayi umumnya mengalir melalui mulut saja
namun dalam jumlah yang banyak. Namun apabila muntah pada bayi terjadi
secara proyektil atau menyemprot secara tidak biasa kemungkinan terjadi
stenosis pylorus yaitu kondisi umum yang mempengaruhi pembukaan
pilorus (katup otot yang menjaga makanan diperut sampai masuk ke tahap
pencernaan berikutnya) antara lambung dan usus kecil pada bayi. Sehingga
makanan bayi tertimbun dalam lambung dan saat ditambah makanan lagi isi
lambung akan naik ke atas lagi dengan cara menyemprot melalui mulut bayi
secara tidak biasa.
Selain itu, muntah yang berlebihan pada bayi dapat menimbulkan
dehidrasi atau alkaliosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit, ketosisi
karena bayi cenderung tidak ingin makan dan minum, asidosis yang
disebabkan adanya ketosis dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai
kejang serta ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva ruptur esofagus,
aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat sehat.

4
7. Penatalaksanaan
Muntah yang terjadi pada bayi dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi
yang cemas oleh karena itu saat menyusui perlu diciptakan hubungan yang
harmonis antara orang tua dan anak/bayi, ciptakan suasana yang
menyenangkan saat makan atau menyusui, dan perlakukan bayi dengan baik
dan hati-hati.
Ajarkan dan terapkan pola makan yang benar, hindari makanan yang
menimbulkan alergi agar tidak terjadi permasalahan pencernaan pada
anak/bayi. Diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah jika simptomatis
dapat diberi emetik.
Jaga kebersihan mulut anak/bayi. Cegah aspirasi saat anak/bayi
mengalami muntah. Jangan langsung mengangkat bayi saat muntah.
Seringkali khawatir, dan bermaksud untuk menangani muntah, kita
cenderung mengangkat anak/bayi dari posisi tidurnya. Padahal cara ini
justru berbahaya, karena muntah bisa turun lagi, masuk ke paru, dan
akhirnya malah mengganggu paru-paru.
Biarkan saja bayi bila mengeluarkan cairan muntahan dari hidungnya.
Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk e dalam
paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.
Kolaborasi bila muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna hijau
dan muntah proyektil/menyemprot.

8. Peran bidan
Bidan memiliki peran dan tanggung jawab sebagai bidan pendidik
dalam mengatasi masalah muntah pada bayi yaitu bidan harus segera
memberikan pengetahuan dan penjelasan kepada keluarga sang bayi
terutama ibu bahwa muntah bukanlah suatu keadaan yang harus diatasi
dengan rasa kepanikan melainkan harus ditangani dengan asuhan yang tepat.
Ibu dianjurkan untuk tidak panik akan tetapi harus dapat menangani sendiri
ketika bayi muntah di rumah. Oleh karena itu bidan harus menjelaskan cara
dan teknik menangani bayi yang muntah agar tidak terjadi salah asuhan
sehingga tidak menimbulkan dampak yang fatal pada gumoh bayi tersebut.

5
Kemudian bidan juga perlu memberi tahu kepada ibu apabila bayi muntah
proyektik/menyemprot harus segera diperiksakan agar dapat dirujuk ke
rumah sakit.

9. Gambar

6
B. GUMOH
1. Pengertian
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan
melalui mulut tanpa paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes
RI, 1999). Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu
pertumbuhan bayi.
Selain itu gumoh juga dapat diartiakn sebagai keluarnya kembali
sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat makanan masuk lambung.
Muntah susu adalah hal ynag agak umum, terutama pada bayi yang
mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat
badan yang memuaskan, pada umumnya disebabkan karena bayi menelan
udara pada saat menyusui.
Selanjutnya, gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi,
regurgitasi adalah gejala klinis dna merupakan keadaan fisiologis yang
normal pada bayi berusia dibawah satu tahun. Kejadian tersebut akan
menurun seiring pertambahan usia.
Jika terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi
dalam waktu lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa
mengakibatkan gangguan pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan
karena asupan gizi berkurang maupun karena asupan makanan tersebut
keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung
yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau sampai gumoh melalui
hidung dan bahkan disertai muntah.
Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin ada.
Bila disertai kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali, dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan cairan tubuh.
Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong
keluar kala makanan masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh terjadi secara
pasif atau terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut
keluar karena anak berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi normal,
gumoh bisa dialami bayi antara 1-4 kali sehari.
Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah
makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain mencurigakan. Selama
berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh

7
tidak bercampur darah dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh
tak perlu dipermasalahkan.

2. Etiologi
Penyebab terjadinya gumoh memang bisa bermacam-macam.
Diantaranya adalah :
a. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas lambung,
padahal di usia itu kapasitas lambung bayi masih sangat kecil.
b. Terlalu aktif, misalnya pada saat bayi menggeliat atau terus-terus
menangis.
c. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, akibatnnya apabila
setelah menyusu bayi ditidurkan atau dibiarkan dalam posisi salah,
susu akan keluar dari mulut.
d. Bayi sudah kenyang tapi tetap diberi minum.
e. Posisi salah saat menyusui atau pemberian susu botol.
f. Tergesa-gesa saat pemberian susu.
g. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

3. Insiden
Catatan Depkes 2010 Sekitar 70% bayi berumur di bawah 4 bulan
mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut
menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga (8-10) % pada umur 9-
12 bulan dan 5% pada umur 18 bulan.

4. Patofisiologi
Pada keadaan biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga
kadang-kadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali
ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut
disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan
baik yang seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini juga
dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar.
Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami gumoh
ialah keluarnya cairan dari sudut-sudut bibir bayi berupa cairan putih yang

8
mana biasanya adalah ASI atau susu bercampur dengan air liur bayi sendiri
yang jumlahnya tidak terlalu banyak.

6. Komplikasi
Gumoh yang terjadi biasanya akan berhenti apabila isi lambung sudah
sesuai dengan kapasitasnya dalam arti tidak melebihi kapasitas lambung
bayi lagi. Akan tetapi gumoh dapat pula terjadi secara terus menerus
dimana cairan akan terus keluar lewat mulut bayi tanpa henti setelah diberi
ASI atau susu maupun makanan. Hal tersebut kemungkinan karena
obstruksi esofagus (tidak berkembangnya esofagus sehingga makanan tidak
dapat dilewatkan dari mulut ke lambung). Oleh karena itu ASI atau susu
yang masuk ke kerongkongan akan naik dan kembali lagi keluar melewati
mulut bayi.

7. Penatalaksanaan
Beri susu yang lebih kental pada bayi yang sudah dapat
mengkonsumsi susu formula atau makanan pendamping ASI. Campurkan
tepung beras sebanyak 5 gram untuk setiap 100 cc susu. Lalu minumkan
seperti biasanya.
Posisi menyusu bersudut 45°. Posisi terlentang membentuk sudut 45°
antara badan, pinggang dan tempat tidur bayi, terbukti membantu
menguranggi aliran balik susu dari lambung ke kerongkongan. Perbaiki
teknik menyusui yang benar yaitu dagu bayi menempel pada payudara,
areola atas lebih terlihat, bibir bawah melebar keluar dan mulut membuka
lebar. Jangan memaksakan memberi ASI atau susu dan makanan apabila
bayi masih kenyang atau baru saja makan dan minum.
Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum. Gendong
si kecil dalam posisi 45° atau tidurkan terlentang dan ganjalan berupa
bantalan atas tumpukan kain di punggungnnya. Biarkan ia pada posisi
tersebut selama mungkin (minimal 2 jam).
Jangan langsung mengangkat bayi saat ia gumoh. Seringkali khawatir,
dan bermaksud untuk menghentikan gumoh, kita cenderung mengangkat
anak dari posisi tidurnya. Padahal cara ini justru berbahaya, karena cairan

9
gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru, dan akhirnya malah mengganggu
paru-paru.
Biarkan saja bayi bila mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini
justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-
paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.

8. Peran Bidan
Bidan memiliki peran dan tanggung jawab sebagai bidan pendidik
dalam mengatasi masalah gumoh pada bayi yaitu bidan harus segera
memberikan pengetahuan dan penjelasan kepada keluarga sang bayi
terutama ibu bahwa gumoh merupakan kejadian yang lazim dialami oleh
bayi pada bulan-bulan pertama kehidupannya. Ibu dianjurkan untuk tidak
panik akan tetapi harus dapat menangani sendiri ketika bayi gumoh di
rumah.
Oleh karena itu bidan harus menjelaskan cara dan teknik menangani
bayi yang gumoh agar tidak terjadi salah asuhan sehingga tidak
menimbulkan dampak yang fatal pada gumoh bayi tersebut.

9. Gambar

C. ORAL TRUSH
1. Pengertian
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya
mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut.
Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut
menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan
permukaan perdarahan mentah.

10
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah,
individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun
lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani pengobatan
dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi jamur di mulut) disertai luka di
mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya
gangguan sistem kekebalan.

2. Etiologi
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans
yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat
bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang
tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi
terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat
saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna
antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat
dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga
apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan
mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap.
Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang
biasa dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain
tertekan.Oral thrush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut
karena kurang menjaga kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai
konsistensi yang lunak, menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi
daerah-daerah yang kecil atau luas pada mukosa mulut, bercak bercak
dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging yang berdarah.
Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut,
superinfeksi setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan
hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus

3. Tanda Dan Gejala

Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40


derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tak mau

11
makan atau makanan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan
gelisah terus. Biasanya disertai dengan bau mulut yang kurang sedap,
akibat kuman atau jamur. Sedangkan pada balita, kadang suhu yang naik
tak terlalu tinggi dan nafsu makannya berkurang.

a) Tanda

Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil.


Warnanya putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm.
Kemudian berkembang berbentuk selaput. Jika selaputnya mengikis,
maka akan terlihat berbentuk seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan
tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar seperti halnya bisul.
Biasanya pemunculan vesikel ini bersamaan dengan timbulnya panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang
malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang
membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus
herpes.Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan
herpetik. Namun sariawan karena jamur harus diobati dengan obat
anti-jamur. Biasanya memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu.
Jika sariawan tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang tak
sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut.
Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila jamurnya
tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.

b) Gejala
Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak
licin, berwarna kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan
pinggir atau pada belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam
tampak bintik-bintik putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang
dapat pecah sehingga mulut terasa perih.Secara keseluruhan Gejala
oral trush yaitu:

12
1) Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2) Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3) Mukosa mulut mengelupas
4) Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai
bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila
dihilangkan dan kemudian berdarah.
5) Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama
hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
6) gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat
Celcius
7) Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol
bahkan ASI, dan gelisah terus
8) Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara
psikis, dia akan rewel.
4. Komplikasi
Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan
menebabkan kesukaran minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga
akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral thrush tersebut dapat
mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi
usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare.
Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang
lama.

5. Penatalaksanaan
Terdiri dari 2 cara :

a) Medik /pengobatan

Memberikan obat antijamur, misalnya :

13
1) Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel
bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.

2) Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu


pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari.
Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini
mengandung gula.

b) Keperawatan

Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar
minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi
pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu
diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol
tahan rebus) sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat
disterilkan dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan
dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan
atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih
dan disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air
mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat
menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk
rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari
oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan
terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan
dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat
menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di
dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai
minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa
susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah
terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan

14
mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi
frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan
usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu
menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi
sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan
akibat jamur yang harus diobati dengan obat antijamur. Masa
penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati,
dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi
jamur yang tertelan dan melewati pembuluh darah, juga bisa
menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum.
Berikut kiat untuk membantunya mendapatkan asupan yang
dibutuhkan :

 Suapi makannya dengan menggunakan sendok secara perlahan-


lahan. Usahakan minum menggunakan sedotan dan gelas, untuk
menghindari kontak langsung dengan sariawan serta tak
menimbulkan gesekan dan trauma lebih lanjut.

 Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya


yang mudah ditelan dan disuapi. Hindari makanan yang terlalu
panas atau terlalu dingin, agar tidak menambah luka.

 Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat


besi, dapat memercepat proses penyembuhan. Misalnya buah-
buahan dan sayuran hijau. Kekurangan vitamin C dapat
memudahkan si kecil mengalami sariawan.

 Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat,


biasanya obat kumur, tetapi tak juga sembuh, kemungkinan ada
penyebab lain. Misalnya kuman yang telah bertambah, pemakaian

15
obat dengan dosis tak tepat, atau cara memberi makanan yang
membuat sariawan si kecil kembali mengalami trauma di lidah.

 Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya
anak yang sering sariawan, lebih banyak akibat daya tahan
tubuhnya rendah dan kebersihan mulut dan gigi yang tak terjaga.

6. Gambar

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum, 1992). Umumnya bersifat sementara dan tidak
mengganggu pertumbuhan bayi.
Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian besar
atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke
lambung, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam
pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang
disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI
atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi
mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui
mulut tanpa paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI, 1999).
Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi.

16
Selain itu gumoh juga dapat diartiakn sebagai keluarnya kembali sebagian
kecil isi lambung setelah beberapa saat makanan masuk lambung. Muntah susu
adalah hal ynag agak umum, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal
ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan yang memuaskan, pada
umumnya disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusui.
Selanjutnya, gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi,
regurgitasi adalah gejala klinis dna merupakan keadaan fisiologis yang normal
pada bayi berusia dibawah satu tahun. Kejadian tersebut akan menurun seiring
pertambahan usia.
Jika terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam
waktu lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan
gangguan pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi
berkurang maupun karena asupan makanan tersebut keluar lagi dan dapat
merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut keluar dan
mengiritasi. Apalagi kalau sampai gumoh melalui hidung dan bahkan disertai
muntah.
Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin ada.
Bila disertai kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali, dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan cairan tubuh.
Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar
kala makanan masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh terjadi secara pasif atau
terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut keluar karena anak
berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi
antara 1-4 kali sehari.
Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah
makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain mencurigakan. Selama berat
badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh tidak
bercampur darah dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu
dipermasalahkan.
Peran bidan sebagai pendidik sangat penting dalam menangani kasus
semacam ini. Bidan berkewajiban memberikan pengetahuan dan informasi
kepada ibu bagaimana cara mencegah dan menangani neonatus, bayi dan balita
yang mengalami muntah dan gumoh.

17
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa
dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini
ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu
yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang
ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru
lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau
cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah
persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan
tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi
pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral
thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia
dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap.

Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40


derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tak mau makan
atau makanan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus.
Biasanya disertai dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau
jamur. Sedangkan pada balita, kadang suhu yang naik tak terlalu tinggi dan
nafsu makannya berkurang.

B. Saran
Saran kepada para ibu yang memiliki bayi baru lahir maupun balita agar
segera mencari tahu informasi tentang bagaimana cara menangani kasus yang
sering terjadi pada neonatus, bayi dan balita. Dengan ini ibu diharapkan dapat
selalu memantau anak agar kesehatannya dapat terjaga dengan baik, serta
apabila sewaktu-waktu bayi mengalami salah satu kasus yang sering terjadi
pada neonatus, bayi dan balita ibu dapat melakukan tindakan sesuai dengan
anjuran.

18
DAFTAR PUSTAKA

Karyuni, P.E dan Eny Meliya (Ed). 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi
Baru Lahir. Jakarta : EGC.

Kosim, M. S, Achmad Surdjono dan Dwikisworo Setyowireni (Ed). 2005. Buku


Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat,
Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :
CV. Trans Info Media.

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai