HUKUM PERDATA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WARMADEWA DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
“hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain.
Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus
Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja seringkali
menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal terjadinya putusnya
dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan
dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara obyek hukum.
Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum
publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta
kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan
(hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (dikenal KUHPerdata.) yang berlaku di Indonesia tidak lain
adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan
BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah
jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih
sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa
penyesuaian.
sebagai terjemahan dari bahasa Belanda yaitu burgerlijkrecht Wetboek (B.W) pada
Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne
mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah, “Suatu peraturan
yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti
publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi” (Kansil, 1993:210)
Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah, “Aturan-
dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan
Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku. Subjek hukum ada dua,
yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya). Hukum perdata
ada karena kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu “hubungan”, baik
hubungan berdasarkan kebendaan atau hubungan yang lain. Manusia. Hukum perdata
bertujuan untuk mengatur hubungan di antara penduduk atau warga Negara sehari-hari,
kegiatan usaha, dan tindakan bersifat perdata lainnya. Karena hukum perdata
orang yang satu dan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan
manusia atau seseorang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya.
Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).
Hukum privat adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan kepada
kepentingan pribadi-pribadi. Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli rumah, kedua
belah pihak berhak untuk menentukan metode pembayaran, apakah kontan atau kredit.
Jual beli ini merupakan urusan pribadi sehingga institusi public seperti polisi atau jaksa
tidak berhak untuk ikut campur dalam prosesnya. Jadi, ketika ditemukan masalah
perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus tersebut (dengan membawa baju
institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut dicurigai. Namun ketika terjadi
penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik si Penjual, maka kasus ini bisa
dilaporkan ke polisi.
harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang harus mereka
dan justru ini adalah inti aturan hukum, jika perlu dapat dipaksakan dengan bantuan
penguasa.(Vollmar, 1996:2)
Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-perbuatan
apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan. Hukum
peraturan.(Abdulkadi, 2014:13)
atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil
itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim. Hukum formil disebut pula
hukum Acaara. Dalam pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada cara
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum perdata adalah
asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum perdata di temukan.(Siti, 2007:9)
Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu
dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis.
Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya
kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tertulis. Umumnya kaidah
hukum kebiasaan. (Vollmar, 1996:13) Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:
Hindia Belanda
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
orang dapat mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam
1338 KUHPdt).
sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak.
Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya
orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang
4. Asas Kekuatan Mengikat. Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang
kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara
satu sama lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan
ras.
7. Asas Kepastian Hukum. Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas
pacta sunt servanda merupakan asas yang berhubungan dengan akibat
perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak
ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
8. Asas Moral. Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan
sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat
prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu
seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan
debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat
perlindungan itu adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi yang
lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam
10. Asas Kepatutan. Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini
hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal
12. Asas Itikad Baik (Good Faith). Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338
ayat (3) KUHPdt yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan
debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat
suami/istri
ouderlijke macht),
c. Perwalian (voogdij),
d. Pengampunan (curalele).
3.1 Kesimpulan
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam
pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang mengatur
perdamaian karena hukum perdata itu tidak hanya difungsikan untuk menghukum
seseorang, tetapi juga sebagai alat untuk mendapatkan keadilan dan perdamaian.
DAFTAR PUSTAKA