Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM

INFUSA

Nama Praktikan : Tanggal Praktikum :


- Tantri Lustiana (412121048)
- Nur Fatimatul Fauziah (412121049)
- Denny Denden Syawaludin (412121050)
- Siska Nur Aulia (412121051)
- Arny Juniarty Zahra (412121052)

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan dapat :


a. Menjelaskan prinsip pemisahan dengan metode infusa.
b. Melakukan pemisahan menggunakan metode infusa.

2. PRINSIP

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat aktif
yang larut dalam air. penyarian dengan metode ini menghasilkan ekstrak yang tidak stabil
dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, sehingga tidak boleh disimpan lebih dari 24
jam. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan dengan menyari simplisia menggunakan
pelarut air pada temperatur 90 °C selama 15 menit. Umunya infusa dibuat dari simplisia
yang memiliki jaringan lunak yang mengandung minyak atsiri dan zat yang tidak tahan
terhadap pemanasan.
Untuk melakukan proses infusa dan dekokta, maka kita harus mempersiapkan 1 unit
panci yang terdiri dari 2 buah panci yang saling bisa ditumpuk Panci yang di atas digunakan
untuk menaruh bahan yang akan di ekstraksi (tentu bersama pelarutnya, yaitu air, masing-
masing dengan takaran tertentu), sementara panci sebelah bawah diisi air, maksudnya
digunakan sebagai pemanas panci atas, sehingga panas yang diterima panci atas tidak
langsung berhubungan dengan api. Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada
suhu 100° C), maka panas yang diterima oleh panci atas suhunya hanya mencapai sekitar 90°
C saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh
pemanasan berlebihan. (biasanya zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai 100 ° C atau
lebih).

2. ALAT DAN BAHAN

Alat : Bahan :
a. Gelas ukur 50 mL a. Akuades
b. Gelas kimia 100 mL b. Daun teh
c. Waterbath/ hot plate c. Kertas saring
d. Neraca analitik

3. CARA KERJA PRAKTIKUM

a. Daun teh kering sebanyak 10 gram menggunakan neraca analitik.


b. Sampel dimasukkan kedalam gelas beaker dan ditambahkan air 100 mL.
c. Gelas beaker yang berisi sampel dimasukkan kedalam waterbath yang sudah
diatur suhunya dan pemanasan dilakukan selama 15 menit, dimulai dari suhu 90 °C
sambil sesekali daduk.
d. Selanjutnya infusa disaring menggunakan kertas saring.
e. Jika filtrat belum mecapai 100 mL, tambahkan air panas secukupnya pada ampas
kemudian disaring dan filtrat digabungkan.
f. Selanjutnya hasil pemisahan diamati dan dicatat hasil pengamatannya.

4. PEMBAHASAN

Infusa merupakan ekstraksi yang menggunakan pelarut polar yaitu air.


Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik atau terlarut
dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. pemilihan pelarut dapat
mempengaruhi hasil kandungan senyawa metabolit sekunder yang terekstraksi. Sifat
yang penting dalam pemilihan pelarut adalah polaritas dan gugus polar dari suatu
senyawa. Pada umumnya, pemilihan pelarut ekstraksi menggunakan prinsip like
dissolves like, yaitu senyawa yang nonpolar akan mudah larut dalam pelarut
nonpolar sedangkan senyawa yang polar akan mudah larut pada pelarut polar.
Infundasi adalah proses penyarian yang umum digunakan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Metode ekstraksi
dengan cara infundasi ini sangat ekonomis bila dibandingkan metode lainnya karena
hanya menggunakan teknik rebusan air. Pembuatan dilakukan dengan cara
mencampur simplisia yang kehalusannya sesuai dengan air secukupnya, panaskan di
atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 derajat celcius.
Serkai selagi panas melalui kain flanel, serta tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. Volume yang
didapat sebanyak 40 ml, larutan berwarna coklat kekuningan dengan konsistensi
cair.
Sample yang digunakan dalam praktikum ini adalah sample daun teh kering.
Daun teh mengandung cafein, theobromine, theophylin, tannin, adenin, minyak atsiri,
naringenine, dan natural floride dan substansi lainnya yang terkandung dalam the antara lain
substansi fenol yang terdiri dari katekine dan flavonal.
Pada infusa, air dipertimbangkan sebagai penyari karena murah dan mudah
diperoleh, stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun, serta alamiah. Tetapi meskipun air
memliki keunggulan sebagai penyari, air juga memiliki kelemahan diantaranya yaitu tidak
selektif, sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman sehinga cairan infusa cepat rusak dan
untuk proses pengeringan dipela waktu yang lama. Dari beberapa kelemahan – kelemahan
air sebagai penyari tersebut maka sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Jumlah air yang digunakan untuk menyari daun teh adalah 100 ml yang didapat dari
perbandingan 1 : 10 dan sesuai dengan literatur.

5. KESIMPULAN

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat aktif yang
larut dalam air. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan dengan menyari simplisia
menggunakan pelarut air pada temperatur 90 °C selama 15 menit. Umunya infusa dibuat
dari simplisia yang memiliki jaringan lunak yang mengandung minyak atsiri dan zat yang
tidak tahan terhadap pemanasan.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi dkk. (2017). PEMBUATAN SEDIAAN INFUSA DAN DEKOKTA. AKADEMI FARMASI SARASWATI
DENPASAR.

Khafidhoh, Z. (2015). EFEKTIVITAS INFUSA KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix DC.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Candida albicans PENYEBAB SARIAWAN SECARA in vitro. University
Research Coloquium.

Rahmilia. (2010). Pengaruh pemberian infusa daun teh terhadap peningkatan kematian cacing
gelang babi. Universitas Sebelas Maret.

Warnis, M., Marlina, D., & Nizar. (2020). PELATIHAN TENTANG PEMBUATAN INFUSA DAUN SIRIH
SEBAGAI OBAT KUMUR PENCEGAH SARIAWAN TERHADAP IBU-IBU RUMAH TANGGA.
SNapan.

Anda mungkin juga menyukai