Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan merupakan semua faktor atau hal yang ada di dalam ruang, baik

itu berupa benda atau suatu keadaan dimana manusia ada didalam nya lengkap

dengan berbagai perilakunya dan diantara kesemuanya akan terjadi hubungan timbal

balik dan saling mempengaruhi. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain.

Lingkungan hidup di dalamnya terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur

lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling

mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas

lingkungan hidup. Hukum Lingkungan merupakan bidang Study yang terus

berkembang,yang mengkutiperkembangan masyarakat dan obyek yang dipelajaripun

mengalami perubahan dari waktu kewaktu, baik dalam scope Nasional,Regional

maupun Global, dan semua itu menuntutpembaharuan di dalam berbagai

peraturannya yang tentunya semakin rumit. Disamping itumateri Hukum

Lingkungan merupakan disiplin ilmu yang menarik,meskipun baru, dan

sangatpenting sekali, mengingat perananya dalam mengantisipasi kemungkinan

terjadinyakerusakan dan pencemaran lingkungan yang semakin parah.Hukum

Lingkungan adalah merupakan disiplin ilmu hukum yang mempunyai ruanglingkup

yang sangat komplek,artinya pengkajian hukum Lingkungan pendekatannya tidak

1
cukup dilakukan melalui satu aspek hukum saja,melainkan dengan multi diplinner.

Fungsi lingkungan hidup menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah sebagai daya

dukung untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam

perspektif teoritis, fungsi lingkungan hidup diharapkan dapat memberi kontribusi

positif untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dalam

menjalankan aktivitas masing-masing.

Salah satu tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup adalah

terlaksanakannya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya

pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Setiap kegiatan pembangunan,

dimanapun dan kapan pun, pasti akan menimbulkan dampak. Dampak ini dapat

bernilai positif yang berarti memberi manfaat bagi kehidupan manusia, dan dampak

negatif yaitu timbulnya risiko yang merugikan masyarakat. (Djatmiko, Margono, &

Wahyono, 2000:1)

Bagi Indonesia masalah lingkungan sebagai gangguan terhadap tata

kehidupan manusia terutama disebabkan oleh adanya interaksi antara pertumbuhan

penduduk yang besar, peningkatan pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan

penggunaan teknologi yang tercermin, antara lain dalam proses industrialisasi.

Dalam praktik pengembangan industri tekstil di sentra pertanian cenderung

menimbulkan dampak yang dapat merugikan berbagai pihak dimana dampak

tersebut selain merugikan masyarakat, juga dapat merusak lingkungan.

Hukum Lingkungan dapat dimasukkan kedalam berbagai aspek hukum yang

ada,sehingga Hukum Lingkungan tidak dapat dimasukkan kedalam salah satu bidang

hukum berdasarkan padapembagian hukum klasik yang ada. Sebagai Hukum yang

2
multidisipliner, maka ada 3 aspek di dalam Hukum Lingkungan, yaitu : Aspek

Perdata, Aspek Pidana dan aspek Administrasi.Pembahasan Hukum Lingkungan

dimulai dengan sejarah perkembangannya yangdimulai dari Revolusi Industri 1899

dengan berbagai peraturan yang ada setelah lahirnyarevolusi tersebut,yang dalam

sejarahnya mempunyai andil yang sangat besar bagiperkembangan Hukum

Lingkungan itu sendiri, yang kemudian dilanjutkan dengan sejarahperkembangan

Hukum Lingkungan Regional yang berkembang cukup berarti, kemudiandilanjutkan

dengan tonggak yang bersejarah di abad XX,yaitu dengan tercetusnya

gagasancemerlang dari masyarakat Internasional yang diprakasai oleh PBB

Apabila dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur

berbagai aspek lingkungan,maka panjang ataupendeknya sejarah tentang peraturan

tersebut tergantung dari apa yang dipandang sebagai environmental concern

.Didalamnya juga akan dibhas juga adanya kaitan erat atau adanya hubungan yang

eratantara Hukum Lingkungan dengan Hukum Adminsitrasi Negara, terutama di

dalam masalah Perizinan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan hukun lingkungan?

2. Bagaimana sejarah perkembangan hukum lingkungan di Indonesia?

3. Bagaimana perbandingan UU No. 23/1997 dengan UU No. 32/2009?

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan dan pembahasan dalam makalah ini agar kita dapat

mengetahui lebih dalam tentang perkembangan dan sejarah hukum lingkungan di

3
negara kita¸dan bagai mana kita menyikapinya.

1.4 Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan

perkembangan dan sjarah tentang hukum lingkungan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Hukum Lingkungan

Dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmuhukum yang

paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu segihukum

administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian,

tentusaja hukum lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga untuk

mendalamihukum lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan seorang diri,

karena kaitannya yangsangat erat dengan segi hukum yang lain yang mencakup pula

hukum lingkungan didalamnya.Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan

diartikan sebagai hukum yangmengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di

mana lingkungan mencakup semuabenda dan kondisi, termasuk di dalamnyamanusia

dan tingkah perbuatannya yang terdapatdalam ruang di mana manusia berada dan

memengaruhi kelangsungan hidup sertakesejahteraan manusia serta jasad-jasad

hidup lainnya.

Dalam pengertian secara modern,hukum lingkungan lebih berorientasi pada

lingkungan atau Environment-Oriented Law, sedang hukum lingkungan yang secara

klasik lebih menekankan pada orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented

Law.

Hukum Lingkungan Klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan

tujuanterutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber-sumber

daya lingkungandengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil

semaksimal mungkin,dan dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya. Hukum

Lingkungan Klasik bersifatsektoral, serta kaku dan sukar berubah.Mochtar

5
Kusumaatmadja mengemukakan, bahwa sistem pendekatan terpadu atauutuh harus

diterapkan oleh hukum untuk mampu mengatur lingkungan hidup manusia

secaratepat dan baik, sistem pendekatan ini telah melandasi perkembangan Hukum

lingkungan diIndonesia. Drupsteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan

(Millieu recht) adalahhukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (Naturalijk

milleu) dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan

ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan.

Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan terutama oleh Pemerintah,

makaHukum Lingkungan sebagian besar terdiri atas Hukum Pemerintahan

(bestuursrecht). Dalam hukum lingkungan modern, ditetapkan ketentuan dan norma-

norma gunamengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi

lingkungan darikerusakan dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin

kelestariannya agar dapat secaralangsung terus-menerus digunakan oleh generasi

sekarang maupun generasi-generasimendatang. Hukum Lingkungan modern

berorientasi pada lingkungan, sehingga sifat danwaktunya juga mengikuti sifat dan

watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikianlebih banyak berguru kepada

ekologi. Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka Hukum Lingkungan Modern

memiliki sifat utuh menyeluruh atau komprehensif integral, selaluberada dalam

dinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes.Hukum Lingkungan merupakan

instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan hidup, dengan demikian

hukum lingkungan pada hakekatnya merupakan suatu bidang hukumyang terutama

sekali dikuasai oleh kaidah-kaidah hukum tata usaha negara atau

hukumpemerintahan.

6
2.2 Sejarah Perkembangan Hukum Lingkungan Indonesia.

Peraturan-peraturan yang orientasinya menyangkut lingkungan, baik disadari

atautidak sebenarnya telah hadir di masa abad sebelum Masehi, misalnya di dalam

Code of Hammurabi yang ada di dalamnya terdapat salah satu klausul yang

menyebutkan bahwa“sanksi pidana dikenakan kepada seseorang apabila ia

membangun rumah dengan gegabahnya sehingga runtuh dan m enyebabkan

lingkungan sekitar terganggu. Di Indonesia sendiri, organisasi yang berhubungan

dengan lingkungan hidup sudahdikenal lebih dari sepuluh abad yang lalu. Dari

prasasti Juruna tahun 876 Masehi diketahui ada jabatan ”Tuhalas” yakni pejabat yang

mengawasi hutan atau alas, yang kira-kira identik dengan jabatan petugas

Perlindungan Hutan Pelestarian Alam (PHPA). Kemudian prasasti Haliwangbang

pada tahun 877 Masehi menyebutkan adanya jabatan ”Tuhaburu” yakni pejabat yang

mengawasi masalah perburuan hewan di hutan.

Pertumbuhan kesadaran hukum lingkungan klasik menghebat, bermula pada

abad ke-18 di Inggris dengan kemunculan kerajaan mesin, dimana pekerjaan tangan

dicaplok olehmekanisasi yang ditandai dengan penemuan mesin uap oleh James

Watt. Dengan demikianterbukalah jaman tersebarnya perusahaan-perusahaan besar

dan meluapnya industrialisasiyang dinamakan ”revolusi industri”. Dengan

kepentingan untuk menopang laju pertumbuhan industri di negara-negara dunia

pertama atau negara-negara yang telah maju indstrinya,sementara persediaan sumber

daya alam di negara-negara dunia pertama semakin terbatasmaka diadakanlah

penaklukan danpengerukan sumberdaya alam di negara-negara duniaketiga (Asia-

Afrika).Pada masa itu negara-negara yang telah mengalami proses industrialisasi

telah banyak diadakan peraturan yang ditujukan kepada antisipasi terhadap

7
dikeluarkannya asap yangberlebihan baik dalam perundang-undangan maupun

berdasarkan keputusan-keputusanhakim. Selain itu dengan adanya penemuan-

penemuan baru dalam bidang medis, telah dikeluarkan pula peraturan-peraturan

tentang bagaimana memperkuat pengawasan terhadapepidemi untuk mencegah

menjalarnya penyakit di kota-kota yang mulai berkembang denganpesat. Namun

demikian, sebagian besar dari hukum lingkungan klasik, baik berdasarkanperundang-

undangan maupun berdasarkan keputusan-keputusan hakim yang

berkembangsebelum abad ke-20.

Hukum lingkungan di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Namun, hukum lingkungan pada waktu itu hanya besifat pemakaian terhadap

lingkungan, belum diatur tentang pengelolaan atau perlindungan terhadap

lingkungan hidup. Seiring perjalanan waktu, pasca kemerdekaaan Indonesia, dan

dalam rangaka menyikapi lahirnya Deklarasi Stockholm pada tahun 1972 ( The

Stockholm Declaration of 1972) perkembangan hukum lingkungan di Indonesia

sangat pesat. Dari hukum yang berorientasi hanya pada pemakaian, menjadi hukum

lingkungan yang berorientasi pada perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Untuk pertamakalinya, di Indonesia pasca Deklarsi Stockholm 1972, masalah

lingkungan hidup dimasukan pada GBHN 1973-1978. Pada BAB III Pola Umum

Pembangunan Jangka Panjang menggariskan perlunya perlindungan lingkungan

dalam melaksanakan pembangunan. Pada waktu inilah konsep awal RUU tentanag

lingkungan hidup mulai dirumuskan oleh panitia yang dibentuk oleh pemerintah pada

waktu itu yang diberi nama Panitia Nasioanal Perumus Kebjakan di Bidang

Lingkungan Hidup

Setelah melalui proses yag panjang, akhirnya RUU Tentang pengelolaan

8
Lingkungan Hidup ini disahkan menkajdi Undang-Undang, pada tanggal 25 Februari

1982. Dengan disahkannya RUU Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ini, maka

Indonesia untuk pertamakalinya memiliki Undang-Undang Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, yang di undangakan oleh pemerintah menjadi Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Undang-Undang ini kemudaian disebut sebagai payung hukum (Umbrella

act) bagi semua peaturan perundang-undangan mengenai lingkungan hidup. Namun,

dalam perjalanannya UUKPPLH ini menngalami banyak kendala, diantaranya

masalah regulasi, institusional, dan politis. Banyaknya kendala yang ditemukan

dalam UUKPPLH ini, maka atas dasar itulah pemerintah kemudian mengundangkan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

UUPLH ini dalam pejalanannya ternyata juga menemukan kendala, terutama dalam

hal pemberian sanksi pidana terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Sehigga UUPLH inipun akhrinya dilakukan perubahan dengan diundangkannya

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Dalam sejarah peraturan perundang-undangan lingkungan terdapat

peraturan-peraturan sejak zaman Hindia belanda, sebagaimana dikemukakan oleh

Prof. Dr.Koesnadi Hardjasoemantri, SH. ML. “Apabila diperhatikan peraturan

perundang-undangan pada waktu zaman Hindia Belanda sebagaimana tercantum

dalam Himpunanperaturan-Peraturan perundangan di Bidang Lingkungan Hidup

yang disusun oleh PanitiaPerumus dan rencana kerja bagi pemerintah di bidang

Pengembangan Lingkungan hidupditerbitkan pada tanggal 15 Juni 1978, maka

9
dapatlah dikemukakan, bahwa pertama kalidiatur adalah mengenai Perikanan,

mutiara, dan perikanan bunga karang, yaitu Parelvisscherij, Sponserviss

cherijordonantie (Stb. 1916 No. 157) dikeluarkan di Bogoroleh Gubernur Jenderal

Indenburg pada tanggal 29 Januari 1916, dimana ordonansi penegakan hukum yang

diwajibkan kepadanya atau untuk memulihkan kerugian publik yang terjadi.

2.3 Perbandingan UU No 23/1997 Dengan UU No 32/2009

Seperti halnya yang kita ketahui bersama,Undang-undang Nomor 23 tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan tercatat dalam Lembaran Negara

Tahun 1997 Nomor 68 (TLN No 3699) dibuat untuk menggantikan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12 dan TLN Nomor 3215.Pada

dasarnya,UU No 23 Tahun 1997 telah menggunakan prinsip pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan,dimana hal undang-undang ini

merupakan penyempurnaan terhadap undang-undang sebelumnya.Kemudian

pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan instrumen hukum yang baru guna

menggantikan UU No 23 tahun 1997 mengingat berbagai perubahan situasi dan

kondisi terkait permasalahan Lingkungan Hidup yang terjadi di Indonesia.Karena

itulah,perbedaan yang paling mendasar dari UU No 23 Tahun 1997 dengan UU No

32 Tahun 2009 adalah adanya penguatan pada UU terbaru ini tentang prinsip-prinsip

perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup yang didasarkan pada tata kelola

pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan

instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan Hidup serta

penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek

10
transparansi,partisipasi, akuntabilitas dan keadilan.

Undang-undang 32 tahun 2009 memberikan kewenangan yang luas lepada

pemerintah dalam hal ini Menteri untuk melaksanakan seluruh kewenangan

pemerintahan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta

koordinasi dengan instansi lain. Hal ini tidak ditemukan pada UU No 23 Tahun

1997,sehingga jira kita cermati unsur pemerintahan daerah disini termasuk meliputi

kekayaan alam yang dimiliki dan berada pada statu daerah tertentu di Indonesia (Rina

Suliastini,2009:3). Selain itu pula,terkait dengan masalah otonomi daerah,undang-

undang ini juga memberikan kewenangan yang Sangay luas lepada pemerintah

daerah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah

masing-masing.Selain itu pula seperti halnya yang dijelaskan dalam bagian

penjelasan atas UU No 32 tahun 2009 pada point 8 bagian Pertama,dikatakn bahwa

Undang-Undang ini juga mengatur :

1. Keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;


2. Kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;
3. Penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;
4. Pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;
5. Pendayagunaan pendekatan ekosistem;
6. Kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan
global;
7. Penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi,akses
partisipasi,dan akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
8. Penegakan hukum perdata,administrasi,dan pidana secara lebih jelas;
9. Penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang lebih efektif dan responsif; dan
10. Penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik
pegawai negeri sipil lingkungan hidup.

11
Penerapan ancaman pidana minimum disamping ancaman hukuman

maksimum.Pada UU No 23 tahun 1997,ketentuan pidana dimuat dalam Bab IX

tentang Ketentuan Pidana yang terdiri dari 8 pasal,dimulai dari pasal 41 – 48. Pada

pasal-pasal tersebut hanya mengatur mengenai ancaman hukuman maksimum,ini

berbeda dengan UU No 32 Tahun 2009 yang juga memperkenalkan ancaman

hukuman minimum disamping maksimum yang tercantum pada Bab XV Ketentuan

Pidana.Dengan demikian diharapkan,pada semua tindakan,usaha,dan kegiatan yang

melanggar daripada Undang-undang ini diharapkan ada acuan dalam pemberian

hukuman oleh hakim dan bisa menghindari berbagai bentuk putusan bebas ataupun

putusan pengadilan yang tidak maksimal.

Dari berbagai fakta sejarah yang berkembang, modus-modus kejahatan

dilakukan dengan berbagai cara dan tindakan yang selalu berubah-ubah guna

mengelabui proses penyidikan.Alat bukti yang diatur pada pasal 184 KUHAP belum

mewadahi mengenai berbagai pendukung alat bukti semisal contoh melalui data

elektronik.Dalam berbagai contoh kasus,bentuk data elektronik seperti print out dan

call data record ,tidak bisa dikategorikan sebagai salah satu alat bukti.Sehingga UU

No 32 Tahun 2009 pada pasal 96 huruf (f) mengatur mengenai alat bukti lain yang

meliputi informasi yang diucapkan,dikirimkan,diterima atau disimpan secara

elektronik,magnetik, optik,dan/atau yang serupa dengan itu; dan/atau alat bukti data,

rekaman,atau informasi yang dapat dibaca,dilihat dan didengar yang dapat

dikeluarkan dengan dan/atau tanpa bantuan statu sarana,baik yang tertuang diatas

kertas,benda fisik apapun selain kertas,atau yang terekam secara elektronik,tidak

terbatas pada tulisan,suara atau gambar, peta,rancangan,foto atau

12
sejenisnya,huruf,tanda,angka,simbol atau perporasi yang memiliki makna atau yang

dapat dipahami atau dibaca.

Pada UU No 23 Tahun 1997 dikenal konsep asas Subsidiaritas yaitu bahwa

hukum pidana hendaknya didayagunakan apabila sangsi bidang hukum lain,seperti

sanksi administrasi dan sanksi perdata,dan alternatif penyelesaian sengketa

lingkungan hidup tidak efektif dan/atau tingkat kesalahan pelaku relatif berat

dan/atau akibat perbuatannya relatif besar dan/atau perbuatannya menimbulkan

keresahan masyarakat.Sedangkan pada asas ultimum remedium dikatakan bahwa

mewajibkan penerapan penegakkan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah

penerapan penegakan hukum admnistrasi dianggap tidak berhasil.Kaitan dengan hal

ini,terlihat jelas bahwa pada UU No 23 Tahun 1997 memiliki berbagai macam

rintangan guna mencapai kepada penegakan hukum secara pidana,akan tetapi hal ini

di persempit ruang geraknya melalui penerapan asas Ultimum Remedium pada UU

No 32 tahun 2009, sehingga diharapkan dengan keluarnya UU No 32 Tahun 2009 ini

bentuk pelanggaran pidana terhadap pencemaran dan perusakan Lingkungan Hidup

dapat ditegakan dengan seadil-adilnya.

Sekurangnya terdapat 23 pasal yang mengatur mengenai AMDAL,tetapi

pengertian dari AMDAL itu sendiri berbeda antara UU No 32/2009 dengan UU No

23/1997,yakni hilangnya ”dampak besar”.Hal-hal baru mengenai AMDAL yang

termuat pada undang-undang terbaru ini antara lain:AMDAL dan UKL/UPL

merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup;

1. Penyusunan dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun


dokumen AMDAL;

13
2. Komisi penilai AMDAL pusat,Provinsi,maupun Kab/Kota wajib memiliki
lisensi AMDAL;
3. AMDAL dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penertiban izin
lingkungan;
4. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri,Gubenur,Bupati/Walokota sesuai
kewenangannya.
Selain hal-hal yang disebutkan diatas,ada pengaturan yang tegas dan

tercantum dalam UU No 32 Tahun 2009 ini ,yaitu dikenakannya sanksi pidana dan

sanksi perdata terkait pelanggaran bidang AMDAL.Hal-hal yang terkait dengan

sanksi tersebut berupa

1. Sanksi terhadap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa memiliki izin


lingkungan;
2. Sanksi terhadap orang yang menyusun dokumen AMDAL tanpa memiliki
sertifikat kompetensi
3. Sanksi terhadap pejabat yang memberikan izin lingkungan yang tanpa
dilengkapi dengan dokumen AMDAL atau UPL/UKL

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hukum Lingkungan di Indonesia merupakan Hukum Lingkungan Modern

yangmemiliki sifat utuh menyeluruh atau komprehensif integral, selalu berada

dalamdinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes, memperhatikan hak asasi

manusiadan peran serta mayarakat termasuk lingkungan hidup itu sendiri, yang

seiring denganperkembangan hukum lingkungan hidup Internasional.

Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang

ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi

yaitusegi hukum administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata, yang

sebagianbesar terdiri atas Hukum Pemerintahan (bestuursrecht). Hukum Lingkungan

di Indonesia pada prakteknya belum dapat diterapkan secaraoptimal, hal ini

disebabkan Lingkungan Hidup di Indonesia sangat dipengaruhibanyak kepentingan,

khususnya kepentingan ekonomi (sektor: pertambangan,pertanian, perkebunan,

industri dan permukiman) baik berskala lokal, nasionalmaupun internasional.

Dengan telah diberikan dasar hukum yang kuat atas peran serta masyarakat

dan hak asasi manusia, sebagai warga negara Indonesia diharapkan masyarakat

mampumemanfaatkan secara maksimal kekuatan tersebut, sehingga pengaruh yang

menjadifaktor penyebab kurang optimal praktek penegakan hukum lingkungan di

Indonesiadapat diatasi, dan keberadaan lingkungan hidup bagi kesejahteraan dan

keamanankehidupan manusia dan pelestarian lingkungan itu sendiri dapat lebih

terwujud.

15
DAFTAR PUSTAKA
Djatmiko, Margono, & Wahyono. (2000). Pendayaan Waste Management (Kajian
Lingkungan Indonesia). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Daliyo, J.B. (2001). Pengantar Hukum Indonesia Buku Panduan Mahasiswa.
Jakarta : PT.Prenhallindo
Undang-undang No 8 tahun 1981 tentang KUHAP
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan
Lingkungan Hidup.

16

Anda mungkin juga menyukai