Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik
kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan
sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak
tidur), kita selalu berfikir. Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita
berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir
secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya,
tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara
sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk
sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang
disebut kegiatan bernalar. Dapatlah dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya
penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh
kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau
tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif
dan deduktif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan
penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan
data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara
dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan
yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau tertulis. Dengan penalaran yang tepat,
hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi
karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap
pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak
tepat tidak masuk dalam karangan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan penalaran didalam karangan ?
2. Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif dan deduktif ?
3. Bagaimana mengaplikasikan penalaran dalam mengorganisasi karangan ?
4. Bagaimana kesalahan dalam bernalar dalam membuat karangan ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran dalam karangan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran induktif dan
deduktif.
3. Untuk mengetahui cara pengaplikasian penalaran dalam pembuatan karangan.
4. Untuk mengetahui seperti apakah kesalahan dalam bernalar.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini diantaranya adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran dalam karangan.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran induktif dan deduktif.
3. Mengetahui cara pengaplikasian penalaran dalam pembuatan karangan.
4. Mengetahui seperti apakah kesalahan dalam bernalar.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penalaran Karangan
2.1.1 Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis,
sistematis, terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan.
(2) Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3)
Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau
pengertian bare. (4) Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran
dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-
hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan
suatu simpulan. (5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Jadi, Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji
hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan
suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil
atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan
deduktif.

2.1.2 Unsur Penalaran Karangan Ilmiah


Berikut ialah merupakan unsur penalaran karangan ilmiah, yaitu:
1. Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi
sekurang-kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi
yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau
kesalahannya.
3. Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a) Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak
cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b) Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian.
c) Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang
harus dipenuhi. Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
a) Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan
predikat. Misalnya: X akan menikahi Y.
b) Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai
kebenaran mutlak. Misalnya: Semua hewan akan mati.
c) Proposisi positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan
tersebut bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
d) Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal.
Misalnya: Tidak ada gajah tidak berbelalai.
e) Proposisi negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial.
Misalnya: Sebagian orang hidup menderita.
4. Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan
terarah menuju suatu kesimpulan.
5. Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6. Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur
proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7. Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi
analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu
terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
11. Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa
implikasi atau inferensi.

2.2 Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif


2.2.1 Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan
observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan
umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas
fakta yang bersifat khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri atas tiga
macam, yaitu: generalisasi, analogi, dan sebab akibat. Contoh: Seorang polisi lalu
lintas mengamati proses peristiwa di tempat kejadian perkara suatu kecelakaan
lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka, persimpangan Rawamangun Muka-
Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung Priuk yang terjadi tanggal 10 juli 2000 pukul
12.30. Sebuah sepeda motor dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil sehingga
pintu di bagian kiri rusak, penyok sedalam 10 cm, dan sepeda motor tergeletak di
dekat mobil yang ditabraknya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa pengendara
sepeda motor terkapar jatuh 1,5 meter di sebelah kiri sepeda motornya. Dalam
pengamatannya, melalui proses perhitungan waktu polisi menyatakan bahwa pada
saat mobil melintas dari arah Cililitan ke Rawamangun Muka lampu hijau
menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi menyatakan bahwa, dalam
keadaan lampu merah sepeda motor berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priuk
menabrak mobil yang sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun
Muka. Hasil pengamatan, pengendara sepeda motor terbukti bersalah.
Kesimpulan: (1) pengendara sepeda motor harus membiayai perbaikan mobil
yang ditabraknya. (2) membayar denda atas kesalahannya.
Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi penalaran (1) observasi data,
(2) menyusun estimasi (perkiraan data), (3) verifikasi analisis pembuktian, (4)
pembenaran / komparasi konstan (terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu
simpulan), (5) konfirmasi (penegasan dan pengesahan) melalui pengujian
hipotesis, (6) hash generalisasi / induksi, (7) konklusi (simpulan: penafsiran atas
hasil berupa implikasi atau inferensi).

2.2.2 Penalaran Deduktif


Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan
penyajian fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri
dengan simpulan khusus yang berupa prinsip. Karangan deduktif mempunyai
bermacam-macam jenis berdasarkan teknik pengembangannya maupun uraian
isinya.
Karangan kualitatif sering digunakan dalam pembahasan masalah-masalah
humaniora (sastra, kemanusiaan, cinta kasih, penderitaan, dan lain-lain). Namun,
kualifikasi produk yang bernilai ekonomi, seperti: keindahan pakaian, kecantikan,
keserasian, dan lain-lain dapat pula menggunakan jenis karangan ini.
Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan
penggunaan angka kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses tersebut
menguraikan:
1. Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian,
2. Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,
3. Kerangka teori: berisi pada pembahasan variabel,
4. Tujuan: tahap kegiatan yang hendak dicapai,
5. Rumusan hipotesis dan penjelasannya,
6. Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,
7. Desain penelitian (metode penelitiana): proses pengumpulan data,
pengolahan, hasil analisis data, sampai dengan simpulan,
8. Analisis data,
9. Hasil analisis, dan
10. Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil
Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian tersebut relatif rumit dan
sulit. Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana dan
mudah. Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan urutan peristiwa,
waktu, ruang, penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi sederhana, induksi
sederhana, dan sebagainya.

2.3 Pengaplikasian Penalaran dalam Penulisan Karangan


Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri
sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan
sebagainya. Karya ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas
permasalahan, pembahasan, dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-
hal yang berhubungan dengan fakta, generalisasi, spekifikasi, klasifikasi,
perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).
1. Generalisasi dan Spesifikasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian
besar gejala yang diamati. Di dalam pengambangan karangan, generalisasi perlu
ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya
yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus.
Ungkapan generalisasi:
● terbesar, ter ...
● paling besar,
● semua, setiap
● tidak pernah,
● pada umumnya,
● secara keseluruhan,
Ungkapan pendukung:
● cenderung,
● pada umumnya,
● sebagian besar,
● galibnya,
● selalu,
● dukungan kuantitatif (angka)
Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada
generalisasi yang berupa pendapat atau penilaian (value judgement). Fakta mudah
dibuktikan atau diuji. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut:
1) a. Kependudukan merupakan masalah pokok dunia.
b. Baginya masalah itu terlalu remeh.
2) a. Guru adalah tenaga kependidikan.
b. Sudah selayaknya guru disoroti oleh masyarakat.
Dengan segera dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan
fakta, sedangkan b mengemukakan penilaian/pendapat.
2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria
tertentu. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang
mengelompokkan objek menjadi dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dari
dua jenis yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi kompleks yang mengelompokkan
objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia manusia dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak usia sekolah
SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.
Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan karangan sejenis
generalisasi. Fakta mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi
biasa dan generalisasi klasifikasi.
Contoh :
1. Bahasa-bahasa di Madagaskar, Formosa, Filipina, dan Indonesia termasuk
rumpun bahasa Austronesia. (generalisasi klasifikasi)
2. Semua mahasiswa mampu berpikir mandiri. (generalisasi)
3. Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan ialah membahas kesamaan dan kemiripan. Sedangkan
pertentangan ialah membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat
berikut merupakan dikator perbandingan dan pertentangan.
→ Dahulu di gunung kidul air sangat langka, sekarang mudah didapat.
→ Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daaripada anak muda dahulu.
→ India adalah negara benua sedangkan Indonesia adalah negara maritim.
→ Perbedaan sistem liberal dan demokrasi Pancasila.
Kata-kata/ungkapan yang dipergunakan untuk menyatakan untuk
perbandingan dan pertentangan di antaranya:
● sama dengan,
● seperti,
● seperti halnya,
● menyerupai,
● hampir sama dengan,
● selaras dengan,
● sesuai dengan,
● tepat sama dengan,
● demikian juga,
● sama saja,
● serupa dengan,
● sejalan dengan
Untuk mempertentangkan:
● berbeda dengan,
● bertentangan dengan,
● berlawanan dengan,
● .... sedangkan ....,
● sebaliknya
● lain halnya dengan,
● kurang dari,
● tidak sama dengan,
● akan tetapi.
Suatu peristiwa dapat menyebabkan serangkaian akibat sehingga timbullah
serangkaian sebab-akibat. Berikut merupakan proses mengarang dengan penalaran
sebab-akibat:
1) Menentukan topik,
2) Menentukan pola,
3) Menentukan sebab,
4) Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,
5) Menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,
6) Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan.

5. Analogi
Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih
objek yang berlainan.
Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:
1) Analogi sederhana
● Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut
penjelasan fakta secara mendalam.
● Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang
sudah diketahui.
Contoh: Gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.
2) Analogi yang berupa kiasan
● Sulit dipahami karena bersifat subjektif.
● Mencari persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh: Daya pikir mahasiswa itu tajam.
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
1) Analogi deklaratif
● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya
dengan objek yang sudah dikenal.
● Tidak menghasilkan simpulan.
● Tidak memberikan pengetahuan baru.
● Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan, laksana,
seperti, bagai.
● se.... (kale keadaan, misalnya “seindah”).
Contoh:
Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan
Batara Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan
kirinya di meja, seperti militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di
hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan
seperti guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut
seperti bekicot disiram garam.

2) Analogi induktif
● Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
● Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang lain,
berdasarkan persamaan ciri.
● Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh:
Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University untuk
mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut
maka Saya dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih
terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba Saya mendengar teriakan, “ Halo
Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil bertanya, “ How do you
know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “ Mudah saja,
walaupun Anda tampak seperti orang philipin, jalan Anda persis orang Indonesia.
Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan Saya. Walaupun
tidak secepat orang Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar.
Orang berjalan santai berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya
harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.
6. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Misalnya, tembok ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan.1[3]
7. Ramalan dan Perkiraan
Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu
yang terjadi pada waktu yang akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas
ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan
yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah. Misalnya, sesuatu yang
bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil penalaran ilmiah,
perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau analisis ilmiah.
Kata-kata yang lazim digunakan dalam perkiraan:
→ memperkirakan/diperkirakan,
→ ditaksir,
→ sangat mungkin,
→ boleh jadi,
→ anggapan,
→ dapat diproyeksikan,
→ mungkin,
→ diduga akan.

8. Simpulan
Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis
dapat diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan,
implikasi, inferensi, atau tindakan.
a. Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore hari
ini tidak hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih
terlihat pada saat simpulan dibuat.
1
b. Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau
rujukan. Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami
kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada.
Simpulan tersebut didasarkan pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih
diamati sebagai argumentasi.
c. Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu
kajian. Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan
hampir bangkrut karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang.
Alternatif solusi, menjual perusahaan dengan harga murah atau meminjam
uang di bank untuk peremajaan mesin produksi.

2.4 Salah Nalar

Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang
mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena
kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau
salah tulis misalnya. Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan,
disamping kesalahan yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang
kita persoalkan disini adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses
penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua jenis
kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang
merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses penalarannya yang
merupan kesalahan formal.
Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut
sebagai salah nalar.
Berikut ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu:
1. Generelisasi terlalu luas
Contoh : perekonomian Indonesia sangat berkembang
2. Analogi yang salah
Contoh : ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga
terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualya
dengan harga terjangkau.
Jenis Salah Nalar:
Deduksi yang salah: Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang
salah atau tidak memenuhi persyaratan.
Contoh:
 Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
 Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak
seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil
menjadi salah.

Contoh:
 Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia
Pancasilais sejati.
 Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat
pecah.
Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan
pemilihan jawaban yang ada.
Contoh :
 Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui
orang lain.
Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:
 Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi
makam leluhurnya.
 Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain.
 Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik.
Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang
dengan tugas yang diembannya.
Contoh:
 Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas
penyuluhannya memiliki enam orang anak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-
hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau
simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan
deduktif.
2. Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan proses bernalar yang nantinya
akan menghasilkan suatu simpulan.
3. Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi
generalisasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat,
analogi, ramalan dan perkiraan, dan simpulan.

B. Kritik dan Saran


Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dan kami selaku pemateri,
mendapatkan manfaatnya. Dan apabila terdapat kekhilafan dan kekurangan
dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini lebih bermanfaat di
masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Alek dan Achmad., 2010, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta : Akapres

Muawanah, Siti., 2012. Bahan Ajar Bahasa Indonesia Jurusan KPI, Bahsasa
Inggris, Bahasa Arab. Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri.

Anda mungkin juga menyukai