PENDAHULUAN
Nasution (2005) dalam standar kualitas harus ada bahan baku, proses
produksi dan produk jadi. Oleh karena itu, kegiatan pengendalian kualitas tersebut
dapat dilakukan mulai dari bahan baku, selama proses produksi berlangsung
sampai produk akhir dan disesuaikan dengan standar yang ditetapkan.
1
Shigeru Mizuno (1994) bahwa pengendalian kualitas merupakan
perencanaan dan pelaksanaan yang paling ekonomis untuk membuat sebuah
barang yang akan bermanfaat dan memuaskan keinginan konsumen secara
maksimal. Pengendalian kualitas juga merupakan suatu kegiatan yang sangat
perlu dilakukan oleh setiap kegiatan usaha, karena fungsi pengendalian kualitas
memegang peranan penting bagi perusahaan dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan yang telah direncanakan.
2
Tabel 1.1
Pengelompokan Tekstur Tahu Pada Pabrik Tahu AB
3
metode yang digunakan untuk mengukur kerusakan produk adalah Statical
Process Control (SPC). Pengendalian kualitas dengan metode ini
mengidentifikasikan jenis-jenis kerusakan atau kecacatan produk tahu.
4
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah antara lain:
b. Manfaat
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah antara lain:
1. Bagi Peneliti
5
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan digunakan untuk memudahkan pembahasan,
penulisan ini terdiri atas enam bab yang berisikan tentang langkah-langkah yaitu
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi analasis dari hsil data yang sudah diperolah
dari bab sebelumnya, selanjutnya dengan membahas tetang
hasil yang diperoleh.
6
BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Kualitas
Kuallitas merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
pemilihan produk bagi pelanggan. Kepuasan pelanggan akan tercapai
apabila kualitas produk yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
Berikut ini beberapa penjabaran mengenai pengertian kualitas:
Definisi kualitas menurut para ahli (Munjiati M, 2015)
a. Deming (1992) mendifinisikan kualitas sebagai perbaikan terus
menerus. Ia mendasarkan pada peralatan tatistik, dengan proses
bottom-up. Deming (1992) tidak memasukan biaya
ketidakpuasan pelanggan, karena menurutnya biaya ini tidak
dapat diukur. Strategi Deming adalah dengan melihat proses
untuk mengurangi variasi dimana perbaikan kualitas akan
mengurangi biaya. Ia memiliki kepercayaan yang tinggi pada
pemberdayaan pekerja untuk memecahkan masalah, memberikan
kepada menejemen peralatan yang tepat.
b. Menurut Juran dalam Schonberger dan Knod (1997), kualitas
adalah fitness for use / kesesuaian penggunaan. Beberapa alat
yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah adalah statical
process control (SPC). Ia berorientasi untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.Juran memperkenalkan quality trilogy yang
terdiri dari :
8
proses ini pelenggan diidentifikasikan dan produk yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan dikembangkan.
d. Mengukur kinerja
e. Evaluasi dengan membandingkan antra kinerja sebenarnya
dengan standar kinerja.
3. Quality Improvement/perbaikan kualitas, untuk mencapai
tingkat kenerja yang lebih tinggi.
9
e. Kotler (1997) mendifinisikan kualitas sebagai keseluruhan ciri
dan karakteristik produk atau jasa yang mendukung untuk
memuaskan kebutuhan.
10
f. Serviceability adalah kemampuan suatu produk untuk diperbaiki,
misalkan jika ada suku cadang kendaraan bermotor yang rusak,
dapat diperbaiki ataupun diganti dengan suku cadang yang baru
dengan mudah, sehingga kendaraan bermotor terssebut segera
dapat digunakan Kembali.
11
a. Produk akhir mempunyai spesifikasi sesuai dengan standar mutu atau
kualitas yang telah ditetapkan.
b. Agar biaya desain produk, biaya inspeksi dan biaya produksi dapat
berjalan secara efesien.
c. Prinsip pengendalian kualitas merupakan upaya untuk mencapai dan
meningkatkan proses dilakukan secara terus menerus untuk dianalisis
agar menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk
mengendalikan dan meningkatkan proses, sehingga proses tersebut
memiliki kemampuan (kapabilitas) untuk memenuhi spesifikasi produk
yang diinginkan oleh pelanggan.
12
hubungan yang positif dengan tercapainya produk yang berkualitas
meliputi:
1) Biaya pencegahan (prevention cost)
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk menvegah terjadinya
kerusakan produk yang dihasilkan.
13
berkesinambungan.
b. Melaksanakan Rencana (do)
Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai
dari skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan
kapasitas dan kemampuan dari setiap personil. Selama dalam
melaksanakan rencana harus dilakukan pengendalian, yaitu
mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan dengan sebaik
mungkin agar sasaran dapat tercapai.
c. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check)
Memeriksa atau meneliti merujluk pada penetapan apakah
pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan
memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Membandingkan
kualitas hasil produksi dengan standar yang telah ditetapkan,
berdasrkan
penelitian diperoleh data kegagalan dan kemudian ditelaah penyebab
kegagalannya.
d. Melakukan Tindakan penyesuaian bila diperlukan (action)
Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil
analisis memeriksa hasil yang dicapai. Penyesuaian berkaitan dengan
standarisasi prosedur baru guna menghindari timbulnya kembali
masalah yang sma atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan
berikutnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian kualitas, GKM (Gugus
Kendali Mutu) melakukan perbaikan berkesinambungan dengan melakukan
delapan Langkah yang sering digunakan dalam analisis dan solusi masalah
mutu/kualitas, delapan langkah tersebut adalah:
a. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas.
Langkah awal dalam peningkatan kualitas adalah bahwa menejamen
harus secara jelas memahami kebutuhan untuk peningkatan kualitas.
Manajemen harus secara sadar memiliki alasan-alasan untuk
peningkatan kualitas meupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar.
14
Tanpa memahami kebutuhan untuk peningkatan kualitas, peningkatan
kualitas tidak akan pernah efektif dan berhasil. Peningkatan kualitas
dapat dimulai dari mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi atau
kesempatan peningkatan apa yang mungkin dapat dilakukan.
Identifikasi masalah dapat dimulai dengan mengajukan beberapa
pertanyaan dengan menggunakan alat-alat bantu dalam peningkatan
kualitas seperti, check sheet, diagram pareto.
b. Menyatakan masalah kualitas yang ada
Masalah-masalah utama yang telah dipilih dalam langkah pertama perlu
dinyatakan dalam suatu pernyataan yang spesifik. Apabila berkaitan
dengan masalah kualitas, masalah itu harus dirumusksn dalam bentuk
informasi-informasi spesifik yang jelas, tegas dan dapat diukur serta
diharapkan dapat dihindari pernyataan masalah yang tidak jelas dan
tidak dapat diukur.
c. Mengevaluasi penyebab utama
Penyebab utama dapat dievaluasi menggunakan diagrm sebab akibat.
Dari berbagai faktor penyebab yang ada, kita dapat mengurutkan
penyebab-penyebab dengan menggunkan diagram pareto brdasrkan
dampak dari penyebab terdap kinerja produk, proses, atau system
manajemen mutu secara keseluruhan.
d. Merencanakan solusi atas masalah
Diharapkan rencana penyelesaian masalah berfokus pada Tindakan-
tindakan untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah yang ada
diisi dalam suatu formular daftar rencana tindakan.
e. Melaksanakan perbaikan
Implementasi rencana solusi terhadap masalah mengikuti daftar rencana
tindakan pengendalian kualitas. Dalam tahap pelaksanaan ini sangat
dibutuhkan komitmen manajemen dan karyawan serta partisipasi total
untuk secara bersama-sama menghilangkan akar penyebab dari masalah
kualitas yang telah teridentifikasi.
f. Meneliti hasil perbaikan
15
Setelah melaksanakan peningkatan kualitas perlu dilakukan studi dan
evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap pelaksanaan
untuk mengetahui apakah masalah yang ada telah hilang atau
berkurang. Analisis terhadap hasil-hasil temuan selama tahap
pelaksanaan dan memberikan tambahan informasi bagi pembuat
keputusan dan perencanaan peningkatan berikutnya.
g. Menstandarisasikan solusi terhadap masalah
Hasil-hasil yang memuaskan dari tindakan pengendalian kualitas harus
distandarisasikan, dan selanjutnya melakukan peningkatan terus
menerus pada jenis masalah yang lain. Standarisasi dimaksudkan untuk
mencegah masalah yang sama terulang kembali.
h. Memecahkan masalah selanjutnya
Setelah selesai masalah pertama selanjutnya beralih membahas masalah
selanjutnya yang belum terpecahkan (jika ada).
16
a. Control Chart (Peta Kendali)
Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk
memonitor dan mengavaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam
pengendalian kualitas secara statistik atau tidak sehingga memecahkan
masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukan
adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukan
penyebab penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada
peta kendali.
Manfaat dari peta kendali:
1) Memberikan informasi suatu proses prroduksi masih berada di
dalam batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali.
2) Memantau proses produksi secara terus menerus agar tetap stabil.
3) Menentukan kemampuan proses (capability process)
4) Mengevaluasi performance pelaksanaan dan kebijaksanaan
pelaksanaan proses produksi.
5) Membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk
sebelum dipasarkan.
Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya
penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali yaitu:
1) Upper Control Limit/batas kendali atas (UCL)
2) Merupakan garis batas untuk suatu penyimpangan yang masih
diijinkan.
3) Centre Line/garis pusat atau garis tengah (CL)
4) Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan
5) Lower Control Line/batas kendali bawah (LCL)
6) Merupakan garis batas untuk suatu penyimpangan dan karakteristik
sampel.
b) Diagram Pareto
Diagram Pareto pertama kali dibuat berdasarkan karya Pareto dan
dipopulerkan oleh Juran dengan menyatakan 80% permasalahan
17
perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang 20% saja. Diagram
Pareto adalah grafik belok dan grafik baris yang menggambarkan
perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan, dengan
memakai diagram pareto, dapat dilihat masalah mana yang dominan
sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah ultama untuk
peningkatan kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil.
c) Histogram
Menurut Bonds (dalam Nasution 2015:136) Histogram adalah alat
untuk menunjukan variasi data pengukuran, seperti berat badan
sekelompok orang, tebal plat besi, dan sebagainya. Seperti halnya dengan
pareto chart, histlogram berbentuk bar graph yang menunjukan distribusi
frekuensi. Tetapi, histogram berbeda dengan pareto chart karena bar
graph tidak Digambar menurun dari kiri ke kanan. Histogram menunjukan
18
data pengukuran, seperti berat, temperatur, tinggi dan sebagainya. Dengan
cara demikian, histogram dapat digunakan untuk menunjukan variasi
setiap proses (Nasution 2015:136).
Histlogram adalah diagram batang yang menunjukan tabulasi dari data
yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal
sebagai distribusi frekuensi. Histogram menunjukan karakteristik-
karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Pada
histogram frekuensi sumbu x menunjukian nilai pengamatan dari tiap
kelas. Histogram dalam bentuk “normal” atau bentuk lonceng yang
menunjukanbahwa banyak data yang berada dalam rata-rata. Bentuk
histogram yang miring atau tidak simetris menunjukan banyak data yang
tidak berda dalam nilai rata-ratanya, tetapi nilainya berada dalam batas
atas atau batas bawah (Prihantoro 2018)
19
2. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang brtujuan untuk
memperbaiki peningkatan kualitas.
3. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
4. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut
5. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuian
produk dengan keluhan konsumen.
6. Menentukan standarisasi dan operasi yang sedang berjalan atau
yang akan dilaksanakan.
7. Sarana pengambilan keputusan dalam menentukan pelatihan tenaga
kerja.
8. Merencanakan tindakan perbaikan.
20
didefinilsikan sebagai resiko dari jumlah unit-unit yang tidak sesuai.
P-Chart merupakan cara utama untuk mengendalikan atribut.
Meskipun atribut ada yang baik atau buruk mengikuti distribusi
binominal, distribusi normal dapat digunakan untuk menghitung batas
grafik p ketika ukuran sampelnya besar. Sementara c-chart yang
berarti “count” atau hitung cacat, ini bermaksud bahwa c-chart dibuat
berdasarkan pada banyaknya titik cacat dalam suatu item dengan
menghitung semua kerusakan pada item sampel.
Gambar 2.1 Alat bantu pengendali mutu
21
BAB III
METODE PENELITIAN
22
panduan pengamatan, panduan observasi (check sheet).
23
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar pada objek
yang mendukung penelitian, mencatat informasi yang diperoleh dari
PT AB dan dokumen lainnya.
24
untuk membuat diagram sebab akibatadalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah serta dibuat sebagai pengaruh tulang
punggung.
b. Mengidentifikasi kategori-kategori penyebab umum yang
mungkin terjadi.
c. Selanjutnya menambah cabang-cabang atau tulang-tulang
pendukung kepada diagram yang menunjukan penyebab
khusus.
25
Frekuensi Frekuensi Persentase Persentase
No Jenis Cacat (batang) Komuklatif (%) Komulatif
(batang) (%)
1. Pecah
2. Tahu Tipis
3. Pori-Pori Besar
Jumlah 100%
3.4.3 Histogram
Langkah-langkah dalam membuat histogram adalah sebagai
berikut:
1. Mengumpulkan Data
Merupakan fase yang sangat penting dalam membuat
histogram. Histogram dibuat dari data yang dihasilkan melalui
cara pengambilan sampel dan dapat memenuhi perwakilan dari
populasi.
2. Mengolah Data
Agar histogram dapat memberikan gambar yang akurat tentang
kondisi hasil produk/layanan, khususnya dalam menentukan
besaran nilai tengah (standar) maka pengolahan data menjadi
hal yang tidak kalah pentingnya dengan fase pengumpulan data.
26
Histogram juga menjadi penting mengingat dapat menvisualkan
seberapa banyak kelas-kelas data yang akan menggambarkan
penyebaran data yang terkumpul.
27
3.4.4 Peta Kendali ( P Chart)
Peta Control-p digunakan untuk mengukur porsiaksesuaian
(penyimpangan atau cacat) dari item-item dalam kelompok yang sedang
diperiksa. Dengan demikian peta kontrol p digunakan untuk
mengendalikan proporsi dari yang cacat yang dihasilkan dalam suatu
proses.
Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya
penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali:
a. Upper Control Limit/batas kendali atas (UCL), merupakan
garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih
diizinkan.
b. Central Line/ garis pusat atau tengah (CL), merupakan garis
yang melambangakan tidak adanya penyimpangan dari
karakteristik sampel.
c. Lower Control Limit/ batas kendali bawah (LCL), merupakan
garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik
sampel.
Sumber: Faiz Al Fakhri, 2010
Data diambil dari beberapa proses pengolahan yang merupakan
piranti yang berpengaruh langsung dan dianalisis secara berurutan dengan
bagan kendali p untuk data atribut rusak.
Penggunaan bagan kendali pterhadap jumlah kerusakan adalah
sebagai berikut:
a. Menghitung nilai rata-rata produk yang rusak
np
p=
n
Keterangan:
np = jumlah produk rusak dalam subgroup
n = jumlah sampel
b. Menghitung nilai simpangan baku
S p= √ p ¿¿ ¿
28
Keterangan:
P = rata-rata kerusakan produk
n = jumlah sampel
c. Menghitung batas-batas control
1) CL = Central Line/garis pusat atau tengah
CL = p=
∑ np
∑n
Keterangan:
p = rata-rata kerusakan produk
S p=¿nilai simpangan baku
Sumber: Dauglas C. Montgomery, 2013
Membuat bagan kendali individual dengan cara memplotkan data
individual dan dilakukan pengamatan terhadap data tersebut.
3.5 Analisis
Berdasarkan pengujian dan analisis data penelitian maka dapat dibahas
analisis data dari metode pengolahan data diatas.
3.6 Penutup
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah penutup yang berisikan
kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.
29
3.7 Alur penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Survei Awal
Identifikasi masalah
Perumusan masalah
Tujuan Penelitian
Batasan Masalah
Pengumpulan Data
30
Pengolahan Data
Penutup
Selesai
31