PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik
kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan
sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak
tidur), kita selalu berfikir. Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita
berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir
secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya,
tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara
sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk
sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang
disebut kegiatan bernalar. Dapatlah dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya
penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh
kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau
tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif
dan deduktif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan
penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan
data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara
dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan
yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau tertulis. Dengan penalaran yang tepat,
hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi
karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap
pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak
tepat tidak masuk dalam karangan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan penalaran didalam karangan ?
2. Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif dan deduktif ?
3. Bagaimana mengaplikasikan penalaran dalam mengorganisasi karangan ?
4. Bagaimana kesalahan dalam bernalar dalam membuat karangan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran dalam karangan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran induktif dan
deduktif.
3. Untuk mengetahui cara pengaplikasian penalaran dalam pembuatan karangan.
4. Untuk mengetahui seperti apakah kesalahan dalam bernalar.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini diantaranya adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran dalam karangan.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran induktif dan deduktif.
3. Mengetahui cara pengaplikasian penalaran dalam pembuatan karangan.
4. Mengetahui seperti apakah kesalahan dalam bernalar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penalaran Karangan
2.1.1 Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis,
sistematis, terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan.
(2) Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3)
Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau
pengertian bare. (4) Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran
dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-
hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan
suatu simpulan. (5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Jadi, Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji
hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan
suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil
atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan
deduktif.
5. Analogi
Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih
objek yang berlainan.
Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:
1) Analogi sederhana
● Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut
penjelasan fakta secara mendalam.
● Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang
sudah diketahui.
Contoh: Gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.
2) Analogi yang berupa kiasan
● Sulit dipahami karena bersifat subjektif.
● Mencari persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh: Daya pikir mahasiswa itu tajam.
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
1) Analogi deklaratif
● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya
dengan objek yang sudah dikenal.
● Tidak menghasilkan simpulan.
● Tidak memberikan pengetahuan baru.
● Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan, laksana,
seperti, bagai.
● se.... (kale keadaan, misalnya “seindah”).
Contoh:
Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan
Batara Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan
kirinya di meja, seperti militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di
hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan
seperti guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut
seperti bekicot disiram garam.
2) Analogi induktif
● Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
● Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang lain,
berdasarkan persamaan ciri.
● Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh:
Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University untuk
mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut
maka Saya dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih
terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba Saya mendengar teriakan, “ Halo
Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil bertanya, “ How do you
know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “ Mudah saja,
walaupun Anda tampak seperti orang philipin, jalan Anda persis orang Indonesia.
Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan Saya. Walaupun
tidak secepat orang Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar.
Orang berjalan santai berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya
harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.
6. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Misalnya, tembok ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan.1[3]
7. Ramalan dan Perkiraan
Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu
yang terjadi pada waktu yang akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas
ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan
yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah. Misalnya, sesuatu yang
bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil penalaran ilmiah,
perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau analisis ilmiah.
Kata-kata yang lazim digunakan dalam perkiraan:
→ memperkirakan/diperkirakan,
→ ditaksir,
→ sangat mungkin,
→ boleh jadi,
→ anggapan,
→ dapat diproyeksikan,
→ mungkin,
→ diduga akan.
8. Simpulan
Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis
dapat diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan,
implikasi, inferensi, atau tindakan.
a. Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore hari
ini tidak hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih
terlihat pada saat simpulan dibuat.
1
b. Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau
rujukan. Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami
kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada.
Simpulan tersebut didasarkan pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih
diamati sebagai argumentasi.
c. Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu
kajian. Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan
hampir bangkrut karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang.
Alternatif solusi, menjual perusahaan dengan harga murah atau meminjam
uang di bank untuk peremajaan mesin produksi.
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang
mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena
kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau
salah tulis misalnya. Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan,
disamping kesalahan yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang
kita persoalkan disini adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses
penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua jenis
kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang
merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses penalarannya yang
merupan kesalahan formal.
Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut
sebagai salah nalar.
Berikut ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu:
1. Generelisasi terlalu luas
Contoh : perekonomian Indonesia sangat berkembang
2. Analogi yang salah
Contoh : ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga
terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualya
dengan harga terjangkau.
Jenis Salah Nalar:
Deduksi yang salah: Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang
salah atau tidak memenuhi persyaratan.
Contoh:
Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak
seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil
menjadi salah.
Contoh:
Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia
Pancasilais sejati.
Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat
pecah.
Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan
pemilihan jawaban yang ada.
Contoh :
Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui
orang lain.
Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:
Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi
makam leluhurnya.
Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain.
Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik.
Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang
dengan tugas yang diembannya.
Contoh:
Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas
penyuluhannya memiliki enam orang anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-
hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau
simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan
deduktif.
2. Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan proses bernalar yang nantinya
akan menghasilkan suatu simpulan.
3. Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi
generalisasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat,
analogi, ramalan dan perkiraan, dan simpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan Achmad., 2010, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta : Akapres
Muawanah, Siti., 2012. Bahan Ajar Bahasa Indonesia Jurusan KPI, Bahsasa
Inggris, Bahasa Arab. Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri.