Anda di halaman 1dari 12

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul DASAR-DASAR KIMIA ANALISIS


Judul Kegiatan 1. PENGELOLAAN LABORATORIUM PENGUJIAN MENGACU
Belajar (KB) ISO/IEC 17025
2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3)
3. STATISTIKA, TEKNIK SAMPLING, DAN
VALIDASI METODE
4. PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAAN
No Butir Respon/Jawaban
Refleksi
1 Garis besar PENGELOLAAN LABORATORIUM PENGUJIAN MENGACU
materi yang ISO/IEC 17025
dipelajari KOMPONEN PENGELOLAAN LABORATORIUM PENGUJIAN
Laboratorium berasal dari kata ‘laboratory’ yang memiliki
Pengelolaan laboratorium pengujian menuntut peserta didik dapat
memiliki kompetensi dasar pengetahuan dan keterampilan.
Kompetensi dasar
pengetahuan dalam pengelolaan laboratorium pengujian yaitu :
1. Menerapkan pemeliharaan peralatan laboratorium
2. Menerapkan kalibrasi peralatan.
3. Mengevaluasi data hasil kalibrasi peralatan.
4. Menerapkan validasi metode analisis.
5. Mengevaluasi data hasil validasi metode analisis.
6. Menerapkan penggunaan Sistem dan Teknologi Informasi
Pengelolaan
laboratorium
7. Menerapkan sistem administrasi laboratorium
8. Menerapkan pengendalian dokumen laboratorium
9. Menerapkan pengendalian lingkungan laboratorium

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM


Persyaratan Manajemen ISO/IEC 17025 dalam perjalanannya
sejak tahun 1999 sudah ada dua kali revisi yaitu tahun 2005 dan
2015. Revisi tahun 2005 ada penambahan klausul tentang
peningkatan/improvement pada persyaratan manajemen, sehingga
yang semula hanya 14 persyaratan menjadi 15. Dengan demikian
persyaratan manajemen untuk laboratorium berdasarkan ISO/IEC
17025:2005 meliputi:
4.1 Organisasi
4.2 Sistem Manajemen
4.3 Pengendalian Dokumen
4.4 Kaji ulang permintaan, tender, dan kontrak
4.5 Sub kontrak pengujian dan kalibrasi
4.6 Pembelian jasa dan perbekalan
4.7 Pelayanan kepada customer
4.8 Pengaduan
4.9 Pengendalian pekerjaan pengujian dan/atau kalibrasi yang
tidak
sesuai
4.10 Peningkatan/Improvement
4.11 Tindakan Perbaikan
4.12 Tindakan Pencegahan
4.13 Pengendalian rekaman
4.14 Audit Internal
4.15 Kaji Ulang Manajemen

PERSYARATAN TEKNIS
Pada acuan ISO/IEC 17025 sistem managemen laboratorium
pengujian harus
memiliki 10 persyaratan teknis yang meliputi:
5.1 Umum
5.2 Personil
5.3 Kondisi akomodasi dan lingkungan
5.4 Metode pengujian, metode kalibarsi dan validasi metode
5.5 Peralatan
5.6 Ketertelusuran pengukuran
5.7 Pengambilan sampel
5.8 Penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi
5.9 Jaminan mutu hasil pengujian dan kalibrasi
5.10 Pelaporan hasil

DOKUMEN MUTU LABORATORIUM


Kebijakan sistem manajemen laboratorium yang berkaitan dengan
mutu, termasuk pernyataan kebijakan mutu harus ditetapkan
dalam Panduan Mutu (apa pun namanya). Seluruh sasaran harus
ditetapkan dan dikaji-ulang dalam kaji ulang manajemen.
Pernyataan Kebijakan Mutu harus diterbitkan di bawah
kewenangan manajemen puncak. Pernyataan kebijakan mutu
mencakup sedikitnya :
a. komitmen pada praktek profesional dan pada mutu pengujian
dan
kalibrasi dalam melayani customer;
b. pernyataan manajemen untuk standar pelayanan lab;
c. tujuan sistem manajemen yang terkait dengan mutu;
d. persyaratan bahwa personil memahami dokumentasi mutu dan
menerapkan kebijakan serta prosedur didalam pekerjaan mereka.
e. komitmen manajemen laboratorium untuk kesesuaian dengan
standar ini
dan secara berkelanjutan meningkatkan efektifitas sistem
manajemen.
Dokumen mutu laboratorium pengujian mengacu pada ISO/IEC
17025 mengikuti hirarki level dokumen seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.1 sebagai berikut:
Adapun kompetensi dasar keterampilan dalam pengelolaan
laboratorium pengujian adalah dapat memelihara serta
mengkalibrasi peralatan
dan membuat rekomendasinya, melaksanakan validasi metode dan
membuat hasil rekomendasinya, menggunakan sistem dan
teknologi informasi untuk pengelolaan dan administrasi
laboratorium pengujian, mengendalikan dokumen laboratorium,
dan memantau kondisi laboratorium sesuai persyaratan.
Oleh karena itu, secara garis besar dapat dipahami bahwa,
komponenkomponen laboratorium pengujian akan meliputi :
personil, alat-alat dan bahan termasuk sistem administrasinya,
sarana dan prasaran termasuk system pemeliharannya, metode
pengujian, sistem dokumen mutu, pengendalian kondisi
lingkungan analisis, dan sistem monitoring. Berikut ini dijelaskan
persyaratan pengelolaan laboratorium pengujian yaitu persyaratan
manajemen dan persyaratan
teknis
Sistem pengelolaan laboratorium pengujian mengacu pada standar
internasional ISO/IEC 17025 atau versi terbarunya ISO/IEC
17025:2017 yang merupakan standar yang merupakan standar
persyaratan umum untuk laboratorium pengujian dan kalibrasi.
Ruang lingkup standar ini diantaranya mencakup pengujian
dengan metode baku, metode tidak baku, dan metode yang
dikembangkan oleh laboratorium sendiri. Pengelolaan
laboratorium perlu diarahkan dan dikendalikan secara sistematis
dan transparan untuk menghasil penjaminan mutu data analisis
yang valid. Komponen-komponen laboratorium pengujian meliputi
: personil, alat-alat dan bahan termasuk sistem administrasinya,
sarana dan prasaran termasuk sistem pemeliharannya, metode
pengujian, sistem dokumen mutu, pengendalian kondisi
lingkungan analisis, dan system monitoring. Susunan dokumen
mutu laboratorium pengujian mengacu pada ISO/IEC 17025
mengikuti hirarki level dokumen: Panduan Mutu, Prosedur Mutu,
Instruksi Kerja, Form dan rekaman. Manajemen laboratorium
pengujian dan kalibrasi yang baik semestinya menerapkan konsep-
konsep GLP (Good Laboratory Practices) yang meliputi:
• perencanaan dan pelaksanaan yang benar (Good Planning and
execution)
• praktek pengambilan sampel yang baik (Good Sampling
Practice)
• praktek melakukan analisa yang baik (Good Analytical Practice)
• praktek melakukan pengukuran yang baik (Good Measurement
Practice)
• praktek mendokumentasikan hasil
pengujian/data yang baik (Good Dokumentation Practice)
• praktek menjaga akomodasi dan lingkungan kerja yang baik
(Good Housekeeping Practice), yang dianalogikan dengan
penjaminan mutu.

Sistem administrasi untuk dokumen, peralatan dan bahan akan


lebih mudah difahami dan mudah dikontrol melalui penggunaan
teknologi informasi.
Oleh karena itu, secara garis besar dapat dipahami bahwa,
komponen-komponen laboratorium pengujian akan meliputi :
personil, alat-alat dan bahan termasuk sistem administrasinya,
sarana dan prasaran termasuk system pemeliharannya, metode
pengujian, sistem dokumen mutu, pengendalian kondisi
lingkungan analisis, dan sistem monitoring. Berikut ini dijelaskan
persyaratan pengelolaan laboratorium pengujian yaitu persyaratan
manajemen dan persyaratan teknis.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA( K3)

Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) disebut juga Hygene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) atau Occupational
Safety and Health, yaitu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya penyakit dan kecelakaan
akibat kerja yang terkait dengan proses produksi baik jasa maupun
industri. Kesehatan kerja menggambarkan suatu kondisi fisik,
mental dan sosial seseorang yang bebas dari penyakit atau
gangguan kesehatan dan memiliki kemampuan berinteraksi
dengan lingkungan dan pekerjaannya.
Perhatian utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah
pencegahan timbulnya penyakit dan pemeliharaan kesehatan
seoptimal mungkin. Menurut Blum (1981) ada empat faktor yang
menentukan kondisi kesehatan yaitu:
• Lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologis, dan
lingkungan sosial budaya.
• Sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.
• Perawatan, pengobatan, dan pencegahan kecacatan.
• Faktor bawaan setiap manusia (genetik).

Ridley (2008), mengemukakan beberapa faktor dan penyebab


timbulnya kecelakaan kerja yaitu:
a. Situasi kerja
b. Kesalahan orang
❖ Minimnya pengetahuan dan keterampilan
❖ Masalah fisik atau mental
❖ Salah penempatan atau motivasi kerja kurang
❖ Perhatian yang kurang
c. Tindakan tidak aman
❖ Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui
❖ Mengambil jalan pintas.
❖ Tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja selama
bekerja
❖ Bekerja dengan kecepatan berbahaya

Oleh karena itu pemahaman K3 sangat penting diberikan, selain


itu tujuan diberikannya K3 adalah untuk:
• Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.
• Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat
kerja tersebut. • Memelihara sumber produksi agar dapat
digunakan secara aman dan efisien.
K3 dapat memiki fungsi kesehatan dan fungsi keselamatan a.
Fungsi dari kesehatan kerja sebagai dapat meliputi:
1) Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari
bahaya kesehatan di tempat kerja.
2) Memberikan saran terhadap perencanaan dan
pengorganisasian dan praktik kerja termasuk desain tempat
kerja.
3) Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang
kesehatan kerja dan APD.
4) Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.
5) Terlibat dalam proses rehabilitasi.
6) Mengelola P3K dan tindakan darurat.
b. Fungsi dari keselamatan kerja seperti berikut.
1) Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik
berbahaya.
2) Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan
program.
3) Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya
dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian
bahaya.
4) Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan
program pengendalian bahaya.

Prinsip-Prinsip Pencegahan Kecelakaan


Potensi bahaya dikelompokkan dalam beberapa kategori
berdasarkan sumbernya yaitu:
• Fisik, seperti kebisingan, radiasi, dan pengangkatan manual
• Mekanik, seperti part yang bergerak dan yang berotasi
• Elektrikal, seperti voltase dan area magnetik.
• Kimia, seperti bahan kimia mudah terbakar, beracun, dan
korosif.
• Biologis, seperti terkena virus dan bakteri.
Proses identifikasi bahaya diawali dari penentuan teknik
identifikasi yang dinilai akan memberikan informasi yang
dibutuhkan. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain:
a. Survei keselamatan kerja
b. Patroli keselamatan kerja
c. Pengambilan sampel keselamatan kerja
d. Audit keselamatan kerja
e. Pemeriksaan lingkungan
f. Laporan kecelakaan
g. Laporan kecelakaan yang nyaris terjadi
h. Saran maupun kritik dari para

Penanganan Kebakaran
Pemadam kebakaran adalah petugas untuk menanggulangi
kebakaran.
Terdapat 3 cara untuk mengatasi/memadamkan kebakaran
seperti berikut: • Cara penguraian yaitu cara memadamkan
dengan memisahkan atau menjauhkan bahan/benda-benda
yang mudah terbakar. • Cara pendinginan yaitu cara
memadamkan kebakaran dengan menurunkan panas atau
suhu. Bahan airlah yang paling dominan digunakan dalam
menurunkan panas dengan cara menyemprotkan atau
menyiramkan air ke titik api. • Cara isolasi/lokalisasi yaitu cara
memadamkan kebakaran dengan mengurangi
kadar/persentase O2 pada benda-benda yang terbakar.
a. Bahan Pemadam Kebakaran Bahan Pemadam kebakaran
yang banyak dijumpai dan dipakai saat ini antara lain:
1) Bahan pemadam air
Pada saat ini bahan pemadam kebakaran air banyak digunakan
dengan sistem/bentuk kabut (fog) karena mempunyai beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan pancaran air seperti
berikut ini.
▪ Mempunyai kemampuan menyerap panas (pendinginan) lebih
besar, 1 liter air yang dipancarkan dapat menyerap panas 30
kcal, sedangkan bila dikabutkan 1 liter air dapat menjadi uap
sebanyak 1600 lt dan akan menyerap panas sampai 300 kcal.
▪ Penyemprotan nozzle lebih mudah dikendalikan, dengan
mengatur nozzle pancaran dapat dikendalikan bahkan sistem
kabut (fog).
▪ Menghasilkan udara segar.
▪ Dapat digunakan pada kebakaran minyak (zat cair).
2) Bahan pemadam busa (foam) Bahan pemadam busa efektif
untuk memadamkan kebakaran kelas B (minyak, solar, dan
cairnya), untuk memadamkan kebakaran benda padat (Kelas A)
kurang baik. Seperti diketahui bahwa pemadam kebakaran
dengan bahan busa adalah dengan cara isolasi yaitu mencegah
masuknya udara dalam proses kebakaran (api), dengan
menutup/menyelimuti permukaan benda yang terbakar
sehingga api tidak mengalir. Menurut proses pembuatannya
terdapat dua jenis busa seperti berikut.
▪ Busa kimia (Chemis).
▪ Busa mekanis. Busa kurang sesuai untuk disemprotkan pada
permukaan cairan yang mudah bercampur dengan air (alkohol,
spirtus) karena busa mudah larut dalam air.
3) Bahan pemadam gas CO2 Bahan pemadam kebakaran CO2
atau karbon dioksida berupa gas dan dapat digunakan untuk
memadamkan segala jenis kebakaran terutama kelas C.
4) Bahan pemadam powder kering (Dry chemical) Dry chemical
dapat digunakan untuk semua jenis kebakaran, tidak
berbahaya bagi manusia/binatang karena tidak beracun. Bahan
dry chemical disebut sebagai bahan pemadam kebakaran yang
berfungsi ganda (multi purpose extinguisher).
▪ Tidak menghantar listrik, powder berfungsi mengikat oksigen
(isolasi) dan juga dapat mengikat gas-gas lain yang
membahayakan.
▪ Dapat menurunkan suhu, mudah dibersihkan, dan tidak
merusak alat-alat.
5) Bahan pemadam Gas Halogen (BCF) Alat Pemadam Api
Ringan jenis Halon 1211 (BCF/ Carbon, Flourine, Chlorine,
Bromide) ditunjukkan pada Gambar 2.4. Halon 1211 (BCF)
biasanya dipasang di dinding-dinding kantor dalam bentuk Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) dan efektif digunakan pada
ruangan, karena dalam pemadaman kebakaran bersifat
mengisolir oksigen, di samping itu gas halon sangat baik karena
tidak bersifat merusak dan bersih.
Jenis Penyebab Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi bila terdapat 3 hal sebagai berikut.
1) Terdapat bahan yang mudah terbakar baik berupa bahan
padat cair atau gas (kayu, kertas, tekstil, bensin, minyak,
acetelin, dan lain-lain).
2) Terdapat suhu yang tinggi yang disebabkan oleh sumber
panas seperti sinar matahari, listrik (kortsluiting, panas energi
mekanik (gesekan), reaksi kimia, kompresi udara.
3) Terdapat Oksigen (O2) yang cukup kandungannya. Makin
besar kandungan oksigen dalam udara maka nyala api akan
semakin besar. Pada kandungan oksigen kurang dari 12% tidak
akan terjadi kebakaran. Dalam keadaan normal kandungan
oksigen di udara 21%, cukup efektif untuk terjadinya
kebakaran.

Bila tiga unsur tersebut cukup tersedia maka kebakaran terjadi.


Apabila salah satu dari 3 unsur tersebut tidak tersedia dalam
jumlah yang cukup maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Tiga
unsur tersebut digambarkan the fire triangle dalam Gambar 2.5.
Jadi, api dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu
a) dengan menurunkan suhunya di bawah suhu kebakaran,
b) menghilangkan zat asam,
c) menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar.

Pengelompokan Kebakaran
Pengelompokan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2,
ayat 1 mengklasifikasikan kebakaran menjadi 4 yaitu kategori
A, B, C, D, sedangkan National Fire Protection Association
(NFPA) menetapkan 5 kategori jenis penyebab kebakaran yaitu
kelas A, B, C, D, dan K. Bahkan beberapa negara menetapkan
tambahan klasifikasi dengan kelas E. Klasifikasi kebakaran
sebagai berikut.
1) Kebakaran Kelas A
Kebakaran kelas A adalah kebakaran yang menyangkut benda-
benda padat kecuali logam. Contoh: Kebakaran kayu, kertas,
kain, plastik, dan sebagainya. Alat/media pemadam yang tepat
untuk memadamkan kebakaran kelas ini adalah dengan: pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa), dan air.
2) Kebakaran Kelas B
Kebakaran kelas B adalah kebakaran bahan bakar cair atau gas
yang mudah terbakar.
Contoh: kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak
goreng. Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada
kebakaran tersebut adalah tepung pemadam (dry powder), busa
(foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
3) Kebakaran Kelas C Kebakaran kelas C adalah kebakaran
instalasi listrik bertegangan. Seperti breaker listrik dan alat
rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik. Alat Pemadam
yang dipergunakan adalah: Carbondioxyda (CO2), tepung kering
(drychemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan
media air.
4) Kebakaran Kelas D Kebakaran kelas D adalah kebakaran
pada benda-benda logam padat seperti: magnesium,
alumunium, natrium, kalium, dan sebagainya. Alat pemadam
yang dipergunakan adalah: pasir halus dan kering, dry powder
khusus.
5) Kebakaran kelas E Kebakaran kelas E adalah kebakaran yang
disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada peralatan
elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk
memadamkan kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan
tepung kimia kering (dry powder), akan tetapi memiliki risiko
kerusakan peralatan elektronik, karena dry powder mempunyai
sifat lengket. Lebih cocok menggunakan pemadam api berbahan
clean agent. Penting untuk mengetahui pengelompokan
kebakaran ini agar kita dapat menentukan alat pemadam api
apa yang digunakan. Bila pemadam api yang kita gunakan salah
maka upaya pemadaman api akan mengalami kegagalan.
Contoh: Kebakaran kelas C (listrik) jangan dipadamkan dengan
alat pemadam jenis cair seperti air/busa maka si pemadam itu
sendiri akan terkena aliran listrik, karena air/busa adalah
penghantar listrik yang baik.
6) Kebakaran Kelas K
Kebakaran kelas K adalah kebakaran yang disebabkan oleh
bahan akibat konsentrasi lemak yang tinggi. Kebakaran jenis ini
banyak terjadi di dapur. Api yang timbul di dapur dapat
dikategorikan pada api Kelas B.

Cara Pencegahan Kebakaran


Berikut ini adalah cara pencegahan kebakaran yaitu
1) Pengendalian bahan yang dapat terbakar
2) Pengendalian titik nyala
Berikut ini adalah beberapa cara pengendalian titik nyala api
antara lain: a) Jangan menggunakan steker berlebihan. b)
Sambungan kabel harus sempurna. c) Jangan mengisi minyak
pada waktu kompor menyala. d) Sumbu kompor jangan ada
yang kosong. e) Jangan meninggalkan kompor yang menyala. f)
Hati-hati menaruh lilin dan obat nyamuk.

Alat Pelindung Diri (APD) dan Keselamatan Bahan (MSDS)


APD merupakan perlengkapan yang dimaksudkan untuk
dipakai atau dipegang oleh seseorang di tempat kerja yang dapat
melindunginya dari risiko terhadap keselamatan dan
kesehatannya

Keselamatan Bahan (MSDS)


Infomasi keselamatan bahan, Anda dapat lihat pada label yang
terdapat pada bahan kimia tersebut. Pada kemasan bahan
kimia memberikan informasi penting mengenai identitas bahan
yaitu: simbol, resiko, peringatan bahaya, alamat, nomor telepon
pembuatnya. Pada umumnya MSDS digunakan sebagai acuan
atau protokol kesehatan dan keselamatan kerja yang
diaplikasikan secara luas di dalam laboratorium, perindustrian,
jasa pengiriman/logistik serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan, dimana kegiatan sehari-harinya bekerja
dengan menggunakan zat kimia.
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
Laboratorium merupakan tempat kerja yang memiliki potensi
bahaya bagi seluruh sumber daya yang ada di dalamnya.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diterapkan di tempat
kerja maupun di laboratorium untuk memenuhi kebutuhan
operasional laboratorium menuju produktivitas dan efisiensi dalam
meningkatkan daya saing laboratorium. K3 Laboratorium memiliki
standar internasional sendiri yaitu ISO 45001.

Sistem pengelolaan laboratorium pengujian (SML) harus


mengaplikasikan konsep SMK3, agar diperoleh penjaminan pada
aspek kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium. K3
bertujuan melindungi sumber daya laboratorium termasuk
manusia, peralatan, dan lingkungan kerja serta mencegah
kerugian yang lebih banyak. Penerapan K3 semestinya dipahami
oleh seluruh personil yang terlibat di laboratorium pengujian.
Pemahaman terhadap MSDS dan penggunaan alat pelindung diri
dapat meminilisir terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium.
Penerapan SMK3 dapat menciptakan suatu sistem keselamatan
dan Kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif.

Manfaat dari penerapan SMK3 seperti berikut ini.


▪ Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja ▪
Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan
kerja. ▪ Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif
karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.
▪ Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
▪ Menciptakan hubungan yang harmonis bagi pekerja dan
perusahaan. ▪ Perawatan terhadap mesin dan peralatan
semakin baik sehingga membuat umur semakin lama dan tahan
lama.

Kebijakan SMK3
Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus
dan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan
disebarluaskan kepada semua tenaga kerja dan pemasok
pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau
ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3.
Pengusaha/pengurus tempat kerja harus menetapkan
kebijakan K3 serta menunjukkan komitmennya terhadap K3
dengan cara berikut ini.
1) Mewujudkan organisasi K3.
2) Menyediakan anggaran.
3) Menyediakan tenaga kerja di bidang K3.
4) Melakukan koordinasi terhadap perencanaan K3.
5) Melakukan penilaian kerja.
6) Melakukan tindak lanjut pelaksanaan K3.

STATISTIKA, TEKNIK SAMPLING, DAN VALIDASI METODE

Analisis statistik biasanya digunakan untuk mengadakan prediksi


terhadap suatu data dari harga sesungguhnya. Pengujian data dari
replikasi pengukuran dapat ditentukan dengan mengkaji sebaran
data terhadap nilai sebenarnya. Uji signifikansi (uji t) atau uji
variabilitas (Uji F) dapat dilakukan bila data berasal dari dua retata
hasil pengukuran. Riset kimia seringkali digunakan faktor-faktor
yang dikendalikan, sehingga kemungkina akan terdapat lebih dari
dua kumpulan data, maka uji hipotesis dilakukan dengan ANOVA
(analisis sidik ragam).
Kegiatan pengambilan sampel (sampling) sangat menentukan
proses pengujian/pengukuran yang dilakukan di laboratorium. Hal
krusial yang muncul dari kegiatan sampling adalah bagaimana
cara merepresentasikan populasi yang demikian kompleks
kedalam ukuran-ukuran yang bisa dikelola dengan baik.
Proses sampling membutuhkan personil kompeten yang mampu
melakukan sampling dan preparasi sampel dengan baik. Validasi
metode analisis adalah proses pembuktian bahwa suatu pekerjaan
atau aktivitas pengukuran atau prosedur analisis kimia
memberikan hasil yang mampu telusur ke sistem satuan
internasional. Validasi metode sangat diperlukan karena beberapa
alasan yaitu validasi metode merupakan elemen penting dari
kontrol kualitas, validasi membantu memberikan jaminan bahwa
pengukuran akan dapat diandalkan.
Analisis peluang usaha adalah analisis suatu ide investasi atau
usulan bisnis yang menarik serta memberi kemungkinan untuk
memberikan hasil bagi seseorang yang berani mengambil resiko.
Analisis peluang usaha sangat berguna dalam menyusun strategi
perusahaan, penjualan, hingga ide bisnis baru. Dalam setiap bisnis
pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan merupakan
awal dari segala hal yang berjalan. Tanpa adanya perencanaan,
jarang sekali sebuah rencana bisa berjalan dengan baik tanpa
memperhatikan aspek aspek perencanaan usaha dengan baik.
Pengujian produk atau pengujian konsep produk merupakan suatu
kegiatan yang ada di dalam salah satu tahap pengembangan
produk. Sebelum diproduksi dan di pasarkan, produk baru lebih
dahulu diuji untuk mendapatkan umpan balik dari kelompok
konsumen yang menjadi sasaran.
Strategi pemasaran adalah upaya memasarkan suatu produk, baik
itu barang atau jasa, dengan menggunakan pola rencana dan
taktik tertentu sehingga jumlah penjualan menjadi lebih tinggi.
Manajemen usaha/ manajemen adalah sebuah proses dalam
rangka untuk mencapai tujuan suatu organisasi dengan cara
bekerjasama bersama orang-orang dan sumber daya yang dimikiki
oleh organisasi. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses
pencatatan transaksi keuangan suatu perusahaan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tersebut pada satu
periode akuntansi dan merupakan gambaran umum mengenai
kinerja suatu perusahaan.
2 Daftar 1. Mengidentifikasi konsep esensial pengelolaan laboratorium
materi yang pengujian mengacu ISO/IEC 17025 dan penjaminan mutu
sulit hasil analisis
2. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
dipahami di
3. penanganan Kebakaran
modul ini 4. melakukan uji hipotesis (ANOVA) terhadap pengaruh faktor
yang dikendalikan
5. mengevaluasi hasil validasi metode uji
6. tahapan produksi & produksi massal
7. pemasaran & strateginya serta manajemen usaha.
3 Daftar 1. Konsep GLP dalam pengelolaan laboratorium pengujian
materi yang 2. penanganan dan tindakan pertolongan kecelakaan kerja
sering 3. teknik sampling yang benar sesuai prosedur
4. laporan keuangan.
mengalami
miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai