Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS

MENJELASKAN TENTANG CA SERVIKS

Yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas KERERAWATAN MATERNITAS

(K.Dewi B S.Kep.,M,Kep)

Di susun oleh :

1. Ajeng Sinta Nuryani (KHGC17058)


2. Rini Rani Lestari (KHGC17099)

S1 KEPERAWATAN 3B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA

GARUT

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Maternitas yang kami beri judul " CA Serviks".

Adapun makalah Keperawatan Maternitas yang kami beri judul " CA Serviks ".
ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari
banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah biologi
ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Keperawatan


Maternitas yang kami beri judul " CA Serviks". ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran
dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Garut , September 2019

Penyusun

2
KATA PENGANTAR .............................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ............................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.
A.Latar Belakang.......................................... Error! Bookmark not defined.
B.Rumusan Masalah ..................................... Error! Bookmark not defined.
C.Tujuan ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN .......................................... Error! Bookmark not defined.
A. Definisi CA Serviks ................................. Error! Bookmark not defined.
B. Etiologi CA Serviks ................................. Error! Bookmark not defined.
C. Patofisiologi CA serviks .......................... Error! Bookmark not defined.
D. Pathway CA Serviks...................................................................................2

E. Penanganan CA Serviks..............................................................................2

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................. Error! Bookmark not defined.


A.Diagnosa Keperawatan.........................................................................................2
BAB IV PENUTUP DAN SARAN .......................... Error! Bookmark not defined.

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan penyakit tidak normal daro
selsel jaringan tubuh, yang dalam perkembangan sel tersebut berubah menjadi sel
kanker. Selsel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat
menyebabkan kematian kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai
akibat salah satu jenis kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat menyerang semua perempuan,
terbukti didunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal karena kanker serviks
sedangkan di asia pasifik setiap 4 menit seorang perempuan meninggal karena kanker
serviks. Kanker ini juga merupakan kanker yang paling banyak di derita oleh
perempuan Asia dan lebih dari setengah perempuan Asia yang menderita kanker
serviks meninggal, ini sama artinya dengan 226.000 perempuan yang di diagnosa
terkena kanker serviks sebanyak 143.000 perempuan meninggal karnanya (american
cancer society,1989).
Di indonesia, sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan salah satu
penyebab kematian wanita yang cukup tinggo di bandingkan dengan negara negara
lain di asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di indonesia baru datang
berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk
mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita sangat
kawatir dan cemas dengan keadaannya.

B. Runusan masalah
1. Apa yang dimaksud kanker?
2. Apa itu kanker serviks?
3. Bagaimana Etiologi kanker serviks?
4. Bagaimana patopisiologi kanker serviks?

4
5. Bagaimana penanganan kanker serviks?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks
2. Untuk mengetahui Etiologi kanker serviks
3. Untuk mengetahui Patofisiologi kanker serviks
4. Untuk mengetahui Penanganan kanker serviks.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan


pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat
yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012). Kanker leher rahim sering
juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu penyakit kanker yang paling
banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila, 2012).

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila,
2012).

Kanker Serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan


kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan srtviks. Kanker serviks biasanya menyerang
wanita berusia 35-55 tahun 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjae
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim ( Sarjadi, 2001).

B. Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian menunjukkan


bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksusal semakin besar,
mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu
muda.

6
2. Jumlah Kehamilan dan Partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita
yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah Perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan
bergant-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks ini.
4. Infeksi Virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV)
atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker
serviks.
5. Soal Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial
ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker
serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada
pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Merokok akan
merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012).
8. Radioterapi dan Pap Smear Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat
tidak efektifnya radioterapi sebagai pengobatan utama dalam kasus
adenocarcinoma. Meningkatnya penggunaan tes Pap untuk deteksi dini
penyakit ini tapi masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas
kanker terkait di negara-negara berkembang karena kurangnya program
skrining (Rubina Mukhtar, 2015).

7
Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus
atau disingkat HPV. Ada lebih dari seratus jenis HPV, tapi sejauh ini hanya ada kira-
kira 13 jenis virus yang bisa jadi penyebab kanker serviks. Virus ini sering ditularkan
melalui hubungan seksual.

Di dalam tubuh wanita, virus ini menghasilkan dua jenis protein, yaitu E6 dan
E7. Kedua protein ini berbahaya karena bisa menonaktifkan gen-gen tertentu dalam
tubuh wanita yang berperan dalam menghentikan perkembangan tumor.

Kedua protein ini juga memicu pertumbuhan sel-sel dinding rahim secara
agresif. Pertumbuhan sel yang tidak wajar ini akhirnya menyebabkan perubahan gen
(disebut juga sebagai mutasi gen). Mutasi gen inilah yang lantas menjadi penyebab
kanker serviks berkembang dalam tubuh.

Beberapa jenis HPV tidak menyebabkan gejala sama sekali. Namun, sebagian
jenis bisa menyebabkan kutil pada kelamin, dan beberapa bisa jadi penyebab kanker
serviks. Hanya dokter yang bisa mendiagnosis dan memastikan seberapa bahaya jenis
HPV yang Anda alami.

Dua turunan dari virus HPV (HPV 16 dan HPV 18) diketahui berperan dalam
70% dari kasus kanker serviks. Jenis infeksi HPV ini tidak menyebabkan gejala apa
pun, sehingga banyak wanita tidak menyadari mereka memiliki infeksi. Faktanya,
kebanyakan wanita dewasa sebenarnya pernah menjadi “tuan rumah” HPV pada saat
tertentu dalam hidup mereka.

HPV dapat dengan mudah ditemukan melalui tes pap smear. Inilah mengapa tes
pap smear sangat penting untuk mencegah kanker serviks. Tes pap smear mampu
mendeteksi perbedaan pada sel serviks sebelum berubah menjadi kanker. Jika Anda
menangani perubahan sel tersebut, Anda dapat melindungi diri dari kanker leher
Rahim.

8
C. Patofisilogi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung
lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat
misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan
gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks
dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat
meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi
ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan
serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain
mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki,
menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi
keganasan (Brunner & Sudart, 2010) Kanker serviks biasa timbul di daerah yang
disebut squamo-columnar junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi
perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel
endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ
dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ
berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun
SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang
berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen
yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi,
SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.

9
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan
epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa
disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah.
Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses
metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru
yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi. Penelitian akhir-akhir ini
lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor penyebab yang penting, terutama
virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke
dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel
yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga
terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia
sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai
tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).

10
D.Fathway

E.Penanganan

Makin tinggi diagnosis makin baik hasil terapi., dan terapi karsinoma serviks
dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan direncanakan
dengan matang oleh suatu tim. Disamping terapi karsinoma serviks didasarkan atas
stadium juga didasarkan keinginan dan mempertahankan fungsi reproduksi (hanya
pada stadium Ia). Pada stadium 0 dapat dilakukan biopsi kerucut (conebiopsy)
meskipun untuk diagnostik, dapat juga terapeutik. Bila penderita cukup tua atau
sudah punya anak, uterus dapat diangkat, agar penyakit tidak kambuh dapat dilakukan
histerektomi sederhana (simple vagina hysterectomy). Staidum Ia bila masih ingin

11
punya anak dilakukan amputasi kerucut secara radikal, bila tidak ingin punya anak
lagi dilakukan histerektomi total. Stadium IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal +
anjuran therapy. Stadium IIB sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau radioterapi.
Sedangkan bila sudah sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja. Pengobatan
lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut Tingkatan lesi
(apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi) · Rencana penderita untuk hamil lagi .
Usia dan keadaan umum penderita. · Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan
pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah
diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani
pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin. Pengobatan pada lesi
prekanker bisa berupa:

1. Kriosurgeri (pembekuan)
2. Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi )·
3. Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai
jaringan yang sehat di sekitarnya.
4. LEEP(loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.

Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau


nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina. Pemilihan
pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil
lagi.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
genokologis dan prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker
terhadap peran pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan
terbatasnya informasi.

Intervensi :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi :
 Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
 Berikan cairan secara cepat.
 Pantau dan atur kecepatan infus.
 Kolaborasi dalam pemberian infus

13
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
 Intervensi:
 Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet
yang ditentukan. Pantau masukan makanan oleh klien.
 Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan
diet.
 Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
 Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
 Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
 Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
 Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
 Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
 Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah
 lengkap (Hb dan Trombosit)
 Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.

14
 Observasi tanda-tanda perdarahan.
 Observasi tanda-tanda vital.
 Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
 Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
 Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi aktifitas.
 Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan
yang dialami. Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
 Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
genokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat
diatasi.
Intervensi:
 Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang
kondusif.
 Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
 Dorong harapan yang realistis.
 Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
 Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampak diagnosis kanker
terhadap peran pasien dalam keluarga.

15
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya
dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
 Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam
keluarga dan komunitasnya.
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang
dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
 Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran
anggota yang sakit.

16
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau ploliferasi sel-sel yang
tidak dapat di atur. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel-sel serviks terus membelah maka akan
terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor bisa disebut jinak atau ganas, jika
tumor tersebut ganas maka akan disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks dan virus human papiloma
virus, kesalahan dalam sikap seperti merokok, hubungan seksual dilakukan pada usia
dini (kurang dari 17 tahun)dan berganti-ganti pasangan seksual , pemakai DES,
pemakai PIL KB, Infeksi herfes genetalia atau infeksi klamedia dan lain lain.
B. Saran
Disarankan kepada para pembaca khususnya untuk para wanita agar selalu
menjaga kebersihan daerah kewanitaannya selain menjaga para wanita juga bisa
mencegah kanker serviks dengan cara pola hidup sehat, tidak merokok, tidak
melakukan hubungan seksualdi usia muda, tidak melahirkan banyak anak, hindari
pemakaian DES tanpa resep dokter melakukan pap smear ketika sudah memiliki
anak. Penulis mengharapkan agar pencegahan dilakukan oleh setiap wanita supaya
angka mortalitas yang diakibatkan oleh kanker serviks bisa menurun dan juga
penyebarannya tidak meluas lebih jauh lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england.

British Journal of Nursing s4-s10.

Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.

Doenges, M. E. (2000).

Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC. Gale, D. (2000).

Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.

Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri
dengan pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas Volume 6, Nomor 3157-159.

Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones


Volume 17 272-280.

Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan.Banjarmasin: Ilmu Kebidanan


dan Penyakit Kandungan.

Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan
kejadian kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes Vol.I No.1 41-46.

Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarw

18

Anda mungkin juga menyukai