Waham Fix
Waham Fix
WAHAM
b. Faktor presipitasi
Faktor-faktor yang dapatmencetuskanperilakukekerasansering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia
Dopamine, noreepineprin, dan zat halusinogen lainya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
3. Rentang respon
b. Afektif:
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul
C. Pohon Masalah
b. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi pikir : waham
3. Untuk Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang
belum terpenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara
optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien
2) Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah,
follow up, dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk
klien.
3) Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan
SP 2 pasien
Orientasi
Selamat pagi mas bapak/ibu, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bapak/ibu sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran
bapak/ibu?” “Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bapak/ibu tersebut?”
“Berapa lama bapak/ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit tentang hal tersebut?”
Kerja
“Apa saja hobby bapak/ibu? Saya catat ya bapak/ibu, terus apa lagi?”“Wah..,
rupanya bapak/ibu pandai main catur ya, tidak semua orang bisa bermain
caturseperti itu lho bapak/ibu”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa bapak/ibu ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur,
siapa yangdulu mengajarkannya kepada bapak/ibu, dimana?”“Bisa bapak/ibu
peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?”“Wah..baik
sekali permainannya”“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak/ibu ini
ya, berapa kali sehari/seminggubapak/ibu mau bermain catur?”“Apa yang
bapak/ibu harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”“Ada tidak hobi atau
kemampuan bapak/ibuyang lain selain bermain catur?”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dankemampuan bapak/ibu?” “Setelah ini coba bapak/ibu lakukan latihan catur
sesuai dengan jadwal yang telah kitabuat ya?”“Besok kita ketemu lagi ya
bapak/ibu?”“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang tamu
saja, ya setuju?”“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus
bapak/ibuminum, setuju?
SP 3 pasien
Orientasi
“Selamat pagi bapak/ibu.”“Bagaimana bapak/ibu sudah dicoba latihan
caturnya? Bagus sekali” “Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu
bagaimana kalau sekarang kitamembicarakan tentang obat yang
bapak/ibuminum?”“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini
saja?”“Berapa lama bapak/ibu mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
Kerja
“bapak/ibuberapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat
diminum?”“bapak/ibu perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang”“Obatnya ada tiga macam bapak/ibu, yang warnanya
oranye namanya CPZ gunanya agartenang, yang putih ini namanya THP
gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ininamanya HLP gunanya agar
pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali seharijam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak/ibu
terasa kering, untuk membantumengatasinya bapak/ibu bisa banyak minum
”.“Sebelum minum obat ini bapak/ibumengecek dulu label di kotak obat
apakahbenar nama bapak/ibu tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jamberapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar” “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan
besar harus diminumdalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi
sebaiknya bapak/ibu tidak menghentikansendiri obat yang harus diminum
sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
Terminasi :
Bagaimana perasaan mas R setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang
bapak/ibu minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minumobat?”“Mari
kita masukkan pada jadwal kegiatan bapak/ibu. Jangan lupa minum obatnya
dan nantisaat makan minta sendiri obatnya pada perawat”“Jadwal yang telah
kita buat kemarin dilanjutkan ya bapak/ibu!”“bapak/ibu, besok kita ketemu
lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Daftar Pustaka
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Yosep, I & Sutini, T. (2014). Buku ajar keperawtan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Surabaya, Januari 2018
(…………….…………..…………) (…………………………………..…)