Anda di halaman 1dari 2

Allisya Aurelia x mia-5

Hikayat Jaya Lengkara


Tersebut cerita seorang raja yang terlalu besar kerajaannya, Saeful Muluk namanya,
Ajam Saukat nama kerajaanya. Adapun raja ini telah berkawin dengan Putri Sukanda Rum.
Tetapi oleh karena permaisurinya tidak beranak, ia berkawin dengan Putri Sukanda bayang-
bayang. Hatta berapa lamanya, Puteri Sukanda bayang-bayang pun beranak anak kembar
yang diberi nama Makdam dan Makdim. Permaisuri takut kehilangan kasih sayang raja sama
sekali, lalu berdoa meminta anak. Doanya dikabulkan. Hatta berapa lamanya, ia pun beranak
lah seorang anak laki-laki yang terlalu baik rupanya. Anak itu ialah Jaya Lengkara. Adapun
semasa Jaya Lengkara jadi itu, negeri pun terlalu makmur, makanan murah dan banyak
pedagang yang datang pergi. Segala ahli nujum, hulu balang dan rakyat sekalian juga
mengucap syukur kepada Allah.

Kemudian raja menyuruh anaknya yang lain ,Makdam dan Makdim pergi bertanyakan
nasib Jaya Langkara pada seorang kadi. Kadi itu meramalkan bahwa Jaya Langkara akan
menjadi raja besar yang terlalu banyak sakti dan segala raja-raja besar tiada yang dapat
melawannya dan segala margastua juga tunduk kepadanya dengan khidmat. Mendengar
ramalan yang demikian, Makdam dan Makdim menjadi sakit hatinya. Mereka berdusta kepada
ayahanda mereka dengan mengatakan, jikalau Jaya Lengkara ada dalam negeri, negeri akan
binasa, beras padi juga akan menjadi mahal. Raja termakan fitnah ini dan membuang Jaya
Lengkara dengan bundanya dari negeri.

Naga Guna menyelamatkan Jaya Lengkara. Bersama-sama mereka akan pergi ke


negeri Peringgi. Jaya Langkara menewaskan seorang ajar-ajar dan memaksanya masuk islam.
Dengan bantuan raja jin yang sudah masuk islam, ia membebaskan Makdam dan Makdim dari
penjara. Ratna Kasina dan Ratna Dewi dikawinkan dengan Makdam. Bunga Kumkuma putih
juga sudah diperolehnya.

Mangkubumi mesir coba mengambil bunga itu dari jaya langkara dan ditewaskan. Jaya
Lengkara mengampuni dia, bila mendengar sebab-sebab ia ingin mendapatkan bunga itu. Jaya
Lengkara pergi ke Mesir dan memohon supaya puteri Ratna Dewi dikawinkan dengan Makdim.
Permohonannya diterima dengan baik oleh raja Mesir. Bersama–sama dengan Ratna Kasina,
Jaya Lengkara berangkat ke negeri Ajam Saukat dan menyembuhkan penyakit raja yang tak
lain adalah ayahnya. Selang berapa lamanya, Jaya Lengkara kembali ke hutan untuk mencari
bundanya. Ratna Kasina menyusul tidak lama kemudian, karena tidak tahan di ganggu oleh
Makdam dan Makdim yang sudah ke negeri Ajam Saukat. Karena berahi mereka akan putri
Ratna Kasina, Makdam dan Makdim coba membunuh Jaya Lengkara. Naga guna
menyelamatkan dan membawanya bersama-sama dengan Puteri Ratna Kasina ke negeri
Madinah. Raja Madinah sangat bergembira. Jaya Langkara dikawinkan dengan puteri Ratna
Kasina. Raja Madinah sendiri juga berkawin dengan bunda jaya langkara. Hatta berapa
lamanya. Jaya Langkara pun menjadi raja, negeri Madinah pun terlalu makmur dan besar
kerajaannya. Segala raja besar pun menghantar upeti ke madinah setiap tahun.
UNSUR INTRINSTIK
1. Alur : Maju
2. Tema: perebutan kekuasaan kerajaan dan kedengkian saudara Jaya Lengkara
3. Sudut pandang: orang ketiga serba tahu
4. Latar:
a. Tempat:
 Ajam Saukat
 Negeri Peringgi
 Mesir
 Hutan
 Madinah
b. Suasana
 Sedih: saat Jaya Lengkara diusir
 Menegangkan: saat naga Guna menyelamatkan Jaya Lengkara
 Bahagia: saat Jaya Lengkara menikah dengan Puteri Ratna Kasina dan ibunya juga
menikah dengan Raja Madinah
c. Waktu: mengantar upeti setiap tahun
5. Penokohan
a. Saeful Muluk: tritagonis (mudah terpengaruh oleh fitnah)
b. Putri Sukanda Rum: protagonis
c. Putri Bayang-bayang
d. Makdam dan Makdim: antagonis (iri hati, suka fitnah)
e. Jaya Lengkara: protagonist (pemaaf, suka menolong orang)
f. Naga Guna: protagonis (penolong Jaya Lengkara)
g. Ratna Dewi
h. Ratna Kasina
i. Mangkubumi Mesir: antagonis (jahat, ingin mengambil bunga Kumkumaputih)
j. Raja Madinah : protagonis (baik hati, menerima Jaya Lengkara)

UNSUR EKSTRINSTIK
I. Unsur Budaya: pergi menanyakan ramalan kepada kadi
II. Unsur Psikologi: sifat iri, suka fitnah, kedengkian
III. Unsur Agama:
a. Berdoa dengan sungguh-sungguh
b. Jangan percaya oleh ramalan
c. Jangan iri dan jangan memfitnah
IV. Unsur Sosial: saling tolong menolong

Anda mungkin juga menyukai