Anda di halaman 1dari 3

Empat Bentuk Nasib Manusia

Puji Syukur kepada Allah yang telah mengaruniakan nikmat iman dan Islam. nikmat yang
dengannya, kita akan selamat di dunia dan akhirat. Karenanya, nikmat iman ini harus kita jaga,
sampai ajal tiba. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, para
shahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunah beliau hingga hari Kiamat.
Kemudian, kami wasiyatkan kepada khatib pribadi dan kepada para hadirin sekalian agar
meningkatkan takwa kepada Allah Ta’ala. Takwa adalah penentu arah kehidupan manusia. Arah
yang akan menentukan nasibnya; bahagia atau sengsara, selamat atau celaka.

Jamaah Jumat Rahimakumullah


Dilihat dari segi nasib, bahagia atau sengsara saat di dunia dan di akhirat, manusia akan mengalami
salah satu dari empat nasib; bahagia di dunia-bahagia di akhirat, sengsara di dunia-bahagia di akhirat,
bahagia di dunia-sengsara di akhirat dan sengsara di dunia-sengsara pula di akhirat. Sebelum
keempat nasib ini dirinci, perlu dicatat bahwa “bahagia di dunia” yang dimaksud bukanlah
kebahagiaan hakiki berupa kebahagiaan dan ketenangan ruhani karena berada di bawah naungan
ridha ilahi. Tapi yang dimaksud adalah kebahagiaan yang oleh kebanyakan orang dipersepsikan
sebagai kebahagiaan; harta melimpah, hidup nan serba mudah dan musibah yang seakan-akan enggan
untuk singgah.

Jamaah Jumat Rahimakumullah


Pertama, orang yang bahagia di dunia juga bahagia di akhirat.
Inilah nasib yang paling diidamkan semua orang. Semboyan “kecil dimanja, muda foya-foya, tua
kaya raya mati masuk surga” menjadi puncak khayalan yang diinginkan manusia. Tapi benarkah ada
orang yang di dunia kaya dan saat di akhirat beruntung mendapat Jannah-Nya? Tentu saja ada. Itulah
orang yang mendapat fadhlullah, anugerah istimewa dari Allah. Dalam sebuah hadits yang cukup
panjang, diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa suatu ketika para shahabat yang
ekonominya lemah mengadu pada Nabi tentang rasa iri mereka terhadap shahabat lain yang kaya.
Yang kaya bisa infak banyak tapi juga melakukan ibadah yang sama dengan yang mereka lakukan
saban hari. Lalu Nabi mengajarkan dzikir-dzikir yang dapat mengimbangi pahala infak. Tapi ternyata
shahabat yang kaya juga mendengar dzikir ini lalu mengamalkannya. Saat dikomplain, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “ Itulah anugerah Allah yang akan diberikan kepada
siapapun yang dikehendaki.”

Itulah anugerah Allah. Allah membagi rezeki sesuai kehendak-Nya. Ada yang sedikit ada yang
banyak. Sebagian orang ada yang dikarunia rezeki melimpah, hidupnya pun serba mudah. Namun
begitu, ternyata semua itu tidak memalingkannya dari cahaya hidayah. Harta yang dikaruniakan
gunakan untuk membangun rel yang memuluskan jalan mereka menuju jannah. Rel-rel yang
dibangun adalah besi-besi berkualitas dari infak fi sabilillah, sedekah kepada fakir miskin dan yatim
dan berbagai proyek amal jariyah. Lebih daripada itu, harta itu juga digunakan untuk membeli
berbagai fasilitas yang dapat membantu meraup ilmu mulai dari buku hingga biaya untuk belajar
kepada para guru. Kesehatan dan kemudahan hidup digunakan untuk meningkatkan kualitas ibadah
dan pengabdian kepada Allah. Dengan semua ini, insyaallah, kebahagiaan yang lebih abadi di akhirat
telah menanti. Kalau sudah begini, manusia semacam ini memang sulit ditandingi. Itulah karunia
Allah yang diberikan kepada siapapun yang dikehendaki.

Jamaah Jumat Rahimakumullah


Kedua, orang yang sengsara di dunia tapi bahagia di akhirat.
Ini nasib kebanyakan orang-orang beriman. Kehidupan di dunia bagi mereka seringnya menjadi camp
pelatihan untuk menempa iman. Kesulitan hidup berupa sempitnya kran rezeki memicu munculnya
ujian-ujian kehidupan seperti tak terpenuhinya kebutuhan logistik, pendidikan, sandang dan papan.
Atau kesulitan hidup berupa kekurangan dalam hal fisik; buta, bisu, buntung, lumpuh dan
sebagainya. Dera dan cobaan yang kerapkali menguras airmata dan menggoreskan kesedihan dalam
jiwa.

Namun begitu, iman mereka menuntun agar bersabar menghadapi semua dan tetap berada di jalan-
Nya. Dan pada akhirnya, selain iman yang meningkat, semua kesengsaraan itu akan diganti dengan
kebahagiaan yang berlipat. Rasa sakit, sedih dan ketidaknyamanan hati seorang mukmin akan
menjadi penebus dosa dan atau meningkatkan derajat. Sedang di akhirat, hilangnya dosa berarti
hilangnya halangan menuju kebahagiaan di dalam jannah dengan keindahannya yang memikat. Dan
tingginya derajat keimanan adalah jaminan bagi seseorang untuk mendapatkan kemuliaan di akhirat.
Allah berfirman:
  
   
  
   
   
    
   
    
  

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadam, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Innaa lillahi wa
innaa ilaihi raaji’uun”.Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al Baqarah:155-157)

Jamaah Jumat Rahimakumullah


Ketiga, orang yang bahagia di dunia tapi sengsara di akhirat
Kalau yang ini adalah gambaran rata-rata kehidupan orang-orang kafir dan manusia durhaka.
Sebagian mereka bergelimang harta, hidup mewah dan dihujani kenikmatan-kenikmatan melimpah.
Bukan lain karena mereka bebas mencari harta, tanpa peduli mana halal mana haram. Sebagian yang
lain barangkali tidak mendapatkan yang semisal. Tapi mereka mendapatkan kebebasan dalam hidup
karena merasa tidak terikat dengan aturan apapun. Aturan yang mereka patuhi hanya satu “boleh asal
mau atau tidak malu”.

Merekalah yang menjadikan dunia sebagai surga dan berharap atau bahkan yakin bahwa yang
Mahakuasa akan memaklumi kedurhakaan dan kelalaian mereka dari perintah-Nya, lalu memasukkan
mereka ke jannah-Nya. Padahal sejak di dunia mereka telah diperingatkan:
   
   
“Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam
siksa yang keras.” (QS. Luqman: 24)
Kebahagiaan dunia itu akan musnah rasanya setelah celupan pertama di neraka. Na’udzubillah min
dzalik.

Jamaah Jumat Rahimakumullah


Keempat, Orang yang sengsara di dunia sengsara pula di akhirat.
Inilah orang paling celaka dalam sejarah kehidupan manusia, dunia akhirat. Di dunia hidup miskin,
susah payah mencari sesuap nasi dan hutang menumpuk karena usaha selalu tekor hingga hidup pun
tak nyaman karena diburu-buru debt kolektor. Atau hidup dalam keterbatasan karena cacat di badan
dan masih ditambah ekonomi yang pas-pasan. Dan dengan semua itu, mereka tidak memiliki harapan
untuk hidup bahagia di akhirat meski hanya seujung jari, karena iman sama sekali tidak tumbuh
dalam hati.
Di penghujung hidup mereka mati dalam kondisi kafir, menolak beriman kepada Rabbul Izzati. Dan
di akhirat, neraka yang menyala-nyala telah menanti. Karena ketiadaan iman, mereka tidak akan
mendapatkan belas kasihan. Hukuman akan tetap dijalankan karena di dunia mereka telah
diperingatkan. Na’udzu billah, semoga kita terhindar dari keburukan ini. Padahal yang didunia
sempat merasakan kesenangan saja, apabila dicelupkan ke dalam neraka, akan musnah semua rasa
yang pernah dicecapnya. Lantas bagaimana dengan yang sengsara di dunia dan berakhir dengan siksa
di neraka?
    
 
“Bekerja keras lagi kepayahan, -sedang di akhirat- memasuki api yang sangat panas (QS. Al-
Ghasiyah:3-4)

Jamaah Jumat Rahimakumullah


Dari keempat kondisi di atas, sebisanya kita tempatkan diri kita pada yang pertama. Caranya dengan
sungguh-sungguh bekerja agar kehidupan dunia sukses dan mulia. Bersamaan dengan itu, kesuksesan
itu kita gunakan untuk membeli kebahagiaan yang jauh lebih kekal di akhirat. Jika tidak bisa, pilihan
kita hanya tinggal kondisi kedua karena yang ketiga hakikatnya sama-sama celaka dengan yang
dibawahnya. Meskipun hidup di dunia kita harus berkawan dengan sengsara, tapi dengan iman di
dada kita masih layak tersenyum karena harapan itu masih ada. Harapan agar dimasukkan ke dalam
jannah yang serba mewah, atas ijin dan ridha dari Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pemurah.
Wallahua’lam bishawab, wa astaghfirullaha ‘ala kulli khati`ah.

Demikianlah khutbah pada siang hari ini, semoga dapat diambil manfaat dan pelajarannya. Kurang
dan salahnya kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

‫ َوادْع ُْوهُ يَ ْست َِجبْ لَ ُك ْم ِإنَّهُ ه َُو البَ ُّر الك َِر ْي ُم‬،‫الر ِح ْي ُم‬ َ ‫أقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي َهذَا َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ ال َع ِظ‬
َّ ‫ فَاسْت ْغ ِف ُروهُ يَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ِإنَّهُ ه َُو الغَفُ ْو ُر‬،‫يم ِل ْي َولَ ُك ْم‬

Khutbah Kedua

Anda mungkin juga menyukai