Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

( Infusa )

DisusunOleh :

• Adela Faeza 201804001


• Adinda Marsha 201804002
• Baoshanico Yordania 201804010
• Cucu Yunengsih 201804011
• Ega Oktaviani 201804014

Kelompok :4A

Dosen Pengampu : Reza Anindita, M.Si.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA
BEKASI
2019
BAB I
TUJUAN

1. Mahasiswa mampu membuat infusa dari tumbuhan


2. Mahasiswa dapat membedakan metode infusa dan dekokta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sediaan galenika adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku dari hewan
atau tumbuh – tumbuhan yang disari. Zat – zat yang tersari terdapat dalam sel –
sel bagian tumbuh – tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering. Ada
beberapa metode yang digunakan untuk mengambil bahan aktif dari simplisia
bahan alam, yaitu maserasi, perkolasi, reperkolasi, digerasi, dikoktum, dan
infusum. (Anief,Moh. 2010.)
Penyarian merupakan peristiwa massa zat aktif yang semula berada
didalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam
penyari tersebut. (UIT Makassar,2012)
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit (FI IV hal 9). Simplisia adalah
bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan obat tradisional yang
belum mengalami pengolahan apa pun kecuali proses pengeringan. Ditinjau dari
asalnya, simplisia digolongkan menjadi simplisian nabati dan simplisia hewani.
Simplisia hewani berasal dari hewan, baik yang masih utuh, organ-organnya,
maupun zat-zat yang dikandungnya yang berguna sebagai obat dan belum berupa
zat kimia murni. Simplisia nabati berasal dari tanaman, baik yang masih utuh,
bagian-bagiannya, maupun zat-zat nabati yang dipisahkan dari tanamannya dan
belum berupa zat kimia murni. Sumber simplisia nabati sampai saat ini berupa
tumbuhan liar dan tanaman budi daya. Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak
boleh mengandung organisme pathogen, dan harus bebas dari cemaran
mikroorganisme, serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia
tidak boleh menyimpan bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir, atau
menunjukan adanya kerusakan. Jumlah benda anorganik asing dalam simplisia
nabati atau hewani yang dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut dalam
asam, tidak boleh lebih dari 2%, kecuali dinyatakan lain. (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 1995)
Infus atau rebusan adalah sedian air yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air suhu 90° C selama 15 menit,yang mana ekstraksinya
dilakukan secara infundasi Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif
yang semula di dalam sel ditarik oleh cairan penyanyi sehingga zat aktif larut
dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan bertambah baik apabila
permukaan (Ansel,2009)
Infundasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia
dalam air pada suhu 90°C selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang
umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari
bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang
diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Umumnya infus
selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak,yang mengandung
minyak atsiri,dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama.(Depkes RI.1979)
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bahan tidak berkhasiat
keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Kecuali untuk simplisia yang
tertera pada tabel, untuk membuat 100 bagian infusa, digunakan sejumlah
simplisia seperti tabel.

Bahan – bahan Jumlah


Kulit Kina 6 Bagian
Daun Digitalis 0,5 Bagian
Akar Ipeka 0,5 Bagian
Daun Kumis Kucing 0,5 Bagian
SekaleKomutum 3 Bagian
Daun sena 4 Bagian
Temulawak 4 Bagian
Sample yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus
sebagai berikut:

Serbuk (5/8) Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun
sena
Serbuk (8/10) Dringo, kelembak
Serbuk (10/22) Laos, akar valerian, temulawak, jahe
Serbuk (22/60) Kulit kuni, akar ipeka, sekalekornutum
Serbuk (85/120) Daun digitalis

Sampel yang digunakan untuk infusan pada praktikum ini :

Sirih (Piper betle)


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
BAB III
HASIL PERCOBAAN

I. Data Penimbangan

No. SAMPEl BERAT / VOLUME


1 Piper betle (daun sirih) 50,35 gram
(nama sampel)
2 Aquades 500

(penyari)

II. Hasil Ekstraksi

No. PENGAMATAN HASIL


1 Volume infusa 445 mL
2 Organoleptik :
Warna Cokelat muda, jernih
Bau Khas aromatik
Rasa Pahit, terasa seperti mint

445 𝑚𝐿
Presentase infusa = 500 𝑚𝐿 × 100%

= 89%
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum ini melakukan pembuatan infusa, Infusa merupakan


sediaan herba cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi herba nabati dengan
air bersih, dipanaskan pada suhu 90-98 derajat Celsius selama 15 menit. Cara
membuat infusa daun sirih merupakan metode infusa dengan cara yang paling
sederhana. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan herbal alami dari daun,
batang dan bunga. Terbuat dari simplisia yang berbahan lunak, mengandung
minyak atsiri/ zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama. Bahan yang digunakan
pada pembuatan ini yaitu daun sirih . Daun sirih mengandung minyak atsiri, fenol
dan turunannya. Manfaat daun sirih memiliki senyawa fenol yang digunakan
sebagai antisariawan, antiseptic, astringen, dan anti batuk. Cara membuat infusa
daun sirih telah diakui jauh lebih murah dan hanya menggunakan peralatan yang
sedehana, dan waktu yang singkat dalam 15 menit, daun yang diambil adalah
daun yang masih segar dan berwarna hijau tua, tidak rusak dan bebas hama.
Untuk pembuatan infusa dengan menggunakan daun sirih yaitu yang
pertama Ambil daun sirih segar cuci bersih dengan air mengalir, kemudian iris
kecil-kecil sebanyak 50 gram menggunakan gunting Irisan tidak terlalu kecil
ataupun terlalu tipis agar tidak merusak minyak atsiri didalamnya. Lalu Capurkan
irisan daun sirih dengan 500 ml air Aquades, masukkan kedalam bejana yang
tidak bereaksi dengan zat aktif Kemudian tutup dan panaskan pada suhu 90-98
derajat celsius selama 15 menit.
Pada saat proses pembuatan diharapkan semua kandungan minyak atsiri
dalam daun sirih akan larut ke dalam cairan , lalu setelah itu cairan infusa
didinginkan , Setelah cairan infusa dingin, cairan ini diserkai (peras dan saring)
menggunakan kain kain atau bahan yang lembut , diserkai pada keadaan sudah
agak dingin karena untuk mencegah penguapan minyak atsiri.
Evaluasi sediaan yang dilakukan pada sediaan infusa daun sirih adalah uji
organoleptis , yaitu menapatkan hasil warna yang didapat yaitu berwarna cokelat
muda , jernih dengan bau yang dihasilkan yaitu khas aromatik dan rasa yang
dihasilkan yaitu pahit dan terasa seperti mint . hasil ekstraksi memiliki volume
infusa yaitu sebanyak 445 ML dibagi dengan 500 mL yaitu dari Ml air aquadest
yang digunakan lalu dikali 100% untuk mentukan persentase tersebut namun hasil
persentase yang didapat hanya 89% yang seharusnya persentase tersebut adalah
100% hasil yang didapat tidak sesuai dengan teoritis karena ada air yang
menguap pada saat proses perebusan atau pendidihan cairan infusa daun sirih
tersebut .
Infusa digunakan dalam keadaan segar pada hari itu juga, atau selama
kurang dari 24 jam. Ektraksi ini dapat diminum dalam keadaan masih panas
ataupun sudah dingin, yang terpenting dalam cara membuat infusa, selalu gunakan
penutup karena dikhawatirkan kandungan minyak atsiri akan hilang .
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini ,yaitu bahwa Daun Sirih
bisa dibuat menjadi Infusa. Infusa sendiri merupakan sediaan cair yang dibuat
dengan cara mengekstrasi simplisia nabati dengan air pada suhu 900-980C selama
15 menit (FI Edisi III). Kami menggunakan simplisia sebanyak 50g Daun Sirih
yang dilarutkan dalam 500mL aquadest. Dan dalam perlakuannya harus hati-hati
karena dapat mempengaruhi kadar minyak atsiri yang mudah menguap. Adapun
alat yang digunakan, yaitu Bejana, Kompor, dan beaker glass untuk mengukur
jumlah aquadest ataupun Infusa tersebut. Hasil yang didapat kelompok kami pun
tidak sesuai dengan teoritis karena kami hanya mendapat persentase 89% dari
yang seharusnya 100%, karena beberapa kesalahan yang mungkin mempengaruhi
kandungan minyak atsiri di dalamnya. Infusa pun dapat dikonsumsi pada keadaan
yang segar yaitu kurang dari 24jam setelah pembuatannya.

5.2 DAFTAR PUSTAKA


Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta : Depkes RI
Ansel,H. C.,1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,edisi 4,diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Jakarta : Penerbit UI Press
Tim Penyusun Ilmu Resep. 2003. Ilmu Resep Teori, jilid II, Jakarta: Departemen
Anief,Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada
UniversityPress.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi
IV,

Anda mungkin juga menyukai