Bab III
Bab III
PLN (Persero)
Wilayah Sulsel, Sultra & Sulbar Sektor Tello
Makassar
BAB III
TINJAUAN UMUM MENGENAI PLTD
Manajer Unit
PLTD
5. Kompressor
6. Radiator / Colling Tower / Cooler / Intercooler
7. Filter-Filter / Strainer
8. Pompa-Pompa
9. Tanki-Tanki
10. Piping Sistem
Seksi Pemeliharaan Listrik
Tugas utama
1. Melaksanakan pemeliharaan semua komponen peralatan listrik
mulai dari pemeliharaan rutin, periodik, prediktif dan korektif.
2. Mengusulkan kebutuhan material listrik untuk kelancaran
pemeliharaan.
3. Mengidentifikasi peralatan listrik yang harus dilakukan perawatan
dan atau penggantian material listrik.
4. Mengevaluasi performance hasil perawatan peralatan listrik.
5. Melakukan pembinaan kepada pegawai listrik / teknisi yang
menjadi tanggung jawabnya.
Tanggung Jawab Pemeliharaan Peralatan Mekanik pada :
1. Generator dan Exiter
2. Transformator
3. Motor –Motor
4. Cercuit Breaker & Disconnecting Switch
5. Contactor. Termal Overload & Fuse
6. DC Charger / konverter
7. Batery
8. Peralatan Kontrol instrumen & Metering
9. Alat Proteksi mesin
10. Alat Proteksi Generator & Transformator
11. Panel-Panel cubicle
12. Kabeling & wiring sistem
III.2.2. Mitsubishi
A. Mesin
Type = Mitsubishi-Man 18 V52/55A
Pabrik pembuat = Mitsubishi heavy industries LTD japan
Daya keluaran (PS) = 17.610
Siklus langkah =4
Diameter silinder = 520 mm
Panjang langkah = 550 mm
Perb. kompressi = master cyl =11,2 slave CYL = 11,5
2
Tekanan pembakaran = 128 kg/cm
Jumlah silinder = 18
Bahan bakar = HSD atau MFO
Putaran = 428 rpm
Metode injeksi BB = injeksi tanpa udara
Turbocharge = type tekanan statis
B. Generator
Pabrik pembuat = Meidensa electric MFG LTD
Putaran = 428 rpm
Daya keluaran = 15.750 kVA
Frekuensi = 50 Hz
Tegangan = 6300 V
Arus keluaran = 1.443 A
Phasa =3
Faktor daya = 0,8 (lagging)
Type = Jenis medan motor dengan pendingin sendiri
Hubungan stator = bintang
Kelas isolasi =F
C. Exiter
Pabrik pembuat = Meidensa electrik MFG LTD
Daya = 130 kVA
Tegangan = 100 V
Arus = 682 A
Putaran = 428 rpm
type = F-AA
Faktor daya = 90 %
Frekuensi = 71,4 Hz
Fungsi :
Mengabutkan bahan bakar/ menyemburkan bahan bakar.
b. Rocker Arm ( Pelatuk )
Fungsi :
Untuk Menggerakkan Katup Buang dan Katup Isap.
c. Valve ( Katup )
Fungsi :
Menutup dan membuka saluran udara masuk dan saluran gas
buang.
Kontruksi Katup :
Sudut Bidang Kontak : 300 dan 450 .
Tanpa Rotator dan dengan Rotator.
d. Starting Valve
Fungsi :
Membuka dan menutup saluran udara start mesin.
2. Piston dan Connecting Rod
1. Piston ( Torak )
Fungsi :
Merapatkan Ruang Bakar
Menerima Tekanan Pembakaran
Menyerap Panas Hasil Pembakaran
Meneruskan Tekanan Hasil Pembakaran
Meneruskan Panas pembakaran ke liner
2. Piston Ring ( Ring Torak )
Fungsi :
Merapatkan torak dan liner
Memindahkan panas torak ke liner
Mencegah kebocoran tekanan diatas torak
Fungsi :
Pena penghubung batang torak dengan torak
4. Connecting Rod ( Batang Torak )
Fungsi :
Meneruskan tekanan torak keporos engkol.
Meneruskan putaran poros engkol ke torak.
Fungsi :
Tempat terjadinya pembakaran
Tempat pergerakkan torak
Penghantar panas hasil pembakaran
2. Liner ( Silinder )
Liner basah :
Liner bersinggungan langsung dengan air pendingin
mesin.
Antara liner dengan mesin menggunakan penyekat karet.
Tingkat korosi liner lebih tinggi
Liner kering :
Liner tidak bersinggungan langsung dengan air pendingin
mesin
Pemasangan liner lebih sulit
Liner lebih tahan korosi
3. Engine Block ( Blok Mesin )
Fungsi :
Tempat kedudukan liner dan poros engkol
Tempat komponen disatukan
Rangka Utama Mesin
Fungsi :
Merubah gerak lurus menjadi gerak bolak-balik atau
sebaliknya.
Tempat bertumpunya batang torak.
Fungsi :
Merubah gerak putar menjadi gerak lurus
Mengatur dan buka tutup katup
Penggerak pompa pengabutan bahan bakar.
6. Bearing ( Bantalan )
Fungsi :
1. Pelapis gerakan logam keras dengan logam keras
2. Memudahkan pemeliharaan komponen mesin yang bergerak
3. Memperkecil biaya pemeliharaan komponen mesin yang
bergerak
4. Mencegah komponen utamma yang bergesekan cepat rusak
Fungsi :
Sebagai penyangga utama seluruh bagian mesin dan generator untuk
memudahkan penempatan mesin dan generator.
Setelah mesin beroperasi secara normal, maka kran botol angin segera
ditutup, karena suplay udara berikutnya menggunakan udara yang masuk dari
intake manifold (diambil dari sistem turbocharger).
Kalau mesin diesel distart, maka poros engkolnya harus diputar oleh alat
dari luar sedemikian rupa sehingga udara didalam silinder ditekan pada TMA
sampai suatu tekanan, yang apabila bahan bakar diinjeksikan akan menyala dan
menghasilkan langkah daya. Terdapat dua persyaratan penting yang harus
dipenuhi untuk menstart :
Kecepatan cukup. Kecepatan menstart tergantung pada jenis dan ukuran
mesin, keadaannya dan suhu udara sekeliling. Apabila kecepatan menstart
tidak mencukupi maka akan menurunkan tekanan kompresi dan suhu pada
akhir langkah dibawah yang diperlukan untuk menyalakan bahan bakar yang
diinjeksikan.
Perbandingan kompresi tepat. Kalau perbandingan kompresi tidak cukup
tinggi maka suhu akhir dari pengisian udara tekan juga akan terlalu rendah
untuk penyalaan.
Penstater Udara
Pada mesin diesel yang digunakan pada PLTD Tello baik itu jenis SWD
maupun jenis MITSUBISHI, keduanya menggunakan metode penstater udara
dalam menjalankan awal mesin, salah satu alasan menggunakan penstater udara
untuk mesin besar seperti ini adalah bahwa udara tekan mudah untuk diproduksi,
mudah untuk disimpan dan sebagai gas berkelakuan selama ekspansi mirip
dengan gas pembakaran dalam silinder.
Penstater udara sangat sesuai untuk mesin diesel besar yang memerlukan
penggunaan energi besar dalam waktui singkat. Penekanan udara ke dalam tangki
dan penggunaan udara dari tangki dapat memberikan energi yang diperlukan
sejumlah berapapun yang dikehendaki. Tekanan udara penstater pada suatu mesin
diesel biasanya 150 sampai 300 psi, mesin injeksi udara mempunyai kompresor
udara tekanan tinggi dan untuk memperkecil ukuran tangki udara, digunakan
tekanan udara dari 500 sampai 700 psi.
Volume tangki udara yang diperlukan untuk menstart mesin dapat diambil
sebesar 15 sampai 20 kali lipat perpindahan torak total untuk mesin kecil. Udara
tekan yang digunakan untuk menstart dapat dikembalikan dalam jangka waktu
yang relatif lama setelah mesin distart, oleh sebab itu kompresor udara bisa kecil
dan tidak memerlukan banyak daya. Kompresor dapat digerakkan langsung dari
mesin atau dari sumber daya terpisah, misalnya motor bakar kecil yang distart
dengan tangan atau motor listrik.
oil, maka lub oil tersebut di saring pada glacier centrifugal lub oil filter juga
dihisap dan dipompa oleh purifier melewati heater (steam heater dan elektrik
heater) lalu masuk ke purifier, clean oil yang dihasilkan masuk kembali ke dalam
lub oil sump tank. Temperatur lub oil masuk 50 – 63oC, sedangkan temperatur
keluar 70 – 90oC dengan tekanan 5 – 8 bar.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemilihan minyak
pelumas, antara lain :
a) Viscositas (kekentalan), sebagai tahanan fluida untuk mengalir. Makin tinggi
viscositas makin sulit untuk mengalir (makin kental).
b) Pour Point (titik tuang), merupakan temperatur terendah dimana pelumas
mesin dapat mengalir.
c) Flash Point (titik nyala), merupakan temperatur minimum pelumas yang dapat
menguap pada tekanan atmosfer sehingga dapat menyala bila diletakkan pada
api.
d) Fire ponit (titik bakar), temperatur minimum dimana uap pelumas cukup
banyak dan dapat terbakar. Biasanya fire point pelumas di atas 30oC Flash
ponit.
e) Demulsibility, sifat kemudahan untuk terpisah dari air.
Bagian-bagian terpenting untuk di lumasi antara lain Main Bearing, piston,
Crank Shaft, Cam shaft, Rocker Arm dan bagian-bagian lainnya. Disamping
untuk pelumasan mesin, sistem PLTD dilengkapi juga pelumasan untuk
turbocharger, dimana prinsip kerjanya sama. Dari data pemeliharaan PLTD
diperoleh untuk engine Mitsubishi menggunakan jenis pelumas Salyx 420 SAE
40, dan SWD juga menggunakan Salyx 420 SAE 40. Dimana pelaksanaan
penambahan/pergantian berdasarkan kondisi pelumas itu sendiri (hasil
pengamatan secara kimia) dan pemeriksaan kualitas pelumas dilakukan secara
rutin setiap minggu.
Didalam water cooler, air dari secondary cooling water masuk melalui
pipa-pipa kecil, sehingga antara air pendingin engine dengan air secondary
cooling tidak bersentuhan langsung.
Temperatur inlet jacket cooling Water 70 s/d 80oC dan temperatur outlet
sekitar 85 s/d 95oC dengan tekanan 2,5 – 3,5 bar. Karena air yang masuk ke
engine tidak akan sama dengan jumlah air yang keluar (karena adanya penguapan)
dan untuk memberikan air pendingin mesin secara kontinu, maka sistem
pendinginan dilengkapi primary cooling water expansi tank.