Anda di halaman 1dari 80

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permasalahan kualitas telah mengarah pada taktik dan strategi perusahaan

secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya saing dan bertahan

terhadap persaingan global dengan produk perusahaan lain. Perusahaan yang

fleksibel dalam memenuhi tuntutan konsumen, senantiasa berubah serta

menghasilkan produk berkualitas yang kemungkinan besar akan berhasil.

Tuntutan konsumen yang senantiasa berubah inilah yang perlu direspon

perusahaan.

Prawirosentono (2004), mengemukakan International Standar Organization

(ISO) adalah badan standar yang meliputi 100 negara untuk mencapai standar

mutu produk secara internasional, yang meliputi keperluan teknik (technical

requirement) dan berbagai peraturan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi

industri. Dan untuk meraih sertifikat tersebut, sebuah perusahaan menerapkan

paradigma baru dalam manajemen, yaitu manajemen pengendalian mutu.

Untuk menghasilkan mutu yang terbaik diperlukan upaya perbaikan

berkesinambungan (continous improvement) terhadap kemampuan produk,

manusia, proses, dan lingkungan. Kotler (2004), menyatakan konsumen yang

sangat puas atau senang dengan sebuah produk akan memiliki ikatan emosional

bukan sekedar preferensi rasional, namun juga loyalitas yang tinggi. Dengan

mengetahui tingkat kepuasan konsumen, perusahaan bisa menjaga loyalitas

konsumen serta mempertahankan keuntungan yang stabil (Warta Bogasari, 2002).


2

Manajemen mutu terpadu merupakan konsep perbaikan yang dilakukan

secara terus-menerus yang melibatkan semua karyawan di setiap jenjang

organisasi untuk mencapai kualitas yang prima dalam semua proses organisasi

melalui process management. Thomas Y. Choi dan Karen Eboch, (1997),

menjelaskan penerapan manajemen mutu terpadu akan mengurangi jumlah

kerusakan produk akhir serta down-time produksi. Implementasi spesifikasi

kualitas melalui berbagai sistem manajemen mutu yang berkesinambungan

merupakan langkah yang baik yang harus dikerjakan oleh bagian produksi

sebelum melepas produknya ke pasar.

Istilah laboratorium akhir-akhir ini menjadi sangat luas, menurut Procter,

1981. Laboratorium adalah tempat atau ruangan dimana para ilmuwan bekerja

dengan peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap suatu bahan atau

benda. Sedangkan menurut ISO/IEC Guide 2 1986, laboratorium adalah

instansi/lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian. Sementara

Pengujian adalah kegiatan teknis yang terdiri atas penetapan, penentuan satu atau

lebih sifat atau karakteristik dari suatu produk, bahan, peralatan, organisme,

fenomena fisik, proses atau jasa, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Dari difinisi tersebut maka dalam diskusi ini akan kita fokuskan pada

laboratorium menurut definisi-definisi resmi tersebut diatas.

Dengan identitas yang seperti diatas tidaklah heran maka masyarakat di

luar laboratorium benar-benar menganggap bahwa laboratorium adalah suatu

tempat bak pengadilan untuk dapat membuktikan apakah sesuatu benar atau tidak,

atau menghasilkan data yang pasti benar untuk mengambil keputusan dan seolah

tidak dapat diajukan banding lagi. Keadaan ini membawa dampak yang positif
3

maupun negatif. Positif, karena keadaan ini membuat laboratorium dapat bekerja

dengan tenang dan penuh dedikasi dengan kepercayaan masyarakat yang tinggi.

Negatif, bila keadaan ini membawa dampak laboratorium tidak pernah mendapat

keluhan, kritikan dan saran sehingga banyak laboratorium yang tidak dapat

menjaga kinerjanya tetap baik. Bahkan beberapa laboratorium atau personil

laboratorium menjadi apa yang disebut Pseudoakademik. Salah satu cara yang

disebut sebagai yang paling baik untuk menjamin mutu dan keakuratan data hasil

uji dan meningkatkan percaya diri para praktisi laboratorium adalah melalui

program akreditasi laboratorium.

Akreditasi laboratorium memberikan beberapa jaminan teknik dan

kompetensi suatu laboratorium untuk melakukan pengujian suatu produk sesuai

dengan standar. ISO (International Organization for Standardisation) 17025

mendefinisikan akreditasi sebagai pengakuan formal terhadap suatu laboratorium

penguji yang mempunyai kompetensi untuk melakukan pengujian tertentu atau

pengujian yang khusus.

Tantangan untuk meningkatkan mutu produk hingga sesuai dengan standar

mutu juga dihadapi oleh Perusahaan PT Antam (Persero) Tbk , khususnya Unit

Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi tenggara (UBPN SULTRA). ANTAM

merupakanperusahaanpertambangan yang

terdiversifikasidanterintegrasisecaravertikal yang

berorientasiekspor.Melaluiwilayahoperasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang

kaya akanbahan mineral, kegiatan ANTAM mencakupeksplorasi, penambangan,

pengolahansertapemasarandarikomoditasbijihnikel, feronikel, emas, perak,

bauksitdanbatubara.
4

Sistem pengawasan kualitas pada Unit Bisnis Pertambangan Nikel

Operasi Pomalaa Dilaksanakan oleh Departemen Quality Control, yang dalam

melaksanakan kerjanya bertanggung jawab kepada kepala operasi UBPN wilayah

operasi Pomalaa .Laboratorium Instrumen merupakan salah satu unit dibawah

naungan Departemen Quality Control yang memiliki fungsi pengujian sampel

Nikel Ore (Bijih Nikel) sebagai bahan baku utama dalam proses pengolahan

FeroNikel. Selain itu bijih Nikel juga menjadi salah satu komoditi Ekspor

PT.Antam(Persero)Tbk ke berbagai negara seperti Jepang dan China.

Pada laboratorium Instrumen unit bisnis pertambangan Nikel operasi

Pomalaa, proses pengujian bijih Nikel dilakukan dengan menggunakan

Spektrofotometer X-Ray sebagai peralatan yang memiliki kemampuan untuk

mendeteksi kadar Nikel (Ni) dalam satuan persen (%) dengan waktu yang relatif

cepat. Pengujian dilakukan untuk memastikan setiap bijih nikel yang berasal dari

tambang Nikel Pomalaa memenuhi spesifikasi sebagai bahan baku pengolahan

Pabrik FeroNikel Pomalaa.

Tingginya frekuensi pengujian sampel bijih nikel pada laboratorium

instrument membutuhkan sebuah kinerja dan usaha yang konsisten mulai dari

tahap Pra analitik, Analitik dan pasca analitik.Hal tersebut dilakukan agar hasil

pengujian yang dihasilkan senantiasa memiliki akurasi dan presisi yang tinggi.

Sehingga dapat memberikan kepuasan kepada custumer dan meningkatkan

kredibilitas laboratorium instrument.

Fenomena empirik menunjukkan terjadinya complain custumer terhadap

hasil pengujian yang telah dikeluarkan oleh Lab instrument,hal itu terjadi akibat

penurunan nilai akurasi dan presisi terhadap hasil pengujian sampel sehingga
5

harus dilakukan pengujian ulang untuk memastikan hasil pengujian betul –betul

akurat .

Tabel. 1.1

Data hasil pengujian bahan baku Bijih Nikel tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil pengujian kadar Nikel

(%Ni) menunjukkan nilai presisi diatas nilai yang ditetapkan yaitu : 0,05 dan 35

% sampel memiliki hasil uji dibawah nilai standar Mutu kadar Ni bijih Nikel

yaitu : 2,00% .

Hal ini berdampak pada meningkatnya pemakaian bahan ,peralatan,

tenaga dan waktu yang berujung pada bertambahnya biaya pengujian.

Fenomena ini berimplikasi pada cash cost (Biaya Tunai ) perusahaan,

yang selama ini memiliki kredibilitas sebagai salah satu produsen Feronikel dunia

dengan cash cost ( biaya Tunai ) yang rendah. Berdasarkan uraian fenomena

empirik diatas, maka peneliti merasa tertarik dan memiliki tanggung jawab untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Manajemen Pengendalian Mutu Internal


6

pengujian Bijih Nikel pada Departemen Quality Control, PT ANTAM (Persero)

Tbk. UBPN SULTRA

Saat ini laboratorium instrument sedang mempersiapkan penerapan standar

Manajemen mutu laboratorium ISO 17025, penelitian pengendalian kulitas pada

pengujian kadar Ni (%Ni) bahan baku bijih nikel, diharapkan dapat menjadi

proyek percontohan untuk semua jenis pengujian yang dilaksanakan pada

laboratorium Instrument. Sehingga dapat memenuhi syarat penerapan Manajemen

mutu Laboratorium ISO 17025

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanaproses pengendalian mutu pada bahan baku bijih nikel PT.

Antam (Persero) Tbk UBPN SULTRA. dilakukan ?

2. Apakah pengendalian mutu bahan baku bijih nikel PT. Antam (Persero)

Tbk UBPN SULTRA terkendali ataupun tidak terkendali secara

statistik ?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pengendalian mutu bahan baku

bijih nikel PT. Antam (Persero) Tbk UBPN SULTRA?

4. Langkah perbaikan mutu yang paling sesuai dalam penerapan

pengendalian mutu bahan baku bijih nikel pada PT. Antam (Persero)

Tbk UBPN SULTRA ?

1.3.Tujuan Penelitian
7

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis bagaimana pelaksanaan pengendalian

mutu bahan baku bijih NikelPT. Antam(Persero).Tbk UBPN SulTra

2. Pengendalian mutu bahan baku bijih Nikel pada PT. Antam(Persero).Tbk

UBPN SulTra sudah berada pada batas kendali

3. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi

pengendalian mutu bahan baku bijih Nikel PT.Antam(Persero).Tbk

4. Menentukan langkah perbaikan mutu yang paling sesuai dalam penerapan

pengendalian mutu bahan baku bijih Nikel pada PT. Antam(Persero).Tbk

UBPN SulTra.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai

berikut :

1.4.1. Manfaat Teoritis :

1. Dapat menjadi bahan referensi bagi pengembangan teori Total Quality

Management (TQM) dalam hal sistem pengendalian mutu (Quality

Control)

2. Dapat menjadi referensi dalam pengembangan Teori Statistical Quality

Control atau pengendalian mutu secara statistik dengan berbagai macam

alat bantu.

3. Dapat menjadi referensi bagi pengembangan teori dan penerapan sistem

Manajemen Mutu Laboratorium (ISO 17025)

1.4.2.Manfaat Praktiks :
8

1. Bagi Jajaran Manajemen PT.Antam (Persero ) Tbk UBPN SULTRA ,

dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dalam merumuskan

kebijakannya untuk meningkatkan kinerja Laboratorium Instrument

2. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi dalam

melakukan penelitian yang ada kaitannya dengan Manajemen

pengendalian Mutu internal Laboratorium.

3. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran mengenai

manajemen Operasi khususnya masalah pengendalian mutu internal

Laboratorium.

BAB II
9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Konsep Manajemen Operasi

Inti dalam kegiatan sebuah organisasi perusahaan dalam suatu

bisnisnyaadalah aspek operasi, tanpa pengelolaan aspek operasi atau Manajemen

Operasiyang baik maka perusahaan tidak akan mampu memenangkan persaingan,

hal inidisebabkan karena aspek operasional mencakup seluruh kegiatan di mulai

dari proses pemilihan masukan hingga produk atau jasa yang dibuat oleh

perusahaansampai kepada tangan para penggunanya. Berikut ini merupakan

definisi para ahliterkait dengan Manajemen Operasi.

2.1.2. Definisi Manajemen Operasi

Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai definisi manajemen

operasi.Menurut Hani Handoko (2011:3) manajemen produksi dan operasi

Merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan Sumber daya-

sumber daya (atau sering disebut faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-

mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses tranformasi bahan

mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa. Menurut Hani

handoko (2011 : 2) Manajemen Operasi memiliki2 pendekatan definisi Yaitu :

1. Manajemen Operasi sebagai suatu sistem produktif yaitu proses

pengubahan masukan-masukan sumberdaya menjadi barang-barang

danjasa-jasa yang lebih berguna.

2. Manajemen Operasi sebagai kegiatan-kegiatan manajerial yaitu

sebagaiPelaksana dalam kegiatan meliputi Pemilihan,Perancangan,

Pembaharuan pengoperasian dan pengawasan sistem – sistem produktif.


10

Dalam kegiatan tersebut dibedakan menjadi dua menurut frekuensi

terjadinya yaitu secara Periodeik dan terus menerus (Continual)

Menurut Jay Heizer dan Berry Rander (2010 : 4) yang dialih bahasakan oleh

Chriswan Sungkono mengemukakan bahwa Manajemen Operasional adalah

serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang atau jasa

dengan mengubah input menjadi ouput.

Sedangkan Menurut Roger G. Schorder (2011 : 4 ) bahwa Manajemen operasional

adalah “Operations management is defined as decision making operations

function and intergration of these decisions with other function. All operation can

also be viewed as a transformation system that convert inputs into ouput”.

Dari ketiga pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa

manajemenoperasional merupakan suatu rangkaian aktivitas yang meliputiinput-

transformasi-output dalam menghasilkan suatu barang dan jasa dengan

menggunakan seluruh sumber aday yang ada secara optimal.

Sehingga pada dasarnya manajemen operasional adalah berbagai masukan

(Input) agar dapat memproduksi berbagai keluaran (Output) dalam jumlah,

kualitas, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.

2.1.3 Ruang Lingkup Manajemen Operasi

Menurut Sofjan Assauri (2008) Manajemen Operasi merupakan kegiatan

yangmencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari analisis dan penetapan

keputusansaat sebelum kegiatan operasi dimulai, yang umumnya bersifat

keputusan-keputusan jangka panjang, serta keputusan-keputusan yang umumnya

bersifatjangka pendek. Ruang lingkup Manajemen Operasional yaitu :

1. Perencaan Sistem Produksi.


11

Perencanaan Sistem Produksi ini meliputi perencanaan produk,

perencaanlokasi pabrik, perencanaan layout pabrik, perencanaan

lingkungan kerja,perencanaan standar produksi.

2. Sistem Pengendalian Produksi. Meliputi pengendalian proses produksi,

bahan, tenaga kerja, biaya, kualitas dan pemeliharaan.

3. Sistem Infromasi Produksi.

4. Aspek ini meliputi struktur organisasi, produksi atas dasar pesanan atau

mass production.

2.1.4. Konsep Mutu

Mutu diartikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan

danpenurunan variasi karakteristik dari suatu produk (barang/jasa) yang

dihasilkan agarmemenuhi kebutuhan yang telah dispersifikasikan guna

meningkatkan kepuasanpelanggan (Gasperz, 1998).Mutu pada dasarnya adalah

kreasi dan inovasiberkelanjutan yang dilakukan untuk menyediakan produk atau

jasa yang memenuhi,atau melampaui harapan para pelanggan, dalam usaha untuk

terus memuaskankebutuhan dan keinginan mereka.Mutu dapat ditinjau dari dua

sisi yang berbeda, yaitu dari sisi konsumensebagai pemakai akhir dan produsen

sebagai pelaku produksi.Konsumenmendefinisikan mutu sebagai penilaian

pribadi, bersifat subjektif dan abstraksehingga tidak dapat memberikan bukti yang

kongkrit dalam penentuan tingkatanmutu. Produsen mendefinisikan mutu dari segi

klasifikasi produk secara fisik dankimiawi, yang telah ditentukan berdasarkan

suatu standar mutu tertentu (Thomer,1973).

Menurut beberapa tokoh manajemen mutu, definisi ataupun pengertian mutu

dapat ditinjau dari beberapa aspek. Dari sekian banyak ahli yang terkenal, ada 3
12

(tiga) tokoh yang terkenal dalam perkembangan filosofi mutu, yaitu Edward

Deming, Philip B. Crosby dan Joseph M. Juran.

Perbandingan filosofi mutu masing-masing ahli akan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perbandingan filosofi mutubeberapa tokoh manajemen mutu


No Keterangan Deming Crosby Juran
1 Keseragaman produk Kesesuaian Kesesuaian produk
Definisi Mutu dengan
yang dapat diprediksi dengan penggunaan
keperluan
Tanggungjawab Perhatian untuk Manajemen
manajemen menciptakan sistem mendukung
2 senior mutu secara Menciptakan perencanaan,
menyeluruh budaya mutu pengendalian dan
perbaikan mutu
Pendekatan Menciptakan struktur Dewan mutu
strategik untuk perbaikan terus- Memberikan petunjuk untuk
3 terhadap sistem menerus Perbaikan mutu proses perbaikan
mutu secara terstruktur terus-menerus

Secara terus-menerus
4 Dasar perbaikan untuk mengurangi Perbaikan proses Pendekatan proyek
penyimpangan

Pengukuran Menghilangkan cacat Menghilangkan Mutu adalah


5 mutu dan menurunkan biaya cacat dan mutu mengukur berbagai
mutu bebas cacat penyimpangan

Lanjutan Tabel 2.1


Continuous Quality Continuous Continuous Quality
Improvement dengan Quality Improvement dalam
6 Perbaikan P-D-C-A (Plan-Do- Improvement perencanaan,
proses terus- Check-Action) pengendalian dan
13

menerus perbaikan mutu


Mendukung Mendukung Mendukung
pendidikan dan pendidikan dan pendidikan dan
Pendidikan dan pelatihan dalam pelatihan dengan pelatihan secara
7 pelatihan Deming’s 14 Points 8 (delapan) 13tandard dan eksplisit
langkah mengenai dalam langkah-
pendidikan mutu langkah Juran
Memisahkan Memisahkan
penyebab umum penyebab umum
(tidak dapat (tidak dapat
dihilangkan) dan dihilangkan) dan
Menghilangkan penyebab khusus Harus diambil penyebab khusus
8 penyebab (dapat dihilangkan), tindakan (dapat dihilangkan),
masalah serta digunakan perbaikan bila serta digunakan
teknik-teknik ada kesalahan teknik-teknik
statistika untuk statistika untuk
identifikasi identifikasi
Menekankan pada Sasaran baru Pendekatan yang
Continuous Quality dapat dicapai sesuai dengan
Penyusunan Improvement dan setelah 30, 60 Management by
9 tujuan atau tidak melihatnya atau 90 tahun Objective (MBO)
sasaran sebagai sasaran jangka
pendek
Deming’s 14 Points
untuk Quality
Improvement dan Menekankan pada
10 Rencana menekankan Menekankan pada quality improvement
struktural penggunaan alat perubahan budaya dengan pendekatan
13tandard pada semua proyek demi proyek
level
Partisipasi karyawan Tim quality Pendekatan tim dan
11 Kerja tim dalam pengambilan improvement, gugus kendali mutu
keputusan dewan mutu
Tidak ada yang Biaya
optimum, perbaikan ketidaksesuaian, Mutu tidak bebas,
12 Biaya mutu terus-menerus dan mutu adalah ada suatu yang
berkesinambungan bebas optimum

Dalamupaya untuk menghasilkan keluaran (produk/jasa) yang

memenuhispesifikasi mutu dari konsumen, penyebab penyimpangan harapan

tersebut harus ditemukan sejak awal.Produk harus diselesaikan dengan baik sejak

pertama kali dikerjakan (Haming, dan Mahfud, 2007). Menyangkut keharusan

menyelesaikan pengerjaan produk dengan baik pada pertama kalinya, dan setiap

saat berikutnya,oleh (Chase dan Aquilano, 1995) serta (Chase, Aquilano, dan

Jacobs,2001)dikaitkan dengan the law of tens (hukum lipat sepuluhan).


14

Maksudnya, apabilasuatu kesalahan yang dibuat pada pertama kali, tidak

ditemukan dan/atau tidakdiperbaiki setelah ditemukan, maka pada produksi

berikutnya akan menimbulkanmasalah sepuluh unit. Selanjutnya, jika

berkelanjutan akan bertumbuh menjadiseratus, seribu, dan seterusnya. Dengan

demikian, produk bermutu harus dihasilkan pada produksi pertama, dan jika

terdapat kesalahan atau cacat maka kesalahan atau cacat itu harus ditemukan dan

dikoreksi saat itu juga sehingga tidak menimbulkan dampak lipat sepuluhan.

Performansi mutu dapat ditentukan dan diukur berdasarkan

karakteristikkualitas yang terdiri atas beberapa sifat atau dimensi berikut

(Gaspersz, 1998):

1. Fisik : panjang, berat, dan diameter

2. Sensory (berkaitan dengan panca indera) : rasa, penampilan, warna,

bentuk,model, dll.

3. Orientasi waktu : keandalan, kemampuan layanan, kemudahan

pemeliharaan,dan ketepatan waktu penyerahan produk.

4. Orientasi biaya : berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan

harga

atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh konsumen.

2.1.5. Dimensi Mutu

Sifat khas suatu mutu yang “handal” harus mempunyai multi

dimensi,karena harus memberi kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi

konsumendengan melalui berbagai cara (Prawirosentono, 2004). Menurut Garvin

dalam(Ariani, 1999), dimensi kualitas untuk industri manufaktur, yaitu :


15

1. Performance, yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu

sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.

2. Feature, yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain

yangmerupakankarakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan

yangbaik bagi pelanggan.

3. Reliability,yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena

kehandalannya atau kemungkinan rusaknya rendah.

4. Conformance, yaitu kesesuaian produk dengan syarat, ukuran tertentu

atausejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang

telahditetapkan.

5. Durability, yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk.

6. Serviceability,yaitukemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau

kemudahan memperoleh komponen produk tersebut.

Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk

yangdihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Hal

terbaikadalah apabila perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir,

melainkanprosesproduksinya atau produk yang masih ada dalam proses (work

inprocess), sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih

dapatdiperbaiki, sehingga tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar

mahalkarena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang

(Ariani,1999).

Dimensikualitasdapatdijadikandasarbagipelaku bisnisuntukmengetahui

apakah ada kesenjangan (gap) atau perbedaan antara harapanpelanggan dan

kenyataan yangmereka terima.Jika kesenjangan antaraharapan dan kenyataan


16

cukup besar, menunjukkan bahwa perusahaan tidakmengetahui apa yang

diinginkan oleh pelanggannya (Yamit, 2004).

2.1.6. Mutu Pelayanan Laboratorium

Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sedang

diamati, sifat yang dimiliki oleh suatu program, kepatuhan terhadap standar yang

telah ditetapkan, serta sifat wujud dari mutu barang atau jasa yang dihasilkan,

yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman atau

terpenuhinya para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut

(Azwar,1994).

Menurut Suardi (2003), mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai

perbaikan yang berkesinambungan. Sedangkan menurut Wijono (2000), mutu

adalah kepatuhan terhadap 16tandard an keinginan pelanggan sehingga memenuhi

kepuasan pelanggan.

2.1.7. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu adalah suatu aktivitas keteknikan dan manajemen

sehingga ciri-ciri kualitas (mutu) dapat diukur dan dibandingkan dengan

spesifikasinya. Kemudian dapat diambil tindakan perbaikan yang sesuai apabila

terdapat perbedaan atau penyimpangan antara penampilan yang sebenarnya

dengan yang standar (Montgomery, 1996). Tanggung jawab untuk mutu dimulai

dari ketika pemasaran menentukan persyaratan mengetahui apa yang diinginkan

oleh pelanggannya (Yamit, 2004). Tanggung jawab mutu didelegasikan ke

beberapa bagian dengan otoritas untuk membuat keputusan. Sebagai tambahan,

klarifikasi pertanggung jawaban seperti biaya, tingkat kesalahan, atau unit yang

tidak sesuai termasuk ke dalam tanggung jawab dan otoritas tersebut.


17

Pengendalian mutu (quality control) menurut (Ishikawa, 1988)

adalahmengembangkan, mendesain, memproduksi dan memberikan layanan

produkbermutu yang paling ekonomis, paling berguna, dan selalu memuaskan

pelanggannya. Melaksanakan pengendalian mutu ini berarti menggunakan

pengawasan mutu sebagai landasan aktivitas produksi,melaksanakan pengendalian

biaya, harga, laba secara terintegrasi, dan pengendalian jumlah (produksi,

penjualan, dan persediaan) tanggal pengiriman.

Falsafah pengendalianmutu dari (Ishikawa, 1988) adalah tidak ada

gunanya memproduksi barang dengan biaya murah, tetapi tidak memenuhi

harapan mutu pihak konsumen; dan tidak adagunanya memproduksi produk yang

tinggi mutunya tetapi harganya mahal dan tidak terjangkau oleh konsumen pada

umumnya. Harus ada keselarasan antara mutu, biaya, harga, dan harapan

konsumen.

Kegiatan pengendalian mutu merupakan bidang pekerjaan yang sangatluas

dan kompleks karena semua variabel yang memengaruhi mutu harus

diperhatikan.Menurut (Prawirosentono, 2004),secara garis besarnya, pengendalian

mutu dapat diklasifikasikan yaitu pengendalian mutu bahan baku, pengendalian

dalam proses pengolahan (work in process), dan pengendalian mutu produk akhir.

Hill (2000) menyatakan ada dua fungsi yang berbeda tugas dan peran

dalam pembuatan atau penyediaan produk dan jasa, yaitu penjaminan mutu

(quality assurance) dan pengendalian mutu (quality control). Penjaminan mutu

merupakan suatu pendekatan terencana dan sistematis dengan penuh keyakinan,

menjaminbahwa prosedur pengerjaan yang dipergunakan serta jenis dan frekuensi

pengujianmutu dalam sistem yang telah sesuai dengan spesifikasi yang ada, dan
18

keluaranproduk atau jasa telah sesuai dengan desain yang telah ditentukan.

Selanjutnya,pengendalian mutu yang berkaitan dengan pemeriksaan atas

penyelesaian berbagai tugas pengerjaan untuk memastikan bahwa tugas telah

dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga keluaran memenuhi spesifikasi

mutu yang telahditentukan. Sasarannya ialah melalui pemeriksaan sampel yang

ditarik, dapat dipastikan apakah proses produksi telah bekerja seperti yang

diharapkan atau tidak.Dari hasil pengerjaan dan pengujian tersebut dapat

dipastikan bahwa prosesproduksi telah menghasilkan keluaran yang memenuhi

standar atau sebaliknya,sehingga dapat ditentukan apakah proses produksi dapat

dilanjutkan atau harusdihentikan (Haming, dan Mahfud, 2007).

A. Tujuan Pengendalian Mutu

Tujuan utama pengendalian mutu adalah menjaga kepuasan

pelanggan.Keuntungan dari pengendalian mutu adalah meningkatkan kualitas

desain produk, meningkatkan aliran produksi, meningkatkan moral dan kesadaran

tenaga kerjamengenai kualitas, meningkatkan pelayanan produk, dan memperluas

pangsa pasar (Feingenbaum, 1992).

B. Langkah-Langkah Pengendalian Mutu

Ada empat langkah dalam upaya pengendalian mutu, yaitu

menetapkanstandar, menilai kesesuaian, mengambil tindakan dan merencanakan

perbaikan. Hal ini dihubungkan dengan tujuh prinsip rencana HACCP yang

dikembangkan oleh NACMCF (National Advisory Comitte on Microbilogical

Criteria for Foods) maka akan terlihat korelasi sebagai berikut

(Feingenbaum,1992) :
19

1. Menetapkan standar, merupakan aktivitas untuk menetapkan suatu standar

yangakan menjadi pedoman, seperti standar mutu prestasi kerja, standar

mutu keamanan, standar mutu biaya. Dalam tujuh prinsip HACCP ini

mencakup analisis bahaya, identifikasi titik pengendalian kritis (CCP), dan

menetapkan batas kritis.

2. Menilai kesesuaian, merupakan aktivitas untuk membandingkan

kesesuaian dengan produk yang dibuat atau jasa yang ditawarkan terhadap

standar yang telah dibuat. Langkah kedua ini biasanya disebut melakukan

pemantauan (monitoring procedure).

3. Bertindak bila perlu, merupakan aktivitas untuk mengoreksi masalah dan

penyebabnya melalui faktor-faktor yang mencakup pemasaran,

perancangan rekayasa, produksi dan pemeliharaan yang memengaruhi

kepuasan pelanggan.

Langkah ini temasuk dalam tahapan kelima yaitu melakukan tindakan

korektif(corective prosedure).

4. Merencanakan perbaikan, merupakan suatu upaya untuk memperbaiki

standar- standar biaya, prestasi, keamanan, dan keteladanan. Langkah ini

mencakuptahapan dokumentasi catatan (record keeping) dan tahapan

verifikasi ulang.

2.1.8. Statistical Quality Control (SQC)


20

Kualitas dan manajemen kualitas telah mengalami evolusi menjadi

TQM(Total Quality Manajemen), filosofi TQM berisi dua komponen yang saling

berhubungan, yaitu sistem manajemen dan sistem teknik (Seu, 1996). Sistem

manajemen berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian,

danpengelolaan proses sumber daya manusia yang berkaitan dengan kualitas

produkatau jasa. Sistem teknik melibatkan penjaminan kualitas dalam desain

produk,perencanaan, desain proses, dan pengendalian (bahan baku, produk dalam

proses,dan produk jadi).

Statistic Quality Control (SQC) atau pengendalian kualitas statistik

merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor,

mengendalikan, menganalisis, mengelola, memperbaiki produk, dan proses

menggunakan metode-metode statistik. Pengendalian kualitas statistik (Statistic

Quality Control) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik (Statistical

Process Control/ SPC). Pengendalian kualitas statistik dan pengendalian proses

statistik memang merupakan dua istilah yang saling dipertukarkan, yang apabila

dilakukan bersama-sama maka pengguna akan melihat gambaran kinerja proses

masa kini dan masa mendatang (Cawuley dan Harrold, 1999).

Sementara itu, menurut (Mayelett, 1994), pengendalian kualitas statistik

mempunyai cakupan yang lebih luas karena di dalamnya terdapat

pengendalianproses statistik, pengendalian produk (Acceptance Sampling) dan

analisis kemampuan proses.

A. Konsep Penting Statistical Quality Control (SQC)


21

Konsep terpenting dalam pengendalian kualitas statistik adalah

variabilitasyaitu, variabilitas antar sampel (misalnya rata-rata atau nilai tengah)

dan variabilitas dalam sampel (misalnya range atau standar deviasi). Selanjutnya

penyelesaian masalah dalam statistik mencakup dua hal, antara lain melebihi batas

pengendalian (jika proses dalam kondisi di luar kendali) dan tidak melebihi batas

pengendalian (jika proses dalam kondisi kendali). Secara statistik, kondisi

melebihi batas kendali dan tidak melebihi batas kendali merupakan dua hal yang

digolongkan menjadi kesalahan tipe pertama dan kesalahan tipe kedua.

Kesalahan tipe pertama, berarti risiko produsen (menolak produk

baik)/α,hal ini karena kebetulan yang diambil sebagai sampel adalah produk cacat,

padahal produk yang tidak diambil sebagai sampel adalah produk yang baik.

Tetapi karena sampel tersebut ditolak berarti seluruh produk yang diproduksi pada

waktu ituditolak. Kesalahan tipe kedua atau risiko Konsumen (menerima produk

cacat)/βadalah resiko yang dialami konsumen karena menerima produk yang

cacat. Hal inikarena secara kebetulan yang diambil sebagai sampel adalah produk

baik, padahalproduk yang tidak diambil adalah produk cacat.

Prosedur pengendalian statistik umumnya dirancang untuk

meminimalkankesalahan tipe pertama. Kesalahan tipe pertama dan tipe kedua ini

digambarkandengan kurva karakteristik operasi (operating characteristic curve).

Kurva inimenunjukkan probabilitas penerimaan sebagai fungsi dari berbagai

tingkatankualitas. Kesalahan tipe petama adalah 1 – probabilitas penerimaan (1 –

Pα) bilakualitas dapat diterima,sedangkan kesalahan tipe kedua adalah

probabilitas penerimaan (Pα) bila kualitas dapat diterima.


22

Dalam sistem pengendalian mutu statistik yang mentolerir adanya

kesalahan atau cacat produk kegiatan pengendalian mutu dilakukan oleh

departemen pengendali mutu yang ada pada penerimaan bahan baku, proses

produksi dan produk akhir. Perusahaan/organisasi dapat mengadakan inspeksi

pada saat bahan baku atau penerimaan bahan baku, proses, dan produk akhir.

Inspeksi tersebut dapat dilaksanakan di beberapa waktu yaitu pada waktu bahan

baku masih ada di tangan pemasok, pada waktu bahan baku sampai di tangan

perusahaan tersebut, sebelum proses dimulai, selama proses produksi berlangsung,

dan sebelum dikirimkan ke pelanggan.

B. Alat-Alat Statistical Quality Control

Dalam kegiatan pengendalian harian mutu secara rutin, ada beberapa

alat yang sering digunakan dalam memperbaiki kondisi perusahaan untuk

dapat meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya. Alat dan

teknik tersebut sebenarnya lebih merupakan alat dan teknik penyelesaian

masalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas perusahaan atau

organisasi. Alat dan teknik tersebut biasanya digunakan untuk menemukan

kesalahan, mencari penyebab kesalahan-kesalahan tersebut. Apabila hal

tersebut berhasil dilakukan, maka perbaikan kualitas atau continuous quality

improvment dapat tercapai (Ariani, 1999).

Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SQC

(Statistical Quality Control) mempunyai tujuh alat statistik utama yang dapat

digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana

disebutkan juga oleh (Heizer, dan Render, 2009) antara lain:


23

1. Lembar Periksa

Sebuah lembar periksa (cheek sheet) adalah suatu formulir yang dirancang

untuk mencatat data. Dalam banyak kasus, pencatatan dilakukan sehingga saat

data diambil, polanya dapat dilihat dengan mudah. Lembar periksa membantu

analisis menentukan fakta atau pola yang mungkin dapat membantu analisis

selanjutnya.

Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung

seberapa sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan

dan pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan

kedalam grafik seperti diagram pareto ataupun histogram untuk kemudian

dilakukan analisis terhadapnya. Selain check sheet, penggumpulan data dapat

juga menggunakan data sheet. Pada data sheet, data khusus dicatat dalam

ruangan pada lembar kerja (Ariani, 1999).

Gambar 2.1
Contoh Lembar periksa (Check Sheet)

Sumber : Makalah GKM Fuxer 2017


24

2. Diagram Sebar

Diagram sebar atau disebut juga peta korelasi adalah grafik yang

menampilkan hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak, yaitu antara

faktor proses yang memengaruhi proses dengan kualitas produk.

Pada dasarnya diagram sebar merupakan suatu alat interpretasi data yang

digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan

menentukan jenis hubungan dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau

tidak ada hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat

berupa karakteristik kuat dan faktor yang memengaruhinya. Diagram sebar

(scatter) adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan

(korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan

hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai

koefisien korelasi. Diagram ini berupa titik yang menghubungkan paling

tidak dua variabel, X dan Y yang menunjukkan keeratannya, sehingga dapat

dilihat apakah suatu kesalahan dapat disebut berhubungan atau terkait dengan

masalah atau kesalahan yang lain.

Gambar 2.2
Contoh Diagram Sebar (Scatter Diagram)

Sumber: Makalah QCC 2007


25

3. Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat (cause-and-effect diagram), yang juga dikenal

sebagai diagram Ishikawa (Ishikawa diagram) atau diagram tulang ikan (fish-bone

chart)berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada

kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain itu, kita

juga dapat melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan

mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat kita lihat pada panah

panah yang berbentuk tulang ikan.

Diagram sebab akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang

memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan

penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang terjadi

(Nasution, 2010). Manajer operasi memulai dengan empat kategori: materi/bahan

baku, mesin/peralatan, manusia, dan metode. Inilah yang disebut “4M” yang

merupakan “penyebab”. Keempat kategori ini memberikan suatu daftar periksa

yang baik untuk melakukan analisis awal. Setiap penyebab dikaitkan pada setiap

kategori yang disatukan dalam tulang yang terpisah sepanjangjalan tersebut,

seringkali melalui brainstorming.

Gambar 2.3.
Contoh Diagaram sebab Akibat (Tulang Ikan)

Sumber : Makalah GKM Fluxer 2017


26

4. Diagram Pareto

Diagram pareto (pareto chart) adalah sebuah metode untuk mengelola

kesalahan, masalah, atau cacat guna membantu memusatkan perhatian untuk

upaya penyelesaian masalahnya. Diagram ini dibuat berdasarkan karya Vilfredo

Pareto, seorang pakar ekonomi abad ke-19. Joseph M. Juran mempopulerkan

pekerjaan Pareto dengan menyatakan 80% permasalahan perusahaan merupakan

hasil dari penyebab yang 20% saja. Pereto diagram yang merupakan diagram

yang dikembangkan oleh seorang ahli bernama Vilfredo Pareto adalah alat

yang digunakan untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian

yang disusun menurut ukurannya atau sebab-sebab yang akan dianalisis,

sehingga kita dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang

mempunyai dampak terbesar terhadap kejadian tersebut (Ariani, 1999).

Gambar 2.4
Contoh Diagram Pareto

Sumber : Makalah GKM Fluxer 2017


27

5. Histogram

Histogram menunjukkan cakupan nilai sebuah perhitungan dan frekuensi

dari setiap nilai yang muncul. Histogram menunjukkan peristiwa yang paling

sering terjadi dan juga variasi dalam pengukurannya.Statistika deskriptif seperti

rata-rata dan standar deviasi dapat dihitung untuk menjelaskan

distribusinya.Walaupun demikian, datanya harus selalu dipetakan sehingga bentuk

distribusinya dapat “terlihat”.Sebuah gambaran visual dari distribusi juga dapat

memberikan informasi mengenai penyebab variasinya.

Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi

data pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart

yang penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri

hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan

urutan apapun (Ariani, 1999).

Gambar 2.5
Contoh Diagram Histogram

6. Diagram Alir/Diagram Proses (Process Flow Chart)

Diagram alir secara grafis menunjukkan sebuah proses atau sistem dengan

menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup
28

sederhana, tetapi merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami

sebuah proses atau menjelaskan langkah-langkah sebuah proses.

Flow chart adalah gambaran skematik atau diagram yang

menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan

bagaiman langkah itu saling berinteraksi satu sama lain. Flow chart

digambarkan dengan symbol simbol, dan setiap orang yang bertanggung

jawab untuk memperbaiki suatu proses harus mengetahui seluruh langkah

dalam proses tersebut (Ariani, 1999). Flow chart digunakan untuk berbagai

tujuan yaitu memberikan pengertian dan petunjuk tentang jalannya proses

produksi, membandingkan proses sesungguhnya dengan proses ideal, mengetahui

langkah-langkah yang duplikatif dan langkah-langkah yang tidak perlu,

mengetahui dimana atau dalam bagian proses yang mana pengukuran dapat

dilakukan, dan menggambarkan sistem total.

Gambar 2.6
Contoh Flow Chart
Lingkup Kerja Pembuatan produk baru

Sumber : Makalah QCC Tahun 2007


29

7. Peta Kendali

Peta kendali adalah alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor

dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian

kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan

menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya perubahan

data dari waktu kewaktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan

meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali.

Menurut Ariani (1999), Grafik kendali adalah grafik yang digunakan

untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan in control atau

out control. Batas pengendalian yang meliputi batas atas (upper control

limit) dan batas bawah (lower control limit) dapat membantu untuk

menggambarkan performansi yang diharapkan dari suatu proses, yang

menunjukkan bahwa proses tersebut konsisten.

Dengan mengetahui kondisi proses, maka kita dapat mengetahui

sumber variasi proses, pada dasarnya variasi adalah ketidakseragaman dalam

sistem sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada produk yang

sama. Terdapat dua sumber atau penyebab timbulnya variasi (Deming dalam

Gasperz, 2001), yaitu penyebab umum (common cause) adalah faktor-faktor

di dalam sistem atau yang melekat pada proses operasi yang menyebabkan

timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum

menimbulkan variasi acak (random variation) dalam batas-batas yang dapat

diperkirakan, dan sering disebut penyebab acak (random cause) atau penyebab

sistem (system cause). Sedangkan Penyebab khusus (special cause) adalah

kejadian-kejadian di luar sistem yang memengaruhi variasi dalam sistem.


30

Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor seperti : manusia, peralatan,

material, lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini dapat

diidentifikasikan/ditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses tetapi

memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi.

Secara umum grafik kendali (control chart) dapat digunakan untuk

memperoleh informasi kemampuan proses produksi, artinya apakah mesin

mesin masih berjalan baik sesuai rencana atau tidak dan pengendalian produk

akhir, agar produk akhir tetap baik mutunya. Jadi, kegunaan control chart

adalah untuk membatasi toleransi penyimpangan (variasi) yang masih dapat

diterima, baik karena akibat tenaga kerja, mesin, dan sebagainya

(Prawirosentono, 2004) .

Gambar 2.7
Contoh Grafik Kendali (Control Chart)
Kadar Ash Tepung Terigu

Sumber : Penelitian ZAZILATUN NADIAH (2013)


31

2.1.9. Peta Kendali (Control Chart)

Pembuatan peta kendali dilakukan untuk mengetahui dan memonitor

bagaimana suatu proses berjalan. Dalam suatu proses pasti terdapat variasi. Pada

dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yaitu variasi

penyebab khusus dan variasi penyebab umum. Menurut Gaspersz (2010), jenis

variasi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Variasi penyebab khusus (Special Causes of Variation)

Variasi penyebab khusus (Special Causes of Variation) adalah kejadian-

kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem.

Penyebab khusus dapat disebabkan oleh manusia, material, lingkungan,

metode kerja, dll. Dalam peta kendali (control chart), jenis variasi ini

ditandai dengan titik- titik pengamatan yang keluar dari batas-batas

pengendalian yang didefinisikan (defined control limit).

2) Variasi penyebab umum (Common Causes of Variation)

Variasi penyebab umum (Common Causes of Variation) adalah faktor

faktor di dalam sistem yang melekat pada proses dan menyebabkan

timbulnya variasi dalam sistem serta hasilnya. Penyebab umum sering

disebut juga penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem (system

causes). Penyebab umum ini selalu melekat pada sistem, untuk

menghilangkannya harus menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu dan

hanya pihak manajemen yang dapat memperbaikinya, karena pihak

manajemen yang mengendalikan sistem itu. Dalam peta kendali (control

chart), jenis variasi ini ditandai dengan titik-titik pengamatan yang keluar

dari batas-batas pengendalian yang didefinisikan (defined control limit).


32

Suatu proses akan dikatakan stabil apabila di dalam proses tersebut hanya terdapat

variasi penyebab umum saja. Apabila masih terdapat penyebab khusus, maka bisa

dikatakan proses tersebut masih perlu untuk dilakukan perbaikan. Jenis kendali

yang digunakan bergantung pada tipe datanya. Gaspersz (2010) menjelaskan

mengenai dua jenis data, yaitu:

1. Data Atribut (Attributes Data)Merupakan data kualitatif yang dihitung

menggunakan tally untuk pencatatan dan juga analisis. Contoh dari data

atribut karakteristik mutu adalah banyaknya jenis cacat pada produk,

banyaknya goresan pada botolminum, dll. Peta kendali yang digunakan

pada data jenis ini meliputi :

a. Peta kendali p (p-chart) untuk proporsi defective.

b. Peta kendali np (np-chart) untuk jumlah defective item.

c. Peta kendali c (c-chart) untuk jumlah defect.

d. Peta kendali u (u-chart) untuk jumlah defect per unit.

2. Data Variabel (Variable Data)

Merupakan data kuantitatif yang diukur menggunakan alat ukur tertentu

untuk keperluan pencatatan dan analisis. Contoh dari data variabel

karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan plat besi, dll. Ukuran

berat, panjang, tinggi, lebar, diameter, volume merupakan data variabel.

Peta kendali yang digunakan untuk data jenis ini adalah peta kendali X dan

R, atau peta kendali X dan s.


33

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

ini yang dapat diambil sebagai bahan acuan utama dan pembanding sebagai

berikut:

1. Riyono (2007)

Penelitian yang dilakukan Riyono (2007) berjudul “Pengendalian Mutu

Laboratorium Kimia Klinik dilihat dari aspek mutu hasil analisis Laboratorium”.

Pada laboratorium klinik Rumah sakit yang ada di kabupaten Sragen. Yang

bertujuan untuk mengetahui Pengaruh pengendalian mutu analitik terhadap

ketepatan dan ketelitian hasil analisa laboratorium klinik Jenis penelitian ini

bersifat observational dan menggunakan pendekatankuantitatif dengan rancangan

cross sectional. Objek penelitian ini meliputi seluruh Laboratorium Klinik Rumah

Sakit di Kabupaten Sragen yang meliputi 9 rumah sakit pemerintah maupun

rumah sakit swasta.Metode analisis yang digunakan adalah uji t-Test, Variance

Index Score (VIS)dan uji statistik Spearman’s Rank.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif antara

pengendalian mutu laboratorium dengan kualitas hasil analisa

laboratorium.Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

oleh Riyono adalah pada variabel pengendalian kontrol ketelitian dan ketepatan

pengujian sedangkan perbedaanya adalah penelitian ini memiliki variabel kontrol

pengujian dan ketepatan sedangkan pada penelitian Riyono menggunakan variabel

pra analitik, Analitik, pasca Analitik dan kontrol ketelitian.


34

2. Muhammad Muslim dan Tjahjono Kuntjoro (2001)

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Muslim dan Tjahjono

Kuntjoro (2001) berjudul “Pemantapan mutu dan mutu hasil analisa laboratorium

kimia klinik swasta di Kalimantan Selatan”.hasil penelitian ini menunjukkan

terdapat hubungan negatif antara skor pemantapan mutu analitik dengan

ketepatan dan ketelitian hasil analisa laboratorium.

Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan alat analisis

yang digunakan sama- sama mengukur variabel ketepatan dan ketelitian hasil

pengujian sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian Muhammad Muslim

dan Tjahjono Kuntjoro menganalisis adanya pengaruh pemantapan mutu Pra

analitik dan Analitik terhadap ketepatan dan ketelitian hasil pengujian sedangkan

pada penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan pengaruh pengendalian

mutu terhadap kualitas hasil pengujian.

3. La Hatani (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh La hatani (2008) adalah meneliti tentang

“Manajemen Pengendalian Mutu Produksi Roti Melalui Pendekatan Statistical

Quality Control (SQC)”pada perusahaan Roti Rizky di Kendari.Dari Hasil

penelitian ini menggunakan analisis Statistical QualityControl (SQC) dengan

metode diagram kendali P (P-charts) diketahui bahwa tingkat pencapaian standar

yang diharapkan oleh perusahaan belum tercapai. Hal ini terbukti dari hasil

pemeriksaan sampel terhadap lima jenis roti masih terdapatjumlah produk yang

mengalami kerusakan di luar batas-batas pengawasan kualitas atau terjadi

penyimpangan kualitas.
35

Adapun persamaan antara penelitian ini dan penelitian yang dilakukan

oleh La hatani (2008) adalah meneliti bagaimana pengaruh pengendalian mutu

Terhadap produk yang dihasilkan dengan metode SCP, sedangkan perbedaannya

adalah penelitian La Hatani hanya melakukan penelitian pada variabel produk

sedangkan penelitian ini juga mengalisis variabel Peralatan pengujian.

4. Bayu Prestianto, Sugiono dan Susilo Toto R. (2003)

Meneliti tentang “AnalisisPengendalian Kualitas Pada PT.

SemarangMakmur Semarang”. Variabelpenelitian adalah penyimpangan dan

kerusakan pada produk yang diproduksi oleh perusahaan yaitu BILS jenis

P20Hx914x1829 yang mana tidak sesuai dengan kriteria standar produk jadi.

Metode yang digunakan yaitu menggunakan Analisis Variance (Anova) dan SPC

Varibel dan Atribut serta analisis kualitatif dengancause and effect diagram.

Kesimpulan penelitian dari hasil analisis Anova diperoleh informasi

mengenai faktor-faktor yang mempengruhi penyimpangan tersebut. Analisis data

dengan SPC Variabel dan Atribut menghasilkan informasi mengenai kemampuan

proses produksi perusahaan. Selanjutnya dengan menggunakan cause and effect

diagram penyimpangan yang terjadi kemudian ditelusuri penyebab dan alternatif

solusinya untuk dijadikan pertimbangan bagi manajemen dalam rangka

pengambilan keputusan pengendalian kualitas produksi.

5.Juita Alisjahbana (2005)

Melakukan penelitian tentang “Evaluasi Pengendalian Kualitas Total

ProdukPakaian Wanita Pada Perusahaan Konveksi” pada PT. Citra Serasi yang

berlokasidi Bandung yang bergerak di bidang usaha pembuatan pakaian jadi

khusus wanita. Variabel penelitian adalah pengerjaan ulang terhadap salah satu
36

produkyang dihasilkan perusahaan karena terjadi ketidaksesuaian dengan

spesifikasi sehingga terjadi retur oleh pelanggan. Metode yang digunakan adalah

TQC (Total QualityControl) dengan Quality Control Circle (QCC) sebagai

alternatif dari penggunaan Statistical Quality Control (SQC).Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwaterjadinya pengerjaan ulang sehingga mengakibatkan retur

produk oleh konsumen disebabkan oleh kesalahan-kesalahan pada proses

pembuatannya, yaitu pada material, teknik pembuatan dan faktor pekerja. Dengan

pelaksanaan pengendalian kualitas total yang dilakukan oleh perusahaan dapat

menurunkan persentasi terjadinya kesalahan dalam proses pembuatan produk.

6. Sri Hermawati dan Sunarto (2007)

Meneliti tentang “Analisis Pengendalian Mutu Produk PT. Meiwa

Indonesia Plant IIDepok”. Variabel penelitiannya yaitu terjadinya penolakan

beberapa produk olehkonsumen. Metode analisis menggunakan Mean-chart untuk

memonitor prosesproduksi dan uji Z untuk menguji hipotesis. Untuk mengetahui

apakah kualitas produk Seat R4 masih ada batas standar A (standar yang

ditetapkan oleh pemesan), dengan asumsi perlakuan produk selama pengiriman

sudah tepat. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa jumlah klaim

bulanan selama 3 tahun.

Dengan menggunakan mean-chart diketahui bahwa produk perusahaan

masih berada pada batas pengendalian mutu dan masih dibawah batas toleransi

yang ditetapkan, terlepas dari selalu terjadinya klaim dari pelanggan.Hasil dari uji

Z menunjukkan diterimanya H0 yang berarti tidak ada perbedaan antara prosentase

klaim yang distandarkan oleh perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kualitas produk masih ada dalam batas standar yang ditetapkan.


37

7. Fajar Sidik N. Dan Hotniar Siringoringo (2008)

Penelitian tentang ”Analisis Cacat Produk Botol Milkuat 100 ml”.

Variabel penelitiannya yaitu penyebab cacat produk. Metode analisis dilakukan

menggunakan diagram tulang ikan dan uji korelasi. Dari analisis tersebut dapat

diketahui jenis cacat yang terjadi pada produk dan penyebabnya.Uji korelasi

digunakan untuk menguji hipotesis mengenai ada atau tidaknya hubungan antara

penggunaan material bekas dengan jumlah cacat yang terjadi.Dari hasil pengujian

menunjukkan terjadinya penolakan terhadap hipotesis nol (H0) yang berarti

bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara penggunaan material bekas

dengan jumlah cacat yang terjadi.

8. Faiz Al Fakhri (2010)

Meneliti tentang : Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Di

PT.Masscrom Graphy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk,

Variabel penelitiannya yaitu penyebab kerusakan produk. Metode analisis

dilakukanmenggunakan diagram tulang ikan dan uji peta kendali p, dengan alat

bantustatistik.

2.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 1999). Dalam penelitian ini menggunakan 2 macam

variabel penelitian yaitu variabel utama yaitu pengendalian Mutu dan subvariabel

pengukuran kualitas yang diteliti yaitu Pengukuran data variabel kadar

Ni(%Ni)bijih Nikel.
38

Data variabel Merupakan data kuantitatif yang diukur menggunakan alat

ukur tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis. Contoh dari data variabel

karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan plat besi, dll. Ukuran berat,

panjang, tinggi, lebar, diameter, volume merupakan data variabel.

Pengendalian mutu terhadap data variabel kadar Ni (%Ni) bahan baku bijih

Nikel menggunakan alat bantu Peta kendali dan diagram tulang ikan .Jenis peta

kendali yang digunakan untuk data jenis ini adalah peta kendali X dan R, atau

peta kendali X dan s.

Pengendalian mutu yang dilakukan secara berkala dapat dengan cepat

mengidentifikasi variasi yang terjadi pada data variabel kadar Nikel (%Ni) baik

itu nilai akurasi dan presisi hasil pengujian kadar Nikel (%Ni). Sehingga hasil

pengujian kadar nikel sesuai dengan standar yang ditetapkan.


39

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan pada pengertian dan teori-teori yang dikemukakan pada kajian

pustaka, maka dapat dikembangkan suatu kerangka konseptual yang akan

melakukan dan menganalisis proses pengendalian kualitas bijih nikel yang

menjadi bahan baku utama pabrik Feronikel PT. Antam (Persero). Tbk UBPN

Pomalaa.

Penelitian yang dilakukan dikhususkan pada pengendalian Mutu hasil

pengujian kadar Nikel yang terkandung dalam bijih nikel (Nickel Ore). Data hasil

pengujian dari Laboratorium instrument merupakan data variable yang akan

dianalisis dengan menggunakan alat-alat Statistical Quality control yaitu lembar

periksa (check sheet), Peta Kendali (control chart) dan diagram sebab akibat

(diagram Ishikawa)

Penelitian ini diawali dari studi teoritik yaitu mengkaji teori yang relevan

dengan kajian studi ini yaituPengendalian Mutu Internal , Statistical Quality

Control, dan alat bantu statistical quality control yang terdiri atas lembar periksa,

Peta Kendali dan Diagram sebab akibat.Kajian teoritis tersebut menuntun berpikir

deduktif yaitu suatu proses berpikir dari umum kekhusus.

Penyusunan tesis selain berdasarkan hasil kajian yang bersumber dari teori,

juga kajian empiris yang bersumber dari penelitian terdahulu yang relevan dengan

kajian penelitian ini. Studi empirik dalam penelitian ini menuntun untuk berpikir

induktif yaitu suatu proses berpikir dari khusus ke umum. Oleh karena itu alur

berpikir dalam tesis ini tidak hanya berdasarkan atas pemikiran deduktif atau
40

induktif saja, tetapi kombinasi antara alur berfikir deduktif dan induktif karena

keduanya saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain.

Bahan baku merupakan salah satu faktor yang perlu ditentukan standarnya.

Penetapan standar bahan baku ini dapat digunakan sebagai pedoman atas petunjuk

bagi karyawan Produksi yang langsung memproses bahan baku. Jadi mutu bahan

baku akan sangat baik, apabila lebih dulu ditentukan standarnya. Mutu baik

mempunyai hubungan kuat dengan proses dan mutu produk akhir perusahaan.

(Prawirosentono, 2004):

Pengendalian mutu merupakan alat penting bagi manajemen produksi untuk

menjaga, memelihara, memperbaiki dan mempertahankan mutu bahan baku agar

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengendalian mutu harus dapat

mengarahkan beberapa tujuan terpadu, sehingga konsumen puas menggunakan

produk, baik barang atau jasa perusahaan ( Handoko, 2000)

Data Hasil pengujian kadar Nikel Bahan baku bijih nikel yang diperoleh

dari laboratorium instrumentdikumpulkan dengan menggunakan alat bantu cheek

sheet kemudian dianalisis menggunakan peta kendali. Berdasarkan hasil analisis

peta kendali akan ditelusuri faktor penyebabnya melalui alat bantu diagram sebab

akibat.

Berdasarkan kerangka alur berpikir di atas, maka peneliti menyusun

kerangka konseptual dalam penelitian ini seperti yang disajikan pada gambar

berikut ini :
41

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian


42

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Berdasarkan sifat permasalahan dari tujuan yang ingin di capai, penelitian

ini bersifat Deskriptif Analitis.Menurut Sugiyono (2009:11) metode penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,

atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain.

Selanjutnya metode deskriptif analitis merupakan metode yang

menuturkan, menafsirkan, dan menganalisis data yang berkenaan dengan situasi

yang terjadi dan yang dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala

saat sekarang, hubungan antar variabel, pertentangan dua kondisi atau lebih,

pengaruh terhadap suatu kondisi, serta perbedaan-perbedaan antara fakta dan lain-

lain. (Subana, 2001:27).

Pada penelitian ini, data dan informasi diperoleh langsung dari

laboratorium Instrument PT. Antam (Persero). Tbk UBPN SULTRA . Setelah data

diperoleh, kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhirnya

penelitian akan dianalisis untuk mengetahui kinerja metode pengendalian kualitas

saat ini , Faktor penyebab serta langkah perbaikan yang akan dilakukan.

4.2. Objek dan Waktu Penelitian

Objek penelitian adalah di Laboratorium Instrument , Departemen Quality

Control PT.ANTAM(Persero).Tbk UBPN SULTRAOperasi Pomalaayang

beralamat dikelurahan kumoro , Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka. Jangka

waktu penelitian adalah 3 bulan dengan rincian waktu: pada bulan pertama dan
43

kedua peneliti mengumpulkan data. Pada bulan ketiga, peneliti melakukan olah

data dengan bantuan SoftwareSPSS.

4.3 Populasi Penelitian

4.3.1 Informan

Menurut M. Nazir (2003:271), menyatakan bahwa, “ populasi adalah

kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Sugiyono (2009;115), pengertian dari populasi adalah

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek / subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah informan yang akan diwawancarai

untuk memperoleh informasi seputar mutu hasil uji bijih Nikel .Para informan

yaitu :Asisten Manager Lab .instrument, Asisten Manager Ore Quality Assurance

serta Manager Quality Control.

4.4 Instrument Penelitian

Sugiyono ( 2014, hlm.92 ) menyatakan bahwa ‘’instrument penelitian

adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Dengan demikian penggunaan instrument

penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah

fenomena alam maupun sosial.

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah check

sheet atau lembar periksa.Sebuah lembar periksa (cheek sheet) adalah suatu

formulir yang dirancang untuk mencatat data. Dalam banyak kasus, pencatatan

dilakukan sehingga saat data diambil, polanya dapat dilihat dengan mudah.
44

Lembar periksa membantu analisis menentukan fakta atau pola yang mungkin

dapat membantu analisis selanjutnya.

4.4.1Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini berupa :

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung baik melalui

metode wawancara dan survey. Data primer diperoleh dengan

mendatangi langsung Objek penelitian, untuk memperoleh informasi

Mengenai proses penjaminan mutu bijih Nikel pada satuan kerja Ore

Quality Assurance dan Proses pengujian bahan baku bijih Nikel pada

satuan kerja Laboratorium Instrument.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk dokumen yang

sudah di buat oleh perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian ini

dan data lainnya yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti

meliputi data hasil pengujian kadar Nikel (%Ni) bahan baku bijih

Nikel.Data sejarah perkembangan perusahaan dan BSO (Bagan struktur

Organisasi) Perusahaan

4.5Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Penelitian Lapangan (field research ) Penelitian lapangan yaitu penelitian

yang dilakukan langsung ke perusahaan yang menjadi obyek penelitian

untuk mendapatkan data yang diperlukan dan dapat mengamati secara

jelas kondisi yang ada pada perusahaan tersebut.


45

b. Wawancara; merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti

dengan pihak-pihak yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan

data pendukung penelitian.

c. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan Objek dan tempat penelitian.

d. Studi Kepustakaan (Library Research)

Digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, landasan teori dan

informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Studi dilakukan antara lain

dengan mengumpulkan data yang bersumber dari literatur–literatur, bahan

kuliah, dan hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya dengan objek

penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan

mengenai masalah yang sedang dibahas.

4.6. Definisi Operasional Variabel

1. Pengendalian Mutu

Merupakan proses pemeriksaan atau pengendalian produk untuk

memastikan proses produksi dan keluaran memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan

bahwa kualitas bahan baku sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Metode

yang digunakan adalah Metode Pengendalian Mutu statistic (SQC) dan Variabel

ini dapat diukur dengan diagram sebab-akibat dan peta kendali.

2. Pengendalian Mutu SQC


46

Pengendalian mutu PT.Antam.Tbk.UBPN SulTra dilakukan secara

variabel yaitu variabel yang bersangkutan dengan rata-rata pengukuran dan

besarnya deviasi-deviasi (penyimpangan).Inspeksi variabel adalah lebih penting

dalam pengawasan operasi-operasi yang sedang dilaksanakan karena hampir

semua inspeksi ini dilakukan pada pekerjaan. Deviasi-deviasi (penyimpangan)

yang dimaksudkan di sini dilakukan pada hasil pengujian Kadar Ni (%Ni)bahan

baku bijih Nikel pada Pabrik Feronikel Pomalaa. Pengukuran kualitas dilakukan

menggunakan diagram sebab akibat dan peta kendali . Peta kendali digunakan

dalam pengendalian mutu secara variabel yaitu untuk menentukan apakah Nikel

(Ni%) sudah berada pada batas kendali yaitu melalui digram Xbar dan Rbar .

4.7. Metode Analisis Data

Dalam rangka memperoleh hasil seperti yang diinginkan dalam tujuan

penelitian, maka penulis mengadakan pendekatan dengan menggunakan analisis

statistik deskripsi. Menurut Sugiyono (2012:148) statistik deskriptif adalah

statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Dalam melakukan pengolahan data yang diperoleh, maka digunakan alat

bantu statistik yang terdapat pada Statistical Quality Control (SQC) . Langkah-

langkah Statistical Quality Control (SQC) adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data menggunakan check sheet

Data yang diperoleh dari perusahaan terutama yang berupa data hasil

pengujian kadar Ni (%Ni0 bahan baku bijih Nikel kemudian disajikan dalam

bentuk table secara rapi dan terstruktur dengan menggunakan check sheet. Hal ini
47

dilakukan agar memudahkan dalam memahami data tersebut sehingga bisa

dilakukan analisis lebih lanjut.

2. Membuat Grafik Kendali

Grafik kendali Xbar dan Rbar (range) digunakan untuk menganalisis data

pada grafik kendali.Rata-rata (Xbar) adalah ukuran yang paling berguna bagi

kecenderungan terpusat. Variabilitas atau pemencaran proses dapat dikendalikan

dengan grafik pengendali untuk deviasi standar, yang dinamakan grafik S, atau

grafik pengendali untuk rentang yang dinamakan grafik R. Rentang adalah

perbedaan antara hasil pengukuran terendah dan tertinggi dalam satu deretan.

Grafik Xbar dan Rbar termasuk teknik pengendalian proses statistik pada

jalur yang paling penting dan berguna untuk memelihara mean proses dan

variabilitas proses (Montgomery, 1990). Langkah-langkahmembuat grafik kendali

Xbardan Rbar (Gasperz, 2003) adalah :

1).Tentukan ukuran contoh (n= 4,5,6,....). Untuk keperluan praktik biasanya

ditentukan lima unit pengukuran dari setiap contoh (n = 5)

2).Kumpulkan 20 – 25 sampel

3).Hitung nilai X dan Range (R) dari tiap sampel.

Xbar = .......................................................................................... (1)

Rbar =Xmaks – Xmin.................................................................................(2)

Hitung nilai rata-rata dari semua Xbar, yaitu Xdouble bar yang akan

digunakan

sebagai garis tengah grafik Xbar tersebut, serta nilai rata-rata dari semua

R, yaitu R yang merupakan garis tengah dari grafik R.Misalkan tersedia m

sampel,masing-masing memuat n observasi pada karakteristik kualitas itu.


48

Misalkan Xbar1, Xbar2,..., Xbar m adalah rata-rata tiap sampel. Maka

penaksir terbaik untuk rata-rata proses adalah mean keseluruhan yakni :

Xdouble bar = .................................................................... (3)

Rbar = ........................................................................................ (4)

4) Hitung batas-batas kendali 3-sigma dari grafik kendali Xbar dan R. Grafik

kendali Xbar (batas-batas kendali 3-sigma):

UCL (Batas Pengendali Atas) = X bar+ A2Rbar ............................................ (5)

CL (Garis Pusat) = Xbar .............................................................................. (6)

LCL (Batas Pengendali Bawah) = Xdouble bar- A2Rbar ...................................... (7)

Grafik kendali R (batas-batas kendali 3-sigma):

UCL = D4Rbar ................................................................................................. (8)

CL = Rbar .................................................................................................... (9)

LCL = D3Rbar ............................................................................................... (10)

Daftar nilai koefisien dalam perhitungan batas-batas grafikkendali X dan R serta

Indeks Kapabilitas Proses terdapat pada lampiran 1.

5). Buatkan grafik kendali X bar dan R bar

6). Gunakan grafik kendali dari Xbar dan Rbar untuk memantau proses yang

sedang berlangsung dari waktu ke waktu, untuk seterusnya, dan segera ambil

tindakan perbaikan apabila ada perubahan-perubahan yang tidak diinginkan

pada proses itu.

3. Membuat Diagram Sebab Akibat


49

Diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisis persoalan dan faktor-

faktor yang menimbulkan persoalan tersebut.. Menurut (Gasperz, 2003),

penggunaan diagram sebab akibat dapat mengikuti langkah-langkah berikut :

1. Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan ungkapkan

masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah (problem question).

2. Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan

teknik brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide

berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.

3. Gambarkan diagram dengan pertanyaan masalah ditempatkan pada sisi

kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama seperti: material,

metode, manusia, mesin, pengukuran dan lingkungan ditempatkan pada

cabang utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Kategori utama

ini dapat diubah sesuai kebutuhan.

4. Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan

menempatkan pada cabang yang sesuai .

5. Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan “mengapa?” untuk

menemukan akar penyebab, kemudian daftarkan akar-akar penyebab itu

pada cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama (membentuk

tulang-tulang kecil dari ikan). Untuk menemukan akar penyebab, kita

dapat menggunakan teknik bertanya lima kali (five whys).

6. Interpretasi diagram sebab akibat itu dengan melihat penyebab-penyebab

yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui

konsensus tentang penyebab itu. Selanjutnya fokuskan perhatian pada

penyebab yang dipilih melalui konsensus itu.


50

7 Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab akibat itu,

dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan

korektif, serta memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan

korektif yang dilakukan itu efektif karena telah menghilangkan akar

penyebab dari masalahyang dihadapi.


51

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

5.1.1. Sejarah Perusahaan

A. SejarahPT. ANTAM. Tbk

PerusahaanPerseroan(persero)PT.AnekaTambangTbk, didirikanpadatangg

al5Juli1968 berdasarkan PeraturanPemerintahNo. 22 tahun 1968, dengan nama

“Perusahaan Negara(PN) Aneka Tambang”, dan

diumumkandalamtambahanNo.36,BeritaNegaraNo.56,tanggal5Juli1968. Pada saat

pembentukannya, ANTAM merupakan penggabungan dari tujuh

perusahaanNegarayaitu:

1. BPUPerusahaan-perusahaanTambangUmumNegara–Jakarta.

2. PN TambangEmas Cikotok– BantenSelatan.

3. PNPertambanganBauksitKijang–PulauBintan

4. PNLogamMulia–Jakarta.

5. PT (Negara)PertambanganNikelIndonesia–SulawesiTenggara.

6. ProyekPertambanganIntanMartaputra–KalimantanSelatan.

7. ProyekEmas Logas -Pekanbaru,Riau.

Padatanggal14Juni1974,berdasarkanPeraturanPemerintahNo.26

Tahun1974, status perusahaan diubah dari perusahaan negara menjadi

perusahaan negara perseroan terbatas (“perusahaan perseroan”) dan sejak itu

dikenal sebagai “PerusahaanPerseroan(persero)AnekaTambang”.Dalam

perkembanganselanjutnya, ANTAM memperluas operasinya dengan tambahan

tiga unit pertambangan lainnya dan satu unit eksplorasi


52

PertambanganPasirBesiCilacapmemulaioperasinyapadatanggal10Juni197

1, sedangkan pertambangan nikel Gebe dimulai pada tahun 1979. Kegiatan

eksplorasiemasdiPongkordimulaipadatahun1988danmulaiberproduksipada tahun

1994. karena meningkatnya aktivitas eksplorasi, ANTAM

memutuskanuntukmembentukunitGeologididirikanpada

tanggal29Februari1980yang

melaksanakankegiataneksplorasi.Sejaktahun1980,aktivitasunitGeologitelah

menjangkauhampirseluruhwilayahIndonesiadanmenghasilkandataeksplorasi

yangsangatberhargauntukANTAM.

Hasil produksi PT. Antam,Tbk adalah:

1. Nikel

BijihnikelAntamterbagiatasbijihnikelsaprolitdanlimonit.Bijih

nikellimonitadalahbijihnikellateritdengankadarrendahdanmengandung0.8%-

1.5%nikel,25%-35%besidansedikitkobalt.Limonitterletakdi ataslapisan

saprolitdanlebihmurahdanlebihmudahuntukditambang.Bijihnikelsaprolit

terbentukdibawahzonalimonit.Saprolitsecaraumum mengandungsekitar1,5%-

2,5%nikeldandigolongkansebagaibijihlaterit kadar tinggi. Dengan melalui proses

pirometalurgi, saprolit digunakan

sebagaibahanbakuuntukproduksiferonikel.FeronikelAntammengandung

sekitar20%nikeldansekitar80%besi.Diproduksidalambentukshots(butiran) atau

ingot(batangan) serta dengan karbon kadar tinggi atau karbon kadar rendah,

feronikel digunakan sebagai bahan baku untuk produksibajanirkarat.

Penambangan bijih nikel saat ini di Pomalaa ( Sulawesi Tenggara),

sedangkan pengelolaannya berada di Pomalaa. Nikel sebagai salah satu “usaha


53

inti” PT. AntamTbk, ditunjang oleh potensi cadangan nikel yang cukup besar.

Upaya lebih lanjut dalam memantapkan bisnis inti adalah dengan jalan

membangun pabrikstainless steel dengan bahan baku utama feronikel.

Telah dilaksanakan pembangunan perluasan pabrik feronikel Pomalaa

sejak 1992, bekerjasama dengan Mitsui and Co.Ltd. Sejak awal tahun 1995 sudah

beroperasi secara komersial dengan kapasitas 11.000 ton nikel pertahun.

Citra mutu feronikel Pomalaa sangat baik dan terus diupayakan peningkatannya

untuk mendukung usaha diversifikasi pasar nikel.

Pada tanggal 03 April 1996, PT. AntamTbk, UPNP (Unit Penambangan

Nikel Pomalaa) telah mendapatkan sertifikat ISO 9002 dari SGS Yaesley. Hal ini

menunjukkan bahwa komitmen PT. AntamTbk, untuk selalu menjaga mutu

produk serta meningkatkan kualitas managemen, telah dilaksanakan dengan

konsisten.

2. Emas dan Perak

Indonesia sesuai struktur geologinya dinilai sebagai salah satu negara

yang memiliki potensi emas dan perak yang cukup besar. PT. AntamTbk,

melakukan program eksplorasi secara terencana dan sistematis terutama di daerah

Jawa Barat. Dari hasil eksplorasi telah ditemukan cadangan baru emas dan perak

dalam jumlah besar di daerah gunung P`ongkor, Kabupaten Bogor dan mulai

berproduksi secara komersial sejak bulan Mei 1994. Fasilitas pengolahannya

mampu
54

menghasilkan 2,5 ton Emas dan 20 ton perak per tahunnya dengan cadangan

untuk masa eksploitasi kurang lebih empat puluh tahun.

PT. AntamTbk, memiliki unit Pengolahan dan Pemurnian Logam

Mulia dengan kapasitas produksi per tahunnya sebesar 100 ton Emas dan 270 ton

Perak. Emas dan Perak hasil produksi PT. Antam telah dipasarkan secara luas di

dalam negeri maupun ke manca negara dengan merk LM (Logam Mulia). Produk

emas dan perak Logam Mulia telah terakreditasi lisensi merek dagang

internasional dari London Bullion Market Association (LBMA).

3. Geologi

Unit geologi merupakan satu dari tujuh unit usaha PT. AntamTbk. Misi

yang diemban oleh unit tersebut, ditujukan untuk menawarkan jasa- jasa

eksplorasi baik itu untuk PT. Antam maupun perusahaan-perusahaan lainnya.

Keberhasilan unit Geologi dalam menjalankan usahanya antara lain terlihat dari

keberhasilan menemukan deposit emas di gunung Pongkor Jawa Barat, yang

saat ini merupakan salah satu dari “tambang utama” PT. AntamTbk.

B. Sejarah PT. ANTAM Tbk, UBPN Sulawesi Tenggara

Penambangan Nikel di Pomalaa dimulai pada tahun 1909 yaitu sejak

ditemukannya bijih Nikel oleh E.C Abendon dan mulai pada tahun 1934 mulai

dilakukan eksplorasi endapan bijih Nikel dengan kadar Nikel 3%-5% oleh Oost

Borneo Maatschappij (OBM) dan Bone Tolo Maatschappij yang merupakan

perusahaan Belanda.

Pada tahun 1942 sampai dengan 1945, Indonesia diduduki oleh Jepang

sehingga kegiatan penambangan di Pomalaa diteruskan oleh orang-orang

Jepang.Pada tahun 1957 Sumitomo Metal Mining Corporation mengolah bijih


55

Nikel menjadi “matte” yaitu senyawaan Nikel yang mengandung Sulphur.Namun

kemudian pada tahun 1945 sekutu menyerang pabrik pengolahan Nikel di

Pomalaa sehingga seluruh instalasi yang ada pada saat itu berantakan.

Sejak Indonesia merdeka, pada tahun 1960 berdiri N.V PERTO yang

mengekspor stok bijih nikel yang sudah ada ke Jepang.Sejalan dengan

kebijaksanaan pemerintah yang dituangkan dalam bentuk PP No.29 dan

Undang-undang Pertambangan No.37 tahun 1960, maka berdiri Perusahaan

Pemerintah dan Daerah.Pada tahun 1961, diambil alih oleh pemerintah dan

usahanya dilanjutkan oleh PT. Pertambangan Nikel Indonesia (PNI).

Usaha penambangan di Pomalaa, semula berada dalam lingkungan Biro

Urusan Perusahaan-Perusahaan Tambang Negara (BUPTAN). Sejak tahun 1961

perusahaan ini berada dalam lingkungan Badan Pimpinan Umum

Perusahaan-Perusahaan Tambang Umum (BPU PERTAMBUN). Dalam

rangka usaha pengembangan pertambangan Nikel di Pomalaa, pada akhir tahun

1962 ditandatanganilah antara BPU Perusahaan Tambang Umum Negara (BPU

Pertambun) serta PT. Pertambangan nikel indonesia (PNI) di satu pihak dan

sulawesi Nickel Development Coporation Limited (SUNIDECO) dari Jepang

dipihak lain, suatu kontrak kerja sama di bidang pertambangan dan pemasaran

nikel Indonesia. Jepang memberikan kredit kepada PT.Negara pertambangan

nikel Indonesia dalam bentuk peralatan dan bantuan teknik. Kredit bersama

bunganya harus di bayar dalam jangka waktu 7 tahun dalam bentuk penyerahan

sebagian produksi biji nikel perusahaan tersebut atau yang kata lain hasil bijih

nikel di ekspor hanya ke Jepang.


56

Persiapan dan pekerjaan-pekerjaan konstruksi sehubungan dengan

pembangunan pabrik tersebut telah dimulai akhir tahun 1973. Dalam waktu 2

tahun keseluruhan pembangunan pabrik telah dapat diselesaikan dan pada

tanggal 29 November 1975 dapur listrik dengan kekuatan 20.000 KVA mulai

dihidupkan sebagai tanda dimulainya pabrik pengolahan bijih nikel

menjadi feronikel di Pomalaa.

PT. ANTAM (persero) Tbk, UBPN Sulawesi Tenggara memiliki

pelabuhan yang dijadikan sebagai tempat bongkar muat feronikel yang

nantinya akan diekspor ke negara tujuan dan dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1. Pemuatan tidak langsung dengan menggunakan tongkang yang ditarik

oleh kapal tunda (tug boat) ke kapal (ore ship) untuk bijih nikel dan

feronikel.

2. Pemuatan yang masih merupakan bahan baku diekspor ke Jepang

sebagai konsumen utama, sedangkan feronikel diekspor ke berbagai

negara.

5.1.2. Letak Geografis

Penambangan Bijih Nikel UBPN Sulawesi Tenggara berpusat di Pomalaa

Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.Lokasi ini dapat dicapai dengan

berkendaraan dari Makassar dan dapat ditempuh melalui jalan udara.

UBPN Sultra mencakup wilayah seluas ± 7500 Ha yang terletak pada

3300-4300 LS dan 1200-1220 BT. Konsesi PT. Antam(persero) Tbk, UBPN

Sulawesi Tenggara ini dilalui sungai Oko-oko, Kumoro, dan Huko-huko yang

selalu berair sepanjang tahun. Temperatur antara 250C-300C dengan curah hujan
57

rata-rata 1980 mm/tahun.Wilayah penambangan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu

wilayah utara, tengah, dan selatan.

5.1.3.Visi dan Misi 2030

1. Visi

“Menjadi korporasi global terkemuka melalui diserfisikasi dan integrasi

usaha berbasis sumber daya alam”.

2. Misi

1. Menghasilkan produk-produk berkualitas dengan memaksimalkan nilai

tambah melalui praktek-praktek industri terbaik dan operasional yamg

unggul.

2. Mengoptimalkan sumber daya dengan mengutamakan keberlanjutan,

keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan.

3. Memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pengangkut

kepentingan.

5.1.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT.ANTAM (persero) Tbk, UBPN Sulawesi Tenggara

yaitu:

1. General Manager(SVP), South East Sulawesi Nickel Minning

Business Unit, membawahi :

a) Management Respresentative Manager

b) Quality Management Assurance Manager

2. Deputy GM (SVP), Operation, membawahi :

a) Health, Safety and Environment

b) Quality Control Manager


58

c) Processing and Engineering Manager

3. Vice President (VP), Feni Plant, membawahi :

a) Engineer Shifting Manager

b) Material Handling Managar

c) Ore Preparation Manager

d) Smelting Manager

e) Refinery and Casting Manager

f) Mechanical Maintenance manager

g)Electrical Maintenance Manager

4. Vice President (VP), Minning and Operation Support, membawahi

a) Mining Manager

b) Shipping Manager

c). Utility Manager

5. Vice President (VP), Finance, membawahi :

a) Accounting and Budgeting Manager

b) Treasury and Verification Manager

6. Vice President (VP), Human Resources and Corporate Social

Responsibility, membawahi :

a) Employee Relation Manager

b) General Affairs Manager

c) Corporate Social Responsibility Manager


59

5.1.4 Unit kerja Laboratorium Instrument

Di laboratorium Instrument unit bisnis pertambangan Nikel operasi

pomalaa, analisa dilakukan dengan menggunakan spektrofometer X-Ray untuk

contoh Ore, Slag, Crude, Produk akhir metal Feni, sedangkan Carbon

Determinator LECO-C-200 digunakan untuk analisa carbon contoh Crude,

Calcine, Dust, Shot metal Feni. Untuk MC ((Moisture Contain) yang dianalisa

adalah Ore, Batubara, Shot metal Feni.Untuk analisa nilai kalori, sampel yang

dianalisa adalah batubara. Sedangkan untuk analisa LOI (Lost On Ignition)

sampel yang dianalisa adalah calcine.

1. Analisa unsur ( %Ni) dengan menggunakan X-Ray Magic Fast

a. Dasar Prinsip

Sinar X primer yang dihasilkan di tabung X-Ray ditembakkan ke sampel.

Selama proses ini, bila sinar-X primer memiliki cukup energi, elektron berpindah

dari kulit yang paling dalam dan menimbulkan kekosongan. Kekosongan ini

menghasilkan keaadan atom yang tidak stabil. Apabila atom kembali pada

keadaan stabil, elektron dalam kulit luar pindah ke kulit yang lebih dalam dan

proses ini menghasilkan energi sinar-X yang tertentu dan merupakan selisih antara

energi ikatan pada dua kulit bersangkutan, sehingga panjang gelombang sinar-X

pendarflour yang di pancarkan oleh unsur dapat diketahui (kualitatif) dan

intensitasnya dapat diketahui (kuantitatif).

b. Alat dan Bahan :

 X-Ray simultix 12

 Gegep

 Holder
60

 Sampel Kiln Feed Ore

c. Cara kerja :

1. Magix Fast

 Masukkan sampel pada turret X-Ray secara berurutan

 Klik pada “Add sampel”

 Location dipilih sesuai penetapan sampel ex : A1, A2, dst

 Klik “Routiner”

 Pada sub menu Application pilih “NIOR EKSPORT”

 Pada sub menu Priority pilih “normal”

 Masukkan nama sampel lalu klik “Add”

 Setelah semua nama sampel telah dimasukkan, klik “Ok”

 Proses analisa berlangsung hingga hasil keluar di kotak dialog

“result”

 Catat hasil uji unsur, pengujian selesai.


61

5.1.5 Sistem Pengujian bahan baku bijih Nikel

Bahan baku bijih Nikel pada lab instrument disebut sampel “Kiln Feed

Ore”. Sampel ini diperoleh dari departemen Praolahan pada masing-masing unit

pengolahan Rotary Kiln I,II,II,IV. Sampel diantarkan oleh Operator Rotary Kiln

setiap shift kemudian hasil pengujian unsur Ni dilaporkan setiap akhir shift.

Berikut Flowchart SOP Pengujian Kiln Feed Ore:

Gambar 5.1.
SOP Pengujian Unsur Kiln Feed Ore

Sumber : Dokumen internal Satker lab Instrument


62

5.2 Deskripsi Variabel Penelitian

5.2.1 Pengendalian Mutu Pengujian Bijih Nikel Lab instrument

Pengendalian mutu pada Pengujian unsur Bijih Nikel merupakan hal yang

penting dilakukan dalam rangka memonitoring sejauh mana tingkat akurasi dan

presisi hasil pengujian .Pengendalian mutu yang dilakukan secara berkala dan

sitematis dapat membantu mengidentifikasi terjadinya variasi dan penurunan

kualitas hasil uji, sehingga dapat dengan cepat dilakukan tindakan perbaikan.

Pada lab instrument, sistem pengendalian mutu baru dilakukan pada

pembacaan standar uji. Sedangkan pada hasil uji belum dilaksanakan sistem

pengendalian mutu yang sitematis.

Berikut dokumentasi sistem pengendalian Mutu pada sampel standar

Gambar 5.3.
Sistem Pengendalian Mutu sampel Standar

1.Sampel Standar2. Pengujian sampel Standar

3. Kalibrasi Alat Uji 4.Hasil uji sampel Standar 5.Control chart standar

Sumber : Dokumentasi Internal SatKer Lab. Instrument


63

5.3 Hasil Analisis Dan Pembahasan

5.3.1 Check Sheet Hasil Pengujian Unsur (%Ni) Kiln Feed Ore

Data hasil pengujian unsur Nikel (%Ni) sampel Kiln Feed Ore dari Pabrik

Feni I,II,III dan IV dikumpulkan dalam bentuk lembar Periksa (check sheet)

Tabel 5.1
Data sheet Hasil pengujian unsur Nikel (%Ni) sampel Kiln Feed Ore

Sumber data : Laporan Bulanan (Monthly Report)


Hasil pengujian sampel KFO Lab Instrument
Periode data :01 Oktober - 31Oktober 2017
Pengumpul data : Yulianus Dominggus
64

5.3.2 Grafik Kendali Hasil Pengujian Unsur (%Ni) Bijih Nikel

Analisis Grafik Kendali untuk kadar Nikel (%Ni) sampel bijih Nikel Kiln

Feed Ore menggunakan grafik kendali X-chart.. Diagram Nilai Individu adalah

diagram yang digunakan memonitor setiapnilai yangdiamati dalam sebuah proses.

Sebuah diagram yang mengontrol nilai-nilai individu didasarkan pada probabilitas

dengan distribusi normal. Grafik X-chart digunakan pada data variabel. Grafik

kendali X-chart merupakan grafikyang menunjukkan rata-rata dari suatu proses,

serta menunjukkan apakah yang dihasilkan telah sesuai dengan standar

pengendalian mutu perusahaan.

Langkah – langkah membuat Diagram Control Individu yaitu :

1. Hitung Jumlah rata-rata dan standar Deviasi

2. Hitung LCL (Lower Control Limit), CL (Control Limit) dan UCL (Upper

Control Limit)
65

3. Buat Diagram Kendali .

Gambar kendali dapat dibuat dengan menggambarkan setiap titik observasi ke

dalam diagram X-Y dan menggambarkan garis UCL, CL, dan LCL seperti

gambar dibawah ini.

Gambar 5.4.

Contoh gambar Diagram Kendali (Control Chart) Individu

Pembuatan diagram dengan menggnakan spss adalah dengan langkah-

langkahsebagai berikut:

1. Input data ke data viewer SPSS , bisa juga dengan copy dari data excell

2. klik analize, klik quality control, klik control chart

3. maka didapatkan tampilan seperti gambar 5.4


66

A. Grafik Kendali X-chart %Ni Kiln Feed Ore FENI I

Gambar 5.5.
Grafik Kendali X-Chart %Ni Kiln Feed Ore FENI I

Grafik X-Chart pengendalian mutu %Ni Kiln Feed Ore Feni I

menunjukkan terkendali. Dikatakan terkendali karena semua titik memenuhi

keriteria karena masih berada di zona kendali.dengan nilai UCL: 2,33 dan Nilai

LCL: 1.80. Grafik kendali X-chart %Ni Kiln Feed Ore FENI I dapat dilihat pada

Gambar 5.5.

B. Grafik Kendali X-Chart %Ni Kiln Feed Ore FENI II

Gambar 5.6
Grafik X-Chart %Ni Klin Feed Ore FENI II
67

Grafik X-Chart pengendalian mutu %Ni Kiln Feed Ore Feni II

menunjukkan tidak terkendali. Dikatakan tidak terkendali karena terdapat dua titik

yang berada dibawah nilai LCL : 1,78. Kedua titik tersebut yaitu titik 13 (1.75)

dan 15 (1.72). Terdapat tiga titik yang nilainya sama dengan nilai UCL yaitu titik

14,16 dan 17. Grafik kendali X-chart %Ni Kiln Feed Ore FENI II dapat dilihat

pada Gambar 5.6

C. Grafik Kendali X-Chart %Ni Kiln Feed Ore FENI III

Gambar 5.7.
Grafik Kendali X-Chart %Ni Kiln Feed Ore FENI III

Grafik X-Chart pengendalian mutu %Ni Kiln Feed Ore Feni III

menunjukkan tidak terkendali. Dikatakan tidak terkendali karena terdapat dua titik

yang berada dibawah nilai LCL : 1,79. Kedua titik tersebut yaitu titik 15 (1.69)

dan titik 16 (1.72). Grafik kendali X-chart %Ni Kiln Feed Ore FENI II dapat

dilihat pada Gambar 5.7


68

D. Grafik Kendali X-Chart %Ni Kiln Feed Ore FENI IV

Gambar 5.8
Grafik Kendali X-Chart %Ni Kiln Feed Ore FENI IV

Grafik X-Chart pengendalian mutu %Ni Kiln Feed Ore Feni IV

menunjukkan tidak terkendali. Dikatakan tidak terkendali karena terdapat tiga

titik yang berada diatas nilai UCL : 2.08 . Ketiga titik tersebut yaitu titik 26

(2.11), titik 28 (2.13) dan titik 31 (2.27). Grafik kendali X-chart %Ni Kiln Feed

Ore FENI II dapat dilihat pada Gambar 5.8

5.3.3 Analisis Diagram Sebab Akibat

Diagram ini berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang

berpengaruh pada kualitas.Lima kategori yang biasanya ada dalam diagram sebab

akibat yaitu: Materi/bahanbaku, Mesin/peralatan, Manusia, Metode dan

Lingkungan. Kelima kategori ini memberikan suatu daftar periksa yang baik

untuk melakukan analisis awal.

Berdasarkan hasil branstorming, pengamatan danwawancara yang

dilakukan dengan satuan kerja Ore Quality Assurance, dan Laboratorium

Instrument , ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu kadar Nikel

(%Ni) Bijih Nikel Kiln Feed Ore yaitu:


69

A. Alat (Machine)

Pembacaan Alat Uji (X-Ray) tidak Stabil yang disebabkan kurangnya

preventive monitoring terhadap kinerja peralatan dan tingginya volume

pemakaian peralatan sehingga perlatan uji mengalami Over Load .

B. Bahan ( Material)

Sampel yang dihasilkan tidak homogen, hal ini terjadi akibat sistem

Preparasi pada sampel Kiln Feed Ore tidak dilaksanakan secara konsisten oleh

para operator .

Spesifikasi bahan kimia yang digunakan untuk proses preparasi sampel

tidak sesuai sehingga sampel yang dihasilkan tidak sempurna .

C. Metode (Method)

Methode preparasi sampel Kiln Feed Ore yang tidak dilaksanakan sesuai

WI yang ditetapkan, sehingga sampel mudah retak dan rusak. Hal ini berimplikasi

pada pengulangan proses pengujian.

E. Lingkungan

Area kerja pengujian terkontaminasi oleh debu dan kotoran ,serta

kontaminasi dari sampel lain sehingga hasil pengujian tidak lagi menunjukkna

representasi sampel yang bersangkutan.

F. Manusia (Man)

Operator tidak melaksanakan pekerjaan pengujian sesuai dengan WI yang

ditetapkan, hal tersebut terjadi akibatnya kurangnya Kontrol dan Pengawasan dari

para supervisor.
70

Gambar 5.9.

Diagram tulang Ikan Penyebab masalah


Mutu hasil Pengujian Kiln Feed Ore tidak terkendali

5.5.4 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti hanya melakukan penelitian pada area

Laboratorium instrument. Sedangkan Pengendalian mutu hasil uji sampel Biji

Nikel juga harus dimulai pada saat sampel tersebut diambil (Sampling) dari area

Praolahan.

Peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian di area

praolahan, selain karena luasnya area yang harus diteliti, belum adanya sistem

sampling yang menjadi objek Penelitian menjadi salah satu kendala yang

dihadapi Peneliti.
71

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengendalian mutu kadar Nikel (%Ni)

bahan baku Bijih Nikel pada PT. Antam Tbk. UBPN SULTRA maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pengendalian mutu pada PT. PT. Antam Tbk. UBPN SULTRA belum

dilaksanakan secara sistematis dan berkala.

2. Berdasarkan diagram sebab akibat diperoleh faktor-faktor penyebab

yang mempengaruhi mutu kadar Nikel (%Ni) bijih Nikel yaitu

Material sampel, Metode Pengujian, Peralatan pengujian, Kebersihan

area kerja dan Performance pegawai.

3. Berdasarkan AnalisisGrafik Kendali pengendalian mutu kadar Nikel

Bahan baku bijih Nikel, dapat disimpulkan

a.Sampel Kiln Feed Ore Feni I telah terkendali secara statistik

b.Sampel Kiln Feed Ore FENI II, III, IV belum terkendali secara

statistik.

Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya variasi penyebab

khusus Berdasarkan hal itu, pihak perusahaan sebaiknya

menghilangkan variasi penyebab khusus tersebut. Menghilangnya

penyebab khusus tersebut dapat membawa proses ke dalam

pengendalian statistikal. Kemungkinan penyebab khusus antara lain

penerapan sistem Preparasi sampel yang tidak sesuai WI.


72

4. Teknik perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan agar memenuhi

pengendalian mutu statistikal ialah dengan cara

a. Melaksanakan monitoring peralatan uji secara berkala, agar akurasi

pembacaan peralatan tetap terjaga.

b. Meningkatkan pengawasan terhadap Operator dalam melakukan

preparasi sampel, agar sistem Preparasi sampel dapat dilaksanakan

secara konsisten dan sesuai dengan SOP dan WI.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan ialah:

1. Pengendalian mutu hasil pengujian sebaiknya lebih ditingkatkan.

Peningkatan dapat dilakukan dengan pengecekan khusus pada setiap

nomer sampel yang memenuhi keriteria tidak terkendali, pengecekan

bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi suatu sampel

tidak terkendali.

2. Kebersihan area pengujian senantiasa di jaga agar tidak terjadi

kontaminasi terhadap sampel..

3. Pengecekan Standar sampel harus rutin dilakukan agar kinerja dari alat

X-ray tetap stabil.

4. Metode pengujian yang digunakan harus lebih dipahami, sehingga

parameter mutu yang diuji memiliki hasil yang akurat.

5. Pelatihan dan seminar-seminar khusus sebaiknya diberikan kepada

para karyawan laboratorium dan produksi agar meningkatkan

pengetahuan dan kinerja para karyawan.


73

6. Penggunaan pengendalian mutu statistikal sebaiknya digunakan dalam

pengendalian mutu perusahaan, karena pengendalian mutu statistikal

lebih akurat dan fleksibel.


74

DAFTAR PUSTAKA

Erwidodo, 1999. Laporan Hasil Penelitian Manajemen Pengkajian


Pengembangan Agribisnis Berbasis Komoditas Unggulan. Pustaka.
Bogor. Net

Choi. Thomas Y dan Karen Eboch. 1997. The TQM Paradox: Relation Among
TQM Practices, Plant Performance, and Customer SatisfactionJournal
of Operational Management,Departement of Management, Collage of
Business Administration, Bowling Green StateUniversity, Bowling Green
USA

Dillworth, J.B., 1992. Operation Management: Design, Planning, and Control


for Manufacturingand Services. The Mc Graw-Hill Companies. Inc.
Singapore

Gasperz, Vincent, 1997. Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-konsep


Vincent TentangKualitas dalam Manajemen Bisnis Total. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta

Handoko, Hani. 1984. Manajemen Produksi dan Operasional. BPFE.


Yogyakarta

Ihzan, Z. 1998. Penerapan Statistical Quality Control (SQC) dalam


Memantau Mutu Produk Teh di PT NV Tambi. Tesis-MM. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta

Kotler, Philip. 1994. Marketing Management: Analysis, Planning,


Implementation, and Control, edisi ke-8. Eglewood Cliffs, N.J., Prentice
Hall, Inc

Montgomery, D.C., 1990. Introduction To Statistical Quality Control. New


York

Prawirosentono, Suryadi. 2004. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu


Terpadu. Total Quality Management Abad 21 (Studi dan Kasus). Edisi
ke-2. Bumi Aksara. Jakarta

Tjiptono, Fandy dan Diana Anastasia, 2000. Total Quality Management. Andi
Offset. Yogyakarta

Triyono, Joko. 2004. Analisis Manajemen Pengendalian Mutu Tepung


Terigudi PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya. Tesis-MM. Universitas
Brawijaya Malang

Al-Fakhri, F .2010. Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Di PT.


MasscomGrahpy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan
75

Produk Menggunakan Alat Bantu Statistik. Semarang: Fakultas ekonomi


UniversitasDiponegoro.
Ariani,DW. 1999.
ManajemenKualitasPendekatanSisiKualitatif.Jakarta:Depdiknas.

Badri, S dan Romadhon. 2009. Pengendalian Kualitas Produk Dengan


PendekatanModel SQC (Statistical Quality Control) aplikasi model
perusahaan Furniture.Klaten: Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Widya Dharma Klaten
.
Besterfield,Dale H, Carol Besterfield-Michna, Glen H.Besterfield, and Mary
Besterfield-Sacre, 2003. Total Quality Management.Third Edition. New
Jersey: Prentice-Hall Inc.

Cawuley,dan Harrold. 1999. Statistical Quality Control (SQC), (online),


(http://esaunggul.ac.id, diakses 05 maret 2013).

Chase,Richard B, dan Aquilano, N.J. 1995. Production and


OperationManagement: Manufacturing and Services. Chicago: Penerbit
Ricard D. Irwin.

Chase,Richard B, dan Aquilano, N.J. dan F.R. Jacobs.2001.


OperationsManagement For Competitive Advantage. 9thed. Boston Burr
Ridge: McGrawHill Irwin.

Feingenbaum,AV.1992.Kendali MutuTerpadu.Penerjemah:Kandahjaya.H.
Terjemahan dari: Total Quality Control. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gasperz, V. 1998.Total Quality Management.Cetakan 3.Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.

Gaspersz, V. 2001.ISO 9001 : 2000 Continual Quality Improvement. ISO 9001


:2000 Interpretation, Documentation, Improvement, Self Internal
Audit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gaspersz, V. 2003. Metode Analisis Untuk Peningkatkan Kualitas. Jakarta:


PT.Gramedia Pustaka Utama.

Haming, M dan Mahfud, N. 2007.Manajemen Produksi Modern. Jakarta: Bumi


Aksara.

Handoko, T.H. 1984. Dasar-Dasar Manajemen Peroduksi dan


OperasiYogyakarta.

Hatani,La.2008. Manajemen pengendalian mutu produksi roti melalui


pendekatan statistical quality control (SQC). Jurnal Jurusan Manajemen
FE UNHALU, 1:1-7.

Heizer, j dan Rander, B. 2009.Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat


76

Hill, T. 2000. Operation management. Diterjemahkan oleh Chandrawati dan


Dwi Prabantini. Yogyakarta: Andi.

Ishikawa, K. 1988. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu. Jakarta : MSP.

Kencana, R. 2009. Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Minyak


SawitDengan Menggunakan Statistikal Quality Control (SQC) Pada
PTP.
Nusantara IVPKS Adolina. Medan: Fakultas Teknik Program Studi
TeknikManajemen Pabrik Universitas Sumatera Utara.

Liana, A dan Yandra, A. 2002.Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi


Kertas Medium Di PT. Indah Kiat Pulp&Paper Serang Mill. Jurnal
Teknik Industri Pertanian:12(1) : 27-36.

Mayellett.1994.Statistical Quality Control


(SQC),(online),(http://esaunggul.ac.id, diakses 05 maret 2013).

Montgomery, DC. 1990. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik.


Yogyakarta:Gajah Mada Univ.Pers.

Montgomery, DC. 1996. Introduction to Statistical Quality Control. 3rded. New


York:Jhon Willey and Son.

Nasution, M.N. 2010. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality


Management).Cetakan 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurhasanah, N dan Safitri, V. 2010.Komponen utama untuk pengendalian


kualitassecara statistik. Jurnal Media Statistika, 3:9-20. Semarang: Fakultas
MIPAUNDIP.

Prawirosentono, S. 2007.Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu


Abad 21: Kiat Membangun Bisnis Kompetitif. Jakarta : Bumi Aksara.

Prawirosentono, S. 2004. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu


TotalQuality Management Abad 21 (Studi dan Kasus). Ed 2. Jakarta: Bumi
Aksara.

Prawirosentono,Suyadi. 2004. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu


Terpadu, Total Quality Management Abad 21 Studi Kasus Dan
Analisis Kiat Membangun Bisnis Kompetitif Bernuansa "Market
Leader". Jakarta: Bumi Aksara.

Russel, R.S.dan Taylor, B.W.III. 2000. Operations Management:


MultimediaVersion.Upper Saddle River, NJ: The Prentice Hall Inc.
77

Saulina,H.S. 2009.Pengendalian Mutu Pada Proses Pembekuan


UdangMenggunakan Statistical Quality Process Control (SPC) Studi
kasus : PT. Lola Mina Jakarta Utara. Bogor: Departemen Teknologi Hasil
Perikanan FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan Intitut Pertanian Bogor.

Sekaran, U. 2009. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Ed 4. Jakarta: Salemba


Empat.

Seu,K.1996. Statistical Quality Control (SQC),(Online), http://esaunggul.ac.id,


diakses 05 maret 2013).

Syamsul, M.M dan Tanjung, H. 2006.Manajemen Operasi .Ed2. Jakarta:


Grasindo.

Thisnowati, H., Hubies, M. Dan Harjomidjojo, H. 2008. Analisis pengendalian


mutuproduksi roti (kasus PT. AC Tanggerang). Jurnal MPI, 3:51-62.
Bogor: PSMPI, SPs IPB.

Thomer, M. 1973. Convinience and Fast Food Handbook. USA: The Avi
Publishing Company Inc.

Umar, M.A.B. 2006.Analisis pengendalian mutu pada proses produksi air


minumdalam kemasan (AMDK) SBQUA (Studi kasus di PT Sinar
Bogor Qua, Pajajaran-Bogor). Bogor: Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi danManajemen Institut Pertanian Bogor

Wirawan,B. 2001.Analisis Penerapan Proses Pengendalian Mutu


SusuPasteurisasi Pada Industri Pengolahan Susu, Studi Kasus di PT.
Indomilk.Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Yamit, Z. 2004. Manajemen Kualitas Produk & Jasa. Yogyakarta: Ekonosia.


78
79
80

Anda mungkin juga menyukai