Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman hayati di dunia ini sangat tinggi. Keanekaragaman tersebut dapat


tercermin dari kekayaan jenis tumbuhan, seperti pohon-pohonan, semak belukar, perdu,
tanaman merambat, epifit, lumut, jasad renik, ganggang, jamur, dan kekayaan faunanya
(Aqla, 2010). Keanekaragaman pada makhluk hidup tersebut meliputi berbagai perbedaan
atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, warna, dan sifat-sifat lainnya. Akibat tingginya
tingkat keanekaragaman hayati maka ilmuwan terdorong untuk mencari cara terbaik untuk
mempermudah mempelajarinya, yaitu dengan membuat sistem pengelompokan makhluk
hidup berdasarkan kesamaan ciri dan sifat yang disebut dengan sistem klasifikasi, yang
dipelajari dalam suatu cabang ilmu biologi yaitu taksonomi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh terhadap perkembangan ilmu


pengetahuan, salah satunya adalah ilmu taksonomi. Menurut Sneath and Sokal (1973), Salah
satu contoh dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah keberadaan komputer.
Komputer dapat digunakan dalam mempelajari klasifikasi tumbuhan dengan menggunakan
metode kuantitatif yang melahirkan metode baru dalam bidang taksonomi, yang disebut
dengan taksonomi numerik atau yang biasa dikenal sebagai taksimetri (Luchsinger, 1979).
Taksimetri merupakan metode evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan sifat antar golongan
organisme, dan penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisis 2 kelompok
(Tjitrosoepomo, 2009). Taksimetri digunakan untuk mengukur jauh dekatnya kekerabatan
antar spesies dalam satu takson berdasarkan persamaan sifat dan ciri morfologi (bukti fenetik)
yang ditata melalui analisis kelompok dan digambarkan dalam bentuk dendogram
(Tjitrosoepomo, 2009).

Salah satu contoh makhluk hidup adalah tumbuhan. Tumbuhan yang ada di Indonesia
banyak sekali jumlahnya dan jenisnyapun beragam. Keberagaman tersebut meliputi bentuk,
ukuran, jumlah, frekuensi, warna, dan sifat-sifat lain dari tumbuhan tersebut. Keberagaman
antara tumbuhan satu dengan tumbuhan yang lain ada yang banyak ada juga yang sedikit.
Semakin sedikit keberagaman sifat yang dimiliki antar spesies, maka kemiripannya semakin
tinggi, sehingga kekerabatannya semakin dekat.

1
Tumbuhan yang berada dalam satu tingkat takson famili pada umumnya memiliki ciri
morfologi yang hampir sama (Tjitrosoepomo, 2009). Salah satu contoh familia adalah
Poaceae. Spesies-spesies di dalam familia Poaceae memiliki kesamaan morfologi berupa
daun yang berbentuk lanset, daun memiliki ligula, dan bunga yang tidak memiliki mahkota
(berbentuk bulir) (Steenis, 2008). Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Steenis,
Backer dan Backuizen (1968) juga menyatakan bahwa ciri-ciri dari familia Poaceae yaitu
memiliki daun berbentuk bulat memanjang, lanset atau pita, tulang daun sejajar,
permukaannya kadangkadang berbulu, berpelepah, bunga majemuk, bulir, tandan atau malai,
umumnya terminal. Benang sari umumnya berjumlah 3.

Poaceae atau juga biasa dikenal dengan suku rumput-rumputan termasuk dalam kelas
Liliopsida yang banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis 3 (Simpson, 2006). Secara
garis besar familia Poaceae terdiri atas beberapa subfamilia (anak suku), antara lain:
Bambusoideae, Pooideae, dan Panicodeae (Steenis, 2008). Beberapa contoh tanaman yang
termasuk dalam familia Poaceae adalah Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), dan
Saccharum officinarum (tebu) (Suhono dan Tim LIPI, 2010).

Poaceae merupakan tanaman yang dapat dengan mudah dijumpai dan jumlahnya
sangat banyak, selain itu Poaceae juga berperan dalam kehidupan manusia, baik
menguntungkan ataupun merugikan. Peran Poaceae yang menguntungkan adalah dapat
digunakan sebagai bahan pangan, papan, dan obat. Sedangkan peran yang merugikan adalah
banyak anggota familia Poaceae hidup sebagai gulma (Solikin, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja ciri morfologi yang ditemukan pada spesies anggota familia Poaceae?
2. Bagaimana distribusi spesies anggota familia Poaceae?
3. Apa saja karakteristik kimia spesies anggota familia Poaceae?
4. Apa contoh tanaman dan manfaatnya spesies anggota familia Poaceae?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui ciri morfologi spesifik yang ditemukan pada spesies familia Poaceae.
2. Mengetahui distribusi spesies familia Poaceae.
3. Mengetahui karakteristik kimia spesies familia Poaceae.

2
4. Mengetahui contoh tanaman dan manfaatnya dari spesies familia Poaceae.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum Familia Poaceae


Poaceae adalah salah satu familia anggota tumbuhan angiospermae. Familia ini
mempunyai sekitar 500 genus dan 3.000 spesies. Bersifat sebagai organisme yang dapat
hidup dan berkembang di seluruh dunia (kosmopolit), tetapi terbanyak di daerah tropis dan
temprata utara dengan curah hujan yang cukup untuk membentuk padang-padang rumput
(Dasuki, 1994). Menurut Griscom (2006) dalam Windusari (2011) spesies familia Poaceae
memiliki kemampuan menyebar dengan cepat karena biji yang ringan dan mudah terbawa
angin. Selain itu, sistem perakaran rizome (dalam tanah) dan stolon (di atas tanah)
menyebabkan kemampuan ekspansinya tinggi dan dapat mencapai kawasan yang jauh.
Bangsa Poales hanya terdiri atas satu suku, yaitu Poaceae atau Gramineae yang
warganya berupa terna annual atau perennial, kadang-kadang berupa semak
atau pohon yang tinggi. Batang yang posisi bermacam-macam ada yang tegak lurus, ada yang
serong ke atas, ada yang berbaring atau merayap, dan kadang-kadang denganrimpang di
dalam tanah. Bentuk batang kebanyakan seperti silinder panjang, jelas berbuku-buku dan
beruas-ruas, ruas-ruas rongga, bersekat pada buku-bukunya. Daunkebanyakan bangun pita,
panjang, bertulang sejajar, tersusun sebagai roset akar atau berseling dalam dua baris pada
batang, umumnya terdiri atas helaian, upih, dan lidah-lidah, jarang antar helaian dan upih
terdapat tangkai.
Rumput tergolong dalam suku Poaceae yaitu tanaman monokotiledon(bijinya terdiri
atas satu kotiledon atau disebut juga berkeping satu). Struktur rumput relatif sederhana,
terdiri dari akar yang bagian atasnya silindris dan langsung berhubungan dengan batang.
Batangnya berbuku helai daunnya keluar dari pelepah daun (sheath) pada buku batang. Malai
rumput terdiri atas beberapa bunga yangnantinya menghasilkan biji. Hampir semua rumput
adalah tanaman herba (tidak  berkayu) sedangkan ukuran, bentuk dan pola tumbuhnya sangat
beragam.
Daun tunggal dua baris, kadang-kadang berbaris banyak pelepah
daun berkembang sangat baik, pada batas pelepah dan helaian daun kerap kali terdapat lidah,
helaian daun duduk, hampir selalu berbentuk lanset atau garis, kedua sisi dari ibu tulang daun
dengan beberapa tulang daun yang sejajar. Bunga tersusun
dalam bulir, yang terdiri dari dua glumae atau daun yang serupa sisik atau lebih dari dua,yang

4
duduknya berseling dalam dua baris berhadapan. Sebuah atau dua glumae pada bulir bagian
yang bawah tidak berisi bunga, lainnya berisi sebuah daun mahkota yang berbentuk sisik atau
Palea kerap kali dua badan penggelembung, sebuah benang sariatau lebih dan sebuah bakal
buah.
Perbungaan unit dasar spikelet, kumpulan spikelet membentuk spika,racemes,
panikula satu spikelet memiliki sepasang braktea disebut gluma satu spikeletterdiri dari 1–
lebih floret, tersusun pada sumbu (rakhila) satu bunga (floret) memiliki braktea lemma
dan palea floret, ♀, ♂ Perhiasan bunga terdiri dari 2 sisik (lodiculae) stamen (10), 3, (6) stilus (1), 2,
(3) stigma umumnya seperti bulu ovarium 2-3 carpel,1 lokul, 1 ovul, superus buah.

Klasifikasi yang mewakili dari suku Poaceae yaitu:


Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Anak kelas : Commelinidae
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae

2.2 Morfologi Umum Familia Poaceae


Menurut Gilland dalam bukunya ‘Grasses of Malaya’ (1971) ciri-ciri dari rumput
secara garis besar terdiri bagian perakaran, batang, daun dan bunga.

Batang. Batang rumput disebut tangkai. Tangkai rumput hampir selalu berlekuk,
kecuali pada pangkalnya atau pada puncak tempat keluarnya daun. Tangkainya terletak lebih
dalam dan tertutup serta mempunyai sekat atau dinding penunjang pada masing-masingnya.
Bentuknya beragam, bulat, pipih atau persegi, berongga atau penuh, lentur atau kaku.
Tangkainya merupakan tempat menempelnya daun dan dibagian ujung tangkai terdapat
pembungaan.

Perakaran. Sistem perakaran pada jenis rumput-rumputan terbagi 2 yaitu, rhizoma


dan stolon. Rhizoma adalah batang yang menjalar di bawah permukaan tanah, pada buku akar
terdapat mata kuncup yang dapat tumbuh menjadi tunas dan seterusnya menjadi tanaman
baru. Stolon adalah tunas yang muncul diatas permukaan tanah. Sistem perakarannya
menyebar atau atau bergerombol satu-satu dengan tipe perakaran primer yang berkembang
selama perkecambahan benih yang hidup dalam jangka waktu yang relatif pendek dan tipe

5
perakaran sekunder yang muncul pada batang dimana pada rumput yang dewasa akar
sekunder merupakan sistem perakaran secara keseluruhan.

Daun. Daun terdiri dari 3 bagian yang berbeda, yaitu sheat (pelepah), blade (helaian
daun), dan ligule (lidah daun). Sheat merupakan bagian daun yang menyelimuti batang.
Blade merupakan bagian daun yang biasa dikenal orang sebagai daun. Ligule merupakan
bagian yang terletak antara helaian daun dan pelepah yang berfungsi sebagai penghubung
antara keduanya.

Bunga. Bagian rumput yang kebanyakan orang menyebutnya bunga-bunga, yang


terdiri dari spike, raceme dan panicle. Pada inflorescence bentuk spike tidak ditemukan
adanya tangkai yang menghubungkan spikelet dengan sumbu utamanya. Bentuk spike dan
raceme tumbuh langsung pada tangkai berhubungan langsung dengan poros utama.
Sedangkan bentuk panicle, poros utama memiliki percabangan tempat menempelnya tangkai
yang ditumbuhi spikelet.

2.3 Distribusi
Bersifat sebagai organisme yang dapat hidup dan berkembang di seluruh dunia
(kosmopolit), tetapi terbanyak di daerah tropis dan temprata utara dengan curah hujan yang
cukup untuk membentuk padang-padang rumput.

2.4 Karakteristik Kimia


Setelah di metabolit familia Poaceae mengandung senyawa kimia. Misalnya pada akar
terdiri dari arundoin, fernenol, isoarborinol,silindrin, simiarenol, kampesterol, stigmasterol,
β−¿sitosterol, skopoletin, skopolin, p-hidroksibenzaladehida, katekol, asam klorogenat, asam
isoklorogenat, asam p-kumarat, asam neoklorogenat, asam asetat, asam oksalat, asam d-
malat, asam sitrat, potassium, 5-hidroksitriptamin, golongan senyawa flavon tanpa gugus OH
bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-OH, flavanon, atau isoflavon.
Ekstrak daun mengandung tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, alkaloid, fenol dan
cardiac glycosides. Kandungan senyawa fitokimia tersebut dalam farmasi dapat digunakan
sebagai obat untuk diare, sakit kepala, penyakit kulit, saluran usus. Selain itu, juga dapat
digunakan sebagai pestisida, insektisida dan herbisida dalam pertanian.

2.4 Contoh Tanaman

6
2.4.1 Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
1. Pendahuluan
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang
menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung
nutrisi yang diperlukan tubuh. Menurut Poedjiadi (1994), kandungan karbohidrat padi
giling sebesar 78,9 %, protein 6,8 %, lemak 0,7 % dan lain-lain 0,6 %. Indonesia
sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam
memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Data BPS Jawa Timur (2014), dalam periode
tahun 2010 sampai 2014 terjadi dua kali penurunan produksi sebesar 1,07 % pada
2011 dan 0,94 % pada 2014. Produksi padi di Jawa Timur pada tahun 2011 terjadi
penurunan produksi yang cukup signifikan yaitu sebesar 9,2 % dan kembali menurun
pada tahun 2013 sebesar 1,2 % dengan rata-rata produktivitas 5,9 ton hektar-1 ,
sementara produkstivitas padi di kabupaten Pasuruan sebesar 6,7 ton/hektar-1 .
Sembiring (2015) mengatakan, bahwa kendala dalam peningkatan produksi semakin
kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis diluar
sektor pertanian berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman.
Menurut Makarim dan Las (2005), cara yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan produksi padi nasional secara berkelanjutan adalah meningkatkan
produktivitas melalui ketepatan pemilihan komponen teknologi dengan
memperhatikan kondisi lingkungan biotik, lingkungan abiotik serta pengelolaan lahan
yang optimal. Penggunaan teknologi sistem tanam dalam budidaya padi diharapkan
dapat mempengaruhi hasil produksi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi
pendapatan petanin pangan. Yoshie dan Rita (2010) mengatakan, teknologi budidaya
yang tepat tidak hanya menyangkut masalah penggunaan varietas unggul, tetapi juga
pemilihan metode tanam yang tepat.
Pada umumnya petani padi sawah di Indonesia menggunakan metode tanam
pindah (konvensional) pada kegiatan usahataninya. Pada metode tanam pindah, bibit
padi ditanam dengan jarak tanam rapat dengan jarak tidak lebih dari 20 cm x 20 cm.
Teknologi budidaya lain yang dapat diterapkan sebagai upaya peningkatan produksi
padi adalah dengan metode tanam jajar legowo yaitu dengan prinsip pemberian
kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman
pinggir. Teknologi berikutnya adalah metode tanam SRI (Sistem of Rice
Intensification) yaitubudidaya tanaman padi intensif dan efisien dengan proses

7
manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan yang seimbang terhadap
tanah, tanaman dan air (Juhendi, 2008).
Perbedaan metode tanam akan mempengaruhi biaya produksi dan hasil usaha
tani padi sawah. Disamping penggunaan metode tanam yang tepat, untuk
meningkatkan hasil padi perlu pemberian bahan organik pada tanah yang ditanami
padi. Padi membutuhkan persediaan hara yang cukup untuk pertumbuhan supaya
memperoleh hasil yang tinggi. Pemberian bahan organik merupakan suatu tindakan
perbaikan lingkungan tumbuh tanaman karena dapat meningkatkan efisiensi pupuk
(Adiningsih dan Rochayati, 1988). Disamping itu bahan organik berfungsi sebagai
amelioran yang dapat memperbaiki jumlah dan aktivitas mikroba dan sumber hara
dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah (Setyorini, 2005).

2. Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


Tanaman padi (Oryza sativa L.) dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan
ke dalam divisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo Poales, famili Graminae
dan genus Oryza (Griest 1986). Genus Oryza termasuk kecil, hanya sekitar 25 spesies,
di mana 23 adalah spesies liar dan dua yang banyak dibudidayakan yaitu Oryza sativa
L. dan Oryza glaberrima Steud. (Vaughan 2003; Vaughan et al. 2008). Vaughan
(2003) mengusulkan tata nama baru untuk padi budidaya dan tipe liar di Asia yaitu
Oryza sativa subspesies indica dan japonica, dan Oryza rufipogon dengan subspesies
nivara dan rufipogon. Oryza sativa adalah spesies yang paling banyak ditanam
sebagai tanaman budidaya, dengan wilayah meliputi negara-negara Asia, Amerika
Utara, Amerika Selatan, Uni Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Oryza glaberrima
hanya dibudidayakan di negara-negara Afrika Barat. Padi asal persilangan Oryza
sativa dan glaberrima-sativa telah menggantikan Oryza glaberrima di beberapa bagian
Afrika karena daya hasil yang lebih tinggi (Linares 2002). Karakterisasi pada padi
budidaya di Asia lebih lanjut diidentifikasi sebagai subspesies indica, tropical
japonica (javanica) dan japonica (Garris et al. 2005).
Padi merupakan tanaman semusim dengan sistem perakaran serabut. Terdapat
dua macam perakaran padi yaitu akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula
pada saat berkecambah dan akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari
buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal.
Perakaran yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas serta kuat
menahan kerebahan memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien terutama

8
pada saat pengisian gabah (Suardi 2002). Batang padi berbentuk bulat, berongga dan
beruas-ruas. Antar ruas dipisahkan oleh buku. Ruas-ruas sangat pendek pada awal
pertumbuhan dan memanjang serta berongga pada fase reproduktif. Pembentukan
anakan dipengaruhi oleh unsur hara, cahaya, jarak tanam dan teknik budidaya. Batang
berfungsi sebagai penopang tanaman, mendistribusikan hara dan air dalam 6 tanaman
dan sebagai cadangan makanan. Kerebahan tanaman dapat menurunkan hasil tanaman
secara drastis. Kerebahan umumnya terjadi akibat melengkung atau patahnya ruas
batang terbawah, yang panjangnya lebih dari 4 cm (Makarim dan Suhartatik 2009).
Daun padi tumbuh pada batang dan tersusun berselang-seling pada tiap buku.
Tiap daun terdiri atas helaian daun, pelepah daun yang membungkus ruas, telinga
daun (auricle) dan lidah daun (ligule). Daun teratas disebut daun bendera yang posisi
dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Satu daun pada awal fase tumbuh
memerlukan waktu 4-5 hari untuk tumbuh secara penuh, sedangkan pada fase tumbuh
selanjutnya diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu 8-9 hari. Jumlah daun pada tiap
tanaman bergantung pada varietas. Varietasvarietas baru di daerah tropis memiliki 14-
18 daun pada batang utama (Makarim dan Suhartatik 2009).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai
dinamakan spikelet yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea,
putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit
bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer
dan sekunder. Tiap unit bunga padi pada hakekatnya adalah floret yang hanya terdiri
atas satu bunga, yang terdiri atas satu organ betina (pistil) dan enam organ jantan
(stamen). Stamen memiliki dua sel kepala sari yang ditopang oleh tangkai sari
berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu ovul yang menopang dua stigma
(Makarim dan Suhartatik 2009). Malai terdiri atas 8-10 buku yang menghasilkan
cabang-cabang primer yang selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Tangkai
buah (pedicel) tumbuh dari buku-buku cabang primer maupun cabang sekunder
(Yoshida 1981).
Gabah terdiri atas biji yang terbungkus oleh sekam. Bobot gabah beragam dari
12-44 mg pada kadar air 0%, sedangkan bobot sekam rata-rata adalah 20% bobot
gabah. Perkecambahan terjadi apabila dormansi benih telah dilalui. Benih tersebut
berkecambah apabila radikula telah tampak keluar menembus koleorhiza diikuti oleh
munculnya koleoptil yang membungkus daun (Yoshida 1981; Makarim dan
Suhartatik 2009).

9
Pertumbuhan tanaman padi dibagi dalam tiga fase, yaitu fase vegetatif (awal
pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial), fase generatif/reproduktif
(primordial sampai pembungaan), dan fase pematangan (pembungaan sampai gabah
matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti
pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot, dan luas daun. Lama fase
reproduktif untuk kebanyakan varietas padi di daerah tropis umumnya 35 hari dan
fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan masa pertumbuhan ditentukan oleh
lamanya fase vegetatif. Varietas IR64 matang dalam 110 hari mempunyai fase
vegetatif 45 hari, sedangkan IR8 yang matang dalam 130 hari fase vegetatifnya 65
hari (Makarim dan Suhartatik 2009).

3. Karakteristik Kimia Beras


a. Kandungan Serat
Serat pangan merupakan komponen dari jaringan tanaman yang tahan
terhadap proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan usus kecil
(Winarno,1997). Serat pangan total terdiri dari serat pangan larut dan serat
pangan tidak larut. Serat pangan tidak larut diartikan sebagai serat pangan
yang tidak dapat larut di dalam air panas maupun air dingin.
Serat banyak berasal dari dinding sel berbagai jenis sayuran dan buah.
Secara kimia dinding sel tersebut terdiri dari beberapa jenis karbohidrat seperti
selulosa, hemiselulosa, pektin dan nonkarbohidrat seperti polimer lignin
(Winarno,1997). Istilah serat pangan dibedakan dari istilah serat kasar yang
biasa digunakan dalam analisis proksimat makanan. Serat kasar (crude fiber)
didefinisikan sebagai bagian dari makanan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
bahan-bahan kimia tertentu, yaitu asam sulfat dan natrium hidroksidamendidih
(Fardiaz et al, 1989). Menurut Van Soest dan Robertson (1977), analisis serat
kasar tidak dapat menunjukkan nilai serat pangan yang sebenarnya, sebab
sekitar 20-50% selulosa, 50-80 % lignin, dan 80-85 % hemiselulosa hilang
selama analisis.
b. Kandungan Protein
Protein adalah salah satu makronutrien yang berperan dalam proses
pembentukan biomolekul. Protein adalah suatu senyawa yang sebagian besar
terdiri atas unsur nitrogen. Jumlah unsur ini dapat digunakan sebagai dasar

10
penentuan kadar protein dalam beras. Unsur nitrogen yang terikat dalam
bentuk matriks dilepaskan melalui proses destruksi dan diukur jumlahnya.
c. Kandungan Gula Reduksi
Karbohidrat adalah zat gizi yang dapat ditemui dalam jumlah terbesar
pada beras. Karbohidrat dalam serealia termasuk beras sebagian besar terdapat
dalam bentuk pati. Penentuan kadar karbohidrat dalam analisis proksimat
dilakukan secara by difference. Total jumlah kadar air, abu, lemak, protein dan
karbohidrat beras adalah 100 %.

4. Manfaat Tanaman Padi (Oryza sativa L.) / Beras


4.1 Padi mengandung energi yang tinggi
Padi menjadi salah satu sumber karbohidrat setelah dirubah menjadi nasi
putih. Karbohidrat adalah sumber energi yang tercepat, karena semua kegiatan
membutuhkan energi, maka hal ini akan mempengaruhi otot yang bekerja. Asupan
ini mengandung asam amino yang penting dan saat nasi disajikan dengan
hidangan daging, diet ini dapat meningkatkan pertumbuhan otot. Nasi putih adalah
pilihan yang baik untuk vegetarian yang ingin tetap mengembangkan tubuh
mereka.
4.2 Padi dapat mengobati dan mencegah gangguan pencernaan.
Padi dapat mengobati dan mencegah gangguan pencernaan, hal ini karena
kandungan serat yang rendah, jika dimasak menjadi nasi putih maka  akan
bermanfaat bagi mereka yang menderita diare, radang usus dan morning sickness.
Manfaat lainnya memiliki sifat diuretik ringan dan berfungsi membantu
pencernaan dan antiinflamasi yang alami. Cara nya adalah dengan membuat agar-
agar beras.
4.3 Padi untuk mengobati bisul, bengkak dan jerawat
Padi diambil berasnya lalu dapat direbus, dikeringkan, dibiarkan dingin
kemudian ditumbuk untuk membentuk pasta untuk dioleskan  pada bisul, luka,
bengkak dan jerawat. Hal ini banyak digunakan oleh masyarakat India. yang
digunakan  untuk sakit perut, jantung bakar dan gangguan pencernaan.
4.4 Ekstrak padi untuk obat dan kosmetik
Ekstrak padi yang dioleh menjadi beras menjadi bahan dalam obat-obatan dan
kosmetik. Salah satunya adalah karena diyakini dapat menambah volume dan
ketebalan rambut, sehingga mereka digunakan dalam shampoo dan produk

11
perawatan rambut lainnya, serta menjadi krim untuk pelembab karena fungsinya
adalah memiliki sifat antipenuaan atau anti aging. Campuran tepung beras dan
madu sendiri digunakan oleh beberapa wanita untuk menambah kecerahan kulit di
wajah mereka.
4.5 Manfaat Padi untuk kulit
a) Kaya antioksidan dapat membantu untuk melindungi kulit.
b) Kaya akan asam lemak esensial yang penting untuk kesehatan karena
tubuh kita membutuhkan mereka tapi tidak dapat secara alami
menghasilkan mereka. Asam lemak esensial telah dikaitkan dengan
penurunan tingkat depresi.
c) Efektif untuk kulit yang terkena iritasi, dapat digunakan sebagai salep
kulit, dan dapat membantu mengurangi peradangan dan gatal-gatal.
d) Sumber yang sangat baik mengandung vitamin E, yang membantu
melindungi kering.
e) Melindungi diri dari banyak karsinogen beracun yang menembus produk
perawatan kulit.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Poaceae adalah salah satu dari famili tumbuhan yang muncul hampir di seluruh
belahan dunia, kecuali pada kedua kutub bumi. Terdapat berbagai macam karakteristik
lingkungan tempat tumbuh tumbuhan dari famili Poaceae, baik lingkungan yang lembab
maupun lingkungan yang kering juga termasuk habitat hidup tumbuhan dari famili Poaceae.
Karakter paling spesifik dari famili Poaceae adalah kebutuhannya akan sinar matahari
langsung dengan intensitas yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan yang
ditumbuhi tumbuhan dari famili tersebut merupakan lingkungan yang terbuka dengan
hamparan padang rumput.
Padi (Oryza sativa, L.) memiliki bentuk dan warna yang beragam, baik tanman
maupun berasnya. Beras merupakan makanan sumber energi yang memiliki kandungan
karbohidrat tinggi namun proteinnya rendah. Manfaat dari padi salah satunya adalah untuk
obat dan kosmetik seperti shampoo dan produk perawatan rambut lainnya, serta menjadi krim
untuk pelembab karena fungsinya adalah memiliki sifat antipenuaan atau anti aging.

13

Anda mungkin juga menyukai