Anda di halaman 1dari 2

Pretreatment yang biasa digunakan pada produksi minyak atsiri yaitu beberapa cara

perlakuan pendahuluan yang dapat dilakukan meliputi pengecilan ukuran bahan,


pengeringan, pelayuan, pemeraman dan fermentasi mikroorganisme. Pengecilan ukuran
biasanya dilakukan dengan perajangan dengan tujuan untuk menambah luas permukaan
bahan sehingga minyak yang dihasilkan lebih banyak. Pencacahan atau perajangan,
Perlakuan pretreatment pencacahan atau perajangan diperlukan dalam proses
penyulingan karena sebelumnya daun langsung dimasukkan ke dalam ketel. Pencacahan
atau perajangan berfungsi untuk mempermudah penguapan minyak atsiri yang terdapat pada
kantung minyak di dalam ruang antar sel dalam jaringan. Selain itu, fungsi dari pencacahan
yaitu memperkecil ukuran dari daun yang akan mengurangi volume daun di dalam ketel
suling karena sebaiknya ketel penyulingan tidak diisi dengan beban maksimum, dengan
adanya beban maksimum pada ketel penyulingan maka proses penyulingan yang ada di
dalam ketel tidak akan berjalan dengan maksimum (Perdana dkk., 2015).
Kedua ada pelayuan, tujuan dari pelayuan dan pengeringan yaitu untuk menguapkan
sebagian kecil air dari bahan sehingga destilasi lebih mudah dan lebih singkat. Lama
pelayuan dan penjemuran yang dilakukan akan berpengaruh terhadap rendemen minyak
atsiri. Proses pemeraman maupun fermentasi mikroorganisme dilakukan pada minyak-
minyak tertentu untuk memecahkan sel-sel minyak pada daun. Perlakuan pemeraman
dilakukan dengan meremas-remas serta menyobek bahan yang akan didistilasi terlebih dahulu
untuk merusak selsel daun, kemudian diperam selama 1 hari. Proses pengambilan minyak
atsiri dilakukan dengan cara distilasi (Nugraheni dkk., 2016).
Nugraheni, Krisnawati Setyaningrum., Lia Umi Khasanah., Rohula Utami., dan Baskara
Katri Ananditho. 2016. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Dan Variasi Metode Destilasi
Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (C. Burmanii). Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 9(2): 51-64.
Perdana, Litapuspita Rizka., Musthofa Lutfi., dan Yusuf Hendrawan. 2015. Uji Performansi
Unit Penyulingan Cengkeh Pretreatment Pencacahan Daun. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem, Vol. 3(3): 295-302

Amenurut Sufyan (2018) mengatakan bahwa Penyusun minyak atsiri serai dapur
adalah senyawa terpenoid yaitu senyawa dari golongan monoterpena dan sesquiterpena. Jika
dilihat dari luas area (%) terdapat 3 senyawa mayor. Adapun senyawa mayor dalam minyak
atsiri serai dapur tergolong dari golongan hidrokarbon monoterpana yaitu 1-β-pinen (12,78%)
dan kelompok dari golongan monoterpana teroksigenasi yaitu Z-sitral (28,24%) dan E-sitral
(35,43%). Senyawa dominan yang terkandung dalam minyak atsiri adalah golongan terpenoid
yaitu monoterpena dan sesquiterpena dengan jumlah C10 dan C15. Senyawa jenis ini
memiliki perbedaan dalam hal titik didih sehingga berpengaruh pada waktu retensi yang
dihasilkan pada kromatografi gas. Senyawa yang memiliki titik didih rendah akan keluar
terlebih dahulu menuju detektor karena titik didih lebih rendah mengakibatkan senyawa lebih
mudah menguap sehingga waktu retensinya lebih cepat keluar. Senyawa utama dari minyak
atsiri serai dapur adalah senyawa sitral dimana senyawa ini bergugus aldehid yang
memberikan aroma khas lemon.
Sufyan., Afghani, Jayuska., dan Lia Destiarti. 2018. Bioaktivitas Minyak Atsiri Serai Dapur
(Cymbopogon Citratus (Dc.) Stapf) Terhadap Rayap (Coptotermes Curvignathus Sp). Jurnal
Kimia Khatulistiwa, Vol. 7(3): 47-55.

Anda mungkin juga menyukai