Anda di halaman 1dari 30

Lucky Prasetyo Hardiyanto

Senin, 07 Juni 2010

Sistem produksi tepat waktu (Just In Time)


Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen
fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada
prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan
dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.

Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk
aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu
dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan
biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.

Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber
daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi
pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan
mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen
lainnya

Jus In Time (JIT) adalah filofosi manufakturing untuk menghilangkan pemborosan waktu
dalam total prosesnya mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi. Fujio Cho dari
Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang berlebih, di luar
kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja yang
mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Kemudian diperoleh rumusan
yang lebih sederhana pengertian pemborosan: Kalau sesuatu tidak memberi nilai tambah
itulah pemborosan

7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena :

Over produksi
Waktu menunggu
Transportasi
Pemrosesan
Tingkat persediaan barang
Gerak
Cacat produksi

B. Konsep Dasar Just In Time

Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan
cara membuat semua proses dapat menghasilkan produk yang diperlukan, pada waktu
yang diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan
mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses
manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang
menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem
dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya

Terdapat empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):

Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat
dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan
fluktuasi permintaan.
Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan

Guna mencapai empat konsep ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai berikut :

Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).


Metode pelancaran produksi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan.
Penyingkatan waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil dan sistem saran untuk meningkatkan moril
tenaga kerja.
Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh
bagian perusahaan

C. Elemen-elemen Just In Time

Pengurangan waktu set up


Aliran produksi lancar (layout)
Produksi tanpa kerusakan mesin
Produksi tanpa cacat
Peranan operator
Hubungan yang harmonis dengan pemasok
Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
Sistem Kanban

1. Pengurangan Waktu set up dan ukuran lot

Pemilahan kegiatan set up


Kegiatan set up bisa dipilah menjadi:
1) Kegiatan eksternal set up: persiapan cetakan & alat bantu, pemindahan cetakan, dan
lain-lain.
2) Kegiatan internal set up: bongkar pasang pada mesin, penyetelan mesin, dan lain-lain.

b. Langkah mengurangi waktu set up:

Memisahkan pekerjaan set up yang harus diselesaikan selagi mesin berhenti (internal set
up) terhadap pekerjaan yang dapat dikerjakan selagi mesin beroperasi (eksternal set up).
Mengurangi internal set up dengan mengerjakan lebih banyak eksternal set up, contohnya:
persiapan cetakan, pemindahan cetakan, peralatan, dan lain-lain.
Mengurangi internal set up dengan mengurangi kegiatan penyesuaian (adjustment),
menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar pasang, menambah personil
pembantu, dan lain-lain.
Mengurangi total waktu untuk seluruh pekerjaan set up, baik internal maupun eksternal.
Contoh:

Jika set up mesin lamanya 1 jam (60 menit), bisa disingkat menjadi 6 menit. Andaikata lot
yang harus dibuat banyaknya 3000 buah yang setiap unitnya memakan waktu 1 menit,
maka waktu produksinya = 1 jam + (3000 x 1 menit) = 3060 menit = 51 jam.
Setelah waktu set up dikurangi menjadi 6 menit, maka waktu produksinya menjadi = 6
menit + (3000 x 1 menit) = 3006 menit.
Namun, dengan waktu yang sama (3060 menit) dapat dibuat lot sebanyak 300 buah dari
berbagai jenis, yang diulang sebanyak 10 kali, yaitu: {6 menit + (300 x 1 menit)} x 10 = 3060
menit = 51 jam.
Hal ini berarti sistem produksi lebih tanggap terhadap perubahan.

2. Aliran produksi lancar (layout)

Pemborosan yang berkaitan dengan process Layout


Pada layout proses ditemukan berbagai pemborosan, yaitu:
Kesulitan koordinasi dan jadwal produksi
Pemborosan transportasi dan material handling
Akumulasi persediaan dalam proses
Penanganan material berganda bahkan beberapa kali
Lead time produksi yang sangat panjang
Kesulitan mengenali penyebab cacat produksi
Arus material dan prosedur kerja sulit dibakukan
Sulitnya perbaikan kerja karena tidak ada standardisasi

c. Aliran Produksi

Proses layout. Waktu simpan komponen lama, tingkat persediaan tinggi, dan prioritas kerja
sulit ditentukan.
Ketidakseimbangan jalur. Jika proses tidak terkoordinir maka komponen akan
terakumulasi sebagai persediaan, dan pengaturan kerja akan sulit dilakukan.
Set up atau penggantian alat yang makan waktu. Persediaan komponen akan menumpuk,
sementara proses berikutnya akan tertunda.
Kerusakan dan gangguan mesin. Jalur akan berhenti dan akan terjadi penumpukan barang
dalam proses.
Masalah kualitas. Kalau cacat produksi ditemukan, maka proses selanjutnya akan berhenti
dan persediaan akan menumpuk.
Absensi. Jika seorang operator ada yang berhalangan kerja dan penggantinya sulit
ditemukan, maka jalur produksi akan terhenti.

3. Produksi tanpa kerusakan mesin

a. Preventive Maintenance
1) Pendekatan untuk mencegah kerusakan dan gangguan mesin dapat dilihat pada gambar
3.
2) Faktor penyebab gangguan mesin dapat dilihat pada gambar 4.
3) Gangguan mesin dan penanggulangannya dapat dilihat pada gambar 5.

b. Total Productive Maintenance

Belajar bagaimana melakukan pemeliharaan rutin mesin, misalnya: pelumasan,


pengencangan baut, dan sebagainya. Guna mencegah penurunan daya kerja mesin.
Melaksanakan petunjuk penggunaan mesin secara wajar.
Mengembangkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap tanda-tanda awal penurunan
kemampuan mesin, dengan melakukan perawatan yang mudah, pembersihan, penyetelan,
dan lain-lain.

Sementara karyawan bagian pemeliharaan, bisa melakukan antara lain

1) Membantu operator produksi mempelajari kegiatan perawatan yang dapat dilakukan


sendiri.
2) Memperbaiki penurunan kemampuan peralatan melalui inspeksi berkala, bongkar
pasang, dan penyesuaian atau penyetelan kembali.
3) Menentukan kelemahan dalam rancang bangun mesin, merencanakan dan melakukan
tindakan perbaikan, menentukan kondisi wajar operasi mesin.
4) Membantu operator menaikan kemampuan perawatan, dan lain-lain.

1. Pengertian Just In Time (JIT)

Sistem produksi tepat waktu (JIT) adalah sistem produksi yang bertujuan untuk
menghasilkan unit yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan dalam waktu yang
diperlukan.

Ide dasar sistem produksi tepat waktu (JIT) adalah menghasilkan sejumlah barang yang
diperlukan saat diminta dengan menghilangkan segala macam pemborosan sehingga
diperoleh biaya produksi yang rendah.

Sistem produksi tepat waktu (JIT) bukanlah ilmu yang memerlukan analisis kuantitatif
maupun kualitatif yang begitu rumit, lebih tepatnya JIT bisa dikatakan sebagai metode
pendekatan, filosofi kerja, konsep ataupun strategi manajemen yang dimaksud dan
tujuannya adalah mencapai performansi yang tinggi dalam proses manufacturing. JIT
adalah filosofi manufakturing untuk menghilangkan pemborosan dalam total prosesnya
mulai dari proses pembelian sampai distribusi.

2. Konsep Dasar Just In Time

Konsep dasar JIT dalam proses produksi atau sistem manufaktur fabrikasi pada prinsipnya
pabrik hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta, sejumlah yang diperlukan,
pada saat yang dibutuhkan. Sasaran utama dalam JIT adalah membuat kelancaran
produksi sehingga tidak mengganggu jalannya aliran bahan dari pemasok sampai
pelanggan terakhir dengan tepat.
Terdapat empar konsep dasar dalam melaksanakan JIT, yaitu:

1. Produksi JIT adalah memproduksi apa yang dbutuhkan, hanya pada saat dibutuhkan
dan dalam jumlah yang diperlukan.
2. Autonomasi, merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3. Tenaga kerja yang fleksibel, pekerja dengan fungsi ganda.
4. Pemikiran kreatif, yang berarti memperhatikan saran para pekerja.
Guna mencapai empat konsep dasar ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai
berikut:

Sistem kanban untuk mempertahankan produksi JIT.


Metode pelancaran produksi, untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
permintaan.
Perpendekan waktu penyiapan, untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
Tata ruang mesin dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang
fleksibel.
Aktivitas perbaikan melalui kelompok kecil dan sistem saran untuk
meningkatkan moril tenaga kerja.
Sistem pengendalian visual untuk mencapai konsep autonomasi.
Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke
seluruh bagian perusahaan.
Just in Time dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation tahun 1973. Tujuan
utamanya adalah pengurangan biaya atau perbaikan produktivitas dengan
menghilangkan berbagai pemborosan. Pengembangan yang sangat penting dalam
perencanaan dan pengendalian operasional saat ini adalah JIT manufacturing yang
kadang disebut sebagai”produk tanpa persedian”. JIT bukan hanya sekedar sebuah
metode yang bertujuan untuk mengurangi persediaan. JIT juga memperhatikan
keseluruhan system produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat
disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan –
tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.

Hal yang harus diperhatikan dalam penerapan JIT


1. Aliran Material yang lancar – Sederhanakan pola aliran material. Untuk itu
dibutuhkan pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan akses
langsung dengan dan dari bagian penerimaan dan pengiriman. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan aliran material yang tidak terputus dari bagian penerimaan
dan kemudian antar tiap tingkat produksi yang saling berhubungan secara langsung,
samapi pada bagian pengiriman. Apapun yang menghalangi aliran yang merupakan
target yang haru diselidiki dan dieliminasi.
· 2. Pengurangan waktu set-up – Sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian produksi
diskret yang memilki waktu set-up mesin yang kadang-kadang membutuhkan waktu
beberapa jam. Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam sistem JIT. Pengurangan waktu
setup yang dramatis telah dapat dicapai oleh berbagai perusahaan, kadang dari 4-7
jam menjadi 3-7 menit. Ini membuat ukuran batch dapat dikurangi menjadi jumlah
yang sangta kecil, yang mengijinkan perusahaan menjadi sangat fleksibel dan
responsif dalam menghadapi perubahan permintaan konsumen.
· 3. Pengurangan lead time vendor – Sebagai pengganti dari pengiriman yang sangat
besar dari komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3 bulan, dengan sistem
JIT kita ingin menerima komponen tepat pada saat operasi produksi membutuhkan.
Untuk itu perusahaan kadang-kadang harus membuat kontrak jangka panjang
dengan vendor untuk mendapatkan kondisi seperti ini.
· 4. Komponen zero defect – Sistem JIT tidak dapat mentolelir komponen yang cacat,
baik itu yang diproduksi maupun yang dibeli. Untuk komponen yang diproduksi,
teknis kontrol statistik harus digunakan untuk menjamin bahwa semua proses
sedang memproses komponen dalam toleransi setiap waktu. Untuk komponen yang
dibeli, vendor diminta untuk menjamin bahwa semua produk yang mereka sediakan
telah diproduksi dalam sistem produksi yang diawasi secara satistik. Perusahaan
kan selalu memiliki program sertifikasi vendor untuk menjamin terlaksananya hal
ini.
· 5. Kontrol lantai produksi yang disiplin – Dalam system pengawasan lantai produksi
tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu produksi yang panjang
yang dapat mengurangi biaya set up dan juga pengurangan waktu pekerja. Untuk
itu, order produksi dikeluarkan dengan memperhatikan faktorfaktor ini. Dalam JIT,
perhitungan performansi tradisional ini sangat jauh dari keinginan untuk
membentuk persediaan yang rendah dan menghilangkan halhal yang menghalangi
operasi yang responsif. Hal ini membuat waktu awal pelepasan order yang tepat
harus dilakukan setiap saat. Ini juga berarti, kadangkadang mesin dan operator
mesin dapat saja menganggur. Banyak manajer produksi yang telah menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk menjaga agar mesin dan tenaga kerja tetap sibuk,
mendapat kesulitan membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan agar
berhasil menggunakan operasi JIT. Perusahaan yang telah berhasil
mengimplementasikan filosofi JIT akan mendapatkan manfaat yang besar.
·
· Prinsip-prinsip JIT
· 1. Simplification, merupakan salah satu tools just in time dalam penyederhanaan
proses yang ada.
· 2. Cleanliness and Organization, merupakan aturan dalam organisasi dan perusahaan
· 3. Visibility, membuat agar kesalahan terlihat.
· 4. Cycle time, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk.
· 5. Agility, kekuatan dalam pembuatan produk
· 6. Variability Reduction, kemampuan mengurangi hal-hal yang tidak diperlukan.
· 7. Measurement, pengertian akan proses keseluruhan.

BAB II
JUST-IN-TIME ( JIT )
1. Pengertian JIT

Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada
aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.

JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:

1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga produk rusak
dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan
kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam
meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas
yang bernilai tambah.

JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya
pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.

A. Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa
sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.

Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas
pembelian dengan cara:

1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang


dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
3. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
5. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:

1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.


2. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
3. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak
langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
4. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual
5. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
B. Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu,
mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau
sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.

Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:

1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun
kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu
nol).
3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-
mesin pada setiap tahapan pengolahan produk w
(orkstation).
4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang
tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:

1. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan


2. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
3. Waktu perpindahan
4. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
5. Ruangan pabrik
6. Biaya mutu
7. Pembelian bahan

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:

1. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan


2. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung
3. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja
dan overhead pabrik secara individual
4. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam“work tickets”

2. Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk

Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui
dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai dampak
pada:

1. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.


2. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
3. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
4. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
5. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.

Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:

2.1. JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional


.

Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan pemanufakturan


JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya sebesar
jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan
Tradisional meliputi:

a. Persediaan Rendah

b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner

c. Filosofi TQC (Total Quality Control)

2.2. JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead


Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk
Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk
lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk
tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan
aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.

JIT TRADISIONAL

Sistem Pull-through Sistem Push-through

Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan

Sel-sel pemanufakturan Berstruktur departemen

Tenaga kerja terinterdisipliner Tenaga kerja terspesialisasi

Pengendalian mutu (TQC) Level mutu akseptabel (AQL)

Dsentralisasi jasa Sentralisasi jasa

2.3. Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT

Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung
adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).

Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah
sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat
menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.

2.4. JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa

Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada


berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal
ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini
produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan
aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.

2.5. Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung

Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung
tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:

1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi
berkurang

2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.

2.6. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan

Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian
persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan
penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT
diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan),
sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan
keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan
manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai
keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend
biaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para
pesaing, (e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.

2.7. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan

Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan
bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel
pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.

Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian


Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian
yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat
dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang lebih sangat
kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan.
Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses.

2.8. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT

Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena adanya
persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol,
sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu
menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada
penyederhanaan.

2.9. JIT dan Otomasi

Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan otomasi dalam
beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk
mengikutinya dengan pemilikan teknologi pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk :
(a) menaikkan kapasitas produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan
pelayanan, (d) menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran.

Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk secara
individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-sel
pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak langsung dalam
lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.

2.10. Penentuan Harga Pokok Backflush

Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses dan
membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan menggunakan
backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.


2. Setiap produk ditentukan biaya standarnya.
3. Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkan
informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.

Ada dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu :

1. Perubahan Akuntansi Bahan


2. Perubahan Akuntansi Biaya Konversi

3. Analisis Biaya-Volume-Laba

3.1 Analisis CPV Konvensional

Analisis biaya-volume-laba (CPV) konvensional menganggap bahwa semua biaya,


produksi dan non produksi, dap[at digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu:

a. Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel

b. Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap.

Dalam anlisis tersebut biaya dianggap sebagai fungsi linier volume penjualan
sehingga persamaannya adalah:

L = P - B Dalam hal ini:


P = H X L = Laba bersih sebelum pajak

B = T + VX P = Pendapatan Total

Sehingga: B = Biaya Total

L = HX - T - VX H = Harga jual per unit

X(H - V) = L + T X = Unit atau volume produk yang X = (L+T)/(H-V) T = Biaya tetap


X(H - V) = L + T X = Unit atau volume produk yang X = (L+T)/(H-V) T = Biaya tetap
total

V = Biaya variabel per unit

3.2 Analisis CPV dalam JIT

Dalam sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya
tetapnya naik.Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch
menjadi satu kali.Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai berikut:

B = T + V1X1 + V3X3

B = Biaya Total X1 = Jumlah unit


T = Biaya tetap X3 = Jumlah kegiatan

V1 = Biaya variabel berdasar unit penjualan (berdasar unit)

V3 = Biaya variabel berdasar non unit

4. Titik Impas

Titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun
rugi.jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang.

4.1 Sistem Konvensional

X = (I + F) / (P - V)

Dalam hal ini:

X = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu

I = Laba sebelum pajak penghasilan

F = Total biaya tetap

P = Harga jual per unit

V = Biaya variabel per unit

4.2 Sistem JIT

X1 = (I + F1 + X2V2 ) / (P - V1)

Dalam hal ini:

X1 = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu

I = Laba sebelum pajak penghasilan

F1 = Total biaya tetap

X2 = Jumlah kuantitas berbasis nonunit

V2 = Biaya variabel per basis non unit

P = Harga jual per unit

V1 = Biaya variabel per unit

Illustrasi :

PT.KIRANA, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang
PT.KIRANA, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang
menggunakan dua sistem biaya yang berbeda yaitu:

1. Sistem biaya konvensional


2. JIT
.Sistem biaya konvensional membebankan BOP menggunakan pengarah biaya (cost driver)
berbasis unit. Sistem JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada penelusuran biaya
dan penentuan harga pokok berbasis aktivitas untuk biaya yang tidak dapat dihubungkan
secara langsung dengan suatu sel pemanufakturan. Untuk mengetahui perbedaan antara kedua
metode, berikut ini disajikan data biaya produksi untuk bulan desember 1997 :

ELEMEN BIAYA SISTEM BIAYA

KONVENSIONAL JIT

Bahan Baku Rp 800 Rp 800

Tenaga kerja langsung 70 100

BOP Variabel berbasis unit 90 20

BOP Variabel berbasis non - 30


unit
30 30
BOP tetap langsung
100 20
BOP tetap bersama
Rp 1.090 Rp 1.000

Diminta:

1. Hitunglah jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar
seandainya perusahaan memutuskan untuk membeli pada pemasok luar.
2. Bila diketahui perusahaan berproduksi pada kapasitas 1500 unit dengan harga jual Rp
1.100, susunlah laporan L/R untuk periode yang bersangkutan
3. Lakukan analisis terhadap kasus tersebut.

Penyelesaian :

1. Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai biaya
terhindarkan yang harus diputuskan oleh perusahaan tersebut.

Biaya yang dapat dihindarkan:

- Sistem biaya konvensional = Rp 800 + 70 + 90 + 30 = Rp 990

- Sistem biaya JIT = Rp 800 + 100 +30 +20 +30 = Rp 980

2. Laporan L/R

KETERANGAN SIST. KONVENSIONAL SIST. JIT

Penjualan : Rp 1.650.000 Rp 1650.000

( 1500 u x Rp 1.100) 1.440.000 1.230.000

Biaya Variabel : 210.000 420.000

(Rp 9601) x 1.500 u)


- 45.0003)
(Rp 8202) x 1.500 u)
45.000 195.004)
Laba Kontribusi
45.000 240.000
Biaya Tertelusur :
165.000 180.000

Bi. variabel berbasis non


Bi. variabel berbasis non
unit

Bi. tetap langsung

Jumlah Biaya Tertelusur

Laba Langsung Produk

1) Rp 800 + Rp 70 + Rp 90 = Rp 960

2) Rp 800 + Rp 20 = Rp 820

3) Rp 30 x 1.500 u = Rp 45.000

4) (Rp 100 + Rp 30) x 1.500 u = Rp 195.000

3. Sistem penentuan harga pokok konvensional menyediakan laporan yang menunjukkan


profitabilitas produk sedangkan sistem JIT menunjukkan adanya efisiensi karena JIT
dapat mengubah beberapa jenis biaya mis: Biaya tenaga kerja langsung menjadi biaya
tetap langsung.

SISTEM JUST-IN-TIME (JIT)


& Activity Based Cost System
Implementasi JIT Manufacturing
Dengan filosofi Just in Time (JIT) perusahaan hanya memproduksi
atas dasar permintaan, tanpa memanfaatkan tersedianya persediaan dan
tanpa menanggung biaya perse diaan.
Manfaat Just in Time :
Mengurangi waktu penyimpanan (storage time) yang merupakan salah
satu akibat dari aktivitas bukan penambah nilai bagi konsumen (non value
added activities).
JIT dan Persediaan. Salah satu dampak JIT manufacturing adalah
berkurangnya persediaan ke tingkat yang sangat rendah dibandingkan
dengan sistem produksi yang tradisional. Biasanya dalam sistem
tradisional menghasilkan tingkat persediaan yang jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan JIT manufacturing.
JIT dan Celluler Manufacturing. Dalam sistem tradisional, produk bergerak dari satu
kelompok mesin yang sama ke kelompok mesin yang sama berikutnya. Mesin yang
memiliki fungsi yang sama tersebut ditempatkan bersama dalam suatu daerah yang
disebut departemen atau proses.
DEPARTEMEN 1 DEPARTEMEN 2 DEPARTEMEN 3

Gambar 1.1
Tata Letak Mesin dalam Sistem Produksi Tr adisional
Manufacturing Cell. Dengan sistem ini JIT membentuk manufacturing Cell
yakni terdiri dari mesin-mesin yang dikelompokkan ke dalam suatu
keluarga mesin, biasanya dalam bentuk setengah lingkaran.
Setiap cell dirancang untuk memproduksi produk tertentu atau satu
keluarga produk tertentu.
Gambar 1.2
Tata Letak Mesin dalam Cellula r Manufacturing
JIT dan Desentralisasi Jasa Pendukung. JIT memerlukan akses yag cepat
dan mudah terhadap jasa pendukung. Oleh karena itu, departemen jasa
yang dibentuk untuk melayani secara terpusat semua departemen
produksi perlu diperkecil skalanya dan karyawannya dibebani tugas untuk
secara langsung mendukung produksi dalam cell tertentu.
Meningkatn ya Tuntutan Mutu

Untuk menghasilkan produk yangsesuai dengan spesi fikasi mutu yang


dijanjikan kepada pelanggan dibutuhkan pengendalian menyeluruh
atau total quality qontrol (TQC). Konsep pengendalian mutu modern
menitikberatkan pada orang, bukan proses, dan karyawan didorong
agar berusaha menghasilkan ”zero defect”.
Dampak Perk embangan T eknologi Informasi
Terhadap Kebutuhan Manajemen Akan
Informasi Akuntansi
Dengan semakin berkembangnya teknologi infomasi di era globalisasi
akan berdampak terhadap teknologi pembuatan produk, sejak saat
didesain dan dikembangkan, diproduksi sampai didistribusikan kepada
konsumen. Selain itu teknologi informasi juga mempunyai dampak
terhadap sistem pengolahan informasi akuntansi untuk memenuhi
kebutuhan manajemen yakni :
1. Informasi biaya produk yang lebih cermat
2. Informasi biaya overhead yang lebih cermat
3. Informasi biaya daur hidup produk.
Informasi Biaya Produk yang Cermat.
Untuk menghadapi persaingan global dan tajam, manajemen memerlukan informasi biaya
produk yang cermat . Dengan semakin besarnya sumber daya yang dikonsumsi
perusahaan dalam fase desain dan fase distribusi produk, manajemen memerlukan
informasi biaya yang mencakup semua fase pembuatan produk yakni : fase desain, fase
produksi, dan fase distribusi. Sedangkan informasi biaya produk yang sekedar untuk
penilai persediaan (inventory valuation) tidak lagi memadai bagi perusahaan-
perusahaan yang bersaing secara global.
Informasi Biaya Overhead yang Cermat
Biaya overhead pabrik tidak sekedar dialokasikan kepada produk, akan tetapi lebih dari
itu yakni bagaimana caranya agar manajemen mampu untuk mengelola biaya tersebut.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi, biaya overhead pabrik mencerminkan
konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan aktivitas tertentu. Di samping itu BOP juga
dalam lingkungan manufacture maju sebagian besar terdiri dari non-unit related cost
yang semula sebagian besar berupa biaya yang bervariasi dengan jumlah unit produksi
(unit related cost). Perusahaan – perusahaan yang menghasilkan berbagai macam
produk (product diversification), yang setiap jenis produk yang dihasilkan
mengkonsumsi non-unit related cost dengan proporsi yang berbeda-beda, memerlukan
metode pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih cermat, yang mencerminkan
konsumsi biaya tersebut oleh produk.

Informasi Biaya Daur Hidup Produk


Pesatnya perkembangan teknologi komputer menyebabkan dalam tahap
desain, engineering dan produksi, jarak waktu yang diperlukan dari ide
rancangan sampai dengan produksi menjadi sangat pendek. Perusahaan
dalam kondisi ini lebih memilih strategi inovasi sebagai senjata untuk
memenangkan perebutan pasar dunia, sehingga hal ini menjadikan daur
hidup produk (product-life cycle) menjadi pendek. Oleh sebab itu
manajemen dalam persaingan kelas dunia lebih memerlukan informasi
product-life-cycle cost daripada informasi biaya periodik yang dihasilkan
oleh sistem akuntansi biaya tradisional.
Activity Based Cost System
Jika manajemen melayani kebutuhan konsumen dengan filosofi bahwa
perusahaan tidak akan membebani konsumennya dengan aktivitas bukan
penambah nilai (non value added), maka manajemen akan senantiasa
berusaha melakukan penyempurnaan terhadap berbagai aktivitas untuk
menghasilkan produk atau jasa yang diserahkan kepada konsumen.
Informasi akuntansi yang dirancang atas dasar aktivitas (activity –based
cost system) merupakan sistem akuntansi yang relevan dengan kebutuhan
manajemen saat sekarang.
Target Costing
Target Cost adalah perbedaan antara harga jual produk atau jasa yang
diperlukan untuk mencapai pangsa pasar (market share) tertentu dengan
laba per satuan yang diharapkan. Jika target cost di bawah harga pokok
produk yang sekarang dapat dicapai, maka manajemen harus
merencanakan program pengurangan biaya untuk menurunkan biaya yang
sekarang dikonsumsi untuk menghasilkan produk ke target cost.
Kemajuan yang dicapai dari program pengurangan biaya tersebut diukur
dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan target cost. Target
costing merupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi
costing merupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi
bagi manajemen untuk memungkinkan manajemen memantau kemajuan
yang dicapai dalam pengurangan biaya produk menuju target cost yang
telah ditetapkan.
Product Life Cycle Costing
Daur hidup produk (product life cycle) adalah waktu suatu produk mampu
memenuhi kebutuhan konsumen sejak lahir sampai diputuskan dihentikan
pemasarannya. Biaya daur adalah biaya yang bersangkutan dengan produk
selama daur hidupnya, yang meliputi : biaya pengembangan (perencanaan,
desaian, pengujian), biaya produksi (aktivitas pengubahan bahan baku
menjadi produk jadi), dan biaya dukungan logistik (iklan, distribusi, jaminan
dan sebagainya).
Product – life cycle costing adalah sistem akuntansi biaya yang
menyediakan informasi biaya produk bagi manajemen untuk
memungkinkan manajemen memantau biaya produksi selama daur
hidupnya.
ACTIVITY-BASED COST SYSTEM
Yakni merupakan system yang dirancang atas dasar landasan pikiran
bahwa produk memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber
daya.

Pengelolaan aktivitas Biaya merupa-


(activity management) kan sumber daya
merupakan pengelolaan yang dikonsumsi
aktivitas-penambah dan bukan untuk setiap kegia-
penambah nilai dalam meng- tan dalam mengha
konsumsi sumber daya dalam silkan produk
setiap kegiatan untuk mengha-
silkan produk

Gambar 1.3 Hakikat Activity Based Cost System


Gambar 1.3 Hakikat Activity Based Cost System
Full Accounting Information
(Informasi Akuntansi Penuh)
Definisi Informasi Akuntansi Penuh : adalah seluruh aktiva, seluruh
pendapatan yang diperoleh dan/selurh sumber yang dikorbankan suatu
objek informasi
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, sbb ;
1) Unsur yang membentuk informasi akuntansi penuh adalah total
aktiva, total pendapatan, dan /total biaya.
§ Full assets : jika informasi akuntansi penuh berupa aktiva
§ Full costs : jika informasi akuntansi penuh berupa biaya
§ Full revenues : jika informasi akuntansi penuh berupa pendapatan.
2) Informasi akuntansi penuh selalu bersangkutan dengan objek
informasi.
Informasi akuntansi penuh merupakan informasi akuntansi langsung
yang terjadi dalam objek informasi tertentu ditambah dengan bagian
yang adil informasi akuntansi tidak langsung yang dibebankan
kepada objek informasi.
Perbedaan dengan Full Cost & Full Costing
Full accounting information terdiri dari : full assets, full costs, dan full
revenues.
Full cost merupakan unsur full accounting information, yang juga
merupakan total biaya yang berhubungan dengan objek informasi.
Jika objek informsi berupa produk, full cost merupakan total biaya yang
bersangkutan dengan produk tersebut.
Perhitungan full cost suatu produk dipengaruhi oleh metode penentuan
harga pokok produksi, yang digunakan yakni : Full Costing, Variable
Costing, Activity Based Costing
§ Full Costing : yakni merupakan salah satu metode penentuan harga
pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai
harga pokok produk baik biaya produksi yang berperilaku variable
maupun tetap.
§ Variable Costing : yakni metode penentuan harga pokok produksi yang
memasukkan semua unsur biaya produksi yang hanya bersifat
variable saja.
§ Activity Based Costing : yakni merupakan penentuan harga pokok
produk yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok
produk secara cermat dengan mengukur secara cermat konsumsi
sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan produk.
SATUAN ACARA PERKULI AHAN
AKUNTANSI MANAJEMEN

MATERI:

1. AKUNTANSI MANAJEMEN: SU ATU PERSPEKTIF


2. KLASIFIKASI, KONSEP & TERMINOL OGI BIAYA
3. SISTEM Just-In-Time (JI T) & SISTEM Activity Based Costing (ABC )
4. PERILAKU BIAYA : ANALISIS DAN PENGGUN AAN
5. PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL
6. ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
7. PENGANGGARAN

Mid Semester

8. ANALISIS DIFERENSI AL : BIAYA RELEVAN DAN KEPUTUSAN M ANAJEMEN


9. PENGANGGARAN MOD AL
10. BALANCED SCORECARD

Manajemen rantai suplai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Langsung k e: navigasi, cari

Manajemen Rantai Suplai (Supply chain management) adalah sebuah ‘proses payung’ di
mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah
supply chain (rantai suplai) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang
mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber
produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. (Kalakota, 2000, h197)

Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai
yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Rantai suplai yang terintegrasi
akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut.

Daftar isi
[tampilkan ]

[sunting] Pengertian

Manajemen Rantai Suplai adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan
antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai suplai bisa juga berarti seluruh
jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk
mendaur ulang produk yang sudah dipakai.

Arus material melibatkan arus pr oduk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui r antai,
sama baikny a dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang d an pembuangan.
Arus informasi meliputi r amalan permintaan , transmisi pesanan dan lapor an status pesanan,
arus ini berjalan dua ar ah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah.
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pemba yaran dalam
penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198)
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen rantai suplai,
yaitu:

Rantai Suplai Hulu/Upstr eam supply chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur
dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-
duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier).
Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal
material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply
chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.

Manajemen Internal Suplai Rantai/Internal supply chain management

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang
yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam
keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di
dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi,
pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

Segmen Rantai Suplai Hilir/Downstr eam supply chain segment

Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain,
perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.

[sunting] Permasalahan Manajemen Suplai Rantai

Manajemen suplai rantai harus memasukan problem dibawah:

Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier , fasilitas pr oduksi, pusat distribusi
( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
Strategi Distribusi: Sentr alisasi atau desentr alisasi, pengapalan langsung, Berlabuh silang ,
strategi menarik atau mendor ong, logistik orang ke tiga.
Informasi: Sistem terintr egasi dan pr oses melalui rantai suplai untuk membagi informasi
berharga, termasuk permintaan siny al, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.
Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inv entaris termasuk bar ang mentah, pr oses
kerja, dan bar ang jadi.
Aliran dana: Mengatur sy arat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati
entitas didalam r antai suplai.

Eksekusi rantai suplai ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi dan
dana diantara rantai suplai tersebut. Alurnya sendiri dua arah.

[sunting] Aktivitas/Fungsi

Manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur
pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi
keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam
kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas
sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan
sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen,
sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit
dan partner rantai suplai menuju ke pembuatan konsep rantai suplai. Tujuan dari
manajemen rantai suplai ialah meningkatkan ke[percayaan dan kolaborasi diantara
rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan
meningkatkan percepatan inventori.

Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan
perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai suplai.[1]

beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk
mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model
manajemen rantai suplai yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Suplai. Model
lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Aktivitas suplai
rantai bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional.

[sunting] Strategis
Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lok asi, dan ukur an gudang, pusat distribusi
dan fasilitas
Rekanan str ategis dengan pemasok suplai, distribut or, dan pelanggan, membuat jalur
komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan oper asional seperti cross
docking, pengapalan langsung dan logistik or ang ketiga
Rancangan pr oduk yang terkoor dinasi, jadi pr oduk yang baru ada bisa diintr egasikan secar a
optimal ke rantai suplai,manajemen mu atan
Keputusan dimana membuat dan apa y ang dibuat atau beli
Menghubungkan strategi organisasional secar a keseluruhan dengan str ategi pasokan/suplai

[sunting] Taktis
Kontrak pengadaan dan k eputusan pengeluar an lainnya
Pengambilan Keputusan pr oduksi, termasuk pengont rakan, lokasi, dan kualitas dari inventori
Pengambilan keputusan inv entaris, termasuk jumlah , lokasi, penjadwalan, dan definisi proses
perencanaan.
Strategi transportasi, termasuk fr ekuensi, rute, dan pengontr akan
Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua oper asi melawan kompetit or dan
implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan
Gaji berdasarkan pencapaian

[sunting] Operasional
Produksi harian dan per encanaan distribusi, term asuk semua hal di r antai suplai
Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di r antai suplai (menit k e menit)
Perencanaan permintaan dan pr ediksi, mengkoor dinasikan pr ediksi permintaan dari semua
konsumen dan membagi pr ediksi deng an semua pemasok
Perencanaan pengadaan, termasuk inv entaris yang ada sekar ang dan prediksi permintaan,
dalam kolabor asi dengan semua pema sok
Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inv entaris yang diterima
Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan alir an barang jadi (finished goods)
Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan tr ansportasi ke pelanggan
Pemastian perintah, penghitungan k e semua hal y ang berhubungan dengan r antai suplai,
termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur , pusat distribusi, dan pelanggan lain

[sunting] Strukturisasi dan Tiering

Jika dilihat lebih dekat pada apa yang terjadi dalam kenyataannya, istilah rantai suplai
mewakili sebuah serial sederhana dari hubungan antara komoditas dasar dan produk
akhir. Produk akhir membutuhkan material tambahan kedalam proses manufaktur.
[sunting] Arus Material dan Informasi

Tujuan dalam rantai suplai ialah memastikan material terus mengalir dari sumber ke
konsumen akhir. Bagian-bagian (parts) yang bergerak didalam rantai suplai haruslah
berjalan secepat mungkin. Dan dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan
inventori di satu lokal, arus ini haruslah diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian
tersebut bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan ialah
synchronous. (Knill, 1992)

tujuannya selalu berlanjut, arus synchronous. Berlanjut ar tinya tidak ada interupsi, tidak
“ ada bola yang jatuh, tidak ada akumula si yang tidak diperlukan. Dan synchr onous berarti
semuanya berjalan seper ti balet. Bagian-bagian dan komponen-komponen dikirim tepat ”
waktu, dalam sekuensi y ang seharusnya, sama persis sampai titik y ang mereka butuhkan.

[2]

Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir" dalam rantai suplai yang
ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan respon tidak
keruan pada permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan
peninjauan yang holistik pada hubungan suplai.

Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan


penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir, kita
bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen
yang lebih. Tujuannya ialha mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran
yang akuarasinya sudah meningkatdapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar
dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan
kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai suplai akan meningkatkan
ketergantungan dan inventori minimum.[3]

I. Evolusi dan Jaringan T erintegrasi didalam SCM


Tantangan y ang dihadapi dunia manufaktur berubah dan semakin ber at dari masa k e
masa. Di era tahun 1960-an or ang mengenal F ord sebagai salah satu perusahaan
ternama didunia. Mer eka terkenal deng an kemampuanny a memproduksi mob il yang
standar, yaitu ’Model T’ ber warna hitam. F ord mengatakan akan memenuhi semua
permintaan ’ any color as long as it is black’. Sistem pr oduksi mer eka kita kenal dengan
istilah mass pr oduction atau pr oduksi masal.
Sistem produksi masal sangat mementingkan jumlah output y ang dihasilkan per
satuan waktu. Pr oduktivitas, efisiensi, dan utilitas sistem pr oduksi adalah tiga kata
kunci. Pada sistem seper ti ini kecepatan k erja operator diukur dan dijadikan d asar
untuk menentukan upah. Menciptakan k eseimbangan lintasan pr oduksi juga menjadi
kunci tercapainya produktivitas pada sistem pr oduksi massal. Ilmu pengukur an waktu
kerja dan met ode kerja sangat r elevan dengan sistem seper ti ini.
Tahun 70-80-an persaingan dunia manu faktur meningkat seiring dengan munculny a
perusahaan-perusahaan baru dan mulai diperhitungkanny a industri Jepang dalam
dunia bisnis global. K eunggulan bersain g pada era ini tidak hany a ditentukan oleh
kemampuan sebuah industri untuk menciptakan bany ak output per satuan waktu.
Produktivitas memang tetap penting, tapi tidak cukup sebagai bekal untuk ber saing di
pasar. mulai bisa membedakan pr oduk berdasarkan kualitasny a. Pengendalian kualitas
tidak lagi cukup hany a melihat pr oses. Bahkan orang mulai sadar bahwa kualitas
produk juga tidak lepas dari kualitas bahan baku y ang dikirim oleh supplier . Muncullah
kemudian konsep dan teknik pengendalian kualitas seper ti Statiscal Pr ocess Contr ol
(SPC) dan Total Quality Management (T QM).
Seiring dengan pasar y ang semakin me ng-global dan munculny a teknologi informasi,
persaingan di dunia bisnis semakin k etat. Tuntutan juga semakin tinggi. Mendapatkan
produk murah dan berkualitas tidaklah cukup. Variasi produk menjadi penting .
Menyadari pentingny a variasi produk untu memenuhi k ebutuhan pasar , Alfred P. Sloan
membalas sembo yan Henry Ford dengan ’a car for every purse and purpose ’ yang
kemudian didukung oleh Gener al Motor dengan strategi segmentasi pasar ber dasarkan
kemudian didukung oleh Gener al Motor dengan strategi segmentasi pasar ber dasarkan
nilai (value) dan har ga. juga mulai menuntut aspek k ecepatan respon, inovasi dan
fleksibilitas.
Kegiatan per encanaan pr oduksi, distribusi, tr ansportasi dilihat sebagai aktivitas y ang
terpisah satu sama lain. K etika pelangg an menjadi semakin kritis, mer eka menuntut
penyediaan produk secara tepat tempat, tepat waktu. P erusahaan manufaktur y ang
antisipatif akan hal tersebut akan mendapatkan sedangkan y ang tidak antisipatif akan
kehilangan . Supply chain management menjadi satu solusi terbaik untuk memperbaiki
tingkat produktivitas antar a perusahaa n-perusahaan y ang berbeda. K eunggulan
kompetitif dari SCM adalah bagaimana ia mampu me-manage alir an barang atau
produk dalam suatu r antai supply. Dengan kata lain, model SCM mengaplikasikan
bagaimana suatu jaringan k egiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan
dapat bekerja bersama-sama untuk memenuhi tuntutan pelanggan.
Tujuan utama dari SCM adalah: perny erahan/ pengiriman pr oduk secara tepat waktu
demi memuaskan pelanggan, mengur angi biaya, meningkatkan segala hasil dari
seluruh supply chain (bukan hany a satu perusahaan), mengur angi waktu, memusatkan
kegiatan per encanaan dan distribusi.
Pelaku industri pun mulai sadar bahwa untuk meny ediakan produk yang murah,
berkualitas dan cepat, perbaikan di internal sebuah perusahaan manufaktur tidaklah
cukup. Ketiga aspek tersebut membutu hkan peran serta semua pihak mulai supplier
yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik y ang mengubah
komponen dan bahan baku mnjadi pr oduk jadi, perusahaan tr ansportasi yang
mengirimkan bahan baku dari supplier k e pabrik, ser ta jaringan distribusi y ang akan
menyampaikan pr oduk ke tangan . K esadaran akan pentingny a peran semua pihak
dalam menciptakan pr oduk yang murah, berkualitas dan cepat inilah y ang kemudian
menciptakan pr oduk yang murah dan berkualitas ser ta cepat inilah y ang kemudian
melahirkan konsep baru tahun 1990-an y aitu supply chain management (SCM).

Gambar 1. Jaringan Supply Chain Management

Sejak SCM terlibat dalam aktifitas antar perusahaan, pr osenya meliputi berbagai fungsi
seperti supply raw material, manajen pr oduksi, transportasi, manajemen inv entori,
sistem informasi (SIM), pr oses order, penanganan material dan manajemen . Istilah
logistik yang lebih sederhana diidentifik asikan sebagai kombinasi diantar a fungsi –
fungsi tersebut. Lebih jauh lagi, pr osedur yang berhubungan dengan ijin bea cukai
ditambahkan adalam kasus internasional SCM.
Salah satu fitur utama pada SCM adalah mempr oses integrasi vertikal dari suppllier k e
pelanggan y ang dapat dilakukan melalu i aliansi strategi antar perusahaan. Di salah
satu sisi ter dapat kasus dimana seluru h proses vertikal dibawa oleh suatu perusahaan,
selama optimasi t otal lebih besar daripada jumlah optimasi parsial. Secar a umum,
optimasi total dalam supply chain adalah lebih besar daripada optimasi parsia l dalam
rantai individu. Bagaimanapun juga, jika suatu perusahaan dapat mengaplikasikan
seluruh proses supply chain didalamny a menjadi suatu or ganisasi dengan skala y ang
lebih besar, dapat menghasilkan bia ya administrasi yang tinggi. Di sisi lainy a, terdapat
kasus dimana setiap perusahaan adalah independen dari perusahaan lainny a dan
bertransaksi secar a individu dalam pr oses vertikal tanpa str ategi. Aliansi antar
perusahaan, y ang membuat k euntungan optimasi lebih r endah dan bia ya administrasi
lebih rendah. Posisi dari SCM ber ada pada kedua sisi tersebut. Masing – mas ing
perusahaan independen secar a strategi berhubungan dengan perusahaan lain nya
dalam proses integrasi vertikal.

I. 1 SCM dan P engembangan I T


Dalam mengatur alir an barang dalam supply chain, setiap perusahaan harus s elalu
memper timbangkan persoalan bagaimana mempr oses informasi. Pr oses informasi
adalah salah satu fungsi utama pada SCM dalam dekade saat ini. Ino vasi dalam
teknologi informasi telah memberikan k esempatan untuk menaikkan kapabilit as
proses informasi. Oleh kar ena itu untuk meningkatkan informasi per forma SCM,
teknologi informasi memberikan dua kontribusi dalam SCM :
1. Perbaikan dan berbagai informasi di antara perusahaan,
2. Indentifikasi permasalahan y ang tepat dan optimasi.
Pertama, telah dibicar akan elektr onik data adalah suatu car a yang efektif untuk
mempromosikan pembagian informasi dengan tepat diantar a perusahaan sehingga
mempromosikan pembagian informasi dengan tepat diantar a perusahaan sehingga
bertepatan dengan tujuan SCM. Elektr onic Data Inter change (EDI) didefinisikan
sebagai suatu hubungan online komputer dan per tukaran informasi pada setiap
transaksi diantar a perusahaan – perusahaan y ag sudah terintegr asi didalam suatu
jaringan. Bagaimanapun juga, diperlukan elektr onik data khusus untuk dimasu kkan
kedalam suatu v alue added network at au saluran yang dibuka dengan tujuan untuk
membagi suatu jaringan. Jumlah model y ang sangat besar untuk berinv estasi dalam
suatu value added network atau salur an yang dibuka telah menjadi alasan utam
mengapa manajemen elektr onic data inter change, electr onic data inter change logistic
telah menjadi sangat lambat.
Bagaimanapun juga suatu permasalahan inv estmen kemungkinan besar juga dapat
diselesaikan dengan meny ebarkan tekn ologi internet. P embagian informasi diantar a
perusahaan dapat diandalkan dengan web elektr onik data inter change. Daripada
membuka salur an elektronic data inter change. Meskipun k enyataannya internet
menimbulkan beber apa masalah pada keamanan dan standarisasi, web elektr onic
data interchange sangat ber guna dikarenakan memiliki bia ya yang rendah pada
investmen dibandingkan dengan memb erikan jaringan terbuka. Dari manfaat ini web
elektronik data inter change telah memb erikan kemungkinan dalam mempr omosikan
pembagian informasi diantar a perusah aan lebih jauh lagi, penggunaan internet
dikombinasikan dengan I TS menghasilkan k emungkinan untuk memperbaiki sistem
logistik.
Pembagian informasi tidak hany a diperkenalkan oleh perusahaan swasta teta pi oleh
pemerintah juga sebagi cont oh dalam logistik internasional, sejak wewenang
pemerintah tidak terhubung secar a effisien dengan y ang lainnya atau dengan
perusahaan swasta k etika melakukan pr osedur bea cukai, ini menjadi sumber
hambatan dalam logistik.
Disamping k emudahan penggunaan dari EDI atau W eb – EDI, ERP juga telah
mendapatkan perhatian y ang luas. ERP adalah suatu met ode yang mengatur informasi
dengan tujuan berbagi informasi perusahaan pada saat ini. P engenalan ERP dalam
setiap perusahaan adalah komplementasi satu dengan y ang lainnya oleh EDI agar
berbagai informasi dapat diolah diantar a perusahaan dalam suatu jaringan SCM.
Kedua, karena berbagai informasi memberikan ba yak data yang tersedia, kita harus
merumuskan masalah ber darkan data, dan menemukan car a untuk peny elesaianny a.
Perkembangan aplikasi softwar e sebenarny a untuk meny elesaikan berbagai masalah
telah mendapatkan k euntungan lebih besar dengan perk embangan teknologi informasi
saat ini. Softwar e untuk mer ealisasikan SCM secar a bersamaan disebut Supply Chain
Planning Softwar e (SCPS). SCPS ter diri dari beber apa softwar e pada manufacturing
planning, demand for ecasting, transportation planning, inv entory managemen t
schedulling dan lain – lain. P ada umumny a, kemampuan teknologi informasi t elah
mengembangkan secar a cepat pembag ian atau berbagai informasi diantar a
perusahaan y ang diperlukan untuk SCM , dan telah meny ebabkan perbaikan dalam
kualitas dari aplikasi softwar e untuk m emproses informasi atau softwar e supply chain
planning.

II. Tahapan – Tahapan Perkembangan Teknologi Informasi SCM Manufactur


Dalam lingkungan manufaktur , perbaikan terhadap pr oduktivitas mengalami
pembenahan terus-menerus dan hal itu telah menjadi isu besar bagi setiap or ang.
Sejak komputer ditemukan dan digunakan secar a luas dalam industri per dagangan, I T
telah meny odorkan berbagai macam so lusi dalam r angka perbaikan tingkat
produktivitas. Sekitar 30 tahun lalu MRP (Material Requir ement Planning/ P erencanaan
Permintaan Bar ang) hadir di dunia. Inilah awal mulany a komputer menambah sistem
perencanaan guna mendukung bidang manufaktur. MRP telah berk embang begitu
pesat di seluruh dunia dan pada setiap industri manufaktur sebagaimana komputer
berkembang menjadi populer . Penagihan atas barang - yang sebelumny a dilakukan
dengan menggunakan k ertas, kini semuany a dilakukan secar a digital dan dita yangkan
dalam komputer - sehingga bisa diperhitungkan ber apa jumlah bar ang untuk
memenuhi per encanaan pr oduksi atas produk akhir.
Setelah penggunaan MRP menjadi populer met ode itu sendiri mengalami pem benahan
secara bertahap
1. Close – Loop MRP, beberapa karakteristik yang dimiliki oleh Close-Loop MRP adalah
:
• Merupakan seder etan fungsi, tidak ha nya material r equirement planning
• Terdiri atas alat bantu untuk meny elesaikan masalah prioritas dan per encanaan
kapasitas dan dapat mendukung per encanaan dan eksekusi.
• Menyediakan fasilitas umpan balik da ri fungsi eksekusi k e fungsi per encanaan.
• Rencana dapat dirubah / diganti jika diperlukan dengan menjaga agar prioritas tetap
• Rencana dapat dirubah / diganti jika diperlukan dengan menjaga agar prioritas tetap
valid juka terjadi perubahan kondisi
2. MRP II. Merupakan peny empurnaan dari Close-Loop MRP. Karakteristik MRP II ini
sama dengan Closed-Loop MRP , namun ditambah elemen lain, y aitu :
• Perencanaan P enjualan dan Oper asi : proses yang digunakan untuk meny eimbangkan
antara permintaan dan persediaan, seh ingga manajemen puncak dapat melakukan
control atas aspek oper asional bisnis.
• Antar muka k euangan, k emampuan menerjemahkan r encana oper asional (dalam
bentuk piece, k g, gallon dan satuan lainny a) menjadi satuan bia ya (dalam mata uang
tertentu, misalny a dolar).
• Simulasi, k emampuan melakukan analisis “ what if “ untuk mendapatkan jaw aban
yang mungkin diter apkan, baok dalam satuan unit maupun jumlah uang.
3. ERP (Enterprise Resour ce Planning)
Adalah kemasan bisnis softwar e yang mengatur seluruh dasar bisnis dalam
perusahaan manufactur dalam suatu lingkungan y ang sama. Ar ea bisnis y ang
dilingkup oleh ERP adalah: akuntansi k euangan, akuntansi pengendalian, penj ualan,
manajemen material, pembelian, per encanaan produksi, manajemen sumber daya
manusia, dan sebagainy a. Dan semua a plikasi bisnis dapat diny atakan dalam sebuah
komputer k ecil (Unix machine, atau Windows N T Machine) sama dengan kom puter
mainframe IBM pada tahun 1980-an. D an dapat dengan mudah membiasakan diriny a
dengan sistem ini dalam pr aktek bisnis nya. Data antar a setiap bagian dalam
perusahaan dapat menjadi tr ansparan. Hal ini membuat supply chain dalam s uatu
perusahaan dapat menjadi lebih sederhana dan efisien.
4. Extended ERP II
ERP berikutny a mulai diluncurkan sekit ar tahun 2000. ERP ini sering disebut dengan
extended ERP. Perluasan ERP ini dibandingkan dengan ERP gener asi pertama adalah
mencakup fungsi y ang dapat menjemb atani komunikasi dengan supplier dan ny a.
Sistem ERP sebelumny a lebih ber fokus pada , pr oses produksi, transaksi real time dan
manajemen asset perusahaan. P engembangan sistem ERP menjadi extended ERP
selain ber fokus pada juga pada usaha o ptimasi seluruh jaringan bisnis, termasuk
integrasi dengan supplier .

Gambar 2. P erkembangan Teknologi Informasi SCM

Semua pengembangan informasi tersebut dilakukan dalam r angka memperbaiki


computing power dari har d ware dan IT Technology. Walaupun bany ak perkembangan
teknologi di manufactur e khusunya dalam bidang SCM, namun semuany a terintegrasi
didalam suatu system y ang terpusat. C IM (Computer Integr ated Manufacturing) adalah
gagasan yang menggabungkan sistem produksi dengan sistem penjualan.
Sebelumny a, bagian penjualan dan bag ian operasi berjalan secar a terpisah dengan
sekumpulan data tr ansfer mingguan dan bulanan. Dengan memadukan sistem
penjualan dan oper asi melalui per tukaran data harian atau dalam komputer y ang
tersentralisasi, berbagai perubahan y ang terjadi dalam jumlah penjualan dapa t
terrefleksi dalam per encanaan pr oduksi. Hal ini sangat esensial dalam mengatasi
fluktuasi pasar.
Hal yang menarik dari pr oses evolusi tersebut adalah, bahwa makin hari makin bany ak
fungsi yang terlibat dan meliputi berbag ai dimensi (ar ea fungsional, kombinasi antar a
proses transaksi dan dukungan atas pe ngambilan k eputusan, dan peny ertaan mitra
bisnis pada sistem). K onsep yang mendasari semua ini adalah integr asi, artinya
konsep tersebut akan berhasil diter apkan jika didukung oleh sebuah sistem softwar e
yang terintegr asi. Berikut manfaat penting dari sistem terintegr asi sebagai berikut :
• Manfaat terhitung (tangible) : pengur angan inventory dan sumber da ya manusia,
peningkatan pr oduktivitas, pengelolaan or der, dan siklus pengelolaan k euangan,
pengurangan biaya teknologi informasi dan biaya pengadaan, peningkatan manajemen
keuangan, pendapatan (k euntungan), pengur angan biaya transppor tasi dan logistik,
penguranagan bia ya pemelihar aan, dan peningkatan kualitas pengiriman pr oduk yang
tepat waktu.
• Manfaat tidak terhitung (intangible) : visibilitas dan tr asnparasi informasi,
peningkatan pr oses atau ter ciptanya proses baru, pandangan posistif pelangg an atas
perusahaan, fleksibilitas, globalisasi, dan peningkatan kinerja bisnis.

Ada banyak paket software dari SCM y ang sesuai dengan kondisi pasar . Perusahaan
Ada banyak paket software dari SCM y ang sesuai dengan kondisi pasar . Perusahaan
yang telah mener apkan SCM sangat sukses dalam memperbaiki tingkat
produktivitasny a dan tentuny a meningkatkan k euntungan secar a dramatis.
Penggunaan internet y ang makin populer mendor ong setiap perusahaan dapa t
bekerjasama untuk membangun suatu supply chain sehingga terbentuklah ap a yang
disebut dengan vir tual company. Melalui teknologi ini, suatu perusahaan y ang begitu
unggul dalam bidang pemasar an dapat bekerjasama dengan perusahaan-peru sahaan
kecil lainnya yang mungkin memiliki k eunggulan dalam bidang manufacturing ,
penjualan, distribusi, dan sebagainy a.

III. Komponen Supply Chain Management dan T eknologi


Sistem SCM memiliki k emampuan sebagai berikut:
- Aliran informasi ber gerak sangat cepa t dan akurat antara elemen jaringan supply
chain seper ti: Pabrik, Suppliers, Pusat distribusi, pelanggan, dan sebagainy a.
- Informasi ber gerak sangat cepat untuk menanggapi perpindahan pr oduk.
- Setiap elemen dapat mengatur diriny a
- Terjadi integr asi dalam pr oses permintaan dan peny elesaian pr oduk
- Kemampuan internet.
Peralatan fungsional y ang dimiliki siste m SCM adalah:
1. Demand management/for ecasting
Perangkat peralatan dengan mengguna kan teknik-teknik per amalan secar a statistik.
Perangkat ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil per amalan yang lebih akur at.

2. Advanced planning and scheduling


Suatu peralatan dalam r angka menciptakan taktik per encanaan, jangka menengah dan
panjang berikut k eputusan-k eputusan meny angkut sumber y ang harus diambil dalam
rangka melengkapi jaringan supply .
3. Transportation management
Suatu fungsi y ang berkaitan dengan pr oses pendisitribusian pr oduk dalam su pply
chain .
4. Distribution and deplo yment
Suatu alat per encanaan y ang menyeimbangkan dan mengoptimalkan jaringan
distribusi pada waktu y ang diperlukan.
5. Production planning
Perencanaan pr oduksi dan jadwal penjualan menggunakan tar af yang dinamis dan
teknik yang optimal.
6. Available to-promise
Tanggapan y ang cepat dengan memper timbangkan alokasi, pr oduksi dan kap asitas
transportasi ser ta biaya dalam keseluruhan rantai supply .
7. Supply chain modeler
Perangkat dalam bentuk model y ang dapat digunakan secar a mudah guna
mengarahkan ser ta mengontr ol rantai supply. Melalui model ini, mekanisme k erja dari
konsep supply chain dapat diamati.
8. Optimizer
The optimiz er ibarat jantung dari sistem supply chain management. Dalamny a
terkandung: linear & integer pr ogramming, non-linear pr ogramming, heuristics and
genetic algorithm. Genetic algorithm adalah suatu computing technology y ang mampu
mencari ser ta menghasilkan solusi terbaik atas jutaan k emungkinan kombina si atas
setiap parameter yang digunakan.

III. 1 Aplikasi P enggunaan Teknologi Informasi SCM P ada Perusahaan.


Penggunaan Teknologi Informasi dapat dilihat pada PT . Yanmar Diesel Indonesia y ang
telah mener apkan sistem teknologi info rmasi MRP II untuk meny elengganrakan
kegiatan proses produksinya. PT. Yanmar Diesel Indonesia ( YADIN) ini merupakan
pabrik manufaktur per akitan mesin dies el untuk aplikasi per tanian, industri dan
kelautan yang mempuny ai kapasitas pr oduksi 40.000 unit engine y ang dihasilkan.
Secara umum pr oses pendistribusian k omponen-komponen terutama komponen lokal
mesin diesel adalah komponen y ang meliputi raw material, sub material dan finish
good material akan dikirim oleh supplier k e YADIN berdasarkan schedule y ang telah
ditetapkan oleh Y ADIN. Komponen-kom ponen tersebut sebelum dipr oses assy maupun
machining akan terlebih dahulu dicek secar a random oleh divisi quality contr ol bagian
incoming inspection. Apabila komponen y ang dicek oleh quality contr ol presentasiny a
> 10% dari t otal komponen y ang dikirim oleh supplier, maka komponen terseb ut dapat
disimpulkan r eject semua. K omponen y ang telah lolos cek visual maupun dimensi oleh
quality contr ol berdasarkan standar y ang telah ditetapkan oleh Y ADIN, maka akan
diambil oleh divisi war ehouse untuk dis impan secar a baik dan aman untuk diteruskan
diambil oleh divisi war ehouse untuk dis impan secar a baik dan aman untuk diteruskan
ke divisi produksi yang meliputi assem bling, painting dan machining ber dasarkan
planning pr oduksi yang telah ditetapka n oleh PCD (Pr oduction Contr ol Division).
Komponen-komponen y ang telah diass y menjadi engine akan ditest running terlebih
dahulu sebelum dipacking. Setelah diny atakan ‘OK’ oleh bagian test running, engine
tersebut dipacking dan dikirim k e Yanmar Agricultur e Indonesia ( YAMINDO) di Sidoarjo
untuk dirangkai dengan aplikasi penunj ang sesuai dengan permintaan pasar , seperti
hand body tr actor, mesin kapal, mesin p engupas gabah dan lain sebagainy a. Setelah
dirangkai dengan aplikasi penunjang m aka engine tersebut akan dikirim k e main dealer
YANMAR diseluruh Indonesia untuk diju al ke para .

Gambar 3. Pr oduction Flow PT. Yanmar Diesel Indonesia

Untuk memudahkan pr oses pelaksanaan pr oduksi, PT Yanmar Diesel Indones ia


menggunakan suatu sistem komputerisasi y ang terinteger asi, yang bisa diakses oleh
tiap-tiap depar temen. Sistem y ang digunakan oleh YADIN adalah AS/400, oleh Y ADIN,
sistem ini dinamakan Y GLS (Yanmar Global Logistic System).

Gambar 4. Yanmar Global Logistic System

Sistem ini mempuny ai beberapa komponen menu-menu utama, y aitu :


1. Menu or der penjualan
2. Menu pembelian dan penerimaan
3. Menu pengiriman pr oduk
4. Menu pengiriman komponen (spar e parts)
5. Menu per encanaan pr oduksi
6. Menu pembelian material (or der pembelian)
7. Menu manufaktur (ter diri dari assem bling, machining, painting, dan packing)
8. Menu distribusi material k e unit-unit pr oduksi
9. Menu pengatur an penyimpanan mat erial di gudang
10. Menu manajemen har ga (financial d an accounting)
11. Menu perhitungan k embali stok material (tiap 6 bulan sekali)
12. Menu master seluruh pr oduk (meliputi input har ga, delivery lead time, st ock taking,
lot delivery, komponen-komponen dari suatu engine)
13. Menu pr oduksi bulanan
Menu-menu diatas sangat ber guna sebagai acuan, terutama pada tiap-tiap depar tmen
untuk mengawasi per edaran material-material untuk dipr oses lebih lanjut (machining,
painting, assembling dan packing).

III. 2. Mencapai Supply Chain T erintegrasi


Ada beberapa tahapan untuk mencapa i suatu system SCM y ang terintegr asi :
1. Tahap 1 : Baseline (dasar) posisi dar i kebebasan fungsional y ang lengkap dimana
masing – masing fungsi bisnis seper ti produksi dan pembelian melakukan ak tifitas
mereka secara sendiri – sendiri dan terpisah dari fumgsi bisnis y ang lain.
2. Tahap 2 : Integr asi fungsional perusahaan telah meny adari perlu sekur ang-
kurangnya ada penggabungan antar a fungsi – fungsi y ang melakukan aktifitas hamper
sama, misalny a antara bagian distribusi dan manajemen persediaan atau pem belian
dengan pengendalian material
3. Tahap 3 : Integr asi secara internal di perlukan pengadaan dan pelaksanaan k erangka
kerja end - to – end.
4. Tahap 4 : Integr asi secara eksternal m erupakan integr asi supply chain y ang
sebenarnya karena mempuny ai konsep menghubungkan dan mengkoor dinasikan
suatu hasil y ang telah dicapai pada tah ap 3 dan diperluas dengan car a menjalin suatu
hubunga dengan supplier dan .
Meskipun adany a kebutuhan atas siste m terintegrasi sudah lama disadari oleh industri
manufaktur, tetapi pada awalny a konsep dan sistem pendukung y ang dibangun
tidaklah terintegr asi penuh, tetapi hany a mengintegr asikan beber apa segmen
manufaktur tersebut.
Beberapa konsep dan system y ang pernah dibangun dan diter apkan untuk mendukung
Beberapa konsep dan system y ang pernah dibangun dan diter apkan untuk mendukung
masing – masing pr oses dan fungsi dalam system manufaktur misalny a PDM, MRP II,
JIT, KANBAN, CRM dan SCM. Beber apa system kemudian dilebur dalam satu k onsep
terintegrasi yaitu ERP, beberapa lagi dioper asikan dengan pemilihan beber apa modul,
sehingga terk esan saling tumpamg tindih (o verlap).
Secara garis besar, dukungan sistem – sistem terintegr asi ini dapat dipetakan pada
masing – masing pr oses pada model per tambahan nilai. Jika pemetaan ini di kaitkan
dengan pelaku y ang terlibat dalam pr oses serta dukungan masing – masing system
baik yang terintegr asi maupun y ang specific, maka hasilny a dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 5. Sistem T erintegrasi Didalam Industri

IV. Trend Teknologi Informasi SCM di Masa Depan


Teknologi internet dan web merupakan topik terhangat dalam SCM akhir- akhi r ini.
Banyak orang percaya bahwa internet m erupakan alat y ang sangat bermanfaat bagi
komunikasi. E-mail adalah media y ang bagus bagi or angorang untuk berkomunikasi
satu dengan y ang lain. Cont oh dari bisn is yang menggunakan internet adalah E-
Commerce. Di sini komunikasi terjadi a ntara perusahaan dengan konsumer , atau
disebut Business t o Consumer (B2C ). Contoh B2C ini adalah Amaz on.com dan Dell.
Ke depan, e-commer ce tak lagi sek edar B2C tapi Business t o Business (B2B). Ada
beberapa area dimana internet mempuny ai peranan sangat besar dalam B2B.

1. Maintenance Repair and Oper ation (MRO).


Dalam MRO, persyaratan pembelian biasany a berasal dari inter aksi manual par a
operator pembelian. Sebelum ada B2B perocurement, orang-orang memerlukan bar ang
di kantor atau di pabrik mengisi formulir pembelian di secarik k ertas yang harus
ditandatangani oleh beber apa manajer sebelum akhir bar ang diorder. Setelah ada B2B
procurement, orang- orang yang memerlukan bar ang memasuki internet, dan
menseleksi bar ang-barang yang dibutu hkan melalui katalog, k emudian memin ta
persetujuan manajer , setelah itu memesan pada supplier tanpa gangguan “tan gan”
departemen pembelian. Ini mengur angu labour cost di depar temen pembelian.
2. Direct Material Pur chashing (DMP).
Banyak perusahaan sekar ang mencoba untuk mendapatkan solusi mengur angi biaya
pembelian bahan baku langsung untuk pr oduksi di pabrik. P ada perusahaan
manufakturing, biasany a persyaratan material dihitung ber dasarkan rencana produksi
dan bill of material (BOM). K emudian h asilnya dikirim melalui EDI (Electric Data
Interchange) kepada vendor individual. T etapi data y ang bisa ditr ansfer EDI adalah
sangat terbatas. Salah satu cont oh penggunaan internet dan XML (Extensible Markup
Language) teknologi adalah Rosettanet, y aitu sebuah konsorsium y ang dipelopori oleh
perusahaan-perusahaan I T dan Elektrik AS, seper ti IBM, HP, Dll, Intel dan Micr osoft.
3. E-Marketplace.
Adalah sebuah por tal internet dimana perusahaan dapat melakukan per tukaran bahan
baku. Cont oh; ketika perusahaan manufaktur PC ingin membeli beber apa CPU chips
pada harga yan rendah, mer eka mengumumkan persy aratan bahan baku dan
kuantitasny a di market place. Ada bany ak e-marketplace yang lahir sejak tahun lalu.
Mereka kebanyakan terdiri dari bany ak industri y ang spesifik. Cont ohnya adalah e-hitex
untuk industri teknologi tinggi dan Co visint untuk industri mobil.

V. Kesimpulan
1. Seiring dengan pasar y ang semakin m eng-global dan munculny a teknologi
informasi, persaingan di dunia bisnis semakin k etat. Tuntutan pelangganpun semakin
tinggi sehingga menuntut perusahaan untuk meningkatkan kualitas dengan bia ya yang
efisien dan ef ektif. Tuntutan pelanggan semakin ber variasi, mulai dari jenis pr oduk
sampai pada jenis pela yanan yang berkaitan dengan sistem atau teknologi y ang
digunakan perusahaan. Supply Chain Management merupakan sistem y ang dapat
memenuhi tuntutan tersebut.
2. Tujuan utama dari Supply Chain Management adalah: perny erahan/ pengiriman
produk secara tepat tempat dan tepat w aktu demi memuaskan pelanggan, mengur angi
biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hany a satu
biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hany a satu
perusahaan), mengur angi waktu, memu satkan kegiatan per encanaan dan distribusi.
3. PT. Yanmar Diesel Indonesia telah mener apkan sistem Supply Chain Management
dan menggunakan sistem komputerisasi y ang terintegr asi yaitu sistem AS/400 y ang
dinamakan Y GLS (Yanmar Global Logis tic System) dengan fungsi mengakses berbagai
informasi berkaitan dengan beber apa komponen menu-menu utama, y aitu :
- Menu order penjualan
- Menu pembelian dan penerimaan
- Menu pengiriman pr oduk
- Menu pengiriman komponen (spar e parts)
- Menu perencanaan pr oduksi
- Menu pembelian material (or der pembelian)
- Menu manufaktur (ter diri dari assemb ling, machining, painting, dan packing)
- Menu distribusi material k e unit-unit pr oduksi
- Menu pengatur an penyimpanan mate rial di gudang
- Menu manajemen har ga (financial dan accounting)
- Menu perhitungan k embali stok material (tiap 6 bulan sekali)
- Menu master seluruh pr oduk (meliputi input har ga, delivery lead time, st ock taking, lot
delivery, komponen-komponen dari sua tu engine)
4. Aplikasi Teknologi Informasi terinteg rasi dengan memanfaatkan internet dalam
Supply Chain Management y ang telah d iterapkan PT. Yanmar Diesel Indonesia sangat
bermanfaat dalam mengelola informasi dari seluruh komponen pendukung Supply
Chain sehingga mampu memenuhi tuntutan dari pelanggan. Dan hal ini dapat dijadikan
sebagai acuan bagi perusahaan lain untuk mener apkan Aplikasi T eknologi Informasi
terintegrasi dalam Supply Chain Manag ement.
5. Dengan mengimplementasikan aplikasi T eknologi Informasi T erintegrasi dalam
Supply Chain Management bukan hany a mampu memenuhi tuntutan pelanggan tetapi
juga mampu memperbaiki/meningkatkan pr oduktivitas perusahaan y ang tentuny a
sampai pada perbaikan/peningkatan mar gin perusahaan.

Istilah supply chain dan supply chain management sudah menjadi jargon yang umum kita
jumpai di berbagai media baik majalah manajemen, buletin, koran, buku ataupun dalam
diskusi-diskusi. Namun tidak jarang kedua term diatas di persepsikan secara salah. Banyak
yang mengkonotasikan supply chain sebagai suatu software. Bahkan ada yang
mempersepsikan bahwa supply chain hanya dimiliki oleh perusahaan manufaktur saja,
sehingga pernah suatu saat saya menerima statement dari petinggi perusahaan bahwa
perusahaannya tidak memiliki supply chain karena tidak memiliki fasilitas produksi sama
sekali.

Sebagai disiplin, supply chain management memang merupakan suatu disiplin ilmu yang
relative baru. Cooper (1997) bahkan menyebut istilah “supply chain management” baru
muncul di awal tahun 90-an dan istilah ini diperkenalkan oleh para konsultan manajemen.
Saat ini supply chain management merupakan suatu topic yang hangat, menarik untuk
didiskusikan bahkan mengundang daya tarik yang luar biasa baik dari kalangan akademisi
maupun praktisi.

Supply Chain

Supply chain dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam bentuk


entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari
bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir. Menyimak
dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri dari perusahaan yang mengangkat bahan
baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan bahan baku menjadi bahan
setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung produk, perusahaan
perakitan, distributor, dan retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen akhir.
Dengan definisi ini tidak jarang supply chain juga banyak diasosiasikan dengan suatu
jaringan value adding activities.
Bisa kita bayangkan bagaimanakah jaringan supply chain dari suatu produk tertentu. Kita
ambil saja satu contoh barang yang sudah sangat kita kenal, mobil misalnya. Berbagai
macam aktivitas dan perusahaan terlibat dalam pembuatan suatu mobil sampai ia ada
ditangan konsumen akhir. Kalau kita lihat dari titik perusahaan perakitan sampai aliran
barang ke konsumen, mungkin akan terlihat “sederhana”. Dari perakitan akhir, mobil-
mobil akan di distribusikan melalui dealership sampai mobil-mobil ini ada di showroom-
showroom untuk akhirnya sampai ke pemakai. Pada rantai jaringan inipun juga terlibat
jaringan after sales services yang siap melayani konsumen mulai dari perawatan
dilengkapi dengan supply komponen pengganti.

Kalau kita tarik dari perakitan sampai ke bahan baku, maka jaringan supply chain ini akan
semakin kompleks. Berbagai komponen, modul dan sub komponen yang terlibat untuk
dapat dirakitnya suatu mobil. Di titik paling hulu adalah industri yang menghasilkan
plastik, baja/besi, aluminium, dan karet untuk ban, gasket dan komponen dari karet
lainnya, serta kulit yang digunakan untuk jok mobil. Bisa kita bayangkan, ada ribuan
aktivitas yang terlibat.

Nah, dari gambaran dan definisi diatas maka kita bisa lihat bahwa supply chain sebagai
suatu aktivitas ataupun proses bisnis akan selalu ada. Dan bahkan keberadaannya telah
ada sejak suatu aktivitas transformasi barang dan pendisitribusiannya ke konsumen akhir
dimulai. Jadi, apakah suatu perusahaan menerapkan prinsip-prinsip manajemen supply
chain atau tidak, perusahaan tersebut akan tetap menjadi bagian dari suatu supply chain.
Bahkan perusahaan bisa menjadi bagian lebih dari satu supply chain sekaligus.
Supermarket seperti Carrefour misalnya, pada saat yang sama ia menjadi ujung paling
bawah (downstream) dari supply chain untuk banyak produk sekaligus. Posisi perusahaan
dalam berbagai supply chain dimana ia beroperasi pun bisa berlainan. Perusahaan ban
Goodyear misalnya, ia menjadi pemasok untuk pabrik perakitan mobil ketika kita pandang
ia sebagai bagian dari supply chain produk mobil. Pada saat yang sama ia juga menjadi
manufacturer akhir yang memasok ban langsung ke distributor dan retailer untuk pasar
pengguna mobil yang membutuhkan penggantian ban. Di industri elektronika, perusahaan
seperti Motorola bisa menjadi supplier bagi AT&T pada supply chain produk tertentu, di
lain produk Motorola bisa menjadi customer dari AT&T.

Sekarang ini, supply chain tidak hanya melibatkan aliran barang dari hulu ke hilir tetapi
juga melibatkan aliran barang sebaliknya yaitu dari konsumen kembali ke manufacturer,
atau yang disebut dengan reverse supply chain. Aktivitas-aktivitas reverse supply chain
meliputi: pengembalian produk cacat, services and maintenance, ataupun aktivitas daur
ulang.

Sangat penting untuk dicatat bahwa dalam suatu supply chain terdapat tiga macam aliran
utama, yaitu aliran produk, uang dan informasi. Pengelolaan dan sinkronisasi ketiga aliran
inilah yang menjadi ruh dan jiwa dari supply chain management.

Lucky Prasetyo Hardiyanto di 21.13

2 komentar:

Dewi Aja 5 Oktober 2016 17.43

Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda
berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip,
music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah
registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Balas

Susan bowman 9 Agustus 2017 10.13

KABAR BAIK! KABAR BAIK!

Untuk mengenalkan diri dengan benar,


Ibuku SUSAN dari [SUSAN BOWMAN LOAN COMPANY]

Saya adalah pemberi pinjaman pribadi, perusahaan saya memberikan pinjaman


segala jenis dengan suku bunga 2% saja. Ini adalah kesempatan finansial di depan
pintu Anda, terapkan hari ini dan dapatkan pinjaman cepat Anda.

Ada banyak di luar sana yang mencari peluang atau bantuan keuangan di seluruh
tempat dan tetap saja, tapi mereka tidak dapat mendapatkannya. Tapi ini adalah
kesempatan finansial di depan pintu Anda dan dengan demikian Anda tidak bisa
melewatkan kesempatan ini.
Layanan ini membuat individu, perusahaan, pelaku bisnis dan wanita.
Jumlah pinjaman yang tersedia berkisar dari jumlah pilihan Anda untuk informasi
lebih lanjut hubungi kami melalui email:

Susanbowmanloancompany@gmail.com
Balas

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: dianpurwa18@gmail.com (Google) Logout

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

‹ Beranda ›
Lihat versi web

Mengenai Saya
Lucky Prasetyo Hardiyanto
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai