Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk
aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu
dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan
biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber
daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi
pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan
mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen
lainnya
Jus In Time (JIT) adalah filofosi manufakturing untuk menghilangkan pemborosan waktu
dalam total prosesnya mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi. Fujio Cho dari
Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang berlebih, di luar
kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja yang
mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Kemudian diperoleh rumusan
yang lebih sederhana pengertian pemborosan: Kalau sesuatu tidak memberi nilai tambah
itulah pemborosan
Over produksi
Waktu menunggu
Transportasi
Pemrosesan
Tingkat persediaan barang
Gerak
Cacat produksi
Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan
cara membuat semua proses dapat menghasilkan produk yang diperlukan, pada waktu
yang diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan
mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses
manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang
menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem
dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya
Terdapat empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):
Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat
dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan
fluktuasi permintaan.
Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
Guna mencapai empat konsep ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai berikut :
Memisahkan pekerjaan set up yang harus diselesaikan selagi mesin berhenti (internal set
up) terhadap pekerjaan yang dapat dikerjakan selagi mesin beroperasi (eksternal set up).
Mengurangi internal set up dengan mengerjakan lebih banyak eksternal set up, contohnya:
persiapan cetakan, pemindahan cetakan, peralatan, dan lain-lain.
Mengurangi internal set up dengan mengurangi kegiatan penyesuaian (adjustment),
menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar pasang, menambah personil
pembantu, dan lain-lain.
Mengurangi total waktu untuk seluruh pekerjaan set up, baik internal maupun eksternal.
Contoh:
Jika set up mesin lamanya 1 jam (60 menit), bisa disingkat menjadi 6 menit. Andaikata lot
yang harus dibuat banyaknya 3000 buah yang setiap unitnya memakan waktu 1 menit,
maka waktu produksinya = 1 jam + (3000 x 1 menit) = 3060 menit = 51 jam.
Setelah waktu set up dikurangi menjadi 6 menit, maka waktu produksinya menjadi = 6
menit + (3000 x 1 menit) = 3006 menit.
Namun, dengan waktu yang sama (3060 menit) dapat dibuat lot sebanyak 300 buah dari
berbagai jenis, yang diulang sebanyak 10 kali, yaitu: {6 menit + (300 x 1 menit)} x 10 = 3060
menit = 51 jam.
Hal ini berarti sistem produksi lebih tanggap terhadap perubahan.
c. Aliran Produksi
Proses layout. Waktu simpan komponen lama, tingkat persediaan tinggi, dan prioritas kerja
sulit ditentukan.
Ketidakseimbangan jalur. Jika proses tidak terkoordinir maka komponen akan
terakumulasi sebagai persediaan, dan pengaturan kerja akan sulit dilakukan.
Set up atau penggantian alat yang makan waktu. Persediaan komponen akan menumpuk,
sementara proses berikutnya akan tertunda.
Kerusakan dan gangguan mesin. Jalur akan berhenti dan akan terjadi penumpukan barang
dalam proses.
Masalah kualitas. Kalau cacat produksi ditemukan, maka proses selanjutnya akan berhenti
dan persediaan akan menumpuk.
Absensi. Jika seorang operator ada yang berhalangan kerja dan penggantinya sulit
ditemukan, maka jalur produksi akan terhenti.
a. Preventive Maintenance
1) Pendekatan untuk mencegah kerusakan dan gangguan mesin dapat dilihat pada gambar
3.
2) Faktor penyebab gangguan mesin dapat dilihat pada gambar 4.
3) Gangguan mesin dan penanggulangannya dapat dilihat pada gambar 5.
Sistem produksi tepat waktu (JIT) adalah sistem produksi yang bertujuan untuk
menghasilkan unit yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan dalam waktu yang
diperlukan.
Ide dasar sistem produksi tepat waktu (JIT) adalah menghasilkan sejumlah barang yang
diperlukan saat diminta dengan menghilangkan segala macam pemborosan sehingga
diperoleh biaya produksi yang rendah.
Sistem produksi tepat waktu (JIT) bukanlah ilmu yang memerlukan analisis kuantitatif
maupun kualitatif yang begitu rumit, lebih tepatnya JIT bisa dikatakan sebagai metode
pendekatan, filosofi kerja, konsep ataupun strategi manajemen yang dimaksud dan
tujuannya adalah mencapai performansi yang tinggi dalam proses manufacturing. JIT
adalah filosofi manufakturing untuk menghilangkan pemborosan dalam total prosesnya
mulai dari proses pembelian sampai distribusi.
Konsep dasar JIT dalam proses produksi atau sistem manufaktur fabrikasi pada prinsipnya
pabrik hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta, sejumlah yang diperlukan,
pada saat yang dibutuhkan. Sasaran utama dalam JIT adalah membuat kelancaran
produksi sehingga tidak mengganggu jalannya aliran bahan dari pemasok sampai
pelanggan terakhir dengan tepat.
Terdapat empar konsep dasar dalam melaksanakan JIT, yaitu:
1. Produksi JIT adalah memproduksi apa yang dbutuhkan, hanya pada saat dibutuhkan
dan dalam jumlah yang diperlukan.
2. Autonomasi, merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3. Tenaga kerja yang fleksibel, pekerja dengan fungsi ganda.
4. Pemikiran kreatif, yang berarti memperhatikan saran para pekerja.
Guna mencapai empat konsep dasar ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai
berikut:
BAB II
JUST-IN-TIME ( JIT )
1. Pengertian JIT
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada
aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga produk rusak
dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan
kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam
meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas
yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya
pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
A. Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa
sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas
pembelian dengan cara:
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun
kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu
nol).
3. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-
mesin pada setiap tahapan pengolahan produk w
(orkstation).
4. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang
tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui
dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai dampak
pada:
a. Persediaan Rendah
JIT TRADISIONAL
Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung
adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah
sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat
menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung
tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:
1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi
berkurang
2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.
Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian
persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan
penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT
diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan),
sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan
keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan
manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai
keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend
biaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para
pesaing, (e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan
bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel
pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena adanya
persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol,
sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu
menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada
penyederhanaan.
Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan otomasi dalam
beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk
mengikutinya dengan pemilikan teknologi pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk :
(a) menaikkan kapasitas produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan
pelayanan, (d) menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran.
Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk secara
individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-sel
pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak langsung dalam
lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.
Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses dan
membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan menggunakan
backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :
3. Analisis Biaya-Volume-Laba
Dalam anlisis tersebut biaya dianggap sebagai fungsi linier volume penjualan
sehingga persamaannya adalah:
B = T + VX P = Pendapatan Total
Dalam sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya
tetapnya naik.Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch
menjadi satu kali.Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai berikut:
B = T + V1X1 + V3X3
4. Titik Impas
Titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun
rugi.jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang.
X = (I + F) / (P - V)
X1 = (I + F1 + X2V2 ) / (P - V1)
Illustrasi :
PT.KIRANA, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang
PT.KIRANA, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang
menggunakan dua sistem biaya yang berbeda yaitu:
KONVENSIONAL JIT
Diminta:
1. Hitunglah jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar
seandainya perusahaan memutuskan untuk membeli pada pemasok luar.
2. Bila diketahui perusahaan berproduksi pada kapasitas 1500 unit dengan harga jual Rp
1.100, susunlah laporan L/R untuk periode yang bersangkutan
3. Lakukan analisis terhadap kasus tersebut.
Penyelesaian :
1. Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai biaya
terhindarkan yang harus diputuskan oleh perusahaan tersebut.
2. Laporan L/R
1) Rp 800 + Rp 70 + Rp 90 = Rp 960
2) Rp 800 + Rp 20 = Rp 820
3) Rp 30 x 1.500 u = Rp 45.000
Gambar 1.1
Tata Letak Mesin dalam Sistem Produksi Tr adisional
Manufacturing Cell. Dengan sistem ini JIT membentuk manufacturing Cell
yakni terdiri dari mesin-mesin yang dikelompokkan ke dalam suatu
keluarga mesin, biasanya dalam bentuk setengah lingkaran.
Setiap cell dirancang untuk memproduksi produk tertentu atau satu
keluarga produk tertentu.
Gambar 1.2
Tata Letak Mesin dalam Cellula r Manufacturing
JIT dan Desentralisasi Jasa Pendukung. JIT memerlukan akses yag cepat
dan mudah terhadap jasa pendukung. Oleh karena itu, departemen jasa
yang dibentuk untuk melayani secara terpusat semua departemen
produksi perlu diperkecil skalanya dan karyawannya dibebani tugas untuk
secara langsung mendukung produksi dalam cell tertentu.
Meningkatn ya Tuntutan Mutu
MATERI:
Mid Semester
Manajemen Rantai Suplai (Supply chain management) adalah sebuah ‘proses payung’ di
mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah
supply chain (rantai suplai) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang
mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber
produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. (Kalakota, 2000, h197)
Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai
yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Rantai suplai yang terintegrasi
akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut.
Daftar isi
[tampilkan ]
[sunting] Pengertian
Manajemen Rantai Suplai adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan
antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai suplai bisa juga berarti seluruh
jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk
mendaur ulang produk yang sudah dipakai.
Arus material melibatkan arus pr oduk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui r antai,
sama baikny a dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang d an pembuangan.
Arus informasi meliputi r amalan permintaan , transmisi pesanan dan lapor an status pesanan,
arus ini berjalan dua ar ah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah.
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pemba yaran dalam
penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198)
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen rantai suplai,
yaitu:
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur
dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-
duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier).
Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal
material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply
chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang
yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam
keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di
dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi,
pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain,
perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier , fasilitas pr oduksi, pusat distribusi
( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
Strategi Distribusi: Sentr alisasi atau desentr alisasi, pengapalan langsung, Berlabuh silang ,
strategi menarik atau mendor ong, logistik orang ke tiga.
Informasi: Sistem terintr egasi dan pr oses melalui rantai suplai untuk membagi informasi
berharga, termasuk permintaan siny al, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.
Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inv entaris termasuk bar ang mentah, pr oses
kerja, dan bar ang jadi.
Aliran dana: Mengatur sy arat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati
entitas didalam r antai suplai.
Eksekusi rantai suplai ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi dan
dana diantara rantai suplai tersebut. Alurnya sendiri dua arah.
[sunting] Aktivitas/Fungsi
Manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur
pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi
keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam
kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas
sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan
sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen,
sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit
dan partner rantai suplai menuju ke pembuatan konsep rantai suplai. Tujuan dari
manajemen rantai suplai ialah meningkatkan ke[percayaan dan kolaborasi diantara
rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan
meningkatkan percepatan inventori.
Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan
perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai suplai.[1]
beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk
mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model
manajemen rantai suplai yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Suplai. Model
lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Aktivitas suplai
rantai bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional.
[sunting] Strategis
Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lok asi, dan ukur an gudang, pusat distribusi
dan fasilitas
Rekanan str ategis dengan pemasok suplai, distribut or, dan pelanggan, membuat jalur
komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan oper asional seperti cross
docking, pengapalan langsung dan logistik or ang ketiga
Rancangan pr oduk yang terkoor dinasi, jadi pr oduk yang baru ada bisa diintr egasikan secar a
optimal ke rantai suplai,manajemen mu atan
Keputusan dimana membuat dan apa y ang dibuat atau beli
Menghubungkan strategi organisasional secar a keseluruhan dengan str ategi pasokan/suplai
[sunting] Taktis
Kontrak pengadaan dan k eputusan pengeluar an lainnya
Pengambilan Keputusan pr oduksi, termasuk pengont rakan, lokasi, dan kualitas dari inventori
Pengambilan keputusan inv entaris, termasuk jumlah , lokasi, penjadwalan, dan definisi proses
perencanaan.
Strategi transportasi, termasuk fr ekuensi, rute, dan pengontr akan
Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua oper asi melawan kompetit or dan
implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan
Gaji berdasarkan pencapaian
[sunting] Operasional
Produksi harian dan per encanaan distribusi, term asuk semua hal di r antai suplai
Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di r antai suplai (menit k e menit)
Perencanaan permintaan dan pr ediksi, mengkoor dinasikan pr ediksi permintaan dari semua
konsumen dan membagi pr ediksi deng an semua pemasok
Perencanaan pengadaan, termasuk inv entaris yang ada sekar ang dan prediksi permintaan,
dalam kolabor asi dengan semua pema sok
Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inv entaris yang diterima
Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan alir an barang jadi (finished goods)
Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan tr ansportasi ke pelanggan
Pemastian perintah, penghitungan k e semua hal y ang berhubungan dengan r antai suplai,
termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur , pusat distribusi, dan pelanggan lain
Jika dilihat lebih dekat pada apa yang terjadi dalam kenyataannya, istilah rantai suplai
mewakili sebuah serial sederhana dari hubungan antara komoditas dasar dan produk
akhir. Produk akhir membutuhkan material tambahan kedalam proses manufaktur.
[sunting] Arus Material dan Informasi
Tujuan dalam rantai suplai ialah memastikan material terus mengalir dari sumber ke
konsumen akhir. Bagian-bagian (parts) yang bergerak didalam rantai suplai haruslah
berjalan secepat mungkin. Dan dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan
inventori di satu lokal, arus ini haruslah diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian
tersebut bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan ialah
synchronous. (Knill, 1992)
tujuannya selalu berlanjut, arus synchronous. Berlanjut ar tinya tidak ada interupsi, tidak
“ ada bola yang jatuh, tidak ada akumula si yang tidak diperlukan. Dan synchr onous berarti
semuanya berjalan seper ti balet. Bagian-bagian dan komponen-komponen dikirim tepat ”
waktu, dalam sekuensi y ang seharusnya, sama persis sampai titik y ang mereka butuhkan.
[2]
Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir" dalam rantai suplai yang
ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan respon tidak
keruan pada permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan
peninjauan yang holistik pada hubungan suplai.
Sejak SCM terlibat dalam aktifitas antar perusahaan, pr osenya meliputi berbagai fungsi
seperti supply raw material, manajen pr oduksi, transportasi, manajemen inv entori,
sistem informasi (SIM), pr oses order, penanganan material dan manajemen . Istilah
logistik yang lebih sederhana diidentifik asikan sebagai kombinasi diantar a fungsi –
fungsi tersebut. Lebih jauh lagi, pr osedur yang berhubungan dengan ijin bea cukai
ditambahkan adalam kasus internasional SCM.
Salah satu fitur utama pada SCM adalah mempr oses integrasi vertikal dari suppllier k e
pelanggan y ang dapat dilakukan melalu i aliansi strategi antar perusahaan. Di salah
satu sisi ter dapat kasus dimana seluru h proses vertikal dibawa oleh suatu perusahaan,
selama optimasi t otal lebih besar daripada jumlah optimasi parsial. Secar a umum,
optimasi total dalam supply chain adalah lebih besar daripada optimasi parsia l dalam
rantai individu. Bagaimanapun juga, jika suatu perusahaan dapat mengaplikasikan
seluruh proses supply chain didalamny a menjadi suatu or ganisasi dengan skala y ang
lebih besar, dapat menghasilkan bia ya administrasi yang tinggi. Di sisi lainy a, terdapat
kasus dimana setiap perusahaan adalah independen dari perusahaan lainny a dan
bertransaksi secar a individu dalam pr oses vertikal tanpa str ategi. Aliansi antar
perusahaan, y ang membuat k euntungan optimasi lebih r endah dan bia ya administrasi
lebih rendah. Posisi dari SCM ber ada pada kedua sisi tersebut. Masing – mas ing
perusahaan independen secar a strategi berhubungan dengan perusahaan lain nya
dalam proses integrasi vertikal.
Ada banyak paket software dari SCM y ang sesuai dengan kondisi pasar . Perusahaan
Ada banyak paket software dari SCM y ang sesuai dengan kondisi pasar . Perusahaan
yang telah mener apkan SCM sangat sukses dalam memperbaiki tingkat
produktivitasny a dan tentuny a meningkatkan k euntungan secar a dramatis.
Penggunaan internet y ang makin populer mendor ong setiap perusahaan dapa t
bekerjasama untuk membangun suatu supply chain sehingga terbentuklah ap a yang
disebut dengan vir tual company. Melalui teknologi ini, suatu perusahaan y ang begitu
unggul dalam bidang pemasar an dapat bekerjasama dengan perusahaan-peru sahaan
kecil lainnya yang mungkin memiliki k eunggulan dalam bidang manufacturing ,
penjualan, distribusi, dan sebagainy a.
V. Kesimpulan
1. Seiring dengan pasar y ang semakin m eng-global dan munculny a teknologi
informasi, persaingan di dunia bisnis semakin k etat. Tuntutan pelangganpun semakin
tinggi sehingga menuntut perusahaan untuk meningkatkan kualitas dengan bia ya yang
efisien dan ef ektif. Tuntutan pelanggan semakin ber variasi, mulai dari jenis pr oduk
sampai pada jenis pela yanan yang berkaitan dengan sistem atau teknologi y ang
digunakan perusahaan. Supply Chain Management merupakan sistem y ang dapat
memenuhi tuntutan tersebut.
2. Tujuan utama dari Supply Chain Management adalah: perny erahan/ pengiriman
produk secara tepat tempat dan tepat w aktu demi memuaskan pelanggan, mengur angi
biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hany a satu
biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hany a satu
perusahaan), mengur angi waktu, memu satkan kegiatan per encanaan dan distribusi.
3. PT. Yanmar Diesel Indonesia telah mener apkan sistem Supply Chain Management
dan menggunakan sistem komputerisasi y ang terintegr asi yaitu sistem AS/400 y ang
dinamakan Y GLS (Yanmar Global Logis tic System) dengan fungsi mengakses berbagai
informasi berkaitan dengan beber apa komponen menu-menu utama, y aitu :
- Menu order penjualan
- Menu pembelian dan penerimaan
- Menu pengiriman pr oduk
- Menu pengiriman komponen (spar e parts)
- Menu perencanaan pr oduksi
- Menu pembelian material (or der pembelian)
- Menu manufaktur (ter diri dari assemb ling, machining, painting, dan packing)
- Menu distribusi material k e unit-unit pr oduksi
- Menu pengatur an penyimpanan mate rial di gudang
- Menu manajemen har ga (financial dan accounting)
- Menu perhitungan k embali stok material (tiap 6 bulan sekali)
- Menu master seluruh pr oduk (meliputi input har ga, delivery lead time, st ock taking, lot
delivery, komponen-komponen dari sua tu engine)
4. Aplikasi Teknologi Informasi terinteg rasi dengan memanfaatkan internet dalam
Supply Chain Management y ang telah d iterapkan PT. Yanmar Diesel Indonesia sangat
bermanfaat dalam mengelola informasi dari seluruh komponen pendukung Supply
Chain sehingga mampu memenuhi tuntutan dari pelanggan. Dan hal ini dapat dijadikan
sebagai acuan bagi perusahaan lain untuk mener apkan Aplikasi T eknologi Informasi
terintegrasi dalam Supply Chain Manag ement.
5. Dengan mengimplementasikan aplikasi T eknologi Informasi T erintegrasi dalam
Supply Chain Management bukan hany a mampu memenuhi tuntutan pelanggan tetapi
juga mampu memperbaiki/meningkatkan pr oduktivitas perusahaan y ang tentuny a
sampai pada perbaikan/peningkatan mar gin perusahaan.
Istilah supply chain dan supply chain management sudah menjadi jargon yang umum kita
jumpai di berbagai media baik majalah manajemen, buletin, koran, buku ataupun dalam
diskusi-diskusi. Namun tidak jarang kedua term diatas di persepsikan secara salah. Banyak
yang mengkonotasikan supply chain sebagai suatu software. Bahkan ada yang
mempersepsikan bahwa supply chain hanya dimiliki oleh perusahaan manufaktur saja,
sehingga pernah suatu saat saya menerima statement dari petinggi perusahaan bahwa
perusahaannya tidak memiliki supply chain karena tidak memiliki fasilitas produksi sama
sekali.
Sebagai disiplin, supply chain management memang merupakan suatu disiplin ilmu yang
relative baru. Cooper (1997) bahkan menyebut istilah “supply chain management” baru
muncul di awal tahun 90-an dan istilah ini diperkenalkan oleh para konsultan manajemen.
Saat ini supply chain management merupakan suatu topic yang hangat, menarik untuk
didiskusikan bahkan mengundang daya tarik yang luar biasa baik dari kalangan akademisi
maupun praktisi.
Supply Chain
Kalau kita tarik dari perakitan sampai ke bahan baku, maka jaringan supply chain ini akan
semakin kompleks. Berbagai komponen, modul dan sub komponen yang terlibat untuk
dapat dirakitnya suatu mobil. Di titik paling hulu adalah industri yang menghasilkan
plastik, baja/besi, aluminium, dan karet untuk ban, gasket dan komponen dari karet
lainnya, serta kulit yang digunakan untuk jok mobil. Bisa kita bayangkan, ada ribuan
aktivitas yang terlibat.
Nah, dari gambaran dan definisi diatas maka kita bisa lihat bahwa supply chain sebagai
suatu aktivitas ataupun proses bisnis akan selalu ada. Dan bahkan keberadaannya telah
ada sejak suatu aktivitas transformasi barang dan pendisitribusiannya ke konsumen akhir
dimulai. Jadi, apakah suatu perusahaan menerapkan prinsip-prinsip manajemen supply
chain atau tidak, perusahaan tersebut akan tetap menjadi bagian dari suatu supply chain.
Bahkan perusahaan bisa menjadi bagian lebih dari satu supply chain sekaligus.
Supermarket seperti Carrefour misalnya, pada saat yang sama ia menjadi ujung paling
bawah (downstream) dari supply chain untuk banyak produk sekaligus. Posisi perusahaan
dalam berbagai supply chain dimana ia beroperasi pun bisa berlainan. Perusahaan ban
Goodyear misalnya, ia menjadi pemasok untuk pabrik perakitan mobil ketika kita pandang
ia sebagai bagian dari supply chain produk mobil. Pada saat yang sama ia juga menjadi
manufacturer akhir yang memasok ban langsung ke distributor dan retailer untuk pasar
pengguna mobil yang membutuhkan penggantian ban. Di industri elektronika, perusahaan
seperti Motorola bisa menjadi supplier bagi AT&T pada supply chain produk tertentu, di
lain produk Motorola bisa menjadi customer dari AT&T.
Sekarang ini, supply chain tidak hanya melibatkan aliran barang dari hulu ke hilir tetapi
juga melibatkan aliran barang sebaliknya yaitu dari konsumen kembali ke manufacturer,
atau yang disebut dengan reverse supply chain. Aktivitas-aktivitas reverse supply chain
meliputi: pengembalian produk cacat, services and maintenance, ataupun aktivitas daur
ulang.
Sangat penting untuk dicatat bahwa dalam suatu supply chain terdapat tiga macam aliran
utama, yaitu aliran produk, uang dan informasi. Pengelolaan dan sinkronisasi ketiga aliran
inilah yang menjadi ruh dan jiwa dari supply chain management.
2 komentar:
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda
berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip,
music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah
registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Balas
Ada banyak di luar sana yang mencari peluang atau bantuan keuangan di seluruh
tempat dan tetap saja, tapi mereka tidak dapat mendapatkannya. Tapi ini adalah
kesempatan finansial di depan pintu Anda dan dengan demikian Anda tidak bisa
melewatkan kesempatan ini.
Layanan ini membuat individu, perusahaan, pelaku bisnis dan wanita.
Jumlah pinjaman yang tersedia berkisar dari jumlah pilihan Anda untuk informasi
lebih lanjut hubungi kami melalui email:
Susanbowmanloancompany@gmail.com
Balas
‹ Beranda ›
Lihat versi web
Mengenai Saya
Lucky Prasetyo Hardiyanto
Lihat profil lengkapku