Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam folat dapat ditemukan pada tumbuh-tumbuhan dan jaringan hewan, terutama
sebagai poliglutamat dalam bentuk metil atau formil tereduksi. Sumber utama asam folat
berasal dari sayuran hijau, hati, biji-bijian atau legum, kuning telur, gandum, susu, produk
fermentasi dan produk-produk sereal yang difortifikasi asam folat. Asam folat berperan sebagai
koenzim yang berperan dalam reaksi metabolisme asam amino dan nukleotida (Arcot, et al.,
2005). Asam folat merupakan vitamin larut air yang berperan sangat penting sebagai kofaktor
reaksi transfer karbon pada manusia. Asam folat terlibat dalam metabolisme asam nukleat dan
asam amino, sehingga hal tersebut sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sel
(LeBlanc, et al., 2010).
Studi terhadap asam folat banyak menarik perhatian peneliti terkait dengan defisiensi
asam folat yang dapat menyebabkan resiko penyakit jantung. Kondisi defisiensi asam folat
yang lain dapat menyebabkan anemia, secara umum banyak terjadi pada ibu hamil dan bayi
(Ginting, et al., 2003). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Wang, et al., (2012)
melaporkan bahwa semakin tinggi asupan asam folat pada diet secara signifikan akan
menurunkan resiko penyakit jantung koroner hingga 31%, peningkatan asupan asam folat dari
200 μg /hari akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner hingga 12%. Menurut
FAO/WHO (2002), the daily recommended intake (DRI) untuk asupan asam folat adalah 400
μg/hari untuk dewasa, bahkan akan lebih tinggi untuk ibu hamil.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui kontribusi kadar asam folat dan haemoglobin ibu hamil terhadap
pertumbuhan otak janin.
2. Menentukan hubungan antara asupan asam folat, seng, dan vitamin A terhadap berat
badan lahir.
3. Untuk menganalisis asupan asam folat, B12 dan C pada ibu hamil di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil Terhadap
Pertumbuhan Otak Janin Di Kabupaten Karawang Tahun 2011

PENDAHULUAN
Kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan kehidupan dimasa yang akan
datang. Untuk mendapatkan kualitas SDM yang baik dibutuhkan calon ibu yang sehat sehingga
bisa melahirkan bayi yang sehat juga. Bayi yang sehat dengan pertumbuhan intrauterin dan
ekstra uterin yang baik tentu akan menjelma menjadi manusia yang berkualitas dimasa yang
akan datang. Otak merupakan organ yang sangat penting dalam menentukan kualitas sumber
daya manusia (SDM), sedangkan 78 persen pertumbuhan otak terjadi selama Intara Uterin, dan
sisanya sampai usia 2 tahun. Berbagai kelainan bawaan ditemukan pada bayi diantaranya
adalah kejadian neural tube defec (NTD), prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan
gangguan pertumbuhan otak selama intra uterin yang disebabkan oleh kekurangan beberapa
zat gizi yang dibutuhkan.1 Salah satu zat yang dibutuhkan untuk mencegah kelainan tersebut
adalah asam folat. Di Kabupaten Karawang pada tahun 2009 terdapat 196 kasus kematian bayi
dari 54.257 kelahiran hidup dengan penyebab terbanyak kematian bayi pada neonatus.
Kematian neonatus disebabkan oleh asfiksia dan berat badan lahir rendah (BBLR), dengan
jumlah masing-masing sebesar 49 dan 30 kasus, sedangkan untuk cacat bawaan 3 kasus,
ancepal 4 kasus dan kelainan jantung 6 kasus.
Asam folat mempunyai peran yang sangat vital dalam pencegahan cacat bawaan.2
Selain itu juga berperan dalam neuro kognitif (Sulhub, et all, 2000). Asam folat sangat penting
untuk mencegah terjadinya cacat janin, menghindari anemia. Hasil survey March of Dimes
National, 1995-2001 membuktikan asam folat mencegah neural tube defect (NTD) hingga 70
persen, sedangkan pada ibu yang kekurangan asam folat kejadian NTD akan meningkat hingga
200 persen. Selain itu defisiensi folat menyebabkan kelainan neurologik, psikologik dan
metabolisme karbon. Salah satu cara untuk mendeteksi kekurangan asam folat dapat dilihat
dengan pertumbuhan otak janin selama kehamilan yang dapat dilihat dari besarnya lingkar
kepala BBL. Banyak penelitian membuktikan, ada korelasi antara ukuran lingkar kepala dan
besar otak yang tersimpan yang tersimpan didalamnya. Lingkaran kepala bayi baru lahir fronto
occipito circumferencia adalah 34-35 cm.3 Penelitian G. Nellhaus dari rumah sakit Napa di
California AS, berkisar 30 sampai 37 cm. Lingkar kepala ini akan bertambah 2 cm per bulan
pada usia 0-3 bulan. Selanjutnya di usia 4-6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan, dan pada
usia 6-12 bulan pertambahannya 0,5 cm per bulan. Penelitian Yusmardi, (2010) mendapatkan
hasil bahwa pada ibu yang mendapatkan suplementasi asam folat yang cukup akan
menghasilkan peningkatan Berat Badan dan skor apparience, pulse, graps, activity, respiration
(APGAR). Selain itu juga akan menurunkan insiden retardasi mental dan infeksi maternal,
sebaliknya pada ibu dengan kadar folat dalam darah yang kurang dari 240 μg/dl risiko
melahirkan bayi BBLR dan prematur meningkat lebih dari 200 persen.4 Menurut Crukelly,
pertumbuhan otak dalam kehamilan dipengaruhi oleh empat zat gizi yaitu: asam folat dengan
besar kebutuhan 600μg per hari dan ini akan mempengaruhi pertumbuhan otak sebesar 70
persen dibandingkan zat gizi yang lainnya. Pada kekurangan asupan mineral seng (zinc) dalam
kehamilan misalnya, dapat berakibat gangguan signifikan pertumbuhan tulang. Pemberian
asam folat tidak saja berguna untuk perkembangan otak sejak janin berwujud embrio, tetapi
menjadi kunci penting pertumbuhan fungsi otak yang sehat selama kehamilan.5Pada kasus-
kasus dimana janin mengalami defisiensi asam folat, sel-sel jaringan utama (stem cells) akan

2
cenderung membelah lebih lambat daripada pada janin yang dikandung ibu hamil dengan
asupan asam folat yang cukup. Selain itu pertumbuhan otak juga dipengaruhi oleh Kolindengan
besar kebutuhan 400 μg/ hari, AA dan DHA serata Omega 6 (1%) Omega 3 (2,3%).
Kebutuhan zat gizi ibu hamil pada trimester 2 dan 3 erat kaitannya dengan
perkembangan intelegensi, karena pada usia kehamilan 15 sampai 20 minggu otak mengalami
petumbuhan pesat sekali dan usia 30 minggu sampai usia bayi 18 bulan fase cepat ke 2.6 Otak
mengalami pertumbuhan cepat (brain growth support) pertama kali pada masa kehamilan
trimester 3.Dimana pada trimester ini sel neuron pada otak besar membelah dan membagi
dengan cepat. Berbagai nutrisi dibutuhkan untuk perkembangan otak anak, yang terpenting
adalah protein, kalsium, fospor, besi, magnesium, seng, iodium, B1, B3, B9 (asam folat)
Vitamin C dan D.7Sumber lain mengatakan bahwa proses pertumbuhan sel neuron otak tejadi
pada minggu ke 20 sampai minggu ke 36 kehamilan dan disempurnakan hingga bayi berusia 2
tahun(Media Indonesia,2009).Oleh sebab itu, pada saat kehamilan, ibu membutuhkan kadar
folat yang cukup didalam darah ibu. Kadar asam folat dalam darah sangat dipengaruhi oleh
asupan folat pada nutrisi ibu, sayangnya kandungan folat yang tinggi dalam makanan akan
hilang sampai 80% dalam proses pengolahan makanan, sehingga asupan folat pada ibu hamil
yang dianjurkan adalah dalam bentuk suplemen, sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
Kekurangan asam folat dalam kehamilan akan menyebabkan gangguan pematangan inti
eritrosit, sehingga muncul sel darah merah dengan bentuk dan ukuran abnormal yang disebut
sebagai Anemia megaloblastik, lebih jauh gangguan metabolisme asam folat akan
menyebabkan gangguan replikasi DNA dan proses pembelahan sel, dan ini akan mempengarui
kerja seluruh sel tubuh, termasuk dalam metabolisme besi. Sehingga kita menemukan
kenyataan bahwa defisiensi folat dan defisiensi besi secara bersamaan.Willis (1931)
mengatakan bahwa folat dibutuhkan sebagai pencegahan anemia pada saat kehamilan. Kadar
asam folat dan haemoglobin ibu hamil secara bersama-sama akan mempengaruhi pertumbuhan
janin.

PEMBAHASAN
Pertumbuhan otak pada saat intra uterin sangatlah penting untuk menciptakan SDM
yang berkualitas dimasa yang akan datang, mengingat bahwa 80 persen pembentukan sel otak
terjadi selama dalam kandungan. Hasil penelitian meyebutkan bahwa berat otak bayi baru lahir
mencapai 25 persen dari berat otak orang dewasa, sedangkan 70–80 persen sel neuronnya
sudah terbentuk dengan lengkap. Sedangkan sisanya bertambah pada saat anak berusia sampai
2 tahun. Sementara itu perkembangan otak anak lebih banyak dipengaruhi setelah anak lahir
yang berasal dari stimulus yang diberikan, Tanpa stimulasi, otak bayi menjadi tidak terolah.
Akibatnya, jaringan saraf (sinaps) yang jarang atau tidak terpakai akan musnah, bahkan
menurut ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sinaps berkembang pesat hanya dalam
ukuran jam setelah lahir. Perkembangan ini sangat berperan dalam kemampuan penglihatan,
bicara, dan kepandaian anak. Hal yang harus diperhatikan bahwa perkembangan otak yang baik
akan terjadi pada otak dengan pertumbuhan yang baik pula. Pertumbuhan yang baik ini dapat
dihubungkan dengan massa otak. Hasil penelitian ini memperlihatkan banyaknya bayi lahir
dengan lingkar kepala yang kecil yaitu sebesar 66,7 persen. Lingkar kepala amat penting dalam
tingkat perkembangan anak. Pasalnya, lingkar kepala pada bayi mengambarkan volume otak
yang ada di dalamnya. Lingkar kepala tersebut berkembang seiring dengan pertambahan usia
anak. Apabila lingkar kepala anak dalam usia tertentu kurang dari nilai yang normal,
kemungkinan volume otaknya kurang dari cukup.
Tingginya angka kejadian ukuran lingkar kepala yang kecil pada penelitian ini disertai
dengan hasil lain, dimana terdapat 72,2 persen responden dengan kadar asam folat yang rendah.
Hal ini bisa disebabkan seringnya ibu tidak menyadari kalau dirinya hamil ataupun hamil tanpa
direncanakan. Asam folat yang seharusnya sudah dipersiapkan dengan mengkonsumsinya

3
sebelum hamil baru dikonsumsi setalah ibu datang ke tenaga kesehatan untuk memeriksakan
kehamilannya. Selain itu yang lebih banyak berkembang dimasyarakat adalah kebutuhan ibu hamil
terhadap asam amino seperti Omega 3 dan 6 serta AHA dan DHA. Sementara kebutuhan terhadap
asam folat itu sendiri tidak terlalu disentuh dan masih jarang didengungkan, baik oleh media massa
maupun oleh tenaga kesehatan sendiri. Penelitian lain yang dilakukan Saerneo-Tropmed Pusat Gizi
Regional UI tahun 2004, pada ibu hamil dari kalangan keluarga menengah di Jakarta Timur
mendapatkan hasal 60 persen responden mempunyai kadar folat di bawah angka yang dianjurkan.
Jadi peneitian ini menunjukkan hasil bahwa ibu hamil dengan kadar asam folat yang rendah masih
lebih besar dari penelitian Seameo tersebut. Fakta lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
ditemukan 38,9 persen responden dengan kadar haemoglobin yang rendah, atau dengan kata lain
masih ditemukan ibu hamil dengan anemia sebayak 38,9 persen. Angka ini jelas masih tinggi dan tidak
mengalami penurunan yang berarti bila dibandingkan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
Kabupaten Karawang pada tahun 2008 yaitu sebesar 40 persen (Profil dinkes Karawang). Berdasarkan
hasil penelitian Devlin, ditemukan bukti bahwa keadaan janin dalam kandungan juga sangat
berpengaruh pada pembentukan kecerdasan. Otak adalah susbtansial tumbuh dalam kandungan.
Pengaruh kadar asam folat dalam darah ibu terhadap pertumbuhan otak janin
Proses pertumbuhan sel neuron otak terjadi pada minggu ke-20 hingga ke-36, dan
disempurnakan hingga bayi berusia dua tahun. Menurut Arif Achmad, dokter gizi medik,
pertumbuhan massa sel otak ini dimulai semenjak janin di dalam kandungan hingga menjadi
balita. Sel otak sangat membutuhkan makanan bergizi untuk membantu agar dia dapat
berkembang dengan baik. Meskipun masa otak janin hanya sekitar 16% dari tubuhnya,
dibandingkan dengan organ tubuh lain, otak paling banyak memerlukan energi (lebih dari 70%)
untuk proses tumbuh kembangnya.
Dari hasil penelitian ini ditemukan hasil dimana kadar asam folat dalam darah ibu hamil
dikategorikan berdasarkan kategori tinggi dan rendah yaitu >27 nmol/l dan <27 nmol/l, maka
ditemukan hasil 80% ibu dengan kadar asam folat tinggi melahirkan bayi dengan ukuran
lingkar kepala bayi yang normal, sementara pada ibu yang kadar asam folatnya rendah hanya
15,4 persen yang melahirkan bayi dengan ukuran lingkar kepala yang normal. Hasil ini
diperkuat dengan hasil uji statistic dimana ditemui nilai p=0,022 atau lebih kecil dari nilai p
yang ditetapkan (p=0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara kadar asam folat dalam
darah ibu dengan ukuran lingkar kepala bayi. Bahkan dari nilai OR pun diketahui ibu dengan
kadar asam folat yang tinggi 22 kali lebih besar kemungkinan melahirkan anak dengan ukuran
lingkar kepala bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Crukelly yang
mengatakan bahwa pertumbuhan otak dalam kehamilan di pengaruhi oleh empat zat gizi, salah
satunya adalah asam folat dengan besar kebutuhan 600μg per hari dan ini akan mempengaruhi
pertumbuhan otak sebesar 70 persen dibandingkan zat gizi yang lainnya Uji korelasi pada
penelitian ini juga ditemukan kekuatan hubungan berpola positif dan menunjukkan kekuatan
hubungan yang kuat (0,51) antara kadar asam folat dengan pertumbuhan otak intra uterin. Hasil
ini menunjukkan peningkatan kadar asam folat dalam darah ibu disertai dengan pertumbuhan
otak intra uterin. Lebih lanjut pada uji regresi ditemukan hasil R Square sebesar 26,7% yang
menunjukkan bahwa kadar asam folat dalam darah ibu memberikan kontribusi sebesar 26,7
persen terhadap ukuran lingkar kepala janin.

2.2 Hubungan Asupan Asam Folat, Zink, dan Vitamin A Ibu Hamil Trimester III
terhadap Berat Badan Lahir di Kabupaten Padang Pariaman

PENDAHULUAN
Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, yaitu dengan
mengkonsumsi banyak makronutrien dan mikronutrien yang memberikan manfaat untuk

4
memenuhi kebutuhan tambahan nutrisi selama kehamilan.1 Berat badan lahir merupakan salah
satu indikator kesehatan bayi.2 Jenis berat badan lahir yang paling berisiko menimbulkan
masalah pada bayi baru lahir adalah berat bayi yang < 2500 gram atau disebut dengan berat
badan lahir rendah (BBLR).2 Diantara kota/kabupaten di Sumatera Barat, kota/kabupaten
Pariaman merupakan salah satu kota/kabupaten dengan prevalensi BBLR cukup tinggi yaitu
sebesar 3,5% pada tahun 2007.
Berat badan lahir dipengaruhi oleh berbagai factor seperti: usia ibu hamil, penyakit saat
kehamilan, jarak kehamilan, kadar hemoglobin, status sosial ekonomi yang nantinya juga akan
mempengaruhi status gizi ibu hamil baik konsumsi makronutrien maupun mikronutrien.4
Pada periode trimester III gestasi 36 minggu tubuh janin mengalami pengendapan lemak
subkutis sehingga tubuh menjadi lebih bulat. Status gizi ibu dipengaruhi oleh besaran asupan
energi atau kalori, protein,karbohidrat, zat besi, asam folat, vitamin A, zink, kobalamin,
vitamin D, yodium, kalsium serta zat gizi lainnya. Ada beberapa mikronutrien seperti zink,
vitamin A, dan asam folat yang juga disinyalir memiliki hubungan dengan berat badan lahir.
Zink berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Defisiensi zink selama kehamilan
dapat menimbulkan berat badan lahir rendah, IUGR, kelahiran preterm serta komplikasi
lainnya selama kehamilan.
Vitamin A merupakan salah satu mikronutrien lainnya yang memiliki peranan penting
bagi ibu hamil dan janin. Vitamin A berperan dalam ekspresi gen, pertumbuhan dan
perkembangan janin, fungsi imun serta bone remodelling. Kekurangan konsumsi vitamin A
selama kehamilan disinyalir memiliki korelasi positif dengan berat badan lahir serta durasi
kehamilan.6 Asam folat berfungsi sebagai koenzim metabolisme asam amino dan sintesis asam
nukleat.1 Defisiensi asam folat berdampak pada gangguan replikasi DNA dan pembelahan sel
sehingga meningkatnya risiko bayi lahir prematur, berat bayi lahir rendah dan retardasi
pertumbuhan fetal.
Studi yang dilakukan oleh Czeizel et al pada tahun 2010 menunjukkan bahwa ada
sedikit peningkatan pada rata-rata berat badan bayi saat dilahirkan setelah pemberian asam
folat dosis tinggi selama kehamilan, namun akan didapat penurunan bermakna pada jumlah
persalinan prematur. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitranti et al pada tahun 2007 juga
menunjukkan bahwa tingkat asupan asam folat dan zink mempengaruhi berat badan lahir.
Penelitian yang dilakukan oleh Watanabe et al pada tahun 2008 menunjukkan hasil yang
berbeda. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa asam folat tidak menjadi indikator yang
mempengaruhi berat badan lahir.
Hal tersebut menunjukkan bahwa belum ada keseragaman hasil yang menunjukkan
apakah asam folat, zink, dan vitamin A memiliki pengaruh terhadap berat badan lahir. Oleh
karena itu perlu diteliti hubungan antara asupan asam folat, zink dan vitamin A ibu hamil
trimester III terhadap berat badan lahir di kabupaten Padang Pariaman. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menentukan hubungan antara asupan asam folat, zink dan vitamin A ibu hamil
trimester III di kabupaten Padang Pariaman.

METODE
Penelitian dilakukan di Kota Pariaman dari Juli 2011 sampai Desember 2013. Subjek dalam
penelitian ini sebanyak 59 orang. Subjek merupakan ibu hamil yang melahirkan dengan
bantuan Bidan yang telah bekerja sama dalam penelitian Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto,
M.Sc., Ph.D., Sp.GK dan kawan-kawan di kabupaten Padang Pariaman dari Juli-September
2011 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Teknik pengambilan
subjek adalah dengan simple random sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah
kuesioner konsumsi makanan Food Frequency Quesionare (FFQ), timbangan untuk mengukur
badan lahir bayi (merek Baby Scale) yang mempunyai ketelitian 0,1 kg dan kuesioner untuk

5
pengisian identitas responden. Data yang diperoleh diolah secara komputerisasi dengan uji
korelasi p < 0,05.

HASIL dan PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi frekuensi berat badan lahir

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata berat lahir adalah 3181,36 gram, sedangkan
untuk berat lahir < 3000 terdapat 8 orang dan sisanya > 3000 gram.

Tabel 2. Distribusi frekuensi asupan asam folat

Tabel 2 menunjukan bahwa rata-rata asupan asam folat total 341,9525 ug, termasuk
dibawah AKG (600 ug). Kelompok dengan berat lahir < 3000 asupan asam folatnya juga
lebih rendah dibandingkan dengan asupan kelompok dengan berat lahir > 3000 gr.

Tabel 5. Hubungan asupan asam folat dan berat badan lahir

6
Tabel 5 menunjukan bahwa hubungan konsumsi asam folat dengan berat badan lahir
bayi menunjukkan kekuatan hubungan yang sangat lemah (r = 0,131) dan berpola positif,
artinya semakin tinggi konsumsi asam folat maka semakin tinggi berat badan lahir bayi. Hasil
uji statistik didapatkan tidak ada hubungan antara konsumsi asam folat dengan berat badan
lahir (p = 0,161).

2.3 Asupan Asam Folat, Vitamin B12 dan Vitamin C pada Ibu Hamil Di Indonesia
Berdasarkan Studi Diet Total

PENDAHULUAN

Kebijakan dan program pemerintah yang banyak dilakukan saat ini ditunjukkan terutama
untuk masalah ibu hamil. Hal ini dikarenakan ibu hamil yang mengalami defisiensi masalah
gizi merupakan penyebab utama kematian ibu hamil maupun bayi yang dilahirkannya
(Madanijah et al. 2013). Anemia merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil.
Prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 37,1% (Riskesdas 2013) dan angka kematian ibu
adalah 359/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
Penyebab anemia terutama adalah kekurangan zat gizi yang berperan dalam pem-
bentukan hemoglobin, yaitu protein, besi, vitamin B12, vitamin C dan asam folat. Vitamin B12
dibutuhkan untuk mengaktifkan asam folat dan metabolisme sel, terutama sel-sel saluran cerna,
sumsum tulang dan jaringan syaraf. Asam folat berperan dalam metabolisme asam amino yang
diperlukan dalam pembentukan sel darah merah (Mahenaz & Ismail 2011). Penelitian Li Wen-
Xing (2016), mengungkapkan fungsi asam folat dapat meningkatkan enzim alanin
aminotransfe-rase (ALT), aspartat transaminase (AST), dan glutamyl transpeptidase (GGT)
yang penting untuk metabolisme di hati.
Kekurangan vitamin B12 dan asam folat selama kehamilan berhubungan dengan pening-
katan risiko kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah dan terganggunya pertumbuhan janin
(Charles et al. 2005). Selain itu kekurangan B12 dapat menyebabkan kesemutan, gangguan
penglihatan, alzheimer dan demensia (Rathod et al. 2016). Sebanyak 80% ibu dengan kadar
asam folat >27,00 nmol/L melahirkan bayi dengan ukuran lingkar kepala normal, sementara
ibu dengan kadar asam folat rendah <27,00 nmol/L hanya 15,4% (Darwanti & Antini 2011).
Vitamin C juga dibutuhkan selama kehamilan yang berfungsi membantu penyerapan besi
non heme dengan mereduksi besi ferri menjadi ferro dalam usus halus sehingga mudah di-
absorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk
membebaskan besi bila diperlukan, sehingga risiko anemia defisiensi zat besi bisa dihindari
(Guntur 2004). Menurut Pernille (2012), kekurangan vitamin C dapat menyebabkan kerusakan
hipoccampus.
2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) berbasis komunitas, dilaksanakan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kese-hatan, Kementerian Kesehatan RI. Oleh

7
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai asupan asam folat, vitamin
B12 dan vitamin C pada ibu hamil di Indonesia berdasarkan data Studi Diet Total agar dapat
memberikan informasi dan menambah edukasi gizi serta ke-tersediaan data mengenai asupan
asam folat, vitamin B12 dan vitamin C pada ibu hamil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Fatimah et al. (2011), rata-rata asupan vitamin C pada 200 ibu hamil di
Sulawesi Selatan sebesar 31,9 ± 32,9 mg/hari. Sebanyak 68% ibu hamil di Nigeria, mempunyai
asupan vitamin C yang kurang dari 80% RDA (Ojofei-timi 2008). Hal ini dapat disebabkan
konsumsi sumber asam folat dan vitamin C yaitu hati, kacang-kacangan, sayur dan buah masih
relatif kecil. Kandungan asam folat yang tinggi dalam makanan akan hilang sampai 80% dalam
proses pengolahan (Darwanti & Antini 2012). Begitu juga dengan vitamin C, sehingga
kemungkinan terjadi kehilangan vitamin selama proses peng-olahan pangan.

Terdapat perbedaan berdasarkan wilayah, pendidikan, status pekerjaan dan status


ekonomi, sedangkan asupan vitamin C diketahui terdapat perbedaan berdasarkan wilayah,
umur, ART, pendidikan dan status ekonomi (p<0,05) (Tabel 2). Rendahnya konsumsi pangan
di perdesaan dapat dikarenakan kondisi daerah yang umumnya kurang memadai dari segi
transportasi sehingga akses terhadap pangan terganggu dan mengakibatkan menurunnya daya
beli serta konsumsi masyarakat (Abidah et al. 2015).
Rata-rata asupan vitamin C ART ≤4 orang lebih besar, hal ini dapat disebabkan
banyaknya kandungan vitamin C dalam makanan yang dikonsumi lebih banyak karena jumlah
anggota lebih kecil. Menurut Nababan (2013), jumlah anggota keluarga berkaitan dengan
pendapatan rumah tangga yang akhirnya akan memengaruhi pola konsumsi rumah tangga
tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan, asupan asam folat, vitamin B12, dan C semakin
tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Saputra dan Nurrizka (2012) yang menunjukkan
tingkat pendidikan meme-ngaruhi tingkat pengetahuan. Pengetahuan akan memengaruhi
perilaku dalam pemilihan makanan.Tidak terdapat perbedaan asupan asam folat antara bekerja
dan sekolah, dikarenakan kemungkinan subjek dapat memiliki pengetahuan gizi secara
informal sehingga memengaruhi pemilihan makanan. Hal ini sejalan dengan penelitian Azhar
et al. (2015) bahwa semakin tinggi nilai pengetahuan semakin tinggi sikap atau perilaku yang
dimiliki seseorang.
Hasil uji beda status ekonomi menengah dan atas tidak berbeda pada asupan asam folat dan
vitamin C (p>0,05), namun status ekonomi golongan atas tetap memiliki rata-rata lebih tinggi.
Hal ini berbeda untuk asupan vitamin B12 (Tabel 2) yang sudah melebihi rata-rata kebutuhan.
Hal ini disebabkan konsumsi ikan dan telur pada ibu hamil di Indonesia relatif tinggi. Hasil
penelitian Mito (2007) pada ibu hamil di Jepang, diperoleh rata-rata asupan vitamin B12
6,2±5,5μg/hari dan sudah melebihi rekomendasi yaitu 2,8 μg/hari. Berbeda dengan hasil pene-
litian Setyawati dan Syauqy (2014), didapat rata-rata asupan vitamin B12 yaitu 1,5 μg/hari,
karena kurang mengonsumsi pangan sumber vitamin B12. Terdapat perbedaan (p<0,05) asupan
vitamin B12 berdasarkan wilayah, pendidikan dan status ekonomi, dimana asupan vitamin B12
wilayah perkotaan dengan ART ≤4 orang, pendidikan perguruan tinggi dan status ekonomi atas
memiliki rata-rata lebih besar dibandingkan kelompok lainnya (Tabel 2).
Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka peluang mendapatkan pekerjaan, pendapatan,
serta pengetahuan tentang gizi akan semakin meningkat. Sejalan dengan Febriana dan Sulae-
man (2014), terdapat perbedaan pengetahuan gizi pada ibu yang bekerja dan tidak bekerja.
Terdapat pengaruh antara umur terhadap defisiensi asam folat (OR=0,2;95%CI:0,1-0,9).
Artinya subjek dengan umur 19-49 tahun cen-derung berisiko 22,3% lebih rendah mengalami

8
defisiensi asam folat dibandingkan subjek umur 14-18 tahun (Tabel 6). Sejalan dengan peneli-
tian Latifah dan Anggraeni (2009) menggunakan metode cohort pada 60 ibu hamil,
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kehamilan remaja <19 tahun dengan
prematur dan BBLR. Hasil analisis diperoleh nilai OR=3,875 dan OR=7, artinya ibu hamil
berumur <19 tahun mempunyai peluang 3,88 kali melahirkan bayi prematur dan mempunyai
peluang tujuh kali melahirkan bayi BBLR dibanding ibu hamil ber-umur >19 tahun.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut konsep evidence based bahwa pemakaian asam folat pada masa kehamilan
dapat menurunkan risiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida, dan anencepalus, baik
pada ibu hamil yang normal maupun yang berisiko.

10

Anda mungkin juga menyukai